Oleh :
Andwani Lina Sugendi
NIM P27820720052
Asuhan keperawatan Pada Klien dengan Ca Ovarium dengan riwayat TAH BSO
dengan Anemia dan Trombositopeni di Ruang Edelweis RSUD dr. Mohammad
Soewandhie Surabaya yang dilaksanakan pada tanggal 1 November 2022 s.d
tanggal 13 November 2022 telah disahkan sebagai laporan Praktek Klinik
Keperawatan Maternitas Semester V di Ruang Edelweis RSUD dr. Mohammad
Soewandhie Surabaya atas Nama Andwani Lina Sugendi dengan NIM
P27820720052.
Dr. Dhiana Setyorini, S.Kep., M.Kep.Sp.Mat Ary Murti Wulandari, Amd. Keb.
NIP. 196910031992032003 NIP. 198103262009022004
Mengetahui
Kepala Ruangan,
Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. faktor
resiko terjadinya kanker ovarium sebagai berikut: (3)
a. menstruasi dini Jika seorang wanita mengalami haid sejak usia dini maka
akan memiliki resiko tinggi terkena kanker ovarium.
b. Faktor usia Wanita usia lebih dari 45 tahun lebih rentan terkena kanker
ovarium.
c. Faktor reproduksi
1. Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya risiko
menderita kanker ovarium karena tidak sempurnanya perbaikan epitel
ovarium.
2. Induksi ovulasi dengan menggunakan chomiphene sitrat
meningkatkan resiko dua sampai tiga kali.
3. Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat mengurangi
risiko terjadinya kanker
4. Pemakaian pil kb menurunkan resiko hingga 50% jika dikonsumsi
selama 5 tahun lebih.
d. Wanita mandul atau tidak bisa hamil
e. Wanita yang belum pernah hamil akan memiliki resiko tinggi terkena
kanker ovarium.
f. Faktor genetik
1. Sebesar 5% sampai dengan 10% adalah herediter.
2. Angka resiko terbesar 5% pada penderita satu saudara dan meningkat
menjadi 7% bila memiliki dua saudara yang menderita kanker
ovarium.
g. Makanan Terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak hewani yang
dapat meningkatkan risiko terkena kanker ovarium.
h. Obesitas Wanita yang mengalami obesitas (kegemukan) memiliki resiko
tinggi terkena kanker ovarium.
Manifestasi Klinis
Kanker ovarium jarang menimbulkan gejala pada stadium awal.
Oleh sebab itu, kanker ovarium biasanya baru terdeteksi ketika sudah
memasuki stadium lanjut atau sudah menyebar ke organ lain.
Tanda dan gejala kanker ovarium biasanya asimtomatik dan tidak
spesifik, beberapa manifestasi klinis yang dapat meningkatkan kecurigaan
pada kanker ovarium seperti :(4)
1. Ditemukan massa adnexal di perut
2. Asitesis
3. Distensi perut
4. Peningkatan frekuensi berkemih akibat tekanan dari massa
5. Nyeri pada perut bagian bawah
6. Sesak napas
7. Adanya edema perifer
Klasifikasi
Berikut ini klasifikasi kanker ovarium menurut situs American
Cancer Society adalah: (5)
1. Tumor epitel
Tumor epitel atau dikenal dengan sebagai kanker ovarium epitel
merupakan jenis yang paling umum menyerang, dengan persentase
sebesar 75 persen.
Jenis kanker ini terjadi pada permukaan sel yang melapisi indung telur
bagian luar. Tumor epitel terbagi lagi menjadi beberapa tipe, yakni:
- Tumor jinak/benign epithelial tumors: sel tumor jinak yang
biasanya tidak mengarah pada masalah kesehatan yang serius.
- Tumor berpotensi ganas/borderline epithelial ovarian cancer: sel
tumor yang tidak terlihat seperti kanker namun sewaktu-waktu
dapat berubah menjadi kanker. Sangat umum terjadi pada wanita
usia muda dan tumbuh dengan lambat.
- Tumor ganas/malignant epithelial ovarian tumors: Sebanyak 85-
90% kasus tumor epitel merupakan jenis ini yang dapat
berkembang jadi kanker dan menyebar dengan cepat.
2. Tumor sel germinal
Jenis penyakit kanker ovarium selanjutnya menyerang sel germinal
yang menghasilkan sel telur (ovum), dengan persentase kasus kurang
dari 2 persen. Tumor sel germinal kemudian terbagi lagi menjadi
beberapa tipe, seperti:
- Teratoma: tumor jinak yang terlihat pada mikroskop seperti 3
lapisan embrio yang sedang berkembang, umum terjadi pada anak
dan perempuan di bawah 18 tahun.
- Dysgerminoma: tumor ganas tapi tidak menyebar dengan cepat dan
menyerang anak remaja dan usia sekitar 20-an.
Tumor sinus endodermal dan koriokarsinoma: tumor ini cukup
langka dan sekalinya terbentuk dapat tumbuh dan menyebar dengan
cepat.
3. Tumor stroma
Jenis penyakit kanker ovarium ini sangat langka, yakni jumlah
kasusnya hanya 1 persen. Kanker ini terjadi pada sel yang bertugas
memproduksi hormon. Wanita yang terkena tumor stroma akan
memiliki kadar estrogen yang tinggi dalam tubuhnya.
Manajemen Medis
Penatalaksanaan kanker ovarium utama adalah pembedahan. Saat
operasi, juga dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk menentukan ada
tidaknya keganasan serta jenis kanker, dan juga penentuan staging kanker.
Kemoterapi ajuvan dilakukan pada pasien setelah pembedahan, kecuali
jika penyakit terbatas hanya pada ovarium, serta pada kanker yang tidak
dapat dioperasi.
a. Operasi dengan Sitoreduksi
Operasi bertujuan untuk menentukan staging kanker, sitoreduksi
untuk meningkatkan keberhasilan kemoterapi, serta untuk tujuan kuratif
pada kanker yang terbatas hanya pada ovarium saja. Dengan pembedahan,
diharapkan kontrol kanker dapat maksimal dan harapan hidup dapat
dipertahankan selama mungkin.
Operasi dengan sitoreduksi oleh ahli ginekologis onkologi
merupakan pilihan utama pada pasien kanker ovarium. Seberapa luas
operasinya bergantung dari stadium kanker, misalnya wanita dengan kanker
stadium lanjut akan menjalani ooforektomi bilateral sedangkan pada
stadium I dapat dilakukan ooforektomi unilateral. Tindakan operasi sering
kali mereseksi organ lain yang terlibat secara makroskopis misalnya reseksi
usus besar, uterus, massa adneksa dan peritonektomi.
b. Penambahan Kemoterapi
Penambahan kemoterapi dengan menggunakan dasar platinum
setelah operasi direkomendasikan pada pasien kanker ovarium stadium awal
(stadium 2 ke atas) dan/atau pada pasien yang memiliki karakter histologi
spesifik (HGSC atau karsinoma clear-cell). Kemoterapi diberikan setelah
pembedahan atau pada pasien yang tidak dapat dioperasi. Penambahan
kemoterapi setelah pembedahan dapat meningkatkan angka harapan hidup
pasien.
Kemoterapi primer yang disarankan adalah: (6)
1. Stadium IA, IB atau IC dari kanker ovarium epitel : 3-6 siklus
taxan/carboplatin kemoterapi ajuvan intravena
2. Stadium II-IV: Kemoterapi intraperitoneal atau 6-8 siklus
taxan/carboplatin intravena Pada pasien yang mengalami rekurensi
dapat diberikan kombinasi kemoterapi platinum dengan docetaxel atau
etoposide atau gemcitabine atau liposomal doxorubicin + bevacizumab
atau paclitaxel + bevacizumab atau Topotecan + bevacizumab. Selain
itu bisa diberikan PARP inhibitor (poly-ADP-ribose polymerase) yang
berfungsi untuk menghalangi homeostasis sel dan menyebabkan
kematian sel, di antaranya termasuk olaparib, rucaparib dan niraparib.
c. Pengawasan Setelah Terapi
1. Pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan pelvis dan kelenjar getah
bening setiap 3 bulan dalam 2 tahun pertama, setiap 4-6 bulan pada
tahun ketiga, dan setiap 6 bulan pada tahun keempat dan seterusnya
2. Pemeriksaan CA 125 bersifat opsional
3. Lakukan CT scan hanya bila dicurigai ada kekambuhan (rekurensi)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk membantu
menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan radiografi dan penanda tumor.
