BANGIL
Oleh:
NIM. 2001039
SIDOARJO
2022
i
Nama : Rifaul tri fuadiah
BANGIL
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
pada tanggal........2022
Oleh
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui,
Direktur
i
KATA PENGANTAR
Penulis proposal ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai
pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Penulis sadar bahwa proposal ini belum mencapai kesempurnaan, sebagai bekal
perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila pembaca berkenan memberikan
masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi kesempurnaan proposal
ini.
ii
Penulis berharap proposal ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.
iii
DAFTAR ISI
iv
4.6.2 Sumber Data..................................................................................................31
4.7 Pengolahan Data..............................................................................................32
4.8 Etika Penelitian................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34
INFORMED CONSENT.........................................................................................35
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
jantung koroner akut dan tuberculosis, Fraktur disebabkan oleh syok atau tenaga
fisik, kecelakaan, baik kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu lintas ( Noorisa
et al,, 2017) patah tulang merupakan ancaman potensial atau nyata bagi integritas
seseorang maka mereka mengalami gangguan fisiologis dan psikologis yang dapat
menimbulkan reaksi berupa sakit. Nyeri fraktur membuat pasien sulit menjalani
kehidupan sehari hari , dan nyeri traumatik akibat patah tulang juga merusak
masyarakat , orang fraktur atau patah tulang tidak harus dibawa ke rumah sakit
sampai pada tahap yang penting tulangnya tersambung saja. Mengenai sangkal
putung ahli medis memahami bahwa pada dasarnya tulang tu bisa sembuh sendiri
namun tetap membutuhkan para ahli dalam penanganan tersebut agar posisi
Internis,2014).
Badan kesehatan dunia WHO tahun 2019 menyatakan bahwa insiden fraktur
semakin meningkat , tercatat sudah terjadi fraktur kurang lebih 15 juta orang
dengan angka prevalensi 3,3% . Fraktur pada tahun 2017 terdapatkurang lebih 20
1
juta orang dengan angka prevalensi 4,2% pada tahun 2018 meningkat menjadi 21
juta orang dengan angka prevalensi 3,8% akibat kecelakaan lalu lintas
( Mardiono , 2018 ). Hasil riset kesehatan dasar oleh Badan Penelitian dan
timur pada 2 tahun 2016 sebanyak 1.422 jiwa , pada tahun 2017 sebanyak 2.065
jiwa, pada tahun 2018 sebanyak 3.300 jiwa yang mengalami kejadian fraktur
2.1% diakibatkan karna jatuh dan kecelakaan lalu lintas dan hampir seluruhnya
sebanyak 5,5%, sementara itu untuk prevalensi cedera menurut bagian tubuh,
cedera pada bagian ekstremitas bawah memiliki prevalensi tertinggi yaitu 67,9%.
patologik) ( Noorisa, 2016). Dampak lain yang timbul pada fraktur yaitu dapat
mengalami perubahan pada bagian tubuh yang terkena cidera, merasakan cemas
akibat rasa sakit dan rasa nyeri. Nyeri terjadi akibat luka yang mempengaruhi
stress, ketidaknyamanan akibat nyeri harus diatasi apabila tidak diatasi dapat
berdampak pada aktivitas sehari hari seperti gangguan istirahat tidur , intoleransi
aktivtas, personal hygine, gangguan pemenuhan nutrisi ( Potter & Perry , 2015).
2
jatuh , diskolasi, traksi, kelemahan tulang yang tidak normal ( Noorisa et al, 2017).
Beberapa efek dapat terjadi jika fraktur tidak ditangani dengan benar yaitu syok
( Mue DD, 2016). Penatalksanaan fraktur ini dapat menimbulkan masalah dan
serta pucat pada anggota badan yang dioperasi ( Carpintero, 2016). Manajemen
nyeri dapat dibagi menjadi dua kategori manajemen farmakologi dan manajemen
pack, teknik relaksasi, musik dan terapi stimulasi pijat.sangat efektif dalam
melakukan aktifitas yang berat, mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati-
manajemen nyeri kepada pasien dan keluarga tentang nyeri yang dialami oleh
terapi obat analgesik untuk menghilangkan nyeri, pemberian terapi obat antibiotik
untuk mencegah kelanjutan terjadinya infeksi, melakukan fiksasi dengan gips atau
spalk sebelum pembedahan serta pemasangan plat dan wire pada saat pembedahan.
3
Pada upaya rehabilitatif, yaitu dengan memberikaHealth Education (pendidikan
dan rawat luka steril setelah dilakukan pembedahan, menganjurkan untuk kontrol
mengikuti program olahraga (di bawah bimbingan seorang terapis atau dokter)
serta latihan dalam air untuk mengurangi beban kerja otot, serta memotivasi
Berdasarkan latar belakang diatas , maka rumusan masalah ini merupakan uraian
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
penerapan studi kasus Asuhan Keperawatan pada klien dengan fraktur dengan
4
1.3.2.3 Menyusun perencanaan keperawatan pada klien dengan diagnosa
Hasil dari penelitian ini berguna bagi rekan rekan sejawat dalam
tentang fraktur
5
1.4.4 Bagi pelayanan keperawatan
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di RS dan
Terdiri dari lima bab , masing masing bab terdiri dari sub bab berikut :
1.5.2 Bab 2 Tinjauan Pustaka berisikan tentang Konsep Klie, Konsep Dasar
dan Konsep masalah yang yang sering muncul dan berkaitan dengan klien.
1.5.4 Bab 4 berisikan Desain Penelitian, Kerangka Kerja, Waktu dan Tempat
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, status perkawinan, suku bangsa, tanggal masuk , nomor registrasi, dan
diagnosa keperawatan .
2.2.1.2 Keluhan utama : Keluhan utama pada pasien fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri yang biasanya dirasakan pada bagaian tubuh yang mengalami fraktur .
Menanyakan bagaiman kualitas nyeri yang dirasakan pasien, dan berapa skala
nyei yang dirasakan dan pada saat apa nyeri yang dirasakan itu muncul.
menceritakan detail bagaimana kejadiannya , dan jika akibat terjatuh pasien juga
berapa.Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien yaitu
dengan PQRST :
2) Quality of Pain : Seperti apa nyeri yang dirasakan . apakah nyerinya seperti
3) Region : Apakah nyerinya menyebar dan sampai dimana rasa sakit terjadi.
