Anda di halaman 1dari 34

Laporan Kasus

STOMATITIS AFTOSA REKUREN

OLEH:
Mutia Syahidah, S.KG
NIM: 2113501010025

DOSEN PEMBIMBING:
drg. Sri Rezeki, Sp. PM
drg. Yuli Fatzia Ossa, Sp. PM
Dr. drg. Liza Meutia Sari, Sp. PM
drg. Nurul Husna
drg. Sarinah Rambe
drg. Amanda Sawitri

DEPARTEMEN PENYAKIT MULUT


FAKLUTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat,
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulisan laporan kasus ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
requirement Kepaniteraan Klinik Bagian Penyakit Mulut pada Pendidikan Profesi
Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala yang sedang
berjalan di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Syiah Kuala. Terima kasih
penulis ucapkan kepada:
1. drg. Yuli Fatzia Ossa, Sp. PM selaku kepala bagian dan instruktur klinik bagian
Penyakit Mulut;

2. drg. Sri Rezeki, Sp.PM selaku pembimbing dan instruktur klinik bagian
Penyakit Mulut;

3. Dr. drg. Liza Meutia Sari, Sp. PM selaku instruktur klinik bagian Penyakit
Mulut;

4. drg. Nurul Husna selaku instruktur klinik bagian Penyakit Mulut;

5. drg. Sarinah Rambe selaku instruktur klinik bagian Penyakit Mulut;


6. drg. Amanda Sawitri selaku instruktur klinik bagian Penyakit Mulut;
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam mengarahkan penulis
sejak awal kunjungan pasien hingga kini laporan kasus dapat diselesaikan. Terima
kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan laporan ini. Semoga laporan
kasus ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang
Penyakit Mulut.

Banda Aceh, 17 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
BAB I LAPORAN KASUS....................................................................................1
1.1. Status Ilmu Penyakit Mulut...........................................................................1
1.2. Anamnesa......................................................................................................1
1.3. Riwayat Penyakit Sistemik...........................................................................2
1.4. Kebiasaan Buruk...........................................................................................3
1.5. Pemeriksaan Ekstra Oral...............................................................................3
1.6. Pemeriksaan Intra Oral..................................................................................3
1.7. Pemeriksaan Penunjang................................................................................5
1.8. Masalah Klinis..............................................................................................6
1.9. Diagnosis.......................................................................................................6
1.10. Rencana Perawatan dan Perawatan.............................................................7
1.11. Status Kontrol..............................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................12
2.1. Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)...............................................................12
2.1.1. Definisi.................................................................................................12
2.1.2. Etiologi dan Patogenesis.......................................................................12
2.1.3. Gambaran Klinis...................................................................................15
2.1.4. Gambaran Histopatologi.......................................................................17
2.1.5. Diagnosis..............................................................................................17
2.1.6. Diagnosis Banding................................................................................17
2.1.7. Perawatan.............................................................................................25
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................26
BAB IV KESIMPULAN......................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29

ii
DAFTAR GAMBAR

iii
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1. Status Ilmu Penyakit Mulut


Nama Operator : Mutia Syahidah
NIM : 2113501010025
Tanggal pemeriksaan : 22 Februari 2022
Nomor rekam medik :-
Nama Pasien : IO
Tempat lahir/Tgl. lahir : Jambi/18 Oktober 1999
Alamat tetap : Jl. Veteran, RT.06, LK.II, Kelurahan Dusun Baru,
Kecamatan Sungai Penuh, Kota Sungai Penuh, Provinsi
Jambi.
Status perkawinan : Belum menikah
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Mahasiswa Koas
Telepon rumah/HP : 0852-6990-XXXX
1.2. Anamnesa
Pasien datang dengan keluhan adanya sariawan pada pipi bagian dalam
sebelah kanan berjumlah satu sejak 2 hari yang lalu yang terasa sakit saat pasien
makan dan menyikat gigi. Pasien mengaku bahwa sariawan yang dialaminya tidak
bertambah besar. Pasien mengaku sebelumnya sering megalami sariawan biasanya
sekitar 1 bulan sekali. Sariawan yang muncul biasanya berjumlah satu hingga dua
di lokasi yang berbeda. Sariawan biasanya muncul ketika pasien dalam kondisi
kurang fit atau ketika pasien akan memasuki jadwal menstruasi. Pasien mengaku
tidak pernah mencari pengobatan terkait sariawan yang dialami. Selama pasien
sariawan, pasien mengaku mengobatinya dengan meminum lasegar atau adem sari
dan kelamaan sariawan tersebut mengecil. Pasien mengaku sekarang dalam
kondisi sering kelelahan dan tidak enak badan. Pasien Mengaku bahwa orang tua
serta saudaranya jarang mengalami sariawan seperti yang dialaminya. Pasien
mengaku rutin mengonsumsi sayur, buah, daging dan ikan namun tidak dengan
kacang-kacangan. Pasien mengaku sariawan tersebut tidak pernah tergigit atau
terbentur benda asing lainnya. Pasien tidak memiliki luka atau sariawan sejenis
dibagian tubuh lainnya. Penyakit sistemik disangkal namun 2 hari yang lalu pasien
baru selesai mengonsumsi obat malaria yaitu Tera-F, etanox, dan Polofar. Pasien
mengaku tidak memiliki kebiasaan buruk seperti menggigit pipi, menghisap pipi
dan menjilat bibir. Pasien mengaku menyikat gigi tiga kali sehari pagi setelah

