KELOMPOK 1
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, serta salam dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta sahabat
dan keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah modul 1 yang
berjudul “Gigi Ngilu Pada Anak” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
tugas kami.
Selama persiapan dan penyusunan makalah ini rampung, penulis mengalami
kesulitan dalam mencari referensi.Namun berkat bantuan, saran, dan kritik dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. drg. Aries Chandra, Sp. KG selaku tutor atas masukan dan bimbingan yangn
telah diberikan pada penulis selama ini.
2. Para dosen pemateri Blok Penyakit Pulpa yang telah memberikan ilmu.
3. Teman-teman kelompok 1 dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan ini. Semoga amal dan budi baik dari semua pihak
mendapatkan pahala dan rahmat yang melimpah dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan penulisan yang serupa
dimasa yang akan datang. Penulis berharap sekiranya laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Skenario .................................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ................................... Error! Bookmark not defined.
1.4 Tujuan Pembelajaran ............................... Error! Bookmark not defined.
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Pemeriksaan .............................................................................................. 3
2.2 Gejala Klinis Bruxism Pada Anak ............................................................ 6
2.3 Etiologi Kasus .......................................................................................... 7
2.4 Mekanisme Terjadinya Rasa Ngilu .......................................................... 7
2.5 Diagnosis Kasus ....................................................................................... 8
2.6 Indikasi dan Kontraindikasi perawatan kasus .......................................... 8
2.7 Penatalaksanaan Kasus ............................................................................. 9
2.8 Prognosis Kasus ..................................................................................... 12
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13
3.2 Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Rasa ngilu pada gigi menjadi keluhan yang paling banyak dikeluhkan oleh
pasien yang datang ke dokter gigi. Rasa ngilu pada anak disebabkan oleh
beberapa hal. Salah satu diantaranya yaitu kebiasaan buruk yang dimiliki oleh
anak-anak. Kebiasaan buruk yang sering dijumpai pada anak, penting untuk
dideteksi sedini mungkin, walaupun dalam banyak hal terjadinya anomali
bukan karena kebiasaan buruk semata. Bruxism menempati posisi kedua pada
distribusi kebiasaan buruk yang sering terjadi pada anak.
Kebiasaan buruk ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan gigi dan
mulut anak, namun demikian terkadang orang tua tidak menyadari bahwa
bruxism merupakan kebiasaan buruk yang membutuhkan perawatan, bahkan
sebagian besar penderita tidak sadar bahwa dirinya memiliki kebiasaan tersebut.
Disamping keluhan dari teman tidur yaitu suara gesekan, dan mengasah,
bruxism juga menyebabkan kerusakan pada struktur gigi sehingga
menyebabkan gigi menjadi sensitif.
Rasa ngilu pada gigi juga dapat disebabkan karena adanya karies atau
lubang pada gigi. Karies gigi merupakan suatu penyakit mengenai jaringan
keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, berupa daerah yang membusuk
pada gigi, terjadi akibat proses secara bertahap melarutkan mineral permukaan
gigi dan terus berkembang kebagian dalam gigi. Proses ini terjadi karena
aktivitas jasad renik dalam karbohidrat yang dapat diragikan. Proses ini ditandai
dengan dimineralisasi jaringan keras dan diikuti kerusakan zat organiknya,
sehingga dapat terjadi invasi bakteri lebih jauh kebagian dalam gigi, yaitu
lapisan dentin serta dapat mencapai pulpa. Jika karies gigi tidak dirawat maka
dampaknya dapat membuat gigi menjadi keropos, berlubang, bahkan patah.
Karies gigi membuat anak mengalami kehilangan daya kunyah dan
terganggunya pencernaan, yang mengakibatkan pertumbuhan kurang
maksimal.
1
1.2 Skenario
Seorang anak laki-laki usia 7 tahun diantar ibunya ke RSGMP dengan
keluhan rasa ngilu pada gigi belakang bawah. Keterangan ibunya diketahui anak ini
sering menggesek-gesek giginya tanpa sadar saat tidur dan gigi terasa ngilu jika
minum air dingin dan kemasukan makanan. Pemeriksaan klinis unsur 75 terlihat
gigi kehilangan mahkota terjadi atrisi yang luas mencapai dentin, unsur 85 terdapat
karies D4 S1 S2, termal tes positif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mencari pertolongan. Nyeri intens dapat timbul dari pulpitis
irreversibel atau periodontitis atau abses apikalis simptomatik
(akut).
