Anda di halaman 1dari 25

TEKNIK PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI

ABDOMEN BAWAH DENGAN KLINIS KISTA ADNEXA DI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG

Laporan Praktek Kerja Lapangan ( PKL )

Diajukan sebagai tugas Laporan PKL Program Studi Diploma IV Alih Jenjang
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Jakarta II

DISUSUN OLEH :

VERONIKA RAHAYU PANCA ASTUTI


NPM : P21130218934

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 ALIH JENJANG


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena anugerahnya
laporan Praktek Kerja Lapangan yang berjudul “Teknik Pemeriksaan
Ultrasonografi Abdomen Bawah dengan Klinis Kista Adnexa di RSUD
Cengkareng” dapat dikerjakan dan diselesaikan..

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini bertujuan untuk menerapkan secara nyata teori
yang telah didapatkan dengan parktik di lapangan yang digunakan sehari-hari
keseharian yang ada di RS tempat melaksanakan praktik tersebut.

Sesuai dengan judul di atas, laporan ini hanya membahas tentang teknik
pemeriksaan USG Kandung Empedu dengan menggunakan modalitas USG dan
berfokus pada scanning pemeriksaan Kandung Empedu dengan klinis Cholecystitis
disusun berdasarkan data-data yang diperoleh di RSUD Cengkareng pada bulan 8-
27 Juli 2019.

Dalam penulisan ini banyak kesalahan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat membantu agar membantu saya memperbaiki
penulisan ini.

Akhirnya kata, saya berharap semoga Laporan PKL ini bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 8 Juli 2019

Penulis
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Mahasiswa Program Studi D4 (Sarjana


Terapan) Alih Jenjang Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II dengan judul : Teknik Pemeriksaan
Ultrasonografi Abdomen Bawah dengan Klinis Kista Adnexa di RSUD
Cengkareng

DISUSUN OLEH:

VERONIKA RAHAYU PANCA ASTUTI


NPM: P21130218934
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ .
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................2
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI....................................................................................4
A. Anatomi dan Fisiologi ............................................................................4
B. Patologi .................................................................................................6
C. Instrumen dan Peralatan USG ................................................................7
D. Persiapan & Teknik Pemeriksaan USG Abdomen Bawah ....................8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................9
A. Hasil .......................................................................................................9
B. Pembahasan ..........................................................................................14
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................16
1. Kesimpulan ....................................................................................16
2. Saran ..............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................17
A
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Organ reproduksi wanita pada penampang sagital ................ 4


Gambar 2.2 Organ reproduksi wanita pada penampang coronal ............... 5
Gambar 2.3 Kista folikular ........................................................................ 7
Gambar 2.4 Struktur bagian dari transduser .............................................. 11
Gambar 2.5 Skematik A-mode dan B-mode ............................................. 11
Gambar 2.6 Skematik B-mode dan M-mode ............................................. 12
Gambar 2.7 Posisi supine .......................................................................... 14
Gambar 2.8 Pemberian jeli pada pasien .................................................... 14
Gambar 2.9 Macam-macam transduser ..................................................... 15
Gambar 2.10 Teknik Skening Adnexa ......................................................... 15
Gambar 2.11A. Sliding, B. Rotating .............................................................. 16
Gambar 2.12 C. Angling, D. Dipping ......................................................... 16
Gambar 2.13 Skening Longitudinal atau Sagittal ....................................... 17
Gambar 2.14 Skening longitudinal uterus ................................................... 18
Gambar 2.15 Skening transversal uterus ..................................................... 18
Gambar 2.16 Skening transversal adnexa ................................................... 19
Gambar 2.17 Skening longitudinal adnexa ................................................. 19
Gambar 2.18 A. Skening Transversal Organ Reproduksi Wanita .............. 19
Gambar 2.19 Gambaran USG normal ......................................................... 20
Gambar 2.20 Multiple kista adnexa pada skening longitudinal .................. 20
Gambar 2.21 Skening longitudinal abdomen bawah .................................. 21
Gambar 4.1 Ruang pemeriksaan USG RSUD Cengkareng ...................... 27
Gambar 4.2 Pesawat USG merk Philips HD15 Pure Wave ...................... 28
Gambar 4.3 Transduser konveks ............................................................... 28
Gambar 4.4 Printer B/W P95 merk Mitsubishi ......................................... 29
Gambar 4.5 Kertas print USG Merk SONY .............................................. 29
Gambar 4.6 Peralatan penunjang pemeriksaan USG ................................ 30
Gambar 4.7 Hasil gambaran USG P skening transversal sebelum BAK ... 36
Gambar 4.8 Hasil gambaran USG skening longitudinal sebelum BAK .... 36
Gambar 4.9 Hasil gambaran USG skening transversal sesudah BAK ....... 37
Gambar 4.10 Hasil gambaran USG skening transversal sesudah BAK ....... 37
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan sistem reproduksi sering sekali dialami oleh wanita akibat
ketidakseimbangan hormon, antara lain kista payudara, mioma uteri, terganggunya siklus
menstruasi, kista adnexa/adnexa dan lain sebagainya. Salah satu kelainan yang terjadi pada
sistem reproduksi wanita adalah kista adnexa.
Angka kejadian kanker adnexa di Indonesia diperkirakan sebanyak 2.314 kasus (5,3%).
Di Indonesia sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang
berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit sistem reproduksi misalnya kista
adnexa.(1)
Kista merupakan sebuah kantung non neoplastik yang berisi cairan atau jaringan lebih
padat. Kista adnexa terdiri atas kista tunggal dan kista multiple (penyakit polikistik adnexa),
saat berukuran kecil kista ini tidak bermasalah karena umumnya kista adnexa bersifat fisiologis
tetapi tetap perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui adanya perubahan kista menjadi ganas.
(2)
Pemeriksaan yang sering dilakukan adalah pemeriksaan USG Whole Abdomen yaitu
pemeriksaan bagian abdomen dari hati hingga bagian reproduksi wanita yaitu rahim dan
adnexa. Kedua bagian reproduksi ini wajib dievalusi karena seringnya timbul masalah
hormonal yang menyebabkan kelainan pada rahim dan adnexa. Kista adnexa merupakan
kelainan yang terjadi pada organ reproduksi yang disebabkan baik secara fungsional yaitu
menstruasi dan pertumbuhan sel yang tidak normal, dengan adanya pemeriksaan USG
dijadikan pemeriksaan utama dalam menentukan diagnosa secara cepat dan akurat. Manfaat
lainnya karena USG bersifat tidak menimbulkan rasa sakit (non invasive) yang dapat
mengurangi ketidaknyamanan pasien dan tidak memiliki radiasi yang membahayakan sehingga
aman digunakan khususnya pada ibu hamil dan anak-anak.
Ultrasonografi adalah pemeriksaan non invasive untuk pemeriksaan organ-organ tubuh
bagian dalam manusia dan bebas radiasi serta memberikan hasil diagnostik yang baik.
Ultrasonografi memanfaatkan gelombang suara di luar jangkuan pendengaran manusia, dan
frekuensi yang digunakan dalam ultrasonografi antara 1-30 megahertz (MHz).
(3,4)Pemeriksaan ini dapat mengevaluasi dan mengentifikasi penyakit pada keseluruhan
bagian abdomen seperti hati, kandung empedu, saluran empedu, pancreas, limpa, ginjal dan
bagian retroperitoneal(4–11).