4) Severity ( Scale ) of Pain: Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan , dapat di
7
ukur dengan menggunakan skala nyeri 1 -10 yaitu :
Tipe nyeri :
7,8,9 : Sangat nyeri tetapi dapat dikontrol oleh klien dengan aktifitas yang bisa
dilakukan .
5) Time : Kapan nyeri itu timbul dan berapa lama nyeri berlangsung
8
2.2.2 Pemeriksaan Fisik
2.2.2.1.2 Kesakitan : akut , kronis, ringan sedang berat pada kasus fraktur
biasanya akut.
2.2.2.1.3 Tanda tanda vital tidak normal karna gangguan lokal baik fisik
maupun bentuk.
mengalami kelainan pada pernafasan. Pada palpasi toraks tidak ditemukan vocal
fremitus seimbangan antara kanan dan kiri . pada auskultasi tidak ditemukan suara
nafas tambahan tetapi jika terjadi syok akan terjadi sesak nafas.
2.2.2.3 B2 Blood , inspeksi tidak ada iktus jantung, klien tidak terjadi sianosis,
pada palpasi nadi meningkat , iktus tidak teraba , CRT <2 detik , tidak ada nyeri
dada , auskultalsi irama jantung teratur , bunyi jantung s1 s2 tunggal, dan idak ada
murmur.
2.2.2.5 B4 Bladder, Mengkaji keadaaan urine yang meliputi warna, jumlah dan
karkyeristik urine, alat yang biasa digunakan untuk berkemih , biasanya tidak
mengalami gangguan.
perkusi ada pantulan gelombang cairan apa tidak , Auskultasi peristaltik usus
normal 20 x/menit .
9
2.2.2.7 B6 Bone , Adanya fraktur akang mengganggu secara lokal, baik fungsi
terdapat edema, perdarahan, penonjolan tulang kedalaman luka dan lebar lukanya
Analisa data merupakan metode yang dilakukan perawat untuk mengaitkan data
klien dan menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip relevan
dan nyeri.
yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
10
Tabel 2.2.1.6 Diagnosa dan Intervensi keperawatan
6.Identifikasi pengaruh
nyeri
7.Identifikasi pengaruh
penggunaan analgetik
11
Terapeutik:
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain).
2. Kontrol lingkungan
pencahayaan, kebisingan).
tidur
pemilihan strategi
meredakan nyeri .
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab,
12
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
4.Anjurkan menggunakan
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
integritas struktur tulang selama 1x24 jam adanya nyeri atau keluhan
meningkat ambulasi
13
selama melakukan
ambulasi
Terapeutik:
1. Fasilitasi aktivitas
Tongkat, kruk).
2. fasilitasi melakukan
3. Libatkan keluarga
Edukasi:
prosedur ambulasi
2. anjurkan melakukan
ambulasi dini
3. ajarkan ambulasi
roda )
14
diharapkan tingkat syok frekuensi,dan kekuatan
hasil: MAP)
meningkat oksigenasi
kesadaran pupil
membaik oksigen
mencegah alergi
15
Edukasi:
1. jelaskan penyebab
risiko syok
4. anjurkan
memperbanyak asupan
cairan
5. anjurkan menghindari
alergen
Kolaborasi :
1. kolaborasi pemberian iv
jika perlu
2. kolaborasi pemberian
3. kolaborasi pemberian
16
2.2.1.7 Implementasi
2.2.1.8 Evaluasi
melalui pemenuhan kebutuhan dan bantuan apakah benar telah terpenuhi sesuai
jantung koroner akut dan tuberculosis, Fraktur disebabkan oleh syok atau tenaga
17
fisik, kecelakaan, baik kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu lintas ( Noorisa
et al,, 2017) patah tulang merupakan ancaman potensial atau nyata bagi integritas
seseorang maka mereka mengalami gangguan fisiologis dan psikologis yang dapat
menimbulkan reaksi berupa sakit. Nyeri fraktur membuat pasien sulit menjalani
kehidupan sehari hari , dan nyeri traumatik akibat patah tulang juga merusak
masyarakat , orang fraktur atau patah tulang tidak harus dibawa ke rumah sakit
sampai pada tahap yang penting tulangnya tersambung saja. Mengenai sangkal
putung ahli medis memahami bahwa pada dasarnya tulang tu bisa sembuh sendiri
namun tetap membutuhkan para ahli dalam penanganan tersebut agar posisi
2.3.2 Etiologi
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
18
2.3.2.3. Kekerasan akibat tarikan otot patah tulang akibat tarikan otot sangat
Menurut Nurarif (2015), tanda dan gejala dari fraktur, antara lain :
atau jatuh di kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda
2.3.4.3. Deformitas.
2.3.5.3 Komplikasi
2.3.4 Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaiutu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup.
menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan
19
didalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang
dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai
gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat
dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan
integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tetutup. Pada
dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 2006 dalam Wijaya
2.3.5 Komplikasi
Menurut Smeltzer & Bare (2015) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
2.3.5.1.1 Syok
Syok hipovolemik akibat dari perdarahan karena tulang merupakan organ yang
sangat vaskuler maka dapat terjadi perdarahan yang sangat besar sebagai akibat
Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam darah karena
tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler dan katekolamin yang
dilepaskan memobilisasi asam lemak kedalam aliran darah. Globula lemak ini
20
bergabung dengan trombosit membentuk emboli yang dapat menyumbat
pembuluh darah kecil yang memasok darah ke otak, paru- paru, ginjal dan organ
lainnya.
dalam otot kurang dari yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh karena
penurunan ukuran fasia yang membungkus otot terlalu ketat, balutan yang terlalu
Intravaskula.
2.3.6.1 Radiografi pada dua bidang : mencari lusensi dan diskontinuitas pada
korteks
tulang.
2.3.6.3 Ultrasonografi dan scan tulang dengan radioisotope: scan tulang terutama
berguna ketika radiografi atau CT scan memberikan hasil negatif pada kecurigaan
fraktu
2.3.6 Penatalaksanaan
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan
disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman
21
belum terlalu jauh meresap dilakukan: Pembersihan luka, eksisi jaringan mati atau
selanjutnya.
2.3.6.3 Reduksi (Reposisi) terbuka dengan fiksasi interna (Open Reduction and
sehingga kembali seperti semula secara optimum. Reduksi fraktur (setting tulang)
2.3.6.4 Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna (Open Reduction and Enternal
dengan gips, bidai atau alat lain. Alat imobilisasi ini akan menjaga reduksi dan
remuk) sementara jaringan lunak yang hancur dapat ditangani dengan aktif
fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal. Setelah fraktur
dengan fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan
teknik gips, atau fiksatoreksternal. Implant logam dapat digunakan untuk fiksasi
fraktur.
