Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Ulkus kornea merupakan kasus kedaruratan di bagian mata. Ulkus

kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian

jaringan kornea yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek

kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari

epitel sampai stroma.1-3 Ulkus atau ulserasi ini bisa terletak di sentral atau

perifer dari kornea.2

Penyebab dari ulkus bisa karena infeksi yaitu oleh bakteri, virus,

jamur atau defisiensi vitamin A, lagophtalmus akibat N VII dan N III dan

trauma yang merusak epitel kornea serta akibat pemakaian kontak lensa. 2,4

Insiden ulkus kornea di dunia setiap tahunnya diperkirakan 11,3 per

10.000 penduduk. Data dari klinik mata Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

tahun 2006-2007 didapatkan 283 kasus ulkus kornea, dimana 114 kasus

(40,28%) disebabkan oleh jamur, 98 kasus (34,63%) disebabkan oleh

bakteri, 45 kasus (15,9%) disebabkan oleh virus dan penyebab lain

sebanyak 26 kasus (9,19%).3,5

Penatalaksaan ulkus kornea seharusnya didasarkan pada etiologi.

Ulkus kornea memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk

mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti descemetocele,

perforasi, endoftalmitis bahkan kebutaan.6-8 Penatalaksaan ulkus kornea

1
bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri, mengurangi reaksi

peradangan, mempercepat penyembuhan defek epitel, mengatasi komplikasi

dan memperbaiki tajam penglihatan.7,9

Pemilihan terapi pada ulkus kornea harus disesuaikan dengan

gambaran klinik berat-ringannya ulkus kornea pada pemeriksaan awal,

interpretasi dari hasil pewarnaan gram-KOH serta efektifitas dan keamanan

obat. Pada ulkus kornea yang dalam dan terdapat descemetocele perlu

dilakukan graft membran amnion, flap konjungtiva, graft fascia lata serta

transplantasi kornea. Prinsip umum untuk penatalaksanaan penipisan kornea

diarahkan pada penyembuhan defek epithelial, inhibisi melting stroma, dan

stimulasi fibroplasia serta vaskularisasi stroma. 4,10 Seringnya kasus ulkus

kornea dengan komplikasi descemetocele, maka penulis tertarik untuk

membahas penatalaksanaan kasus ini untuk mencegah terjadinya perforasi.

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat lokasi dan luas

defek kornea, cepat lambatnya mendapat pengobatan, jenis mikroorganisme

penyebab dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. 6,11

2. Tujuan

Tujuan laporan kasus ini adalah untuk melaporkan suatu kasus ulkus

kornea dengan descemetocele yang ditatalaksana dengan krioterapi dan

amniongraft.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

1. IDENTIFIKASI

Seorang laki-laki, umur 37 tahun, beralamat di dalam kota, datang berobat ke

RSMH pada tanggal 9 November 2010

2. ANAMNESIS

Autoanamnesis pada tanggal 9 November 2010

Keluhan utama: Timbul bintik putih pada mata kanan

Riwayat perjalanan penyakit:

Lebih kurang 3 bulan SMRS, penderita mengeluh mata kanan kemasukan

debu kemudian dikucek-kucek, rasa mengganjal ada, mata berair-air ada, mata

merah ada. Keluar kotoran ada warna putih kekuningan, ± 6 hari kemudian

timbul bintik putih di bagian hitam dari mata kanan, penglihatan agak kabur tapi

penderita belum berobat.

Lebih kurang 2 bulan SMRS, penderita mengeluh bintik putih pada

bagian hitam mata kanan bertambah lebar, penglihatan mata kanan semakin

kabur, mata merah ada, kotoran mata bertambah banyak berwarna putih

kekuningan terutama pada pagi hari, silau bila melihat cahaya, penderita tidak

bisa membuka kelopak mata, nyeri pada mata ada tapi bukan pada saat

menggerakkan bola mata. Lalu penderita berobat ke RS swasta di Palembang

yang kemudian dirawat inap selama 6 hari dan diberi obat tetes mata 4 macam

3
dan obat makan 3 macam (penderita lupa nama obatnya) serta obat suntikan,

namun penderita minta pulang paksa dan memutuskan untuk rawat jalan

selama ± 1 bulan. Karena selama berobat belum ada perubahan, kemudian

penderita berobat ke RSMH Palembang.

