i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Oleh:
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Ketua,
Anggota,
Ns. Novi Herawati, S.Kep, M.Kep ( )
NIP. 198110132006042002
Anggota,
Yulastri, S.Pd, M.Biomed ( )
NIP. 195911101983022001
Anggota,
Ns. Yudistira Afconneri, M.Kep ( )
NIP. 198901212018011001
iii
KATA PENGANTAR
iv
7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak mungkin penulis sebutkan
satu persatu.
Akhir kata, penulis berharap berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga Proposal Penelitian ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.
Penulis
v
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................14
C. Tujuan Penelitian................................................................................15
D. Manfaat Penelitian..............................................................................15
E. Ruang Lingkup....................................................................................16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................17
A. Thypus Abdominalis...........................................................................17
1. Pengertian.......................................................................................17
2. Etiologi...........................................................................................18
3. Patofisiologi....................................................................................20
4. WOC...............................................................................................21
5. Manifestasi Klinis...........................................................................22
6. Komplikasi.....................................................................................25
7. Penatalaksanaan..............................................................................25
2. Diagnosa Keperawatan...................................................................32
3. Intervensi Keperawatan..................................................................32
4. Implementasi Keperawatan............................................................36
5. Evaluasi Keperawatan....................................................................36
vi
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................37
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 2.1 Rencana Keperawatan........................................................................32
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bakteri Salmonella enteric serovar Thypi (S. typhi) yang disebut sebagai
demam tifoid (typhoid fever) dan demam paratifoid (paratyphoid fever) yang
bakteri dari sampel darah, sumsum tulang, namun biayanya mahal dan tidak
penyakit tipes. Di daerah endemik, penyakit ini sering kali terjadi ketika awal
maupun orang dewasa melalui makanan, feses, urin, maupun air yang telah
1
11
tifus dibawa oleh ektoparasit, misalnya kutu maupun pinjal pada tikus lalu
demam tifoid pun juga dapat dibawa oleh lalat dari feses atau urin yang
penderita yang dirawat harus tirah baring (bed rest) dengan sempurna untuk
berat penderita harus istirahat total. Nutrisi atau cairan, penderita harus
mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Cairan
elektrolit dan kalori yang optimal. Lalu pengobatan penyakit demam tifoid
untuk demam tifoid. Antibiotik yang diberikan sebagai terapi awal adalah
kelompok antibiotik lini pertama untuk demam tifoid. Sampai saat ini
2015).
sampai tiga bulan ; 2 sampai 5 % dari pasien yang tidak diobati akan menjadi
karier permanen. Secara alamiah Salmonella typhi keluar bersama tinja atau
urin orang yang terinfeksi. Orang lain akan terinfeksi dengan menelan
makanan atau minuman yang ditangani oleh orang yang terinfeksi atau
tidak memadai dan banjir, atau air minum yang tidak aman. Di tempat di mana
kualitas air baik, transmisi lebih mungkin terjadi melalui makanan yang
berusia 3-19 tahun. Selain itu, demam tifoid di Indonesia juga berkaitan
dengan rumah tangga, yaitu adanya anggota keluarga dengan riwayat terkena
demam tifoid, tidak adanya sabun untuk mencuci tangan, menggunakan piring
13
yang sama untuk makan, dan tidak tersedianya tempat buang air besar dalam
selama berhari-hari di air tanah, air kolam, atau air laut dan selama berbulan-
bulan dalam telur yang sudah terkontaminasi atau tiram yang dibekukan. Pada
daerah endemik, infeksi paling banyak terjadi pada musim kemarau atau
dilakukan pada tahun 1994, menunjukkan bahwa pada kasus demam tifoid
setiap tahun di dunia mencapai 21 juta dengan angka kematian lebih dari
rawat inap sakit di Indonesia dan urutan ke 8 dari 10 pola penyebab kematian
juta kematian terjadi tiap tahun akibat penyakit ini. Asia menempati urutan
tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus terjadi tiap
penyakit demam thypoid sepanjang tahun. Kasus thypoid di dierita oleh anak-
14
anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka kematian 20.000
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011 jumlah kejadian demam thypoid dan
parathypoid di Rumah Sakit adalah 80.850 kasus pada penderita rawat inap
dan 1.013 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2012 penderita
demam thypoid dan parathypoid sejumpah 41.081 kasus pada penderita rawat
inap dan jumlah pasien meninggal dunia sebanyak 276 jiwa (Saputra et al.,
2017).