1
sarapan, siang setelah makan siang dan malam sebelum tidur. Pasien menyangkal
adanya sariawan pada bagian tubuh lain ataupun adanya nyeri sendi. Pasien
menyangkal adanya gatal-gatal sebelum muncul sariawan. Pasien juga
menyangkal adanya riwayat alergi obat-obatan dan makanan. Pasien mengaku
menggunakan pasta gigi pepsodent, tidak rutin menggunakan obat kumur dan
tidak menggunakan benang gigi. Pasien mengaku menyikat lidah seusai sikat
gigi. Pasien mengaku terakhir kali mengunjungi dokter gigi sekitar satu tahun
yang lalu pada saat mengalami gusi bengkak pada daerah gigi geraham
pertama kiri atas namun tidak diberikan perawatan melainkan hanya diberikan
obat amoksisilin dan ibuprofen. Perawatan gigi yang pernah didapatkan pasien
adalah penambalan dengan tambalan sewarna gigi pada geraham pertama sebelah
kanan atas sekitar 10 tahun yang lalu dan tidak ada keluhan setelah perawatan.
Pasien mengaku jarang ke dokter gigi dan hanya datang ke dokter gigi apabila
sedang ada keluhan. Pasien mengaku tidak pernah dirawat dirumah sakit dan
tidak pernah mengonsumsi obat-obatan rutin dalam jangka waktu yang lama.
Pasien merupakan seorang mehasiswa koas dan merupakan anak ke 2 dari 4
bersaudara. Ayah pasien merupakan seorang PNS dan ibunya seorang Ibu rumah
tangga. Pasien tinggal jauh dari orang tua dan akses ke pelayanan kesehatan cukup
jauh dari tempat tinggal pasien.

1.3. Riwayat Penyakit Sistemik


1. Penyakit Jantung : Diakui / Disangkal
2. Hipertensi : Diakui / Disangkal
3. Diabetes Melitus : Diakui / Disangkal
4. Kelainan Darah : Diakui / Disangkal
5. Penyakit Hepar : Diakui / Disangkal
6. HIV/AIDS : Diakui / Disangkal
7. Kelainan Pernafasan(PPOK, TB, Pneumoni) : Diakui / Disangkal
8. Kelainan GIT (Gastrointerstinal) : Diakui / Disangkal
9. Penyakit Ginjal : Diakui / Disangkal
10. Penyakit Kelainan : Diakui / Disangkal
11. Atopi (Asma, eksim, alergi) : Diakui / Disangkal
12. Alergi (Makanan, obat, logam) : Diakui / Disangkal
13. Hamil : Diakui / Disangkal
14. Kontrasepsi : Diakui / Disangkal

2
15. Lain-lain (Malaria) : Diakui / Disangkal

1.4. Kebiasaan Buruk


1. Menyirih : Diakui / Disangkal
2. Minuman Beralkohol : Diakui / Disangkal
3. Merokok : Diakui / Disangkal

1.5. Pemeriksaan Ekstra Oral


1. Kelenjar Limfe
- Submandibula Kanan : Teraba +/ - lunak/kenyal/keras Sakit +/ -
Kiri : Teraba +/ - lunak/kenyal/keras Sakit +/-
- Submental Teraba +/ - lunak/kenyal/keras Sakit +/ -
- Servikal Kanan : Teraba +/ - lunak/kenyal/keras Sakit +/ -
Kiri : Teraba +/ - lunak/kenyal/keras Sakit +/ -
2. Bibir : TAK
3. Wajah : TAK
4. Sirkum Oral : TAK
5. Lain-lain : TAK
1.6. Pemeriksaan Intra Oral
1. Mukosa Bukal : Fordyce granule : +/ -
: Cheek Biting : +/ -
 Lesi ulser, berbentuk irreguler, berwarna putih dikelilingi eritema,
berjumlah 1, ukuran diameter 4x5 mm, berlokasi di mukosa bukal kanan
dekat gigi 47, berbatas jelas dan simptomatik

Gambar 1.1. Lesi ulser, berbentuk irreguler,


berwarna putih dikelilingi eritema,

3
berjumlah 1, ukuran diameter 4x5 mm,
berbatas jelas dan simptomatik

 Lesi plak putih tidak dapat diseka berupa garis berukuran 25x2 mm (kiri
dan kanan) berbatas jelas bentuk irreguler berjumlah 2 memanjang
disepanjang bidang oklusal gigi kaninus hingga gigi molar.

Gambar 1.2. Lesi plak putih tidak dapat diseka berupa garis berukuran 25x2 mm (kiri
dan kanan) berbatas jelas bentuk irreguler berjumlah 2 memanjang disepanjang bidang
oklusal gigi kaninus hingga gigi molar.

2. Mukosa Labial : TAK


3. Palatum Durum : Torus palatinus : +/ -
TAK
4. Palatum Molle : TAK
5. Lidah Dorsum : Warna Coating : putih tipis di bagian 2/3 dorsal lidah.
Skor
1. Tidak meninggalkan area eritema.
- Lesi indentasi berbentuk irregular, berukuran 1-2 cm, berlokasi di lateral
lidah, berwarna sama dengan jaringan sekitar, berbatas tidak jelas,
berjumlah 5 dan asimptomatik.

4
Gambar 1.3. Lesi indentasi berbentuk irregular,
berukuran 1-2 cm, berlokasi di lateral lidah,
berwarna sama dengan jaringan sekitar, berbatas
tidak jelas, berjumlah 5 dan asimptomatik.

6. Ventral : TAK
7. Dasar Mulut : TAK
8. Gingiva :
- Lesi plak, berbentuk irreguler, berwarna putih, berjumlah 2, berukuran ±4
mm, berlokasi di retromolar papila kanan bawah dekat gigi 48, berbatas
jelas, asimptomatik.

Gambar 1.4. Lesi plak, berbentuk irreguler,


berwarna putih, berjumlah 2, berukuran ±4
mm, berlokasi di retromolar papila kanan
bawah dekat gigi 48, berbatas jelas,
asimptomatik.

