DISUSUN OLEH :
JERI
NIM. P00320119052
i
KARYA TULIS ILMIAH
DISUSUN OLEH :
JERI
NIM. P00320119052
ii
iii
iv
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
PRE DAN POST OPERASI MIOMA UTERI
DI RUANG RAWAT INAP TERATAI
RSUD CURUP TAHUN 2022
v
NURSING CARE IN PATIENTS WITH
PRE AND POST OPERATION OF UTERIC MYOMA
IN THE LOTUS ICU
CURUUP Hospital in 2022
Background : Uterine fibroids are benign tumors in the uterine area or more
precisely the uterine muscle and connective tissue around it. Uterine myomas are
often found in women of childbearing age (20-25), where the prevalence of
uterine myomas increased by more than 70% by pathological examination of
uterine anatomy, proving that many women suffer from asymptomatic uterine
myomas.
Objective: To find out nursing care for patients with pre and post uterine myoma
surgery including assessment, formulation of diagnoses, interventions,
implementation, and evaluation of nursing.
Keywords: Nursing Care Pre and Post Uterine Myoma Surgery, Inhalation and
Finger Clasp Relaxation Technique Therapy.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
tugas akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. H dengan Stroke Non
Penulisan Karya Tulis Ilmiah laporan tugas akhir ini sebagai salah satu
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan
baik materil maupun moril dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
3. Ns. Derison Marsinova Bakara, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Penguji dan
5. Staff Ruangan Rawat Inap Teratai yang tidak dapat penulis sebutkan satu
vii
6. Fatimah Khoirini, M.Kes. Selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersifat membangun.
9. Seluruh Dosen dan Staf Prodi Diploma III Keperawatan Curup Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.
10. Kedua Orang Tua saya yang selalu memberikan dukungan, dan doa yang
Mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah laporan tugas akhir ini dapat dilaksanakan
sebaik mungkin.
Curup, ................2022
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.4 Manfaat ........................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Medis Stroke Non Hemoragik ................................. 7
2.1.1 Definisi ................................................................................... 7
2.1.2 Etiologi ................................................................................... 8
2.1.3 Manifestasi Klinis ................................................................... 13
2.1.4 Anatomi Fisiologi ................................................................... 14
2.1.5 Patofisiologi ............................................................................ 17
2.1.6 WOC (Web Of Caution) KPD ................................................ 20
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang .......................................................... 21
2.1.8 Tindakan/Penatalaksanaan Medis........................................... 22
2.1.9 Penatalaksanaan ...................................................................... 24
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................... 28
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................ 28
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................... 36
2.2.3 Rencana keperawatan ............................................................. 43
ix
2.2.4 Implementasi Keperawatan .................................................... 48
2.2.5 Evaluasi keperawatan ............................................................. 49
2.2.6 Tindakan ROM ....................................................................... 50
2.2.7 Indikasi dan Kontraindikasi .................................................... 51
2.2.8 Waktu Penerapan .................................................................... 51
2.2.9 Fungsi dan Tujuan ROM ........................................................ 52
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Biodata ................................................................................................. 53
3.1.1 Pengkajian ..................................................................................... 53
3.1.2 Riwayat Keperawatan .................................................................... 54
3.1.3 Pemeriksaan Fisik .......................................................................... 58
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR SKEMA
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran
1. Lembar Konsul
2. Pernyataan
3. Biodata
4. Surat Pengambilan Kasus
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan salah satu kebutuhan manusia yang sangat utama, oleh karena itu setiap
manusia berhak memiliki keadaan yang sehat. Namun, pada kenyataannya tidak
masalah, misalnya dari lingkungan yang tidak baik, sosial ekonomi yang rendah,
serta pola hidup yang kurang sehat dimulai dari makanan, kebiasaan maupun
lingkungan disekitarnya. Maka dari itu ada berbagai macam penyakit salah
fungsi persyarafan diotak dan biasanya terjadi secara mendadak. Orang yang
itu dibagian ekstremitas atas maupun bawah sehingga akan mengalami kesulitan
saat beraktivitas hal itu terjadi karena mengalami gangguan otot dan
2014).
berada diurutan kedua penyebeb dari kematian, dan penyebab yang paling umum
urutan keenam yang dapat menimbulkan kecacatan (Pongantung & Melchi, 2018),
untuk angka kejadian stroke pada tahun 2013 di Indonesia berdasarkan umur
kurang lebih 15 tahun sebanyak 7%. Sedangkan angka kejadian stroke pada tahun
Hal ini dilakukan untuk pengukuran berbagai variabel kesehatan masyarakat dan
untuk hasilnya adalah penyakit stroke yang merupakan penyakit pembunuh utama
pada tahun 2016 ada 48 kasus, pada tahun 2017 ada 304 kasus, pada tahun 2018
ada 103, pada tahun 2019 ada 108, dan pada tahun 2020 ada 89 (RSUD Curup)
Gangguan sistem saraf yang terjadi pada penderita stroke dapat menimbulkan
sampai mengalami gangguan penglihatan (Bakara & Waesito, 2016). Orang yang
mengalami stroke tidak dapat disembuhkan total, jika stroke tidak segera
memori. Jika terjadi pecahnya pembuluh darah yang ada diotak sehingga akan
menyebahlan kematian pada sel-sel yang ada disaraf (neuron) (Rahayu, 2015).