Berdasarkan pengalaman praktik kerja lapangan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit


Umum Daerah (RSUD) Cengkareng bulan Juni-Juli ditemukan banyaknya klinis kista
ovarium. Setelah dilakukannya pemeriksaan USG abdomen bawah pada beberapa pasien
wanita yang mengeluhkan nyeri di sekitar gonad dan terganggunya siklus menstruasibaik
disebabkan kelainan secara fisiologis ataupun kelainan sel bahkan ada pasien yang perutnya
membesar melebihan ukuran normal jika ukuran kista adnexa sudah sangat besar. Dari hasil
USG sebenarnya adnexa yang normal tidak akan terlihat tetapi jika adnexa memiliki kelainan
ukurannya akan membesar. Khususnya pada kasus kista adnexa, gambaran USG akan
memperlihatkan back enhacement yang merupakan ciri khas dari kista dan bersepta-septa.

Dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan laporan PKL
dengan judul “ Teknik Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen bawah dengan Klinis Kista
Adnexa/ Ovarium di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana teknik pemeriksaan ultrasonografi Abdomen Bawah dengan klinis kista adnexa/
ovarium di RSUD Cengkareng ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi prosedur, teknik scanning dan hasil gambaran
ultrasonografi abdomen bawah dengan klinis kista Adnexa di RSUD Cengkareng.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeksripsikan dan mengevaluasi prosedur penatalaksanaan pemeriksaan
ultrasonografi abdomen bawah dengan klinis kista adnexa di RSUD Cengkareng.
b. Untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi teknik scanning ultrasonografi abdomen
bawah dengan klinis kista adnexa di RSUD Cengkareng.
c. Untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi hasil gambaran ultrasonografi abdomen
bawah wanita dengan klinis kista adnexa di RSUD Cengkareng.
D. Manfaat Penelitian

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan baik bagi peneliti dan penulis dalam
bidang ultrasonografi, pembaca dan institusi pendidikan sehubungan dengan teknik
pemeriksaan ultrasonografi abdomen bawah dengan klinis kista adnexa di RSUD Cengkareng.

