PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
SAYYDATUN NAZIAH
NIM.10617106
i
EFEKTIVITAS GEL EKSTRAK JAHE MERAH TERHADAP JUMLAH
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
SAYYDATUN NAZIAH
NIM.10617106
16 Juni 2020
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
proposal skripsi dengan judul “Efektivitas Gel Ekstrak Jahe Merah Terhadap
terselesaikan.
Wiyata Kediri.
2. Prof. Dr. Muhammad Zainudin, Apt., selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan
Wiyata Kediri.
3. drg. Multia Ranum Sari, MMedEd., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan fasilitas
4. drg. Hening Tuti Hendarti, MS.,Sp.PM (K) selaku pembimbing , yang selalu
5. Orang tua saya tercinta, Bapak H. Asmuransyah H.S dan Ibu Hj. Ida Wahyuni
serta semua keluarga, atas dukungan doa, dan motivasi yang diberikan.
6. Teman Bidang Ilmu Penyakit Mulut Layly dan Zuwandi atas motivasinya.
iii
7. Orang-orang tersayang saya Yolanda, Desi, Mariana, Dita, Bagas, Elsa, Tiwi,
Oriza, Vina, Lihok dan Ica yang selalu memberikan perhatian, motivasi,
9. Semua pihak yang tidak dapat ditulis satu persatu, terima kasih atas
bantuannya.
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul.......................................................................................... i
Halaman Persetujuan .................................................................................. ii
Kata Pengantar ........................................................................................... iii
Daftar Isi ................................................................................................... v
Daftar Gambar ........................................................................................... vi
Daftar Arti Lambang dan Singkatan .......................................................... vii
Daftar Istilah .............................................................................................. ix
v
E. Limfosit ................................................................................................... 33
1.Jenis-jenis Limfosit ........................................................................... 37
2. Peran Limfosit dalam penyenmbuhan luka ....................................... 40
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
DAFTAR ARTI LAMBANG , SINGKATAN DAN ISTILAH
% : Persen
± : Kurang Lebih
ß : Beta
μ : Mikro
Kg : Kilogram
Mm : Milimeter
Cm : Centimeter
NO : nitric oxide
IL-20 : Interleukin 20
IL-8 : Interleukin 8
IL-2 : Interleukin 2
vii
IL-6 : Interleukin 6
COX-2 : Siklooksigenase
PGE2 : Prostaglandin E2
GAGs : Glycosaminoglycnas
NK : Natural Killer
IgM : Immunogoblin M
viii
Daftar Istilah
hambatan
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengenai lamina propria ( Ongole dan Praveen, 2007 ). Salah satu penyebab
munculnya ulkus adalah trauma, yang biasa disebut dengan ulkus traumatikus.
termal atau bahan kimiawi. Ulkus traumatikus dapat terjadi dibeberapa lokasi
seperti mukosa pipi, bibir, tepi lidah dan palatum. Ulkus dapat dipicu oleh
pemakaian gigi palsu, mukosa yang tidak sengaja tergigit atau kontak dengan
gigi restorasi yang patah. Ulkus dapat terjadi di berbagai usia maupun jenis
kelamin ( Regezi et.al, 2008 ). Ulkus traumatikus ukuran bervariasi bulat atau
sabit ditandai dengan tepi ulkus merah dan dasar lesi kekuningan ( Bimbaum
sebesar 40,24%.
1
2
Ulkus akan sembuh dalam beberapa hari hingga 2 minggu apabila iritan
dalam beberapa fase yaitu fase Hemostasis, fase Inflamasi, fase Proliferasi
yang ditimbulkan oleh cedera dan kerusakan jaringan. Fase inflamasi terjadi
sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari ke-5. Sel-sel yang berperan dalam
Sel PMN Neutrofil merupakan sel pertama kali migrasi dari pembuluh
darah saat terjadi inflamasi yang berperan sebagai pertahanan dari tubuh untuk
dkk, 2015 ).