9. Saliva : Konsistensi Cair Halitosis : + / -


10. Lain-Lain :
• Gigi 26 karies D6
• Gigi 38 Impaksi
• Gigi 11,31,41 Malposisi
o 11 : Distopalatotorsiversi

5
o 31 : Mesiolinguotorsiversi
o 41 : Mesiolinguotorsiversi
1.7. Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan pemeriksaan penunjang.

6
1.8. Masalah Klinis
1. Mukosa bukal kanan : Lesi ulser berbentuk irregular, berukuran 4x5 mm,
berwarna putih dikelilingi eritema di mukosa bukal kanan regio 47,
berjumlah 1, berbatas jelas dan simtomatik
2. Gigi 26 : Karies D6
3. Gigi 38 : Impaksi
4. Retromolar papilla kanan bawah : Lesi plak, berbentuk irreguler, berwarna
putih, berjumlah 1, berukuran ±4 mm, berlokasi di retromolar papila kanan
bawah dekat gigi 48, berbatas jelas, asimptomatik
5. Mukosa bukal kanan kiri : Lesi plak putih tidak dapat diseka berupa garis
berukuran 25x2 mm berbatas jelas bentuk irreguler berjumlah 2
memanjang disepanjang bidang oklusal mulai dari gigi kaninus hingga gigi
molar.
6. Lateral Lidah : Lesi indentasi berbentuk irregular, berukuran 1-2 cm,
berlokasi di lateral lidah, berwarna sama dengan jaringan sekitar, berbatas
tidak jelas, berjumlah 5 dan asimptomatik
7. Gigi 11,31,41 : Malposisi
1.9. Diagnosis
1. Mukosa bukal kanan :
Dx : Stomatitis Aftosa Rekuren Mayor
DD : Traumatic ulcer, Behcet Syndrome, Lesi Sekunder Herpes
Simpleks
2. Gigi 27 : Suspek Dx : Pulpitis Irreversible
3. Gigi 38 : Dx : Impaksi Mesioangular
4. Retromolar papila kanan:
Dx : Frictional Keratosis
DD : Leukoplakia, lichen planus, white sponge nevus
5. Mukosa bukal kiri dan kanan :
Dx : Linea Alba
DD : Frictional hiperkeratosis, Morsicatio buccarum, Lichenoid
Contact Reaction
6. Lateral lidah :
Dx : Scalloped tongue
DD : Granular Cell Tumor

7
7. Gigi 11,31,41
11 : Distopalatotorsiversi
31 : Mesiolinguotorsiversi
41 : Mesiolinguotorsiversi
1.10. Rencana Perawatan dan Perawatan
1. KIE SAR
- Komunikasikan pada pasien bahwa pasien mengalami sariawan yang
dalam istilah kedokteran gigi dinamakan Stomatitis Aftosa Rekuren
(SAR).
- Informasikan kepada pasien bahwa sariawan tersebut umum terjadi
namun penyebabnya belum diketahui tetapi terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan sariawan tersebut muncul seperti faktor hormonal
terkait siklus menstruasi, kekurangan nutrisi dan kondisi imun tubuh
menurun.
- Edukasi pasien untuk menjaga kesehatan rongga mulutnya dengan
menyikat gigi sebanyak 2 kali sehari saat pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur.
- Edukasi kepada pasien untuk menghindari penggunaan pasta gigi yang
memiliki kandungan SLS , dan dapat lebih sering untuk mengonsumsi
buah buahan untuk menjaga kesehatan tubuh
- Instruksikan kepada pasien untuk menggunakan obat sesuai instruksi
dengan membersihkan sariawan menggunakan kassa yang di basahi
dengan air matang, lalu selanjutnya dikeringkan menggunakan kassa
kering. Setelah itu, oleskan selapis tipis Triamcinolone acetonide in
orabase pada sariawan menggunakan cotton bud 2x sehari. Setelah
pengaplikasian obat, pasien diintruksikan untuk tidak makan/minum
selama 30 menit.
- Informasikan pasien untuk lebih sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung asam folat, zat besi, dan B12 seperti sayuran hijau, buah-
buahan, hati, daging, telur kacang, dan susu.
- Instruksikan kepada pasien untuk menggunakan obat dengan resep
berikut:
R/ Triamcinolone acetonide in Orabase 0,1% 5gr tube No.I
∫. Lit. Or. 2 dd applic part dol
R/ Sangobion Cap No.X
∫ 1 dd. Tab I p.c
R/ Kassa Steril Box No.I
∫.u.c

2. Gigi 26 : Pulpitis Irreversible (Pro-PSA)  Pro- Konservasi gigi

8
3. Gigi 38 : Impaksi Mesioangular (Odontektomi)  Pro-Bedah
Mulut

4. Retromolar papilla kanan: KIE


- Komunikasikan pada pasien bahwa bercak putih ini merupakan
penebalan epitel pada gusi yang diakibatkan karena adanya gesekan
terus-menerus pada gusi sebelah kiri dan kanan sehingga permukaan gusi
terus menerus tergesek dengan gigi geraham belakang yang sedang
tumbuh.
- Komunikasikan bahwa bercak ini tidak berbahaya, tidak membesar dan
tidak hilang. Gusi tersebut masih tergesek oleh gigi yang sedang tumbuh
tersebut. Bercak dapat hilang jika gigi yang tumbuh sudah dicabut atau
jika gigi tersebut sudah lebih tinggi dari gusi tersebut.
- Intruksikan pada pasien untuk hati-hati kita mengunyah makanan agar
tidak tergigit. Pertahankan kebiasaan untuk tidak menggigit pipi dan
mengemut pipi.
- Intruksikan pada pasien jika bercak putih semakin besar atau menjadi
sakit, maka diperlukan pemeriksaan kembali.
5. Linea Alba dan Scalloped Tongue  KIE
- Informasikan kepada pasien bahwa linea alba tersebut tidak
membutuhkan perawatan
- Mengedukasikan pasien untuk menyikat gigi 2x sehari (pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur)
- Mengedukasikan pasien untuk menyikat lidah dan menggunakan benang
gigi.
- Mengedukasikan pasien untuk memeriksakan kesehatan gigi mulut setiap
6 bulan