1. Manfaat Teoritis
Memberikan referensi tambahan sebagai bahan bacaan dan sumber informasi bagi
mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II khususnya Jurusan
Radiodiagnostik dan Radioterapi
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan acuan dasar dari teknik pemeriksaan ultrasonografi abdomen
bawah dengan klinis kista adnexa serta menambah wawasan bagi peneliti tentang
scaning USG khususnya organ reproduksi wanita.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. KAJIAN TEORI

a. Anatomi dan Fisiologi Adnexa dan Uterus


Uterus adalah sebuah rongga dengan otot berdinding tebal dan memiliki lapisan
kelenjar yang disebut endometrium. Uterus atau rahim ini memiliki bentuk seperti buah pir
terbalik. Uterus orang dewasa memiliki ukuran 7,5 cm × 5 cm × 2,5 cm dan akan melebar 4
– 5 kali dari ukuran normal saat hamil. Bagian bawah membentuk leher rahim (cervix) yang
menghubungkan langsung ke dalam vagina. Bagian atas uterus disebut fundus, bagian tengah
disebut tubuh (corpus) dan bagian bawah disebut cervix. Antara corpus dan cervix terdapat
daerah yang disebut Isthimus. Fungsional dari uterus adalah sebagi tempat tumbuh
kembangnya janin. Posisi uterus banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kandung
kemih.(12)Adnexa merupakan organ reproduksi wanita yang menghasilkan sel telur (ovum)
dan hormon seksual (estrogen dan progesterone)(13).

Gambar 2. 1 Organ reproduksi wanita pada penampang sagital(12).

Letak uterus berada di belakang kandung kemih jika dilihat dari potongan sagital (12).

Sel telur akan berkembang menjadi embrio ketika terjadi fertilisasi dimana sel telur
melebur dengan sel spema selanjutkan akan menuju ke uterus yang merupakan tempat
terjadinya menstruasi dan juga fertilisasi dimana sel telur akan berkembang menjadi embrio
kemudian akan tertanam pada dinding uterus (endometrium).Adnexa orang dewasa berbentuk
seperti kacang almond dengan ukuran 4 cm × 2 cm × 1,5 cm dan terdiri atas duapasang di
kanan dan kiri. Kedua adnexa memiliki berat sekitar 4 – 8 gram. Adnexa berada dirongga
abdomen bawah bagian atas yang ditahan oleh ligament suspensori dan terbagi atas korteks
luar dan dalam.

Setiap adnexa terdiri atas korteks luar yang berisi folicel, oosit dan sel interstitial dan bagian
dalam medulla yang berisi sel interstitial, jaringan fibrosa, pembuluh darah, saluran limfatik,
dan saraf. Keseluruhan bagian dari organ reproduksi wanita dengan jelas dilihat pada potongan
coronal seperti gambar di bawah ini.(14)

Gambar 2.2 Organ reproduksi wanita pada penampang coronal(14).

b. Patologi Kista Adnexa


Menurut P.E.S Palmer(15) folikel merupakan kista ovarii fisiologis yang dalam
keadaan normal akan menghilang dalam paruh kedua siklus haid. Jika tidak terjadi rupture
folikel pada pertengahan siklus, maka folikel tersebut akan menjadi kista folikuler yang
merupakan salah satu penyebab terjadinya kista ovarii. Kista ini bisa memiliki diameter lebih
dari 3 cm. Segera setelah terjadi rupture, dalam cavum Douglasi mungkin akan terdapat sedikit
cairan. Struktur embrionik sisa dalam abdomen bawah dapat menimbulkan kista sederhana.

Kista adnexa yang berukuran kecil atau sedang dan terletak di belakang uterus atau kandung
kemih tidak dapat dilihat dengan mudah, terutama jika kandung kemih tersebut hanya terisi
sebagian. Kista adnexa yang besar sering berada di atas fundus uteri pada saat kandung kemih
berada dalam keadaan penuh, dan dapat menyebabkan distorsi kandung kemih akibat tekanan
eksternal. Massa kistik yang berukuran sangat besar dapat dikelirukan dengan kandung kemih,
keduanya harus dapat dikenali.
Kista dermoid ( teratoma kistik ) tampak sebagai massa yang padat atau kompleks dengan
daerah-daerah bayangan akustik yang terjadi akibat kalsifikasi dalam tulang atau gigi. Jika
ragu, lakukan pemeriksaan x – ray abdomen bawah.

Kista ekinokokus pelvic (hidatidosa) memiliki ukuran yang bervariasi, kerapkali multiple dan
terdapat hampir dalam segala posisi, sebagian di antaranya memiliki septa internal. Jika
terdapat kecurigaan ke arah ekinokokosis, lakukan skening USG hepar dan pemeriksaan sinar
– x torax untuk menemukan kista lain.

Kista adalah penyebab paling umum pembesaran adnexa. Umumnya kista timbul pada
permukaan epithelium dan sebagiannya lagi dari folikel adnexa. Kista folikel cenderung tanpa
gejala kista folikel yang berdindingtipis, struktur cairan yangdilapisi secara internal oleh sel
granulosa dan eksternal oleh sel interna teka. Ini terjadi pada semua usia menopause, dapat
berupa unilocular dan mungkin kista tersebut hanya satu atau beberapa dan unilateral atau
bilateral. Kista ini timbul dari folikel adnexa dan mungkin berhubungan dengan kelainan dalam
penghasilan hipofisis ganadotropin. Folikel kista jarang melebihi 5 cm dalam dimensi terbesar.
Dalam keadaan terangsang, sel-sel granular kista memiliki bentuk yang seragam, inti bulat, dan
sedikit sitoplasma. Sel teka kecil dan berbentuk gelondongan dan mengandung7cairan dalam
estrogen atau progesterone yang tinggi.