Limfosit merupakan sel inflamasi yang berbentuk inti besar dan bulat
Indonesia terdapat 3 tipe yaitu jahe gajah, jahe emprit dan jahe merah. Salah
satunya yang paling banyak dan mudah didapatkan oleh masyarakat adalah
Badan Pusat Statistik, produksi jahe di indonesia pada tahun 2012 paling
lainnya. Pada jahe merah senyawa gingerol dan shogaol ditemukan dalam [6]-
2015).
oleh Hidayati (2015) memakai berbagai konsentrasi dari ekstrak jahe tersebut
Nilai MBC dan Nilai MIC sebagai pegangan menentukan konsentrasi berapa
B. Rumusan Masalah
traumatikus.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Wistar.
2. Tujuan Khusus
ulkus traumatikus pada tikus yang diberi perlakuan gel tanpa ekstrak
var.Rubrum).
D. Manfaat Penelitiaan
1. Manfaat Umum
2. Manfaat Aplikatif
var.Rubrum).
TINJAUAN PUSTAKA
Sebagai bumbu dapur, rimpang jahe digunakan untuk mengolah masakan dan
tua zaman dahulu yang diwariskan secara turun menurun. Namun, dengan
( Hariana, 2009 ).
7
8
Malaysia dan Eropa sebagai tanaman rempah dan obat. Di Indonesia tanaman
Tengah dan Jawa Timur. Jahe bisa hidup ditanah dengan ketinggian 200-600
meter di atas permukaan laut dan curah hujan rata-rata 2.500-4.000 mm/tahun.
Pada umumnya tanaman ini di tanam dipekarangan sekitar rumah. Secara garis
besar jahe cocok di tanam di tanah yang subur dan gembur ( Hariana, 2009 ).
dan agak keras karena diselubungi pelepah daun. Tinggi tanaman ini
mencapai 34,19-62,28 cm. Daun memeiliki warna yang lebih hijau gelap
Rimpang jahe ni berwarna merah hingga jingga muda ukuran jahe ini lebih
kecil dibanding dengan kedua jenis jahe lainnya. Akar berserat agar kasar
dan memiliki aroma yang tajam dan rasanya sangat pedas (Hariana, 2009).
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zigiberaceae
Genus : Zingiber
9
b. Batang
c. Daun
daun lebih hijau, permukaan daun atas berwarna hijau muda, jika
d. Bunga
bulat telur, lonjong, runcing atau tumpul dan lainnya. Bunga ini
memiliki ukuran 2-2.5 cm dan lebar 1-1.5 cm. Bunga tanaman jahe
daun dan rimpang jahe merah segar yang didapat di negeri sembilan
pada rimpang jahe merah. Pada rimpang jahe merah penyusun utama
%, neral 7,7%, geranio 7,3% dan 1,8-cineole 5%. Neral dan geranial
diduga menyebabkan aroma lemon pada rimpang jahe merah mirip dengan
non volatil yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada komponen
jahe merah segar berkisar antara 0,4 – 3,1 persen (Herlina dkk, 2004).
tinggi dibandikan kedua jenis jahe lainnya. Kandungan minyak atsiri dan
oleorsin yang cukup tinggi pada jahe merah menjadi peranan penting
(Hariana, 2009 ).
2016 ).
tanpa efek samping karena prostaglandin. Jahe merah juga terbukti sebagai
apoptosis promotor dalam beberapa studi in vitro terkait dengan sel kanker
( Suciyati, 2017 ).
hanya dijadikan obat. Secara turun temurun, kulit rimpang jahe merah
diare dan disentri. Oleh karena itu, bisa digunakan oleh para wanita yang
baku obat dengan rasanya yang panas dan pedas, telah terbukti berkhasiat
merah juga merupakan bahan baku obat yang berfungsi untuk menambah
jahe merah slama 5 hari dengan dosis 500 mg pada penderita nyeri haid
terbukti memiliki keaktifan yang sma dengan asam mefenamat dan ibu
13
a. Antioksidan
b. Immunodulator
20 μg/ml fraksi aktif dari ekstrak klorofom rimpang jahe merah dapat
menurunkan level mRNA dari iNOS, IL-12p40 dan IL-23p19 pada uji
c. Antimikroba
uji pada nilai MIC 2,65-3,97 mg/ml dan MBC 3,10-5,29 mg/ml.
