Oleh:
Dian Natalia, S.Ked 04084821921097
Norlaila Binti Chahril, S.Ked 04054821921164
Pembimbing:
dr. Della Fitri Cana, Sp.PD
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Penyakit Ginjal Kronik
Oleh:
Case ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD H.M. Rabain
Muara Enim Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 17 Juni s.d 12
Juli 2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan YME karena atas rahmat dan
berkat-Nya Case Report yang berjudul “PENYAKIT GINJAL KRONIK” ini
dapat diselesaikan tepat waktu. Case Report ini dibuat untuk memenuhi salah satu
syarat ujian kepaniteraan di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Della Fitricana
Sp.PD atas bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih baik. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan telaah
Ilmiah ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan untuk penulisan yang lebih baik di masa yang akandatang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS................................................................................2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................12
3.1. Definisi ...................................................................................................12
3.2. Epidemiologi...........................................................................................12
3.3. Etiologi dan Faktor Risiko .....................................................................14
3.4. Patogenesis .............................................................................................15
3.5. Manifestasi Klinis ..................................................................................16
3.6. Penegakan Diagnosis ..............................................................................19
3.7. Pemeriksaan Penunjang ..........................................................................21
3.8. Derajat Berat Ringannya Penykit SLE ...................................................23
3.9. Penilaian Aktivitas Penyakit SLE ..........................................................24
3.10. Penatalaksanaan SLE Secara Umum ......................................................25
3.11. Manifestasi Anemia pada SLE ...............................................................33
BAB IV ANALISIS KASUS............................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................42
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patologis dengan berbagai
macam penyebab ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang progresif. 1
Penyakit ginjal kronik merupakan keadaan yang memengaruhi fungsi dan struktur
ginjal dengan berbagai macam gambaran klinis berdasarkan penyebab, keparahan,
dan progresivitas penyakit yang mendasarinya.2 Pada umumnya PGK berakhir
dengan gagal ginjal.1
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018) menunjukkan jumlah
penderita PGK di Indonesia memiliki pertumbuhan hampir 100% dalam kurun
waktu 2014-2015. Kejadian PGK terus meningkat sejalan dengan meningkatnya
penduduk usia lanjut.4 Prevalensi PGK di RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang tahun 2012 sebesar 61% yang terdiri dari 8,7% derajat 3a; 4,7%
derajat 3b; 6,3% derajat 4 dan 41,3% derajat 5.5
Penyakit ginjal kronik menyebabkan berbagai macam komplikasi seperti
anemia dan osteodistrofi renal, 80-90% pasien PGK mengalami anemia. 1 PGK
diketahui berhubungan dengan kejadian hipertensi, anemia dan overload volume,
hyperparathyroidism dan metabolism kalsium – fosfat yang abnormal. Faktor –
faktor tersebut telah dihubungkan dengan perkembangan terjadinya left
ventricular hypertrophy (LVH), left ventricular dilatation, myocardial fibrosis dan
kalsfikasi pembuluh darah serta katup jantung.1
Peningkatan cardiac output merupakan faktor risiko kuat terjadinya LVH
sebagai mekanisme kompensasi tubuh agar distribusi oksigen tetap memadai.
Oleh karena itu, anemia dapat menyebabkan peningkatan risiko morbiditas dan
mortalitas pada penderita PGK secara bermakna yaitu sebesar 40-45% kematian
disebakan oleh penyakit kardiovaskular.1,6
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1IDENTIFIKASI
• Nama : Tn. HRZ
• Umur : 51 tahun
• Jeniskelamin : Laki-laki
• Alamat : Lubai Ulu, MuaraEnim
• Status : Menikah
• Pekerjaan :Petani
• Agama :Islam
• MRS : 09Juni 2019
Keluhanutama
Sesak yang memberat + 4 hari SMRS disertai bengkak seluruh tubuh
Keluhan tambahan
Tidak nafsu makan
Sejak + 3 bulan SMRS pasien mengeluh sesak nafas disertai sembab pada
wajah. Pasien mengaku sesak bertambah berat jika pasien berjalan + 50 meter.