Nyeri spontan. Timbul tanpa adanya stimulus, jadi nyeri yang
mengagetkan pasien dan muncul tanpa sebab.
Nyeri terus-menerus. Bersifat terus-menerus dan bahkan
intensitasnya makin meningkat setelah stimulus hilang.
b. Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan Ekstraoral
Pemeriksaan ini melibatkan pengamatan pasien secara umum
seperti visual dan palpasi wajah, asimetris wajah, pembengkakan,
perubahan warna, pembesaran kelenjar limfe.
Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan jaringan lunak dan jaringan
keras. Pemeriksaan jaringan lunak termasuk visual atau palpasi
pada bibir, mukosa oral, pipi, lidah, palatum dan otot-otot serta
semua keabnormalan yang ditemukan. Periksa pula mukosa
alveolus dan gingiva cekat untuk melihat apakah daerah tersebut
mengalami perubahan warna, terinflamasi, mengalami ulserasi
atau mempunyai saluran sinus. Sedangkan untuk pemeriksaan
jaringan keras meliputi pemeriksaan gigi geligi untuk mengetahui
adanya perubahan warna, fraktur, abrasi, erosi, karies, atau
abnormalitas lain.
Perkusi adalah pemeriksaan yang dapat menentukan ada
tidaknya penyakit periradikuler. Respon positif yang jelas
menandakan adanya inflamasi periodonsium. Cara melakukan
perkusi adalah dengan mengetuk ujung kaca mulut yang
dipegang parallel atau tegak lurus terhadap mahkota pada
permukaan oklusal atau insisal.
Palpasi adalah pemeriksaan yang dapat menentukan seberapa
jauh proses inflamasi telah meluas ke arah periapeks. Respon
positif pada palpasi menandakan adanya inflamasi
4
periradikuler. Palpasi dilakukan dengan cara menekan mukosa
di atas apeks dengan cukup kuat. Penekanan dilakukan dengan
ujung jari.
Tes Vitalitas Pulpa
Stimulasi dentin langsung. Tes ini mungkin merupakan tes
yang paling akurat dari dalam. Sejumlah kasus tes kevitalan
pulpa yang paling baik. Dentin yang terbuka dapat digores
dengan sonde walaupun ketiadaan respons tidak seindikatif
keberadaan respons. Karies disonde sampai dalam sehingga
mencapai dentin yang tidak karies, dan jika muncul sensasi
tajam dan tiba-tiba berarti pulpanya berisi jaringan vital.
Tes Termal
Tes dingin. Terdapat tiga metode yaitu memakai es biasa,
karbondioksida memerlukan alat khusus, sedangkan
refrigerant yang disimpan dalam kaleng penyemprot dan
pemakaiannya biasa lebih mudah es biasa tidak sedingin
dan seefektif refrigerantatau es karbondioksida.
Tes panas. Untuk pengetesan ini dapat dilakukan dengan
sejumlah bahan dan cara, misalnya dengan memakai gutta
percha yang dipanaskan pada api spiritus dan diaplikasikan
di permukaan fasial
Tes vitalitas pulpa secara elektrik. Pengetesan pulpa elektrik
dengan bacaan digital tidak lebih unggul daripada yang lain
namun lebih mudah digunakan. Gigi harus dibersihkan,
dikeringkan dan diisolasi. Usap permukaan gigi dengan
gulungan kapas dan isolasi dengan gulungan tersebut.
Keringkan seluruhnya dengan semprotan udara. Tempelkan
sedikit pasta gigi/konduktor lain pada elektroda. Buatlah sirkuit
listrik dengan memasang jepitan pada bibir pasien atau dengan
meminta pasien memegang pegangan logam. Elektrodanya
dipasang di permukaan fasial atau lingual dan tingkat aliran
arusnya secara bertahap dinaikkan melewati ambang persepsi
5
pasien. Sensasi yang dirasakan adalah kesemutan, menyengat
“full” atau panas. Adanya respons biasanya menandakan pulpa
masih vital, sedangkan ketiadaan respons biasanya
menandakan pulpa nekrosis.
c. Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan ini bermanfaat dan penting sebagai alat bantu
diagnosis dan perawatan. Pemeriksaan radiografi
memungkinkan evaluasi masalah yang disebabkan oleh
gigi(misalnya lesi karies, kerusakan restorasi dan perawatan
saluran akar), tampilan pulpa dan periradikuler yang abnormal,
gigi malposisi, hubungan antara bundel neurovaskuler terhadap
apeks dan adanya penyakit periodonsium.
