Anda di halaman 1dari 19

MUTU KESELAMATAN PASIEN

PATIENT SAFETY DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1 (KE-2)

1. AFRIYANTI
2. AGISTI PRASTIANA
3. EVA AYU LESTARI
4. VIVI FAMELIA
5. RIZCHA FELAUTANI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

MATARAM

2016

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan observasi tentang keselamatan pasien (patient safety) di Bidan Praktik
Mandiri pada mata kuliah Mutu Keselamatan Pasien ini disahkan pada:

Hari : Rabu
Tanggal : 28 September 2016
Pukul : 13:30 WITA

Mengetahui
Dosen Mata Kuliah,

Harlina Putri Rusiana, S.Kep., Ners.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas
rahmat dan karuniaNya kami telah dapat melaksanakan obervasi dengan lancar.

Penyusun menyadari laporan ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun
sistematika penulisannya, maka dari itu penyusun berterima kasih apabila ada kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan


seperjuangan khususnya Program Studi Kebidanan nantinya.
Mataram, September 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1 Latar Belakang..............................................................................................1
2 Tujuan penelitian.......................................................................................1
3 Manfaat Penelitian 1

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 6 sasaran keselamatan pasien.........................................................................2

BAB III HASIL OBSERVASI

3.1 Hasil Observasi...............................................................................................6

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan......................................................................................................12

4.2 Saran................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu strategi untuk mencapai misi Indonesia Sehat 2010 adalah dengan
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayan kesehatan yang berkualitas
dengan sasaran utamanya adalah tersedianya sumber daya manusia yang
kompeten di setiap desa, pelayanan kesehatan di rumah sakit, puskesmas dan
jaringan memenuhi mutu (Saputra, 2010).
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, akan mengakibatkan
tuntutan peningkatan pelayanan kesehatan. Salah satu upaya mengantisipasi
keadaan tersebut dengan menjaga kualitas pelayanan, sehingga perlu dilakukan
upaya terus menerus agar dapat diketahui kelemahan dan kekurangan jasa
pelayanan kesehatan. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan kualitas
pelayanan kesehatan, maka fungsi pelayanan secara perlu ditingkatkan untuk
memberi kepuasan pasien. Kualitas pelayanan merupakan suatu bentuk penilaian
konsumen (pasien) terhadap tingkat pelayanan yang diterima dengan tingkat
layanan yang diharapkan.Mutu pelayanan kesehatan yang diberikan menunjuk
pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dan
tuntutan setiap pasien, makin sempurna kebutuhan dan tuntutan setiap pasien,
makin baik pula mutu pelayanan kesehatan (Azwar, 1996).

1.2 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui tingkat keselamatan pasien baik di Rumah Sakit, Puskesmas,
dan Bidan Praktik Mandiri
1.3 Manfaat Penelitian
Bisa menjadi bahan reprensi bagi Rumah sakit, Puskesmas, dan Bidan Praktik
Mandiri untuk meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kepada pasien

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 6 sasaran keselamatan pasien yang tercantum dalam Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/ MENKES/ Per/ VII/
2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

1. SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN


Standar SKP I Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/
meningkatkan ketelitian identifikasi pasien
Elemen Penilaian Sasaran I :
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.

3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk


pemeriksaan klinis.

4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan


tindakan/prosedur.

2. SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF


Standar SKP II Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk
meningkatkan efektifitas komunikasi antar para pemberi pelayanan
Elemen Penilaian Sasaran II :

1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.

2. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dibacakan secara lengkap oleh penerima perintah.

3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau


yang menyampaikan hasil pemeriksaan.

4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan


komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.

3. SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH ALERT)
Standar SKP III Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert)
Elemen Penilaian Sasaran III :

1. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan agar memuat proses


identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label dan penyimpanan
elektrolit konsentrat.

2. Implementasi kebijakan dan prosedur.

3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika


dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.

4. SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR,


TEPAT-PASIEN OPERASI
Standar SKP IV Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien.

Elemen Penilaian Sasaran IV :

1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien didalam proses
penandaan.