d. Tonikum
ekstrak etanol jahe merah memiliki efek tonikum yang lebih tinggi dari
jahe gajah dengan rata-rata efek tonik selama 5,6711 menit sedangkan
rata-rata efek tonik ekstrak etanol jahe gajah 4,0300 menit. Senyawa
yang diduga berperan sebagai tonikum atau stimulan pada ekstrak jahe
e. Antiinflamasi
mediator sel radang seperti TNF-α. Hal ini didapatkan hasil bahwa
2009)
(Riduan, 2015)
adhesi yang berguna pada saat sekuestrasi sel radang pada sel target.
suspensi yang dibuat dari partikel organik kecil atau molekul organik besar,
berpenetrasi oleh suatu cairan. Gel adalah sistem semipadat yang pergerakan
17
medium pendispersinya terbatas oleh sebuah jalinan jaringan tiga dimensi dari
(Allen , 2002).
1. Klasifikasi Gel
adalah klasifikasi gel inorganik dan organik, dan bagian kedua adalah
klasfikasi gel hidrogel dan organel. Gel inorganik memiliki 2 fase sistem,
organik, natural dan gun sintetik dan hidrogel organik (Allen ,2002)
Hidrogel yaitu sistem hidrofilik yang utamanya terdiri dari 85 – 95% air
elastis serta daya lekat tinggi, tidak menyumbat pori kulit, dan mudah
untuk menjaga konsituen cairan serta padatan dalam suatu bentuk gel
yang tersusun dari partikel anorganik kecil dan besar yang terserap
sifat kental dan gel yang diinginkan. Suatu molekul polimer akan
Gelling agent (basis) harus bersifat inert, aman serta tidak reaktif
Semakin tinggi viskositas gel maka struktur gel akan semakin kuat
b. Humektan
produk serta meningkatkan jumlah air pada lapisan kulit terluar saat
aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air, tidak larut dalam
minyak mineral ringan atau fixed oil, akan tetapi dapat melarutkan
jernih, tidak berwarna, viscous, serta tidak berbau, berasa manis seperti
20
gliserin. Propilen glikol memiliki titik didih 18°C, titik lebur -59°C,
serta memiliki berat jenis 1,038g/mL pada suhu 20°C. Propilen glikol
larut dalam aseton, kloroform, etanol, giserin, serta air. Propilen glikol
biasa digunakan pada humektan yaitu sebesar 15% (Rowe et.al., 2009).
lainnya dari propilen glikol yaitu ekonomis dan dapat berperan sebagai
gel dapat menurunkan viskositas serta dapat menaikkan daya sebar dari
putih, hampir tidak berbau serta, tidak memiliki rasa serta agak
membakar dan diikuti rasa tebal (Depkes, 1979; Rowe et.al., 2005).
digunakan yaitu 0,02 – 0,3%. Metil paraben dapat larut dalam air
panas, etanol dan methanol (Rowe et.al., 2009). Pada kisaran pH yang
.al., 2005).
ikatan antara molekul makro yang terdispersi dari cairan. Gel fase
tunggal dapat dibuat dari bahan pembentuk gel seperti tragakan, Na-
Sistem dua fase ini, apabila ukuran partikel dari fase terdispersi
garam aluminium yang larut, seperti suatu klorida atau sulfat, dengan
3. Syarat Gel
bahan obat dan dasar gel yang harus mudah larut dan terdispersi dalam air
atau pelarut yang cocok sehingga pembagian dosis sesuai dengan tujuan
terapi yang diharapkan, memiliki viskositas dan daya lekat tinggi, mudah
4. Keuntungan Gel
untuk basis ini sangat cocok pemakaian metil dan propil paraben yang
5. Kelemahan Gel
peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai
perubahan temperatur, gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika
Sediaan gel dengan bahanobat larut dalam air atau minyak, maka
homogen. Bahan obat tidak larut, maka partikel bahan obat harus
Kuswahyuning, 2008).