Gambar
Gambar 2. 32.Kista
2Kista Folikular(16).
Folikular(16).

Jika kista tetap


p ada, keluaran hormon daat menyebabkan pubertas dimana anak menjadi dewasa
sebelum waktunya dan ketidakteraturan menstruasi pada orang dewasa. Satu-satunya
komplikasi yang signifikan adalah terjadi perdarahan intraperitoneal ringan.

Kista korpus luteum dapat menyebabkan pendarahan. Hasil korpus luteum kista dari
pemecahanyang tertunda dari rongga pusat. Sintesis progesteron dilanjutkan dengan kista
luteal menghasilkan tidak teraturnya menstruasi. Pecahnya kista dapat menyebabkan
perdarahan ringan ke dalam rongga perut. Kista korpus luteum biasanya unilucolar, berukuran
antara 3 – 5 cm, memiliki dinding kuning. Isi kista bervariasi dari cairan serosanguinus berupa
penggumpalan darah.

Sindrome polikistik adnexa atau dikenal dengan nama Sindrome Stein-Levelthan. Hasil klinis
yang berhubungan dengan sekresi hormon berlebih androgenik, anovulasi persisten dan adnexa
yang mengandung banyak kista subkapsular kecil. Awalnya ini digambarkan sebagai sindrom
amenore sekunder, hirsutisme, dan obesitas.

Namun, presentasi klinis sekarang dapat mengetahui menjadi jauh lebih bervariasi dan
termasuk perempuan amenore yang muncul dinyatakan normal dan, bahkan jarang, memiliki
adnexa kurang bersifat polikistik. Sindrom adnexa polikistikadalah penyebab yang umum dari
ketidaksuburan dan 7% dari perempuan menderita kondisi tersebut.(16)

Menurut Wolters Kluwer (2) kista adnexa biasanya berbentuk kantung yg non
neoplastikpada adnexa yang berisi cairan atau jaringan lebih padat. Kista terdiri atas kista
tunggal dan kista multipel (penyakit polikistik adnexa). Meskipun kista ini biasanya berukuran
kecil dan tidak memiliki gejala, tetap dilakukan evaluasi untuk mengetahui adanya perubahan
kista menjadi ganas. Umumnya kista adnexa bersifat fisiologis, termasuk kista folikular, kista
teka lutein, dan kista korpus luteum. Kista adnexa dapat berkembang setiap waktu antara masa
pubertas hingga masa menopause, termasuk selama kehamilan.

Kista granulosa-lutein, yang terjadi dalam korpus luteum. Bersifat fungsional (yang timbul
selama beberapa variasi selama proses ovulasi), dan terjadinya pembesaran adnexa non
neoplastik karena penimbunan darah yang berlebihan selama fase hemoragik dari siklus
menstruasi.Kista teka-lutein, yang umumnya bilateral dan penuhcairan, berwarna kekuning-
kuningan,biasanya berhubungan dengan mola hidatidosa, choriocarsinoma, atau terapi
hormon. Kista folikular umumnya berbentuk sangat kecil dan timbul dari folikel yang
overdistensi. Ini salah satu penyebab tidak terjadi rupture dan disegel kembali sebelum cairan
diserap.Kista luteal berkembang jika korpus luteum matang tidak normal dan
terusmengeluarkan progesteron. Kista initerdiri dari darah atau cairan yang terakumulasi di
rongga korpus luteum dan biasanya gejal yang muncul lebih dari kista folikel. Ketika kista
tersebut bertahan dalam menopause, mereka mengeluarkan jumlah yang berlebihan dari
estrogen yang disebabkan hipersekresi dari follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH) yang biasanya terjadi selama menopause.
Gejala yang dirasakan bermacam-macam, seperti rasa tidak nyaman pada panggul, low back
pain (LBP), dyspareunia, atau pendarahan yang tidak normal pada uterus. Pada tahap kista
berukuran besar atau lebih dari satu kista akan mengganggu terjadinya proses ovulasi dan
mempengaruhi frekuensi buang air kecil. Kadang rasa nyeri akut abdominal pain hampir mirip
dengan gejala appendicitis.Sindrome adnexa polikistik adalah gangguan metabolis yang
ditandai oleh beberapa kista adnexa. Wanita yang sedang menjalani terapi pengobatan
infertilitas lebih dari 75 % cenderung memiliki sindrom ini. Aktivitas enzim yang tidak normal
memicu sekresi androgen berlebih dari adnexa dan kelenjar adrenalin. Tanda dan gejalan yang
dapat dikenali dari sindrom ovarian polikistik antara lain rasa tidak nyaman pada panggul, low
back pain (LBP), dyspareuniaatau pendarahan yang tidak normal pada uterus, hirsutisme,
jerawat, rambut rontok dan obesitas.

c. Instrumen dan Peralatan USG


Instrumen dan perlatan USG merupakan alat-alat yang digunakan untuk adalah
pengambilan data.
a. USG Philips HD15 PureWave
1) Dimensi : Tinggi 55 inchi, panjang 31,5 inchi dan lebar 19 inchi
2) Berat : 125 kg
3) External Storage : CD/DVD, Cine Clips dan Hard Driver 160 GB
4) 2D, M-mode, Anatomic M-Mode, dan M-color Flow Mode
5) CD/DVD writter
6) Format gambar AVI, DICOM dan JPG.