6
Penyebab nyeri/ngilu gigi dapat diklasifikasikan sebagai nyeri/ngilu dengan
kavitas karena ada atau karies, misalnya karena abrasi, atrisi, erosi atau abfraksi;
nyeri/ngilu tanpa kavitas, umumnya karena terjadi resesi gingiva yang
menyebabkan permukaan akar terbuka; dan ngilu setelah perawatan bleaching,
scaling dan root planing, restorasi yang kurang baik, sindromagigi retak,
penggunaan bur tanpa air pendingin dan lain-lain. Sebagaimana yang kita
ketahui bahwa dalam skenario anak mengalami gigi yang atrisi karena
kebiasaan buruk yaitu bruxism pada gigi 75 dan karies pada gigi 85 yang
merupakan pemicu timbulnya rasa ngilu yang diderita anak tersebut. 3
Anatomi gigi sulung yang berhubungan dengan etiologi kasus :4
Gigi sulung memiliki remineralisasi lebih sedikit dibandingkan dengan
gigi permanen sehinggs menjadi sangat aus, cenderuung mengalami
atrisi atau abrasi yang luas
Lapisan email dan dentin gigi sulung lebih tipis sehingga ruang pulpa
lebih besar. Oleh karena itu proses karies dapat lebih cepat berkembang
mendekati pulpa melalui lapisan email dan dentin yang tipis
Gigi sulung memiliki pit dan fissur yang lebih tegas sehingga
mempermudah makanan tersangkut pada fissure dan dapat
mempercepat terjadinya karies pada gigi suliung
7
Hydrodynamic Theory. Teori ini merupakan teori yang paling banyak diter
ima. Teori ini diajukan berdasarkan pergerakan cairan di dalam tubulus de
ntinalis. Teori ini mengklaim bahwa tubulus terbuka diantara permukaan d
entin yang terekspos dan pulpa. Pada teori ini, rangsangan dari luar seperti
panas atau dingin serta tekanan taktil ataupun osmotik pada dentin yang ter
ekspos akan menyebabkan terjadinya pergerakan pada cairan dentin. Perge
rakan cairanini akan menstimulasi baroreseptor dan menyebabkan pengelu
aran neuron. Pergerakan cairan ini dapat menuju ke arah pulpa ataupun ke
permukaan dentin. Pendinginan, pengeringan, evaporasi, dan hypertonic ch
emical stimuli dapat menyebabkan cairan dentin mengalir menjauhi dentin
-pulp complex dan akan menyebabkan rasa sakit. Suhu panas dapat menye
babkan cairan mengalir ke arah pulpa. Aktivasi ini dipengaruhi oleh saraf A
-delta yang mengelilingi odontoblas.
Adapun diagnosis kasus pada skenario adalah pulpitis reversible. Pulpitis reversible
adalah peradangan pulpa gigi yang ringan belum mencapai pulpa. Gambaran
klinisnya yaitu hipersensitivitas terhadap thermal panas atau dingin atau rangsangan
manis, yang dengan cepat menghilang ketika stimulus dihilangkan, peningkatan
terlokalisasi pada ambang tekanan Intra ¾ pulpa, serta stimulasi untuk serabut saraf
A delta. Etiologi pulpitis reversible disebabkan oleh iritasi bakteri, kimia, atau fisik,
secara histologis, ditandai dengan gangguan sel inflamasi pada lapisan odontoblast
dengan adanya pembuluh darah yang melebar.
8
Prognosisnya buruk karena pulpitis ireversibel
Pada pasien dengan alergi atau sensitif terhadap nikel
Orang tua atau anak yang menginginkan estetika yang bagus
C. Indikasi perawatan dengan pulp capping9
Gejala pulpitis yang ringan (nyeri karena adanya stimulus/ rangsan
gan)
Karies yang dalam tetapi tidak terjadi abses atau pembengkakan
Karies tidak mencapai pulpa
D. Kontraindikasi perawatan dengan pulp capping9
Karies telah mencapai pulpa
Memiliki gejala pulpitis irreversibel
9
Mengurangi bagian proksimal. Sebelumnya gigi tetangganya harus
dilindungi dengan matrik band. Tempatkan tapered diamond bur
berkontak dengan gigi pada embrasure bukal/lingual dengan sudut
kira-kira 20o dari vertical dan ujungnya pada margin gingiva.
