SCABIES
Dosen Pembimbing:
Hepta Nur Anugrahini, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Disusun Oleh:
Andwani Lina Sugendi (P27820720052)
TINGKAT II SEMESTER IV
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah yang saya
selesaikan adalah benar. Dengan ini saya menyatakan penulisan makalah dengan
judul Makalah Keperawatan Medikal Bedah 2 “ Scabies ” telah memenuhi semua
syarat serta ketentuan yang ditetapkan oleh Ibu dosen.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis atas kehadirat Allah SWT, karean berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah Keperawatan Medikal Bedah 2 “ Scabies ” dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki masih sangat kurang. Oleh kerena itu penulis harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Scabies merupakan penyakit kulit yang dikenal oleh masyarakat dengan
nama penyakit kudis. Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabies var. hominis. Sarcoptes scabies
termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, famili Sarcoptidae.
Scabies seringkali diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas
penanganannya rendah. Akan tetapi, penyakit ini dapat menjadi kronis dan berat
serta menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Mutiara et al., 2016).
Menurut data dari World Health Organization (WHO) menyatakan angka
kejadian scabies pada tahun 2014 sebanyak 130jt orang didunia dari 0,3% menjadi
46%. Pada tahun 2020 WHO memperkirakan angka kejadian scabies kurang lebih
200 juta orang dengan perkiraan prevalensi rata-rata 5-10% pada anak-anak
(Elena and Song, 2021).
Penyakit scabies banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena
Indonesia merupakan negara beriklim tropis. Penyakit kulit scabies pertama kali
dilaporkan di Indonesia pada tahun 1981. Menurut data depkes RI pada tahun
2013 populasi scabies di Indonesia yakni 3,9%6%. Indonesia belum terbebas dari
penyakit scabies dan masih menjadi salah satu masalah penyakit menular di
Indonesia (Ridwan, Sahrudin and Ibrahim, 2017).
Data yang didapatkan dari puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008,
populasi scabies adalah 5,6%-12,95% dan scabies di Indonesia menduduki urutan
ke 3 dari 12 penyakit kulit tersering. Pada tahun 2015, penderita scabies sebanyak
526 kasus yang terjadi di Kecamatan mayang (Ali, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dikaji dalam pengkajian Scabies?
2. Apa saja diagnosa keperawatan pada Scabies?
3. Apa intervensi keperawatan pada Scabies?
4. Apa saja implementasi keperawatan pada penyakit Scabies?
5. Apa saja evaluasi keperawatan pada penyakit Scabies?
6. Bagaimana WOC dari penyakit scabies?
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Menjelaskan apa saja yang dikaji dalam pengkajian Scabies.
2. Menjelaskan apa saja diagnosa keperawatan pada Scabies.
3. Menjelaskan apa intervensi keperawatan pada Scabies.
4. Menjelaskan apa saja implementasi keperawatan pada penyakit
Scabies.
5. Menjelaskan apa saja evaluasi keperawatan pada penyakit Scabies
6. Untuk mengetahui WOC dari penyakit scabies.
1.3.2 Tujuan Khusus
Makalah ini disusun unntuk memenuhi salah satu syarat mengikuti
perkuliahan di Poltekkes Kemenkes Surabaya terutama pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 2.
1.4 Manfaat
Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem integumen Scabies bagi peneliti selanjutnya. Dan juga dapat
mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan serta kemampuan
penulis dalam menerapkan asuhan keperawatan pada Klien dengan gangguan
Scabies yang telah dipelajari.
BAB II
ASKEP TEORI
2.1 Pengkajian
a. Biodata
Umur memberikan petunjuk mengenai dosis obat yang diberikan,
anak-anak dan dewasa pemberian dosis obatnya berbeda. Pekerjaan,
alamat menentukan tingkat sosial, ekonomi dan tingkat kebersihan
lingkungan. Karena pada kenyataannya bahwa sebagian besar penderita
kusta adalah dari golongan ekonomi lemah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan rasa gatal dan panas yang dirasakan menjadi edema
karena digaruk sehingga menimbulkan rasa nyeri pada area kulit. Pasien
seringkali terlihat letih dan tidak bersemangat. Pada scabies dengan infeksi akan
ditandai dengan bintik kemerahan yang bernanah.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Biasanya pasien memiliki riwayat alergi atau pernah menderita scabies
sebelumnya. Pasien tinggal di area dengan sanitasi rendah, atau tinggal bersama
dengan orang lain dan menggunakan pakaian bersama.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya terdapat anggota keluarga pasien yang menderita scabies
sehingga ditularkan kepada pasien.
e. Riwayat Psikososial
Fungsi tubuh dan komplikasi yang diderita. Klien yang menderita
Scabies akan malu karena sebagian besar masyarakat akan beranggapan
bahwa penyakit ini merupakan penyakit kutukan, sehingga klien akan
menutup diri dan menarik diri, sehingga klien mengalami gangguan jiwa
pada konsep diri karena penurunan
f. Pola Aktivitas Sehari-hari
Aktifitas sehari-hari terganggu karena adanya kelemahan pada
tangan dan kaki maupun kelumpuhan. Klien mengalami ketergantungan
pada orang lain dalam perawatan diri karena kondisinya yang tidak
memungkinkan.
3
4
g. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem penglihatan.
Adanya gangguan fungsi saraf tepi sensorik, kornea mata anastesi
sehingga reflek kedip berkurang jika terjadi infeksi mengakibatkan
kebutaan, dan saraf tepi motorikterjadi kelemahan mata akan
lagophthalmos jika ada infeksi akan buta.
