Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Oleh
YULIANA BELINDA
1910027024
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus tentang “Penyakit Ginjal Kronis”.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium
Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan laporan kasus ini tidak lepas
dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. Ika Fikriah, M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman.
2. dr. Soehartono, Sp. THT-KL, selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
3. dr. Yuliana Rahmah R., Sp. PD selaku Kepala Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
4. dr. Ridha Niradita W., Sp.PD selaku dosen pembimbing selama penulis menjalani
co-assistance.
5. Dosen-dosen klinik dan pre-klinik FK Universitas Mulawarman khususnya staf
pengajar Lab/SMF Ilmu Penyakit Dalam, terima kasih atas ilmu yang telah
diajarkan kepada penulis.
6. Rekan-rekan dokter muda di Lab/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD AWS/FK
Universitas Mulawarman dan semua pihak yang telah membantu, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari terdapat ketidaksempurnaan dalam penulisan, sehingga
penyusun mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnan tutorial klinik ini. Akhir
kata, semoga tutorial klinik ini berguna bagi penyusun sendiri dan para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2. Tujuan ........................................................................................................... .5
BAB II LAPORAN KASUS ................................................................................ .6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12
3. Penyakit Ginjal Kronis ...................................................................................... 12
3.1 Definisi ........................................................................................................... 12
3.2 Etiologi ............................................................................................................ 12
3.3 Faktor risiko dan Patofisiologi ........................................................................ 13
3.4 Manifestasi Klinis ........................................................................................... 19
3.5 Klasifikasi ...................................................................................................... 20
3.6 Diagnosis ........................................................................................................ 21
3.7 Penatalaksanaan. ............................................................................................. 24
3.8 Prognosis . ....................................................................................................... 27
3.9 Pencegahan . .................................................................................................... 27
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 30
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran terutama
bidang Ilmu Penyakit Dalam khususnya tentang Penyakit Ginjal Kronis
5
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesis
2.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. Y
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 55 tahun
Alamat : Kutai Barat
Pekerjaan : Guru
MRS pada tanggal 19 November 2019 pukul 20.00 WITA.
6
pemberian antibiotik saat di RS. HIS. Setelah kurang lebih 3 hari pasien mengaku
mengalami maag dengan pemberian antibiotik lalu antibiotik di hentikan dan pasien
mengaku di nyatakan oleh dokter untuk melakukan cuci darah akan tetapi pasien
menolak saat itu.
7
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung -/-,
sekret -/-, mukosa hiperemis (-/-)
Mulut : Sianosis (-), atrofi papilla lidah (-), mukosa buccal tidak nampak
kelainan
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), peningkatan vena
jugularis (-)
Axilla : benjolan noduler sinistra (+)
2.2.3 Thorax
Pulmo
Inspeksi : bentuk dada normal dan gerak pernapasan simetris
Palpasi : fremitus raba dextra=sinistra
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler di seluruh lapangan paru, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS VI AAL Sinistra
Perkusi : batas kanan ICS II, III parasternal line dextra
batas kiri ICS VI axillaris anterior line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
2.2.4 Abdomen
Inspeksi : Datar, sikatrik (+), striae (-), caput medusae (-), massa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen, shifting dullness (-)
Palpasi : Soefl, nyeri tekan (-), organomegali (-), nyeri ketok ginjal (-/-)
2.2.5 Ekstremitas :
Superior : Akral hangat, edema (-/-),CRT < 2 detik
8
Inferior : Akral hangat, edema (-/-), CRT <2 detik
2.4 Diagnosis
9
CKD + DM tipe 2
2.5 Penatalaksanaan
Co Sp. PD :
- Co. Anastesi dari ruangan untuk pesangan CDL
- Novorapid 3x10 ui
- Obat rutin dari pasien
- RL 10 tpm
2.6 Follow Up
N Tanggal Follow up Lab
o
1 20 November S : mual tidak ada DL 19/12/19
2019 O : TD 140/80 mmHg, N 80x/menit, RR Hb : 9,0 mg/dL
Jam 19.00 20x/menit SpO2 99% room air, T.36,0 C. Hct : 26,5%
WITA A : CKD + DM tipe 2 Leu : 8.240 mg/dL
P: Trb : 363.000/mm3
- IVFD Ringer Laktat10 tpm GDS : 317 mg/dL
- Novorapid 3x8 ui Ur : 142,6 mg/dL
- Pro/HD Cr : 12,6 mg/dL
Na : 128 mmol/L
K+: 3,8 mmol/L
Cl- : 100 mmol/L
10
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) adalah kelainan dari struktur atau fungsi ginjal
lebih dari 3 bulan dengan implikasi bagi kesehatan (Lesley et al., 2012). Menurut
Central Disease of Control (CDC) PGK sendiri ialah suatu kondisi di mana ginjal rusak
dan tidak dapat menyaring darah seperti ginjal pada normalnya, akibatnya hasil
metabolisme tubuh dari darah tidak dapat di buang menyebabkan masalah kesehatan
lain (CDC, 2014). Menurut Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (KDOQI)
PGK di tandai oleh Albuminuria, kelainan sedimen urine, kelainan elektrolit dan
kelainan fungsi tubular, riwayat transplantasi ginjal dan penurunan GFR <60
ml/menit/1.73 m2 (GFR kategori G3a-G5) (Lesley et al., 2012).
3.2 Etiologi
Penyebab dari Penyakit Ginjal Kronis (PGK) sangat bervariasi. Di Indonesia
penyebab PGK seperti Glumerulopati Primer, Nefropati Diabetika, Nefropati Lupus,
Penyakit ginjal hipertensi, Ginjal polikistik, Nefropati Asam urat, Nefropati Obstruksi,
Pielonefritis kronik dan lain-lain. Penyebab ini berbeda di negara Amerika Serikat, data
dari Health Science Journal menyebutkan bahwa penyebab terbanyak ialah Diabetik
Nephropathy diikuti glomerulonefritis, penyebab yang tidak diketahui, hipertensi
nephropathy, kronik intersisial nefritis dan ginjal polikistik. Perbedaan ini mungkin
karena perbedaan ras, umur, jenis kelamin dan sosial ekonomi (Tzanakaki et al., 2014).