Gambar 2.4 Pesawat USG merk Philips HD15 Pure Wave

b. Transduser
Gambar 2.5 Transduser konveks

Transduser yang digunakan adalah transduser dengan jenis konveks tipe C5-1 yang
mempunyai frekuensi 5 MHz untuk pemeriksaan USG Abdomen Bawah.
c. Printer
Printer yang digunakan dalam penelitian ini adalah printer B/W P95 merk Mitsubishi
yang dicetak di atas kertas termal sehingga hasil gambaran yang didapat sama persis dengan
aslinya.

Gambar 2.6 Printer B/W P95 merk Mitsubishi

d. Kertas Print USG


Kertas print merk Sony UPP-110HG Type V (High Glossy) dengan ukuran 110 mm x
18 mm adalah kertas printer yang digunakan dalam penelitian.

Gambar 2.7 Kertas print USG Merk SONY


e. Peralatan Penunjang
1) Jelly Aquasonic 100 Ultrasound Transmission merk Parker Labs
30
Jeli ini berfungsi sebagai media penghantar gelombang suara pada transduser kekulit
pasien agar tidak ada udara yang dapat mengganggu gambaran.
2) Tisu merk Livi
Tisu yang digunakan bertekstur kasar agar tidak mudah hancur saat digunakan
membersihkan sisa jeli yang ada di tubuh pasien.
3) Handscoon
4) Masker
5) Meja pemeriksaan jenis bed brangkar dilengkapi dengan selimut dan bantal.

Gambar 2.8 Peralatan penunjang pemeriksaan USG

d. Teknik Pemeriksaan USG Abdomen Bawah & Persiapan Pasien


1. Persiapan pasien
Pasien minum air sebelum pemeriksaan hingga terasa ingin buang air kecil . Hal ini
diindikasikan supaya kandung kemih dalam posisi full dengan cairan sehingga gambaran
adnexa dapat terlihat jelas
2. Teknik Pemeriksaan
a. Posisi pasien :
Tidur terlentang
b. Teknik pemeriksaan
1) Pemeriksaan USG pelvis wanita dilakukan di atas tempat tidur pemeriksaan atau
tempat tidur pasien/brangkar pada pasien rawat inap. Pemeriksaan dilakukan dalam
posisi tidur terlentang (supine) dengan bagian kepala berada pada bantalan agar
pasien merasa nyaman. Daerah abdomen pasien dibebaskan dari pakaian dan
benda-benda yang dapat mengganggu pemeriksaan, pada bagian bawah lipatan
celana diberikan tisu dengan tujuan agar pakaian pasien tidak terkena jeli. Setelah
itu kedua tangan pasien diletakkan di atas kepala agar area skening tidak terhalang
oleh tangan pasien. Gunakan selimut untuk menutupi daerah tubuh bawah pasien
agar merasa lebih nyaman saat pemeriksaan berlangsung.
2) Skening dilakuan pada daerah garis tengah antara umbilicus dan simfisis pubis
dengan proyeksi transversal dan longitudinal, terlebih dahulu dilakukan pengaturan
TGC diatur lebih tinggi agar didapatkan gambaran dinding kista terlihat jelas pada
tiap kedalaman dan pengaturan depth. Skening proyeksi transversal dilakukan
dengan memberikan penekanan secara perlahan di daerah pemeriksaan yang
dipadukan dengan teknik sliding dan sweeping ke arah superior dan inferior hingga
tervisualisasi. Saat skening dilakukan pasien merasa tidak nyaman karena timbul
rasa sakit akibat penekanan dari transduser, agar pasien merasa lebih nyaman maka
teknik penekanan dilakukan secukupnya tanpa penekanan berlebih. Pada skening
transversal tampak kista dengan ukuran yang cukup besar namun tidak dapat
tervisualisasikan keseluruhan kista, maka dilakukan skening proyeksi longitudinal.
3) Skening longitudinal dilanjutkan dimana sangat jelas tampak kista ovarium dengan
ukuran yang besar pada adnexa kanan dan kiri pasien, untuk mengukur lebih
mendetail sweeping dilakukan agak ke kanan dari Mid Sagittal Plane (MSP) dari
proyeksi longitudinal untuk melihat kista adnexa kanan ovarium, perlakukan yang
sama dilakukan juga pada adnexa kiri pasien. Setelah sweeping di dapat dimensi
ukuran terbesar dari kista, lakukan pengukuran panjang dan lebar kista.
Keseluruhan hasil gambaran di lengkapi dengan body marker untuk memperjelas
sisi abdomen yang diperiksa dan penamaan organ maupun kelainan yang terlihat.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL

Hasil Observasi Sampel


Tanggal periksa : 22 Juli 2019
Nama : Ny . JE
Umur : 66 th
Jenis kelamin : Perempuan

Setelah dilakukan pemeriksaan USG Abdomen Bawah wanita, maka didapatkan hasil
gambaran USG Abdomen Bawah wanita terfokus pada organ reproduksi, yaitu uterus dan
ovarium, namun sebelumnya evaluasi organ abdomen seperti hati, kantung empedu, ginjal,
pankreas, pembuluh darah aorta, limpa dan kandung kemih telah dilakukan pada awal
pemeriksaan sebelum melakukan USG abdomen pada pelvis wanita karena pada amprah
permintaan pemeriksaan USG di RSUD Cengkareng untuk USG abdomen pada pelvis wanita
termasuk pada pemeriksaan USG abdomen. Pemeriksaan dilakukan dua kali yaitu sebelum dan
sesudah buang air kecil dikarenakan ukuran kista yang sangat besar dan menyerupai kandung
kemih.
Hasil skening proyeksi transversal didapat gambaran proyeksi transversal tampak
gambaran kandung kemih dan uterus dimana ekogenitasnya berbeda, kandung kemih dan kista
berstruktur anechoic dengan ukuran 10,5 cm x 7,20 cm dan uterus berstuktur hipoechoic

Hasil skening proyeksi longitudinal tampak gambaran kandung kemih dan gambaran
keseluruhan uterus dari fundus hingga. Terlihat kista ovari pada adnexa kanan dengan
struktur anechoic berbentuk bulat berdinding regular dengan ukuran 10,1 cm dan bentuknya
menyerupai kandung kemih sehingga sulit membedakan antara kista dan kandung kemih.

Gambar 4. 1 Hasil gambaran USG skening longitudinal


B. PEMBAHASAN
1. Prosedur Persiapan Pasien dan Alat
Sampel yang digunakan merupakan pasien rawat jalan dengan perjanjian yang
sehari sebelumnya sudah mendaftar untuk dilakukan pemeriksaan atas rujukan dari
Poliklinik Penyakit Dalam pemeriksaan USG pelvis wanita yang dilakukan
menggunakan pesawat USG merk Philips HD15 PureWave. Sampel sudah melakukan
proses pendaftaran di loket administrasi Radiologi sesuai dengan SOP yang telah
ditentukan di RSUD Cengkareng.
2. Teknik Skening
Sampel adalah pasien yang akan melakukan pemeriksaan USG pelvis dengan
klinis kista ovarium, USG pelvis ini dalam SOP di RSUD Cengkareng termasuk dalam
bagian pemeriksaan USG abdomen maka pemilihan transduser yang digunakan adalah
transduser jenis konveks tipe C5-1 dengan frekuensi 5 MHz, pemilihan transduser ini
telah sesuai dengan literatur buku USG P.E.S Palmer.
Sebelum pemeriksaan dilakukan, sehari sebelumnya kedua sampel telah
diinstruksikan oleh petugas Radiologi untuk melakukan persiapan sebelum
pemeriksaan, yaitu puasa makan 4 jam sebelum pemeriksaan dan hanya diperbolehkan
minum air putih serta menahan buang air kecil 2 jam sebelum pemeriksaan dilakukan,
ini dilakukan agar kandung kemih penuh karena kandung kemih berperan sebagai
akustik window untuk melihat uterus dan ovarium.
Teknik skening yang digunakan pada sampel adalah teknik skening transversal
dan longitudinal, tetapi pada SOP RSUD Cengkareng dilakukan teknik tambahan yaitu
sebelum dan sedah buang air keci ( BAK). Pada saat dilakukan skening longitudinal,
geser transduser ke kanan dari MSP tubuh untuk melihat adnexa kanan dan geser
transduser ke kiri untuk melihat adnexa kiri pasien.

3. Hasil Gambaran
Hasil gambaran kedua sampel didapat gambaran kandung kemih dengan struktur
anechoic berdinding tipis dan reguler serta uterus dengan struktur hipechoic pada
skening transversal. Tampak kista berbentuk bulat berdinding tegas dengan struktur
anechoic dan adanya back enhacement yang berada di bawah kista yang merupakan
cirri khas kista dari gambaran sonopatologi.
Keseluruhan hasil gambaran telah sesuai dengan SOP yang digunakan RSUD
Cengkareng dan dalam buku paduan USG P.E.S Palmer, hanya yang membedakan
letak, ukuran kista dan jenis kista ovarium. Sampel merupakan kista adnexa/ovarium
dengan ukuran 10,5 cm x 7,20 cm x 10,1 cm di adnexa kanan. Dengan ukuran yang
sangat besar ini, maka pengambilan gambar dilakukan sebelum dan sesudah buang air
kecil ( BAK).