tifoid pada tahun 2020 sebanyak 56 orang pasien, tahun 2021 sebanyak 26
orang pasien.
Abdominalis di Ruang Interne RSUD M. Natsir Kota Solok. Hal ini tentu
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian laporan yang diperoleh ini dapat menjadi data dasar
Thypus Abdominalis.
E. Ruang Lingkup
logistik (Hermawan, 2019). Ruang lingkup studi kasus ini tentang asuhan
Natsir Kota Solok Tahun 2022. Responden dalam studi kasus ini adalah
A. Thypus Abdominalis
1. Pengertian
mulai dari balita hingga lanjut (Jurana, 2018). Demam thypoid yang
Secara akut sering kali menyerang usus halus disertai gangguan pada
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu antara 7-
ini melalui saluran cerna dimulai dari mulut, esophagus, lambung, usus
dua belas jari, usus halus, usus besar melalui muntahan, urin, kotoran dari
infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella typhosa dan
17
18
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
Atikasari, 2019).
salah satu penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak
langsung jari tangan yang terkontaminasi tinja, urin, secret, saluran nafas
atau dengan pus penderita yang terinfeksi (Suraya & Atikasari, 2019).
2. Etiologi
bakteri gram negatif, tidak berkapsul, ber-flagela dan tidak berspora, biasa
ditemukan di tinja dan urin, setelah 1 minggu demam, bakteri ini akan
19
(tercemar). Pencemaran bakteri ini sering kali melalui muntahan, urin, dan
menggunakan jamban buang air besar, kualitas air bersih yang buruk di
tahun 2015, 600 ribu dari 17 juta kasus demam tifoid mengalami
terhadap sinar matahari langsung dan rentan terhadpa suhu tinggi, tahan
gejala patologis, dan kuman akan ters menerus berada di tubuh manusia
3. Patofisiologi
terjadi nekrosis dan peradangan. Kuman yang berada pada jaringan limfoid
tersebut masuk ke peredaran darah menuju hati dan limpa. Di sini biasanya
pasien merasakan nyeri. Kuman tersebut akan keluar dari hati dan limpa.
4. WOC
Salmonella typhosa
Nekrosis
Menginvasi
jaringan limfoid
Peradangan
Masuk peredaran
darah
Pelepasan
Kembali ke usus halus
endotoksin
(berkembang biak)
Reinfeksi
Usus halus
5. Manifestasi Klinis
hari, rata rata masa inkubasi 14 hari dengan gejala klinis sangat
Walaupun gejala bervariasi secara garis besar gejala yang timbul dapat
diare. Setelah kedua gejala makin jelas berupa demam remiten , lidah
tifoid dengan tanda antara lain nampak kering, dilapisi selaput tebal,
dibagian belakang tampak lebih pucat, dibagian ujung dan tepi lebih
Tabel 1 : Typoid
23
dimulai dengan bau mulut, bibir kering dan pecah, lidah kotor dan putih
menutupi lidah, tenggorokan terasa sakit, nyeri perut, nafsu makan turun,
tanda dan gejala klinis sebagai berikut (Tajudin, 2019) : Roseola (rose spot),
pada kulit dada atau perut terjadi pada akhir minggu pertama atau awal
5), bahwa tanda dan gejala yang terjadi pada pasien thypus abdominalis seb
agai berikut:
a. Gejala pada anak : Inkubasi 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
d. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
h. Batuk .
i. Epistaksis.
tremor).
n. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi
hipotermia.