Mual (-), muntah (-), demam (-), penurunan nafsu makan (-), batuk (-). Pasien
2
kembali ke RS Santo Antonio untuk melakukan pengobatan diberi obat darah
tinggi, kencing manis, dan pengurang sembab wajah. Pasien rutin berobat ke RS
Antonio sejak 3 bulan ini dikarenakan sesak dan sembab wajah yang sering
kambuh. Keluhan sesak dan sembab dirasakan berkurang jika pasien ke rumah
sakit.
3
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 26 x/menit, reguler, torakoabdominal
Suhu : 36,4° C
SpO2 : 99%
Beratbadan : 43 kg
Tinggibadan : 158 cm
IMT : 17,2 kg/m2
Statusgizi : Underweight
Keadaan spesifik
Kepala
Normosefali, simetris, deformasi (-), sembab (+)
Mata
Eksophtalmus dan endopthalmus (-), edema palpebra (+/+), konjungtiva
palpebra anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), diameter 3
mm, reflek cahaya (+/+), pergerakan mata ke segala arah baik.
Hidung
Deformitas (-) sekret (-), septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik,
tidak ditemukan penyumbatan maupun perdarahan.
Telinga
Deformitas (-), MAE lapang, sekret (-), tophi (-), nyeri tekan processus
mastoideus (-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), sariawan (-), gusi berdarah (-), lidah
berselaput (-
), atrofi papil lidah (-), Tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), Pembesaran kelenjar tiroid tidak
ada, JVP (5-2) cmH2O, kaku kuduk (-).
4
Thoraks
Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
Pulmo
I : Statis,dinamis simetris kanan = kiri, barrel Chest (-), pelebaran sela
iga (-), retraksi (-) suprasternal danintercostal
P : Stem fremitus kanan = kiri, nyeri tekan(-)
P : Sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-), batas paru hepar ICS
VI, peranjakan (+) 1 selaiga
A:Vesikular (+) normal, ekspirasi memanjang (-\-), ronkhi (+/+) basah
halus, wheezing (-/-)
Cor
I : Iktus cordis tidakterlihat
P : Iktus codis tidakteraba
P : Batas jantung atas ICSII
Batas jantung kanan ICS IV Linea sternalis dextra Batas jantung
kiri ICS V Linea aksilaris anterior sinistra
A : BJ I dan II (+), reguler, murmur (-), gallop(-)
Abdomen
I : Datar, venektasi (-), spider naevi (-), tumor (-), pusat tidakmenonjol
A: Bising usus (+)normal
5
P : Keras (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, ballotement
ginjal(-)
P : Timpani, nyeri ketok (-), shifting dullnes (+), undulasi(-)
Extremitas atas:
Eutoni, eutrophi, gerakan bebas, kekuatan +5, nyeri tekan (-) edema (+),
jaringan parut (-), clubbing finger (-),akral hangat (+/+), turgor kembali
lambat.
Extremitas bawah:
Eutoni, eutrophi, gerakan terbatas pada lutut kanan, kekuatan +5,
teraba hangat (+/+), nyeri tekan (-), edema pretibial (+/+), turgor
kembali lambat.
Genitalia :
6
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Lab tanggal 9 Juni 2019
Hb : 9,2 g/dL
WBC : 3,25 x 103 /mm3
RBC : 4,29x 106 / mm3
Ht : 27,4 %
MCV : 84,3 fL
MCH : 28,3 pg
MCHC : 33,6
Plt : 182.000 /mm3
D/C : 0/0,2/90,7/1,2/7,9
Kimia Klinik
BSS : 421 mg/dL
Kolesterol total : 268 mg/dL
Ureum : 133 mg/dL
Kreatinin : 3,6 mg/dL
Protein Total : 5,0 mg/dL
Albumin : 3,2 mg/dL
Globulin : 1,8 mg/dL
SGOT : 16 mg/dL
SGPT : 21 mg/dL
Mg : 2,1 mg/dL
Ca : 7,0 mg/dL
Rontgen Thorax
8
Kesan :
Kardiomegali disertai edema paru dan efusi pleura bilateral
USG
Kesan :
Proses kronis kedua ginjal
Ascites
9
EKG
Irama sinus, HR 75x/menit, regular, Axis normal, PR interval normal, QRS
sempit.
11
2.7TATALAKSANA AWAL
Nonfarmakologis
Edukasi mengenai penyakit.