Beberapa jurnal terbaru mengatakan bahwa selain penyakit yang mendasari
faktor lain seperti ras, jenis kelamin, umur dan riwayat keluarga sangat penting karena
merupakan faktor risiko yang berkaitan dengan PGK. Faktor-faktor yang tidak dapat
diubah seperti ras, jenis kelamin umur dan riwayat keluarga sangat tinggi untuk terkena
penyakit PGK. Laporan International Society of Nephrology bahwa orang amerika-
afrika yang memiliki usia tua, berat lahir rendah dan riwayat keluarga sangat tinggi
dikemudian hari menderita PGK. fakor lain seperti diabetes melitus, obesitas,
11
hipertensi berisiko besar dapat berdampak pada ginjal dan menimbulkan PGK
(Kazancioglu, 2013).
12
antara cedera ginjal dengan sintesis NO. Penelitian terbaru menunjukkan peran
protektif dari tidak adanya cedera pada ginjal. Namun, Penelitian lain menunjukkan
pengaruh berbahaya dari NO pada penyakit ginjal. Dengan demikian, peran NO
tergantung dari pada jenis sel dan NO isoform. Pengaruh secara tidak langsung dari
hormon seks dapat dari sistem Renin-Angiotensin yang diinduksi oleh testosteron dan
dihambat oleh estrogen. Estrogen juga berperan dalam mengurangi stres oksdatif ginjal
dengan mensupresi aktivitas Nikotinamida adenin dinukleotida fosfat (NADPH)
oksidase (Ji et al., 2007)
3.3.2 Umur
Proses Penuaan berhubungan dengan Penyaki Ginjal Kronis (PGK). Massa
ginjal menurun dengan bertambahnya usia dan Glomerulosklerosis menyebabkan
penurunan berat ginjal. Pemeriksaan histologis penting untuk mengetahui penurunan
jumlah glomerulus sebanyak 30%-50% pada usia 70 tahun. GFR puncak selama
dekade ketiga kehidupan sekitar 120 mL/mnt/1.73m2, kemudian mengalami penurunan
rata-rata sekitar 1 mL/mnt/1.73m2 mencapai nilai rata-rata 70 mL/mnt/1.73m2 pada
usia 70 tahun (Arora, 2016). Pada usia setelah 30 tahun, ginjal akan mengalami atrofi
dan ketebalan korteks ginjal akan berkurang sekitar 20% setiap dekade. Perubahan lain
yang akan terjadi dengan bertambahnya usia berupa penebalan membran basal
glomerulus, ekspansi mesangium glomerular dan terjadinya deposit protein matriks
ekstraselular sehingga menyebabkan glomerusklerosis (Prakash & O'Hare, 2009).
Rumus Menentukan GFR :
GFR for male: (140 – umur) x bb(kg) / [72 x Serum kreatinin]
GFR for female: GFR(wanita) = GFR(pria) x 0.85
Ginjal mengalami penurunan fungsi seiring bertambahnya usia, yang
menghasilkan banyak efek pada sistem ginjal. Massa ginjal menurun antara usia 30 dan
80 tahun, dengan penurunan paling tajam yang pada usia 50. Jaringan parut dan
fibrosis, yang dapat menggantikan beberapa jaringan parenkim, terutama terjadi pada
korteks ginjal (Gambar 2.4) dan jaringan parut dapat mempengaruhi nefron yang
memiliki fungsi penting untuk membuat konsentrasi urin yang maksimal. Bahkan pada
13
ginjal yang mengalami penuaan secara normal, 30% glomerulus dihancurkan dan
mengalami sklerosis glomerular secara difus pada usia 75 tahun, dan glomeruli yang
tersisa menunjukkan gangguan kemampuan penyaringan. Temuan terkait usia pada
pemeriksaan mikroskopis terhadap biopsi ginjal dapat dibagi menjadi dua kelompok:
(1) nefrosklerosis termasuk glomerulosklerosis, atrofi tubular, fibrosis interstisial, dan
arteriosklerosis dan (2) analisis morfometrik mikroanatomi seperti mengukur ukuran
glomerulus. Glomerulosklerosis yang terjadi akibat penuaan memiliki tampilan
pembuluh darah yang iskemik dengan kapiler yang kolaps dan fibrosis intrakapsular,
hal ini menunjukkan asal lesi vaskular primer. Beberapa glomeruli fungsional
menunjukkan kapiler iskemik, penebalan membran dasar, dan fibrosis intrakapiler
ringan, yang seluruhnya merupakan prekursor glomerulosklerosis. Seiring waktu,
iskemik kapiler glomerular dengan sklerosis dan endapan kolagen mengisi ruang
kapsula Bowman. Selain glomerulosklerosis, peningkatan arteriosklerosis, hipertrofi
medial, dan hyalinosis arteriolar terjadi pada bertambahnya usia. Sebagai hasil
sklerosis glomeruli juxtaglomerular, berhubungan langsung antara arteriol aferen dan
eferen yang melewati kapiler glomeruli. Atrofi tubular dengan daerah sekitar fibrosis
interstisial meningkat seiring bertambahnya usia (Imae, Horio, Watanabe, Iseki, &
Yamagata, 2009)
14
dan perubahan hemodinamik (sistemik dan hipertensi glomerulus). Faktor-faktor lain,
seperti inflamasi, disfungsi endotel dan stres oksidatif juga masih diteliti. (K & B,
2015).