2. Rumah sakit menggunakan suatu cheklist atau proses lain untuk


memverifikasi saat pre operasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-
pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat
dan fungsional.

3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur sebelum


"incisi/time out" tepat sebelum dimulainya suatu prosedur tindakan
pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung suatu proses
yang seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-
pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar
kamar operasi.

5. SASARAN V : PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT


PELAYANAN KESEHATAN
Standar SKP V Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi resiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Elemen Penilaian SasaranV :

1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene


terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (a.l dari WHO
Guidelines on Patient Safety.

2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.

3. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan


pengurangan secara berkelanjutan resiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.

6. SASARAN VI : PENGURANGAN RESIKO PASIEN JATUH


Standar SKP VI Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi resiko pasien dari cidera karena jatuh.
Elemen Penilaian Sasaran VI :

1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap resiko
jatuh dan melakukan asesmen ulang bila pasien diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan dan lain-lain.

2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka


yang pada hasil asesmen dianggap beresiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan, pengurangan
cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian yang tidak diharapkan.

4. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan


pengurangan berkelanjutan resiko pasien cedera akibat jatuh di rumah
sakit.
BAB III

HASIL OBSERVASI

Hari/tanggal : jumat, 23 September 2016

Pukul : 16:30 WITA

Tempat : Desa Ranjok, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat

Nara Sumber: Bidan Hj Napaah S.ST

Metode Observasi :

Observasi dengan meneliti kegiatan yang terjadi di Bidan Praktik Mandiri


Wawancara, dengan mewawancarai untuk mencari kesimpulan data yang
diperoleh dari Bidan Hj Napaah S.ST