Meninggikan posisitidur
Farmakologis
NS gtt v/menit(micro)
Inj. Ceftriaxon 2x1g (i.v)
Omeprazole 1x1 vial (i.v)
Furosemid 1x1amp (i.v)
Apidra 3x8 unit
Prorenal 3x1 tab
2.8PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
- Quo ad sanationam : dubia ad malam
2.9 FOLLOWUP
Perkembangan di Bangsal Utama (19 Juni 2019)
Tanggal 19-06-2019
S Sesak disertai lemas
O:
Kesadaran Compos mentis
TD 150/100 mmHg
Nadi 88x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan 26x/menit
Suhu 36,5oc
Kepala Simetris, tidak ada deformitas
Mata Konjugtiva palpebra pucat (-), Sklera Ikterik (-)
Leher JVP (5-2) cmH2O, Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-)
Thorax : Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi
(-)
Pulmo
I : Statis,dinamis simetris kanan = kiri, barrel
Chest (-), pelebaran sela iga (-), retraksi (-)
suprasternal danintercostal
P : Stem fremitus kanan = kiri, nyeri tekan(-)
P : Sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-),
batas paru hepar ICS VI, peranjakan (+) 1 selaiga
A:Vesikular (+) normal, ekspirasi memanjang
12
(-\-), ronkhi (+/+) basah halus, wheezing (-/-)
Cor
I : Iktus cordis tidak terlihat
P : Iktus codis tidak teraba
P : Batas jantung atas ICSII
Batas jantung kanan ICS IV Linea sternalis dextra
Batas jantung kiri ICS V Linea aksilaris anterior
sinistra
A : A : BJ I dan II (+), reguler, murmur (-), gallop(-)
I : Datar, venektasi (-), spider naevi (-), tumor (-), pusat
Abdomen tidakmenonjol
A: Bising usus (+)normal
P : Keras (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,
ballotement ginjal(-)
P : Timpani, nyeri ketok (-), shifting dullnes (+), undulasi
(-)
Ekstremtas Extremitasatas :
Eutoni, eutrophi, gerakan bebas, kekuatan +5, nyeri
tekan (-) edema (+), jaringan parut (-), clubbing
finger (-), akral hangat (+/+), turgor kembali lambat.
Extremitas bawah:
Eutoni, eutrophi, gerakan terbatas pada lutut kanan,
kekuatan +5, teraba hangat (+/+), nyeri tekan (-),
edema pretibial (+/+), turgor kembali lambat.
Genitalia Skrotum bengkak (+)
A Hiperglikemi ec DM tipe II + CKD stage IV + Hipertensi
Stage II
P IVFD NS gtt v/menit(micro)
Inj. Ceftriaxon 2x1g (i.v)
Inj. Omeprazole 1x1 vial (i.v)
Inj. Furosemid 2x2amp (i.v)
Amlodipine 1x10 mg
Asam folat 1x400 mg
Ketorolax 3x1
Candesartan 1x8 mg
Spironolakton 1x25 mg
Apidra 3x8 unit
Ambroxol 3x1
13
Tanggal 20-06-2019
S Sesak disertai lemas dan mencret 3x/hari
O:
Kesadaran Compos mentis
TD 140/90 mmHg
Nadi 82x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan 28x/menit
Suhu 36,3oc
Kepala Simetris, tidak ada deformitas
Mata Konjugtiva palpebra pucat (-), Sklera Ikterik (-)
Leher JVP (5-2) cmH2O, Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-)
Thorax : Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi
(-)
Pulmo
I : Statis,dinamis simetris kanan = kiri, barrel
Chest (-), pelebaran sela iga (-), retraksi (-)
suprasternal danintercostal
P : Stem fremitus kanan = kiri, nyeri tekan(-)
P : Sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-),
batas paru hepar ICS VI, peranjakan (+) 1 selaiga
A:Vesikular (+) normal, ekspirasi memanjang
(-\-), ronkhi (+/+) basah halus, wheezing (-/-)
Cor
I : Iktus cordis tidakterlihat
P : Iktus codis tidakteraba
P : Batas jantung atas ICSII
Batas jantung kanan ICS IV Linea sternalis dextra Batas
jantung kiri ICS V Linea aksilaris anterior sinistra
A : A : BJ I dan II (+), reguler, murmur (-), gallop(-)
Abdomen I : Datar, venektasi (-), spider naevi (-), tumor (-), pusat
tidakmenonjol
A: Bising usus (+)normal
P : Keras (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,
ballotement ginjal(-)
P : Timpani, nyeri ketok (-), shifting dullnes (+), undulasi
(-)
Ekstremitas Extremitasatas :
Eutoni, eutrophi, gerakan bebas, kekuatan +5, nyeri
tekan (-) edema (+), jaringan parut (-), clubbing
finger (-), akral hangat (+/+), turgor kembali lambat.
