Anda di halaman 1dari 12

Bed Site Teaching

ULKUS KORNEA SENTRAL CUM HIPOPION OS

Oleh:

Ichlas Afriansyah Afif, S.Ked

04084829121130

Pembimbing:

dr. H. Rusdianto, Sp.M(K)

BAGIAN/DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

2020

1
HALAMAN PENGESAHAN

Bed Site Teaching


Ulkus kornea sentral cum hipopion os

Oleh:

Ichlas Afriansyah Afif, S.Ked

04084821921130

Bed Site Teaching ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang periode 24 Februari 2020 s.d 30 Maret 2020.

Palembang, Maret 2020

dr. H. Rusdianto, Sp.M(K)


STATUS PASIEN

I. Identifikasi
Nama : Tn. J
Usia : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-
laki
Alamat : Prabumulih
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Tanggal Pemeriksaan : 2 Maret 2020

II. Anamnesis
Autoanamnesis pada tanggal 2 Maret 2020.
a. Keluhan Utama
Timbul bercak putih disertai pandangan kabur pada mata kiri sejak 5 hari
yang lalu.

b. Riwayat Perjalanan Penyakit

8 hari SMRS mata kiri pasien terkena serpihan tanah sesaat


setelah menaruh alat untuk mengelas ke tanah. Pasien mengaku mata
merah (-), mata berair (-), rasa mengganjal (-) dan pasien tidak berobat.
Pasien mencuci mata dengan air keran (+) sekali sehari inisiatif sendiri.
5 hari SMRS timbul bintik putih pada mata kiri disertai mata
merah (+), pandangan kabur (+), terasa silau (+), berair-air(+), dan
nyeri(+).
3 hari SMRS mata pasien semakin kabur (+), merah (+), terasa
silau (+), berair-air(+), dan nyeri(+), bintik putih pada mata semakin
meluas, lalu pasien berobat ke puskesmas dan mata dicuci serta mendapat
1 macam obat minum dan 1 macam obat tetes, keluhan tidak membaik.
1 hari SMRS pasien mengeluh mata pasien semakin kabur (+),
merah(+), terasa silau (+), berair-air(+), dan nyeri(+) serta muncul bintik
putih pada mata (+) semakin meluas, pandangan seperti melihat lingkaran
(-), pandangan seperti melihat benda-benda berterbangan (-),pusing (-),
mual dan muntah (-). Pasien kemudian berobat ke RS Pertamedika
Prabumulih dan dirujuk ke RSMH.

c. Riwayat Pengobatan
As.Mefenamat tab 3x1 tab dan LFX ED 3x1 tetes saat berobat ke RS
Pertamedika Prabumulih

d. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya disangkal
 Riwayat trauma terkena serpihan tanah saat mengelas (+) pada mata
5 hari SMRS
 Riwayat mata merah sebelumnya disangkal
 Riwayat memakai kacamata sebelumnya disangkal
 Riwayat menderita darah tinggi disangkal
 Riwayat menderita kencing manis disangkal

d. Riwayat penyakit dalam keluarga


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga
disangkal

III. Pemeriksaan Fisik


a. Status Generalis

Keadaan umum : tampak sakit ringan


Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,9o C
b. Status Oftalmologi
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
00 00
0000 0
Visus 6/6 1/~ PSB
Tekanan
P=N+0 P=N+0
intraokular

Kedudukan bola
mata (Hirschberg Ortoforia
test)
GBM

Baik ke segala arah Baik ke segala arah


Palpebra Tenang Edema (+)
Konjungtiva Tenang, tampak nervus Mix injeksi (+), sekret (+)
arah jam 9 warna kuning
Tampak defek bergaung
pada sentral kornea
dengan ukuran 9x10 mm
Kornea Jernih kedalaman 1/3 stroma, FT
(+) seluruh permukaan
kornea, tampak infiltrat
(+)
BMD Sedang Hipopion (+) 1/3 BMD
Iris Gambaran baik Sulit dinilai
Pupil Bulat, sentral, refleks Sulit dinilai
cahaya (+), diameter 3 mm