22
2.3.6.6 Graf tulang, yaitu penggantian jaringan tulang untuk menstabilkan
yang digunakan tergantung pada lokasi yang terkena, kondisi tulang, dan jumlah
tulang yang hilang akibat cidera. Graft tulang dapat berasal dari tulang pasien
dipantau, dan ahli bedah orthopedi diberitahu segera bila ada tanda gangguan
posisi, stageri peredaan nyeri, termasuk analgetik). Latihan isometric dan setting
Ditinjau dari anatomi dan patofisiologi diaatas, masalah klien yang mungkin
timbul terjadi adalah respon terhadap klien dan terhadap penyakitnya. Akibat
fraktur terutama pada fraktur akan menimbulkan dampak baik terhadap klien
sendiri maupun keadaan keluarganya. dampak fisik pasien tidak bisa melakukan
23
bekerja makan maka pasien akan cuti selama proses penyembuhan. Dampak
sosial pasien merasa malu akan kondisinya saat ini sehingga pasien tidak bisa
2.3.2 Biologis
Pada klien fraktur akan terjadi perubahan pada bagian tubuhnya yang
2.3.3 Psikologis
Klien akan meraskan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari fraktur,
perubahan gaya hidup, kehilangan peran baik dalam keluarga maupun dalam
masyarakat, dampak dari hospitalisasi rawat inap dan harus beradptasi dengan
lingkungan yang baru dan serta takut terjadi kecacatan pada dirinya.
2.3.4 Sosial
Klien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan masyarakat karna harus
menjalani perawatan yang waktunya tidak sebentar dan juga perasaan akan
2.3.5 Spiritual
baik dalam jumlah beribadah yang diakibatkan karna rasa nyeri dan
ketidakmapuanya.
Masalah yang timbul pada keluarga dengan salah satu anggota keluarganya yang
terkena fraktur adalah timbulnya kecemasan akan keadaan klien, apakah nanti
24
akan timbul kecacatan atau sembuh total. Koping tidak efektif bisa ditempuh
keluarga untuk itu peran perawat disini sangatlah penting dalam memberikan
penjelasan terhadap keluarga . selain itu keluarga juga harus bisa menanggung
semua biaya perawatan dan operasi klien. ( Syamsul, 2010 dikutip oleh
Regina,2014 )
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis meneliti dan menggali informasi
kekurangan atau kelebihan yang sudah ada . selain itu peneliti juga menggali
informasi dari beberapa buku buku maupun skripsi dan paper dalam rangka
mendapatkan teori yang berkaitan dengan judul yang diguanakn sebagai landasan
teori ilmiah.
2.4.1 Kesimpulan
2.4.1.1 Hasil pengkajian pada klien fraktur humerus didapatkan bahwa klien
2.4.1.2 Diagnosa keperawatan pada klien fraktur humerus adalah nyeri akut
2.4.1.3 Intervensi keperawatan pada klien fraktur humerus dengan masalah nyeri
25
2.4.1.4 Implementasi pada klien fraktur humerus dengan masalah keperawatan
nyeri telah dilakukan sesuai tindakan yang telah direncanakan dan dilakukan
secara menyeluruh
2.4.1.5 Evaluasi pada klien fraktur humerus dengan masalah didapatkan bahwa
klien belum pulih sepenuhnya dari nyeri yang ditandai dengan saat klien bergerak
26
BAB III
Memerlukan perawatan
Bedah Fraktur Pada Fraktur Dengan Pendekatan Kasus Kelolaan Di RSUD Bangil
27
3.2 Pathway
Fraktur
28
3.3 Hipotesa Penelitian
pada klien dengan fraktur humerus dapat teratasi setelah dilakukan pengkajian,
29
BAB IV
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan yaitu studi kasus ini adalah penelitian
Studi pendahuluan
Accidental sampling
Pengambilan sampel sesuai dengan orang yang memang kebetulan ditemui di RSUD Bangil
Pengumpulan data
30
4. 3 Waktu dan tempat penelitian
Studi kasus ini adalah studi kasus individu yang akan dilakukan di rumah sakit
umum daerah Bangil dan dilaksanakan pada bulan november 2022, lama waktu
yaitu sejak pasien masuk rumah sakit dan sampai pasien pulang.
4.4.1 Populasi
Populasi Merupakan suatu wilayah atau kelompok yang terdiri dari subyek atau
adalah totalitas dari setiap elemen yang diteliti dan memiliki ciri yang sama bisa
berupa individu, suatu kelompok, peristiwa, dan sesuatu yang akan diteliti
(Handayani, 2020).
4.4.2 Sampel
Merupakan suatu bagian wilayah atau kelompok yang populasinya dimiliki oleh
peneliti sendiri (sugiyono, 2019). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi itu sendiri atau bagian kecil
dari anggota populasi yang di ambil menurut prosedur tertentu (Siyoto dkk, 2015).
pertimbangan yang tepat untuk peneliti (sugiyono, 2019). Teknik sampling dalam
penelitian ini adalah proses dimana untuk mendapatkan sampel yang benar-benar
penelitian.
31
4.5 Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan karya tulis ilmiah ini dimulai dari pengajuan judul , kemudian
tulis ilmiah, penentuan populasi target, informen consent, pengumpulan data dan
4.6.1.1 Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang yang bertukar ide atau informasi
melalui tanya jawab dan dapat makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2019).
4.6.1.2 Observasi
Observasi merupakan suatu pengumpulan data yang mempunyai ciri khas sendiri
4.6.1.3 Pemeriksaan
keperawatan.
Data primer merupakan data yang pertama kali dikumpulkan peneliti. Data
primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari sumber utama melalui
32
Data sekunder adalah data sebagai informasi yang telah ada sebelumnya dan
data penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam studi kasus ini adalah
4.7.1 Editing
Editing adalah tahapan awal untuk megelola data yang diperoleh. Editing
merupakan proses pemeriksaan data yang didapat dari hasil asuhan keperawatan .
tahap ini peneliti memeriksa data yang sudah terkumpul yang meliputi
dampaknya (Nursalam,2016)
4.8.2 Anonymity
4.8.3 Confidentially
(Nursalam, 2016)
33
4.8.4 Ethical Clearence
(lestari, 2018)
34
BAB V
Studi kasus ini dilakukan di RSUD Bangil yang terletak di Jl. Raya
Provinsi Jawa Timur. Dalam studi kasus ini peneliti melakukan studi kasus di
ruang Melati yaitu ruang rawat inap bagi pasien yang diterima langsung dari
IGD atau dari poliklinik. Kasus penyakit yang terdapat diruang Melati meliputi
diantaranya pasien dengan pre dan pasca bedah namun tidak menutup
Pekerjaan - Wiraswasta
Dx medis Post op Close Fraktur femur Post op close fraktur femur 1/3
35
No.RM 00XXXX 00XXXX
keluarganya.
36
S : 36.8 C RR : 20x/menit
akut nyeri
Masalah keperawatan :
Nyeri akut
komunitas:
mempengaruhi kesehatan :
37
klien mengatakan lingkungan klien mengatakan
juga baik.
Nutrisi
Sebelum sakit Tidak ada penurunan Tidak ada penurunan nafsu makan
38
Nafsu makan : nafsu makan
Pola makan : 3x1 porsi makan habis 3x1 porsi makan habis
jumlah :
Berat badan : 45 kg 60 kg
Saat sakit
Nafsu makan : Tidak ada penurunan Tidak ada penurunan nafsu makan
nafsu makan
Pola makan : 3x1 setengah porsi makan 3x1 setengah porsi makan habis
habis
jumlah :
makan
Menu Makanan : Makanan tinggi protein : Makanan tinggi protein : Nasi sayur
Berat badan : 45 kg 60 kg
39
4. Genogram
4.1 Klien 1
Keterangan :
Laki laki :
Perempuan:
Meninggal :
40
Pasien :
4.2 Klien 2
Keterangan :
Laki laki :
Perempuan:
Meninggal :
Pasien :
5. Pemeriksaan fisik
41
Pemeriksaan fisik Klien 1 Klien 2
Keadaan umum : Keadaan umum klien lemah , Keadaan umum klien lemah ,
5-6 4-5-6
otot bantu nafas, perkusi thorax: ada alat bantu nafas, vokal
pada punggung antara sisi kanan dan sisi kiri sama , suara nafas
dan sisi kiri sama , suara nafas : : vesikuler .tidak ada suara
tambahan . tidak ada nyeri dada nyeri dada saat bernafas , tidak
5.1.1 Laboratorium
Tabel 5.1.1 data penunjang pada klien 1 dengan diganosa medis close fratur femur dextra
HEMATOLOGI
HATI
INR 1,10
HEMATOLOGI
LENGKAP
43
Neutrofil % H 17,7 1,5 – 9,5
GULA DARAH
< 50 0r >450
5.1.2 Hasil Rontgen Pasien 1 (An. D ) pada tanggal 06 Januari 2023 yaitu tampak
Tabel 5.1.1 data penunjang pada klien 2 dengan diganosa medis close fraktur femur 1/3 proximal
dextra
44
HEMATOLOGI
FAAL HEMATOSIS
APTT
Protrombin Time
INR 0,96
Darah lengkap
45
<20 >1000
NLR 3,71
KIMIA KLINIK
GULA DARAH
450
5.1.2 Hasil Rontgen Pasien 2 (Ny. S) pada tanggal 19 Januari 2023 yaitu tampak
1) Analisa Data
Analisa data pada An. dengan diagnosa fraktur femur dextra ( klien 1 )
dirasakan pasien
3 menit
mmHg
Nadi : 87x/menit
46
RR : 20x/menit
S : 36.8 C
fraktur tersebut
- Pasien mengatakan
duduk ke berdiri.
Do : K/u : lemah
ROM : 5 5
5 1
kanan
oleh keluarga
membolak balikan
posisi
selain itu 5
47
e. Terpasang balutan perban pada
paha kanan
diseka
Do : K/u : lemah
ROM : 5 5
5 1
1.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan wajah pasien tampak
48
meringis dan pasien
mengeluh nyeri pada paha kanan dengan sekala nyeri 5 dan durasi nyeri saat timbul 2-3 menit.
1.2.2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskulosekletal yang dibuktikan
dengan mengeluh sulit menggerakan ekstremitas, kekuatan otot menurun, dan Rentang Gerak (ROM)
menurun
1.2.3 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dibuktikan pasien tidak mampu
mandi,menggunakan
pakaian,makan, ke toilet, dan berhias secara mandiri, dan minat untuk melakukan perawatan diri
kurang
Analisa data pada Ny. S dengan diagnosa fraktur femur dextra ( klien 2 )
Nadi : 97x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,0 C
meringis
kanan
49
femur
Ds :
fraktur tersebut
- Pasien mengatakan
duduk ke berdiri.
Do : K/u : lemah
ROM : 5 5
5 3
kanan
oleh keluarga
membolak balikan
posisi
selain itu 5
paha kanan
- Pergerakan terbatas
50
1.1 Daftar Masalah Keperawatan :
1.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan wajah
pasien
tampak meringis dan pasien mengeluh nyeri pada kaki kanan dengan sekala nyeri 6
1) KLIEN 1 :
No.RM : 00XXXXX
7.1 Tabel Rencana Tindakan Keperawatan pada An.D dengan diagnosa close fraktur femur dextra
51
Diagnosa Keperawatan Tujuan/ kriteria hasil Intervensi
nyeri pada kaki kanan 3) Sikap protektif menurun memperberat dan memperingan nyeri
dengan sekala nyeri 5 6) Frekuensi nadi membaik 5. Monitor efek samping penggunaan
meredakan nyeri ,
Edukasi
pemicu nyeri
secara tepat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
52
2) KLIEN 2 :
No.RM : 00XXXXX
7.2 Tabel Rencana Tindakan Keperawatan pada Ny.s dengan diagnosa close fraktur femur
53
Diagnosa Keperawatan Tujuan/ kriteria hasil Observasi
nyeri pada kanan bagian paha 1) Keluhan nyeri menurun 3. Identisikasi faktor yang
nyeri seperti ditusuk tusuk 2) Meringis menurun memperberat dan memperingan nyeri
dengan sekala nyeri 5 3) Sikap protektif menurun 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada
timbul dengan durasi nyeri 1 – 5) Kesulitan tidur menurun 5. Monitor efek samping penggunaan
meringis. Terapeutik
kompres hangat/dingin )
meredakan nyeri ,
Edukasi
pemicu nyeri
secara tepat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
54
Setelah dilakukan tindakan
Observasi
keperawatan selama 3x8jam
1. Identifikasi adanya nyeri atau
diharapkan mobilitas fisik
keluhan fisik lainnya
meningkat dengan kriteria
2. Identifikasi toleransi fisik
hasil : melukan ambulasi
Edukasi
No.RM : 00XXX
Umur : 17 tahun
Klien 1
55
8.1 Tabel Implementasi Keperawatan pada An.D dengan diagnosa close fraktur femur dextra
56
No Tanggal Jam Implementasi Tanda tangan
06-01- nyeri
ditempat tidur
08.20
5. Melihat kondisi umum pasien selama melakukan
mobilisasi
08.25
6. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan
No.RM : 00XXX
Umur : 83 tahun
Klien 2
8.2 Tabel Implementasi Keperawatan pada Ny.S dengan diagnosa close fraktur os radius dextra, close
58
No Tanggal Jam Implementasi Tanda tangan
(sedang)
08.15
4. Melihat kemampuan pasien dalam beraktivitas
mobilisasi
08.25
6. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan
Umur : 17 tahun
No.RM: 00xxx
Klien 1
9.1 Tabel Catatan Perkembangan pada An.D dengan diagnosa close fraktur femur dextr
60
normal seperti biasanya
O:
- Pasien menderita
fraktur pada kaki kanan
- Aktivitas pasien
telihat
Dibantu oleh keluarga
A : Masalah gangguan
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4. Identifikasi
kemampuan
pasien beraktivitas
selama melakukan
mobilisasi
6. Anjurkan mobilisasi
berhubungan dengan S:
karena
keterbatasan pergerakan
- Pasien mengatakan
O:
61
kebutuhan personal
keluarga
toileting menggunakan
diapers
A : Masalah Defisit
teratasi
P : lanjutkan intervensi
fisik
S : Pasien mengatakan
nyeri
O:
tidak
meringis lagi
62
lebih
santai
sebagian
P : lanjutkan intervensi
2 Monitor intensitas
gangguan skala
obat analgetik
S:
- Pasien mengatakan
mulai melakukan
pergerakan pergerakan
ringan
- Pasien mengatakan
tidur
O:
- Pasien menderita
63
beraktivitas lebih
A : Masalah gangguan
selama melakukan
mobilisasi
4. Anjurkan mobilisasi
dini
S:
- Pasien mengatakan
perawatan diri
- Pasien mengatakan
O:
kebutuhan
personal
hygiene dibatu
oleh keluarga
toileting menggunakan
diapers
64
perawatan teratasi
sebagian
5.Anjurkan melakukan
konsisten sesuai
kemampuan
S : Pasien mengatakan
nyeri
nyeri turun
P : intervensi dihentikan
S:
- Pasien mengatakan
mulai
melakukan pergerakan
65
pergerakan ringan
- Pasien mengatakan
mandiri
dengan berpegangan
- Pasien menderita
beraktivitas lebih
A : Masalah gangguan
P : intervensi dihentikan
S:
- Pasien mengatakan
mulai rutin melakukan
perawatan diri
- Pasien mengatakan
sehari 2 kali diseka
O:
- Pasien dalam
memenuhi
kebutuhan personal
hygiene dibantu oleh
keluarga
- Pasien untuk
kebutuhan
toileting menggunakan
diapers
- Pasien terpasang
cateter
A : Masalah Defisit
perawatan teratasi
P : intervensi
66
dihentikan
Umur : 83 tahun
No.RM: 00xxx
Klien 2
9.1 Tabel Catatan Perkembangan pada Ny.S dengan diagnosa close fraktur femur 1/3 proximal
dextra
67
sekitar 1 menit
O:
- Wajah pasien terlihat
meringis
- Pasien menderita
fraktur femur
A : Masalah nyeri
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervens
1. Monitor kualitas nyeri
2.Monitorintensitas
nyeri dengan
menggunakan
skala
10. Pemberian obat
analgetik
S:
1. Pasien mengatakan
Gangguan mobilitas fisik sulit bergerak karena
keadaan kakinya yang
berhubungan dengan fraktur
2. Pasien mengatakan
gangguan tidak bias beraktivitas
normal seperti biasanya
muskuluskeletal
O:
- Pasien menderita
fraktur pada kaki kanan
- Aktivitas pasien telihat
Dibantu oleh keluarga
- Pasien terlihat kesulitan
bergerak
A : Masalah gangguan
mobilitas fisik belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4. Identifikasi kemampuan
pasien beraktivitas
5.Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
6. Anjurkan mobilisasi dini
S : Pasien mengatakan
nyeri
68
Sabtu 21 Januari 2023 menurun dengan skala
agen O:
tidak
meringis lagi
lebih
santai
sebagian
P : lanjutkan intervensi
2 Monitor intensitas
nyeri dengan
menggunakan
skala
10 Kolaborasi pemberian
obat analgetic
S:
muskuluskeletal ringan
- Pasien mengatakan
69
mencoba belajar duduk
O:
- Pasien menderita
beraktivitas lebih
A : Masalah gangguan
sebagian
selama melakukan
mobilisasi
berhubungan dengan
nyeri turun
1 menit
O:
70
- Pasien terlihat rileks
berhubungan dengan
gangguan S:
melakukan pergerakan
pergerakan ringan
dengan berpegangan
O:
- Pasien menderita
beraktivitas lebih
A : Masalah gangguan
P : intervensi dihentikan
Umur : 17 tahun
Klien 1
71
Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf
nyeri turun
kurang dari
1 menit
O:
A : Masalah nyeri
teratasi
P : intervensi
dihentikan
Klien pulang
Gangguan Mobilitas
fisik berhubungan S:
muskuluskeletal mulai
melakukan pergerakan
pergerakan ringan
- Pasien mengatakan
dengan mandiri
72
dengan berpegangan
tidur
O:
- Pasien menderita
kanan
beraktivitas lebih
A : Masalah gangguan
P : intervensi
dihentikan
berhubungan dengan
kelamahan S:
- Pasien mengatakan
mulai rutin
melakukan
perawatan diri
- Pasien mengatakan
O:
- Pasien dalam
memenuhi
kebutuhan personal
- Pasien untuk
kebutuhan
toileting
menggunakan
diapers
- Pasien terpasang
cateter
A : Masalah Defisit
perawatan teratasi
P : intervensi
dihentikan, klien
pulang
Umur : 83 tahun
74
Klien 2
nyeri turun
O:
A : Masalah nyeri
teratasi
P : intervensi
dihentikan, klien
pulang
Gangguan Mobilitas
fisik berhubungan S:
muskuluskeletal mulai
melakukan pergerakan
pergerakan ringan
- Pasien mengatakan
dengan mandiri
75
dengan berpegangan
tidur
O:
- Pasien menderita
kanan
beraktivitas lebih
A : Masalah gangguan
P : intervensi
dihentikan, klien
pulang
5.2 Pembahasan
Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan
pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa post op close
fraktur femur dextra di ruang rawat inap bangsal melati RSUD Bangil Pasuruan yang meliputi
76
5.2.1 Pengkajian keperawatan dan Analisa data
Pengkajian ini dilaksanakan di Ruang rawat inap Bangsal Melati RSUD Bangil Pasuruan.
Pengkajian pada klien 1 dilakukan selama 3 hari ( mulai tanggal 06 Januari 2023 ) sedangkan pada
klien 2 dilakukan selama 3 hari ( 20 Januari 2023 ) Pengkajian dilakukan pada 2 pasien dengan close
fraktur femur dextra . Pasien 1 (An. D ) usia 17 tahun . Pada dasarnya pengkajian antara tinjauan
pustaka dan dan tinjauan kasus tidak banyak kesenjangan yaitu pada tinjauan pustaka yang didapat
keluhan utama biasanya ditandai dengan biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi adanya
luka terbuka bada bagian tubuh (Muttaqin, 2008). Riwayat penyakit dahulu biasanya pada pasien
tidak memiliki penyakit yang sama sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum dan tanda-
tanda vital : Tekanan darah dalam batas normal, respiratory rate 20x/mnt, Suhu : 36,2ᵒC, nadi
84x/mnt, tidakada cianosis, konjungtiva tidak anemis, CRT kembali dalam 3dtk, turgor kulit
elastis, tidak ada nyeri dada, tidak sesak nafas, tidak menggunakan alat bantu nafas (Muttaqin, 2008)
Kesenjangan terdapat Pada saat dilakukan pengkajian B1-B6, sistem pernafasan didapatkan bentuk
dada simetris, pola nafas teratur dengan frekuensi nafas 24x/menit, suara nafas vesikuler, tidak ada
retraksi otot bantu nafas, perkusi thorax sonor, tidak memakai alat bantu nafas, tidak batuk. Pada
pemeriksaan kardiovaskuler didapatkan tidak ada nyeri dada, irama jantung regular, bunyi
jantung S1 S2 tunggal, CRT < 2 detik, tidak ada cyanosis, tidak ada pembesaran JVP
perubahan yang menonjol seperti bentuk dada ada tidaknya sesak nafas, pernafasan cuping hidung,
dan pengembangan paru antara kanan dan kiri simetris, Tidak ada nyeri tekan, gerakan vokal fremitus
antara kanan dan kiri sama, Bunyi paru resonan, Suara nafas vesikuler tidak ada suara tambahan
seperti whezzing atau ronchi. (Muttaqin,2011) Pada tinjauan kasus didapatkan Pada pemeriksaan
B1 ditemukan data, Bentuk dada : Normal cest, Susunan ruas tulang belakang: Normal, Irama nafas
teratur, tidak ada gangguan irama pernafasan (baik cheyne- Stokes,Biot, maupun Kussmaul), tidak
ada
otot bantu nafas, perkusi thorax: Resonan, tidak ada alat bantu nafas, vokal fremitus: Getaran pada
punggung sisi kanan dan kiri semua, suara nafas : Vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
Menurut opini penulis tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus
77
Pada pemeriksaan B2 pada tinjauan pustaka didapatkan, Kulit dan membran mukosa pucat. Tidak ada
peningkatan frekunsi dan irama denyut nadi, tidak ada peningkatan JVP, CRT menurun >3detik
Bunyi jantung pekak tekanan darah normal atau hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri),
bunyi jantung I dan II terdengar lupdup tidak ada suara tambahan seperti mur mur atau gallop.
(Muttaqin,2011) Pada tinjauan kasus didapatkan Pada pemeriksaan B2 ditemukan data, tidak ada
nyeri dada, irama jantung: teratur, pulsasi: Kuat Posisi: ICS IV midclavicula sinistra ICS V
midsternalis dextra, bunyi jantung: S1 S2 tunggal, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan, tidak
ada cianosis, tidak ada clubbing finger, tidak ada pembesaran JVP. Menurut opini penulis terdapat
kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, alasannya yaitu pada tinjauan pustaka
membran mukosa pucat, sedangkan pada tinjauan kasus tidak ditemukan membran mukosa pucat .
Pada pemeriksaan persyarafan pada tinjauan pustaka didapatkan kesadaran dengan nilai GCS, tidak
ada kejang, tidak ada kelainan nervus cranialis. Tidak ada nyeri kepala, sedangkan pada tinjauan
kasus didapatkan kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, tidak ada nyeri kepala. selain itu tidak
ditemukan kelainan nervus cranialis lainnya. (Muttaqin,2011) Pada pemeriksaan system perkemihan
didapatkan frekuensi berkemih 1200 ml/hr, warna jernih, bau khas urine, tempat yang digunakan
urine bag, alat bantu yang digunakan kateter DC. Menurut opini penulis terdapat kesenjangan antara
tinjauan kasus dan tinjauan pustaka, alasannya yaitu pada tinjauan pustaka pasien tidak menggunakan
kateter, sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan pasien menggunakan alat bantu kateter.
Pada pemeriksaan B4 Tinjauan Pustaka didapatkan Pada miksi klien tidak mengalami gangguan,
warna urin jernih, buang air kecil 3 – 4 x/hari. Tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
(Muttaqin,2011) Pada tinjauan kasus didapatkan Pada pemeriksaan B4 ditemukan data, bentuk alat
kelamin : normal, libido normal, alat kelamin bersih, frekuensi berkemih, Jumlah kencing
1500cc/hari Bau khas urine, warna kuning jernih, tempat yang digunakan urine bag, alat bantu yang
digunakan kateter. Menurut opini penulis terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan
kasus, alasannya yaitu pada tinjauan pustaka pasien tidak menggunakan urine bag, tidak
menggunakan alat bantu, sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan pasien menggunakan urine bag,
78
Pada pemeriksaan sistem pencernaan pada tinjauan kasus Keadaan mulut
bersih, mukosa lembab, keadaan abdomen normal tidak asites, Tidak ada nyeri
tekan atau massa pada abdomen, Normal suara tympani, Peristaltik normal.