Extremitas bawah:
Eutoni, eutrophi, gerakan terbatas pada lutut kanan,
kekuatan +5, teraba hangat (+/+), nyeri tekan (-),
edema pretibial (+/+), turgor kembali lambat.
Genitalia Skrotum bengkak (+)
A Hiperglikemi ec DM tipe II + CKD stage IV + Hipertensi
Stage I +
P IVFD NS gtt v/menit(micro)
Inj. Omeprazole 1x40mg
Inj. Furosemid 2x2amp (i.v)
Amlodipine 1x10 mg
Asam folat 1x400 mg
Ketorolax 3x1
Candesartan 1x8 mg
Spironolakton 1x25 mg
Apidra 3x8 unit
Ambroxol 3x1
Diet rendah protein
Tanggal 21-06-2019
S
O:
TD mmHg
Pernafasan x/menit
o
Suhu c
Thorax : Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-),
krepitasi (-)
Pulmo
I : Statis,dinamis simetris kanan = kiri, barrel
Chest (-), pelebaran sela iga (-), retraksi (-)
suprasternal danintercostal
P : Stem fremitus kanan = kiri, nyeri tekan(-)
P : Sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-),
batas paru hepar ICS VI, peranjakan (+) 1
selaiga
A:Vesikular (+) normal, ekspirasi memanjang
(-\-), ronkhi (+/+) basah halus, wheezing (-/-)
Cor
I : Iktus cordis tidakterlihat
P : Iktus codis tidakteraba
P : Batas jantung atas ICSII
Batas jantung kanan ICS IV
Linea sternalis dextra Batas
jantung kiri ICS V Linea
aksilaris anterior sinistra
Abdomen I : Datar, venektasi (-), spider naevi (-), tumor (-), pusat
tidakmenonjol
A: Bising usus (+)normal
P : Keras (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,
ballotement ginjal(-)
P : Timpani, nyeri ketok (-), shifting dullnes (+),
undulasi(-)
Ekstremtas Extremitasatas :
Eutoni, eutrophi, gerakan bebas, kekuatan +5, nyeri
tekan (-) edema (+), jaringan parut (-), clubbing
finger (-), akral hangat (+/+), turgor kembali lambat.
Extremitas bawah:
Eutoni, eutrophi, gerakan terbatas pada lutut kanan,
kekuatan +5, teraba hangat (+/+), nyeri tekan (-),
edema pretibial (+/+), turgor kembali lambat.