cukup rendah atau suhu kamar. Metode peleburan digunakan bila basis
dahulu, tetapi dalam prakteknya semua bahan dan obat yang tahan
25
lain yang tidak dilebur dan diaduk sampai homogen dan mencapai
tersebut. Bahan yang berupa serbuk yang tidak larut, maka dapat
tidak rusak (stabil terhadap panas) dapat dilebur bersama pada suhu
yang relatif tinggi (sesuai dengan bahan yang memiliki titik lebur yang
sampai semua bahan meleleh, makan bahan yang memiliki titik lebur
tinggi, diikuti bahan yang memiliki titik lebur terus diaduk dan
C. Ulkus Traumatikus
yang sering terlihat cekungan dan memiliki batas tegas. Ulkus traumatikus
propia yang disebabkan oleh trauma ulkus dapat terjadi pada usia atau
2. Etiologi
makanan yang kasar dan tajam, tidak sengaja tergigit dan sikat gigi dengan
teknik yang salah. Selain itu juga dapat disebabkan oleh penggunaan
piranti orthodonti dan tepi restorasi yang tajam karena tidak sesuai
misalnya aspirin yang memberikan efek chemical burn, obat kumur, iritasi
akibat pasta gigi dan bahan bleaching ( Delong dan Burkhart, 2008 ).
Trauma termal seperti makan dan minum terlalu panas atau dingin,
kebiasaan buruk menusuk ginggiva atau mukosa dengan kuku jari atau
3. Gambaran Klinis
karakter adanya kerusakan pada mukosa dengan batas tepi eritema dan di
27
Sedangkan ulkus traumatikus kronis bisa tanpa disertai rasa nyeri dengan
dasar induratif dan tepi yang meninggi. Sehingga ulkus tersebut dapat
4. Diagnosis
pemberian mouth rinse seperti larutan sodium bikarbonat. Jika tidak ada
et.al, 2008)
luka, yaitu :
1. Fase Hemostasis
mengalami luka. Saat terjadi luka di jaringan, maka sel endotel pada
2. Fase Inflamasi
inflamasi terjadi pada hari ke-1 sampai hari ke-3 setelah terjadi luka.
pada lokasi jejas tersebut. Kondisi tersebut disebut sebagai inflamasi akut
dkk, 2018 ).
Pada saat terjadi luka, maka secara spesifik neutrofil akan bergerak
proinflamasi seperto IL-1, TNF-α ( tumor necrosis factor alpha ) dan IFN-
Makrofag juga akan melepaskan growth factors seperti PDGF dan VEGF
yang akan memicu pembentukan jaringan baru. Pada fase inflamasi juga
terjadi aktivasi dari sel-sel imun seperti mastocytes, gamma delta cells dan
membersihkan jaringan nekrosis, bakteri yang mati dan debris. Hasil akhir
dari inflamasi akut ini dapat berupa resolusi jaringan penggantian dengan
kronis merupakan proses yang terjadi sejak awal karena jejas yang
persisten, dapat disebabkan juga oleh infeksi bakteri atau virus dan juga
3. Fase Proliferasi
dengan fase inflamasi. Pada saat proses inflamasi akan selesai, maka
dkk, 2018 ).
yang rusak akan mulai digantikan dengan pembuluh darah baru yang
awal untuk proliferasi dan migrasi sel epidermis akan melibatkan EGF,
TGF- α , IL-1 dan TNF- α , yang dilepaskan oleh platelet atau makrofag
2018 ).
pada daerah luka oleh sejumlah faktor seperti PDGF dan TGF-ß dan
4. Fase Remodeling
Fase ini dimulai satu minggu setelah cedera dan berlangsung lebih dari
satu tahun atau lebih. Peran utama fase ini adalah pengendapan kolagen
dalam jaringan yang terorganisir. Selama fase ini, sel-sel makrofag, sel
area luka. Sel-sel tersebut meninggalkan massa yang terdiri sebagian besar
dkk, 2018 ).
E. Limfosit
.al.,2012).
μm. limfosit yang berukuran medium dan besar berdiameter dari 9-18 μm.
