Oleh:
Pembimbing
Telaah Ilmiah
Topik
Oleh:
Tugas referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 24 Februari
s.d 30 Maret 2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul ”
Pemeriksaan Kornea: Fulorescein Test dan Siedel Test”.
Tugas referat ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di
Bagian/ Departemen Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan telaah
ilmiah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan........................................................................................... ii
Kata Pengantar..................................................................................................... iii
Daftar Isi .......................................................... iv
Bab I Pendahuluan............................................................................................... 1
Bab II Tinjauan Pustaka....................................................................................... 2
2.1 Anatomi Kelopak Mata........................................................................... 2
2.2 Tes Fluoresin........................................................................................... 3
2.3 Tes Sidel................................................................................................. 6
Bab III Kesimpulan.............................................................................................. 10
Daftar Pustaka...................................................................................................... 11
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata,
bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang
menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis :1,2
1. Epitel
a. Tebalnya 50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang
sating tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
b. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingya dan sel
poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan
ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan
barrier.
c. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya.
d. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
e. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman
a. Terletak di bawah membran basal epitel komea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma.
b. Lapis ini tidakmempunyai daya regenerasi
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di
bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
2
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak
di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar
dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
a. Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma
komea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.
b. Bersifat sangat elastik dan berkembang terns seumur hidup, mempunyai
tebal 40 µm.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-
40 pm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom
dan zonula okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan
suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman
melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada
kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf.Bulbul Krause untuk sensasi dingin
ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah
limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.1
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema
kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.1
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola
mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana
40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh
kornea.1
Tes flouresin adalah tes untuk melihat adanya defek pada sel epitel kornea.
Tes fluoresin adalah tes yang menggunakan pewarna oranye (fluorescein) dan
3
cahaya biru (cobalt blue) untuk mendeteksi benda asing di mata. Tes ini juga
dapat mendeteksi kerusakan pada epitel kornea. Fluoresin adalah bahan yang
berwarna jingga merah yang bila disinari gelombang biru akan memberikan
gambaran gelombang hijau. Bahan ini dipakai untuk melihat terdapatnya defek
epitel kornea, fistel kornea atau yang disuntikan intravena untuk dibuat foto
pembuluh darah pada retina.1
Adanya defek pada kornea akan memperlihatkan warna hijau dan disebut
sebgai uji flouresin positif. Prinsip kerja tes fluoresin memanfaatkan zat warna
fluoresin yang akan berubah menjadi hijau pada media alkali. Zat warna
fluoresin yang menempel pada epitel kornea yang mengalami defek akan
memberikan warna hijau karena jaringan epitel yang rusak bersifat lebih basa.
Selain itu ada teori yang menjelaskan pada defek epitel kornea akan terjadi
pelepasan lisozim yang kemudian akan berikatan dengan fluor dalam larutan
fluoresin sehingga menimbulkan warna hijau. Berberapa tujuan dilakukannya
tes fluoresin ini adalah sebagai berikut: 1,3
4
Pada pemeriksaan fluresin pasien diberikan obat anastesi topical (obat
tetes mata). Pada pemeriksaan menggunakan kertas fluorescin, sepotong
kertas blotting yang mengandung pewarna diletakkan di saccus konjungtiva
inferior selama 20 detik, pasien diminta untuk berkedip untuk menyebarkan
pewarna sekitar dan melapisi “film air mata” dan menutupi permukaan kornea
dan kemudian dilihat memlaui lampu cobalt blue.1
A B
Gambar 1 : Pemeriksaan fluoresin berupa eye drop (A), dan berupa kertas dengan
fluoresin (B).
5
A B
Gambar 2: Defek pada epitel kornea dengan cahaya biru atau cobalt blue (A), dan
dengan cahaya biasa (B)
Tes siedel sering disebut sebagai uji fistel adalah tes yang dilakukan
untuk mengetahui adanya perforasi kornea. Tes ini berguna untuk mengetahui
letak kebocoran kornea. Test Seidel ini diberi nama berdasarkan penemunya
yaitu seorang Ophthalmologist atau dokter Mata asal dari Jerman yang
bernama Erich Seidel pada tahun antara 1882 hingga 1948.1,3
6
terdapat kebocoran kornea atau adanya fistel kornea akan terlihat pengaliran
cairan mata yang berwarna hijau mulai dari lubang fistel. Cairan mata terlihat
bening dengan disekitarnya terdapat larutan fluoresin yang berwarna hijau.1
7
Pada seidel test digunakan pewarna Fluoresenin 10% berupa
Resorcinolphthalein yang merupakan senyawa organik sintetis tersedia warna
oranye gelap atau merah. Fluorescein yang terkonsentrasi akan terdilusi oleh
kebocoran yang akan mengalir ke bawah karena gravitasi dan pada
pemeriksaan slit lamp dengan menggunakan cahaya biru kobalt, kebocoran ini
akan tampak hijau terang. Teknik melakukan test seidel ini adalah sebagai
berikut: 4
b. Tetes mata dengan anestetik topikal setelah itu dengan hati-hati tempelkan
strip pewarna Fluoresen yang sudah dibasahi ke konjungtiva superior.
(Dalam air mata kornea, pewarna biasanya dapat diterapkan pada
konjungtiva superior, memungkinkan pewarna mengalir di atas kornea.
Keuntungan lain menggunakan fluorescein ke konjungtiva superior di atas
lesi yang dicurigai adalah fenomena Bell dimana mata berputar ke atas dan
ke luar.)
c. Minta pasien untuk berkedip sekali dan visualisasikan situs yang terluka di
bawah sumber cahaya biru kobalt dengan menggunakan slit lamp.
8
Gambar 4. Mata dengan siedel test (+)
9
BAB III
KESIMPULAN
10
adanya fistel kornea akan terlihat pengaliran cairan mata yang berwarna hijau
mulai dari lubang fistel. Cairan mata terlihat bening dengan disekitarnya terdapat
larutan fluoresin yang berwarna hijau.
Kerusaka pada lapisan kornea harus segera diatasi sebagao cari mencega
kerusakan penglihatan permanen. Perawatan harus dilakukan untuk melindungi
mata. Laserasi kornea yang terlokalisir diobati dengan menggunakan lensa kontak
perban atau penambalan tekanan, bersama dengan pemberian tetes antibiotik.
Antibiotik spektrum luas juga diindikasikan untuk mengurangi kemungkinan
infeksi lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009. h:1-12.
2. Radjiman T, dkk. Ilmu Penyakit Mata, Penerbit Airlangga, Surabaya, 1984.
h:1-8.
3. Atul Kumar, M B Thirumalesh, Use of Dyes in Ophthalmology. Journal of
Clinical Ophthalmology and Research. Januari-April 2013
4. Christopher R. Stelton dan Mehul Rameshbhai Patel. Siedel Test. American
Academy of Ophthalmology. Maret 2020
11