Lensa Jernih Sulit dinilai


Refleks Fundus RFOD (+) Sulit dinilai
Papil Bulat, batas tegas, warna Sulit dinilai
5
merah normal, c/d ratio
0.3, a/v 2:3
Makula Refleks fovea (+) Sulit dinilai
Retina Kontur pembuluh darah Sulit dinilai
baik, eksudat (-), darah (-)
IV. Pemeriksaan Penunjang Anjuran
 Pemeriksaan slit lamp
 Pro scrapping kornea untuk pemeriksaan Gram dan KOH
 Pro kultur resistensi test

V. Diagnosis Banding

 Ulkus kornea sentral cum hipopion os ec suspek bakerialis


 Ulkus kornea sentral cum hipopion os ec suspek jamur

VI. Diagnosis Kerja


Ulkus kornea sentral cum hipopion os

VII. Tatalaksana
Non farmakologis (KIE)
Informed consent
 Memberikan informasi kepada pasien bahwa timbulnya
bercak putih dan pandangan mata menjadi kabur pada mata
kiri disebabkan karena adanya benda asing (serpihan tanah) yang
melukai mata, sehingga dapat menimbulkan infeksi.
 Memberikan penjelasan bahwa kemungkinan infeksi dapat
disebabkan oleh bakteri atau jamur sehingga diperlukan
pemeriksaan penunjang untuk memastikan penyebab infeksi
yang terjadi.
 Memberikan edukasi kepada pasien untuk tidak mengkucek-
kucek mata

Farmakologis:
MRS
 Spooling RL betadine 0,5% tiap 12 jam OS
 LFX EDMD 1 gtt / jam OS
 SA 1% ED 1 gtt / 8 jam OS

6
 Timol 0,5% ED 1 gtt / 12 jam OS
 C-Lyteers EDMD 1 gtt / jam OS
 Inj.Ceftriaxone 1 gr tiap 12 jam IV
 As. Mefenamat tab 500mg tiap 8 jam PO
 Cek Ro dan lab
 Scapping gram-KOH dan kultur resistensi mikrobiologi

VIII. Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

ANALISIS KASUS

Pasien an. Tn J, laki-laki, 27 tahun, pekerjaan tukang las ,timbul


bercak putih disertai pandangan kabur pada mata kiri sejak 5 hari yang lalu. 8 hari
SMRS mata kiri pasien terkena serpihan tanah sesaat setelah menaruh alat untuk
7
mengelas ke tanah. Pasien mengaku mata merah (-), mata berair (-), rasa
mengganjal (-) dan pasien tidak berobat. Pasien mencuci mata dengan air keran
(+) sekali sehari inisiatif sendiri. 5 hari SMRS timbul bintik putih pada mata kiri
disertai mata merah (+), pandangan kabur (+), terasa silau (+), berair-air(+), dan
nyeri(+). 3 hari SMRS mata pasien semakin kabur (+), merah (+), terasa silau (+),
berair-air(+), dan nyeri(+), bintik putih pada mata semakin meluas, lalu pasien
berobat ke puskesmas dan mata dicuci serta mendapat 1 macam obat minum dan 1
macam obat tetes, keluhan tidak membaik. 1 hari SMRS pasien mengeluh mata
pasien semakin kabur (+), merah(+), terasa silau (+), berair-air(+), dan nyeri(+)
serta muncul bintik putih pada mata (+) semakin meluas, pandangan seperti
melihat lingkaran (-), pandangan seperti melihat benda-benda berterbangan
(-),pusing (-), mual dan muntah (-). Pasien kemudian berobat ke RS Pertamedika
Prabumulih dan dirujuk ke RSMH.
Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya disangkal, riwayat
menggunakan kacamata disangkal, riwayat menderita darah tinggi dan
kencing manis disangkal. Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama
disangkal, riwayat penyakit kencing manis dan darah tinggi dalam keluarga
disangkal.
Berdasarkan anamnesis, kemungkinan diagnosis pada pasien
dengan keluhan mata merah dengan penurunan visus adalah ulkus kornea, keratitis
akut, glaukoma akut, uveitis anterior, dan endoftalmitis. Dari anamnesis,
keluhan pandangan seperti melihat lingkaran, pusing, mual, dan muntah tidak ada
sehingga glaukoma akut dapat disingkirkan. Diagnosis uveitis anterior dapat
disingkirkan karena tidak didapatkan keluhan seperti melihat benda-benda
berterbangan. Diagnosis endoftalmitis juga dapat disingkirkan karena tidak ada
keluhan seperti melihat benda-benda berterbangan, nyeri hebat bola mata (-),
pembengkakan dan spasme kelopak mata (-), riwayat trauma/operasi (-). Maka
dari itu, kemungkinan diagnosis pada kasus ini adalah ulkus kornea dan keratitis
akut. Keluhan nyeri pada kasus ini disebabkan karena kornea memiliki
banyak serabut nyeri sehingga dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia.