A Hiperglikemi ec DM tipe II + CKD stage IV + Hipertensi
Stage I
3.1. Definisi
Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patologis ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang progresif akibat berbagai macam
etiologi. Penurunan fungsi ginjal pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal
kronik. Penurunan fungsi ginjal biasa ditandai dengan adanya peningkatan
kadar kreatinin serum dan kadar ureum.1
Penyakit ginjal kronik mencakup berbagai perbedaan proses
patofisiologi ditandai dengan fungsi ginjal yang abnormal dan penurunan
LFG secara progresif. Penyakit ginjal kronik ditentukan berdasarkan ada
tidaknya gangguan ginjal dan tingkat fungsi ginjal tanpa melihat tipe penyakit
yang mendasarinya.2,6
3.2. Epidemiologi
Prevalensi PGK di dunia pada populasi umum berkisar 11-13% dengan
prevalensi terbesar pada derajat 3. Pada tahun 1995-1999, data insiden di
Amerika Serikat menyatakan bahwa diperkirakan ada 100 kasus PGK setiap
tahun pada setiap juta penduduk. Insiden PGK ini terus meningkat sebesar
8% setiap tahunnya. Insiden gagal ginjal di negara lain seperti Malaysia
diperkirakan terdapat sebesar 1800 kasus PGK pada 18 juta populasi
pertahunnya. Insiden pada negara berkembang diperkirakan sekitar 40-60
kasus PGK setiap tahun pada setiap juta penduduk. Data Riskesdas pada
tahun 2013 didapatkan 0,2% populasi berumur ≥ 15 didiagnosis menderita
gagal ginjal kronik. 1,3,4
1. Susceptibility Factors
Faktor yang berhubungan dengan peningkatan risiko individu
mengalami penyakit ginjal kronik setelah adanya paparan pada faktor yang
memiliki potensi mengakibatkan kerusakan ginjal.8
2. Initiation Factors
Faktor yang berhubungan langsung mengakibatkan atau menginisiasi
rusaknya ginjal pada individu yang rentan. Contoh: paparan obat
nefrotoksin, obstruksi saluran kemih, glomerulopati yang dapat
menyebabkan penyakit ginjal kronik pada beberapa individu dan tidak
pada semua individu.8
3. Progression Factors
Faktor yang berkontribusi dalam proses kerusakan ginjal setelah
penyakit ginjal kronik terjadi. Contoh: hipertensi yang mengeksaserbasi
peningkatan tekanan intraglomerular yang mengarah pada peningkatan
kerusakan ginjal. 8
3.4. Klasifikasi
Penyakit ginjal kronik telah diklasifikasikan menjadi beberapa derajat
(stage) berdasarkan hasil laju filtrasi glomerulus tanpa melihat kerusakan
ginjal dan keadaan proteinuria. Istilah gagal ginjal kronik muncul dari proses
penurunan jumlah nefron secara terus-menerus yang dapat disamakan dengan
derajat 3-5.7,8
Tabel 5. Klasifikasi PGK Berdasarkan Derajat Keparahan
LFGe
Derajat Deskripsi
(mL/menit/1,73m2)
1 > 90 Kerusukan ginjal dengan LFG dalam batas
normal atau meningkat
2 60-89 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG
ringan
3A 45-59 Penurunan nilai LFG sedang, dengan atau
3B 30-44 tanpa kerusakan pada ginjal
4 15-29 Penurunan nilai LFG berta, dengan atau
tanpa kerusakan pada ginjal
5 < 15 Gagal Ginjal atau End Stage Renal
Failure (ESRF)
Sumber: KDIGO Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation,
Classification, and Stratification, 2002.
3.5. Patofisiologi
Proses terjadinya PGK bergantung pada etiologi dan penyakit yang
mendasarinya menjelaskan patofisiologi gagal ginjal kronik terdiri dari 2
mekanisme yaitu mekanisme inisiasi yang spesifik pada etiologi yang
mendasarinya (pada tipe glomerulonefritis dengan mediator inflmasi dan
kompleks imun dan pada tipe kerusakan interstisiu dan tubulus tubulus ginjal
dengan adanya paparan toksin) dan rangkaian mekanisme progesif seperti
hiperfiltrasi dan hipertropi nefron. 6
Kerusakan pada ginjal mengakibatkan adanya penurunan massa ginjal.
Hal tersebut menyebabkan terjadinya proses adaptasi berupa hipertropi
struktural dan fungsional surviving nephrons (nefron sisa). Proses adaptasi
itu diperantarai oleh sitokin (molekul vasoaktif) dan growth factors.
Hipertropi nefron memicu terjadinya peningkatan aliran darah glomerulus
dan tekanan kapiler (hiperfiltrasi). Pada akhirnya proses adaptasi yang
dilakukan ginjal akan diikuti oleh proses maladaptasi. Proses maladaptasi
yang terjadi berupa sklerosis surviving nefrons. Pada keadaan ini, proses
penyakit yang mendasari sudah tidak berlangsung lagi namun penurunan
fungsi nefron tetap terjadi secara progresif .1
Nefropati Adaptasi
hipertropi dan
hiperfiltrasi
Jumlah nefron
berkurang
Protein bocor
Hipertensi Agiotensin II melalui
sistemik
glomerulus
Tabel 10. Nilai Anjuran Pembatasan Asupan Protein dan Fosfat penderita
PGK
LFG Asupan Protein (g/kgBB/hari) Fosfat
2
(mL/min/1,73m ) (g/kgBB/hari)
> 60 Tidak dianjurkan Tidak dibatasi
25-60 0,6-0,8 g/kgBB/hari, termasuk > 35g < 10 g
atau < 10 g/kgBB/hari protein nilai
biologi tinggi
5-25 0,6-0,8 g/kgBB/hari, termasuk >35g < 10 g
atau <10 g/kgBB/hari protein nilai
biologi tinggi atau tambahan 0,3g asam
amino esensial atau asam keton nefritis
akut
< 60 (sindrom 0,8 g/kgBB/hari (+1 g protein/ 1 g <9g
nefrotik) peoteinuria atau 0,3 g/kgBB tambahan
asam amino esensial atau asam keton)
Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, 2014.
