Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT CA OVARIUM

Oleh

Nama Kelompok:
1. YUNITA NABUASA
2. YUREX BURAEN

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA KUPANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker ovarium adalah penyebab utama kematian akibat kanker ginekologi di Amerika
Serikat, dengan puncak insidensi terjadi di awal 1980-an. Meskipun pemeriksaan fisik dilakukan
dengan cermat, kanker ovarium sering kali sulit dideteksi karena biasanya terdapat jauh di dalam
pelvis (Brunner, 2015).
Tumor ovarium terbagi atas tiga kelompok yaitu tumor jinak, bordeline (kanker
diferensiasi sedang), dan tumor ganas. Kanker ovarium diperkirakan 30 % terjadi dari seluruh
kanker pada sistem genitalia wanita (Arania & Windarti, 2015).

Dampak dari kanker ovarium pada stadium awal tidak mengalami perubahan pada tubuh
yang tidak begitu terasa pada diri wanita karena awal perubahannya di dalam tubuh mengalami
keputihan yang dianggap wanita itu hal biasa. Tetapi, pada stadium lanjut yaitu stadium II-IV
akan mengalami perubahan pada tubuh karena sudah bermetastase ke jaringan luar pelvis
misalnya jaringan hati, gastrointestinal dan paru-paru sehingga akan menyebabkan anemia,
asites, efusi pleura, nyeri ulu hati dan anoreksia (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2013).

Penduduk Indonesia yang menderita kanker ovarium menduduki urutan ke enam


terbanyak setelah karsinoma servik, payudara, kolorektal, kulit, dan limfoma. Insidens kanker
ovarium di Indonesia sebanyak 9.664 kasus atau 6,2 % dengan angka mortalitas 7.031 kasus.
Data kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais Tahun 2010-2013 pada penyakit kanker ovarium
tahun 2010 pada kasus baru terdapat 113 dan kasus kematian terdapat 22, tahun 2011 terdapat
kasus baru 146 dan kasus kematian 31, tahun 2012 terdapat kasus baru 144 dan kasus kematian
27 dan pada tahun 2013 kasus baru terdapat 134 dan kasus kematin 46 (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiwa Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien kanker
ovarium
2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien


kanker ovarium

b. Mahasiswa Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosis keperawatan pada pasien


kanker ovarium

c. Mahasiswa Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien kanker


ovarium

d. Mahasiwa Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien kanker


ovarium

e. Mahasiswa Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien kanker


ovarium

f. Mahasiswa Mampu mendeskripsikan dokumentasi keperawatan pada pasien


kanker ovarium
C. Manfaat

1. Peneliti
Hasil Penelitian studi kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan
ilmu pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien kanker ovarium
2. Rumah Sakit
Hasil Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
dan bahan bacaan dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien kanker
ovarium
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 PENGERTIAN
Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan sebab pada umumnya
baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes screening awal yang terbukti untuk kanker
ovarium. Tidak ada tanda-tanda awal yang pasti. Beberapa wanita mengalami ketidaknyamanan
pada abdomen dan bengkak (Digiulio,2014).
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang berasal dari ovarium dengan berbagai histologi
yang menyerang pada semua umur. Tumor sel germinal lebih banyak dijumpai pada penderita
berusia < 20 tahun, sedangkan tumor sel epitel lebih banyak pada wanita usia > 50 tahhun
(Manuaba, 2013).

2.1 ETIOLOGI
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Faktor resiko terjadinya kanker
ovarium menurut Manuaba (2013) sebagai berikut.
1) Faktor lingkungan
Insiden terjadinya kanker ovarium umumnya terjadi di negara industri
2) Faktor reproduksi
a) Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya resiko menderita kanker
ovarium karena tidak sempurnanya perbaikan epitel ovarium
b) Induksi ovulasi dengan menggunakan clomiphene sitrat meningkatkan resiko dua sampai tiga
kali
c) Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat mengurangi resiko terjadinya
kanker
d) Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50 % jika dikonsumsi selama lima tahun atau
lebih
e) Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI
3) Faktor genetik
a) 5-10 % adalah herediter
b) Angka resiko terbesar 5 % pada penderita satu saudara dan meningkat menjadi 7 % bila
memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium

3.1 EPIDEMIOLOGI
Menurut Prawirohardjo (2014), tanda dan gejala pada kanker ovarium sebagai
berikut.
1. Perut membesar/merasa adanya tekanan
2. Dispareunia
3. Berat badan meningkat karena adanya massa/asites
Menurut Brunner (2015), tanda dan gejala kanker ovarium yaitu :
1) Peningkatan lingkar abdomen
2) Tekanan panggul
3) Kembung
4) Nyeri punggung
5) Konstipasi
6) Nyeri abdomen
7) Urgensi kemih
8) Dispepsia
9) Perdarahan abnormal
10) Flatulens
11) Peningkatan ukuran pinggang
12) Nyeri tungkai
13) Nyeri panggul
4.1 PATOFISIOLOGI
Penyebab pasti kanker ovarium tidak ketahui namun multifaktoral. Resiko
berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan faktor lingkungan, reproduksi dan genetik.
Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan kanker ovarium epiteliel terus menjadi subjek
perdebatan dan penelitian. Insiden tertinggi terjadi di industri barat. Kebiasaan makan, kopi dan
merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, tidak hamil dan penggunaan bedak talek pada
daerah vagina, semua itu di anggap mungkin menyebabkan kanker.
Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungkin dapat mencegah.
Terapi penggantian estrogen pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan
peningkatan kematian akibat kanker ovarium. Gen-gen supresor tumor seperti BRCA-1 dan
BRCA-2 telah memperlihatkan peranan penting pada beberapa keluarga. Kanker ovarium
herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga
yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila yang menderita kanker ovarium, seorang
perempuan memiliki 50 % kesempatan untuk menderita kanker ovarium.
Lebih dari 30 jenis neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Kanker ovarium
dikelompokkan dalam tiga kategori besar ; (1) tumor-tumor epiteliel ;(2) tumor stroma gonad
;dan (3) tumor-tumor sel germinal. Keganasan epiteliel yang paling sering adalah
adenomakarsinoma serosa. Kebanyakan neoplasma epiteliel mulai berkembang dari permukaan
epitelium, atau serosa ovarium.

Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan
abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga implantasi
dan pertumbuhan. Keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan intraperitoneal.
Limfasik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas.
Semua kelenjer pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal
kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis,
sering berkemih, dan disuria, dan perubahan gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak
enak pada perut, cepat kenyang, dan konstipasi.pada beberapa perempuan dapat terjadi
perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan
estrogen, beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala
keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor,
ruptur, atau torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering terdeteksi selama pemeriksaan
pelvis rutin.
5.1 PATHWAY
6.1 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, apabila pada
seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium). Pemeriksaan
diagnostik menurut Brunner (2015), sebagai berikut.
1. Ultrasonografi transvagina dan pemeriksaan antigen CA-125 sangat bermanfaat
untuk wanita yang beresiko tinggi.
2. Pemeriksaan praoperasi dapat mencakup enema barium atau kolonoskopi,
serangkaian pemeriksaan GI atas, MRI, foto ronsen dada, urografi IV, dan
pemindaian CT.Scan.
7.1 PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Reeder, dkk (2013), asuhan keperawatan terdiri atas pendidikan kesehatan,
dukungan fisik dan emosi selama prosedur tindakan, dan dukungan emosi untuk mengatasi
kecemasan dan ketakutan. Selama hospitalisasi, perawat melakukan pemantauan fisiologis dan
prosedur teknis, serta memberikan tindakan kenyamanan. Perawat memberikan dukungan untuk
membantu keluarga berkoping dan menyesuaikan diri, memberi kesempatan untuk menceritakan
dan mengatasi rasa takut, serta membantu mengoordinasikan sumber dukungan bagi keluarga
dan proses pemulihan. Selama memberi perawatan, perawat membantu klien dan keluarga untuk
mengklarifikasi nilai dan dukungan spritual serta menemukan kekuatan pribadi untuk digunakan
sebagai koping. Wanita dan keluarga diharapkan mampu melalui fase berduka dan kehilangan
saat menghadapi penyakit yang mengancam jiwa.
Apabila pasien menderita penyakit terminal, alternatif asuhan, seperti hospice care,
perawatan di rumah, dan fasilitas asuhan multilevel yang dapat mendukung kualitas kehidupan
dan kematian yang damai mulai digali. Alternatif ini meningkatkan fungsi selama mungkin,
meredakan nyeri, mendorong interaksi dengan orang yang dcintai, dan memberikan dukungan
emosional dan spritual.
DAFTAR PUSTAKA

Arania, Windarti. 2015. Karakteristik Pasien Kanker Ovarium di Rumah Sakit Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2009-2013, Volume 5, nomor 9. Diakses
dalam
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=328303&val=5503&title
=Karakteristik%20Pasien%20Kanker%20Ovarium%20di%20Rumah%20Saki t
%20Dr.%20H.%20Abdul%20Moeloek%20Bandar%20Lampung%20Tahun
%202009-2013 diakses tanggal 10 Januari 2017.

Ayu Chandranita Manuaba, Ida, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
KB. Jakarta : EGC.

. . 2013. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi &


Obstetri Ginekologi-Sosial. Jakarta : EGC.

Brunner. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 12. Jakarta : EGC.

Bulechek. G, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) (edisi 6). Mosby : Lawa
City

Digiulio, Mary, dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Rapha Publishing.

Gunawan, Juniwati. 2014. Tesis : Usia Menars dan Menopause Penderita Kanker
Ovarium tidak berhubungan dengan Ekspresi P53. Denpasar : Universitas
Udayana. Diakses dalam http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud- 968-
1845626726-tesis%20full%20(jwg)%20final.pdf diakses tanggal 15 Juni 2017

Herdman. H.T & Kamitsuru. S. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-
2017 Edisi 10. Jakarta : EGC.

Hidayat, A. A. A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah (Edisi 2).
Jakarta : Salemba Medika.
Hutahaean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi.
Jakarta : Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai