Anda di halaman 1dari 96

PROPOSAL

STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

FRAKTUR DENGAN PENDEKATAN PASIEN KELOLAAN DI RSUD

BANGIL

Oleh:

RIFAUL TRI FUADIAH

NIM. 2001039

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA

SIDOARJO

2022

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

i
Nama : Rifaul tri fuadiah

Judul : STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

FRAKTUR DENGAN PENDEKATAN PASIEN KELOLAAN DI RSUD

BANGIL

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

pada tanggal........2022

Oleh

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ns.Kusuma Wijaya Ridi P,S.Kep.MNS Ns. Meli Diana, S.Kep,M.Kes

NIDN. 0731108603 NIDN. 0722029201

Mengetahui,

Direktur

Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia

Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan
Proposal dengan judul “STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA FRAKTUR DENGAN PENDEKATAN PASIEN
KELOLAAN DI RSUD BANGIL PASURUAN ”
ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam meyelesaikan
program DIII Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Penulis proposal ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai
pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat-nya sehingga


proposal ini selesai dengan baik
2. Orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan sehingga semua berjalan
dengan lancar
3. Agus Sulistyowati, S.Kep,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kerta
Cendekia Sidoarjo
4. Ns.Kusuma Wijaya Ridi P.S.Kep.MNS selaku pembimbing 1 dalam
pembuatan proposal
5. Ns.Meli Diana, S.Kep.M.Kes selaku pembimbing 2 dalam pembuatan proposal
6. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan proposal ini yang tidak bisa
disebutkan satu persatu

Penulis sadar bahwa proposal ini belum mencapai kesempurnaan, sebagai bekal
perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila pembaca berkenan memberikan
masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi kesempurnaan proposal
ini.

ii
Penulis berharap proposal ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Sidoarjo, 03 November 2022

Rifaul tri fuadiah

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL................................................................i


KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................viii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.3 Tujuan penelitian...........................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................5
BAB II......................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................7
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan..................................................................7
2.3. Konsep Fraktur...............................................................................................16
2.4. Konsep Dampak Masalah..............................................................................22
2.5. Karya tulis ilmiah terdahulu...........................................................................24
BAB III..................................................................................................................26
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA................................................26
3.1 Kerangka Konseptual.......................................................................................26
3.2 Pathway............................................................................................................27
3.3 Hipotesa Penelitian..........................................................................................28
BAB IV..................................................................................................................29
METODE PENELITIAN.......................................................................................29
4.1 Desain Penelitian..............................................................................................29
4.2 Kerangka kerja.................................................................................................29
4. 3 Waktu dan tempat penelitian...........................................................................30
4.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling.........................................................30
4.5 Prosedur Penelitian..........................................................................................31
4.6 Pengumpulan Data...........................................................................................31
4.6.1.3 Pemeriksaan...............................................................................................31

iv
4.6.2 Sumber Data..................................................................................................31
4.7 Pengolahan Data..............................................................................................32
4.8 Etika Penelitian................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34
INFORMED CONSENT.........................................................................................35

v
DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Tabel Hal

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Studi Kasus Asuhan Keperawatan Medical ..


26 Gambar 3.2 Pathway fraktur (Wijaya,2015).....................................................27

vi
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Gambar Hal

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Studi Kasus Asuhan Keperawatan Medical ..


26 Gambar 3.2 Pathway fraktur (Wijaya,2015).....................................................27

vii
DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Lampiran Hal

Lampiran 1. Lembar Informed Consent.................................................................35


INFORMED CONSENT.........................................................................................35

viii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fraktur merupakan penyebab kematian ketiga diindonesia setelah penyakit

jantung koroner akut dan tuberculosis, Fraktur disebabkan oleh syok atau tenaga

fisik, kecelakaan, baik kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu lintas ( Noorisa

et al,, 2017) patah tulang merupakan ancaman potensial atau nyata bagi integritas

seseorang maka mereka mengalami gangguan fisiologis dan psikologis yang dapat

menimbulkan reaksi berupa sakit. Nyeri fraktur membuat pasien sulit menjalani

kehidupan sehari hari , dan nyeri traumatik akibat patah tulang juga merusak

jaringan sehat ( Kusumayati,2015 ). Fenomena pada zaman dahulu yang terjadi di

masyarakat , orang fraktur atau patah tulang tidak harus dibawa ke rumah sakit

terlebih dahulu tetapi dimasyarakat fraktur di bawah ke sangkal putung

( Mulyono,2006, dikutib oleh Sari ,2013). Menurut sudut pandang medis

penyembuhan pada sangkal putung adalah penyembuhan alamiah , namun hanya

sampai pada tahap yang penting tulangnya tersambung saja. Mengenai sangkal

putung ahli medis memahami bahwa pada dasarnya tulang tu bisa sembuh sendiri

namun tetap membutuhkan para ahli dalam penanganan tersebut agar posisi

penyambungannya benar . misalnya dengan CT scan atau rontgen sehingga dapat

mengetahui posisi penyambungan agar tidak terjadi kesalahan yang dapat

mengakibatkan nyeri , infeksi dll. ( Dhanny,2011 dikutib oleh Dekrit Gampamole

Internis,2014).

Badan kesehatan dunia WHO tahun 2019 menyatakan bahwa insiden fraktur

semakin meningkat , tercatat sudah terjadi fraktur kurang lebih 15 juta orang

dengan angka prevalensi 3,3% . Fraktur pada tahun 2017 terdapatkurang lebih 20

1
juta orang dengan angka prevalensi 4,2% pada tahun 2018 meningkat menjadi 21

juta orang dengan angka prevalensi 3,8% akibat kecelakaan lalu lintas

( Mardiono , 2018 ). Hasil riset kesehatan dasar oleh Badan Penelitian dan

Pengembangann Kesehatan ( RISKESDAS,2018 ) , Fraktur yang terjadi dijawa

timur pada 2 tahun 2016 sebanyak 1.422 jiwa , pada tahun 2017 sebanyak 2.065

jiwa, pada tahun 2018 sebanyak 3.300 jiwa yang mengalami kejadian fraktur

( RISKESDAS,2018) Fraktur yang terjadi di RSUD Bangil pauruan pada tahun

2018-2019 mencatat pasien yang mengalami fraktur ekstremitas bawah mencapai

2.1% diakibatkan karna jatuh dan kecelakaan lalu lintas dan hampir seluruhnya

mengalami nyeri . tahun 2018 , diindonesia tercatat angka kejadian fraktur

sebanyak 5,5%, sementara itu untuk prevalensi cedera menurut bagian tubuh,

cedera pada bagian ekstremitas bawah memiliki prevalensi tertinggi yaitu 67,9%.

Penyebab utama fraktur adalah peristiwa trauma tunggal seperti benturan,

pemukulan,dislokasi, penarikan,kelemahan abnormal pada tulang ( fraktur

patologik) ( Noorisa, 2016). Dampak lain yang timbul pada fraktur yaitu dapat

mengalami perubahan pada bagian tubuh yang terkena cidera, merasakan cemas

akibat rasa sakit dan rasa nyeri. Nyeri terjadi akibat luka yang mempengaruhi

jaringan sehat. Nyeri mempengaruhi homeostatistubuh yang akan menimbulkan

stress, ketidaknyamanan akibat nyeri harus diatasi apabila tidak diatasi dapat

menimbulkan efek yang membahayakan proses penyembuhan dan dapat

menyebabkan kematian ( Septiani, 2015). Seseorang yang mengalami nyeri akan

berdampak pada aktivitas sehari hari seperti gangguan istirahat tidur , intoleransi

aktivtas, personal hygine, gangguan pemenuhan nutrisi ( Potter & Perry , 2015).

Penyebab utama fraktur adalah kejadian tunggal seperti hantaman, pemukulan,

2
jatuh , diskolasi, traksi, kelemahan tulang yang tidak normal ( Noorisa et al, 2017).

Beberapa efek dapat terjadi jika fraktur tidak ditangani dengan benar yaitu syok

karna kehilangan darah , kerusakan arteri, sindrom kompartemen, infeksi dan

sindrom emboli lemak ( Smeltzer & Bare,2013).

Penatalaksanaan pada fraktur dengan tindakan operatif atau pembedahan

( Mue DD, 2016). Penatalksanaan fraktur ini dapat menimbulkan masalah dan

komplikasi seperti kesemutan, nyeri, kekuatan otot, pembengkakan dan edema

serta pucat pada anggota badan yang dioperasi ( Carpintero, 2016). Manajemen

nyeri dapat dibagi menjadi dua kategori manajemen farmakologi dan manajemen

non farmakologi. Penatalaksanaan farmakologi dilakukan dengan pemberian hot

pack, teknik relaksasi, musik dan terapi stimulasi pijat.sangat efektif dalam

relaksasi otot dan menghilangkan rasa sakit. ( Mediarti et al , 2015 ). Untuk

mencegah terjadinya fraktur dapat dilakukan dengan upaya preventif dengan

menghindari terjadinya trauma, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam

melakukan aktifitas yang berat, mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati-

hati, memperhatikan pedoman keselamatan. upaya kuratif adalah perawat secara

mandiri dapat merawat luka steril setelah dilakukapembedahan, mengajarkan

manajemen nyeri kepada pasien dan keluarga tentang nyeri yang dialami oleh

pasien akibat teknik pembedahan dengan memberikan penyuluhan tentang teknik

relaksasi nafas dalam, perawat dapat menganjurkan pasien untuk melakukan

mobilisasi secara bertahap, serta berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian

terapi obat analgesik untuk menghilangkan nyeri, pemberian terapi obat antibiotik

untuk mencegah kelanjutan terjadinya infeksi, melakukan fiksasi dengan gips atau

spalk sebelum pembedahan serta pemasangan plat dan wire pada saat pembedahan.

3
Pada upaya rehabilitatif, yaitu dengan memberikaHealth Education (pendidikan

kesehatan) Tentang pencegahan infeksi lebih lanjut dengan pemberian antibiotik

dan rawat luka steril setelah dilakukan pembedahan, menganjurkan untuk kontrol

secara rutin untuk melihat perkembangan tulang setelah pembedahan,

menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi protein dan

kalsium untuk memperceparegenerasi tulang, menganjurkan pasien untuk

mengikuti program olahraga (di bawah bimbingan seorang terapis atau dokter)

serta latihan dalam air untuk mengurangi beban kerja otot, serta memotivasi

pasien untuk melakukan mobilisasi dini secara bertahap (Asmadi, 2008 )

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas , maka rumusan masalah ini merupakan uraian

bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan diagnosa fraktur dengan

masalah nyeri di RSUD Bangil?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang

penerapan studi kasus Asuhan Keperawatan pada klien dengan fraktur dengan

masalah nyeri di RSUD Bangil.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengkaji klien dengan diagnosa medis fraktur dengan

masalah nyeri di RSUD Bangil.

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa

medis fraktur dengan masalah nyeri di RSUD Bangil.

4
1.3.2.3 Menyusun perencanaan keperawatan pada klien dengan diagnosa

medis fraktur dengan masalah nyeri di RSUD Bangil.

1.3.2.4 Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa

medis fraktur dengan masalah nyeri di RSUD Bangil.

1.3.2.5 Mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa

medis fraktur dengan masalah nyeridi RSUD Bangil.

1.3.2.6 Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan

diagnosa medis fraktur dengan masalah nyeri di RSUD Bangil.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi akademis

Hasil dari studi ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan

khusunya dalam hal penerapan Asuhan Keperawatan dengan diagnosa

medis fraktur dengan masalah nyeri.

1.4.2 Bagi ilmu keperawatan

Hasil dari penelitian ini berguna bagi rekan rekan sejawat dalam

perkembangan ilmu keperawatan

1.4.3 Bagi Peneliti

Output dari penelitian dapat berguna untuk peneliti dalam memotivasi

diri agar terus memberikan promosi kesehatan pada orang disekitar

tentang fraktur

5
1.4.4 Bagi pelayanan keperawatan

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di RS dan

dapat melakukan Penerapan Asuhan Keperawatan pada klien dengan

diagnosa medis fraktur dengan masalah nyeri .

1.5. Sistematika Penulisan

Terdiri dari lima bab , masing masing bab terdiri dari sub bab berikut :

1.5.1 Bab 1 Pendahuluan yang berisikan, Latar Belakang Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Sistematika Penulisan.

1.5.2 Bab 2 Tinjauan Pustaka berisikan tentang Konsep Klie, Konsep Dasar

Asuhan Keperawatan, Pengkajian, Pengumpulan Data, Analisa Data,

Diagnosa Keperawatan , Perencanaan Tindakan Keperawatan,

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan, Evaluasi Keperawatan, Konsep

Penyakit, Konsep Dampak.Masalah, Konsep Hospitalisasi, Konsep Solusi ,

dan Konsep masalah yang yang sering muncul dan berkaitan dengan klien.

1.5.3 Bab 3 Kerangka Konseptual dan Hipotesa berisikan tentang Kerangka

Konseptual Pathway, Hipotesa Penelitian.

1.5.4 Bab 4 berisikan Desain Penelitian, Kerangka Kerja, Waktu dan Tempat

Penelitian , populasi, Sampel, dan Teknik Sampling, Prosedur Penelitian,

Pengumpulan Data ,Pengolahan Data, Etika Penelitian.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

2.2.1.1 Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,

agama, status perkawinan, suku bangsa, tanggal masuk , nomor registrasi, dan

diagnosa keperawatan .

2.2.1.2 Keluhan utama : Keluhan utama pada pasien fraktur adalah rasa nyeri.

Nyeri yang biasanya dirasakan pada bagaian tubuh yang mengalami fraktur .

Menanyakan bagaiman kualitas nyeri yang dirasakan pasien, dan berapa skala

nyei yang dirasakan dan pada saat apa nyeri yang dirasakan itu muncul.

2.2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien diminta untuk mencerikan bagaiman kejadian tersebut hingga

menyebabkan fraktur , jika mengalami kecelakaan maka pasien diminta untuk

menceritakan detail bagaimana kejadiannya , dan jika akibat terjatuh pasien juga

diminta untuk menceritakan secara detail jatuh dariman dan ketinggian

berapa.Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien yaitu

dengan PQRST :

1) Provoking Incident : Faktor nyeri yaitu akibat tindakan pembedahan.

2) Quality of Pain : Seperti apa nyeri yang dirasakan . apakah nyerinya seperti

terbakar, tertusuk, atau berdenyut.

3) Region : Apakah nyerinya menyebar dan sampai dimana rasa sakit terjadi.

4) Severity ( Scale ) of Pain: Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan , dapat di

7
ukur dengan menggunakan skala nyeri 1 -10 yaitu :

Tipe nyeri :

10 : Nyeri sangat berat

7-9 : Nyeri berat

4-6 : Nyeri sedang

1-3 : Nyeri ringan

0 : Tidak ada nyeri

Skala intensitas nyeri

0 : Tidak ada nyeri

1 : Nyeri seperti gatal, atau nyut nyutan

2 : Nyeri seperti melilit

3 : Nyeri seperti perih atau mules

4 : Nyeri seperti kram atau kaku

5 : Nyeri seperti tertekan

6 : Nyeri seperti terbakar atau tertusuk

7,8,9 : Sangat nyeri tetapi dapat dikontrol oleh klien dengan aktifitas yang bisa

dilakukan .

10 : Sangat dan tidak dapat dikontrol klien

5) Time : Kapan nyeri itu timbul dan berapa lama nyeri berlangsung

2.2.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu

Ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan petunjuk berapa lama tulang

tersebuat akan menyambung.

8
2.2.2 Pemeriksaan Fisik

2.2.2.1 Keadaan umum :

2.2.2.1.1 Kesadaran klien : apatis, coma , gelisah, compos mentis yang

bergantung pada keadaan klien.

2.2.2.1.2 Kesakitan : akut , kronis, ringan sedang berat pada kasus fraktur

biasanya akut.

2.2.2.1.3 Tanda tanda vital tidak normal karna gangguan lokal baik fisik

maupun bentuk.

2.2.2.2 B1 Breathing , pada sistem pernafasan didapatkan klien fraktur tidak

mengalami kelainan pada pernafasan. Pada palpasi toraks tidak ditemukan vocal

fremitus seimbangan antara kanan dan kiri . pada auskultasi tidak ditemukan suara

nafas tambahan tetapi jika terjadi syok akan terjadi sesak nafas.

2.2.2.3 B2 Blood , inspeksi tidak ada iktus jantung, klien tidak terjadi sianosis,

pada palpasi nadi meningkat , iktus tidak teraba , CRT <2 detik , tidak ada nyeri

dada , auskultalsi irama jantung teratur , bunyi jantung s1 s2 tunggal, dan idak ada

murmur.

2.2.2.4 B3 Brain , tingkat kesadaran composmentis

2.2.2.5 B4 Bladder, Mengkaji keadaaan urine yang meliputi warna, jumlah dan

karkyeristik urine, alat yang biasa digunakan untuk berkemih , biasanya tidak

mengalami gangguan.

2.2.2.6 B5 Bowel , inspeksi abdomen bentuk datar , simetris , turgor baik ,

perkusi ada pantulan gelombang cairan apa tidak , Auskultasi peristaltik usus

normal 20 x/menit .

9
2.2.2.7 B6 Bone , Adanya fraktur akang mengganggu secara lokal, baik fungsi

motorik,sensorik maupun peredaran darah. Inspeksi pada system integumen

terdapat edema, perdarahan, penonjolan tulang kedalaman luka dan lebar lukanya

, terjadinya kerusakan jaringan disekitar luka , Palpasi nyeri tekan.

2.2.2.8 B7 Penginderaan pada sistem penginderaan tidak ditemukan kelainan atau

abnormal pada penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa dan peraba .

2.2.2.9 B8 Endokrin, adakah luka ganggren yang dapat mempengaruhi

peneymbuhan fraktur kemudian adakah kelainan lain dalam menyertai fraktur.

2.2.1.3 Analisa Data

Analisa data merupakan metode yang dilakukan perawat untuk mengaitkan data

klien dan menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip relevan

keperawatan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah keseahatan

pasien dan keperawatan pasien. ( Setiawan 2012)

. 2.2.1.4. Diagnosa Keperawatan

2.2.2.9.1 Nyeri akut b.d agen pencedera fisik ( mis, trauma )

2.2.2.9.2 Gangngguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang

dan nyeri.

2.2.2.9.3 Resiko syok d.d hipotensi

2.2.1.5 Perencanaan tindakan keperawatan atau intervensi adalah segala treatment

yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian

klinis untuk mencapai luaran yang diharpkan. Tindakan keperawatan merupakan

perilku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk

mengimplementasikan intervensi keperawatan ( SIKI ,2018)

2.2.1.6 Diagnosa dan Intervensi keperawatan

10
Tabel 2.2.1.6 Diagnosa dan Intervensi keperawatan

Diagnosa keperawatan Kriteria hasil Intervensi keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Observasi:

pencedera fisik ( mis, intervensi keperawatan 1.Identifikasi lokasi,

trauma) selama 1x24 jam karakteristik, durasi,

diharapakan nyeri frekuensi, kualitas,

teratasi dengan kriteria intenstas nyeri

hasil: 2. Identifikasi skala nyeri

1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi respons

menurun nyeri non verbal

2. Meringis menurun 4.Identifikasi faktor yang

3. Sikap protekif memperberat dan

menurun memperingan nyeri

4. Gelisah menurun 5. Identifikasi

5. Frekuensi membaik pengetahuan dan

keyakinan tentang nyeri

6.Identifikasi pengaruh

budaya terhadap respon

nyeri

7.Identifikasi pengaruh

nyeri pada kualitas hidup

8.Monitor efek samping

penggunaan analgetik

11
Terapeutik:

1. Berikan teknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

(mis. TENS, hipnosis,

akuprasur, terapi musik,

blofleedback, terapi pijat,

aromaterapi, Teknik

imajinasi terbimbing,

kompres hangat/dingin,

terapi bermain).

2. Kontrol lingkungan

yang memperberat rasa

nyeri (mis. Suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan).

3. Fasilitasi istirahat dan

tidur

4.Pertimbangkan jenis dan

sumber nyeri dalam

pemilihan strategi

meredakan nyeri .

Edukasi:

1. Jelaskan penyebab,

periode, dan pemicu nyeri

12
2. Jelaskan strategi

meredakan nyeri

3. Anjurkan memonitor

nyeri secara mandiri

4.Anjurkan menggunakan

analgetic secara tepat

5. Ajarkan teknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi:

Kolaborasi pemberian

analgetik, jika perlu

2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Observasi:

fisik b.d kerusakan intervensi keperawatan 1. Mengidentifikasi

integritas struktur tulang selama 1x24 jam adanya nyeri atau keluhan

dan nyeri. diharapakan mobilitas fisik lainnya

fisik meningkat dengan 2. Mengidentifikasi

kriteria hasil: toleransi fisik

1. Kekuatan otot 3. Memonitor frekuensi

meningkat jantung tekanan darah

2. Rentan gerak ROM sebelum memulai

meningkat ambulasi

4. Monitor kondisi umum

13
selama melakukan

ambulasi

Terapeutik:

1. Fasilitasi aktivitas

dengan alat bantu ( mis.

Tongkat, kruk).

2. fasilitasi melakukan

mobilisasi fisik, jika perlu

3. Libatkan keluarga

untuk membantu pasien

Edukasi:

1. Jelaskan tujuan dan

prosedur ambulasi

2. anjurkan melakukan

ambulasi dini

3. ajarkan ambulasi

sederhana yang harus

dilakukan ( mis berjalan

dari tempat tidur ke kursi

roda )

3. Resiko syok d.d Setelah dilakukan Observasi:

hipotensi intervensi keperawatan 1. Monitor status

selama 1x24 jam kardiopulmonal (

14
diharapkan tingkat syok frekuensi,dan kekuatan

menurun dengan kriteria nadi, frekuensi nafas, TD,

hasil: MAP)

1. kekuatan nadi 2. monitor status

meningkat oksigenasi

2. output urine 3. monitor status cairan

meningkat 4. monitor tingkat

3. tingkat kesadaran dan respon

kesadaran pupil

meningkat 5. periksa riwayat alergi

4. akral dingin menurun Terapeutik:

5. pucat menurun 1. berikan oksigen untuk

6. tekanan darah sistolik mempertahankan saturasi

membaik oksigen

7. tekanan darah diastolik 2. persiapkan intubasi dan

membaik ventilasi mekanis, jika

8. tekanan nadi membik perlu

9. frekuensi 3. pasang jalur iv jika

nadi membaik perlu

10. frekuensi nafas 4. pasang katetetr urine

membaik untuk menlai produksi


3
urine jika perlu

5. laukan skin test untuk

mencegah alergi

15
Edukasi:

1. jelaskan penyebab

risiko syok

2. jelaskan tanda dan

gejala awal syok

3. anjurkan melapor jika

merasakan gejala syok

4. anjurkan

memperbanyak asupan

cairan

5. anjurkan menghindari

alergen

Kolaborasi :

1. kolaborasi pemberian iv

jika perlu

2. kolaborasi pemberian

transfusi darah jika perlu

3. kolaborasi pemberian

antiflamasi jika perlu.

16
2.2.1.7 Implementasi

Pelaksanan ini dilakukan seluruhnya oleh perawat, klien, anggota tim

kesehatan.Walaupun perawat tidak melakukannya sendiri ia tetap mempunyai

tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannyas seperti,memastikan langkah

langkahnya terlaksana. Pada setiap kasus telah diberikan tindakan asuhan

berdasarkan rencana asuhan yang sudah ditetapkan (Asa Norvita,2016).

2.2.1.8 Evaluasi

Dilakukan evaluasi keevektifan dari asuhan keperawatan yang telah diberikan

melalui pemenuhan kebutuhan dan bantuan apakah benar telah terpenuhi sesuai

dengan kebutuhan .Penulistelah mengevaluasi masalah yang sudah ada sehingga

bisa dinilai bagaimana perkembangannya (Asa Norvita,2016).

2.3. Konsep Fraktur

Fraktur merupakan penyebab kematian ketiga diindonesia setelah penyakit

jantung koroner akut dan tuberculosis, Fraktur disebabkan oleh syok atau tenaga

17
fisik, kecelakaan, baik kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu lintas ( Noorisa

et al,, 2017) patah tulang merupakan ancaman potensial atau nyata bagi integritas

seseorang maka mereka mengalami gangguan fisiologis dan psikologis yang dapat

menimbulkan reaksi berupa sakit. Nyeri fraktur membuat pasien sulit menjalani

kehidupan sehari hari , dan nyeri traumatik akibat patah tulang juga merusak

jaringan sehat ( Kusumayati,2015 ). Fenomena pada zaman dahulu yang terjadi di

masyarakat , orang fraktur atau patah tulang tidak harus dibawa ke rumah sakit

terlebih dahulu tetapi dimasyarakat fraktur di bawah ke sangkal putung

( Mulyono,2006, dikutib oleh Sari ,2013). Menurut sudut pandang medis

penyembuhan pada sangkal putung adalah penyembuhan alamiah , namun hanya

sampai pada tahap yang penting tulangnya tersambung saja. Mengenai sangkal

putung ahli medis memahami bahwa pada dasarnya tulang tu bisa sembuh sendiri

namun tetap membutuhkan para ahli dalam penanganan tersebut agar posisi

penyambungannya benar . misal dengan rontgrn sehingga dapat mengetahui posisi

penyambungan agar tidak terjadi kesalahan yang dapat mengakibatkan nyeri ,

infeksi dll. ( Dhanny, 2011 ).

2.3.2 Etiologi

2.3.2.1. Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah

melintang atau miring.

2.3.2.2. Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang

jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang

paling lemah dalam jalur hantaran faktor kekerasan.

18
2.3.2.3. Kekerasan akibat tarikan otot patah tulang akibat tarikan otot sangat

jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan dan penekanan,

kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

2.3.3 Manifestasi Klinis

Menurut Nurarif (2015), tanda dan gejala dari fraktur, antara lain :

2.3.4.3. Tidak dapat menggunakan anggota gerak.

2.3.4.3. Nyeri pembengkakan.

2.3.4.3. Terdapat trauma ( kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian

atau jatuh di kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda

berat, kecelakaan kerja, trauma olahraga)

2.3.4.3. Gangguan fungsional anggota gerak

2.3.4.3. Deformitas.

2.3.4.3. Kelainan gerak.

2.3.4.3. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada daerah fraktur.

2.3.4.3. Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.

2.3.5.3 Komplikasi

2.3.5.3. Komplikasi awal

2.3.4 Patofisiologi

Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya

gaya dalam tubuh, yaiutu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, patologik.

Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup.

Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah

menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan

mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan

19
didalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang

dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai

tulang dan dapat terjadi neurovaskuler neurovaskuler yang menimbulkan nyeri

gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat

mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi

dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan

integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma

gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tetutup. Pada

umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan

immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah

dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 2006 dalam Wijaya

& Putri, 2013:238)

2.3.5 Komplikasi

Menurut Smeltzer & Bare (2015) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth, komplikasi fraktur dibagi menjadi 2 yaitu:

2.3.5.1 Komplikasi awal

2.3.5.1.1 Syok

Syok hipovolemik akibat dari perdarahan karena tulang merupakan organ yang

sangat vaskuler maka dapat terjadi perdarahan yang sangat besar sebagai akibat

dari trauma khususnya pada fraktur femur dan fraktur pelvis.

2.3.5.1.2 Emboli lemak

Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam darah karena

tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler dan katekolamin yang

dilepaskan memobilisasi asam lemak kedalam aliran darah. Globula lemak ini

20
bergabung dengan trombosit membentuk emboli yang dapat menyumbat

pembuluh darah kecil yang memasok darah ke otak, paru- paru, ginjal dan organ

lainnya.

2.3.5.1.3 Compartment Syndrome

Compartment syndrome merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan

dalam otot kurang dari yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh karena

penurunan ukuran fasia yang membungkus otot terlalu ketat, balutan yang terlalu

ketat dan peningkatan isi kompartemen karena perdarahan atau edema.

2.3.5.1.4 Komplikasi awal lainnya seperti infeksi, tromboemboli dan koagulopati

Intravaskula.

2.3.6 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Black & Hawks (2014) pemeriksaan penunjang fraktur, yaitu:

2.3.6.1 Radiografi pada dua bidang : mencari lusensi dan diskontinuitas pada

korteks

tulang.

2.3.6.2 Tomografi, CT scan, MRI (jarang).

2.3.6.3 Ultrasonografi dan scan tulang dengan radioisotope: scan tulang terutama

berguna ketika radiografi atau CT scan memberikan hasil negatif pada kecurigaan

fraktu

2.3.6 Penatalaksanaan

Menurut Muttaqin (2013) konsep dasar penatalaksanaan fraktur yaitu:

2.3.6.1 Fraktur terbuka

Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan

disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman

21
belum terlalu jauh meresap dilakukan: Pembersihan luka, eksisi jaringan mati atau

debridement, hecting situasi dan pemberian antibiotik.

2.3.6.2 Seluruh fraktur. Rekognisi (Pengenalan)

Riwayat kejadian harus jelas untuk menentukan diagnosis dan tindakan

selanjutnya.

2.3.6.3 Reduksi (Reposisi) terbuka dengan fiksasi interna (Open Reduction and

Internal Fixation/ORIF) merupakan upaya untuk memanipulasi fragmen tulang

sehingga kembali seperti semula secara optimum. Reduksi fraktur (setting tulang)

adalah mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan rotasi anatomis.

2.3.6.4 Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna (Open Reduction and Enternal

Fixation/OREF) digunakan untuk mengobati patah tulang terbuka yang

melibatkan kerusakan jaringan lunak. Ekstremitas dipertahankan sementara

dengan gips, bidai atau alat lain. Alat imobilisasi ini akan menjaga reduksi dan

menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan tulang. Alat ini akan memberikan

dukungan yang stabil bagi fraktur comminuted (hancur dan

remuk) sementara jaringan lunak yang hancur dapat ditangani dengan aktif

2.3.6.5 Retensi (Immobilisasi) yaitu upaya yang dilakukan untuk menahan

fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal. Setelah fraktur

direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi, atau di pertahankan dalam posisi

kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan

dengan fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan

teknik gips, atau fiksatoreksternal. Implant logam dapat digunakan untuk fiksasi

internal yang berperan sebagia bidai interna untuk mengimobilisasi

fraktur.

22
2.3.6.6 Graf tulang, yaitu penggantian jaringan tulang untuk menstabilkan

sendi,mengisi defek atau perangsangan dalam proses penyembuhan. Tipe graf

yang digunakan tergantung pada lokasi yang terkena, kondisi tulang, dan jumlah

tulang yang hilang akibat cidera. Graft tulang dapat berasal dari tulang pasien

sendiri (autograft) atau tulang dari tissue bank (allograft).

2.3.6.7 Rehabilitasi adalah upaya menghindari atropi dan kontraktur dengan

fisioterapi. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Status

neurovaskuler (missal: Pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan)

dipantau, dan ahli bedah orthopedi diberitahu segera bila ada tanda gangguan

neurovaskuler. Kegelisahan ansietas dan ketidaknyamanan dikontrol dengan

berbagai pendekatan (misalnya: menyakinkan, perubahan

posisi, stageri peredaan nyeri, termasuk analgetik). Latihan isometric dan setting

otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran

darah. Partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari diusahakan: untuk

memperbaiki kemandirian fungsi dan harga diri. Pengembalian bertahappada

aktivitas semula diusahakan sesuai batasan terapeutik.

2.4. Konsep Dampak Masalah

2.3.1 Dampak masalah

Ditinjau dari anatomi dan patofisiologi diaatas, masalah klien yang mungkin

timbul terjadi adalah respon terhadap klien dan terhadap penyakitnya. Akibat

fraktur terutama pada fraktur akan menimbulkan dampak baik terhadap klien

sendiri maupun keadaan keluarganya. dampak fisik pasien tidak bisa melakukan

aktifitas secra mandiri karna keterbatasan aktifitas dikarenakan pemasangan

fiksasi. Pada dampak ekonomi pada pasien fraktur jika pasien

23
bekerja makan maka pasien akan cuti selama proses penyembuhan. Dampak

sosial pasien merasa malu akan kondisinya saat ini sehingga pasien tidak bisa

bersosialisasi dengan lingkungannya.

2.3.2 Biologis

Pada klien fraktur akan terjadi perubahan pada bagian tubuhnya yang

terkena trauma, peningkatan metabolisme karna digunakan untuk penyembuhan

tulang, terjadi perubahan asupan nutrisi melebihi kebutuhan biasanya terutama

kalsium dan zat besi.

2.3.3 Psikologis

Klien akan meraskan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari fraktur,

perubahan gaya hidup, kehilangan peran baik dalam keluarga maupun dalam

masyarakat, dampak dari hospitalisasi rawat inap dan harus beradptasi dengan

lingkungan yang baru dan serta takut terjadi kecacatan pada dirinya.

2.3.4 Sosial

Klien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan masyarakat karna harus

menjalani perawatan yang waktunya tidak sebentar dan juga perasaan akan

ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan seperti kebutuhannya sendiri .

2.3.5 Spiritual

Klien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan keyakinannya

baik dalam jumlah beribadah yang diakibatkan karna rasa nyeri dan

ketidakmapuanya.

2.3.6 Terhadap keluarga

Masalah yang timbul pada keluarga dengan salah satu anggota keluarganya yang

terkena fraktur adalah timbulnya kecemasan akan keadaan klien, apakah nanti

24
akan timbul kecacatan atau sembuh total. Koping tidak efektif bisa ditempuh

keluarga untuk itu peran perawat disini sangatlah penting dalam memberikan

penjelasan terhadap keluarga . selain itu keluarga juga harus bisa menanggung

semua biaya perawatan dan operasi klien. ( Syamsul, 2010 dikutip oleh

Regina,2014 )

2.5. Karya tulis ilmiah terdahulu

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis meneliti dan menggali informasi

dari peneliti peneliti sebelumnya sebagai bahan perbandingan , baik mengenai

kekurangan atau kelebihan yang sudah ada . selain itu peneliti juga menggali

informasi dari beberapa buku buku maupun skripsi dan paper dalam rangka

mendapatkan teori yang berkaitan dengan judul yang diguanakn sebagai landasan

teori ilmiah.

2.4.1 Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami fraktur humerus dengan

masalah nyeri di RSUD Bangil , peneliti dapat mengambil kesimpulan yang

dibuat berdasarkan pada laporan studi kasus sebagai berikut:

2.4.1.1 Hasil pengkajian pada klien fraktur humerus didapatkan bahwa klien

mengatakan nyeri pada luka

2.4.1.2 Diagnosa keperawatan pada klien fraktur humerus adalah nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisik

2.4.1.3 Intervensi keperawatan pada klien fraktur humerus dengan masalah nyeri

dilakukan adalah memonitor tanda tanda vital , memonitor kenyamanan klien ,

melakukan terapi farmakologi dan nonfarmakologi dan memonitor luka

25
2.4.1.4 Implementasi pada klien fraktur humerus dengan masalah keperawatan

nyeri telah dilakukan sesuai tindakan yang telah direncanakan dan dilakukan

secara menyeluruh

2.4.1.5 Evaluasi pada klien fraktur humerus dengan masalah didapatkan bahwa

klien belum pulih sepenuhnya dari nyeri yang ditandai dengan saat klien bergerak

masih menampakkann ekspresi rasa nyeri .

26
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA

3.1 Kerangka Konseptual

Kondisi individu dengan Etiologi:


Cedera Traumatis
masalah fraktur
Trauma langsung dan
trauma tidak langsung dan
kekerasan akibat kekerasan
otot

Memerlukan perawatan

Asuhan keperawatan medical bedah secara


komerhensif :

Pengkajian keperawatan, diagnosa


keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dokumentasi
keperawatan.

Masalah keperawatan teratasi

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Studi Kasus Asuhan Keperawatan Medical

Bedah Fraktur Pada Fraktur Dengan Pendekatan Kasus Kelolaan Di RSUD Bangil

27
3.2 Pathway

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

Fraktur

Pergeseran Fragmen Tulang

Diskontinuitas Timbul respon Tindakan


Tulang stimulus nyeri ORIF

Fraktur terbuka Pengeluaran Pemasangan


& Fraktur tertutup Histamin Platina

Putus vena/ arteri Reaksi nosiseptor Perawatan


Post op

Pendarahan Respon reflek protektif


Pada tulang Gangguan
Fungsi tulang
Kehilangan volume
Cairan Nyeri akut

Resiko syok Gangguan mobilitas


hhipovolemik fisik

Gambar 3.2 Pathway fraktur (Wijaya,2015).

28
3.3 Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam suatu penelitian merupakan masalah keperawatan yang muncul

pada klien dengan fraktur humerus dapat teratasi setelah dilakukan pengkajian,

menentukan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan keperawatan, dan

melakukan tindakan keperawatan untuk klien fraktur humerus.

29
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu studi kasus ini adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan mixed method . mixed method adalah suatu

pendekatan baru dalam penelitian dibidang kesehatan, mixed method merupakan

pendekatan baru dalam penelitian, terutama dibidang kesehatan. Mixed method

adlah penggabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk menyelesaikan

tujuan penelitian ( Merita, 2018)

4.2 Kerangka kerja

Studi pendahuluan

( Melakukan observasi pada pasien fraktur di RSUD Bangil)

Penentuan populasi target seluruh pasien dengan fraktur di RSUD Bangil

Accidental sampling

Pengambilan sampel sesuai dengan orang yang memang kebetulan ditemui di RSUD Bangil

Pengumpulan data

( Melakukan dengan cara mengobservasi dan wawancara kepada pasien


kelolaan)
Proses Asuhan Keperawatan

( Tindakan asuhan keperawatan pada pasien fraktur


)
Penyajian data

( Dalam bentuk dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien


fraktur)

Hasil penelitian dan kesimpulan

30
4. 3 Waktu dan tempat penelitian

Studi kasus ini adalah studi kasus individu yang akan dilakukan di rumah sakit

umum daerah Bangil dan dilaksanakan pada bulan november 2022, lama waktu

yaitu sejak pasien masuk rumah sakit dan sampai pasien pulang.