GGA PGK
Hiperkalemia (K> 6,5) CKD derajat 5 (LFGe < 15 mL/min)
Asidosis (pH < 7,1 dan resisten Hiperkalemia
terhadap terapi)
Cairan berlebih/ fluid overload (jika Cairan berlebih/ fluid overload
dicurigai mengganggu fungsi paru)
Uremia simtomatik (perikarditis, Uremia simtomatik
neuropathy, encephalopathy)
Sepsis dan gangguan multi-organ Malnutrisi
Keracunan/ poisoning (lithium dan
methanol)
Sumber: ABC of Kidney Disease 2nd Edition, 2013.
3.8. Komplikasi
Penyakit ginjal kronik memengaruhi beberapa sistem organ. Pengaruh
terhadap sistem organ tersebut mengakibatkan terjadinya berbagai jenis
komplikasi seperti anemia, hipertensi, asidosis, defisiensi vitamin D,
hiperfosfatemia, hipoalbuminemia, dan hiperparatiroid. Pada Tabel 12.
ditampilkan prevalensi dari komplikasi PGK. 2
Persamaan Cockcroft-Gault
Laju filtrasi glomerulus memiliki ritme sirkadian pada sore hari yaitu
meningkat sebesar 10%. Laju filtrasi glomerulus juga dipengaruhi waktu
makan dan olahraga, yaitu akan meningkat setalah makan 1 jam dan LFG
akan mengalami penurunan sementara selama olahraga. Makanan protein
tinggi atau suplemen dapat memengaruhi LFGe, sehingga disarankan tidak
mengkonsumsi daging setidaknya 12 jam sebelum melakukan tes darah untuk
LFGe. Progresivitas PGK dapat diketahui melalui pengukuran LFGe dengan
minimal 3 kali pengukuran selama periode yang tidak kurang dari 90 hari.
Progresivitas PGK ditentukan sebagai penurunan LFGe > 5 mL/min/1,73m 2
dalam 1 tahun atau > 10 mL/min/1,73m2 dalam 5 tahun. 7
Pasien a.n. Tn. HRZ, usia 51 tahun, alamat di Lubai Ulu, Muara Enim,
dibawa ke IGD RSUD Dr. H. M. Rabbain Muara Enim pada tanggal 09 Juni 2019
dengan keluhan utama sesak yang memberat + 4 hari SMRS disertai bengkak
seluruh tubuh. Kondisi yang dapat dipikirkan berupa
Sejak ± 4 bulan SMRS, pasien mengeluh sesak nafas yang dirasakan terus
menerus tanpa dipengaruhi cuaca. Pasien mengaku sesak bertambah berat jika
pasien berjalan + 100 meter. Sesak yang dirasakan berkurang jika pasien istirahat
dengan posisi duduk. Pasien mengeluh sering terbangun pada malam hari karena
sesak yang dirasakan, oleh karena itu pasien mengaku lebih nyaman tidur pada
posisi bantal tinggi (2-3 bantal). Batuk (-), demam (-), mual (-), muntah (-),
penurunan nafsu makan (-). Pasien berobat ke RS Santo Antonio di Baturaja
dinyatakan mengalami sakit ginjal dan sakit jantung. Pasien diberi obat yang
pasien lupa namanya apa.
Sejak + 3 bulan SMRS pasien mengeluh sesak nafas disertai sembab pada
wajah. Pasien mengaku sesak bertambah berat jika pasien berjalan + 50 meter.