oleh dua faktor. Faktor pertama adalah genetik atau berhubungan dengan fungsi
tubuh yang normal sehinggs tidak dapat dimodifikasi yang berupa usia, jenis
kelamin, ras, riwayat stroke dalam keluarga dan serangan Transient Ischemic
Attack atau stroke sebelumnya. Faktor kedua merupakan akibat dari gaya hidup
mengurangi kecacatan, tindakan yang tepat agar dapat menjalani aktivitas secara
normal yaitu dengan melakukan rom atau rehabilitasi (Olviani, Mahdalena &
Rahmawati, 2017). Salah satu tindakan keperawatan untuk pasien stroke yaitu
pasien dibantu untuk bergerak atau tubuh pasien digerak-gerakan secara sistematis
yang biasa disebut rentang gerak atau Range Of Motion (ROM). Dimata ROM
adalah tindakan latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang
mobilitasnya terbatas karena penyakit, disabilitas dan trauma basik secara aktif
maupun pasif. ROM pasif yaitu latihan ROM yang dilakukan pasien dengan
mobilisasi, gangguan aktivitas sehari hari dan cacat yang tidak dapat
Of Motion (ROM) pasif terhadap peningkatan rentang sendi pasien pasca stroke
Cara mengatasi stroke dengan menerapkan hidup sehat, yaitu konsumsi makan
dengan gizi seimbang, rajin berolahraga, dan menghindari stres. Sebagai upaya
terhadap orang yang mengidap penyakit stroke baru seharusnya dilakukan dengan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis terkait untuk mengambil judul
laporan tugas akhir dan mengelola asuhan keperawatan dengan stroke non
Sebagai yang telah diuraikan pada latar belakang maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan klien stroke non hemoragik
di RSUD Curup?
1. Tujuan umum
Tujuan umum dalam penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui
gambaran penerapan asuhan keperawatan dan pengelola klien dengan stroke non
2. Tujuan khusus
hemoragik
1) Bagi penulis
2) Bagi pembicara
Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan stroke non hemoragik sehingga
dapat mencegah serta menghindari agar tidak terkena penyakit stroke non
hemoragik.
Memberi informasi tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke non
hemoragik.
hemoragik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
(Nurarif Huda, 2016). Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Wijaya &
Putri 2013).
Stroke non hemoragik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak
darah dan oksigen di jaringan otak. Stroke non-hemoragik dapat disebabkan oleh
dan 20% persen sisanya adalah stroke hemoragik yang dapat disebabkan oleh
Price, 2016).
2.1.2 Etiologi
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Hal ini
pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah
Stroke non hemoragik terjadi pada pembuluh darah yang mengalami sumbatan
kolesterol, merokok, stress, gaya hidup, rusak atau hancurnya neuron motorik atas
Stroke adalah penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor atau yang sering
dibagi menjadi dua, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan (non-
modifiable risk factors) dan faktor resiko yang dapat dikendalikan (modifiable
risk factors) (Nastiti, 2012). Berikut faktor-faktor yang berkaitan dengan stroke
antara lain:
a) Umur
Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya. Setelah berusia 55 tahun,
risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Dua pertiga dari
semua serangan stroke terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Tetapi, itu
tidak berarti bahwa stroke hanya terjadi pada orang lanjut usia karena stroke dapat
menyerang semua kelompok dewasa muda dan tidak memandang jenis kelamin.
b) Jenis kelamin
Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapi penelitian menyimpulkan
bahwa justru lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke. Risiko stroke
pria 1,25 lebih tinggi daripada wanita, tetapi serangan stroke pada pria terjadi di
usia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan hidup juga lebih tinggi. Dengan
perkataan lain, walau lebih jarang terkena stroke, pada umumnya wanita terserang
c) Ras
Ada variasi yang cukup besar dalam insiden stroke antara kelompok etnis yang
berbeda. Orang-orang dari ras Afrika memiliki risiko lebih tinggi untuk semua
jenis stroke dibandingkan dengan orang-orang dari ras kaukasia. Risiko ini
setidaknya 1,2 kali lebih tinggi dan bahkan lebih tinggi untuk jenis stroke ICH
(Intracerebral Hemorrahage).
d) Faktor genetik
Terdapat dugaan bahwa stroke dengan garis keturunan saling berkaitan. Dalam hal
ini hipertensi, diabetes, dan cacat pada pembuluh darah menjadi faktor genetik
yang berperan. Selain itu, gaya hidup dan kebiasaan makan dalam keluarga yang
sudah menjadi kebiasaan yang sulit diubah juga meningkatkan risiko stroke.
a) Hipertensi
faktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat dibandingkan orang yang tanpa
hipertensi sebelum terkena stroke. Secara medis, tekanan darah di atas 140-90
keseluruhan risiko stroke menurun seiring dengan pertambahan umur, pada orang
lanjut usia, faktor-faktor lain di luar hipertensi berperan lebih besar terhadap
risiko stroke. Orang yang tidak menderita hipertensi, risiko stroke meningkat terus
hingga usia 90 tahun, menyamai risiko stroke pada orang yang menderita
b) Diabetes Mellitus
darah otak baik intra maupun ekstrakranial merupakan penyebab utama stroke.
jantung yang selanjutnya dapat menimbulkan stroke dengan emboli yang berasal
tetapi pada pembuluh darah kecil, misal dinding pembuluh darah penetrans, suatu
end-arteries berdiameter kecil menebal karena proses jangka panjang dari deposisi
hialin, produk lipid amorphous, dan fibrin. Suatu mikroaneurisma dapat terjadi
mengakibatkan perdarahan yang sulit dibedakan dengan lesi iskemik primer tanpa
Kenaikan level Low Density Lipoprotein (LDL) merupakan faktor risiko penting
kolestrol di atas 240 mg%. Setiap kenaikan 38,7 mg% menaikkan angka stroke
25%. Kenaikan HDL 1 m mol (38,7 mg%) menurunkan terjadinya stroke setinggi
(Yulianto, 2011).
d) Obesitas
tergantung pada faktor risiko lainnya yang ikut menyertainya (Dourman, 2013).
Fakta membuktikan bahwa stroke banyak dialami oleh mereka yang mengalami
kelebihan berat badan dan bahkan sebagian kasus umumnya dialami oleh
f) Aktifitas fisik
Kurang olahraga merupakan faktor risiko independen untuk terjadinya stroke dan
otot serta pembuluh darah. Selain itu orang yang kurang gerak akan menjadi
g) Merokok
Merokok merupakan faktor risiko stroke yang sebenarnya paling mudah diubah.