4.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

4.4.1 Populasi

Populasi Merupakan suatu wilayah atau kelompok yang terdiri dari subyek atau

obyek yang mempunyai karakteristik untuk dianalisa (Sugiyono, 2019). Populasi

adalah totalitas dari setiap elemen yang diteliti dan memiliki ciri yang sama bisa

berupa individu, suatu kelompok, peristiwa, dan sesuatu yang akan diteliti

(Handayani, 2020).

4.4.2 Sampel

Merupakan suatu bagian wilayah atau kelompok yang populasinya dimiliki oleh

peneliti sendiri (sugiyono, 2019). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi itu sendiri atau bagian kecil

dari anggota populasi yang di ambil menurut prosedur tertentu (Siyoto dkk, 2015).

4.4.3 Teknik Sampling

Merupakan suatu proses yang memilah sampel yang dipilih dengan

pertimbangan yang tepat untuk peneliti (sugiyono, 2019). Teknik sampling dalam

penelitian ini adalah proses dimana untuk mendapatkan sampel yang benar-benar

sesuai dan dapat menggambarkan populasi untuk dijadikan sebagai subyek

penelitian.

31
4.5 Prosedur Penelitian

Dalam pelaksanaan karya tulis ilmiah ini dimulai dari pengajuan judul , kemudian

melakukan bimbangan, dilanjutkan studi pendahuluan, penyusunan proposalkarya

tulis ilmiah, penentuan populasi target, informen consent, pengumpulan data dan

pengerjaan laporan akhir karya tulis ilmiah.

4.6 Pengumpulan Data

4.6.1 Metode Pengumpulan Data

4.6.1.1 Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang yang bertukar ide atau informasi

melalui tanya jawab dan dapat makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2019).

4.6.1.2 Observasi

Observasi merupakan suatu pengumpulan data yang mempunyai ciri khas sendiri

dibandingkan teknik yang lain (sugiyono, 2018).

4.6.1.3 Pemeriksaan

Pemeriksaan adalah sebagai data penunjang dalam perencanaan tindakan asuhan

keperawatan.

4.6.2 Sumber Data

4.6.2.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang pertama kali dikumpulkan peneliti. Data

primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari sumber utama melalui

wawancara, survei,eksperimen,dsb. Pengumpulan data primer pada studi kasus ini

dengan cara melakukan wawancara dan melakukan observasi pada pasien

kelolaan dengan fraktur di RSUD Bangil.( Sugiyono, 2018 )

4.6.2.2 Data Sekunder

32
Data sekunder adalah data sebagai informasi yang telah ada sebelumnya dan

dengan dikumpulkan oleh penulis yang digunakan untuk melengkapi kebutuhan

data penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam studi kasus ini adalah

dokumen rekam medis pasien dan data pendukung lainnya.( Sugiyono,2018 )

4.7 Pengolahan Data

4.7.1 Editing

Editing adalah tahapan awal untuk megelola data yang diperoleh. Editing

merupakan proses pemeriksaan data yang didapat dari hasil asuhan keperawatan .

tahap ini peneliti memeriksa data yang sudah terkumpul yang meliputi

kelengkapan data pengkajian dengan penunjang lainnya.

4.8 Etika Penelitian

4.8.1 Informed Consent

Merupakan suatu bentuk persetujuan peneliti dengan pasien untuk

memberikan lembaran untuk menjadi responden, agar pasien

mengerti maksud dan tujuan dari peneliti untuk mengetahui

dampaknya (Nursalam,2016)

4.8.2 Anonymity

Merupakan suatu masalah yang didalam subyek tidak

mencantumkan atau memberikan nama pasien (Nursalam, 2016)

4.8.3 Confidentially

Merupakan suatu penelitian yang data atau informasi masalah

yang akan disimpan kerahasiannya dengan baik oleh peneliti

(Nursalam, 2016)

33
4.8.4 Ethical Clearence

Merupakan suatu instrumen yang mengukur etik

suatu proses rangkaian peneliti untuk

menjunjung tinggi nilai kejujuran dan integritas

(lestari, 2018)

34
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Studi kasus ini dilakukan di RSUD Bangil yang terletak di Jl. Raya

Raci- Bangil, Balungbendo, masangan, kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan

Provinsi Jawa Timur. Dalam studi kasus ini peneliti melakukan studi kasus di

ruang Melati yaitu ruang rawat inap bagi pasien yang diterima langsung dari

IGD atau dari poliklinik. Kasus penyakit yang terdapat diruang Melati meliputi

diantaranya pasien dengan pre dan pasca bedah namun tidak menutup

kemungkinan untuk menerima kasus lain

5.1.1 Pengkajian Keperawatan

1. Tabel identitas klien

IDENTITAS KLIEN KLIEN 1 KLIEN 2

Nama Tn. D Ny. S

Umur 17 Tahun 83 Tahun

Agama Islam Islam

Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan

Pendidikan SMA SMP

Pekerjaan - Wiraswasta

Status Perkawinan Belum Menikah Kawin

Dx medis Post op Close Fraktur femur Post op close fraktur femur 1/3

dextra proximal dextra

Tanggal MRS 05-01-2023 19-01-2023

Tanggal Pengkajian 06-01-2023 20-01-2023

35
No.RM 00XXXX 00XXXX

RIWAYAT PENYAKIT KLIEN 1 KLIEN 2

Keluhan Utama Klien mengatakan nyeri pada Klien mengatakan mengeluh

paha sebelah kanan setelah kesakitan pada paha kanan

kecelakaan di jalan raya . dan tangan sebelah kanan

setelah terpeleset di rumah

Riwayat Penyakit Sekarang Klien mengatakan bahwa ia Klien mengatakan bahwa ia

baru mengalami kecelakan lalu mengalami terpeleset pada

lintas pada pukul 21.00 pasien saat menjemur pakaian di

jatuh ke kanan dan kaki rumah, Pasien mengatakan

kanannya terasa nyeri dan sulit untuk merawat diri

dibawa ke RS oleh warga karena keterbatasan

sekitar pergerakan, Pasien

mengatakan sehari hanya 1

kali diseka setelah terjatuh

tangan klien juga terasa sakit

dan klien dibawa ke RS oleh

keluarganya.

TANDA-TANDA VITAL Tekanan Darah : 109/59 mmHg Tekanan Darah :

Nadi : 87x/menit 129/59mmHg

RR : 20x/menit Nadi : 97x/menit

36
S : 36.8 C RR : 20x/menit

P : Nyeri saat bergerak S : 36,0 C

Q : Seperti tertusuk P : Nyeri saat bergerak

R : Paha Kanan Q : Seperti tertusuk

S : skala 5 R : Paha kanan tangan kanan

T : Saat digerakkan terasa nyeri S : Skala 6

Masalah keperawatan :Nyeri T : Saat digerakkan terasa

akut nyeri

Masalah keperawatan :

Nyeri akut

Riwayat Penyakit Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak

Sebelumnya: memiliki riwayat penyakit DM, memiliki riwayat penyakit

Riwayat kesehatan yang lalu TB , HIPERTENSI dll DM, TB , HIPERTENSI dll

pernah diderita oleh keluarga

: Klien tidak pernah operasi Klien tidak pernah operasi

Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak

mempunyai alergi mempunai alergi

Lingkungan rumah dan

komunitas:

Klien mengatakan didalam Klien mengatakan didalam

anggota keluarganya tidak ada anggota keluarganya tidak

yang memiliki riwayat penyakit ada yang memiliki riawayat

Perilaku yang menurun . penyakit menurun .

mempengaruhi kesehatan :

37
klien mengatakan lingkungan klien mengatakan

rumahnya baik, hubungan klien lingkungan rumahnya baik,

dengan tetangga juga baik. hubungan klien dengan

Serta hubungan dalam keluarga tetangga juga baik. Serta

juga baik. hubungan dalam keluarga

juga baik.

klien mengatakan tidak pernah klien mengatakan tidak

mengkonsumsi minuman pernah mengkonsumsi

alkohol, tidak mempunyai minuman alkohol dan klien

kebiasaan merokok. jarang mengkonsumsi

makanan tinggi kolesterol.

Status Cairan dan Klien 1 Klien 2

Nutrisi

Sebelum sakit Tidak ada penurunan Tidak ada penurunan nafsu makan

38
Nafsu makan : nafsu makan

Pola makan : 3x1 porsi makan habis 3x1 porsi makan habis

Minum : jenis dan Air putih 1500cc/hari Air putih 1500cc/hari

jumlah :

Pantangan Makanan: Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan makan

Menu Makanan : makan Makanan tinggi protein : Nasi sayur

Makanan tinggi protein : lauk

Nasi sayur lauk

Berat badan : 45 kg 60 kg

Saat sakit

Nafsu makan : Tidak ada penurunan Tidak ada penurunan nafsu makan

nafsu makan

Pola makan : 3x1 setengah porsi makan 3x1 setengah porsi makan habis

habis

Minum : jenis dan Air putih 1500cc/hari Air putih 1500cc/hari

jumlah :

Pantangan Makanan: Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan makan

makan

Menu Makanan : Makanan tinggi protein : Makanan tinggi protein : Nasi sayur

Nasi sayur lauk lauk

Berat badan : 45 kg 60 kg

39
4. Genogram

4.1 Klien 1

Keterangan :

Laki laki :

Perempuan:

Meninggal :

Tinggal satu rumah : .....................

40
Pasien :

4.2 Klien 2

Keterangan :

Laki laki :

Perempuan:

Meninggal :

Tinggal satu rumah : .....................

Pasien :

5. Pemeriksaan fisik

41
Pemeriksaan fisik Klien 1 Klien 2

Keadaan umum : Keadaan umum klien lemah , Keadaan umum klien lemah ,

kesadaran composmentis, GCS 4- kesadaran composmentis, GCS

5-6 4-5-6

Tanda vital : Tensi 129/59mmHg , Nadi

Tensi 109/59mHg , Nadi 97x/menit , Respirasi

87x/menit , Respirasi 20x/menit , 20x/menit , Suhu 36,0C

Sistem Respirasi ( B1 ) : Suhu 36,8 C Bentuk dada normal cest,

susunan ruas tulang belakang :

Bentuk dada normal cest, susunan normal , irama nafas : teratur,

ruas tulang belakang : normal , tidak ada otot bantu nafas,

irama nafas : teratur, tidak ada perkusi thorax: resonan , tidak

otot bantu nafas, perkusi thorax: ada alat bantu nafas, vokal

resonan , tidak ada alat bantu fremitus : getaran pada

nafas, vokal fremitus : getaran punggung antara sisi kanan

pada punggung antara sisi kanan dan sisi kiri sama , suara nafas

dan sisi kiri sama , suara nafas : : vesikuler .tidak ada suara

vesikuler .tidak ada suara nafas nafas tambahan . tidak ada

tambahan . tidak ada nyeri dada nyeri dada saat bernafas , tidak

saat bernafas , tidak ada sputum . ada sputum .

Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah keperawatan : Tidak

Sistem Kardiovaskuler (B2 ) : masalah keperawatan ada masalah keperawatan

tidak ada nyeri dada, irama

tidak ada nyeri dada, irama jantung teratur , ictus cordis

jantung teratur , ictus cordis kuat kuat posisi ICS IV

posisi ICS IV midclavicula midclavicula sinistra ICS V

sinistra ICS V midsternalis dextra midsternalis dextra , bunyi

, bunyi jantung s1 s2 tunggal, jantung s1 s2 tunggal, tidak42


5.1 Pemeriksaan penunjang

5.1.1 Laboratorium

Tabel 5.1.1 data penunjang pada klien 1 dengan diganosa medis close fratur femur dextra

Nama klien : An.D No.RM : 22xxxxxx umur : 17 tahun

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

HEMATOLOGI

HATI

Pasien ( PT ) H 15,60 Detik 11,7 – 15,1

INR 1,10

Pasien ( APTT ) H 47,80 Detik 28,4 -44,6

HEMATOLOGI

LENGKAP

Esinofil % 1,2 % 0-3

Basofil % 0,8 % 0-1

Neutrofil % H 80,7 % 34-64

Limfosit % L 11,5 % 25-45

Monosit % 5,78 % 3-6

Eosinofil % 0,273 0-0,39

Basofil % H 0,18 0-0,13

43
Neutrofil % H 17,7 1,5 – 9,5

Hemoglobin ( HGB ) H 16,05 g/dl 13 – 16 Nilia kritid

Eritrosit ( RBC ) H 5,720 <21 Or >65

Hematokrit ( HCT ) 47,4 % 79-98

MCV 82,85 Fl 25-35

MCH 28,07 pg\ 32-36

MCHC 33,88 % 11,5-14

RDW L 11,39 % 4,5 – 13 Nilai kritis

Leukosit ( WBC ) H 21,94 <2 or > 30

Limfosit 2,51 1,1 – 6,0

Monosit H 1,27 0,14 – 0,78

PLT 381 150 – 450 nilai

MPV L 5,868 fl Kritis < 20 or

NLR 7,05 >1000

KIMIA KLINIK 6,90 – 10,6

GULA DARAH

Glukosa darah sewaktu 102 Mg/dl ,200 nilai kritis

< 50 0r >450

5.1.2 Hasil Rontgen Pasien 1 (An. D ) pada tanggal 06 Januari 2023 yaitu tampak

close fraktur femur kanan

Tabel 5.1.1 data penunjang pada klien 2 dengan diganosa medis close fraktur femur 1/3 proximal

dextra

Nama klien : Ny S No.RM : 22xxxxxx umur : 83 tahuns

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

44
HEMATOLOGI

FAAL HEMATOSIS

APTT

- Pasien ( APTT ) H 46,50 Detik 28,4-44,6

Protrombin Time

- Pasien ( PT ) 13,70 Detik 11,7-15,1

INR 0,96

Darah lengkap

Hemoglobin ( HGB ) L 11,32 g/dl 12-16 nilai kritis <7

Eritrosit ( RBC ) L 3,695 >21

Hematokrit ( HCT ) 36,1 % 4-5,2

MCV 97,63 fl 33-51

MCH 30,63 pg 80-100

MCHC L 31,38 % 26-34

RDW 12,53 % 32-36

Leukosit ( WBC ) 7,61 X 10/Ul 11,5-13,1

Eosinofil % H 3,6 % 4,5 – 11

Basofil % 1,0 % 0-3

Neytrofil % H 68,2 % 0-1

Limfosit % L 18,4 % 35-66

Monosit % H 8,85 % 24-44

Eosinofil % 0,270 x 10/ul 3-6

Basofil % 0,07 x 10/ul 0-0,33

Neutrofil % 5,2 x 10/ul 0-0,11

Limfosit % 1,40 x 10/ul 1,5 – 8,5

Monosit % H 0,67 x 10/ul 1,1 – 5,0

PLT 388 x 10/ul 0,14 – 0,66

150-450 nilai kritis

45
<20 >1000

MPV L 5,941 fl 6,90 – 10,6

NLR 3,71

KIMIA KLINIK

GULA DARAH

Glukosa darah sewaktu 109 mg/dl <200

Nilai kritis <40 0r >

450

5.1.2 Hasil Rontgen Pasien 2 (Ny. S) pada tanggal 19 Januari 2023 yaitu tampak

close fraktur femur 1/3 proximal kanan

1) Analisa Data

Analisa data pada An. dengan diagnosa fraktur femur dextra ( klien 1 )

Data Etiologi Masalah

DS : Pasien mengatakan nyeri pada Agen pencedera fisik Nyeri akut

bagian paha kanan nyeri yang

dirasakan pasien

seperti ditusuk tusuk sekala nyeri

yang dirasakan yaitu 5 dan nyeri

yang dirasa hilang timbul dengan

durasi nyeri saat muncul sekitar

3 menit

DO : Tekanan Darah : 109/59

mmHg

Nadi : 87x/menit

46
RR : 20x/menit

S : 36.8 C

-Wajah pasien terlihat meringis

-Pasien menderita fraktur femur

Ds : Gangguan Muskuluskeletal Gangguan mobilitas

- Pasien mengatakan sulit fisik

bergerak karena keadaan

kakinya yang fraktur

- Pasien mengatakan tidak

biasa beraktivitas normal

seperti biasanya karena

fraktur tersebut

- Pasien mengatakan

kesulitan berpindah dari

duduk ke berdiri.

Do : K/u : lemah

ROM : 5 5

5 1

Pasien menderita fraktur pada kaki

kanan

b. Aktivitas pasien telihat dibantu

oleh keluarga

c. Pasien terlihat kesulitan

membolak balikan

posisi

d. Kekutan otot pada kaki kanan 1

selain itu 5

47
e. Terpasang balutan perban pada

paha kanan

- Pergerakan terbatas Kelemahan

Ds : Pasien mengatakan sulit Defisit perawatan diri

untuk merawat diri karena

keterbatasan pergerakan, Pasien

mengatakan sehari hanya 1 kali

diseka

Do : K/u : lemah

ROM : 5 5

5 1

- Pasien dalam memenuhi

kebutuhan personal hygiene

dibantu oleh keluarga, Pasien

untuk kebutuhan toileting

menggunakan diapers, Pasien

erpasang cateter, Skor barthel

indeks dengan kategori tingkat

ketergantungan total dengan skor 3

1.1 Daftar Masalah Keperawatan :

1.1.1 Nyeri akut

1.1.2 Gangguan mobilitas fisik

1.1.3 Defisit perawatan diri

1.2 Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

1.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan wajah pasien tampak

48
meringis dan pasien

mengeluh nyeri pada paha kanan dengan sekala nyeri 5 dan durasi nyeri saat timbul 2-3 menit.

1.2.2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskulosekletal yang dibuktikan

dengan mengeluh sulit menggerakan ekstremitas, kekuatan otot menurun, dan Rentang Gerak (ROM)

menurun

1.2.3 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dibuktikan pasien tidak mampu

mandi,menggunakan

pakaian,makan, ke toilet, dan berhias secara mandiri, dan minat untuk melakukan perawatan diri

kurang

Analisa data pada Ny. S dengan diagnosa fraktur femur dextra ( klien 2 )

Data Etiologi Masalah

Ds : Pasien mengatakan nyeri pada Agen pencedra fisik Nyeri akut

bagian paha dan tangan kanan

nyeri yang dirasakan pasien seperti

ditusuk tusuk dengan sekala nyeri 6

dan nyeri yang dirasakan hilang

timbul dengan durasi nyeri saat

nyeri muncul sekitar 1 – 2 menit

Ds : Tekanan Darah : 149/59mmHg

Nadi : 97x/menit

RR : 20x/menit

S : 36,0 C

- Wajah pasien terlihat

meringis

- Terpasang perban dikaki

kanan

- Pasien menderita fraktur

49
femur

Ds :

- Pasien mengatakan sulit Gangguan muskuluskeletal Gangguan mobilitas

bergerak karena keadaan fisik

kakinya yang fraktur

- Pasien mengatakan tidak

biasa beraktivitas normal

seperti biasanya karena

fraktur tersebut

- Pasien mengatakan

kesulitan berpindah dari

duduk ke berdiri.

Do : K/u : lemah

ROM : 5 5

5 3

Pasien menderita fraktur pada kaki

kanan

b. Aktivitas pasien telihat dibantu

oleh keluarga

c. Pasien terlihat kesulitan

membolak balikan

posisi

d. Kekutan otot pada kaki kanan 3

selain itu 5

e. Terpasang balutan perban pada

paha kanan

- Pergerakan terbatas

50
1.1 Daftar Masalah Keperawatan :

1.1.1 Nyeri akut

1.1.2 Gangguan mobilitas fisik

1.2 Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

1.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan wajah

pasien

tampak meringis dan pasien mengeluh nyeri pada kaki kanan dengan sekala nyeri 6

dan durasi nyeri saat timbul 1-2 menit.

1.2.2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskulosekletal yang

dibuktikan dengan mengeluh sulit menggerakan ekstremitas, kekuatan otot menurun,

dan Rentang Gerak (ROM) menurun.

5.1.3 Rencana Tindakan Keperawatan

1) KLIEN 1 :

Tanggal 06 januari 2023

Nama Klien : An. D

Dx medis : Fraktur femur dextra

No.RM : 00XXXXX

7.1 Tabel Rencana Tindakan Keperawatan pada An.D dengan diagnosa close fraktur femur dextra

51
Diagnosa Keperawatan Tujuan/ kriteria hasil Intervensi

D.0077 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Observasi

berhubungan dengan keperawatan selama 3x8jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,

agen pencedera fisik diharapkan nyeri berkurang Durasi,frekuensi,kualitas,intensitas

yang dibuktikan dengan kriteria hasil : nyeri

dengan : 1) Keluhan nyeri menurun 2. identifikasi skala nyeri

Pasien mengeluhkan 2) Meringis menurun 3. Identisikasi faktor yang

nyeri pada kaki kanan 3) Sikap protektif menurun memperberat dan memperingan nyeri

bagian paha nyeri 4) Gelisah menurun 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada

seperti ditusuk tusuk 5) Kesulitan tidur menurun kualitas hidup

dengan sekala nyeri 5 6) Frekuensi nadi membaik 5. Monitor efek samping penggunaan

dan nyeri yang dirasa analgesik

hilang timbul dengan Terapeutik

durasi nyeri 1 – 2 1. Berikan teknik nonfarmakologis

menit. Wajah pasien terlihat untuk mengurangi rasa nyeri ( mis,

meringis kompres hangat/dingin )

2. Fasilitasi istirahat dan tidur

3. Pertimbangkan jenis dan sumber

nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri ,

Edukasi

1. Jelaskan penyebab,periode dan

pemicu nyeri

2. Jelaskan stratgi meredakan nyeri

3. Anjurkan menggunakan analgesik

secara tepat

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
52
2) KLIEN 2 :

Tanggal 20 januari 2023

Nama Klien : Ny. s

Dx medis : close fraktur os radius dextra, close fraktur femur dextra

No.RM : 00XXXXX

7.2 Tabel Rencana Tindakan Keperawatan pada Ny.s dengan diagnosa close fraktur femur

1/3 proximal dextra

53
Diagnosa Keperawatan Tujuan/ kriteria hasil Observasi

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,

dengan agen pencedera fisik keperawatan selama 3x8jam Durasi,frekuensi,kualitas,intensitas

yang dibuktikan diharapkan nyeri berkurang nyeri

dengan : Pasien mengeluhkan dengan kriteria hasil : 2. identifikasi skala nyeri

nyeri pada kanan bagian paha 1) Keluhan nyeri menurun 3. Identisikasi faktor yang

nyeri seperti ditusuk tusuk 2) Meringis menurun memperberat dan memperingan nyeri

dengan sekala nyeri 5 3) Sikap protektif menurun 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada

dan nyeri yang dirasa hilang 4) Gelisah menurun kualitas hidup

timbul dengan durasi nyeri 1 – 5) Kesulitan tidur menurun 5. Monitor efek samping penggunaan

2 menit. Wajah pasien terlihat 6) Frekuensi nadi membaik analgesik

meringis. Terapeutik

1. Berikan teknik nonfarmakologis

untuk mengurangi rasa nyeri ( mis,

kompres hangat/dingin )

2. Fasilitasi istirahat dan tidur

3. Pertimbangkan jenis dan sumber

nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri ,

Edukasi

1. Jelaskan penyebab,periode dan

pemicu nyeri

2. Jelaskan stratgi meredakan nyeri

3. Anjurkan menggunakan analgesik

secara tepat

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu

54
Setelah dilakukan tindakan
Observasi
keperawatan selama 3x8jam
1. Identifikasi adanya nyeri atau
diharapkan mobilitas fisik
keluhan fisik lainnya
meningkat dengan kriteria
2. Identifikasi toleransi fisik
hasil : melukan ambulasi

1. Pergerakan extremitas 3. Monitor kondisi umum selama


melakukan ambulasi
meningkat
Terapeutik
2. Kekuatan otot meningkat
1. Libatkan keluarga untuk
3. Rentan gerak ( ROM )
membantu pasien dalam
meningkat meningkatkan ambulasi

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur


ambulasi

2. Anjurkan melakukan ambulasi


dini

5. Ajarkan ambulasi sederhana yang


harus dilakukan ( mis. Berjalan
dari tempat tidur kekamar
mandi )

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Nama klien : An.D

No.RM : 00XXX

Umur : 17 tahun

Klien 1

55
8.1 Tabel Implementasi Keperawatan pada An.D dengan diagnosa close fraktur femur dextra