25
6. Komplikasi
phoid sering kali mengali komplikasi setelah dua minggu tidak mengal
ami perbaikan kondisi, dengan besar angka kejadian 10-15% dari pasie
1. Perdarahan intestinal
2. Perforasi intestinal
3. Ileus paralitik
4. Renjatan septic
5. Pielonefritis
6. Kolesistisis
7. Pneumonia
8. Miokarditis
9. Peritonitis
10. Meningitis
11. Ensefalopati
12. Bronkitis
7. Penatalaksanaan
2. Diit lunak rendah serat atau diit padat rendah selulosa (pantang
(Jurana, 2018).
3. Obat-obat:
2018)
infus.
b. Antipiretik seperlunya
buang air kecil dan buang air besar, menangani popok kotor, sprei,
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
c. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
menurun.
sama (penularan).
d. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian Umum
enak, anoresia.
2) Pemeriksaan Dada
3) Pemeriksaan Abdomen
signifikan.
4) Pemeriksaan Integument
5) Pemeriksaan Ekstremitas
terjaga.
b. Pola Nutrisi
c. Pola Eliminasi
e. Pola Aktivitas
lemas.
lemas.
masalah.
k. Pola Kognitif
penyakit.
32
2. Diagnosa Keperawatan
Thypus.
pencegahan perdarahan
3. Intervensi Keperawatan
3. Kolaborasi
pemberian
antibiotic, jika
perlu
Nyeri Akut (D.0077) Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
(L.08066) (I.08238)
Gejala dan Tanda Ekspektasi :
Mayor Menurun Tindakan
Subjektif Kriteria Hasil Observasi
1. Mengeluh nyeri 1. Keluhan 1. Identifikasi
Objektif nyeri lokasi,
1. Tampak meringis menurun karakteristik,
2. Bersikap protektif 2. Meringis durasi, frekuensi,
(mis. waspada, menurun kualitas,
posisi 3. Gelisah intensitas nyeri
menghindari menurun 2. Identifikasi skala
nyeri) 4. Sulit tidur nyeri
3. Gelisah menurun 3. Identifikasi
4. Frekuensi nadi 5. Frekuensi respons nyeri
meningkat nadi non verbal
5. Sulit tidur membaik 4. Identifikasi
6. Tekanan pengetahuan dan
Gejala dan Tanda darah keyakinan
Minor membaik tentang nyeri
Subjektif (tidak tersedia) Terapeutik
Objektif 1. Berikan teknik
1. Tekanan darah nonfarmakologis
meningkat untuk
2. Pola napas mengurangi rasa
berubah nyeri (mis. terapi
3. Nafsu makan pijat, kompres
berubah hangat/dingin)
4. Proses berpikir 2. Fasilitasi
terganggu istirahat dan
5. Menarik diri tidur
6. Berfokus pada 3. Pertimbangan
diri sendiri jenis dan sumber
7. Diaforesis nyeri dalam
pemilihan
strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
35
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
keperawatan dan mengetahui sejauh mana tujuan telah dicapai. Jika hasil tidak
atau tidak sama sekali. Evaluasi memastikan bahwa klien menerima perawatan
2021).
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Pasien yang telah di diagnosa oleh dokter dengan diagnosa medis thypus
abdominalis
Kriteria eksklusi:
37
C. Fokus Studi
akan menjadi acuan dalam studi kasus. Dalam studi kasus ini yang
2022.
38
F. Metode Pengumpulan Data
lain:
1. Wawancara
alasan masuk, keluhan saat dikaji,, dan lainnya yang tercantum dalam
SDKI.
2. Pengukuran
mengukur suhu tubuh, alat pengukur suhu air panas, jam untuk
intervensi.
3. Observasi
risiko hipertermi.
39
4. Dokumentasi
besar data dan fakta tersimpan dalam suatu bahan yang telah di
alamat, serta identitas penanggung jawab. (2) catatan terapi. (3) hasil
diagnostik.