Aspek kunci dari patofisiologi adalah kerusakan membran basal. Kerusakan
ginjal mengakibatkan ada penebalan progresif dari membran basal, perubahan
patologis di sel mesangial dan pembuluh darah, pembentukan Advance glycation end
products (AGE), akumulasi poliol melalui jalur aldosteron dan aktivasi protein kinase
C. Bagian Makromolekul melalui membran basal juga mengaktifkan jalur inflamasi
yang berkontribusi terhadap kerusakan sekunder (K & B, 2015).
Kelainan abnormalitas hemodinamik serupa pada kedua diabetes tipe 1 dan tipe
2. Kelainan fisiologis awal ialah hiperfiltrasi glomerulus berhubungan dengan
hipertensi intraglomerular. Ini disertai dengan timbulnya mikroalbuminuria, tanda
klinis pertama pada penyakit ginja (K & B, 2015).
Sampai saat ini, hiperfiltrasi masih dianggap sebagai awal dari mekanisme
patogenik dalam laju kerusakan ginjal. Penelitian Brenner dkk pada hewan
menunjukkan bahwa saat jumlah nefron mengalami pengurangan yang berkelanjutan,
filtrasi glomerulus dari nefron yang masih sehat akan meningkat sebagai bentuk
kompensasi. Hiperfiltrasi yang terjadi pada sisa nefron yang sehat lambat laun akan
menyebabkan sklerosis dari nefron tersebut.
Mekanisme terjadinya peningkatan laju filtrasi glomerulus pada nefropati
diabetik ini masih belum jelas, tetapi kemungkinan disebabkan tetapi kemungkinan
disebabkan oleh dilatasi arteriol aferen oleh efek yang tergantung glukosa, yang
diperantai hormon vasoaktif, IGF-1, Nitric Oxide, prostaglandin dan glukagon. Efek
langsung dari hiperglikemia adalah ranggsangan hipertrofi sel, sintesis matriks
ekstraselulerm serta produksi TGF-𝛽 yang diperantarai oleh aktivasi protein kinase-C
(PKC) yang termasuk dalam serine-theonin kinase yang memiliki fungsi pada vaskular
seperti kontraktilitas, aliran darah, proliferasi sel dan permeabilitas kapiler.
Hiperglikemia kronik dapat menyebabkan terjadinya glikasi nonenzimatik asam amino
dan protein ( reaksi Mallard dan Browning). Pada awalnya, glukosa akan mengikat
residu amino secara non-enzimatik menjadi basa Schiff glikasi, lalu terjadi penyusunan
15
ulang untuk mencapai bentuk yang lebih stabil tetapi masih reversibel dan disebut
sebagai produk amadori. Jika proses ini berlanjut terus, akan terbentuk Advance
Glycation End-Products (AGEs) yang ireversibel. AGEs diperkirakan menjadi
perantara bagi beberapa kegiatan seluler seperti ekspresi adhesion molecules yang
berperan dalam penarikan sel-sel mononuklear, juga pada terjadinya hipertrofi sel,
sintesa matriks ekstraseluler serta inhibisi sintesis Nitric Oxide. Proses ini akan terus
berlanjut sampai terjadi ekspansi mesangium dan pembentukan nodul serta fibrosis
tubulointersitisialis sesuai dengan tahap-tahap dari Mogensen. Hipertensi yang timbul
bersama dengan bertambahnya kerusakan ginjal, juga akan mendorong sklerosis pada
ginjal pasien diabetes. Penelitian menunjukkan adanya vasokonstriksi arteriol sebagai
akibat kelainan renin angiotensin sistem. Diperkirakan bahwa hipertensi pada diabetes
terutama disebabkan oleh spasme arteriol eferen intrarenal atau intraglomerulus.
3.3.4 Hipertensi
Hipertensi adalah salah satu penyebab utama PGK karena efek merusak dengan
meningkat tekanan darah yang terjadi di pembuluh darah ginjal. Jika terjadi jangka
panjang dan tidak terkendali, tekanan darah yang tinggi menyebabkan tekanan
intraglomerular tinggi dan akhirnya merusak glomerulus. Kerusakan Glomerulus
mengakibatkan peningkatan abnormal jumlah protein dalam urin (mikroalbuminuria
atau proteinuria). Mikroalbuminuria merupakan protein kecil albumin dalam urin dan
sering menjadi penanda dari PGK. Proteinuria (Protein-to-kreatinin >200 mg/g)
sebagai penanda langsung PGK dan berhubungan dengan prognosis buruk untuk
perkembangan penyakit PGK (Morgado & Neves, 2012).
Hipertensi menyebabkan kompensasi melalui mekanisme autoregulasi dan
fungsi endotel dalam memproduksi nitic oxide (NO) yang masih normal dan intak
terhadap shear stress akan mampu mempertahankan tekanan intraglomerular dalam
keadaan normal sehingga pernurunan fungsi ginjal menjadi sangat lambat. Kompensasi
yang terjadi dari sisa-sisa glomerulus terjadi melalui mekanisme adaptasi yakni dengan
meningkatkan laju filtrasi glomerulus. Hipertensi yang berlangsung lama akan
menyebabkan perubahan resistensi arteriol aferen dan eferen yang menyempit akibat
16
perubahan struktur mikrosvaskuler. Kondisi ini akan menyebabkan iskemi glomerular
dan mengaktivasi respons inflamasi. Hasilnya, akan terjadi pelepasan mediator
inflamasi, endotelin, dan aktivasi angiotensin II intrarenal. Kondisi ini pada akhirnya
akan mengaktivasi apoptosis, meningkatkan produksi matriks dan deposit pada
mikrovaskular glomerulus dan terjadilah sklerosis glomerulus atau nefrosklerosis.
Nefron yang masih sehat akan melakukan kompensasi dengan melakukan vasodilatasi
aferen diikuti peningkatan tekanan intraglomerular disertai proteinuria masif, yang
pada akhirnya akan menyebabkan nefrosklerosis hipertensif dan berujung ESRD.