Pemeriksaan histopatologi umumnya dilakukan bersamaan dengan operasi
laparoskopi untuk menentukan ada tidaknya keganasan dan tipenya. (6)
a. Pemeriksaan Radiografi
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat
karena dapat menentukan morfologi tumor pelvis, serta menilai ada
tidaknya
massa pada bagian lain abdomen. Ultrasonografi transvaginal bermanfaat
untuk menilai struktur dan pendarahan ovarium, membedakan massa kistik
dan solid, serta mendeteksi adanya asites. Tingkat akurasi pemeriksaan ini
untuk membedakan massa jinak dan ganas adalah sensitivitas 86-94%,
spesifisitas 94-96%. (6)
Walau demikian, perlu diingat bahwa ultrasonografi sangat dipengaruhi
oleh operator (operator-dependent). Studi dilakukan untuk validasi eksternal
sistem skoring ultrasonografi transvaginal untuk kanker ovarium dan
hasilnya menunjukkan bahwa performa pemeriksaan ini inferior
dibandingkan dengan tingkat akurasi yang dilaporkan. Selain itu,
ultrasonografi juga memiliki nilai prediksi positif yang rendah karena
tingginya prevalensi lesi ovarium jinak. (6)
Definisi Hysterectomy
Histerektomi berasal dari bahasa Yunani yakni hystera yang berarti
“rahim” dan ektmia yang berarti “pemotongan”. Histerektomi berarti operasi
pengangkatan rahim. Akibat dari histerektomi ini adalah si wanita tidak bisa
hamil lagi dan berarti tidak bisa pula mempunyai anak lagi. (11)
Walaupun tidak pernah diharapkan, wanita tak jarang mengalami
berbagai penyakit yang berkaitan dengan organ reproduksinya. Penyakit itu
diantaranya kanker rahim atau kanker mulut rahim, fiBbroid (tumor jinak
pada rahim), dan endometriosis (kelainan akibat dinding rahim bagian dalam
tumbuh pada indung telur, tuba fallopi, atau bagian tubuh lain, padahal
seharusnya hanya tumbuh dirahim). (12)
Penyakit-penyakit tersebut sangat membahayakan bagi seorang wanita,
bahkan dapat mengancam jiwanya, karena itu, perlu tindakan medis untuk
mengatasinya. Menghadapi penyakit-penyakit tersebut tindakan medis yang
harus dilakukan adalah histerektomi. Prosedur histerektomi biasanya dipilih
berdasarkan diagnosa penyakit, juga berdasarkan pengalaman dan
kecenderungan ahli bedah. Namun, demikian, prosedur histerektomi melalui
vagina memiliki resiko yang lebih kecil dan waktu pemulihan yang lebih
cepat dibanding prosedur histerektomi melalui perut.(11)
Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistemdalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan
neurologik (syaraf) yangdimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia
(badan kurus), pica, serta perkembangankognitif yang abnormal pada anak.
Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguanfungsi epitel, dan
berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan5L,
yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan
seseorang terkenaanemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat
pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan,
kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia
bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung. (12).
Klasifikasi
a. Anemia Aplastik
1. Penyebab
Obat-obatan (kloramphenikol, insektisida, anti kejang).
Penyinaran yang berlebihan.
Sumsum tulang yang tidak mampu memproduksi sel darah merah.
2. Gejala Klinis
Pucat
Cepat lelah
Lemah
Gejala Icokopenia / trombositopeni
3. Pemeriksaan penunjang
Terdapat pensitopenia sumsum tulang kosong diganti lemak, neotrofil
kurang dari 300ml, trombosit kurang dari 20.000/ml, retikulosit kurang dari
1%dan kepadatanselulersumsum tulang kurang dari 20%.
4. Pengobatan
Berikan transfusi darah “Packed cell”, bila diberikan trombosit berikan
darahsegar/platelet concentrate.
Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotic, hygiene yang baik perlu
untuk mencegahtimbulnya infeksi.
Untuk anemia yang disebabkan logam berat dapat diberikan BAC
(Britis AntilewisiteDimercaprol)
Transplantasi sumsum tulang
Prednison dan testoteron (Prednison dosis 2-5 mg/kg BB/hari per oral,
Testoterondosis 1-2 mg/kg BB/hari secara parenteral, Hemopocitik
sebagai ganti testoterondosis 1-2 mg/kg BB/hari per oral)
b. Anemia Defisiensi Zat Besi
1. Penyebab
Masukan zat besi dalam makanan yang tidak adekuat
Masukan makanan dari susu sapi secara tidak langsung
Penyebab Hb yang tepat tidak terjadi
Janin yang lahir dengan gangguan structural pada system pencernaan
Kehilangan darah kronis akibat adanya lesi pada saluran pencernaan
2. Gejala klinis
Tampak lelah dan lekas lelah, pucat, sakit kepala, iritabe dan tidak
tampak sakit karenaperjalanan penyakit menahun, tampak pucat terutama
pada inukosa bibir, faring, telapaktangan dan dasar kuku, konjungtiva okuler
berwarna kebiruan atau berwarna putihmutiara dan jantung agak membesar.