Merokok hampir melipat gandakan risiko stroke iskemik, terlepas dari faktor
risiko yang lain, dan dapat juga meningkatkan risiko subaraknoid hemoragik
hingga 3,5 persen. Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke, yang lebih
banyak terjadi pada usia dewasa muda ketimbang usia tengah baya atau lebih tua.
dan terlihat jelas dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok. Perlu
c. Bicara pelo
e. Gangguan penglihatan
i. Vertigo
j. Kesadaran menurun
a. Otak
Otak merupakan pusat kendali fungsi tubuh yang rumit dengan sekitar 100 millar
sel saraf , walaupun berat total otak hanya sekitar 2,5% dari berat tubuh, 70%
oksigen dan nutrisi yang diperlukan tubuh ternyata digunakan oleh otak. Berbeda
dengan otak dan jaringan lainya. Otak tidak mampu menyimpan nutrisi agar bisa
berfungsi, otak tergantung dari pasokan aliran darah, yang secara kontinyu
membawa oksigen dan nutrisi. Pada dasarnya otak terdiri dari tiga bagian besar
1) Otak besar, Otak besar yaitu bagian utama otak yang berkaitan dengan fungsi
intelektual yang lebih tinggi, yaitu fungsi bicara, integritas informasi sensori
( rasa ) dan kontrol gerakan yang halus. Pada otak besar ditemukan beberapa
lobus yaitu, lobus frontalis, lobus parientalis, lobus temporalis, dan lobus
oksipitalis.
2) Otak kecil, Terletak dibawah otak besar berfungsi untuk koordinasi gerakan
dan keseimbangan.
mengatur pernafasan dan tekanan darah. Batang otak terdiri dari, otak tengah,
1. Nervus olvaktorius, saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi,
ke otak.
mata.
mempunyai tiga buah cabang, fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf
depan kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola
mata.
faring, tonsil dan lidah, saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke
otak.
12. Nervus hipoglosus, saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai
2.1.5 Patofisiologi
Stroke non hemoragik disebabkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis yang
memberi vaskularisasi pada otak atau oleh emboli dari pembuluh darah diluar
otak yang tersangkut di arteri otak. Saat terbentuknya plak fibrosis (ateroma)
melekat pada permukaan plak bersama dengan fibrin, perlekatan trombosit secara
Trombus dan emboli di dalam pembuluh darah akan terlepas dan terbawa hingga
darah yang menuju ke otak sehingga sel otak akan mengalami kekurangan nutrisi
dan juga oksigen, sel otak yang mengalami kekurangan oksigen dan glukosa akan
menyebabkan asidosis atau tingginya kadar asam di dalam tubuh lalu asidosis
akan mengakibatkan natrium klorida, dan air masuk ke dalam sel otak dan kalium
meninggalkan sel otak sehingga terjadi edema setempat. Kemudian kalium akan
membran sel lalu mengkerut dan tubuh mengalami defisit neurologis lalu mati
(Esther, 2010).
tubuh.
perdarahan aterm.
menjadi menurun.
perfusi otak.
dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena
dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada
pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti
cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit.
Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat
terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
a. Angiografi serebral
b. Elektro encefalography
c. Sinar x tengkorak
masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral.
d. Ultrasonography Doppler
e. CT-Scan
Menunjukan adanya tekanan anormal dan biasanya ada thrombosis, emboli, dan
yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke,
yang meluas.
h. Pemeriksaan laboratorium
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi yang digunakan pada pasien stroke non hemoragik yaitu:
perfusi darah yang terhambat pada serangan stroke akut. Jenis obat golongan ini
hingga saat ini hanya alteplase. Obat ini bekerja memecah trombus dengan
mengaktivasi plasminogen yang terikat pada fibrin. Efek samping yang sering
terjadi adalah risiko pendarahan seperti pada intrakranial atau saluran cerna; serta
terbaik untuk dapat diberikan terapi fibrinolitik yang dapat memberikan manfaat
perbaikan fungsional otak dan juga terhadap angka kematian adalah <3 jam dan
3) Antiplatelet Golongan obat ini sering digunakan pada pasien stroke untuk
pasien stroke.
4) Antihipertensi
Pasien dapat menerima rtPA namun tekanan darah >185/110 mmHg, maka pilihan
terapi yaitu labetalol 10-20 mg IV selama 1-2 menit, dapat diulang 1 kali atau
nikardipin 5 mg/jam IV, titrasi sampai 2,5 mg/jam tiap 5-15 menit maksimal 15
mg/jam; setelah tercapai target maka dapat disesuaikan dengan nilai tekanan
darah. Apabila tekanan darah tidak tercapai <185/110 mmHg, maka jangan
berikan rtPA.
Pasien sudah mendapat rtPA, namun tekanan darah sistolik >180-230 mmHg atau
diastol >105-120 mmHg, maka pilihan terapi yaitu labetalol 10 mg IV, kemudian
infus IV kontinu 2-8 mg/menit atau nikardipin 5 mg/jam IV, titrasi sampai 2,5
mg/jam tiap 5-15 menit, maksimal 15 mg/jam. Tekanan darah selama dan setelah
rtPA <180/105 mmHg, monitor tiap 15 menit selama 2 jam dari dimulainya rtPA,
lalu tiap 30 menit selama 6 jam dan kemudian tiap jam selama 16 jam.
2.1.9 Penatalaksanaan
a. Pentalaksanaan umum
a) letakkan kepala pasien pada posisi 30°, kepala dan dada pada satu bidang; ubah
posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah
stabil.
b) Bebaskan jalan nafas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil
karena penurunan kesadaran atau mengalami disfagia. Terapi cairan ini penting
untuk mempertahankan sirkulasi darah dan tekanan darah. kristaloid atau koloid
glukosa atau salin isotonik. Pemberian nutrisi melalui oral hanya dilakukan jika
e) Pantau juga kadar gula darah >150mg% harus dikoreksi sampai batas gula
darah sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari
pertama.
f) Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistol >220
mmHg, diastol >120 mmHg, Mean Arteri Blood Plessure (MAP) >130 mmHg
(pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark
h) Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistol <90 mmHg, diastol <70
jam dan 500 ml selama 8 jam atau sampai tekanan hipotensi dapat teratasi. Jika
0,25-1 g/ kgBB per 30 menit dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan
umum memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setelah 6 jam selama 3-5
hari
2) Fase rehabilitasi
(ROM).