Struktur arteri aferen berubah, terjadi kolaps dan sklerosis global pada membran basal
glomerulus sehingga arterioal menjadi tidak intak. Konsekuensi hipertensi kronik akan
berakibat terjadinya jejas mikrovaskular, iskemia dan hipertrofi glomerular.
Penyempitan arteri dan arteriol aferen berakibat aliran darah menuju glomerulus
menjadi berkurang sehingga terjadi iskemia glomerular dan glomerulosklerosis.
Iskmeia glomerular menurunkan aliran plasma pascaglomerular yang akan memicu
iskemia tubular, dan kemudian mengaktivasi endotelin, TGF-β yang mengakibatkan
sklerosis glomerular, tubuloinstertisial atau nefrosklerosis (Firmansyah, 2013).
3.3.5 Obesitas
Mekanisme kerusakan ginjal akibat obesitas disebabkan oleh pengaturan
natrium pada orang obesitas dan resistensi insulin. Peningkatan insulin meningkatkan
penyerapan natrium di tubulus proksimal dengan penurunan penyerapan natrium di
tubulus distal khususnya makula densa, menyebabkan umpan balik yang menghasilkan
perfusi lebih besar di glomerulus. Peningkatan penyerapan natrium di tubulus
proksimal disebabkan oleh hiperinsulinemia namun dapat diatasi oleh pembuangan
natrium di tubulus proksimal karena peningkatan kadar leptin terlihat pada orang
obesitas. Tingkat aldosteron yang tinggi pada orang obesitas dibandingkan yang tidak
obesitas juga meningkatkan reabsorbsi natrium di tubulus distal. Pada keadaan fisiologi
respon reabsorbsi tubulus ginjal terhadap insulin lebih baik dibanding respon campuran
hormon leptin atau aldosteron dalam obesitas (D'Elia, 2009).
17
Peningkatan beban zat terlarut yang tersaring karena oleh peningkatan lemak
dan kandungan pada orang obesitas mengakibatkan membesarnya glomular. pada studi
oleh Hospital Lapeyronie menemukan peningkatan GFR pada pasien obesitas
berhubungan dengan obesitas dan glomerulomegali berhubungan dengan ekresi urin
urea dan protein. Hal ini didukung oleh Blood Urea Nitrogen (BUN) sebagai penanda
untuk asupan protein. Hiperinsulinemia pada obesitas terkait dengan peningkatan
perfusi otot yang mirip dengan peningkatan perfusi nefron. Pada hewan coba,
ditemukan glomerulomegali dengan diet lemak tinggi. Saat tikus gemuk kehilangan
berat badan akibat diet kalori rendah, terjadi penurunan proteinuri yang terkait dengan
perbaikan glomerulopathy (D'Elia, 2009).
18
Tabel 2.1 gejala klinis awal PGK (Arici, 2014)
Kelemahan
Penurunan nafsu makan
Mual
Nocturia dan Polyuria
Darah di urine atau urin berwarna hitam
Urine berbusa
Sakit pinggang
Edema
Peningkatan tekanan darah
Kulit pucat
Tabel 2.2 gejala klinis sindrom uremia pada PGK (Arici, 2014)
Umum (Lesu, kelelahan, peningkatan tekanan darah, tanda
peningkatan volume overload, cegukan keras, uremic fetor).
Kulit (penampilan pucat, uremic frost, pruritus ekscoriasis)
Pulmonal (sesak nafas, efusi pleura, edema pulmonal, uremic lung)
19
3.5 Klasifikasi
Menurut Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO)
mengklasifikasikan stadium PGK berdasarkan kategori GFR dan kategori albuminuria.
Semakin menurun GFR maka stadium tersebut makin tinggi yang menyebabkan ginjal
semakin mengalami penurunan fungsi dalammenyaring darah (KDIGO, 2012).
20
3.6 Diagnosis
3.6.1 Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Pasien PGK datang dengan keluhan utama yang tidak khas. Keluhan seperti
nyeri pinggang, malaise, kulit pucat, mual dikeluhkan pasien. Selain keluhan tersebut,
keluhan yang berhubungan penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi
trakturs urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemi. Sindrom uremia,
yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume
cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic frost,perikarditis, kejang-kejang sampai
koma. Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia ,osteodistrofi renal, payah
jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium,
klorida) (Suwitra, 2014).
3.6.2 Pemeriksaan penunjang
Kidney Health Australia merekomendasikan PGK pada semua umur setidaknya
2 kali untuk pemeriksaan minimal 3 bulan, terlepas dari penyebab apa yang mendasari.
Apabila di ukur Glomerular Filtration Rate (GFR) < 60 mL/mnt/1,73 m2 dan/ atau
ditemukan kerusakan ginjal (albuminuria, proteinuria, hematuria setelah diekslusikan
penyebab urologi, atau kelainan struktur di ginjal setelah di lakukan pemeriksaan
radiologis ginjal) (Johnson, 2012) .
Pemeriksaan penunjang yang berhubungan ialah :
1) Hitung darah lengkap
2) Diulangi (biasanya 1 minggu setelahnya) serum
urea/elektrolit/eGFR/albumin
3) Albumin di urin : kreatinin rasio ( sebaiknya di ambil pada
pagi hari, meskipun urine acak diperbolehkan).
4) Glukosa dan lipid puasa.
5) Mikroskopi urin dan kultur urin
6) USG ginjal.