4. Prosedur Persiapan Pasien dan Alat


Kedua sampel yang digunakan merupakan pasien rawat jalan dengan perjanjian
yang sehari sebelumnya sudah mendaftar untuk dilakukan pemeriksaan atas rujukan
dari Poliklinik Penyakit Dalam pada sampel 1 dan rujukan dari Luar dan pemeriksaan
USG pelvis wanita yang dilakukan oleh kedua sampel menggunakan 38 pesawat USG
merk Philips HD15 PureWave. Kedua sampel rawat jalan dengan perjanjian ini sudah
melakukan proses pendaftarn di loket administrasi Radiologi sesuai dengan SOP yang
telah ditentukan di RSUD Cengkareng.
5. Teknik Skening
Kedua sampel adalah pasien yang akan melakukan pemeriksaan USG pelvis
dengan klinis kista ovarium, USG pelvis ini dalam SOP di RSUD Cengkareng termasuk
dalam bagian pemeriksaan USG abdomen maka pemilihan transduser yang digunakan
adalah transduser jenis konveks tipe C5-1 dengan frekuensi 5 MHz, pemilihan
transduser ini telah sesuai dengan literatur buku USG P.E.S Palmer.
Sebelum pemeriksaan dilakukan, sehari sebelumnya kedua sampel telah
diinstruksikan oleh petugas Radiologi untuk melakukan persiapan sebelum
pemeriksaan, yaitu puasa makan 4 jam sebelum pemeriksaan dan hanya diperbolehkan
minum air putih serta menahan buang air kecil 2 jam sebelum pemeriksaan dilakukan,
ini dilakukan agar kandung kemih penuh karena kandung kemih berperan sebagai
akustik window untuk melihat uterus dan ovarium. Namun, saat hari pemeriksaan
kedua sampel buang air kecil sebelum pemeriksaan dilakukan. Sampel 1 tidak dapat
menahan buang air kecil terlalu lama karena keadaan fisiologis sampel dan sampel 2
juga tidak dapat menahan buang air kecil karena adanya patologis sehingga perutnya
membesar melebihi ukuran normal dan menahan kandung kecing sehingga tidak dapat
menahan buang air kecil.
Teknik skening yang digunakan pada kedua sampel adalah teknik skening
transversal dan longitudinal, tetapi pada SOP RSUD Cengkareng dilakukan teknik
skening tambahan. Pada saat dilakukan skening longitudinal, geser transduser ke kanan
dari MSP tubuh untuk melihat adnexa kanan dan geser transduser ke kiri untuk
melihat adnexa kiri pasien. Penambahan skening ini dilakukan agar skening lebih
efektif dan mengurangi ketidaknyamanan pasien dibandingkan harus memiringkan
tubuh pasien ke kanan dan kiri seperti yang tertulis pada buku panduan USG P.E.S
Palmer.

6. Hasil Gambaran
Hasil gambaran kedua sampel didapat gambaran kandung kemih dengan struktur
anechoic berdinding tipis dan reguler serta uterus dengan struktur hipechoic pada
skening transversal. Tampak kista berbentuk bulat berdinding tegas dengan struktur
anechoic dan adanya back enhacement yang berada di bawah kista yang merupakan
cirri khas kista dari gambaran sonopatologi.
Keseluruhan hasil gambaran telah sesuai dengan SOP yang digunakan RSUD
Cengkareng dan dalam buku paduan USG P.E.S Palmer, hanya yang membedakan
letak, ukuran kista dan jenis kista ovarium dari kedua sampel.

Sampel 1 merupakan kista fungsional dengan ukuran 0,3 cm di adnexa kanan, ini adalah
kista umum yang dimiliki oleh setiap wanita dan akan membesar saat menstruasi,
sedangkan sampel 2 merupakan kista kompleks berukuran 12 cm di adnexa kanan dan
9 cm di adnexa kiri, dikatakan kista kompleks karena menurut SOP RSUD Cengkareng
dan panduan buku USG P.E.S Palmer ukurannya > 3 cm.
BAB V

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi kasus teknik pemeriksaan ultrasonografi pelvis dengan
klinis kista ovarium di RSUD Cengkareng dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Penelitian dilakukan menggunakan alat USG merk Philips HD15 Pure Wave
dengan transduser konveks tipe C5-1 yang memiliki frekuensi 5 MHz serta persiapan
pasien yang benar akan membantu skening lebih efektif dan menghasilkan gambaran
yang akurat.
Teknik pemeriksaan ultrasonografi dengan klinis kista ovarium dilakukan dengan dua
teknik skening, yaitu teknik skening proyeksi transversal dan longitudinal, ditambahan
dengan teknik skening longitudinal dengan memanipulasi pergerakan transduser ke
kanan dan kiri dari MSP tubuh untuk mengevaluasi kedua adnexa dengan cepat dan
efektif. Penekanan transduser saat pemeriksaan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Hasil gambaran dari teknik skening ultrasonografi pelvis dengan klinis kista
adnexa/ ovarium yang sangat besar dilakukan sebelum dan sesudah buang air kecil
untuk membedakan gambar kista dan buli.