Sejumlah limfosit yang berukuran lebih besar dapat berupa sel yang telah
kromatin yang berkondensasi dan sangat basofilik, yang membuat sel ini
Sitoplasma limfosit kecil sangat sedikit dan pada sediaan apus darah,
tampak sebagai tepian tipis di sekitar nti. Sitoplasma limfosit bersifat basa
dan yang lain bertahan dalam sirkulasi darah atau jaringan lain bertahun-tahun
lamanya. Limfosit adalah saalah satunya jenis leukosit yang dapat kembali ke
secara efektif epitop di antara sejumlah besar epitop yang berbeda. Sel B dan
selama suatu respon imun. Meskipun sel B dan T secara morfologi tidak dapat
metode imunositokimiawi.
sirkulasi darah dan bersirkulasi untuk berkumpul dalam jaringan ikat, epitel,
nodul limfoid dan organ limfoid. Sel-sel tersebut kini menjadi limfosit B. Di
sirkulasi darah, mencapai timus tempat sel-sel ini mengalami proliferasi dan
jaringan ikat dan organ limfoid. Karena fungsinya pada produksi dan
sekunder atau perifer. Sel T dan B tidak menetap di organ limfoid, kedua sel
tersebut terus berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya yaitu suatu proses
anatomi mikroskopik jaringan limfoid berbeda dari satu hari kehari lain. Sel B
epitop antien dan karenanya, untuk memicu suatu respon imun. Sel-sel T
lipid juga penting. Setiap limfosit B yang meninggalkan sum-sum tulang atau
setiap limfosit T yang meninggalkan timus memiliki hanya satu tipe reseptor
permukaan yang mengenali suatu epitop spesifik. Akibat penataan ulang gen
selama pematangan sel B dan T, jutaan sel yang berbeda di hasilkan masing-
mungkin hanya dari satu hingga beberapa ratus sel utnuk setiap epitop. Segera
setelah limfosit terpapar pertama kali dengan epitop yang dikenalinya, timbul
37
1. Jenis-jenis Limfosit
a. Limfosit B
yang sama dengan epitop yang dikenalinya oleh sel B yang menjadi
cell). Namun, tidak semua sel B yang teraktifkan menjadi sel plasma,
beberapa tetap bertahan sebagai sel B memori yang berusia lama, yang
b. Limfosit T
sel asing atau sel yang terinfeksi virus melalui dua mekanisme
utama. Pada salah satu mekanisme, sel ini melekat pada sel yang
Pada mekanisme lainnya, sel tersebut melekat pada sebuah sel dan
et.al.,2012).
sebelumnya. Dengan alasan ini limfosit natural killer ikut ambil bagian
.al.,2012 ).
didapat merupakan produk dari sistem limfosit tubuh, pada orang-orang yang
memiliki cacat genetik pada limfosit atau pada limfositnya yang rusak akibat
dri radiasi atau bahan-bahan kimia, tidak dapat membentuk imunitas yang
didapat. Limfosit terletak secara tersebar dalam nodus limfa, namun juga
limfoid pada tenggorokan dan faring ( tonsil dan adenoid ) akan menahan
dkk, 2017 ).
Secara umum proses penyembuhan luka terdiri atas empat fase, yaitu
jumlahnya akan memuncak di hari ke-3 sampai ke-6 dan pada hari ke-7
mengeluarkan berbagai jenis sitokin, salah satunya adalah IL-2. Fungsi IL-
Beberapa sitokin yang bisa mengikat dengan heparan sulfat adalah IL-2
sulfat dengan IL-2 dapat memicu aktivasi dan proliferasi limfosit T. IL-2
melindungi dari degradasi proteolitik. Ini juga bisa memicu IFN-γ untuk
sel lain yang akan bekerja bersama dalam peradangan proses sampai
peradangan hilang. Selain itu, heparan sulfat memiliki efek yang hebat
melepaskan lebih banyak sitokin, salah satunya adalah IL-1. IL-1 bisa
A. Kerangka Konsep
Shogaol Gingerol
Sel Limfosit
Keterangan :
Jumlah Limfosit meningkat
: Diteliti
: Tidak diteliti
43
44
mengenai lamina propia secara klinis dapat berupa ulkus yang tunggal atau
yang menjadi penyebab, biasanya nyeri (Scully, 2008 ). Ulkus sebagian besar
Trauma mekanik dapat terjadi seperti makanan yang kasar dan tajam, tidak
sengaja tergigit dan sikat gigi dengan teknik yang salah. Selain itu juga dapat
disebabkan oleh penggunaan piranti orthodonti dan tepi restorasi yang tajam
umumnya terjadi secara teratur. Ada beberapa proses pada penyembuhan luka
dimulai dari fase hemostasis, fase inflamasi, fase proliferasi dan fase
remodelling. Ada banyak sel yang berperan dalam proses penyembuhan salah
Limfosit adalah pusat sistem kekebalan sel yang memiliki peran penting
lebih banyak sitokin, salah satunya adalah IL-1. IL-1 bisa berkontribusi pada
C. Hipotesis Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
eksperimental design dengan desain penelitian post test only control group
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi Penelitian
tikus Rattus norvegicus strain wistar jantan diperoleh dari Unit Hewan
46
47
Surabaya.