8
Lesi pada kornea dapat berada pada permukaan luar maupun dalam (benda
asing kornea, abrasi kornea, phlyctenulae, keratitis interstisial).
Rasa sakit pada kornea ini diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama
palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Karena kornea
berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, lesi kornea
umumnya membuat pandangan menjadi kabur, terutama jika lesi berada di
tengah kornea. Mata berair dan fotofobia sering terjadi pada ulkus kornea. Jika
terdapat sekret, kemungkinan ulkus kornea yang terjadi akibat bakteri purulen.
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea. Dikenal dua bentuk ulkus pada kornea yaitu sentral dan
marginal atau perifer. Ulkus kornea akan memberikan gejala mata merah,
sakit mata ringan hingga berat, fotofobia, penglihatan menurun dan kadang
disertai dengan sekret. Ulkus kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma
ringan yang merusak epitel kornea atau kelainan lokal pada kornea misalnya
keratitis. Pada kasus ini, pasien mengatakan bahwa sebelum ada keluhan
bercak putih dan pandangan mata kiri kabur, pasien mengaku terkena serpihan
tanah saat meletakkan alat las ke tanah. Epitel kornea merupakan sawar yang
efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam kornea. Namun, sekali
kornea ini cedera, stroma yang avaskuler dan membran Bowman mudah
terkena infeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, amuba dan
jamur. Penyebab ulkus kornea adalah bakteri, jamur, amuba dan herpes
simpleks. Bakteri yang sering mengakibatkan ulkus kornea adalah
Streptokokus alfahemolitikus, Stafilokokus aureus, Moraxella likuefasiens,
Pseudomonas aeroginpasiena, Nocardia asteroides, Alcaligenes sp,
Streptokokus anaerobik, Streptokokus betahemolitik, Enterobacter hafnae,
Proteus sp, Stafilokokus epidermidis, dan infeksi campuran.
Dari pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal. Pada
pemeriksaan oftalmologi didapatkan VOD 6/6, VOS 1/~ PSB, TIODS dalam
batas normal, KBM ortoforia, GBM baik ke segala arah, pada OS didapatkan
palpebra edema (+),konjungtiva mix injeksi (+) dan secret (+) warna kuning, pada
kornea didapatkan tampak defek bergaung di sentral kornea, ukuran 9x10 mm
9
dengan kedalaman 1/3 stroma, batas tegas, infiltrat (+), lesi satelit (-). Ditemukan
hipopion pada 1/3 BMD. Pada pemeriksaan iris, pupil, dan segmen posterior
sulit dinilai.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien dapat di
diagnosis dengan ulkus kornea sentral okuli sinistra. Ulkus kornea pada
kasus ini kemungkinan besar dapat disebabkan oleh bakteri atau jamur. Ulkus
kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek
epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau. Iris
sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang
pada kornea. Biasanya kokus gram positif, staphilococcus aureus dan
streptokokus pneumonia akan memberikan gambaran ulkus yang terbatas,
berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu-abu pada ulkus yang
supuratif. Bila ulkus disebabkan jamur maka infiltrat akan berwarna abu-abu
dikelilingi infiltrat halus disekitarnya (fenomena satelit).
Pandangan mata kabur pada kasus ini, selain akibat ulkus pada kornea
yang mengganggu sistem visual, pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan VOD