21
Pada pasien yang memiliki gejala dan tanda sebagai berikut diindikasi
pemeriksaan seperti di bawah ini:
Tabel 2.5 indikasi pemeriksaan penunjang pasien PGK 6 (Johnson, 2012)
Keadaan Pasien Indikasi pemeriksaan
Diabetes HbA1c
EGFR < 50 mL/mnt/1.73m2 Serum kalsium, fosfat, hormon
paratiroid, 25-hydroxy-vitamin D dan
pemeriksaan zat besi
Berusia lebih dari 40 tahun Serum dan urin elektoforesis
Memiliki ruam, arthritis atau penyakit Anti-nuklear antibodi, extractable
jaringan lunak nuclear antigens, tes komplemen
Memiliki Gejala di paru atau fungsi Anti-glomerular basement membrance
ginjal memburuk antibody, Anti-neutrophil cytoplasmic
antibody
Memiliki faktor risiko Hepatitis B, Serology HBV, HCV, HIV
Hepatitis C dan Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
Memiliki albuminuria yang persisten > Pertimbangkan untuk biopsi ginjal,
60- 120 mg/mmol ( kurang lebih 24 jam
urin protein > 1-2 g/hari)
22
Ketika PGK terdiagnosis, untuk mempertimbangkan penyebab yang mendasari
dan untuk mempertimbangkan penyebab diagnosis lain seperti obstruksi ginjal,
vaskulitis, sindrom nefrotik dan glomerulonefritis. Dengan melakukantese GFR yang
berulang dapat menyingkirkan kondisi yang akut. Itu sangat penting bahwa untuk
menyingkirkan kondisi penyakit ginjal akut dengan tidak mengasumsikan eGFR yang
tidak normal pada pemeriksaan pertama merupakan kondisi penyakit ginjal kronis
(PGK) (Johnson, 2012). Pada tabel dibawah ini kriteria untuk mendiagnosis PGK
terlepas dari usia:
23
Selain pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan Radiologis, biopsi dan
pemeriksaan histopatologi ginjal dapat dilakukan pada pasien yang dicurigai
mengalami PGK. Pemeriksaan radiologis yang berkaitan PGK meliputi pemeriksaan
foto polos abdomen, pielografi intravena, pielografi antegrad atau retrograd, USG
ginjal. Pada pemeriksaan foto polos abdomen bisa tampak batu radio-opak. Pielografi
intravena jarang dilakukan karena kontras sering tidak bisa melewati filter glomerulus,
di samping pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami
kerusakan. Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan sesuai indikasi. USG ginjal
memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang menipis, adanya
hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi. Biopsi dan pemerisaan
histopatologi apabila ukuran ginjal masih mendekati normal dimana diagnosis secara
tidak bisa di tegakkkan. Pemeriksaan histopatologi bertujuan mengetahui etiologi,
menetapkan terapi, prognosis dan mengetahui hasil terapi yang telah di berikan
(Johnson, 2012).
3.7 Penatalaksanaan
Pasien PGK harus makan makanan diet seimbang dan memadai sesuai
kebutuhan energi. National Health and Medical Research Council (NMHRC)
merokemendasikan diet sepert di jelaskan pada tabel 2.8. NMHRC mengatakan bahwa
pasien PGK dengan eGFR < 30 mL/mnt/1.73m2 harus melakukan diet tersebut demi
menghindari dari komplikasi penyakit lain. Pasien PGK dengan obesitas harus di
lakukan pembetasan kalori dibawah normal (Mathew, 2015).
Tabel 2.7 Target gizi bagi pasien PGK dengan eGFR <30
mL/mnt/1.73m2
Parameter Target
Protein Dengan asam amino esensial 0,35
g/kg/hari atau diet rendah protein 0,6
g/kg/hari
24
Garam 2 g/hari
Fosfat Tidak diperlukan pembatasan
Potasium Jika terjadi hiperkalemia persisten,
konsultasikan ke ahli gizi untuk
membatasi asupan dan menghindari
makanan tinggi kalium.
Cairan Minum air jika haus
Peningkatan asupan cairan tidak di
perlukan
Vitamin D Parasikalsitol oral 1 µg/ hari
Lemak Plant sterols 2 g/hari
Karbohidrat 40%-60% dari total kebutuhan kalori
25
Pengobatan Tipe Alat yang Dampak ke gaya
digunakan hidup
Transplantasi Donor hidup atau 1.Pembedahan 1. Kebebasan untuk
donor meninggal 2.Imunosupresan bekerja
seumur hidup 2.Perlu
3.Mungkin mempertahankan diet
menunggu 3-7 yang sehat, tetapi
untuk pendonor tidak ada pembatasan
meninggal lain.
4. Donor mungkin 3. Tingkat
hidup kelangsungan hidup
yang baik
4. Tingkat Infeksi
yang tinggi dan
tingkat akan terjadi
kanker yang tinggi.
Peritonial dialisis Contionuos Empat kantong 1. Membutuhkan
(PD) Ambulatory siang hari diubah Kateter PD
Peritoneal secara manual 2. Sederhana , lembut
Dialysis (CAPD) dan mudah di bawa
3. Pelatihan 1 minggu
4. Kebebasan untuk
bekerja dan bepergian
5. Kualitas hidup baik
6. Biasanya
berlangsung 2-5 tahun
Automated Setiap malam di 1. Seperti di atas
Peritoneal ganti oleh mesin dengan tidak ada
Dialysis (APD) persyaratan tambahan
apapun.