2. Sampel Penelitian
penelitian
(k-1) x (r-1) ≥ 15
jumlah replikasi per kelompok atau dapat disebut besar sampel (n) per
kelompok
( k - 1 ) x ( r - 1 ) ≥ 15
( 4 – 1 ) x ( r – 1 ) ≥ 15
48
3r – 3 ≥ 15
3r ≥ 15 + 3
r ≥ 18/3
r≥6
dan tiga kelompok perlakuan dan jumlah sampel per kelompok 6 ekor,
2012)
49
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Gel Ekstrak Jahe Merah
gel yang diperoleh dari tanaman jahe merah. Kemudian ekstrak di proses
2. Sel Limfosit
6-8 μm. limfosit yang berukuran medium dan besar berdiameter dari 9-18
jumlahnya akan memuncak di hari ke-3 sampai ke-6 dan pada hari ke-7
Pada penelitian ini sel limfosit yang dilihat merupakan sel limfosit
dengan inti besar dan dan bulat berwarna biru keunguan. Sediaan di dapat
3. Ulkus Traumatikus
et.al., 2008). Secara klinis berupa ulser tunggal yang berbentuk oval dan
semen kecil yang dipanaskan dipanaskan di atas api bunsen ± 10 detik dan
F. Instrument Penelitian
1. Alat Penelitian
c. Tabung Erlenmeyer
d. Kertas saring
e. Labu Eppendorf
f. Corong Buncher
g. Rotary Evaporator
h. Cetakan paraffin
i. Burnisher
j. Nierbeken
l. Timbangan
m. Micro brush
n. Blade scalpel
o. Air Drayer
p. Pinset Anatomi
q. Cold plate
r. Object Glass
s. Rotary Microtome
t. Api Bunsen
u. Mikroskop Cahaya
v. Cover Glass
w. Gelas ukur
x. Alkohol meter
y. Shaker digital
52
2. Bahan Penelitian
c. Etanol 96%
e. Parafin
f. Hematoksillin eosin
g. Alkohol asam 1%
h. Larutan xylol
j. Cotton Pellet
k. CMC-Na
G. Prosedur Penelitian
1. Etchical Clearance
wistar jantan berusia 2-3 bulan dengan berat badan 120-200 gram dengan
dan makanannya.
e. Kelima, selama proses adaptasi tikus diberi makan pellet dan minum
10-12 bulan atau usia tua. Ciri-ciri tanaman jahe merah yang sudah
(Paimin, 1999).
54
minggu.
96%.
tikus dengan berat badan 200 gram adalah 0,018. Rata-rata orang
Lentera, 2002 ).
= 15 gram x 0,018
= 0,27 gram
detik. Jika sudah terbentuk ulser ditandai dengan adanya lesi berbentuk
4. Pelaksanaan Penelitian
gel tanpa ekstrak dan kelompok perlakuan ekstrak gel jahe merah
trauma, ulser pada kelompok kontrol negatif di ulasi gel tanpa ekstrak,
Pemberian gel ini dilakukan dua kali sehari dengan interval 12 jam
hari ke-4 karena menurut kumar (2007) limfosit akan memuncak pada
hair ke-4 sampai dengan hari ke-7. Selanjutnya 12 ekor tikus dari
1) Fiksasi Jaringan
elemen sel atau jaringan agar tetap pada tempatnya dan tidak
2 mm.
3) Dehidrasi Jaringan
nantinya dapat di isi dengan paraffin atau zat lainnya. Hal ini perlu
5) Pengirisan Jaringan
pengirisan jaringan ini berupa pita tipis yang sangat penting karena
(Kurniasih, 2008 ).