2) Sistem persarafan:
a. Kerusakan fungsi sensorik
Kelainan fungsi sensorik ini menyebabkan terjadinya kurang/ mati
rasa. Alibat kurang/ mati rasa pada telapak tangan dan kaki dapat
terjadi luka, sedang pada kornea mata mengkibatkan kurang/
hilangnya reflek kedip.
b. Kerusakan fungsi motorik
Kekuatan otot tangan dan kaki dapat menjadi lemah/ lumpuh dan
lama-lama ototnya mengecil (atropi) karena tidak dipergunakan. Jari-
jari tangan dan kaki menjadi bengkok dan akhirnya dapat terjadi
kekakuan pada sendi (kontraktur), bila terjadi pada mata akan
mengakibatkan mata tidak dapat dirapatkan (lagophthalmos).
c. Kerusakan fungsi otonom
Terjadi gangguan pada kelenjar keringat, kelenjar minyak dan
gangguan sirkulasi darah sehingga kulit menjadi kering, menebal,
mengeras dan akhirnya dapat pecah-pecah.
3) Sistem muskuloskeletal.
Adanya gangguan fungsi saraf tepi motorik adanya kelemahan atau
kelumpuhan otot tangan dan kaki, jika dibiarkan akan atropi.
4) Sistem integumen.
Terdapat kelainan berupa hipopigmentasi (seperti panu), bercak eritem
(kemerah-merahan), infiltrat (penebalan kulit), nodul (benjolan). Jika ada
kerusakan fungsi otonom terjadi gangguan kelenjar keringat, kelenjar
minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit kering, tebal,
mengeras dan pecah-pecah. Rambut: sering didapati kerontokan jika
terdapat bercak.
5
kering
Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik pada
kulit sensitif
Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
Edukasi
Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotin, serum)
Anjurkan minum air yang cukup
Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
Anjurkan meningkat asupan buah
dan saur
Anjurkan menghindari terpapar
suhu ektrime
Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat berada
diluar rumah
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi (I.14539)
berhubungan dengan keperawatan diharapkan Observasi
jaringan kulit rusak tingkat Infeksi menurun Identifikasi riwayat kesehatan dan
(D.0142) dengan kriteria hasil : riwayat alergi
Kebersihan badan meningkat Identifikasi kontraindikasi
Nafsu makan meningkat pemberian imunisasi
Demam menurun Identifikasi status imunisasi
Kemerahan menurun setiap kunjungan ke pelayanan
Nyeri menurun kesehatan
Terapeutik
Berikan suntikan pada pada bayi
dibagian paha anterolateral
7
Dokumentasikan informasi
vaksinasi
Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, resiko
yang terjadi, jadwal dan efek
samping
Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
Informasikan imunisasi yang
melindungiterhadap penyakit
namun saat ini tidak diwajibkan
pemerintah
Informasikan vaksinasi untuk
kejadian khusus
Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal imunisasi
kembali
Informasikan penyedia layanan
pekan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis
3. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan (1.12383)
mengenai penyakit keperawatan diharapkan Observasi
scabies Resiko tingkat pengetahuan meningkat Identifikasi kesiapan
infeksi berhubungan dengan kriteria hasil : dankemampuan menerima
dengan jaringan kulit Perilaku sesuai anjuran nformasi.
rusak (D.0111) meningkat Identifikasi faktor-faktor yang
Kemampuan menjelaskan dapat meningkatkan dan
pengetahuan tentang suatu menurunkan motivasi perilaku
8
2.4 Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi
keperawatan respiratory distress syndrome sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat sebelumnya. (Ngastiyah, 2005)
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru (Ngastiyah, 2005).
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan.
Tujuan implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia.
Setelah rencana keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam
tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus
terperinci sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan
baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan
oleh perawat dan harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia
yang unik (Djuanda Adhi, 2010).
2.5 Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan yaitu :
a. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit terutama pada penyakit
scabies
b. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi
c. Melaksanakan perawatan dan pembersihan lesi atau inflamasi sesuai program
d. Menggunakan obat yang sesuai dan tepat
e. Memahami pentingnya nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan kulit
BAB III
PATHWAY/WOC
11
BAB IV
PENUTUP
4.I Kesimpulan
Scabies merupakan penyakit kulit yang dikenal oleh masyarakat dengan
nama penyakit kudis. Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabies var. hominis. Sarcoptes scabies
termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, famili Sarcoptidae.
Scabies seringkali diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas
penanganannya rendah. Akan tetapi, penyakit ini dapat menjadi kronis dan berat
serta menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Mutiara et al., 2016).
Menurut data dari World Health Organization (WHO) menyatakan angka
kejadian scabies pada tahun 2014 sebanyak 130jt orang didunia dari 0,3% menjadi
46%. Pada tahun 2020 WHO memperkirakan angka kejadian scabies kurang lebih
200 juta orang dengan perkiraan prevalensi rata-rata 5-10% pada anak-anak
(Elena and Song, 2021).
Dalam asuhan keperawatan sistrm integumen scabies terdapat 5 tahapan
proses keperawatan, yaitu :
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi
5. Evaluasi
4.2 Saran
Bagi penderita scabies sangat penting untuk mendapatkan dukungan medis
maupun sosial. Karena kebanyakan penderita kusta seringkali dikucilkan oleh
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu peran keluarga sangat dibutuhkan. Edukasi
juga sangat dibutuhkan bagi masyarakat umum supaya tidak membeda-bedakan
manusia atau mengucilkanya berdasarkan penyakit dan perubahan fisik yang
dialaminya.
12
DAFTAR ISI
April, Gita. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Scabies [Makalah]. 2013
[cited 2022 Feb 14]. Available from:
https://www.academia.edu/23595578/ASUHAN_KEPERAWATAN_PAD
A_PASIEN_DENGAN_SCABIES
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
[2017]. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan. [2018]. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan.. [2019]. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
13