9
1.11. Status Kontrol (2 Maret 2022)
i. Anamnesis
Pasien datang ke RSGM untuk melakukan kontrol setelah 7 hari perawatan.
Pasien mengaku sariawan di pipi kanan sudah tidak terasa sakit dan hanya tersisa
bekas kemerahan. Pasien sudah merasa lebih baik dan dapat makan dan minum
tanpa merasa terganggu di area tersebut. Pasien mengaku tidak muncul sariawan
lainnya. Pasien mengaku menggunakan obat serta mengonsumsi vitamin yang
telah dianjurkan. Pasien menggunakan obat (Kenalog) 2 kali sehari pagi dan
malam setelah menyikat gigi, Pasien juga mengonsumsi vitamin sebanyak 1 kali
sehari. Pasien mengaku sering mengonsumsi sayur hijau, buah dan daging selama
7 hari terakhir. Pasien sudah lebih sering minum air putih jika dibandingkan
sebelumnya. Pasien menggosok gigi 2 kali sehari, pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur. Pasien sudah mulai membiasakan menyikat lidah tetapi belum
menggunakan benang gigi. Pasien mengaku selama seminggu ini tidak memiliki
keluhan pada bagian tubuh yang lain. Pasien tidak mengonsumsi obat-obatan
apapun selama 7 hari ini.

ii. Masalah Klinis


1. Mukosa bukal kanan : Lesi ulser healing

10
Gambar 1.5. Ulser Healing

2. Gigi 26 : Karies D6
3. Gigi 38 : Impaksi
4. Retromolar papilla kanan : Lesi plak, berbentuk irreguler, berwarna putih,
berjumlah 1, berukuran ±4 mm, berlokasi di retromolar papila kanan bawah
dekat gigi 48, berbatas jelas, asimptomatik
5. Mukosa bukal kanan kiri : Lesi plak putih tidak dapat diseka berupa garis
berukuran 25x2 mm berbatas jelas bentuk irreguler berjumlah 2 memanjang
disepanjang bidang oklusal mulai dari gigi kaninus hingga gigi molar.
6. Lateral Lidah : Lesi indentasi berbentuk irregular, berukuran 1-2 cm,
berlokasi di lateral lidah, berwarna sama dengan jaringan sekitar, berbatas
tidak jelas, berjumlah 5 dan asimptomatik
7. Gigi 11,31,41 : Malposisi
iii. Diagnosis
1. Mukosa bukal kanan
Dx : Stomatitis Aftosa Rekuren Mayor (Healing)
DD : Traumatic ulcer, Behcet Syndrome, Lesi Sekunder Herpes
Simpleks
2. Gigi 27  Suspek Dx : Pulpitis Irreversible
3. Gigi 38  Dx : Impaksi Mesioangular
4. Retromolar papila kanan :
Dx : Frictional Keratosis
DD : Leukoplakia, Lichen Planus, White Sponge Nevus
5. Mukosa bukal kiri dan kanan
Dx : Linea Alba

11
DD : Frictional Hiperkeratosis, Morsicatio Buccarum, Lichenoid
Contact Reaction
6. Lateral lidah
Dx : Scalloped tongue
DD : Granular Cell Tumor
7. Gigi 11,31,41
- 11 : Distopalatotorsiversi
- 31 : Mesiolinguotorsiversi
- 41 : Mesiolinguotorsiversi
iv. Rencana Perawatan
- Komunikasikan dan informasikan kepada pasien bahwa sariawan pada
pipi dalam kanan sudah sembuh
- Instruksikan kepada pasien untuk menghentikan pemakaian obat
- Informasikan kepada pasien untuk selalu mengkonsumsi sayuran dan
buah-buahan, serta minum air yang cukup.
- Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan cara
menyikat gigi 2x sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum
tidur. Intruksikan untuk menyikat lidah dan membersihkan sela-sela
gigi dengan benang gigi.

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)


2.1.1. Definisi
Stomatitis aftosa rekuren merupakan penyakit mukosa mulut yang paling
umum dan mempengaruhi sebanyak 25% dari populasi.1 Stomatitis Aftosa
Rekuren merupakan suatu lesi ulser yang bersifat berulang (kekambuhan) yang
ada di rongga mulut.1 Stomatitis aftosa rekuren (SAR), juga dikenal sebagai
aphthae atau sariawan, adalah kondisi umum yang ditandai dengan munculnya
ulkus kecil, bulat atau ovoid multipel berulang yang berbatas tegas, adanya halo
eritematosa, dan dasar ulser yang berwarna kuning atau abu-abu. 2 Stomatitis
aftosa rekuren merupakan ulser berulang yang sakit terdapat di rongga mulut yang
biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dan memiliki riwayat alami untuk
membaik seiring bertambahnya usia.3

2.1.2. Etiologi dan Patogenesis

Etiologi masih belum diketahui, namun ada beberapa faktor predisposisi


dari SAR, yaitu:

1. Genetik.
Peningkatan HLA tipe HLA-A2, A11, B12, B51 dan DR2  antigen ini
mengatur produksi sitokin pro-inflamasi). 40% pasien SAR memiliki
riwayat keluarga yang menderita SAR.2
2. Defisiensi Nutrisi.
Defisiensi nutrisi seperti vitamin B12, asam folat dan zat besi rendah
dalam serum darah.3
3. Trauma
Trauma minor—dapat memicu SAR pada individu yang rentan. Trauma
dapat menyebabkan edema dan inflamasi tingkat awal.3
4. Kelainan hematologik
Defisiensi hematologi, terutama serum zat besi, folat, atau vitamin B12.
Biasanya pada pasien dengan anemia mikrositik hipokrom (defisiensi