Central 1. Rumah sakit 1. Darah di 1. Rutinitas yang ketat
Hemodialisis 2. 3 kali seminggu bersihkan oleh filter 2. Diet ketat
3. Berlangsung 4- buatan 3. Transportasi ke
6 jam 2. Operasi fistula rumah sakit di
minimal 3 bulan perlukan
4. Tidak ada pelatihan
5. Risiko infeksi lebih
Pengobatan Tipe Alat yang Dampak ke gaya
digunakan hidup
Non Dialisis 1. Tidak dialisis 1. Medikasi dan 1. Pada kebanyakan
supportif atau transplantasi kontrol diet orang, angka harapan
2. Management di 2. Perencanaan hidup akan menurun
komunitas perawatan intensif dibandingkan dialisis
3. Didukung oleh atau transplantasi
perawatan paliatif
26
Tabel 2.8 Perbandingan singkat opsi dari pilihan pengobatan (Mathew, 2015)
3.8 Prognosis
Semua stadium PGK dapat menyebabkan kematian. Penelitian di Italia
menunjukkan kematian tertinggi ialah pasien pada stadium 5 (ESRD) dibandingkan
stadium lain. Apabila di usia muda ditemukan obesitas, proteinuria dan
peningkatan fosfat dapat diprediksi mengalami ESRD dikemudian hari. Apabila di
usia tua ditemukan diabetes, riwayat penyakit kardiovaskular, ESRD, proteinuria,
peningkatan asam urat dan anemia diprediksi mengalami kematian (Nicola,
Chiodini, & Zoccali, 2011)
3.9 Pencegahan
Beberapa faktor risiko yang dapat diubah seperti hipertensi dan diabetes
melitus tipe 2. Pemeriksaan yang dilakukan ialah pengukuran tekanan darah secara
rutin dan pemeriksaan gula darah sewaktu. Pemeriksaan ini perlu dilakukan karena
faktor risiko yang berhubungan dengan PGK. Kebanyakan pasien PGK tidak
mengetahui bahwa dirinya pernah mengalami hipertensi atau diabetes melitus. Dari
pemeriksaan ini dapat di kontrol dari tekanan darah atau gula darah yang sewaktu-
sewaktu dapat meningkat. Pencegahan ini dapat juga diterapkan apabila sudah
mengalami PGK. Pencegahan yang dimaksud ke arah komplikasi ke
kardiovaskular. Hal-hal yang termasuk dalam pencegahan dan terapi penyakit
kardiovaskular adalah pengendalian diabetes, pengendalian hipertensi,
pengendalian anemia, pengendalian hiperfosfatemia dan terapi terhadap kelebihan
cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit (NKF, 2016).
Pemeriksaan yang berhubungan dengan fungsi ginjal ialah tes urin dan tes
darah. Yang di liat dari tes tersebut ialah kadar ACR dan GFR. Pemeriksaan ACR
mengetahui apakah terdapat albumin di dalam urin. Albumin adalah salah 1 protein
di dalam tubuh. Terdapat protein di urin menunjukkan bahwa ginjal mengalami
kerusakan. Apabila di ulang selama 3 kali lebih dari 3 bulan tersebut positif
berturut-turut merupakan pertanda PGK. Pemeriksaan lain dapat menilai dari
27
fungsi ginjal ialah pemeriksaan darah yang berhubungan dengan GFR. Yang biasa
di ukur ialah kreatinin di dalam darah. Kreatinin adalah produk sisa dari jaringan
otot. Ketika ginjal rusak, ginjal mempunyai masalah dalam membuang kreatinin di
dalam darah. Kadar kreatinin diukur lalu di kalkulasikan dengan umur, ras dan jenis
kelamin untuk mendapatkan GFR. Pada GFR berfungsi normal apabila mengalami
penurunan berarti ada suatu masalah pada ginjal (NKF, 2016).
Gaya hidup sehat dan menjauhi makanan atau minuman yang membuat
dampak pada ginjal salah satu pencegahan primer pada PGK. Berolahraga, diet
makanan rendah karbohidrat dan rendah garam, tidak merokok dan tidak meminum
alkohol. Karena PGK adalah penyakit yang sulit disembuhkan pencegahan sangat
penting peranannya. Pencegahan sendiri memiliki peran meningkatkan kualitas
umur dan memelihara fungsi ginjal dalam keadaan normal (NKF, 2016)
28
29
BAB 4
PEMBAHASAN
Pasien Tn. Y usia 55 tahun tahun datang ke IGD dengan keluhan mual kurang lebih
3 minggu dengan riwayat ginjal tahun 2014. Pasien memiliki benjolan pada ketiak kiri
pada tahun 2019, dengan pengunaan antibiotik selama 3 hari benjolan mengecil tetapi
pasien mengalami nyeri ulu hati karena pasien memiliki riwayat maag lalu di sarankan
melakukan cuci darah. Pemeriksaan lab creatinin di dapatkan 12,6 mg/dL. Hasil GFR
: 4,4 mL/min/1.73m2.
4.1 Anamnesis
Kasus Teori
1. Mual sudah kurang lebih 3 Pasien PGK datang dengan keluhan utama
minggu sebelum masuk rumah yang tidak khas.
sakit, mual terjadi sesaat setelah Keluhan seperti nyeri pinggang, malaise,
batuk kulit pucat, mual
2. Mual yang kemudian langsung Selain keluhan tersebut, keluhan yang
muntah, muntah berisi cairan berhubungan penyakit yang mendasari
dan isi makanan, darah tidak seperti diabetes melitus, infeksi trakturs
ada. urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi,
3. Batuk kurang lebih 3 minggu, hiperurikemi.
batuk kering tanpa dahak. Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah,
4. Nyeri sendi kurang lebih 2 tahun letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia,
pada kedua lutut yang tidak bisa kelebihan volume cairan, neuropati perifer,
duduk bersila. pruritus, uremic frost,perikarditis, kejang-
5. Mata kabur sejak dinyatakan kejang sampai koma.
memiliki gula darah tinggi pada Gejala komplikasinya antara lain,
tahun 2001. hipertensi, anemia ,osteodistrofi renal,
payah jantung, asidosis metabolik,
30
6. BAK pasien lancar, warna gangguan keseimbangan elektrolit (sodium,
kuning bening tanpa darah kalium, klorida)
dengan konsumsi air yang
terkontrol.
7. BAB tidak lancar, kurang
lebih satu minggu sekali baru
bisa BAB, BAB tidak padat,
berwarna kuning tanpa darah.
8. Benjolan seperti bisul pada
bagian ketiak kiri muncul baru
sejak tahun 2019. Saat
benjolan muncul disertai
dengan demam.