B. SARAN
Secara keseluruhan hasil gambaran USG yang baik ditunjang dari jalannya
prosedur persiapan pasien dan teknik skening.
Pada prosedur persiapan, hendaknya petugas Radiologi menginfokan pada
pasien segera melapor jika mengalami gangguan ataupun kelainan sehingga tidak dapat
melaksanakan persiapan pasien beberapa jam sebelum pemeriksaan agar cepat
ditangani dan mengurangi ketidaknyamanan pasien.

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012;

2. Wolters K. Professional Guide to Pathophysiology [Internet]. Third. Eckman M,


editor. Philadephia, USA: Lippincott Williams and Wilkins; 2011. Available
from:
https://books.google.co.id/books?id=ThYtQC8mzj8C&pg=PA604&dq=patholo
gy+of+cyst+ovary&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=pathology of cyst
ovary&f=false

3. Chandak R, Degwekar S, Bhowte RR, Motwani M, Banode P, Chandak M, et al.


An evaluation of efficacy of ultrasonography in the diagnosis of head and neck
swellings. Dentomaxillofacial Radiol. 2011;40(4):213–21.

4. Bates J. Manual of diagnostic ultrasound. Ultrasound Med Biol. 1996;22(6):767.

5. Bates J. Abdominal Ultrasonography : How, Why and When. Third. Wilson C,


editor. United Kingdom: CHURCHILL LIVINGSTONE ELSEVIER; 2011. 21
p.

6. Doria AS, Keshava SN, Mohanta A, Jarrin J, Blanchette V, Srivastava A, et al.


Diagnostic accuracy of ultrasound for assessment of hemophilic arthropathy:
MRI correlation. AJR Am J Roentgenol. 2015;204(3):W336–47.

7. Hua Y, Meng XF, Jia LY, Ling C, Miao ZR, Ling F, et al. Color Doppler imaging
evaluation of proximal vertebral artery stenosis. AJR Am J Roentgenol [Internet].
2009;193(5):1434–8. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&db=PubMed&d
opt=Citation&list_uids=19843764%5Cnhttp://www.ajronline.org/cgi/reprint/19
3/5/1434.pdf

8. Irshad A, Ackerman SJ, Spicer K, Baker N, Campbell A, Anis M, et al.


Ultrasound evaluation of gallbladder dyskinesia: Comparison of scintigraphy and
dynamic 3D and 4D ultrasound techniques. Am J Roentgenol. 2011;197(5):1103–
10.

9. Strakowski JA. Ultrasound Evaluation of Focal Neuropathies Correlation with


Electrodiagnosis. First. New York: Demos Medical; 2014. 27-28 p.
10. De Zordo T, Fink C, Feuchtner GM, Smekal V, Reindl M, Klauser AS. Real-time
sonoelastography findings in healthy Achilles tendons. Am J Roentgenol.
2009;193(2):134–8.

11. Avegno J. Evaluating the Patient with Right Upper Quadrant Abdominal Pain.
Emerg Med Clin NA [Internet]. 2016;34(2):211–28. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.emc.2015.12.011

12. Rogers K. The Reproductive System. First. New York: Britannica; 2011.

13. Rizzo DC. Fundamental Of Anatomy and Physiology. Fourth. USA: CENGAGE
Learning; 2015.

14. Waugh, Anne; Grant A. Anatomy and Physiology in Health and Illness. Ninth.
Philadephia, USA: Elsevier Inc; 2001.

15. World Healt Organization. Panduan Pemeriksaan Diagnostik USG. First.


Gunawan A, editor. Indonesia: Buku Kedokteran USG; 2002.

16. Howard R. Essentials of Rubin’s Pathology. Sixth. Philadephia, USA: Lippincott


Williams and Wilkins; 2014.

17. Gupta, LC; Sahu U. Diagnostic Ultrasound. Second. New Delhi: Jaypee Brother
Medical; 2007.

18. Block B. The Practice of Ultrasound. Second. Thieme; 2004.

19. Hagopian, Ellen J; Machi J. Abdominal Ultrasound for Surgeons. First. New
York: Springer; 2014.

20. Chudleigh, Trist; Smith ACS. Obstetric and Gynaecological Ultrasound : How,
Why, and When [Internet]. Fourth. United Kingdom: Elsevier Inc; 2007.
Available from:
https://books.google.co.id/books?id=jC68DAAAQBAJ&pg=PA235&dq=Obstet
ric+and+Gynaecological+Ultrasound :+How,+Why,+and+When.+Fourt&hl=id
&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=Obstetric and Gynaecological
Ultrasound %3A How%2C Why%2C and When. Fourt&f=false

21. Noble VE et al. Manual Of Emergency and Critical Care Ultrasound. First. United
Kingdom: Cambridge; 2007.
22. Merz E. Ultrasound in Obstetrics and Gynecology. Second. Germany: Thieme;
2011.

23. Schmidt G. Thieme Clinical Companions Ultrasound. Telger T, editor. Germany:


Thieme; 2011. 352 p.

24. Chudleigh, Trist ; Thilaganathan B. Obstetric Ultrasound : How, Why and When.
In: Third. Philadephia, USA: Elsevier Inc; 2004.

Anda mungkin juga menyukai