Preparasi dilakukan dengan gerakan bukolingual mengikuti kontur
proksimal gigi.
Dengan tapered diamond bur permukaan bukal dan lingual
dikurangi sedikit sampai ke gingival margin. Sudut-sudut antara
kedua permukaan dibulatkan.
Pembuangan jaringan karies yang mencapai dentin hendaknya
dilindungi dengan basis kalsium hidroksida, yang berfungsi
melindungi pulpa dari iritasi.
Penyesuaian stainless steel crown
Setelah preparasi selesai, dilakukan penyesuaian bentuk SSC dengan
mencobakan pada gigi yang telah dipreparasi, mula-mula dimasukkan
bagian lingual/palatal kemudian tekan kearah bukal sampai mencapai
sulkus gingival. Langkah-langkah penyesuaian SSC:
a) Pengguntingan stainless steel crown
Bila gingival di sekitar SSC memucat kemungkinan karena SSC
terlalu panjang atau keseluruhan SSC overcontoured. Untuk itu,
perlu dilakukan pengguntingan menggunakan gunting mahkota,
SSC sebaiknya berada kurang lebih 1 mm didalam sulkus gingival
dan mempunyai tinggi yang sebanding dengan gigi tetangga.
Sebelum dipotong, SSC dipasang pada gigi dan ditekan semaksimal
mungkin, daerah gingival yang masih panjang ditandai dengan
goresan benda tajam misalnya skaler, SSC dilepas kemudian
dipotong sesuai dengan goresan dengan gunting, melingkari gigi
membentuk kurva dan bukan merupakan garis lurus atau sudut yang
tajam.
10
Untuk mendapatkan adaptasi dengan gigi dilakukan pembentukan
pada sepertiga gingival tepi mahkota sesuai bentu morfologi gigi.
Pembentukan SSC memerlukan tang-tang khusus, dimana tang
ditempatkan dengan paruh cembung sebelah dalam dan paruh
cekung di sebelah luar mahkota yang akan dibentuk. Bagian bukal
dan ingual serta servikal dibentuk dengan konfigurasi yang sesuai
dengan giginya. Periksa adaptasi akhir tepi akhir dengan sonde.
c) Pengadaptasian stainless steel crown
SSC ditempatkan kembali pada gigi yang telah dipreparasi atau
model kerja untuk melihat apakah terkunci pada tempatnya dan tidak
mudah dikeluarkan. Oklusi diperiksa untuk memastikan SSC tidak
terlalu tinggi atau rendah sehingga menyebabkan trumatik oklusi.
Pemolesan dan sementasi
Perlu dilakukan penghalusan SSC dengan menggunakan stone bur atau
rubber whell kemudian dilakukan pemolesan dengan bubuk poles. Karena
permukaan yang kasar dapt mengiritasi gingiva.
Setelah itu, dilakukan pemasangan dan sementasi. Sebelumnya, gigi harus
dikeringkan dan diisolasi dengan gulungan kapas. Saliva jektor dipasang
agar gigi tetap kering dan bebas saliva. Gunakan adhesive semen seperti
polikarboksilat/GIC/ zinc phosphate sebagai bahan sementasi. Kemudian
SSC dipasang dari arah lingual ke labial dan tekan dengan jari sampai posisi
yang tepat. Pasien disuruh menggigit dengan wooden blade diletakkan di
atas gigi tersebut. Setelah semen mengering, bersihkan semua kelebihan
semen terutama pada celah gingival dan daerah interdental karena kelebihan
semen ini dapat mengakibatkan inflamasi gingival dan ketidaknyamanan.
Pasien diinstruksikan untuk diet setengah lunak selama satu hari dan
dianjurkan untuk membersihkan celah gingival dan daerah interdental
dengan dental floss.
11
Bersihkan kavitas dari lesi karies dengan low speed handpiece dan
round bur
Ekskavasi jaringan dentin
Bilas kavitas yang telah dipreparasi dengan larutan salin kemudia
keringkan dengan cotton pellet
Gunakan kalsium hidroksida sebagai base pada lantai kavitas
Setelah itu dilakukan penutupan dengan Zinc oxide eugenol dan
dievalusi seminggu kemudian.
Seminggu kemudian dapat dilakukan restorasi
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
14