6) Pewarnaan Jaringan
memulas inti sel dan memberikan warna biru (basofilik) serta eosin
tampak berbentuk inti besar dan bulat, berwarna biru keunguan dan
Data yang diperoleh dari penelitian berupa jumlah sel limfosit tikus yang
telah diberi perlakuan kelompok kontrol dan perlakuan yang dihitung dalam
distribusi data normal atau tidak, dengan syarat subjek sampel ≤ 50.
dua atau lebih kelompok data mempunyai varians yang sama atau tidak.
Jika uji varians menghasilkan nilai p > 0,05 , maka varians dari data yang
3. Uji One Way Anova, dengan syarat distribusi data normal dan varians data
varians tidak sama. Maka alternatifnya dipilih uji Kruskal-Wallis. Jika pada
dilanjutkan dengan melakukan analisis Post Hoc. Analisis Post Hoc untuk
Pembuatan ulkus traumatikus tikus perlukaan pada mukosa labial menggunakan semen
stopper selama 3 detik, pada hari ke 0 sebelum diberi perlakuan.
Hewan Coba diberi Hewan Coba diberi Hewan Coba diberi Hewan Coba diberi
Gel tanpa ektsrak Gel ekstrak Jahe Gel ekstrak Jahe Gel ekstrak Jahe
12 ekor dikorbankan pada hari ke- 4 dan 12 ekor akan dikorbankan pada hari ke-7
Hasil penelitian
Analisis Data
63
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I.K., & Suciyati, S.W. 2016. Napak tilas jahe gajah (Zingiber officinale)
dan jahe merah (Zingiber officinale var rubrum). Jurnal Farmasi Galenika,
3(1), 1-7.
Agustin, R., Dewi, N., & Rahardja, S.D. 2016. Efektivitas ekstrak ikan haruan
(Channa Striata) dan ibuprofen terhadap jumlah sel neutrofil pada proses
penyembuhan Luka Studi in vivo pada mukosa bukal tikus (Rattus
Norvegicus) Wistar. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi, 1(1), 68-74.
Ariyadi, T., & Suryono, H. 2017. Kualitas Sediaan Jaringan Kulit Metode
Microwave dan Conventional Histoprocessing Pewarnaan Hematoxylin
Eosin. Jurnal Labora Medika, 1(1), 7-11.
Arundina, I., Yuliati, Y., Soesilawati, P., Damaiyanti, D.W., & Maharani, D.
2015. The effects of golden sea cucumber extract (Stichopus hermanii) on
the number of lymphocytes during the healing process of traumatic ulcer on
wistar rat’s oral mucous. Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi), 48(2),
100-103.
Birnbaum, W., & Dunne, S.M. 2010. Diagnosis Kelainan dalam Mulut : Petunjuk
bagi Klinisi. Jakarta: EGC.
DeLong, L., & Burkhart, N.W. 2008. General and Oral Pathology for the Dental
Hygienist. Second Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Dorland, W.A. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC.
Fitria, L., & Sarto, M. 2014. Profil hematologi tikus (Rattus norvegicus
Berkenhout, 1769) galur wistar jantan dan betina umur 4, 6, dan 8 minggu.
Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi, 2(2), 94-100.
64
65
Hariana, A. 2009. Tanaman Obat dan Khasiatnya seri 3. Edisi 1. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Hidayati, F., Agusmawanti, P., & Firdausy, M.D. 2015. Pengaruh Pemberian
Ekstrak Jahe Merah Terhadap Jumlah Sel Makrofag Ulkus Traumatikus
Mukosa Mulut Akibat Bahan Kimiawi. Odonto Dental Journal, 2(1), 51-57.
Izzaty, A., Dewi, N., & Pratiwi, D.I. 2014. Ekstrak haruan (Channa striata) secara
efektif menurunkan jumlah limfosit fase inflamasi dalam penyembuhan
luka. Dentofasial, 13(3), 176-81.
Junqueira, L.C., & Carneiro, J. 2012. Histologi dasar: Teks & Atlas. Edisi 12.
Jakarta: EGC.
Kumar, V., Cotran, R.S., & Robbins, S.L. 2007. Buku Ajar Patologi Anatomi
Volume 2. Edisi 7, Jakarta: EGC.
Kusumawardani, I.R. 2007. Daya Anti Bakteri Ekstrak Jahe Merah (Zingiher
Officinale Rosc.) Dengan Konsentrasi Yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Aeromonas Hydrophila Secara In Vitro. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga.