Kasus Teori
Pada axilla kiri di Pasien PGK datang dengan keluhan utama yang
dapatkan benjolan tidak khas. Keluhan seperti nyeri pinggang,
malaise, kulit pucat, mual dikeluhkan pasien.
Selain keluhan tersebut, keluhan yang
berhubungan penyakit yang mendasari seperti
diabetes melitus, infeksi trakturs urinarius, batu
traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemi.
Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah, letargi,
anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan
volume cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic
frost,perikarditis, kejang-kejang sampai koma.
31
4.3 Pemeriksaan Penunjang
Kasus Teori
DL 19/12/19 Kidney Health Australia
Hb : 9,0 mg/dL merekomendasikan PGK pada semua
Hct : 26,5% umur setidaknya 2 kali untuk pemeriksaan
Leu : 8.240 mg/dL minimal 3 bulan, terlepas dari penyebab
Trb : 363.000/mm3 apa yang mendasari. Apabila di ukur
GDS : 317 mg/dL Glomerular Filtration Rate (GFR) < 60
Ur : 142,6 mg/dL mL/mnt/1,73 m2 dan/ atau ditemukan
Cr : 12,6 mg/dL kerusakan ginjal (albuminuria, proteinuria,
Na : 128 mmol/L hematuria setelah diekslusikan penyebab
K+: 3,8 mmol/L urologi, atau kelainan struktur di ginjal
Cl- : 100 mmol/L setelah di lakukan pemeriksaan radiologis
ginjal)
Kimia klinik 12/11/19 Stadium 5 PGK dengan GFR<15
As. Urat : 9,4 mg/dL mL/mnt/1.73m2
Kolesterol total : 242 mg/dL
32
penunjang yang mengarah ke 2. Keluhan seperti nyeri pinggang, malaise, kulit
penyakit ginjal kronik: pucat, mual
1. Mual sudah kurang lebih 3 minggu 3. Selain keluhan tersebut, keluhan yang
sebelum masuk rumah sakit, mual berhubungan penyakit yang mendasari seperti
terjadi sesaat setelah batuk diabetes melitus, infeksi trakturs urinarius, batu
2. Mual yang kemudian langsung traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemi.
muntah, muntah berisi cairan dan 4. Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah,
isi makanan, darah tidak ada. letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia,
3. Batuk kurang lebih 3 minggu, batuk kelebihan volume cairan, neuropati perifer,
kering tanpa dahak. pruritus, uremic frost,perikarditis, kejang-
4. Nyeri sendi kurang lebih 2 tahun kejang sampai koma.
pada kedua lutut yang tidak bisa Pemeriksaan penunjang
duduk bersila. 1. Kidney Health Australia merekomendasikan
5. Mata kabur sejak dinyatakan PGK pada semua umur setidaknya 2 kali untuk
memiliki gula darah tinggi pada pemeriksaan minimal 3 bulan, terlepas dari
tahun 2001. penyebab apa yang mendasari. Apabila di ukur
6. BAK pasien lancar, warna kuning Glomerular Filtration Rate (GFR) < 60
bening tanpa darah dengan mL/mnt/1,73 m2 dan/ atau ditemukan
konsumsi air yang terkontrol. kerusakan ginjal (albuminuria, proteinuria,
7. BAB tidak lancar, kurang lebih satu hematuria setelah diekslusikan penyebab
minggu sekali baru bisa BAB, BAB urologi, atau kelainan struktur di ginjal setelah
tidak padat, berwarna kuning tanpa di lakukan pemeriksaan radiologis ginjal)
darah. 2. Stadium 5 PGK dengan GFR <15
8. Benjolan seperti bisul pada bagian mL/mnt/1.73m2
ketiak kiri muncul baru sejak tahun
2019. Saat benjolan muncul disertai
dengan demam.
9. Hasil GFR : 4,4 mL/min/1.73m2
33
4.5 Penatalaksanaan
Kasus Teori
Co Sp. PD : Managemen pengobatan meliputi transplantasi
- Co. Anastesi dari ruangan Peritonial dialisis, hemodialisis, central
untuk pesangan CDL hemodialisis, non dialisis supportif.
- Novorapid 3x10 ui
- Obat rutin dari pasien
- RL 10 tpm
- Pro/HD
34
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pasien Tn. Y usia 55 tahun tahun datang ke IGD dengan keluhan mual kurang
lebih 3 minggu dengan riwayat ginjal tahun 2014. Pasien memiliki benjolan pada
ketiak kiri pada tahun 2019, dengan pengunaan antibiotik selama 3 hari benjolan
mengecil tetapi pasien mengalami nyeri ulu hati karena pasien memiliki riwayat
maag lalu di sarankan melakukan cuci darah. Pemeriksaan lab creatinin di dapatkan
12,6 mg/dL. Hasil GFR : 4,4 mL/min/1.73m2.
5.2 Saran
Deteksi dini dari penyakit ginjal kronis sangatlah penting. Hal ini
dikarenakan penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan penurunan produktivitas
kerja dari seseorang. Faktor risiko yang menyebabkan timbulnya berbagai
manifestasi yang komplek, diantaranya, penumpukan cairan, edema paru, edema
perifer, kelebihan toksik uremik bertanggung jawab terhadap perikarditis dan
iritasi, sepanjang saluran gastrointestinal dari mulut sampai anus. gangguan
keseimbangan biokimia (hiperkalemia, hiponatremi, asidosis metabolik), gangguan
keseimbangan kalsium dan fosfat lama kelamaan mengakibatkan demineralisasi
tulang neuropati perifer, pruritus, pernafasan dangkal, anoreksia, mual dan muntah,
kelemahan dan keletihan. Berbagai macam manifestasi lain bisa muncul akibat
penyakit ginjal kronis ini.