3.1 Hasil Observasi :


1. SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
a) Di Bidan Praktik mandiri hanya melakukan pendokumentasian pasien di
buku, baik buku registrasi dan buku KIA.
b) Tidak ada pemberian identitas yang sidnifikan seperti gelang identitas.
Karena biasanya yang datang pada Bidan Praktik Mandiri, 1 hari hanya
ada 1-2 pasien dan masih bisa di kenali atau dibedakan antara pasien yang
satu dengan yang lainnya jadi hanya digunakan pendokumentasian dibuku,
buku registrasi dan buku KIA.
Pembahasan:
Berdasarkan standar patient safety elemen penilaian sasaran I, secara konsep
teori menjelaskan bahwa seharusnya untuk melakukan identifikasi pasien
harus menyertakan minimal 2 identitas pasien sebagai tanda pengenal agar
memudahan bidan untuk mengidentifikasi pasien. Dalam pelaksanaanya bidan
praktik hanya memberikan tanda pengenal pada bayi menyertakan identitas
nama ibu, waktu kelahiran dan jenis kelamin bayi (hal tersebut sudah sesuai
dengan konsep teori)
Akan tetapi ternyata pelaksanaanya tidak sesuai, disebabkan karena menurut
bidan praktik, sudah lama mengenal pasien yang berasal dari desa yang sama
dan yang datang hanya beberapa orang saja biasanya hanya 1 atau 2 pasien
dalam sehari sehingga oleh bidan dirasa tidak membutuhkan tambahan
identitas yang lebih.
Masukan kelompok adalah pemberian identitas harus tetap diberikan
walaupun kenal atau tidak dengan pasien guna menjamin keselamatan pasien.
Memberikan tanda pengenal pada pasien baik di papan tempat tidur, atau
gelang kepada pasien rawat inap untuk menghindari salah tindakan yang akan
di berikan kepada pasien dan menghindari bayi tertukar.
2. SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF
a) Komunikasinya dilakukan sangat efektif, karena bidan melakukan
pendekatan secara kekeluargaan, sehingga ibu dan keluarga lebih merasa
nyaman terhadap pelayanan yang diberikan bidan dan pasien menjadi
lebih nyaman menceritakan yang ia rasakan.
b) Penyampaian disampaikan secara lisan, jelas, dan menggunakan kata-
kata yang mudah dimengerti pasien dan agar pasien bisa paham
penjelasan dari bidan.
c) Hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap di buku KIA, jika ibu lupa
maka ibu bisa melihat buku KIA ibu yang ditulis oleh bidan.
d) Bidan selalu memberikan KIE seperti cara merawat tali pusat agar tidak
terjadi infeksi, cara menyusi yang baik dan benar sehingga bayi tumbuh
dengan sehat. Pemberian pandidikan biasanya diberikan pada waktu ibu
datang ke Bidan Praktik Mandiri.
Pembahasan :
Berdasarkan standar patient safety elemen penilaian sasaran II, secara konsep
teori menjelaskan bahwa bidan menjelaskan secara lisan dan hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh bidan. Dalam pelaksanaannya
bidan praktik sudah menerapkan komunikasi yang efektif dengan cara
pemberian lisan dan mudah dimengerti oleh pasien dan keluarga. Bidan
memberitahukan hasil pemeriksaan kepada pasien agar pasien mengetahui
kondisinya.
Masukkan kelompok adalah komunikasi yang diterapkan sangat baik karena
bidan sudah menjelaskan dengan benar dan mudah dimengerti oleh pasien
maupun keluarga.
3. SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH ALERT)
a) Masalah keamanaan obat, bidan mengikuti Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang telah di tetapkan oleh Menteri kesehatan.
b) Seperti obat yang memerlukan penanganan khusus yang harus di simpan
pada suhu tertentu seperti harus di simpan di lemari es, suhu ruangan dan
suhu tertentu lainya.
Pembahasan :
Berdasarkan standar patient safety elemen penilaian sasaran III, secara konsep
teori menjelaskan bahwa kebijakan atau prosedur agar memuat proses
identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label dan penyimpanan obat.
Dalam pelaksanaannya bidan praktik memberikan obat sesuai dengan standar
yang ada dengan cara klinis dalam melakukan pemberian obat dengan
mengedintifikasi pasien lebih dulu sebelum melakukan tindakan agar tidak
terjadi nyaris celaka dan kejadian yang tidak inginkan.
Masukan kelompok adalah dalam pelaksanaanya bidan praktik mandiri sudah
mengikuti standar yang ada, diharapkan agar bidan tetap mempertahankan
praktik klinis yang baik untuk meningkatkan keselamatan pasien.
4. SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR,
TEPAT-PASIEN OPERASI
a) Dalam melakukan tindakan Bidan Praktik Mandiri mengikuti Standar
Operasional Prosedur (SOP).
b) Menerapkan dan mencatat prosedur tindakan yang telah diberikan kepada
pasien.
Pembahasan :
Berdasarkan standar patient safety elemen penilaian sasaran IV, secara konsep
teori menjelaskan bahwa bidan menggunakan suatu checklist atau proses