56
No Tanggal Jam Implementasi Tanda tangan

1. Jum’at 08.00 1. Menanyakan pada pasien factor pencetus dan Pereda

06-01- nyeri

2023 Respon : Nyeri timbul saat ada pergerakan,dan

pasien mengatakan Pereda nyerinya merupakan obat

nyeri dan Teknik nonfarmakologis (nafas dalam)

08.05 2. Menanyakan pada pasien kualitas nyeri yang

dirasakan seperti apa

Respon : Nyeri yang dirasakan sepertiditusuk – tusuk

08.10 3. Menanyakan intensitas nyeri dengan skala

Respon : Skala nyeri yang dirasakan pasien yaiu 5

(sedang) durasi nyeri sekitar 1-2 menit


08.15
4. Melihat kemampuan pasien dalam beraktivitas

Respon : Pasien terlihat masih kesulitan membolak

balikan posisi pasien terlihat hanya berbaring

ditempat tidur
08.20
5. Melihat kondisi umum pasien selama melakukan

mobilisasi

Respon : TD : 120/80 MMhg N : 86 x/menit

RR : 18x/menit T : 36,4, Keluarga berperan aktif

dalam membantu pasien

08.25
6. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus

dilakukan

Respon : melakukan gerakan Gerakan dini seperti

mengangkat kaki perlahan


08.30
7. Menganjurkan pasien mengkonsumsi makanan tinggi

kalori daan protein


57
Nama klien : Ny.S

No.RM : 00XXX

Umur : 83 tahun

Klien 2

8.2 Tabel Implementasi Keperawatan pada Ny.S dengan diagnosa close fraktur os radius dextra, close

fraktur femur dextra

58
No Tanggal Jam Implementasi Tanda tangan

1. Jum’at 08.00 1. Menanyakan pada pasien factor pencetus dan

20 Januari Pereda nyeri

2023 Respon : Nyeri timbul saat ada pergerakan,dan

pasien mengatakan Pereda nyerinya merupakan obat

nyeri dan Teknik nonfarmakologis (nafas dalam)

08.05 2. Menanyakan pada pasien kualitas nyeri yang

dirasakan seperti apa

Respon : Nyeri yang dirasakan sepertiditusuk – tusuk

08.10 3. Menanyakan intensitas nyeri dengan skala

Respon : Skala nyeri yang dirasakan pasien yaiu 6

(sedang)
08.15
4. Melihat kemampuan pasien dalam beraktivitas

Respon : Pasien terlihat masih kesulitan bergerak dan

pasien terlihat hanya berbaring ditempat tidur


08.20
5. Melihat kondisi umum pasien selama melakukan

mobilisasi

Respon : TD : 123/80 MMhg N : 70 x/menit

RR : 18x/menit T : 36,4, Keluarga berperan aktif

dalam membantu pasien

08.25
6. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus

dilakukan

Respon : melakukan gerakan Gerakan dini

seperti mengangkat kaki perlahan


08.30
7. Menganjurkan pasien mengkonsumsi makanan

tinggi kalori daan protein

Respon : pasien mengkonsumsi makan makanan


59
5.1.5 Catatan Perkembangan

Nama Klien : An.D

Umur : 17 tahun

No.RM: 00xxx

Klien 1

9.1 Tabel Catatan Perkembangan pada An.D dengan diagnosa close fraktur femur dextr

Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf

Jum’at 06 Januari 2023 Nyeri akut berhubungan S : Pasien mengatakan


nyeri pada kaki kanan
dengan agen pencedera bagian paha, nyeri
yang dirasa seperti
fisik ditusuk tusuk dengan
skala nyeri 5 dan durasi
saat nyeri
timbul sekitar 1 – 2
menit
O:
- Wajah pasien terlihat
meringis
- Pasien menderita
fraktur femur
A : Masalah nyeri
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor kualitas
nyeri
2. Monitor intensitas
nyeri dengan
menggunakan
skala
10. Kolaborasi
pemberian obat
analgetik
Gangguan Mobilitas Fisik
S:
berhubungan dengan
1. Pasien mengatakan
gangguan sulit bergerak karena
keadaan kakinya yang
muskuluskeletal fraktur
2. Pasien mengatakan
tidak bisa beraktivitas

60
normal seperti biasanya

O:
- Pasien menderita
fraktur pada kaki kanan
- Aktivitas pasien
telihat
Dibantu oleh keluarga

- Pasien terlihat kesulitan

membolak balikan posisi

A : Masalah gangguan

mobilitas fisik belum

teratasi

P : Lanjutkan intervensi

4. Identifikasi

kemampuan

pasien beraktivitas

5.Monitor kondisi umum

selama melakukan

mobilisasi

6. Anjurkan mobilisasi

Defisit perawatan diri dini

berhubungan dengan S:

kelemahan - Pasien mengatakan sulit

untuk merawat diri

karena

keterbatasan pergerakan

- Pasien mengatakan

sehari 2 kali diseka

O:

- Pasien dalam memenuhi

61
kebutuhan personal

hygiene dibantu oleh

keluarga

- Pasien untuk kebutuhan

toileting menggunakan

diapers

- Pasien terpasang cateter

A : Masalah Defisit

perawatan diri belum

teratasi

P : lanjutkan intervensi

Sabtu 07 Januari 2023 8. Menanyakan pada

pasien tentang perawatan

Nyeri akut berhubungan diri

dengan agen pencedera

fisik

S : Pasien mengatakan

nyeri

yang dirasa sudah

menurun dengan skala

nyeri menjadi 4 dan

durasi saat nyeri

timbul sekitar 1 menit

O:

- Wajah pasien terlihat

tidak

meringis lagi

- Wajah pasien terlihat

62
lebih

santai

A : Masalah nyeri teratasi

sebagian

P : lanjutkan intervensi

1 Monitor kualitas nyeri

2 Monitor intensitas

Gangguan mobilitas fisik nyeri dengan

berhubungan dengan menggunakan

gangguan skala

muskukuluskeletal 10 Kolaborasi pemberian

obat analgetik

S:

- Pasien mengatakan

mulai melakukan

pergerakan pergerakan

ringan

- Pasien mengatakan

mencoba belajar duduk

secara mandiri dengan

bantuan pagar tempat

tidur

O:

- Pasien menderita

fraktur pada kaki kanan

- Pasien terlihat mulai

63
beraktivitas lebih

A : Masalah gangguan

mobilitas fisik teratasi

Defisit perawatan diri sebagian

berhubungan dengan P : Lanjutkan intervensi

kelemahan 3.Monitor kondisi umum

selama melakukan

mobilisasi

4. Anjurkan mobilisasi

dini

S:

- Pasien mengatakan

mulai rutin melakukan

perawatan diri

- Pasien mengatakan

sehari 2 kali diseka

O:

- Pasien dalam memenuhi

kebutuhan

personal

hygiene dibatu

oleh keluarga

- Pasien untuk kebutuhan

toileting menggunakan

diapers

Minggu 08 Januari - Pasien terpasang cateter

2023 A : Masalah Defisit

64
perawatan teratasi

sebagian

Nyeri akut berhubungan P : lanjutkan


dengan agen pencedera
fisik intervensi

5.Anjurkan melakukan

perawatan diri secara

konsisten sesuai

kemampuan

S : Pasien mengatakan

nyeri

yang dirasa sudah

menurun dengan skala

nyeri turun

menjadi 2 dan durasi saat

nyeri timbul kurang dari


Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan 1 menit
gangguan
muskuluskeletal O:

- Wajah pasien terlihat

tidak meringis lagi

- Pasien terlihat rileks

A : Masalah nyeri teratasi

P : intervensi dihentikan

S:

- Pasien mengatakan

mulai

melakukan pergerakan

65
pergerakan ringan

- Pasien mengatakan

sudah bisa duduk dengan

mandiri

dengan berpegangan

dengan pagar tempat

Defisit perawatan diri tidur


berhubungan dengan
kelemahan O:

- Pasien menderita

fraktur pada kaki kanan

- Pasien terlihat mulai

beraktivitas lebih

A : Masalah gangguan

mobilitas fisik teratasi

P : intervensi dihentikan

S:
- Pasien mengatakan
mulai rutin melakukan
perawatan diri
- Pasien mengatakan
sehari 2 kali diseka
O:
- Pasien dalam
memenuhi
kebutuhan personal
hygiene dibantu oleh
keluarga
- Pasien untuk
kebutuhan
toileting menggunakan
diapers
- Pasien terpasang
cateter
A : Masalah Defisit
perawatan teratasi
P : intervensi

66
dihentikan

Nama Klien : Ny.S

Umur : 83 tahun

No.RM: 00xxx

Klien 2

9.1 Tabel Catatan Perkembangan pada Ny.S dengan diagnosa close fraktur femur 1/3 proximal

dextra

Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf

Jum’at 20 januari 2023 Nyeri akut berhubungan S. Pasien


mengatakan nyeri
dengan agen pencedera pada kaki kanan
bagian paha, nyeri
fisik yang dirasa seperti
ditusuk tusuk
dengan sekala
nyeri 6 dan durasi
saat nyeri timbul

67
sekitar 1 menit
O:
- Wajah pasien terlihat
meringis
- Pasien menderita
fraktur femur
A : Masalah nyeri
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervens
1. Monitor kualitas nyeri
2.Monitorintensitas
nyeri dengan
menggunakan
skala
10. Pemberian obat
analgetik

S:
1. Pasien mengatakan
Gangguan mobilitas fisik sulit bergerak karena
keadaan kakinya yang
berhubungan dengan fraktur
2. Pasien mengatakan
gangguan tidak bias beraktivitas
normal seperti biasanya
muskuluskeletal
O:
- Pasien menderita
fraktur pada kaki kanan
- Aktivitas pasien telihat
Dibantu oleh keluarga
- Pasien terlihat kesulitan
bergerak
A : Masalah gangguan
mobilitas fisik belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4. Identifikasi kemampuan
pasien beraktivitas
5.Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
6. Anjurkan mobilisasi dini

S : Pasien mengatakan

nyeri

yang dirasa sudah

68
Sabtu 21 Januari 2023 menurun dengan skala

nyeri menjadi 5 dan durasi

Nyeri akut saat nyeri

berhubungan dengan timbul sekitar 1 menit

agen O:

pencedera fisik - Wajah pasien terlihat

tidak

meringis lagi

- Wajah pasien terlihat

lebih

santai

A : Masalah nyeri teratasi

sebagian

P : lanjutkan intervensi

1 Monitor kualitas nyeri

2 Monitor intensitas

nyeri dengan

menggunakan

skala

10 Kolaborasi pemberian

obat analgetic

S:

Gangguan mobilitas fisik - Pasien mengatakan

berhubungan dengan mulai melakukan

gangguan pergerakan pergerakan

muskuluskeletal ringan

- Pasien mengatakan

69
mencoba belajar duduk

secara mandiri dengan

bantuan pagar tempat tidur

O:

- Pasien menderita

fraktur pada kaki kanan

- Pasien terlihat mulai

beraktivitas lebih

A : Masalah gangguan

mobilitas fisik teratasi

sebagian

Minggu 22 Januari P : Lanjutkan intervensi

2023 3.Monitor kondisi umum

selama melakukan

mobilisasi

Nyeri akut 4. Anjurkan mobilisasi dini

berhubungan dengan

agen S : Pasien mengatakan

pencedera fisik nyeri

yang dirasa sudah

menurun dengan skala

nyeri turun

menjadi 2 dan durasi saat

nyeri timbul kurang dari

1 menit

O:

- Wajah pasien terlihat

tidak meringis lagi

70
- Pasien terlihat rileks

A : Masalah nyeri teratasi

Gangguan mobilitas fisik P : intervensi dihentikan

berhubungan dengan

gangguan S:

muskuluskeletal - Pasien mengatakan mulai

melakukan pergerakan

pergerakan ringan

- Pasien mengatakan sudah

bisa duduk dengan mandiri

dengan berpegangan

dengan pagar tempat tidur

O:

- Pasien menderita

fraktur pada kaki kanan

- Pasien terlihat mulai

beraktivitas lebih

A : Masalah gangguan

mobilitas fisik teratasi

P : intervensi dihentikan

5.1.6 Evaluasi Keperawatan

Nama klien : An.D

Umur : 17 tahun

Klien 1

71
Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf

10 Januari 2023 Nyeri akut S : Pasien mengatakan

berhubungan dengan nyeri

agen pencedera fisik yang dirasa sudah

menurun dengan skala

nyeri turun

menjadi 2 dan durasi

saat nyeri timbul

kurang dari

1 menit

O:

- Wajah pasien terlihat

tidak meringis lagi

- Pasien terlihat rileks

A : Masalah nyeri

teratasi

P : intervensi

dihentikan

Klien pulang

Gangguan Mobilitas

fisik berhubungan S:

dengan gangguan - Pasien mengatakan

muskuluskeletal mulai

melakukan pergerakan

pergerakan ringan

- Pasien mengatakan

sudah bisa duduk

dengan mandiri

72
dengan berpegangan

dengan pagar tempat

tidur

O:

- Pasien menderita

fraktur pada kaki

kanan

- Pasien terlihat mulai

beraktivitas lebih

A : Masalah gangguan

mobilitas fisik teratasi

P : intervensi

dihentikan

Defisit perawatan diri Klien pulang

berhubungan dengan

kelamahan S:

- Pasien mengatakan

mulai rutin

melakukan

perawatan diri

- Pasien mengatakan

sehari 2 kali diseka

O:

- Pasien dalam

memenuhi

kebutuhan personal

hygiene dibantu oleh


73
keluarga

- Pasien untuk

kebutuhan

toileting

menggunakan

diapers

- Pasien terpasang

cateter

A : Masalah Defisit

perawatan teratasi

P : intervensi

dihentikan, klien

pulang

Nama klien : Ny.S

Umur : 83 tahun

74
Klien 2

Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf

22 januari 2023 Nyeri akut S : Pasien mengatakan

berhubungan dengan nyeri

agen pencedera fisik yang dirasa sudah

menurun dengan skala

nyeri turun

menjadi 2 dan durasi

saat nyeri timbul

kurang dari 1 menit

O:

- Wajah pasien terlihat

tidak meringis lagi

- Pasien terlihat rileks

A : Masalah nyeri

teratasi

P : intervensi

dihentikan, klien

pulang

Gangguan Mobilitas

fisik berhubungan S:

dengan gangguan - Pasien mengatakan

muskuluskeletal mulai

melakukan pergerakan

pergerakan ringan

- Pasien mengatakan

sudah bisa duduk

dengan mandiri

75
dengan berpegangan

dengan pagar tempat

tidur

O:

- Pasien menderita

fraktur pada kaki

kanan

- Pasien terlihat mulai

beraktivitas lebih

A : Masalah gangguan

mobilitas fisik teratasi

P : intervensi

dihentikan, klien

pulang

5.2 Pembahasan

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan

pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa post op close

fraktur femur dextra di ruang rawat inap bangsal melati RSUD Bangil Pasuruan yang meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, implementasi tindakan

keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

76
5.2.1 Pengkajian keperawatan dan Analisa data

Pengkajian ini dilaksanakan di Ruang rawat inap Bangsal Melati RSUD Bangil Pasuruan.

Pengkajian pada klien 1 dilakukan selama 3 hari ( mulai tanggal 06 Januari 2023 ) sedangkan pada

klien 2 dilakukan selama 3 hari ( 20 Januari 2023 ) Pengkajian dilakukan pada 2 pasien dengan close

fraktur femur dextra . Pasien 1 (An. D ) usia 17 tahun . Pada dasarnya pengkajian antara tinjauan

pustaka dan dan tinjauan kasus tidak banyak kesenjangan yaitu pada tinjauan pustaka yang didapat

keluhan utama biasanya ditandai dengan biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi adanya

luka terbuka bada bagian tubuh (Muttaqin, 2008). Riwayat penyakit dahulu biasanya pada pasien

tidak memiliki penyakit yang sama sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum dan tanda-

tanda vital : Tekanan darah dalam batas normal, respiratory rate 20x/mnt, Suhu : 36,2ᵒC, nadi

84x/mnt, tidakada cianosis, konjungtiva tidak anemis, CRT kembali dalam 3dtk, turgor kulit

elastis, tidak ada nyeri dada, tidak sesak nafas, tidak menggunakan alat bantu nafas (Muttaqin, 2008)

Kesenjangan terdapat Pada saat dilakukan pengkajian B1-B6, sistem pernafasan didapatkan bentuk

dada simetris, pola nafas teratur dengan frekuensi nafas 24x/menit, suara nafas vesikuler, tidak ada

retraksi otot bantu nafas, perkusi thorax sonor, tidak memakai alat bantu nafas, tidak batuk. Pada

pemeriksaan kardiovaskuler didapatkan tidak ada nyeri dada, irama jantung regular, bunyi

jantung S1 S2 tunggal, CRT < 2 detik, tidak ada cyanosis, tidak ada pembesaran JVP

(Muttaqin,2011). Pada pemeriksaan B1 pada tinjauan pustaka didapatkan Tidak ada

perubahan yang menonjol seperti bentuk dada ada tidaknya sesak nafas, pernafasan cuping hidung,

dan pengembangan paru antara kanan dan kiri simetris, Tidak ada nyeri tekan, gerakan vokal fremitus

antara kanan dan kiri sama, Bunyi paru resonan, Suara nafas vesikuler tidak ada suara tambahan

seperti whezzing atau ronchi. (Muttaqin,2011) Pada tinjauan kasus didapatkan Pada pemeriksaan

B1 ditemukan data, Bentuk dada : Normal cest, Susunan ruas tulang belakang: Normal, Irama nafas

teratur, tidak ada gangguan irama pernafasan (baik cheyne- Stokes,Biot, maupun Kussmaul), tidak
ada

otot bantu nafas, perkusi thorax: Resonan, tidak ada alat bantu nafas, vokal fremitus: Getaran pada

punggung sisi kanan dan kiri semua, suara nafas : Vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.

Menurut opini penulis tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus

77
Pada pemeriksaan B2 pada tinjauan pustaka didapatkan, Kulit dan membran mukosa pucat. Tidak ada

peningkatan frekunsi dan irama denyut nadi, tidak ada peningkatan JVP, CRT menurun >3detik

Bunyi jantung pekak tekanan darah normal atau hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri),

bunyi jantung I dan II terdengar lupdup tidak ada suara tambahan seperti mur mur atau gallop.

(Muttaqin,2011) Pada tinjauan kasus didapatkan Pada pemeriksaan B2 ditemukan data, tidak ada

nyeri dada, irama jantung: teratur, pulsasi: Kuat Posisi: ICS IV midclavicula sinistra ICS V

midsternalis dextra, bunyi jantung: S1 S2 tunggal, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan, tidak

ada cianosis, tidak ada clubbing finger, tidak ada pembesaran JVP. Menurut opini penulis terdapat

kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, alasannya yaitu pada tinjauan pustaka

membran mukosa pucat, sedangkan pada tinjauan kasus tidak ditemukan membran mukosa pucat .

Pada pemeriksaan persyarafan pada tinjauan pustaka didapatkan kesadaran dengan nilai GCS, tidak

ada kejang, tidak ada kelainan nervus cranialis. Tidak ada nyeri kepala, sedangkan pada tinjauan

kasus didapatkan kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, tidak ada nyeri kepala. selain itu tidak

ditemukan kelainan nervus cranialis lainnya. (Muttaqin,2011) Pada pemeriksaan system perkemihan

didapatkan frekuensi berkemih 1200 ml/hr, warna jernih, bau khas urine, tempat yang digunakan

urine bag, alat bantu yang digunakan kateter DC. Menurut opini penulis terdapat kesenjangan antara

tinjauan kasus dan tinjauan pustaka, alasannya yaitu pada tinjauan pustaka pasien tidak menggunakan

kateter, sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan pasien menggunakan alat bantu kateter.

Pada pemeriksaan B4 Tinjauan Pustaka didapatkan Pada miksi klien tidak mengalami gangguan,

warna urin jernih, buang air kecil 3 – 4 x/hari. Tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih

(Muttaqin,2011) Pada tinjauan kasus didapatkan Pada pemeriksaan B4 ditemukan data, bentuk alat

kelamin : normal, libido normal, alat kelamin bersih, frekuensi berkemih, Jumlah kencing

1500cc/hari Bau khas urine, warna kuning jernih, tempat yang digunakan urine bag, alat bantu yang

digunakan kateter. Menurut opini penulis terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan

kasus, alasannya yaitu pada tinjauan pustaka pasien tidak menggunakan urine bag, tidak

menggunakan alat bantu, sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan pasien menggunakan urine bag,

pasien juga mneggunakan alat bantu perkemihan.

78
Pada pemeriksaan sistem pencernaan pada tinjauan kasus Keadaan mulut
bersih, mukosa lembab, keadaan abdomen normal tidak asites, Tidak ada nyeri
tekan atau massa pada abdomen, Normal suara tympani, Peristaltik normal.
(Muttaqin,2011) Pada tinjauan kasus didapatkan mukosa lembab, bibir kering,
lidah kotor, rongga mulut bersih, klien tidak menggosok gigi, keadaan gigi ada
caries, tenggorokan baik, tidak ada kesulitan menelan, saat diinspeksi bentuk
abdomen simetris, normal, saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan, peristaltik
20x/mnt, BAB 1x pada saat dirumah sakit, dengan konsistensi lembek, warna
kuning kecoklatan, bau khas feses, tempat yang digunakan pampers dewasa, tidak
ada pemakaian obat pencahar. Menurut opini penulis terdapat kesenjangan antara
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, alasannya pada tinjauan pustaka tidak
ditemukan keadaan mulut bersih, psedangkan pada tinjauan kasus didapatkan
klien tidak menggosok gigi, keadaan gigi ada caries.

5.2.2 Diagnosa keperawatan

Berdasarkan data hasil pengkajian asuhan keperawatan didapatkan 5 masalah keperawatan , pada

klien 1 didapatkan 3 masalah keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisik , gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuluskelatal , dan defisit

perawatan diri berhubungan dengan kelamahan , sedangan pada klien 2 didapatkan 2 masalah

keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dan gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan ganggaun muskuluskeletal .

Berikut pembahasan diagnosa yang muncul sesuai teori pada kasus pasien 1 ( An.D ) yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditemukan bahwa pasien 1 ( An.D )

mengeluh nyeri pada kaki kanan bagian paha dengan skala nyeri 5 dan pasien 2 ( Ny.S )

mengeluh nyeri dengan skala 6 . menurut Association for study of pain (2016) nyeri adalah

suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan

kerusakan jaringan aktual atau potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

berdasarkan hasil studi mengenai nyeri akut yang didapatkan dari penilaian lokasi,

karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas dan intensitas nyeri terhadap kemampuan pasien untuk

mengontrol nyeri pada kedua pasien diatas,

b. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan system Muskulosekletal Pasien 1

(An.D ) dan pasien 2 (Ny.S ) mengeluh kesulitan melakukan aktivitas normal sehari hari

karena sulit menggerakan kaki kanan yang mengalami gangguan keterbatasan pergerakan.

Gangguan mobilitas fisik didefinisikan oleh North American Nursing Diangnosis Association

79
(2015) sebagai suatu keadaan dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalaimi

gangguan keterbatasan pergerakan.

c. Defisit Perawatan diri berhubungan dengan kelemahan pasien 1 (An.D) menngeluh tidak bisa

melakukan aktivitas dasar sehari-hari secara mandiri ( memerlukan bantuan 1 orang ). Pasien

juga kadang tidak membersihkan diri jika tidak ada yang membantu ketika keluarga tidak ada.

Deficit Perawatan Diri merupakan kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas

(Rosenberg dan Smith, 2005 : 180).

5.2.3 Rencana tindakan keperawatan

Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, pada tinjauan pustaka perencanaan

menggunakan kriteria hasil yang mengacu pada perencanaan tujuan , sedangkan pada tinjauan kasus

perencanaan menggunakan sasaran, dalam intervensinya dengan alasan penulis ingin berupaya

memandirikan klien dan keluarga dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan melalu

peningkatan pengetahuan ( kognitf ) keterampilan mengenai masalah ( afektif ) dan perubahan tingkah

laku klien ( psikomotor )

Dalam tujuan pada tinjauan kasus dicantumkan kriteria waktu karena pada kasus nyata keadaan klien

secara langsung . intervensi diagnosa keperawatan yang ditampilkan antara tinjauan pustaka dan

tinjauan kasus terdapat kesamaan namun masing masing intervensi tetap mengacu pada sasaran , data

dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedara fisik setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x8jam diharapkan nyeri klien berkurang dengan kriteria hasil : klien tampak rileks, wajah klien tidak

menyeringai, skala nyeri berkurang , ttv dalam batas normal .

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan system muskulukeltal setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan mobilitas fisik klien meningkat dengan kriteria

hasil : klien dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri , kekuatan otot klien meningkat , rentan

gerak ROM meningkat .

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x8jam diharapkan perawatan diri meningkat dengan kriteria hasil : kemampuan mandi ,

80
mengenakan pakaian , makan dan kemampuan toileting meningkat.