Mual (-), muntah (-), demam (-), penurunan nafsu makan (-), batuk (-). Pasien
kembali ke RS Santo Antonio untuk melakukan pengobatan diberi obat darah
tinggi, kencing manis, dan pengurang sembab wajah. Pasien rutin berobat ke RS
Antonio sejak 3 bulan ini dikarenakan sesak dan sembab wajah yang sering
kambuh. Keluhan sesak dan sembab dirasakan berkurang jika pasien ke rumah
sakit.
Sejak + 2 minggu SMRS pasien mengeluh sesak bertambah berat disertai
bengakak pada wajah dan kaki. Pasien mengaku sesak bertambah berat saat pasien
berjalan ke kamar mandi. Mual (+), muntah (+), muntah isi makanan yang dimakan,
demam (-), penurunan nafsu makan (+), batuk (+), batuk dirasakan seperti ada dahak,
tetapi dahak tidak keluar. Pasien kembali ke RS Santo Antonio dan dirawat beberapa
hari namun tidak ada perbaikkan. Bengkak dirasakan bertambah parah, menyebar ke
seluruh tubuh dan perut dirasakan mengencang. Pasien dirujuk ke RSUD Rabain untuk
ditatalaksana lebih lanjut.
Seorang laki-laki 51 tahun datang dengan keluhan sesak nafas memberat
sejak ± 1 hari sebelum masuk rumah sakit disertai bengkak seluruh tubuh. Pasien
datang ke IGD dengan kondisi sesak yang memberat yaitu tidak dapat menghilang
dengan istirahat dan tidak dapat berkurang lagi walaupun tidur dengan 3 bantal,
pasien juga harus dalam posisi membungkuk untuk sedikit meringankan sesaknya.
Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak yang semakin sering dan dirasakan
sejak ± 2 minggu SMRS dengan dahak berwarna putih kental sebanyak ± 1
sendok makan setiap kali batuk, darah pada dahak tidak ada. Batuk ini
memperburuk kondisi sesak pada pasien. Sesak memberat yang dialami pasien
tidak dipengaruhi posisi, cuaca serta aktivitas. Sesak memberat terutama pada
malam hari sehingga mengganggu tidur pasien. Nyeri dada tidak ada. Rasa
berdebar-debar tidak ada. Demam tetap ada, tidak terlalu tinggi dan disertai
periode bebas demam. Sakit kepala tidak ada, keringat malam tidak ada, nafsu
makan berkurang tidak ada, berat badan menurun tidak ada, mual ada namun tidak
muntah, badan lemas tidak ada, bengkak pada tubuh tidak ada. BAK dan BAB
tidak ada kelainan.
Sesak yang dirasakan pasien mulai memberat sejak ± 3 hari SMRS, pasien
mengeluh sesak yang dirasakan terus-menerus. Sesak dipengaruhi oleh aktivitas,
namun tidak dipengaruhi posisi dan cuaca. Pasien sering terbangun pada malam
hari karena sesak nafas. Sesak terutama memberat ketika pasien batuk. Pasien
akhirnya harus tidur dengan menggunakan 3 bantal untuk meredakan sesak dan
batuknya. Sesak tidak disertai suara mengi. Nyeri dada tidak ada. Rasa berdebar-
debar tidak ada. Demam ada, tidak terlalu tinggi disertai periode bebas demam.
Sakit kepala tidak ada, keringat malam tidak ada, nafsu makan berkurang tidak
ada, berat badan menurun tidak ada, mual dan muntah tidak ada, badan lemas
tidak ada, bengkak pada tubuh tidak ada. BAK dan BAB tidak ada kelainan.