3) Pembedahan dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3cm atau
volume lebih dari 50ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikulo
b. Penatalaksanaan medis
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi yang digunakan pada pasien stroke non hemoragik yaitu:
perfusi darah yang terhambat pada serangan stroke akut. Jenis obat golongan ini
hingga saat ini hanya alteplase. Obat ini bekerja memecah trombus dengan
mengaktivasi plasminogen yang terikat pada fibrin. Efek samping yang sering
terjadi adalah risiko pendarahan seperti pada intrakranial atau saluran cerna; serta
terbaik untuk dapat diberikan terapi fibrinolitik yang dapat memberikan manfaat
perbaikan fungsional otak dan juga terhadap angka kematian adalah <3 jam dan
3) Antiplatelet Golongan obat ini sering digunakan pada pasien stroke untuk
pasien stroke.
4) Antihipertensi
Pasien dapat menerima rtPA namun tekanan darah >185/110 mmHg, maka pilihan
terapi yaitu labetalol 10-20 mg IV selama 1-2 menit, dapat diulang 1 kali atau
nikardipin 5 mg/jam IV, titrasi sampai 2,5 mg/jam tiap 5-15 menit maksimal 15
mg/jam; setelah tercapai target maka dapat disesuaikan dengan nilai tekanan
darah. Apabila tekanan darah tidak tercapai <185/110 mmHg, maka jangan
berikan rtPA.
Pasien sudah mendapat rtPA, namun tekanan darah sistolik >180-230 mmHg atau
diastol >105-120 mmHg, maka pilihan terapi yaitu labetalol 10 mg IV, kemudian
infus IV kontinu 2-8 mg/menit atau nikardipin 5 mg/jam IV, titrasi sampai 2,5
mg/jam tiap 5-15 menit, maksimal 15 mg/jam. Tekanan darah selama dan setelah
rtPA <180/105 mmHg, monitor tiap 15 menit selama 2 jam dari dimulainya rtPA,
lalu tiap 30 menit selama 6 jam dan kemudian tiap jam selama 16 jam.
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya
untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan
data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien (Tarwoto, 2013). Hal-hal yang
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
b. Keluhan utama
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi
Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya.
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau
f. Pengkajian psikososiospiritual
emosi, kognitif dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan
klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
g. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran
namun dapat sadar saat dirangsang (samnolen), pasien acuh tak acuh terhadap
lingkungan (apati), mengantuk yang dalam (sopor), spoor coma, hingga penrunn
kesadaran (coma), dengan GCS < 12 pada awal terserang stroke. Sedangkan pada
saat pemulihan biasanya memiliki tingkat kesadaran letargi dan compos mentis
2) Tanda-tanda Vital
a) Tekanan darah
Biasanya pasien dengan stroke non hemoragik memiliki riwata tekanan darah
tinggi dengan tekanan systole > 140 dan diastole > 80. Tekanan darah akan
meningkat dan menurun secara spontan. Perubahan tekanan darah akibat stroke
b) Nadi
c) Pernafasan
Biasanya pasien stroke non hemoragik mengalami gangguan bersihan jalan napas
d) Suhu
Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke non hemoragik
3) Rambut
Biasanya tidak ditemukan masalah rambut pada pasien stroke non hemoragik
4) Wajah
biasanya pasien bisa menyebutkan lokasi usapan dan pada pasien koma, ketika
diusap kornea mata dengan kapas halus, pasien akan menutup kelopak mata.
Sedangkan pada nervus VII (facialis) : biasanya alis mata simetris, dapat
saat pasien menggembungkan pipi tidak simetris kiri dan kanan tergantung lokasi
5) Mata
Biasanya konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, kelopakmata
90°, visus 6/6. Pada nervus III (okulomotorius): biasanya diameter pupil
2mm/2mm, pupil kadang isokor dan anisokor, palpebral dan reflek kedip dapat
biasanya pasien dapat mengikuti arah tangan perawat ke atas dan bawah. Nervus
VI (abdusen): biasanya hasil yang di dapat pasien dapat mengikuti arah tangan
6) Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, tidak ada pernapasan cuping
menyebutkan bauyang diberikan perawat namun ada juga yang tidak, dan
biasanya ketajaman penciuman antara kiri dan kanan berbeda danpada nervus VIII
(vetibulokoklearis): biasanya pada pasoien yang tidak lemah anggota gerak atas,
Biasanya pada pasien apatis, spoor, sopor coma hingga coma akan mengalami
masalah bau mulut, gigi kotor, mukosa bibir kering. Pada pemeriksaan nervus VII
(facialis): biasanya lidah dapat mendorong pipi kiri dan kanan, bibir simetris, dan
biasanya ovule yang terangkat tidak simetris, mencong kearah bagian tubuh yang
lemah dan pasien dapat merasakan rasa asam dan pahit. Pada nervus XII
8) Telinga
Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan. Pada pemeriksaan nervus VIII
9) Leher
mengalami gangguan menelan. Pada pemeriksaan kaku kuduk biasanya (+) dan
bludzensky 1 (+).
10) Paru-paru
11) Jantung
12) Abdomen
Pada pemeriksaan reflek dinnding perut, pada saat perut pasien digores, biasanya
13) Ekstremitas
a) Atas
Biasanya terpasang infuse bagian dextra atau sinistra. Capillary Refill Time (CRT)
yang diberikan perawat. Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat siku diketuk tidak
ada respon apa-apa dari siku, tidak fleksi maupun ekstensi (reflek bicep (-)).
b) Bawah
Pada pemeriksaan reflek, biasanya pada saat pemeriksaan bluedzensky 1 kaki kiri
pasien fleksi ( bluedzensky (+)). Pada saat telapak kaki digores biasanya jari tidak
mengembang (reflek babinsky (+)). Pada saat dorsal pedis digores biasanya jari
kaki juga tidak berespon ( reflek Caddok (+)). Pada saat tulang kering digurut dari
atas ke bawah biasanya tidak ada respon fleksi atau ekstensi ( reflek openheim
(+)) dan pada saat betis di remas dengan kuat biasanya pasien tidak merasakan
apa-apa ( reflek Gordon (+)). Pada saat dilakukan treflek patella biasanya femur
kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia), merasa mudah lelah, susah untuk
i. Sirkulasi
j. Integritas Ego
2) Tanda : emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira,
k. Eliminasi
1) Gejala : nafsu makan hilang,mual muntah selama fase akut, kehilangan sensasi
pada lidah dan tenggorokan, disfagia, adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak
dalam darah
m. Neurosensori
dan penciuman.