13
zat besi) dan anemia makrositik normokrom (defisiensi asam folat dan
vitamin B12).2,3
5. Pengaruh hormonal
Perubahan hormon pada wanita, seiring dengan siklus menstruasi dapat
mempengaruhi munculnya SAR – kebanyakan pada fase lutheal.1
Ada 4 fase : menstruasi, folikular, ovulasi dan lutheal (fase mendekati
menstruasi).
6. Faktor imun
Pembentukan dan penyembuhan ulkus melibatkan mekanisme inflamasi
dan kekebalan. Diperparah jika  keadaan defisiensi imun yang
disebabkan oleh infeksi misalnya HIV.1
7. Agen infeksius
Hipersensitivitas terhadap antigen dari S. Sanguis)  pada plak dapat
memicu reaksi sistem imun sehingga memicu terbentuknya ulkus pada
SAR. (pada orang yang rentan).1
8. Alergen
Contoh : Pasta gigi mengandung SLS diduga berkontribusi memicu
SAR. SLS pada pasta gigi dapat menyebabkan lapisan mucin pada
mukosa hilang sehingga epitel langsung terekspos dengan lingkungan .
Hal ini dapat menyebabkan seseorang lebih rentan SAR.1,2
9. Non-Perokok
Non perokok sering terkena SAR. Pasien yang berhenti merokok sering
mengeluhkan SAR. Penjelasan utama adalah bahwa tembakau dapat
meningkatkan keratinisasi mukosa mulut, sehingga dapat membuat
mukosa kurang rentan terhadap ulserasi. 1 Nikotin juga diketahui dapat
menyebabkan penurunan sitokin proinfamasi dan meningkatkan sitokin
anti-inflamasi.3
10. Stress
Stress atau tekanan psikologis dapat meningkatkan kekambuhan/onset
SAR.1

11. Penyakit saluran pencernaan

14
Penyakit saluran pencernaan dapat menyebabkan malabsrobsi sehingga
menyebabkan defisiensi B12, asam folat dan zat besi. Hal ini dapat
dikaitkan dengan penyakit Chron disease, ulcerative colitis dan peptic
ulcer.2
Patogenesis SAR melibatkan disregulasi sistem imun yang dipicu
berbagai faktor predisposisi.
Rx sistem imun pada pasien SAR :2
 Ada suatu antigen yang belum diketahui menyebabkan aktivasi
leukosit, yaitu limfosit (biasanya di jaringan sub epitel). Sel tersebut
memproduksi TNF-Alfa (sitokin pro-inflamasi  pencetus terjadinya
proses inflamasi) dalam jumlah besar. Adanya TNF alfa memicu
kemotaksis leukosit yang lain (neutrofil, makrofag, dll) dari pembuluh
darah ke jaringan sehingga terjadi inflamasi akut dan menyebabkan
edema lokal.
 Selain itu, produksi TNF-Alfa ini juga menyebabkan ekspresi Gen
MHC kelas I (suatu protein yang fungsinya sebagai penanda antigen).
Pelepasan MHC kelas I ini kemudian akan ditangkap oleh sel Limfosit
T Sitotoksik sehingga limfosit T sitotoksik menyerang jaringan sekitar
termasuk keratinosit sehingga menyebabkan terjadinya nekrosis
keratinosit sehingga menyebabkam ulkus.

2.1.3. Gambaran Klinis

Secara umum, SAR dideskripsikan sebagai ulkus berbentuk bulat atau oval
berwarna putih kekuningan/keabuan yang ditutupi oleh yellow fibrinous/membran

15
fibrinopurulen dikelilingi haloeritema berbatas jelas dengan tepi reguler
(beraturan) dan rasa nyeri.3,4 Gambaran klinis SAR dibedakan berdasarkan 3 tipe,
yaitu:1,2,3,4

Karakteristik Minor Apthae Mayor Apthae Herpetiform


Ukuran 5-10 mm atau <1 >10 mm <5 mm atau ±2
(mm) cm mm
Durasi (hari) 7-14 hari >14 hari 10-14 hari
Scarring Tidak Ya Tidak
Bentuk Oval, dangkal Oval, dalam Ulkus yang kecil
dan bergerombol
dan dapat
menyatu menjadi
sebuah ulkus
dengan tepi
irregular
Jumlah 1-5 Biasanya 1 10-100
Lokasi Non keratin Non-keratin mukosa Diarea mana saja
mukosa (mukosa di rongga mulut
bukal, labial, dapat terjadi.
dasar mulut dan Keratin mukosa :
ventral lidah) Mukosa gingiva,
palatum dan
dorsal lidah.

Gambar 2.1 Gambaran Klinis SAR Minor.1,3

16
Gambar 2.2 Gambaran Klinis SAR Mayor.1,3

Gambar 2.3 Gambaran Klinis SAR Herpetiform

2.1.4. Gambaran Histopatologi


Lesi ulseratif awal menunjukkan zona ulserasi, yang ditutupi oleh membran
fibrinopurulen. Pada dasar ulser, jaringan ikat memperlihatkan peningkatan
vaskularisasi dan campuran iniltrasi seluler inflamasi yang terdiri dari limfosit,
histiosit, dan leukosit polimorfonuklear. Epitel di tepi lesi menunjukkan
spongiosis dan banyak sel mononuklear di sepertiga basilar.1,5

17
Gambar 2.4. Gambaran Histopatologi SAR.1

2.1.5. Diagnosis

Diagnosis dibuat dari gambaran klinis dan dari eksklusi penyakit lain yang
kemungkinan dapat menimbulkan manifestasi klinis seperti ulcer like aphthae.
Tidak ada prosedur laboratorium yang memberikan diagnosis pasti terkait SAR.5