untuk memverifikasi saat melakukan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tempat
pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat dan
fungsional. Dalam pelaksanaannya bidan praktik memberikan obat seperti
intra muscular (IM), sebelum melakukan tindakan bidan memeriksa daerah
yang akan diberikan suntikan dan dalam melakukan tindakan sesuai dengan
prosedurnya.
Masukan kelompok adalah bidan praktik mandiri sudah sangat baik dalam
pelaksanaannya, Harapan kami adalah agar bidan praktik mandiri terus
menjaga dan menjunjung tinggi pelayanan yang terbaik dan sesuai dengan
prosedur agar menjaga keselamatan pasien.
5. SASARAN V : PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT
PELAYANAN KESEHATAN
a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan untuk
mengurangi infeksi yang mungkin terjadi terhadap pasien maupun bidan
yang melakukan tindakan
b) Menggunakan handscoon dan Alat Pelindung Diri (APD) saat melakukan
tindakan untuk menghindari diri dari hal-hal yang tidak diinginkan, karena
seorang Bidan langsung menangani persalinan
c) Untuk penggunaan spuit, handscoon dan alat sekali pakai atau alat yang
telah tidak digunakan langsung dibakar
Pembahasan :
Berdasarkan standar patient safety elemen penilaian sasaran V , secara konsep
teori menjelaskan bahwa kebijakan atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan resiko dari infeksi yang
terkait pelayanan kesehatan. Dalam pelaksanannya bidan praktik melakukan
tindakan pencegahan dengan cara mencuci tangan sebelum dan sesudah
memberikan tindakan, dan menggunakan handscoon saat memberikan
pelayanan, seperti saat ibu melahirkan, bidan menggunakan handscoon saat
menolong persalianan, dan handscoon atau jarum suntik yang telah digunakan
dibuang dan dibakar agar tidak ada infeksi yang terjadi dilingkungan pasien
dan pasien tidak terjangkit infeksi.
Masukan kelompok adalah dalam melakukan pengurangan resiko infeksi
sudah sangat baik, lingkungan tempat pasien harus selalu bersih agar tidak ada
infeksi dan dapat menjamin keselamatan pasien.
6. SASARAN VI : PENGURANGAN RESIKO PASIEN JATUH
a) Pada tempat tidur pasien ada penyangga disamping kiri-kanan, bawah-atas
agar menghindari pasien jatuh atau nyaris jatuh dari tempat tidur.
b) Ada tangga yang telah disediakan agar mempermudah pasien untuk naik
dan turun dari tempat tidur dan mencegah pasien jatuh saat akan naik atau
turun dari tempat tidur
Pembahasan :
Berdasarkan standar patient safety elemen penilaian sasara VI, secara konsep
teori menjelaskan bahwa kebijakan atau prosedur dikembangkan untuk
pengurangan resiko pasien cedera akibat jatuh di tempat tidur. Dalam
pelaksanaannya bidan dalam melakukan pengurangan resiko pasien jatuh
dengan cara memberikan penyangga pada tempat tidur dibagian kiri-kanan
dan bawah-atas, agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur, dan menempatkan
tangga dibawah tempat tidur pasien untuk mempermudah pasien untuk naik
dan turun dari tempat tidur dan agar pasien tidak mengalami cedera.
Masukan kelompok adalah dalam melakukan pengurangan resiko pasien jatuh
bidan praktik sudah sangat baik dalam menjaga keselamatan pasien,
diharapkan untuk tetap menerapkan hal-hal yang baik untuk menjaga
keselamatan pasien dan mengurangi cedera terhadap pasien.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penerapan 6 sasaran sudah sangat baik karena mengikuti Standar yang sudah
ditetapkan oleh Pemerintah. Seperti pendokumentasian ada dan lengkap,
komunikasi masih sangat secara kekeluargaan, penanganan obat terjaga sangat
baik, setiap melakukan tindakan sesuai dengan prosedur, pencegahan infeksi
sangat diutamakan, dan agar pasien aman dan nyaman kondisi ruangan sangat
bagus dan baik. Keselamatan pasien sangat penting untuk meminimalisirkan
nyaris cedera atau kejadian tidak diharapkan.
4.2 Saran
Dalam meningkatkan mutu keselamatan pasien tenaga kesehatan harus
memperhatikan tentang 6 standar yang sudah disahkan oleh pemerintah. Agar
pelayanan yang diberikan bisa berkesinambungan dengan apa yang diinginkan
pasien dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan R.I(2006). Panduan nasional keselamatan pasien rumah


sakit. utamakan keselamatan pasien. Bakit Husada
LAMPIRAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGAM STUDI KEBIDANAN JENJANG D3
Jln.TGH. Ali Batu Lingkar Selatan Mataram
Website:www.stikesyarsimataram.ac.id, Email:www.stikesyarsimataram@yahoo.com

LEMBAR KONSULTASI
Nama : Kelompok 1
Judul : Patient Safety
Dosen : Harlina Putri Rusiana, S.Kep., Ners.
Tempat : Desa Ranjok, Kecamatan Gunung sari, Kabupaten Lombok Barat.

Hari/
No Materi Konsul Saran/Pemecahan Paraf
Tanggal

Anda mungkin juga menyukai