G. Analisis Data
dengan cara kualitatif, salah satunya adalah dengan metode studi kasus.
dilakukan apakah sesuai dengan teori dan hasil yang dialami pasien.
H. Etik Penelitian
Prinsip etik yang diterapkan berkaitan dengan studi kasus ini yaitu:
1. Otonomi (autonomy)
40
2. Berbuat baik (benifecience)
kebaikan oleh diri dan orang lain infomed consent diberikan peneliti
3. Keadilan
4. Tidak merugikan
5. Kejujuran
pasien.
6. Menepati janji
klien.
7. Kerahasiaan
41
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah bahwa informasi tentang
privasi.
8. Akuntabilitas
profesional harus dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
kecuali.
42
BAB IV
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
b. Riwayat Kesehatan
pada ulu hati, mual, serta nafsu makan menurun. Saat ditanya
43
ada di skala 6, pasien juga mengatakan susah tidur karena
hipertensi.
2) Pola eliminasi
sehari, lancar tidak ada gangguan, BAK 5-7 kali, tidak ada
rasa nyeri saat BAK. Sakit : BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
44
Sehat: pasien tidur 6-8 jam/hari. Sakit : istirahat dan tidur
b. Pemeriksaan Fisik
3) Pemeriksaan Kepala
a) Kepala
kelainan.
b) Mata
cahaya (+)
c) Hidung
45
Warna bibir merah muda, lidah warna merah muda,
mukosa kering.
4) Pemeriksaan Thorax
a) Keluhan
Pasien tidak ada keluhan sesak nafas, nyeri terasa pada saat
batuk
5) Pemeriksaan Jantung
a) BB : 45 kg
b) TB : 155 cm
f) Abdomen
Saat di palpasi ada nyeri tekan pada bagian perut sebelah kiri
a) Memori : Panjang
waktu
46
8) Pemeriksaan system Perkemihan
cobaan tuhan
c. Data Psikologis
b) Kecemasan : terkontrol
d. Data Sosial
yaitu bertani.
e. Data Spiritual
47
Pasien beragama islam, dan mengerjakan sholat 5 waktu setiap
hari.
f. Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
48
2. ANALISA DATA
Ds : Hipertermi
Do :
Ds : Nyeri Akut
Do :
Ds : Defisit Nutrisi
Do :
49
Klien tidak menghabiskan
makanannya
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN
50
saat merasa panas)
2. Lakukan tepid sponge
atau kompres hangat
3. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan
memperbanyak minum
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
antibiotic, jika perlu
2. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 3 x 8 jam Observasi
diharapkan nyeri berkurang 1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil :
frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala
3. Gelisah menurun nyeri
4. Sulit tidur menurun 3. Identifikasi respons
5. Frekuensi nadi membaik nyeri non verbal
6. Tekanan darah membaik 4. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. terapi
pijat, kompres
hangat/dingin)
2. Fasilitasi istirahat dan
tidur
3. Pertimbangan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
51
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
52
3. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
5. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
6. Hentikan pemberian
makanan melalui
selang nasogatrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
2. Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis.