3. Pemeriksaan penunjang
Ferritin serum rendah kurang dari 30 mg/l, MCV menurun ditemukan
gambaransel mikrositik hipokrom, Hb dan eritrosit menurun.
4. Pengobatan
Dengan pemberian garam-garam sederhana peroral (sulfat, glukonat,
fumarat), preparat, besi secara parenteral besi dekstram, jika anak sangat
anemis dengan Hb di bawah4gm/dl diberi 2-3 ml/kg packed cell, jika terjadi
gagal jantung kongestif maka pemberianmodifikasi transfusi tukar packed
eritrosis yang segar, dapat pula diberi furosemid.
c. Anemia Hemolitik
1. Penyebab
a. Faktor instrinsik
Karena kekurangan bahan untuk membuat eritrosit
Kelainan eritrosit yang bersifat congenital seperti hemoglobinopati
Kelainan dinding eritrosit
Abnormalita dari enzym dalam eritrosit
b. Faktor ekstrinsik
Akibat reaksi non immunitas (akibat bahan kimia atau obat-obatan,
bakteri)
Akibat reaksi immunitas (karena eritrosit diselimuti anti body yang
dihasilkanolehtubuh itu sendiri)
2. Gejala klinis
Badan panas, menggigil, lemah, mual muntah, pertumbuhan badan yang
terganggu, adanya ikhterus dan spelenomegali.
3. Pemeriksaan penunjang
Terjadi penurunan Ht; penggian bilirubin inderik dalam darah dan
peningkatanbilirubintotal sampai 4 mg/dl dan peninggian urobilin.
4. Penatalaksanaan
Tergantung dari penyakit dasarnya, splenoktomi merupakan tindakan yang
harusdilakukan. Indikasi dan splenoktomi adalah :
Sferositosis konginital
Hipersplenisme
Limfa yang terlalu besar sehingga menimbulkan gangguan mekanisme
Berikan kortikosteroid pada anemia hemolisis autoimum, transfusi
darahdapat diberikan jika keadaan berat.
Etiologi
a. Penurunan produksi trombosit
1) Kongenital bone narrow (misalnya, anemia Fanconi Wiskott-Aldrich
syndrome)
2) Kegagalan sumsum tulang Acquired (misalnya, anemia aplastik,
myelodysplasia)
3) Paparan kemoterapi, radiasi
4) Neoplastik, infeksi
5) Defisiensi vitamin B12, folat, zat besi
6) Konsumsi alkohol
b. Peningkatan penghancuran trombosit
c. Idiopatik
Manifestasi Klinis
a. Akut
1) Hanya 16% yang idiopatik
2) Perdarahan dapat didahului oleh infeksi, pemberian obat – obatan atau
menarche
3)Pada permulaan perdarahan sangat hebat selain terjadi
trombositopenia, rusaknya megakariosit juga terjadi perubahan
pembuluh darah
4) Sering terjadi perdarahan GIT, tuba falopi dan peritoneum
5) Kelenjar lymphe, lien dan hepar jarang membesar
b. Menahun
1) Biasanya pada dewasa, terjadi beberapa bulan samapai beberapa tahun
kadang menetap
2) Permulaan tidak dapat ditentukan ada riwayat perdarahan menahun,
menstruasi lama
3) Perdarah relative ringan
4) Jumlah trombosit 30.000 – 80.000/mm3
5) Biasanya tanpa enemi, lekopeni dan splenomegali
6) Penghancuran trombosit lebih normal
7) Sering terjadi relap dan remisi yang berulang – ulang
c. Recurrent
1) Perdarahan normal dan tak ada petekie dan masa hidup trombosit
menurun
2) Hasil pengobatan dengan kortikosteroid baik
3) Kadang tanpa pengobatan dapat sembuh sendiri
4) Remisi berkisar beberapa minggu sampai 6 bulan
d. Siklik
1) Menstruasi yang banyak
2) Perdarahan pada mukosa, mulut, hidung, dan gusi
3) Muntah darah dan batuk darah
4) Perdarahan Gastro Intestinal
5) Adanya darah dalam urin dan feses
6) Perdarahan serebral, terjadi 1 – 5 % pada ITP
Manajemen Medis
a. Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
b. Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik,
maka berikan kortikosteroid.
c. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan
immunoglobulin per IV.
d. Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit. b. ITP
Menahun • Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan. Misal: prednisone 2 –
5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid
berikan immunoglobulin (IV). • Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 –
5 mg/kgBB/hari peroral.
e. Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
f. Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral. • Splenektomi.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan
adalah :
a. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa
Hb sedikit berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat hypochrome
mycrosyter. Leukosit meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi
PMN. Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya
abnormal. Lymphositosis dan eosinofilia terutama pada anak
b. Pemeriksaan darah tepi. Hematokrit normal atau sedikit berkurang
c. Aspirasi sumsum tulang Jumlah megakaryosit normal atau bertambah,
kadang mudah sekali morfologi megakaryosit abnormal (ukuran sangat
besar, inti nonboluted, sitoplasma berfakuola dan sedikit atau tanpa
granula). Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan darah
tepi merupakan pemeriksaan laboratorium pertama yang terpentong.
b. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran Kesadaran pasien tergantung kepada keadaan pasien,
biasanya pasien sadar, tekanan darah meningkat dan nadi meningkat dan
pernafasan dyspnea.
2) Kepala dan rambut Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada
benjolan, tidak ada hematom dan rambut tidak rontok.
3) Telinga Simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pendengaran dan
tidak ada lesi.
4) Wajah Pada mata konjungtiva anemis, sklera tidak kuning, pada
hidung tidak ada pernapasan cuping hidung, pada mulut dan gigi mukosa
pucat dan tidak ada sariawan.
5) Leher Tidak ada pembendungan vena jugularis dan pembesaran
kelenjer tiroid.
6) Thoraks Tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada simetris.
7) Paru-paru
- Inspeksi Pernapasan dyspnea, tidak ada tarikan dinding dada.
- Palpasi Fremitus kiri dan kanan sama.
- Perkusi Suara ketok sonor, suara tambahan tidak ada.
- Auskultasi Vesikuler.
8) Jantung Pada pasien kanker ovarium biasanya tidak ada mengalami
masalah pada saat pemeriksaan di jantung
- Inspeksi Umumnya pada saat inspeksi, Ictus cordis tidak terlihat.
- Palpasi Pada pemeriksaan palpasi Ictus cordis teraba.
- Perkusi Pekak.
- Auskultasi Bunyi jantung S1 dan S2 normal. Bunyi jantung S1
adalah penutupan bersamaan katup mitral dan trikuspidalis. Bunyi
jantung S2 adalah penutupan katup aorta dan pulmanalis secara
bersamaan.
9) Payudara/mamae Simetris kiri dan kanan, aerola mamae
hiperpigmentasi, papila mamae menonjol, dan tidak ada pembengkakan.
10) Abdomen
- Inspeksi Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya
perbesaran massa, sedangkan pada stadium lanjut kanker
ovarium, akan terlihat adanya asites dan perbesaran massa di
abdomen
- Palpasi Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya
perbesaran massa, sedangkan pada stadium lanjut kanker
ovarium, di raba akan terasa seperti karet atau batu massa di
abdomen
- Perkusi Hasilnya suara hipertympani karena adanya massa atau
asites yang telah bermetastase ke organ lain
- Auskultasi Bising usus normal yaitu 5- 30 kali/menit
11) Genitalia Pada beberapa kasus akan mengalami perdarahan abnormal
akibat hiperplasia dan hormon siklus menstruasi yang terganggu. Pada
stasium lanjut akan dijumpai tidak ada haid lagi.
l2) Ekstremitas Tidak ada udema, tidak ada luka dan CRT kembali < 2
detik. Pada stadium lanjut akan ditandai dengan kaki edema (7).
Analisis Data
Pengelompokan Data Kemungkinan penyebab Masalah
DS: 1. Agen pencedera fisiologis Nyeri akut (D.0077).
1. Klien mengeluh nyeri 2. Penekanan syaraf ovarium
DO: oleh sel-sel kanker
1. Frekuensi nadi 3. Menstimulasi mediator
meningkat nyeri
2. Gelisah 4. Nyeri akut
3. Tampak meringis
4. TD meningkat
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077). (8)
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih (D.0040). (8)
3. Keletihan b.d kondisi fisiologis anemia d.d klien memgeluh lemas dan
kurang bertenaga (D.0057)
4. Resiko Perdarahan d.d trombositopenia(D.0012)
5. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan (D.0023).