2) Tanda : status mental atau tingkat kesadaran biasanya terjadi koma pada tahap
awal hemoragik, gangguan fungsi kongnitif, pada wajah terjadi paralisis, afasia,
2) Tanda : tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot
o. Pernapasan
1) Gejala : merokok
p. Keamanan
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
Diagnosa yang akan muncul pada kasus stroke non hemoragik dengan
1) Definisi
2) Faktor risiko
a) Embolisme
b) Hipertensi
a) Stroke
1) Definisi
aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
2) Penyebab
2) Batasan karakteristik
1) Definisi
2) Penyebab
c) Batasan karakteristik
a) Stroke
b) Kerusakan neuromuskuler
1) Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri.
2) Penyebab
a) Ketidakbugaran fisik
c) Gangguan neuromuskular
d) Nyeri
f) Gangguan kognitif
h) Batasan karakteristik
a) Stroke
1) Definisi
2) Penyebab
a) Perubahan sirkulasi
c) Penurunan mobilitas
d) Kelembaban
e) Proses penuaan
f) Neuropati perifer
integritas kulit
3) Batasan karakteristik
a) Imobilisasi
1) Definisi
2) Faktor risiko
b) Riwayat jatuh
f) Gangguan pendengaran
g) Gangguan keseimbangan
optikus)
a) Penyakit sebrovaskuler
1) Definisi
2) Penyebab
b) Gangguan neuromuskular
c) Gangguan pendengaran
3) Batasan karakteristik
1. Afasia
Minor Tidak tersedia
2. Apraksia
3. Disleksia
4. Disartria
5. Afonia
6. Dislalia
7. Pelo
8. Gagap
9. Tidak ada kontak mata
10. Sulit memahami
komunikasi
11. Sulit mempertahankan
komunikasi
12. Sulit menggunakan
ekspresi wajah atau tubuh
13. Tidak mampu
menggunakan ekspresi wajah
atau tubuh
14. Sulit menyusun kalimat,
verbalisasi tidak tepat
15. Sulit mengungkapkan
kata-kata
16. Disorientasi (orang,
ruang, waktu)
17. Defisit penglihatan
a) Stroke
44
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
menurun. nafas dalam) nafas dalam)
2) Meringis menurun 2.6 Kolaborasi pemberian analgetik 2.6 Kolaborasi pemberian analgetik
3) Sikap protektif
menurun
4) Gelisah menurun.
5) TTV membaik
45
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
(D.0054). meningkat dengan 5.3 Monitor keadaan umum selama 5.3 Mengetahui keadaan umum selama
kriteria hasil: melakukan mobilisasi melakukan mobilisasi
1) Pergerakan 5.4 Libatkan keluarga untuk membantu 5.4 Mengetahui keluarga untuk membantu
ekstremitas meningkat klien dalam meningkatkan pergerakan klien dalam meningkatkan pergerakan
2) Kekuatan otot 5.5 Anjurkan untuk melakukan pergerakan 5.5 Menganjurkan untuk melakukan
meningkat secara perlahan pergerakan secara perlahan
3) Rentang gerak 5.6 Ajarkan mobilisasi sederhana yg bisa 5.6 Mengajarkan mobilisasi sederhana yg bisa
(ROM) meningkat dilakukan seperti duduk ditempat tidur, dilakukan seperti duduk ditempat tidur, miring
4) Kelemahan fisik miring kanan/kiri, dan latihan rentang kanan/kiri, dan latihan rentang gerak (ROM).
menurun gerak (ROM).
5 Gangguan Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit (I.11353)
integritas tindakan keperawatan 6.1 Identifikasi penyebab gangguan 6.1 Mengetahui penyebab gangguan integritas
kulit/jaringan selama … jam integritas kulit kulit
berhubungan diharapkan integritas 6.2 Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring 6.2 Mengubah posisi tiap 2 jam jika tirah
dengan penurunan kulit/jaringan 6.3 Anjurkan menggunakan pelembab baring
mobilitas (L.14125) meningkat 6.4 Anjurkan minum air yang cukup 6.3 Menganjurkan menggunakan pelembab
(D.0129). dengan kriteria hasil : 6.5 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 6.4 Menganjurkan minum air yang cukup
1) Perfusi jaringan 6.6 Anjurkan mandi dan menggunakan 6.5 Menganjurkan meningkatkan asupan
meningkat sabun secukupnya. nutrisi
2) Tidak ada tanda 6.6 Menganjurkan mandi dan menggunakan
tanda infeksi sabun secukupnya.