Pasien sebelumnya memiliki riwayat sakit jantung dengan keluhan yang
serupa ± 5 tahun yang lalu. Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak
nafas yang disertai dengan batuk dan bengkak pada mata, wajah, perut, dan
tungkai. Pasien didiagnosis CHF oleh dokter dan diberikan tatalaksana. Pasien
hanya ingat diberikan obat yang diletakkan di bawah lidah dan furosemide. Pasien
tidak rutin kontrol. Pasien juga memiliki riwayat darah tinggi yang diketahui sejak
± 5 tahun yang lalu. Kondisi pasien yang tidak rutin kontrol menyebabkan
keluhan CHF yang mirip seperti sebelumnya berulang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/110 mmHg dan
frekuensi nafas 28x/menit. Pada pemeriksaan keadaan spesifik juga didapatkan
ronkhi basah halus di basal kedua paru dan batas jantung kiri pada ICS VI linea
axillaris anterior sinistra. Pemeriksaan penunjang berupa rontgen thorax PA
pasien didapatkan kesan kardiomegali dengan CTR>50%.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan maka pasien ini memenuhi kriteria Framingham
dalam penegakan diagnosis Congestive Heart Failure (CHF). Kriteria yang
terpenuhi antara lain kriteria mayor (paroksismal nokturnal dyspnea, ronkhi paru,
kardiomegali) dan kriteria minor (batuk malam hari dan dyspnea d’effort).
Tingkat keparahan CHF pada pasien ini berdasarkan New York Heart Association
(NYHA) yaitu NYHA III yang berarti terdapat keterbatasan dari aktivitas fisik
dan lebih nyaman saat istirahat, aktivitas fisik yang ringan dapat menyebabkan
lelah, berdebar, dan sesak.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien antara lain tatalaksana non
farmakologis dan farmakologis. Tatalaksana non farmakologis yaitu tirah baring,
diet, dan edukasi mengenai penyakit serta rencana pengobatan. Tatalaksana
farmakologis yaitu pemberian O2 5L/menit via nasal canule, injeksi furosemide
2x1 ampul intravena, spironolakton 1x25 mg per oral, digoxin 1x1 tab per oral,
miniaspilet 1x1 tab per oral, dan ambroxol 3x1 tab per oral.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suwitra, Ketut. Penyakit Ginjal Kronik. Siti Setiati et al. (Ed.). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Interna Publishing, 2014: 2161-2167
2. Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO). KDIGO 2012
Clinical Practice Guidelinefor the Evaluation and Management of Chronic
Kidney Disease. Journal of The International Society of Nephrology
[Internet]. 2013 [cited 2019 June 21]; 3(1). Available from:
http://www.kidney-international.org
3. Hill, Nathan R. et al. Global Prevalence of Chronic Kidney Disease: “A
Systematic Review and Meta-Analysis”. Plosone [Internet]. 2016 [cited 2018
July 5]; 11(7):1-18. Available from: http://journals.plos.org/ plosone/article?
id=10.1371/journal.pone.0158765
4. Tjekyan, R. M. Suryadi. Prevalensi dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik
di RSUP Dr . Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2012. MKs [Internet].
2014 [Cited 2019 June 20]; (4):275-282. Available from: http://eprints.
unsri.ac.id/5558/1/Prevalensi_dan_Faktor_Risiko_Penyakit_Ginjal_Kronik_d
i.pdf
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar:
Riskesdas 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI, 2013: 32-94.
6. Bargman, Joanne M. dan Karl Skorecki. Chronic Kidney Disease. Fauci et al.
(Ed.). Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th Edition. United States
of America: McGraw-Hill Companies, 2008: 1761-1771.
7. Ackland, Penny. Prevalence, Detection, Evaluation, and Management of
Chronic Kidney Disease. Goldsmith et al. (Ed.). ABC of Kidney Disease 2nd
Edition. London: Blackwell Publishing, 2013: 15-22.
8. Brugnara, Carlo dan Kai-Uwe Eckardt. Hematologic Aspects of Kidney
Disease. Taal et al. (Ed.). Brenner and Rector’s The Kidney 9 th Edition.
United States of America: Elsevier, 2012: 2081-2121.
9. Effendi, Imam dan H. M. S. Markum. Pemeriksaan Penunjang pada Penyakit
Ginjal. Siti Setiati et al. (Ed.). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Jakarta: Interna Publishing, 2014: 2049-2060
10. Mann, Doglas L., dan Chakinala, Murali. Section 279. Heart Failure:
Pathophysiology and Diagnosis. Dalam: Kasper Dennis L., dkk (Editor).
Harrison’s Principles of Internal Medicine 19th Edition; 2015.
11. Ghanie, A. Gagal Jantung Kronik. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi VI Jilid I. Jakarta: InternaPublishing.2014; p.1148-1160.