(8)
6. Nausea berhubungan dengan distensi lambung (D.0076). (8)
7. Deficit nutrsi berhubungann dengan ketidakmampuan mencerna
makanan (D.0019). (8)
8. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit (D.0142).
(8)
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Tindakan Keperawatan
Hasil
1. nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri (10)
dengan agen pencedera tindakan Observasi :
fisiologis (D.0077). keperawatan 1) Identifikasi local, karakteristik,
kepada pasien durasi, frekuensi, kualitas,
diharapkan tingkat
nyeri menurun intensitas nyeri
dengan kriteria 2) Identifikasi skala nyeri
hasil : (9) 3) Identifikasi respons nyeri non
1) Keluhan nyeri verbal
menurun 4) Identifikasi factor yang
2) Meringis memperberat dan memperingan
menurun nyeri.
3) Sikap protektif 5) Identifikasi pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
4) Gelisah 6) Identifikasi pengaruh budaya
menurun terhaadap respon nyeri
5) Kesulitan tidur 7) Identifikasi pengaruh nyeri
menurun pada kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan.
9) Monitor efek samping
penggunaan analgetik.
Terapeutik :
1) Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis.TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain).
2) Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3) Fasilitas istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi:
1) Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Gangguan eliminasi urin setalah melakukan Manajemen eliminasi urine (10)
berhubungan dengan tindakan Observasi :
penurunan kapasitas keperawatan 1) Identifikasi tanda dan gejala
kandung kemih kepada pasien retensi atau inkontinensia urine
(D.0040). diharapkan 2) Identifikasi factor yang
eliminasi urine menyebabkan retensi atau
membaik dengan inkontinensia urine
kriteria hasil : (9) 3) Monitor eliminasi urine (mis
1) Sensasi frekuensi, konsistensi, aroma,
berkemih volume dan warna.
meningkat Terapeutik :
2) Distensi 1) Catat waktu-waktu dan
kandung kemih haluaran berkemih
menurun 2) Batasi asupan cairan, jika perlu
3) Berkemih tidak 3) Ambil sampel urine tengah
tuntas menurun (midstream) atau kultur
4) Volume residu Edukasi:
urine menurun 1) Ajarkan tanda gejala saluram
kemih
2) Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urine
3) Ajarkan mengambil specimen
urine midstream ajarkan
mengenali tanda dan berkemih
dan waktu yang tepat untuk
berkemih.
4) Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
panggul/berkemihan.
5) Anjurkan minum yang cukup,
jika tidak ada kontraindikasi
6) Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur.
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra, jika perlu.
3 Keletihan b.d kondisi Setelah dilakukan Transfusi darah
fisiologis anemia d.d tindakan Observasi
klien memgeluh lemas keperawatan 1. Identifikasi rencana
dan kurang bertenaga selama 2x24 jam transfusi
(D.0057) diharapkan tingkat 2. Monitor TTV sebelum,
keletihan membaik selama dan setelah
dengan kriteria transfusi
hasil : 3. Monitor tanda kelebihan
1. Tenaga cairan
meningkat 4. Monitor reaksi transfusi
2. Lesu menurun
Terapeutik
3. Aktivitas rutin
5. Lakukan pengecekan
meningkat
ganda pada label darah
4. Verbalisasi lelah
6. Periksa kepatenan
membaik
intravenaa, flebitis dan
infeksi lkal
7. Berikan NaCl 0,9 % 50-
100 ml sebelum transfusi
dilakukan
8. Atur kecepatan transfusi
10-15 ml/kgBB dalam 2-4
jam
Edukasi
9. Jelaskan tujuan dan
prosedur transfusi
10. Jelaskan tanda dan gejala
reaksi transfusi yang
perlu dilaporkan
Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan salah satu tahap
pelaksanaan dalam proses keperawatan. Dalam implementasi terdapat
susunan dan tatanan pelaksanaan yang akan mengatur kegiatan
pelaksanaan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan intervensi
keperawatan yang sudah ditetapkan. Implementasi keperawatan ini juga
mengacu pada kemampuan perawat baik secara praktik maupun intelektual
(7).
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan suatu tahap yang terdapat dalam
proses keperawatan evaluasi dilakukan pada banyak hal yang dapat dinilai
keberhasilan dan ketepatannya agar kebutuhan klien dapat terpenuhi,
perawat sendiri perlu melakukan evaluasi untuk mendapat kesadaran diri
dan membuat peningkatan dari hasil yang sudah didapatkan (7).
Pathway
DAFTAR PUSTAKA