Menurut opini penulis tinjauan kasus dan tinjaun pustaka tidak terrdapat kesenjangan karena tinjauan

kasus dicantumkan kriteria waktu karna pada kasus nyata keadaan klien secara langsung. Intervensi

diagnosa keperawatan yang ditampilkan secara tinjauan pustakan dan tunjauan kasus terdapat

kesamaan namun masing masing intervensi tetap mengacu pada sasaran , data dan kriteria hasil yang

telah ditetapkan .

5.2.3. Intervensi keperawatan

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua pasien dengan masalah

keperawatan Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 8 jam diharapkan tautan nyeri meningkat dengan kriteria hasil melaporkan

nyeri terkontrol meningkat, kemampuan menggunakan teknik nafas dalam meningkat, dan keluhan

nyeri penggunaan analgetik menurun.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua pasien dengan masalah

keperawatan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan system muskuluskeletal adalah

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8jam mobilitas fisik meningkat dengan kriteria

hasil pergerakan ekstremitas meningkat, kekuatan otot meningkat , rentan gerak meningkat, dan

kelemahan fisik menurun .

Perencanaan asuhan keperawatan yang bakan dilakukan pada pasien dengan masalah Defisit

Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 8 jam perawatan diri meningkat dengan kriteria hasil kemampuan mandi meningkat,

kemampuan menggunakan pakaian meningkat, dan mempertahankan kebersihan diri meningkat.

5.2.4 Implementasi tindakan keperawatan

Peneliti melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang telah ditentukan pada kedua klien,

masing masing adalah 3 hari , klien 1 ( An.D ) dimulai pada tanggal 06 Januari 2023 sampai 08

Januari 2023 , sedengakan klien 2 ( Ny.S ) dimulai pada tanggal 20 Januari 2023 sampai 22 Januari

2023. Pada pasien 1 ( An.D ) hari pertama dilakukan menanyakan pada pasien faktor pencetus dan

pereda nyeri, mengukur skala nyeri, memeriksa kondisi umum pasien, melihat kemampuan pasien

dalam beraktifitas, menanyakan pasien tentang perawatan diri , memberi injeksi obat ceftriazone 1 gr

81
dan santagesik 2 mg melalui iv sesuai resep dokter.

Pada hari kedua tindakan yang dilakukan yaitu menanyakan kualitas nyeri yang dirasakan pasien,

menanyakan sekala nyeri yang dirasakan pasien, mengajarkan pasien menggunakan teknik nafas

dalam, memeriksa kondisi umum pasien , mengajarkan pasien melakukan mobilisasi dini,

menganjurkan pasien melakukan perawatan diri sesuai dengan kemampuan,dan memberikan injeksi

obat ceftriaxone 1 gr dan santagesik 2 mg melalui iv sesuai resep dokter .

Pada hari ketiga menanyakan kualias nyeri yang dirasakan, mengukur Skala nyeri pasien, melihat

tingkat kemandirian pasien, menganjurkan pasien memanggil perawat jika membutuhkan bantuan.

Pada Pasien 2 ( Ny.S ) pada hari pertama menanyakan factor pencetus dan Pereda nyeri, menanyakan

kualitas nyeri yang dirasakan, memeriksa kondisi umum pasien, melihat dan menanyakan

kemampuan pasien beraktivitas,mengajarkan pasien teknik nafas dalam, mengajarkan mobilisasi

sederhana yang harus dilakukan, memberikan obat injeksi ceftriaxone 1 gr dan santagesik 2 mg

melalui iv sesuai resep dokter.

Pada hari kedua menanyakan kualitas myeri, mengukur skala nyeri yang dirasakan pasien,

menganjurkan pasien melakukan mobilisasi dini, memeriksa kondisi umum pasien , memberi injeksi

obat cefriaxone 1 gr dan santagesik 2mg melalui iv sesuai dengan resep dokter.

Pada hari ketiga menanyakan kualitas nyeri, menanyakan dan mengukur sekala nyeri, melihat

kemampuan pasien beraktivitas, melihat tingkat kemandirian pasien, memberikan injeksi obat

ceftriaxone 1 gr dan santagesik 2 mg melalui IV sesuai resep dokter.

5.2.5 Evaluasi keperawatan

a.) Nyeri akut berhubungan dengan agen penecedera fisik setelah dilakukan penatalaksanaan nyeri ,

pada pasien 1 ( An.D ) penurunan skala nyeri dan peningkatan rasa nyaman terjadi secara bertahap

mulai dari hari pertama dengan skala 5 hingga pada hari ketiga skala nyeri berkurang hingga 2 dan

pada pasien 2 ( Ny.S ) skala nyeri berkurang mulai dari hari pertama dengan skala nyeri 6 hingga

pada hari ketiga skala nyeri menjadi 2 . kolaborasi pemberian santagesik dan pengaruh terapi relaksasi

nafas dalam terhadap penurunan tingkat nyeri , yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan pada pemberian analgetik dan teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan persepsi

nyeri. Berdasarkan teori dan penelitian penulis berasumsi bahwa selain penatalaksanaan farmakologis,

82
penatalaksanaan nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam dapat menciptakan kenyamanan , pasien

merasa rileks dengan penatalaksanaan tersebut dan menciptakan kenyamanan serta mengurasi rasa

nyeri yang dirasakan .

b) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan muskulosekletal Hasil yang didapat dari

teknik ambulasi dan latihan mobilisasi kedua pasien mengalami peningkatan dalam aktivitas dimana

yang sebelumnya pasien sulit membolak balikan posisi dan sulit untuk duduk dengan latihan

mobilisasi secara rutin pasien dapat membolak balik posisi dan kudua pasien meningkat dalam

aktivitas fisik. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terkait penulis berasumsi bahwa gangguan

mobilitas fisik dapat meningkat setelah melakukan teknik ambulasi dan mobilisasi dini secara rutin.

c) Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan Hasil evaluasi yang didapatkan Pada

pasien 1 (An.D ) setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari adalah keluarga mampu

membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Dengan ini maka masalah teratasi dan

intervensi dihentikan.

BAB VI

PENUTUP

83
Setelah penulis melakukan penelitian dan melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung

pada klien dengan diagnosa medis post op close fraktur femur dextra di ruang rawat inap bangsal

melati RSUD Bangil Pasuruan , maka penulis dapay mengambil kesimpulan sekaligus saran yang

dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis

post op close fraktur femur dextra .

6.1 simpulan

dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan

diagnosa medis post op close fraktur femur dextra penulis dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

6.1.1 Pada pengkajian klien 1 ( An.D ) didapatkan kesadaran composmentis , GCS 4,5,6

dengan tanda tanda vital , tekanan darah 109/59mmhg , nadi 87x/menit , respiratiry

20x/menit, suhu 36,2c , kekuatan otot 5,5,5,1 , , post operasi ORIF femur hari 3, turgor

kulit tampak baik, edema pada kaki kanan. klien dibantu oleh keluarga dalam memenuhi

kebutuhan seperti mandi dan BAB , ADL dibantu . sedangkan pada klien 2 ( Ny.S )

didapatkan kesadaran composmentis, GCS 4,5,6 dengan tanda tanda vital , tekanan darah

129/59mmhg , nadi 97x/menit , respiratory 20x/menit, suhu 36,0C , kekuatan otot

5,5,5,3 , Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai ( ROM ) terbatas, post operasi ORIF

femur hari 5, luka lecet ditutup dengan kassa steril dan dibalut, akral hangat , turgor

elastis.

6.1.2 Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan agen pendera

fisik post op close fraktur femur dextra, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan

gangguan sistem muskuluskeletal dengan dibuktikan mengeluh sulit menggerakkan

ekstremitas , kekuatan otot menurun, dan rentang gerak ROM menurun . defisit perawtan

diri berhubungan dengan kelemahan dibuktikan klien tidak mampu mandi , menggunakan

pakaian, makan , toileting, dan berhias scara mandiri

6.1.3 Intervensi keperawatan yang digunakan untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan

84
agen pencedera fisik post op closes fraktur femur dectra diharapkan dalam waktu 3x8jm

nyeri klien berkurang, dan diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan

gangguan sistem muskuluskeletal diharapkan dalam 3x8jam mobilitas fisik klien

meningkat, dan diagnosa defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

diharapkan dalam 3x8jam diharapkan perawatan diri klien meningkat.

6.1.4 Tindakan mandiri perawat pada klien dengan diagnosa medis post op close fraktur femur

dextra menganjurkan keluarga untuk tetap menjaga dan memperhatikan kondisi klien

terutama dalam pemenuhan aktivitas pergerakan. Untuk menyelesaikan masalah tersebut

penulis melibatkan keluarga dan klien secara aktif dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan karna banyak tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama antara

perawat klien dan keluarga.

6.1.5 Pada evaluasi semua tujuan dapat tercapai karna adanya kerjasama antara klien, keluarga

dan tim kesehatan, . hasil evaluasi pada An,D dan Ny.S belum sesuai dengan harapan

karna masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan oleh pasien dan keluarga

pasien karna pasien sudah diperbolehkan untuk KRS .

6.2 Saran

Adapun saran saran dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Diharapkan bagi perawat dapat memberi informasi dan menambah wawasan bagi perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami fraktur .

2. Diharapkan bagi keluarga klien yang mengalami fraktur lebih mengetahui tentang

penyakit yang diderita .

3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya , hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data

perbandingan dalam asuhan keperawatan pada kasus fraktur yang lainnya.

85
DAFTAR PUSTAKA

Zahro,S.(2021). Asuhan keperawatan pada klien Sdr,A dengan Kasus Fraktur di Ruangan Mawar
RSD Balung Jember ( Doctoral dissertation, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ).
Brunner, Suddarth.2015. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol.3, Carpenito,(2007) . Buku
Saku Diagnosis Keperawatan , Alih Bahasa Yasmin Asih,
Monica Ester , Edisi 10 jakarta : EGC

Hamdan, Hariawan ( 2013 ) . ASKEP FRAKTUR. Hhtp://hamdan.hariawan-fkp 13,web.unair.ac.ad.


Diakse pada tanggal 24 Januari 2019 pada pukul 15.00

Asa Norvita ( 2016 ) ,Penerapan Implementasi Dalam Asuhan Keperawatan.


Asa Norvita,( 2016 ) Evaluasi keperawatan yang tepat untuk pelayanan keperawatan meltzer, Suzanne C.
2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Dari Brunner &
Suddart, Edisi 8. EGC : Jakarta.

Hidayat, A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta Salemba Medika

T, Heather Herdman & Shigerni Kami Tsuru. 2005 – 2017. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi. Edisi 10. Jakarta : EGC.
Wilkison, judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 7, EGC Jakarta. Lukman, Ningsih,
Nurna. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

McCloskey. (2009). Pedoman Penyusunan Studi Kasus Kmb. Yogyakarta : Grahailmu.


Lily Yulaikha, 2009. Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan. Jakarta : EGC Jfikriamrullah.
(2011). Laporan Pendahuluan Fraktur (Patofisiologi, Defenisi, Etiologi,
Klasifikasi, Manifestasi Klinik). https://jfikriamrullah,wordpress.com/2011/03/08/laporan-
pendahuluanfraktur-patofisiologi-defenisi-etiologi-klasifikasi-manifestasi- klinik/. Diakses
tanggal 18 Januari 2019 pada pukul 13.00 WIB.

Ramadhan. (2008). Konsep Fraktur (Patah Tulang). https://forbetterhealth.wordpress.com.Diakses


pada tanggal 20 Januari 2019 pada pukul 13.43 WIB

86
Lampiran 1. Lembar Informed Consent

INFORMED CONSENT

Judul “Studi Kasus Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Fraktur

Humerus Dengan Pendekatan Pasien Kelolaan Di RSUD Bangil Pasuruan ”

Tanggal pengambilan studi kasus .....Bulan............Tahun 2022

Sebelum tanda tangan dibawah, saya telah mendapatkan informasi tentang

tugas pengambilan studi kasus ini dengan jelas dari mahasiswa yang bernama

Rifaul Tri Fuadiah proses pengambilan studi kasus ini dan saya mengerti semua

yang telah dijelaskan tersebut.

Saya setuju berpartisipasi dalam proses pengambilan studi kasus ini dan

saya telah menerima salinan dari form ini.

Saya, Nona/Nyonya/Tuan..................................................., dengan ini saya

memberikan kesediaan setelah mengerti semua yang telah dijelaskan oleh peneliti

terkait dengan proses pengambilan studi kasus ini dengan baik. Semua data dan

informasi dari saya sebagai partisipan hanya akan digunakan untuk tujuan dari

studi kasus ini.

Tanda tangan.......................................................................Partisipan

(.................................................................)

Tanda tangan..............................................................................Saksi

(..................................................................)

Tanda Tangan...........................................................................Peneliti

(..................................................................)

87

Anda mungkin juga menyukai