Sebagai masukan kepada masyarakat agar dapat meningkatkan kesadaran
untuk melakukan pemeriksaan secara rutin darah dan mendatangi tempat pelayanan
kesehatan apabila memiliki keluhan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Arora, P. (2016, Juli ). Chronic Kidney Disease. Retrieved March 4, 2017, from
medscape: http://emedicine.medscape.com/article/238798-overview#a3
Baylis, C. (2009). Sexual Dirmorphism, the Aging Kidney, and Involvement of Nitric
Oxide Deficiency. Semin Nephrol , 569-578.
CDC. (2014). General Information and National estimates on chrionic kidney disease.
National Chrionic Kidney fact Sheet ,
https://www.cdc.gov/diabetes/pubs/pdf/kidney_factsheet.pdf.
Chaudhry, S. (2016, January 1). Chronic Kidney Disease. Retrieved January 24, 2017,
from McMaster Pathophysiology Review: http://www.pathophys.org/ckd/
Chen, X., & Beddhu, S. (2015). Food for Thought: Diet as a risk factor for CKD.
American Journal of Nephrology , 425-426.
Coresh, J. (2016, April ). Fast Facts. Retrieved Januari Thrusday, 2017, from National
Kidney Foundation:
https://www.kidney.org/news/newsroom/factsheets/FastFacts#Ref
D'Elia, J. A., Roshan, B., Maski, M., & Weinrauch, L. A. (2009). Manifestation of renal
disease in obesity: Pathophysiology of obesity-related dysfunction of the kidney.
International Journal of Nephrology and Renovascular Disease , 39-49.
Imae, E., Horio, M., Watanabe, T., Iseki, K., & Yamagata, K. (2009). Abstract.
Prevalence of chrionic Kidney Disease in the Japanese general population ,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19513802.
36
Ingsathit A, Thakkinstian A,Chaiprasert A, Sangthawan P,Gojaseni P, Kiattisunthorn
K et all. (2010). Nephrol. Dial. Transplant. Prevalence and risk factors of chronic
kidney disease in the Thai adult population: Thai SEEK study , 1.
Ji, H., Zheng, W., Menini, S., Pesce, C., & Kim, J. (2007). Female Protection in
Progressive Renal Disease Is Associated With Estradiol Attenuation of Superoxide
Production. Gender medicine , 56-68.
K, N., K, O., & M, T. (2013). Aging and Chronic Kidney Disease. Kidney blood
Pressure , 109-120.
Kazancioglu, R. (2013). Risk factors for chronic kidney disease. Atlanta: International
Society Nephrology.
KDIGO. (2012). Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of
Chronic Kidney Disease. Journal of The International Society of Nephrology , X-XII.
Kemenkes. (2017, Maret 9). Info Datin. Situasi Penyakit Ginjal Kronis , p. 1.
KHA. (2014). Statistics of CKD. Retrieved January 24, 2017, from Kidney Health
Australia: http://kidney.org.au/health-professionals/prevent/statistics
Lesley, A. I., Brad, C. A., Chester, H. F., Tamara, I., Lash, J. P., & et all. (2012).
American Journal Of Kidney Diseases Guideline. KDOQI Clinical Practice Guideline
for the Evaluation and Management of CKD , 713-735.
Maric, C., Sandberg, K., & Hinojosa-Laborde, C. (2008). Age-Related Renal Disease
in Dahl Salt Sensitive Rats is Attenuated with 17β-Estradiol Supplementation by
Modulating Nitric Oxide Synthase Expression. Gend Med , 147-159.
37
Mathew, T. (2015). Guidance and clinical tips to help identify, manage and refer
patients with CKD in your practice. Chronic Kidney Disease (CKD) Management in
General Practice , 5.
Morgado, E., & Neves, P. L. (2012). Hypertension and Chronic Kidney Disease: Cause
and Consequence - Therapeutic Considerations. (H. Babaei, Ed.) Portugal: InTech.
Nicola, L. D., Chiodini, P., Zoccali, C., Borelli, S., & Cianciaruso, B. (2011). Prognosis
of CKD Patients Reveiving Outpatient Nephrology Care In Italy. American Society of
Nephrology , 2421-2428.
NKF. (2011). High Blood Pressure and Chronic Kidney Disease. New York , New
York, USA.
NKF. (2016, January 1). Prevention. Retrieved March 4, 2017, from National Kidney
Foundation: https://www.kidney.org/prevention
NKUDIC. (2012). The Growing Burden of Kidney Disease. Kidney Disease Statistic
for the United States , 1-15.
Paulsen, F., & Washcke, J. (2012). Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta: EGC.
Prakash, S., & O'Hare, A. M. (2009). Interaction Of Aging And CKD. NIH Public
Acces , 497-503.
Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem (Vol. 6). (N. Yesdelita,
Ed.) Jakarta: EGC.
Tjekyan, S. (2012). Pembahasan. Prevalensi dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik
di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang , 275-282.
Tzanakaki, E., Boudouri, V., Stavropoulou, A., Stylianou, K., Rovithis, M., &
Zidianakis, Z. (2014). Causes and Complications of chronic kidney disease in patients
on dialysis. Health Science Journal , 343-349.
38
USRDS. (2016). 2016 USRDS annual data report: epidemiology of kidney disease in
the United States. Bethesda: National Institutes of Health.
Vos, T., Barber, R. M., Bell, B., Villa, A. B., & Blryukov, S. (2015, Juni 7). Global
Burden of Disease Study 2013 Collaborators. Global, regional, and national incidence,
prevalence, and years lived with disability for 301 acute and chronic disease and
injuries in 188 countries, 1990-2013: a systematic analysis for the Global Burden of
Disease Study 2013 , pp. 743-800.
WHO. (2012). Summary of Evidence. Sodium Intak for Adults and Children , 11-17.
WKD. (2015). Chronic Kidney Disease. Retrieved June 20, 2017, from World Kidney
Day: http://www.worldkidneyday.org/faqs/chronic-kidney-disease/
39