Langlais, R.P., Bricker, S.L., Cottone, J.A., & Baker, B.R. 1984. Oral Diagnosis,
Oral Medicine, and Treatment. Canada: WB Saunders Company.
Lachman, L., & Lieberman, H. A. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi Kedua. Jakarta: UI Press.
Luna, L.G. 1968. Manual of Histologic Staining Methods of the Armed Forces
institute of pathology. New York: McGraw-Hill.
Lesmana, R., Goenawan, H., & Abdulah, R. 2017. Fisiologi dasar: untuk
mahasiswa farmasi, keperawatan dan kebidanan. Edisi 1. Yogyakarta:
Deepublish.
Leyden, J.J., & Rawlings, A.V. 2002. Skin misturization vol. 25. New York:
Marcel Dekker Inc.
66
Manan, A., & Pratiwi, H.C. 2015. Teknik Dasar Histologi pada Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy) [The Basic Histology Technique of Gouramy Fish
(Osphronemus gourami)]. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 7(2), 153-
158.
Mahady, G. B., Pendland, S. L., Yun, G. S., Lu, Z. Z., & Stoia, A. 2003. Ginger
(Zingiber officinale Roscoe) and the gingerols inhibit the growth of Cag A+
strains of Helicobacter pylori. Anticancer research, 23, 3699.
Mardiyantoro, F., Munika, K., Sutanti, V., Cahyati, M., & Pratiwi, A.R., 2018.
Penyembuhan Luka Rongga Mulut. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Ongole, R., & Praveen, B.N. 2007. Clinical Manual for Oral Medicine and
Radiology. First Edition. New Delhi: Jaypee Brother Medical Publishers.
Owen, S.C. 2006. Sorbitol, dalam Rowe, R.C., Sheskey, P.J., & Owen, S.C.,
Handbook of Pharmaceutical Excipients Fifth edition (hlm. 718-721).
London: Phamaceutical Press.
Regezi, J.A., Sciubba, J.J., & Jordan, R.C. 2008. Oral pathology clinical
pathologic correlations. Fifth Edition. Missouri: Saunders Elsevier.
Riduan, R.J. 2015. Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe Merah terhadap Gambaran
Histopatologi Pankreas yang Diinduksi Aloksan. Journal Majority, 4(8), 11-
16.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., & Quinn, M.E. 2009. Handbook Of Pharmaceutical
Excipients. Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press.
Sadikim, R.Y., Sandhika, W., dan Saputro, I.D. 2018. Pengaruh Pemberian
Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale var. rubrum) terhadap Jumlah Sel
Makrofag dan Pembuluh Darah pada Luka Bersih Mencit (Mus musculus)
Jantan (Penelitian Eksperimental pada Hewan Coba). Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin, 30(2), 121-127.
Santoso, S. 1999. Kesehatan dan Gizi. Edisi Pertama. Jakarta: Rineka Cipta.
Scully, C., & Hegarty, A. 2003. Prevention of Oral Disease. Forth Edition. New
York: Oxford University Press.
Scully, C. 2008. Oral and maxillofacial medicine: The basis of diagnosis and
treatment. Second Edition. Philadelphia: Churchill Livingstone.
Suciyati, S.W., & Andyana, I.K. 2017. Red ginger (Zingiber officinale Roscoe
var rubrum): a review. Journal Pharmacology Online, 2, 60-65.
Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: Rineka
Cipta.
Tim Lentera. 2002. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah : Si Rimpang Ajaib. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Yuliani, N. N., Sambara, J., & Mau, M. A. 2016. Uji aktivitas antioksidan fraksi
etilasetat ekstrak etanol rimpang jahe merah (Zingiber officinale var.
rubrum) dengan metode DPPH (1, 1-diphenyl-2-picrylhydrazyl). Jurnal Info
Kesehatan, 14(1), 1091-1111.
Zatz, J.L., & Kushla, G.P. 1996. Gels, dalam Lieberman, H.A., Lachman, L., &
Schwatz, J. B, Pharmaceutical Dosage Forms Disperse System Vol. 2
Second Edition (hlm.399-417). New York: Marcel Dekker Inc.