pereda nyeri,
antiemetic), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
53
hangat pada pasien masuk rumah sakit
4. Menganjurkan pada Pasien mengatakan
pasien banyak minum badan terasa panas
5. Memberikan obat penurun
panas yang telah O:
diresepkan oleh dokter
(paracetamol) Suhu axila 38,2 oC
Kulit tampak
memerah
Kulit teraba hangat
P : Lanjutan intervensi
Melakukan
pemeriksaan tanda-
tanda vital
Memantau intake
output dan input
cairan
Melakukan kompres
hangat pada pasien
Menganjurkan pada
pasien banyak minum
Memberikan obat
penurun panas yang
telah diresepkan oleh
dokter (paracetamol)
54
nyeri dengan skala sulit tidur karena nyeri
4. Mengajarkan pasien
teknik nonfarmakologis O :
untuk mengurangi rasa
nyeri Klien tampak
5. Memberikan obat pereda meringis
nyeri yang telah TD : 120/80 mm/Hg,
diresepkan oleh dokter
(paracetamol) N : 84 x/menit,
S : 38,2 oC,
RR : 24 x/menit
P : Lanjutan intervensi
Mengajarkan pasien
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Memberikan obat
pereda nyeri yang
telah diresepkan oleh
dokter (paracetamol)
55
laboratorium menghabiskan
7. Menganjurkan makanan
makanannya
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
8. Memberikan suplemen A : Masalah belum teratasi
makanan yang telah dengan melaporkan nyeri
diresepkan oleh dokter
(curcuma) abdomen menurun, frekuensi
makan membaik, nafsu
makan membaik
P : Lanjutan intervensi
Mengidentifikasi
status nutrisi
Mengidentifikasi
alergi dan intoleransi
makanan
Mengidentifikasi
kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
Memonitor asupan
makanan
Memonitor berat
badan
Memonitor hasil
laboratorium
Menganjurkan
makanan tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
Memberikan
suplemen makanan
yang telah diresepkan
oleh dokter (curcuma)
56
3. Melakukan kompres O:
hangat pada pasien
4. Menganjurkan pada Suhu axila 38,2 oC
pasien banyak minum Kulit masih tampak
5. Memberikan obat memerah
penurun panas yang
Kulit teraba hangat
telah diresepkan oleh
dokter (paracetamol)
A : Masalah hipertermi belum
teratasi dengan melaporkan
menggigil menurun, kulit
merah menurun, pucat
menurun, takipnea menurun,
hipoksia menurun
P : Lanjutan intervensi
Melakukan
pemeriksaan tanda-
tanda vital
Memantau intake
output dan input
cairan
Melakukan kompres
hangat pada pasien
Menganjurkan pada
pasien banyak minum
Memberikan obat
penurun panas yang
telah diresepkan oleh
dokter (paracetamol)
Nyeri Akut Manajemen nyeri S:
1. Menanyakan pada pasien
factor pencetus dan Klien mengatakan
pereda nyeri nyeri pada ulu hati
2. Menanyakan pada pasien Klien mengatakan
kualitas nyeri yang
nyeri skala 6
dirasakan seperti apa
3. Menanyakan intensitas Klien mengatakan
nyeri dengan skala sulit tidur karena nyeri
4. Mengajarkan pasien
teknik nonfarmakologis O :
untuk mengurangi rasa
nyeri Klien tampak
5. Memberikan obat pereda meringis
57
nyeri yang telah TD : 120/80 mm/Hg,
diresepkan oleh dokter
N : 84 x/menit,
(paracetamol)
S : 38,2 oC,
RR : 24 x/menit
P : Lanjutan intervensi
Mengajarkan pasien
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Memberikan obat
pereda nyeri yang
telah diresepkan oleh
dokter (paracetamol)
58
makan membaik, nafsu
makan membaik
P : Lanjutan intervensi
Mengidentifikasi
status nutrisi
Mengidentifikasi
alergi dan intoleransi
makanan
Mengidentifikasi
kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
Memonitor asupan
makanan
Memonitor berat
badan
Memonitor hasil
laboratorium
Menganjurkan
makanan tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
Memberikan
suplemen makanan
yang telah diresepkan
oleh dokter (curcuma)
59
teratasi dengan melaporkan
menggigil menurun, kulit
merah menurun, pucat