2.1.6. Diagnosis Banding

a. Traumatic Ulcer
Ulserasi yang disebabkan oleh trauma langsung pada mukosa yang
menyebabkan kerusakan jaringan dan ulserasi. Terjadi kehilangan permukaan
epitel dan pada dasar ulser terjadi dilatasi kapiler.
 Etiologi
- Trauma fisik/mekanik : protesa gigi yang tidak pas, menyikat gigi,
flossing, kebiasaan buruk (menggigit pipi/bibir), penggunaan kawat ortho,
gigi yang taja, dan piercing.
- Termal : luka bakar (heat burn). eg. minuman/makanan panas, iatrogenik
(instrumen gigi yang dipanaskan, dll)
- Kimia : terjadi mucosal burn (penggunaan obat : aspirin atau bifosfonat
oral, penggunaan obat kumur dengan kandungan alkohol tinggi, hidrogen
peroksida, atau fenol yang digunakan terlalu sering atau tidak diencerkan
dapat menyebabkan ulserasi mukosa.)
- Iatrogenik : Prosedur medis (instrumen tajam, dll)
- Radiasi : Radiasi dosis besar (66 hingga 74 Gy)
 Gambaran Klinis
Akut :4

18
- Adanya tanda inflamasi (Merah, Sakit, dan Bengkak)
- Ditutupi eksudat fibrin putih kekuningan dan dikelilingi haloeritema
- Rasa sakit
- Dasar kuning, haloeritema
- Riwayat trauma
- Sembuh dalam 7-10 hari jika penyebabnya dihilangkan

Gambar 2.5. Gambaran Klinis Traumatic Ulcer Akut.4

Kronis :4
- Bisa sakit, bisa tidak
- Ditutupi membran kekuningan, peninggian tepi ulcer yang bia jadi
menunjukkan adanya hiperkeratosis.
- Indurasi terjadi pembentukkan scar dan infiltrasi sel inflamasi kronis.
- Riwayat trauma, jika diingat
- Delayed healing jika teriritasi, terutama lesi lidah
- Penampilan klinis mirip karsinoma dan ulkus infeksius.

19
Gambar 2.6. Gambaran Klinis Traumatik Ulcer Kronis.4

 Gambaran Histologi
Akut :4
 Terjadi kehilangan epitel (diganti jaringan yang mengandung neutrofil)
 Dasar ulcer mengandung kapiler yg melebar dan adanya jaringan
granulasi

Kronis :4
• Ada fibrin yg menutupi jaringan granulasi di dasar dengan scar di
lapisan lebih dalam
• Terlihat adanya infiltrasi campuran dari sel inflamasi
• Regenerasi epitel kadang-kadang mungkin tidak terjadi karena adanya
trauma kronik

Gambar 2.7. Gambaran Histopatologi Traumatic Ulcer.4

 Diagnosis
Apabila ulkus traumatik akut, hubungan sebab-akibat biasanya terlihat dari
pemeriksaan klinis dan riwayat. Apabila terdapat adanya faktor trauma, maka
diagnosis ini dapat ditegakkan.4 Namun, untuk etiologi ulkus traumatik kronis bisa

20
jadi tidak mudah terlihat/diketahui, sehingga penting untuk mengembangkan
diagnosis banding.4

 Perawatan

Eliminasi faktor etiologi merupakan perawatan pertama untuk traumatik ulser.


Jika ulser terasa sakit, dapat digunakan pengobatan topikal seperti kortikosteroid
topikal. Penyembuhan traumatik ulser dapat terjadi secara spontan, tetapi steroid
topikal dapat mempercepat penyembuhan dan mengurangi gejala. Jika ulkus tidak
sembuh dalam waktu 2 minggu, biopsi harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis
dan menyingkirkan neoplasia atau infeksi.4

b. Behcet Syndrome (Sindrom-Okulo-Oral-Genital)


Kelainan penyakit inflammatory multisitem (gastrointestinal, cardiovascular,
ocular, sistem saraf pusat, articular, pulmonary, dan dermal). Aphtous rekuren oral
biasanya tanda-tanda yg selalu muncul pada awal munculnya penyakit.4 Sindrom ini
biasa ditemukan di Turki, Asia Tengah, Timur Tengah dan Jepang.1
 Etiologi
- Disfungsi imun atau abnormalitas sistem imun yang merupakan hasil
dari reaksi hipersensitivitas yang dipicu oleh antigen HLA-B51 atau
antigen lingkungan seperti virus, bakteri, bahan kimia).4
- Vaskulitis (radang pembuluh darah).4
 Gambaran Klinis
- Mulut (mukosa non keratin  minor aphtae)3
o Ukuran aphtae bervariasi tetapi paling sering minor dengan
erythema yang meluas
o Lesi tidak dapat dibedakan dengan SAR secara klinis ataupun
histologis.3
- Kelamin (ulcer. Lelaki: skrotum, Wanita : vulva, vagina, uterine)
kadang terlihat juga di anus.4
- Mata (konjungtivitis, uveitis, retinitis).4
- Sendi (arthritis).4
- Sistem saraf pusat (sakit kepala).1,4

21
Gambar 2.8. Manifestasi Klinis Sindrom Behcet.1,4

 Gambaran Histopatologis
Tampak Limfosit T yg tinggi pada ulser behcet syndrome dan adanya
infiltrat neutrofil tampak muncul di dinding pembuluh darah.4

 Diagnosis
Diagnosis sindrom Behçet didasarkan pada tanda dan gejala klinis yang
terkait dengan berbagai daerah yang terkena. Tidak ada temuan spesifik yang
dicatat dalam jaringan biopsi, dan tidak ada tes laboratorium yang mendukung.4