3) Kerusakan jaringan
menurun
4) Kerusakan lapisan
kulit
5) Menunjukkan
terjadinya proses
penyembuhan luka
6 Risiko jatuh Setelah dilakukan Pencegahan jatuh (I.14540)
dibuktikan dengan tindakan keperawatan 7.1 Identifikasi faktor resiko jatuh 7.1 Mengetahui faktor resiko jatuh
kekuatan otot selama … jam 7.2 Identifikasi faktor lingkungan yang 7.2 Mengetahui faktor lingkungan yang
46
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
menurun diharapkan tingkat meningkatkan resiko jatuh meningkatkan resiko jatuh
(D.0143). jatuh (L.14138) 7.3 Pastikan roda tempat tidur selalu 7.3 Memastikan roda tempat tidur selalu dalam
menurun dengan dalam keadaan terkunci keadaan terkunci
kriteria hasil: 7.4 Pasang pagar pengaman tempat tidur 7.4 Memasang pagar pengaman tempat tidur
1) Klien tidak terjatuh 7.5 Anjurkan untuk memanggil perawat 7.5 Menganjurkan untuk memanggil perawat
dari tempat tidur jika membutuhkan bantuan untuk jika membutuhkan bantuan untuk berpindah
2) Tidak terjatuh saat berpindah 7.6 Menganjurkan untuk berkonsentrasi
dipindahkan 7.6 Anjurkan untuk berkonsentrasi menjaga keseimbangan tubuh
3) Tidak terjatuh saat menjaga keseimbangan tubuh
duduk
7 Gangguan Setelah dilakukan Promosi komunikasi: defisit bicara
komunikasi verbal tindakan keperawatan (13492)
berhubungan selama … jam 8.1Monitor 8.1 Mengetahui
dengan penurunan diharapkan komunikasi kecepatan,tekanan,kuantitas,volume dan kecepatan,tekanan,kuantitas,volume dan diksi
sirkulasi serebral verbal (L.13118) diksi bicara bicara
(D.0119). meningkat dengan 8.2 Identifikasi perilaku emosional dan 8.2 Mengetahui perilaku emosional dan fisik
kriteria hasil: fisik sebagai bentuk komunikasi sebagai bentuk komunikasi
1) Kemampuan bicara 8.3 Berikan dukungan psikologis kepada 8.3 Memberikan dukungan psikologis kepada
meningkat klien klien
2) Kemampuan 8.4 Gunakan metode komunikasi alternatif 8.4 Menggunakan metode komunikasi
mendengar dan (mis. Menulis dan bahasa isyarat/ gerakan alternatif (mis. Menulis dan bahasa isyarat/
memahami kesesuaian tubuh) gerakan tubuh)
ekspresi wajah / tubuh 8.5 Anjurka klien untuk bicara secara 8.5 Menganjurkan klien untuk bicara secara
meningkat perlahan perlahan
3) Respon prilaku
pemahaman
komunikasi membaik
4) Pelo menurun
Sumber: (Nurarif Huda, 2016),Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018) & Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2019).
47
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
48
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi
perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus
keperawatan
Menurut setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan keperawatan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis
a) S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien
yang afasia
perawat.
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses
b) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien masih
c) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya
penerapan latihan ROM pasif yang biasanya dilakukan pada pasien semikoma dan
beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring
total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (Murtaqib, 2013). Latihan
ROM pasif merupakan gerakan dimana energi yang dikeluarkan untuk latihan
berasal dari orang lain atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian
klien sesuai dengan rentang gerak yang normal, kekuatan otot yang digunakan
pada gerakan ini adalah 50%. ROM pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan
otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot individu lain secara pasif,
yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya
pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara
Indikasi pelaksanaan latihan range of motion pasif adalah pasien yang tidak
mampu atau tidak memungkinkan untuk menggerakkan bagian tubuh secara aktif
Latihan range of motion selain dapat meningkatkan rentang gerak sendi juga
dapat merangsang sirkulasi darah, menjaga elastisitas otot dan mengurangi rasa
nyeri (Roring, 2005) Sebaliknya jika pasien dalam kondisi mampu dan
Penerapan latihan ROM pasif yang biasanya dilakukan pada pasien semikoma dan
beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring
total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (Murtaqib, 2013). Latihan
ROM pasif merupakan gerakan dimana energi yang dikeluarkan untuk latihan
berasal dari orang lain atau alat mekanik. Proses pelaksanaan intervensi ROM
pasif dilakukan 1 kali sehari dengan 10 kali tiap gerakan selama 5 detik.
Penerapan latihan Range Of Motion (ROM) Pasif di jadwal rutin dua kali sehari
pagi dan sore hari selama enam hari dengan waktu pemberian 15-20 menit. Hal ini
kontraktur.
BAB III
TINJUAN KASUS
3. Pengkajian
3.1.1. Biodata
1. Identitas klien
b. Usia : 88 Tahun
e. Golongan darah :O
g. Agama : Islam
i. Pendidikan : SD Sederajat
j. Pekerjaan : Petani
a. Nama : Tn.R
b. Usia : 42 Tahun
c. Pendidikan : SMA
53
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
54
d. Pekerjaan : Petani
e. Agama : Islam
keluarga klie mengatakan klien terjatuh dari kursi dan tidak sadarkan
diri.
klien tidak sadarkan diri sudah 3 hari yang lalu HCS 3 E1V1M1
3) Keluhan kronologis
kesadaran. Awal mula pasien terjatuh dari kursi dan tidak sadarkan
diri.