(Muttaqin,2011) Pada tinjauan kasus didapatkan mukosa lembab, bibir kering,
lidah kotor, rongga mulut bersih, klien tidak menggosok gigi, keadaan gigi ada
caries, tenggorokan baik, tidak ada kesulitan menelan, saat diinspeksi bentuk
abdomen simetris, normal, saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan, peristaltik
20x/mnt, BAB 1x pada saat dirumah sakit, dengan konsistensi lembek, warna
kuning kecoklatan, bau khas feses, tempat yang digunakan pampers dewasa, tidak
ada pemakaian obat pencahar. Menurut opini penulis terdapat kesenjangan antara
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, alasannya pada tinjauan pustaka tidak
ditemukan keadaan mulut bersih, psedangkan pada tinjauan kasus didapatkan
klien tidak menggosok gigi, keadaan gigi ada caries.
Berdasarkan data hasil pengkajian asuhan keperawatan didapatkan 5 masalah keperawatan , pada
klien 1 didapatkan 3 masalah keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik , gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuluskelatal , dan defisit
perawatan diri berhubungan dengan kelamahan , sedangan pada klien 2 didapatkan 2 masalah
keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dan gangguan mobilitas fisik
Berikut pembahasan diagnosa yang muncul sesuai teori pada kasus pasien 1 ( An.D ) yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditemukan bahwa pasien 1 ( An.D )
mengeluh nyeri pada kaki kanan bagian paha dengan skala nyeri 5 dan pasien 2 ( Ny.S )
mengeluh nyeri dengan skala 6 . menurut Association for study of pain (2016) nyeri adalah
suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
berdasarkan hasil studi mengenai nyeri akut yang didapatkan dari penilaian lokasi,
(An.D ) dan pasien 2 (Ny.S ) mengeluh kesulitan melakukan aktivitas normal sehari hari
karena sulit menggerakan kaki kanan yang mengalami gangguan keterbatasan pergerakan.
Gangguan mobilitas fisik didefinisikan oleh North American Nursing Diangnosis Association
79
(2015) sebagai suatu keadaan dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalaimi
c. Defisit Perawatan diri berhubungan dengan kelemahan pasien 1 (An.D) menngeluh tidak bisa
melakukan aktivitas dasar sehari-hari secara mandiri ( memerlukan bantuan 1 orang ). Pasien
juga kadang tidak membersihkan diri jika tidak ada yang membantu ketika keluarga tidak ada.
Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, pada tinjauan pustaka perencanaan
menggunakan kriteria hasil yang mengacu pada perencanaan tujuan , sedangkan pada tinjauan kasus
perencanaan menggunakan sasaran, dalam intervensinya dengan alasan penulis ingin berupaya
memandirikan klien dan keluarga dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan melalu
peningkatan pengetahuan ( kognitf ) keterampilan mengenai masalah ( afektif ) dan perubahan tingkah
Dalam tujuan pada tinjauan kasus dicantumkan kriteria waktu karena pada kasus nyata keadaan klien
secara langsung . intervensi diagnosa keperawatan yang ditampilkan antara tinjauan pustaka dan
tinjauan kasus terdapat kesamaan namun masing masing intervensi tetap mengacu pada sasaran , data
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedara fisik setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x8jam diharapkan nyeri klien berkurang dengan kriteria hasil : klien tampak rileks, wajah klien tidak
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan system muskulukeltal setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan mobilitas fisik klien meningkat dengan kriteria
hasil : klien dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri , kekuatan otot klien meningkat , rentan
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x8jam diharapkan perawatan diri meningkat dengan kriteria hasil : kemampuan mandi ,
80
mengenakan pakaian , makan dan kemampuan toileting meningkat.
Menurut opini penulis tinjauan kasus dan tinjaun pustaka tidak terrdapat kesenjangan karena tinjauan
kasus dicantumkan kriteria waktu karna pada kasus nyata keadaan klien secara langsung. Intervensi
diagnosa keperawatan yang ditampilkan secara tinjauan pustakan dan tunjauan kasus terdapat
kesamaan namun masing masing intervensi tetap mengacu pada sasaran , data dan kriteria hasil yang
telah ditetapkan .
Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua pasien dengan masalah
keperawatan Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 8 jam diharapkan tautan nyeri meningkat dengan kriteria hasil melaporkan
nyeri terkontrol meningkat, kemampuan menggunakan teknik nafas dalam meningkat, dan keluhan
Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua pasien dengan masalah
keperawatan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan system muskuluskeletal adalah
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8jam mobilitas fisik meningkat dengan kriteria
hasil pergerakan ekstremitas meningkat, kekuatan otot meningkat , rentan gerak meningkat, dan
Perencanaan asuhan keperawatan yang bakan dilakukan pada pasien dengan masalah Defisit
Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 8 jam perawatan diri meningkat dengan kriteria hasil kemampuan mandi meningkat,
Peneliti melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang telah ditentukan pada kedua klien,
masing masing adalah 3 hari , klien 1 ( An.D ) dimulai pada tanggal 06 Januari 2023 sampai 08
Januari 2023 , sedengakan klien 2 ( Ny.S ) dimulai pada tanggal 20 Januari 2023 sampai 22 Januari
2023. Pada pasien 1 ( An.D ) hari pertama dilakukan menanyakan pada pasien faktor pencetus dan
pereda nyeri, mengukur skala nyeri, memeriksa kondisi umum pasien, melihat kemampuan pasien
dalam beraktifitas, menanyakan pasien tentang perawatan diri , memberi injeksi obat ceftriazone 1 gr
81
dan santagesik 2 mg melalui iv sesuai resep dokter.
Pada hari kedua tindakan yang dilakukan yaitu menanyakan kualitas nyeri yang dirasakan pasien,
menanyakan sekala nyeri yang dirasakan pasien, mengajarkan pasien menggunakan teknik nafas
dalam, memeriksa kondisi umum pasien , mengajarkan pasien melakukan mobilisasi dini,
menganjurkan pasien melakukan perawatan diri sesuai dengan kemampuan,dan memberikan injeksi
Pada hari ketiga menanyakan kualias nyeri yang dirasakan, mengukur Skala nyeri pasien, melihat
tingkat kemandirian pasien, menganjurkan pasien memanggil perawat jika membutuhkan bantuan.
Pada Pasien 2 ( Ny.S ) pada hari pertama menanyakan factor pencetus dan Pereda nyeri, menanyakan
kualitas nyeri yang dirasakan, memeriksa kondisi umum pasien, melihat dan menanyakan
sederhana yang harus dilakukan, memberikan obat injeksi ceftriaxone 1 gr dan santagesik 2 mg
Pada hari kedua menanyakan kualitas myeri, mengukur skala nyeri yang dirasakan pasien,
menganjurkan pasien melakukan mobilisasi dini, memeriksa kondisi umum pasien , memberi injeksi
obat cefriaxone 1 gr dan santagesik 2mg melalui iv sesuai dengan resep dokter.