menurun, takipnea menurun,
hipoksia menurun
P : Lanjutan intervensi
Melakukan
pemeriksaan tanda-
tanda vital
Memantau intake
output dan input
cairan
Melakukan kompres
hangat pada pasien
Menganjurkan pada
pasien banyak minum
Memberikan obat
penurun panas yang
telah diresepkan oleh
dokter (paracetamol)
60
RR : 20 x/menit
P : Lanjutan intervensi
Mengajarkan pasien
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Memberikan obat
pereda nyeri yang
telah diresepkan oleh
dokter (paracetamol)
61
makan membaik, nafsu
makan membaik
P : Lanjutan intervensi
Mengidentifikasi
status nutrisi
Mengidentifikasi
alergi dan intoleransi
makanan
Mengidentifikasi
kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
Memonitor asupan
makanan
Memonitor berat
badan
Memonitor hasil
laboratorium
Menganjurkan
makanan tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
Memberikan
suplemen makanan
yang telah diresepkan
oleh dokter (curcuma)
62
menurun, takipnea menurun,
hipoksia menurun
P : Lanjutan intervensi
Melakukan
pemeriksaan tanda-
tanda vital
Memantau intake
output dan input
cairan
Melakukan kompres
hangat pada pasien
Menganjurkan pada
pasien banyak minum
Memberikan obat
penurun panas yang
telah diresepkan oleh
dokter (paracetamol)
63
keluhan nyeri menurun,
meringis menurun, gelisah
menurun, sulit tidur menurun,
frekuensi nadi membaik,
tekanan darah membaik
P : Lanjutan intervensi
Mengajarkan pasien
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Memberikan obat
pereda nyeri yang
telah diresepkan oleh
dokter (paracetamol)
P : Lanjutan intervensi
Mengidentifikasi
64
status nutrisi
Mengidentifikasi
alergi dan intoleransi
makanan
Mengidentifikasi
kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
Memonitor asupan
makanan
Memonitor berat
badan
Memonitor hasil
laboratorium
Menganjurkan
makanan tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
Memberikan
suplemen makanan
yang telah diresepkan
oleh dokter (curcuma)
P : Lanjutan intervensi
Intervensi dihentikan
(pasien pulang)
65
Nyeri Akut Manajemen nyeri S:
1. Menanyakan pada pasien
factor pencetus dan Klien mengatakan
pereda nyeri nyeri pada ulu hati
2. Menanyakan pada pasien sudah tidak ada
kualitas nyeri yang
Klien mengatakan
dirasakan seperti apa
3. Menanyakan intensitas tidur sudah membaik
nyeri dengan skala
O:
4. Mengajarkan pasien
teknik nonfarmakologis Klien sudah tidak
untuk mengurangi rasa
tampak meringis
nyeri
5. Memberikan obat pereda TD : 120/70 mm/Hg,
nyeri yang telah N : 80 x/menit,
diresepkan oleh dokter
(paracetamol) S : 37,6 oC,
RR : 20 x/menit
P : Lanjutan intervensi
Intervensi dihentikan
(pasien pulang)
66
mencegah konstipasi makanannya
8. Memberikan suplemen
makanan yang telah A : Masalah teratasi dengan
diresepkan oleh dokter
(curcuma) melaporkan nyeri abdomen
menurun, frekuensi makan
membaik, nafsu makan
membaik
P : Lanjutan intervensi
Intervensi dihentikan
(pasien pulang)
B. Pembahasan
telah dilakukan sejak tanggal 12 mei 2022 sampai tanggal 16 mei 2022
diruangan rawat inap interne RSUD M Natsir Kota Solok, melalui pendekatan
ini peneliti akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan dan
pasien di ruangan Interne RSUD M Natsir Kota Solok yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Pengkajian
a. Identitas klien
67
68
DAFTAR PUSTAKA
69
PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO TAHUN 2017. 2, 2.
Suraya, C., & Atikasari, A. (2019). Hubungan Personal Hygiene Dan Sumber Air
Bersih Dengan Kejadian Demam Typhoid Pada Anak. Jurnal ’Aisyiyah
Medika, 4, 327–339. https://doi.org/10.36729/jam.v4i3.205
Utaminingsih, W. R. (2015). Menjadi Dokter Bagi Anak Anda. Cakrawala Ilmu.
70