RSUD Curup
penyakit stroke
Keterangan :
= Pasien
= Tinggal serumah
sekitarnya
penyakit yang diderita oleh ibu nya dan takut terjadi apa apa
dimasjid dan keluarga selalu berdoa dan yakin kepada allah swt bahwa
k. an sembuh
1 kali
BAB Pagi hari
2) frekuensi 2 kali lembut
3) waktu Pagi hari
4) konsistensi lembut
3. Personal hygine
1. Mandi Mandi Badan dilap
a. frekuensi 2 kali basah 1kali
pagi dan sore 1kali/hari
b. waktu Pagi hari
2. Oral hygine
a. frekuensi 2 kali 1kali
b. waktu Pagi dan sore Pagi hari
3. Cuci rambut
a. frekuensi 2 kali Klien tidak cuci
b. waktu pagi dan sore rambut
d. Berat badan : 43 kg
2. Sistem penglihatan
d. Konjungtiva : Anemis
e. Sclera : An ikterik
f. Pupil : An isokor
3. Sistem pendengaran
4. Sistem pernafasan
c. Frekuensi : 31 x/m
d. Irama : Reguler
5. Sistem kardiovaskular
6. Sistem pencernaan
palsu
(GCS 3, coma)
bola mata
penurunan kesadaran)
8. Sistem integument
9. Sistem muskoluskeletal
c. Kekuatan otot
1111 1111
1111 1111
10. Ektremitas
Atas : Terpasang Infus pump di sebelah kanan dengan cairan Nacl 60cc/jam
Hasil
Jenis pemeriksaan Satuan Metode Nilai rujukan
pemeriksaan
1 2 3 4 5
Hematologi
W : 11,7-15,5
Hemoglobin 14,2 g/dL Cyanmet Hb
L : 13.2-17.3
W : 3.600-
Turk/Hema
Jumlah lekosit 8500 uL 11.000 L :
analyzer
3.800-10.600
Hayem/Hema W : 3,8 – 5,2
Jumlah eritrosit 4.61 Juta/uL
analyzer L : 4,4 – 5,9
Direk/Hema 150.000 –
Jumlah trombosit 209.000 uL
analyzer 440.000
W : 0 – 20 L :
Laju endap darah 18 Mm Westegren
0 – 10
0-1/2-4/3-
Mikroskopis
Hiff count 1/2/0/41/50/6 % 5/50-70/25-
giemsa
40/2-8
Kapiler/Hema W : 35 . 47 L
Hematrocit 41 %
analyzer . 40 – 52
Golongan darah Aglutinasi
Mikroskopis
Malaria Negatif
giemsa
Masa pendarahan Menit Duke 1-3
Masa pembekuan Menit Tabung 8-18
Letikulosit % BCD 05, - 1,5
MCV 90 fL Indirek 80-100
MCH 31 Pg Indirek 26-34
MCHC 34 g/dL Indirek 32-36
RDW / sebaran Hema
% 11,5-14,5
ukuran eritrosit analizer
Pemberian
No Obat Fungsi obat Dosis
obat
1. iv 60
IVFD Nacl
cc/jam
2. Untuk mengatasi kekurangan iv 1500
Mecobalamin inj
vitamin B12 /12jam
3. Untuk mengatasi ganguan
500 mg
Citicoline inj memory yang disebabkan iv
/12jam
stroke
4. Untuk membantu 500cc
Kalnex inj iv
menghentikan pendarahan /8jam
5. Untuk mengurangi oedem 100cc
Mannitol iv
dalam otak /24jam
Untuk menurunkan tekanan 0.05 gr
6. Nicardipine iv
darah / jam
ANALISA DATA
n. Kekuatan otot
1. 1
1 1
o. Rentang gerak
(ROM) menurun
p. Semua aktivitas
Do :
-GCS E1V1M1
r. Klien tampak
lemah
s. Kulit klien
mengalami
kemerahan pada
hari ke 3
Klien tidak sadarkan diri
sejak 5hari yang lalu
DIAGNOSA KEPERAWATAN
68
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
5.Posisikan semi-fowler atau fowler
6.Berikan minum hangat -
7.Lakukan fisioterapi dada, jika perlu -
8.Lakukan penghisapan lendir kurang dari
15detik
9.Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
10.Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika
tidak kontra indikasi
11.Ajarkan teknik batuk efektif -
Kolaborasi
12.Kolaborasi pembeian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
3 Gangguan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan mobilisasi
dengan ganguan neuromuscular selama 3 x 24 jam diharapkan mobilitas 1. Identifikasi adanya keluhan nyeri atau fisik
fisik meningkat dengan kriteria hasil : lainnya
1. Pergerakan ekstremitas meningkat (5) 2. Identifikasi kemampuan dalam melakukan
2. Kekuatan otot meningkat(5) pergerakan
3. Rentang gerak (ROM) meningkat (5) 3. Monitor keadaan umum selama melakukan
4. Kelemahan fisik menurun mobilisasi
Terapeutik
4. Libatkan keluarga untuk membantu klien
dalam meningkatan pergerakan
Edukasi
5. Anjurkan untuk melakukan pergerakan
secara perlahan
6. Ajarkan mobilisasi sederhana yang bisa
dilakukan seperti duduk ditempat tidur, miring
kanan/kiri, dan latihan rentang gerak (ROM)
4 Resiko ganguan integritas kulit/jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Keprawatan integritas kulit :
69
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
berhubungan dengan penurunan selama 3 x 24 jam diharapkan integritas 1.Identifikasi penyebab ganguan integritas
mobilitas dan peroses penuaan kulit /jaringan meningkat dengan kriteria kulit
hasil : Terapeutik
1. ferfusi jaringan meningkat 1.Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
2. tidak ada tanda-tanda infeksi 2.Gunakan produk berbahan petrolium /
3. kerusakan jaringan menurun minyak pada kulit kering
4.kerusakan lapisan kulit menurun Edukasi
5.menunjukan terjadinya peroses 1.Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
penyembuhan luka 2. Anjurkan menggunakan pelembab
70
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
71
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
13.20 kesadaran GCS (E1V1M1)
7. Mengubah posisi setiap 2jam jika pasien tirah baring 7. mengerakan tubuh klien miring kiri dan
miring kanan
09-06-2022 08.00 1.Melakukan personal hygiene 1. Badan klien tampak berminyak
08.30 2. Melakukan oral hygiene 2. Mulut klien bersih dari sebelumnya
09.20 3. melakukan tehnik rom pasif 3. mengerakan tubuh klien karena klien
untuk membantu kegiatan Rom dirumah masih mengalami penurunan kesadaran
11.10 4. Memonitor TTV klien 4. TD : 144/90 HR : 87
12.00 5. Memonitor intake dan output RR : 29 x/menit T : 36,3 °C
Cairan 5. input (diit : 300cc, iv line : 360, inj
6. Cek kesadaran klien memberi rangsangan :12cc jumlah : 672cc) (urine : 600-672 = -
suara 72 )
Mengubah posisi setiap 2jam jika pasien tirah baring 6. Klien masih mengalami penurunan
7. melakukan penghisapan lendir/suction kesadaran GCS (E1V1M1)
7. mengerakan tubuh klien miring kiri dan
miring kanan
72
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
73
EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/ta Paraf/
No Jam Evaluasi
nggal Nama
1. Hari 14.00 S:- Jeri
pertama O:
Selasa, - Klien mengalami penurunan kesadaran (GCS
07 juni E1V1M1)
2022 -Klien menggunakan okesigen NRM 10 Liter/mnt
- Tanda Vital
TD : 190/111 mmHg HR : 118 x/m
T : 36,5 °c RR : 31 x/menit
A : Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1 1.Tingkat kesadaran √
2. Tekanan intra √
kranial
3 Tekanan darah √
P : Intervensi dilanjutkan pada no 1,2,4,5,6
2. Selasa, 14.20 S: Jeri
07 juni O:
2022 -Terdapat sputum pada jalan nafas klien
-terdengar suara Ronchi
-menggunakan oksigen NRM 10 liter/mnt
- RR : 31 x/m
- SPO2 : 99%
A:Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1 .pola napas √
2. frekuensi napas √
3 produksi sputum √
P: Intervensi dilanjutkan
1. Kekuatan otot √
2. Rentang gerak (ROM) √
3. Kelemahan fisik √
BAB IV
kesenjangan yang terdapat pada teori dengan terdapat dalam praktik. Pembahasan
sehingga dapat di ambil suatu kesimpulan dan pemecahan masalah serta dapat
efektif dạn efesien khususnya pada studi kasus stroke non hemoragik Kabupaten
4.1 Pengkajian
Pada pengkajian klien Ny.H dilakukan pada tanggal 07 juni 2022 pada pukul
klien meliputi identitas klien sampai dengan pemeriksaan fisik head to toe, karena
penulis menganggap lebih sistematis dan akurat. Dari pengkajian tersebut, penulis
Penulis menemukan bahwa menurut pihak keluarga pasien mengeluh sakit kepala
saat sebelum dibawa ke Rumah Sakit, berdasarkan informasi dari pihak keluarga,
awalnya pasien sedang duduk santai di kursi, tiba-tiba pasien terjatuh sehingga
tidak sadarkan diri. Kemudian pihak keluarga berinisiatif untuk membawa pasien
segera kerumah sakit pada pukul 16.30 WIB tanggal 03 Juni 2022.
keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi klien. Data penunjang pada
penyakit stroke non hemoragik menurut teori adalah tersumbatnya pembulu darah
yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan berhenti (nur
Pada saat melakukan pengkajian pada hari selasa pada tanggal 07 juni 2022
Mmhg , respirasi 31 x per m, Nadi 118 x per m, Spo2 99%, data ini dikaitkan
sebagai data pendukung bahwa pasien tersebut mengalami stroke non hemoragik
(SNH)
Berdasarkan teori pada saat menegakkan diagnosa yang mungkin timbul pada
Dari diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan stroke non
pada teori dan sesuai degan kondisi yang dialami oleh klien. Berikut ini diagnosa
yang bisa diangkat sesuai dengan kondisi klien kelolaan penulis dilapangan,yaitu :
dianggap perlu diangkat oleh penulis karena didapatkan tanda dan gejala
kepala, maka dari itu didapatkan pengkajian data seperti disebutkan perlu
diagnosa ini diangkat oleh penulis karena pada saat penkajian klien
mobilitas dan peroses penuaan, diagnosa ini diangkat karna klien tidak
sadarkan diri sejak 5hari yang lalu dan klien hanya terbaring di tempat
tidur.
diangkat karna pada saat pengkajian bagian muka dan dada klien
berkeringat.
dikarenakan penulis sesuaikan dengan kondisi klien dan di angkat sesuai dengan
apa yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit tersebut dan keterbatasan kami
ruangan, perawat ruangan, dokter yang bertugas, serta klien dan keluarganya.
ruangan, catatan dokter dan bertanya dengan perawat yang sedang jaga.
tindakan yang diberikan yang dapat dilihat sebagai catatan perkembangan keadaan
secara lengkap.
Pada tindakan ROM tidak semuan tindakan dapat dilakukan karena keterbatasan
4.5 Evaluasi
dialami oleh Ny.H. Ketiga diagnosa dapat teratasi secara maksimal, pada
diagnosa, resiko forfusi preblal tidak efektif, ganguan mobilitas fisik, resiko
ganguan integritas kulit/ jaringan, defisit perawatan diri. dapat teratasi pada
sesuai dengan teori yaitu terdapat evaluasi formatif/respon klien dan evaluasi
sumatif atau evaluasi dari seluruh tindakan dalam satu diagnosa yang penulis
susun dalam bentuk SOAP atau subjektif, objektif, analisa dan planning
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny.H di ruang ICU di RSUD
Curup maka penulis dapat menarik kesimpulan, Pengkajian pada Ny.H dengan
stroke non hemoregik, keluarga mengatakan klien mengeluh sakit kepala pada saat
kesadaran. diagnosa keperawatan yang timbul yaitu resiko forfusi perebral tidak
Pada kasus ini seharus nya klien di rujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas
CTscan untuk pasien Stroke non hemoragik,akan tetapi keluarga klien menolak
83
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
PPolPO
84
5.2 Saran
A. Rumah Sakit
kesehatan guna menunjang kinerja perawat dalam menangani pasien, dan perawat
hendaknya tetap berpegang teguh pada prinsip teori asuhan keperawatan, dan juga
meningkatkan kerjasama sesama perawat dan tim medis lainnya, guna melakukan
B. Perawat
Perawat hendaknya tanggap akan kebutuhan keperawatan bagi pasien yang dapat
diketahui dengan sering kontak dengan pasien yang dapat berguna dalam
pengkajian untuk terus menerus dan juga untuk mengetahui kebutuhan pasien
American Heart Assosiation (AHA). (2015). Heart Disease and Stroke Statistics
2015 Update. American. https://doi.org/10.1161/CIR.0000000000000152
Dourman, Karel. (2013). Waspadai Stroke Usia Muda. Jakarta: Cerdas Sehat.
Greer DM, Yang J, Scripko PD, Sims JR, Cash S, Kilbride R, et al. (2012)
Clinical examination for outcome prediction in nontraumatic coma. Crit Care
Med.; 40: 1150-6. doi: 10.1097/ CCM.0b013e318237bafb.
Lemone, Priscilla., Burke, Karen. M., & Bauldoff, Gerene.(2016). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Lingga, Lanny. (2013). All About Stroke Hidup Sebelum dan Pasca
Stroke.Jakarta: Kompas Gramedia.
WHO, (2012). WHO. WHO STEPS Prevalensi Stroke: The WHO STEP
WiseApproach to Stroke Surveillence
Nama : JERI
2. SMP N 02 Pendopo