Pada hari ketiga menanyakan kualitas nyeri, menanyakan dan mengukur sekala nyeri, melihat
kemampuan pasien beraktivitas, melihat tingkat kemandirian pasien, memberikan injeksi obat
a.) Nyeri akut berhubungan dengan agen penecedera fisik setelah dilakukan penatalaksanaan nyeri ,
pada pasien 1 ( An.D ) penurunan skala nyeri dan peningkatan rasa nyaman terjadi secara bertahap
mulai dari hari pertama dengan skala 5 hingga pada hari ketiga skala nyeri berkurang hingga 2 dan
pada pasien 2 ( Ny.S ) skala nyeri berkurang mulai dari hari pertama dengan skala nyeri 6 hingga
pada hari ketiga skala nyeri menjadi 2 . kolaborasi pemberian santagesik dan pengaruh terapi relaksasi
nafas dalam terhadap penurunan tingkat nyeri , yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan pada pemberian analgetik dan teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan persepsi
nyeri. Berdasarkan teori dan penelitian penulis berasumsi bahwa selain penatalaksanaan farmakologis,
82
penatalaksanaan nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam dapat menciptakan kenyamanan , pasien
merasa rileks dengan penatalaksanaan tersebut dan menciptakan kenyamanan serta mengurasi rasa
b) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan muskulosekletal Hasil yang didapat dari
teknik ambulasi dan latihan mobilisasi kedua pasien mengalami peningkatan dalam aktivitas dimana
yang sebelumnya pasien sulit membolak balikan posisi dan sulit untuk duduk dengan latihan
mobilisasi secara rutin pasien dapat membolak balik posisi dan kudua pasien meningkat dalam
aktivitas fisik. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terkait penulis berasumsi bahwa gangguan
mobilitas fisik dapat meningkat setelah melakukan teknik ambulasi dan mobilisasi dini secara rutin.
c) Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan Hasil evaluasi yang didapatkan Pada
pasien 1 (An.D ) setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari adalah keluarga mampu
membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Dengan ini maka masalah teratasi dan
intervensi dihentikan.
BAB VI
PENUTUP
83
Setelah penulis melakukan penelitian dan melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung
pada klien dengan diagnosa medis post op close fraktur femur dextra di ruang rawat inap bangsal
melati RSUD Bangil Pasuruan , maka penulis dapay mengambil kesimpulan sekaligus saran yang
dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
6.1 simpulan
dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
diagnosa medis post op close fraktur femur dextra penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
6.1.1 Pada pengkajian klien 1 ( An.D ) didapatkan kesadaran composmentis , GCS 4,5,6
dengan tanda tanda vital , tekanan darah 109/59mmhg , nadi 87x/menit , respiratiry
20x/menit, suhu 36,2c , kekuatan otot 5,5,5,1 , , post operasi ORIF femur hari 3, turgor
kulit tampak baik, edema pada kaki kanan. klien dibantu oleh keluarga dalam memenuhi
kebutuhan seperti mandi dan BAB , ADL dibantu . sedangkan pada klien 2 ( Ny.S )
didapatkan kesadaran composmentis, GCS 4,5,6 dengan tanda tanda vital , tekanan darah
5,5,5,3 , Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai ( ROM ) terbatas, post operasi ORIF
femur hari 5, luka lecet ditutup dengan kassa steril dan dibalut, akral hangat , turgor
elastis.
6.1.2 Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan agen pendera
fisik post op close fraktur femur dextra, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
ekstremitas , kekuatan otot menurun, dan rentang gerak ROM menurun . defisit perawtan
diri berhubungan dengan kelemahan dibuktikan klien tidak mampu mandi , menggunakan
6.1.3 Intervensi keperawatan yang digunakan untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
84
agen pencedera fisik post op closes fraktur femur dectra diharapkan dalam waktu 3x8jm
nyeri klien berkurang, dan diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
6.1.4 Tindakan mandiri perawat pada klien dengan diagnosa medis post op close fraktur femur
dextra menganjurkan keluarga untuk tetap menjaga dan memperhatikan kondisi klien
penulis melibatkan keluarga dan klien secara aktif dalam pelaksanaan asuhan
6.1.5 Pada evaluasi semua tujuan dapat tercapai karna adanya kerjasama antara klien, keluarga
dan tim kesehatan, . hasil evaluasi pada An,D dan Ny.S belum sesuai dengan harapan
karna masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan oleh pasien dan keluarga
6.2 Saran
1. Diharapkan bagi perawat dapat memberi informasi dan menambah wawasan bagi perawat
2. Diharapkan bagi keluarga klien yang mengalami fraktur lebih mengetahui tentang
3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya , hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data
85
DAFTAR PUSTAKA
Zahro,S.(2021). Asuhan keperawatan pada klien Sdr,A dengan Kasus Fraktur di Ruangan Mawar
RSD Balung Jember ( Doctoral dissertation, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ).
Brunner, Suddarth.2015. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol.3, Carpenito,(2007) . Buku
Saku Diagnosis Keperawatan , Alih Bahasa Yasmin Asih,
Monica Ester , Edisi 10 jakarta : EGC
Hidayat, A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta Salemba Medika
T, Heather Herdman & Shigerni Kami Tsuru. 2005 – 2017. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi. Edisi 10. Jakarta : EGC.
Wilkison, judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 7, EGC Jakarta. Lukman, Ningsih,
Nurna. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
86
Lampiran 1. Lembar Informed Consent
INFORMED CONSENT
tugas pengambilan studi kasus ini dengan jelas dari mahasiswa yang bernama
Rifaul Tri Fuadiah proses pengambilan studi kasus ini dan saya mengerti semua
Saya setuju berpartisipasi dalam proses pengambilan studi kasus ini dan
memberikan kesediaan setelah mengerti semua yang telah dijelaskan oleh peneliti
terkait dengan proses pengambilan studi kasus ini dengan baik. Semua data dan
informasi dari saya sebagai partisipan hanya akan digunakan untuk tujuan dari
Tanda tangan.......................................................................Partisipan
(.................................................................)
Tanda tangan..............................................................................Saksi
(..................................................................)
Tanda Tangan...........................................................................Peneliti
(..................................................................)
87