6/6, VOS 1/~ PSB. Dari gejala dan ciri-ciri klinis yang terlihat diduga ulkus
yang terbentuk tersebut disebabkan keratitis bakteri sehingga menimbulkan
ulkus kornea. Namun demikian untuk memastikan diagnosis diperlukan
pemeriksaan penunjang lain seperti slit lamp, scrapping kornea dan kultur
resistensi test. Untuk membedakan apakah disebabkan oleh bakteri atau
jamur, maka dilakukanlah pemeriksaan Gram dan KOH dari scrapping
kornea. Jika hasil kultur resistensi telah ada, maka pasien dapat diberikan
antibiotik sesuai dengan hasil kultur tersebut.
Tatalaksana pada kasus ini berupa terapi non-farmakologis
dan farmakologis. Pada terapi nonfarmakologis, pasien diberitahu bahwa
timbulnya bercak putih dan pandangan mata menjadi kabur pada mata kiri
disebabkan karena adanya benda asing (serpihan tanah) yang melukai mata,
sehingga timbul infeksi. Selain itu diberikan penjelasan kepada pasien bahwa
kemungkinan infeksi dapat disebabkan oleh bakteri atau jamur sehingga
diperlukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan penyebab infeksi yang
10
terjadi. Selain itu, slit lamp digunakan untuk melihat lebih jelas segmen mata
bagian depan yang tidak terlihat dengan kasat mata. Edukasi untuk tidak
menggosok-gosok mata dan tetap menjaga kebersihan tangan pun diberikan
kepada pasien.
Terapi farmakologis pada ulkus kornea adalah siklopegik,
antibiotika topikal, dan simptomatik (analgetik). Siklopegik pada kasus ini
diberikan Sulfas atropine 1% tiap 8 jam OS yang bertujuan untuk
mengistirahatkan iris dan corpus siliar sehingga dapat mengurangi rasa sakit dan
lakrimasi. Selain itu, SA dapat menghambat timbulnya reaksi radang pada
traktus uvealis sehingga perjalanan penyakit ke bagian mata yang lebih
dalam dapat dicegah. Antibiotik yang diberikan pada kasus ini adalah
levofloxacin ED 1 tetes tiap 1 jam OD. Asam mefenamat tablet 500 mg juga
diberikan untuk mengurangi rasa nyeri tiap 8 jam per oral, vitamin C 500 mg
tablet tiap 8 jam per oral diberikan untuk membantu kolagenisasi kornea, dan
diberikan juga protagenta ED 1 tetes/jam OD untuk membantu menjaga
produksi air mata dan memberikan nutrisi pada kornea.
Secara umum ulkus diobati sebagai berikut :
 Tidak boleh dibebat karena akan menaikkan suhu sehingga akan
berfungsi sebagai inkubator
 Sekret yang terbentuk dibersihkan 2 kali sehari
 Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder
 Debridement sangat membantu penyembuhan
 Diberi antibiotika yang sesuai dengan penyebab

Prognosis ulkus kornea pada kasus ini untuk quo ad vitam bonam,
quo ad fungsionam dubia ad malam dan quo ad sanationam dubia ad bonam.
Ulkus kornea pada kasus ini terletak pada sentral sehingga nantinya akan
mengganggu proses penglihatan. Pasien diberikan edukasi untuk taat meminum
obat dan memberikan obat tetes mata, karena jika tidak taat pengobatan
maka dapat terjadi resistensi antibiotik dan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi yang terjadi dapat berupa kornea perforasi yang berlanjut

11
menjadi endopthalmitis dan panopthalmitis, prolaps iris, sikatrik kornea,
katarak, glaukoma sekunder sampai kebutaan.

LAMPIRAN

Gambar 1. Foto okuli dextra et sinistra. Tampak ulkus sentral OS, ukuran 9x10 mm

12

Anda mungkin juga menyukai