 Perawatan
Tidak ada terapi standar yang diketahui untuk sindrom Behçet.
Kortikosteroid sistemik sering diresepkan, dan obat imunosupresif lainnya,
seperti chlorambucil and azathioprine, dapat digunakan sebagai pengganti atau
sebagai tambahan steroid. Dapsone, cyclosporine, thalidomide, interferon, dan
agen biologis anti tumor necrosis factor (anti-TNF) juga dapat berperan dalam
pengobatan pasien ini, tergantung pada tingkat keparahan penyakit.4

c. Manifestasi terkait infeksi virus – Recurrent Intraoral Herpes/Recurrent


Stomatitis Herpetica.
Istilah HSV recrudescent  merujuk pada ulserasi yang disebabkan oleh
reaktivasi virus. Virus ini laten pada ganglia saraf.4

 Etiologi
Reaktivasi Virus HSV-1. Adapun peicu yang dapat menyebabkan
terjadinya reaktivasi virus ini, yaitu : Sistem imun menurun, demam, radiasi
ultraviolet, trauma, stres, dan ketidakseimbangan hormon (menstruasi) dapat
menjadi pemicunya.
 Gambaran Klinis

22
Gejala yang timbul sebelum lesi muncul yaitu gejala prodromal seperti
sensasi terbakar atau nyeri di tempat munculnya lesi. Dalam beberapa jam
vesikel yg banyak akan muncul  vesikel ini mudah ruptur dan akan
menyatu membentuk ulcer yang seperti peta.4

Gambaran klinis lesi ini berupa ulcer yang diawali oleh pembentukan
vesikel. Lesi ini akan sembuh tanpa bekas dalam 1-2 minggu. Biasanya lesi
akan kambuh dan terjadi lagi di dekat tempat yang sama.4

Gambar 2. 9. Gambaran Klinis Recurrent Herpes Simpleks Sekunder.4

 Gambaran Histopatologis
Epitel di tepi ulser mengandung sel-sel terinfeksi virus yang membesar
dan berwarna gelap.4

Gambar 2. 10 Gambaran Histopatologi Lesi Recurrent Intraoral Herpes Simplek.4

 Diagnosis
Selain berdasarkan riwayat dan temuan klinis, beberapa teknik tersedia
untuk mengkonfirmasi diagnosis infeksi HSV termasuk melakukan tes
Tzanck Smear, serologi, kultur virus, imunohistokimia, atau reaksi berantai

23
polimerase. Sebagai catatan, penggunaan apusan atau preparat Tzanck hanya
membantu jika hasilnya positif.4

 Cytologi smear: metode pengambilan sampel yang paling umum


digunakan untuk diagnosis  tidak invasif dan hemat biaya. Pemeriksaan
mikroskopis menunjukkan perubahan karakteristik pada sel epitel yang
terinfeksi.5
 Metode  scrapping pada dasar lesi (terutama vesikel) yang dioleskan
pada kaca objek. Preparat dapat diwarnai dengan pewarnaan Wright,
Giemsa (preparasi Tzanck), atau Papanicolaou untuk menunjukkan adanya
karakteristik Giant Cell Multi-nucleus atau intranuklear inclution.3
 Serologi : Tes serologi berguna dalam menggambarkan paparan HSV
baru-baru ini atau masa lalu  digunakan paling sering dalam studi
epidemiologi. Antibodi HSV biasanya mulai muncul 4 sampai 8 hari
setelah paparan awal.
Infeksi HSV primer  peningkatan titer imunoglobulin M (IgM) diikuti
beberapa minggu kemudian oleh titer IgG.3
Infeksi rekuren  peningkatan titer antibodi IgG dalam serum akut dan
pemulihan.
 PCR : Polymerase chain reaction (PCR) dari swab telah terbukti
mendeteksi antigen HSV 3-4 kali lebih sering daripada kultur jaringan.
Kekurangan : mahal dan hanya mendeteksi antigen (DNA Virus) bukan
mendeteksi partikel infeksi keseluruhan, sehingga tes PCR positif untuk
HSV tidak sama dengan infeksi aktif.3
 Biopsi jaringan  Lesi HSV umumnya tidak dibiopsi karena gambaran
klinis dan riwayatnya khas, dan infeksi dapat dipastikan dengan kultur
atau spesimen sitologi bila diperlukan. Namun, jika dilakukan biopsi, akan
terlihat adanya sel epitel raksasa berinti banyak di tepi ulkus. Inti
menunjukkan cetakan khas dan memiliki penampilan ground-glass.3

 Perawatan
Salah satu faktor terpenting dalam pengobatan infeksi HSV adalah waktu.
Agar penggunaan obat menjadi efektif, obat tersebut harus digunakan

24
sesegera mungkin setelah mengenali gejala awal atau prodromal. Tidak lebih
dari 48 hingga 72 jam (2-3 hari) sejak timbulnya gejala umumnya dianggap
sebagai waktu yang ideal untuk memulai tindakan terapeutik.
AntivirusAsiklovir dan analognya telah menunjukkan kemanjuran terbesar
dalam pengobatan infeksi mukokutan. Sistemik : Acyclovir tablet 400 mg 3
kali sehari atau valacyclovir 1000 mg 2x/hari.4,5
Herpes sekunder dapat dikendalikan sampai tingkat tertentu dengan
asiklovir sistemik. Kekambuhan tidak dapat dicegah, tetapi perjalanan dan
tingkat keparahan penyakit dapat dikendalikan. Asiklovir cream (atau
analog) 5% yang dioleskan 5 kali sehari saat gejala pertama kali muncul
sedikit mengurangi durasi lesi herpes dan dapat menggugurkan beberapa lesi.
N-docosanol topikal (10%) telah digunakan secara efektif, meskipun uji
klinis acak masih kurang.4,5

2.1.7. Perawatan.

- Debridement-Medikasi-Kontrol Predisposisi. 4,5


- Mild-moderate disease – Topikal kortikosteroid—Triamcinolone
acetonide
- Chlorhexidine 0,2%  dapat digunakan sebagai obat kumur untuk SAR.
Digunakan 2 kali sehari setelah makan dan ditahan dimulut setidaknya 1
menit.
- Kasus berat  Prednisone 25 mg daily
- Berkumur dengan tetrasiklin secara signifikan mengurangi frekuensi dan
tingkat keparahan aphthae  herpetiform aphthae. Isi kapsul tetrasiklin
(250 mg) dapat diaduk dalam sedikit air dan ditahan di mulut selama 2-3
menit, tiga kali sehari. Namun, ada beberapa preparat tetrasiklin yang
mudah larut, dan penggunaan membawa risiko superinfeksi oleh Candida
albicans.
- Pemberian nutrisi tambahan  Vit B12, asam folat dan Zat besi  kasus
sar dengan defisiensi nutrisi.

25
26
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan adanya sariawan pada pipi bagian dalam
sebelah kanan berjumlah satu sejak 2 hari yang lalu yang terasa sakit saat pasien
makan dan menyikat gigi. Pasien mengaku bahwa sariawan yang dialaminya tidak
bertambah besar. Pasien mengaku sebelumnya sering megalami sariawan
biasanya sekitar 1 bulan sekali. Sariawan yang muncul biasanya berjumlah satu
hingga dua di lokasi yang berbeda. Sariawan biasanya muncul ketika pasien
dalam kondisi kurang fit atau ketika pasien akan memasuki jadwal menstruasi.
Pasien mengaku tidak pernah mencari pengobatan terkait sariawan yang dialami.
Selama pasien sariawan, pasien mengaku mengobatinya dengan meminum lasegar
atau adem sari dan kelamaan sariawan tersebut mengecil. Pasien mengaku
sekarang dalam kondisi sering kelelahan dan tidak enak badan.
Pada pemeriksaan intraoral ditemukan adanya lesi ulser, berbentuk
irreguler, berwarna putih dikelilingi eritema, berjumlah 1, ukuran diameter 4x5
mm, berlokasi di mukosa bukal kanan dekat gigi 47, berbatas jelas dan
simptomatik. Selain itu, pada mukosa bukal kanan dan kiri juga ditemukal lesi
plak putih tidak dapat diseka berupa garis berukuran 25x2 mm berbatas jelas
bentuk irreguler berjumlah 2 memanjang disepanjang bidang oklusal mulai dari
gigi kaninus hingga gigi molar. Pada retromolar papilla kanan dan kiri bawah
terdapat lesi plak, berbentuk irreguler, berwarna putih, berjumlah 1, berukuran ±4
mm, didekat gigi 48 dan 38, berbatas jelas, asimptomatik. Pada area gigi geligi,
ditemukan gigi 26 : karies D6, gigi 38 : impaksi dan gigi 11,31,41 : malposisi
Dari pemeriksaan klinis dan riwayat pasien, lesi ini didiagnosis sebagai
Stomatitis Aftosa Rekuren Mayor. Kondisi ini umum terjadi namun
penyebabnya belum diketahui tetapi terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
sariawan tersebut muncul seperti faktor hormonal terkait siklus menstruasi,
kekurangan nutrisi dan kondisi imun tubuh menurun.
Pasien diberikan informasi terkait sariawannya dan diberikan intruksi
untuk menggunakan obat sesuai instruksi dengan cara membersihkan sariawan
menggunakan kassa yang di basahi dengan air matang, lalu selanjutnya
dikeringkan menggunakan kassa kering. Setelah itu, oleskan selapis tipis

27
Triamcinolone acetonide in orabase pada sariawan menggunakan cotton bud 2x
sehari. Setelah pengaplikasian obat, pasien diintruksikan untuk tidak
makan/minum selama 30 menit. Pasien juga diintruksikan untuk lebih sering
mengkonsumsi makanan yang mengandung asam folat, zat besi, dan B12 seperti
sayuran hijau, buah-buahan, hati, daging, telur kacang, dan susu serta menjaga
kebersihan gigi dan mulut.

28
BAB IV
KESIMPULAN

Pasien bernisial IO berumur 22 tahun berjenis kelamin perempuan


didiagnosis dengan Stomatitis Aftosa Rekuren. Stomatitis Aftosa Rekuren
merupakan Stomatitis Aftosa Rekuren merupakan suatu lesi ulser yang bersifat
berulang (kekambuhan) yang ada di rongga mulut. Stomatitis aftosa rekuren
(SAR), juga dikenal sebagai aphthae atau sariawan, adalah kondisi umum yang
ditandai dengan munculnya ulkus kecil, bulat atau ovoid multipel berulang yang
berbatas tegas, adanya halo eritematosa, dan dasar ulser yang berwarna kuning
atau abu-abu. Pasien diberikan pengobatan topikal kortikosteroid yaitu
Triamcinolone Acetonide dengan pemakaian 2x sehari selama 7 hari. Selain itu
pasien juga diberikan edukasi terkait nutrisi dan kebersihan rongga mulut serta
dilakukan observasi selama 7 hari. Setelah kontrol pertama lesi sudah healing.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. E. W. Odell. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine.


9th ed. 2017. Elsavier. Page 256-259, 259-260
2. Scully, Crispian. Oral & Maxillofacial Medicine The Basis of Diagnosis
and Treatment 3 rd Edition. Churchill Livingstone; Elsevier. 2013. Page
194-200.
3. Glick, Michael. Burket’s Oral Medicine 12th Edition. PMPH-USA. 2015.
Page 73-77
4. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral Pathology : Clinical Pathologic
Correlations. 7th Ed. St. Louis : Elsevier. 2017. Page 38-43, 23-27.
5. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Chi, AC. Oral and Maxilloacial
Pathology.4th Ed. Elsavier. Page 303-308

30

Anda mungkin juga menyukai