Riwayat penyakit dahulu:

- Riwayat memakai kacamata (-)

- Riwayat kencing manis (-)

3. PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis:

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Temperatur : 36,7o C

4
STATUS OFTALMOLOGIKUS:

OD OS

Visus 1/300 PSB 6/6 (E)


Tekanan intra T=N + 0 15,6 mmHg

okular
Kedudukan bola Simetris

mata
Gerakan bola Baik ke segala arah, nyeri Baik ke segala arah

mata tidak ada


Palpebra Blefarospasme (+) Tenang
Konjungtiva Mix injeksi (+), sekret(+) Tenang

mukopurulen
Kornea Tampak defek kornea di Jernih

sentral, ukuran Ø 7 mm,

> 2/3 stroma, batas tegas,

infiltrat (+),lesi satelit (-), FT

(+) di pingggir lesi,

descemetocele di arah jam

3-4, Ø 2mm, tes sensibilitas

normal
Bilik mata depan Sedang, hipopion (-) Sedang, jernih
Iris Sulit dinilai Gambaran baik
Pupil Sulit dinilai B, C, RC (+), Ø 3mm
Lensa Sulit dinilai Jernih

Segmen posterior:

5
RFOD (-)

FOD : Tidak tembus

RFOS (+)

FOS: Papil : Bulat, batas tegas, warna merah normal, c/d 0,3, a/v 2/3

Makula: RF (+) normal

Retina : Kontur pembuluh darah baik

4. Hasil pemeriksaan USG

6
-Vitreus echofree

-Retina intak

-Choroid tidak menebal

5. DIAGNOSIS KLINIS

Ulkus kornea sentral dengan komplikasi descemetocele OS e.c susp bakteri

6. PENATALAKSANAAN

- Informed consent

- MRS

- Pemeriksaan scrapping kornea dengan pewarnaan gram-KOH

- Pemeriksaan kultur resistensi

- Spooling RL-betadine 0,5%

- Ofloxacin ED 6x1 tetes OD

- Timolol ED 0,5% 2x1 tetes OD

- Artifisial tears 6x1 tetes OD

- Vitamin C 3 x 500 mg tablet

- Pro krioterapi + Amnion graft dengan anastesi umum

7
- Pro Laboratorium dan rontgen thorax PA

- Pro konsul ke bagian Ilmu Penyakit Dalam

- Pro konsul ke bagian Anastesi

8. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad functionam : Dubia ad malam

FOLLOW UP (14 November 2010)

Status oftalmologikus

OD OS
Visus 1/300 PSB 6/6 (E)
TIO T=N + 0 15,6 mmHg
KBM Simetris
GBM Baik kesegala arah Baik kesegala arah
Palpebra Edema (+) Tenang
Konjungtiva Mix injeksi (+)↓, sekret Tenang

mukopurulen (+)↓
Kornea Tampak defek kornea di sentral, jernih

ukuran Ø 7 mm, > 2/3 stroma,

batas tegas, infiltrat (+), lesi

satelit (-), FT (+) di pingggir lesi,

descemetocele di arah jam 3-4, Ø

2mm, tes sensibilitas normal


BMD Sedang, hipopion (-) Sedang, jernih
Iris Sulit dinilai Gambaran baik
Pupil Sulit dinilai B,C, RC (+), Ø 3mm
Lensa Sulit dinilai Jernih
Segmen posterior RFOD (-) RFOS (+)
Papil Tidak dapat dinilai Bulat, batas tugas,

8
warna merah normal,

c/d 0,3, a/v 2:3


Makula Tdak dapat dinilai Reflex fovea (+)

Retina Tidak dapat dinilai Kontur pembuluh darah

baik

DIAGNOSIS KLINIS

Ulkus kornea sentral dengan komplikasi descemetocele OS e.c bakteri

PENATALAKSANAAN

-Spooling RL-Bethadine

-Ofloxacin EDMD 6x1 tetes OD

-Timolol 0,5% 2x1 tetes OD

-Artifisial tears 6 x 1 tetes OD

-Vitamin C 3 x 500 mg tablet

-SA 1 % 3x1 tetes OD

-Pro amniongraft + Pro krioterapi besok (tanggal 15 November 2010)

Hasil pemeriksaan :

1. Tes scrapping

-Pewarnaan gram:
Bakteri: Diplococcus (+) gram (-)
Leukosit: 0-1/lp Epitel: (+)
-Pewarnaan KOH: hifa (-), pseudohifa (-), yeast (-)

2. Laboratorium

9
Hasil pemeriksaan laboratorium darah tanggal 10-11-2010

Hemoglobin 14,2 g/dl,Eritrosit 4.810.000 , Hematokrit 42 vol %, Leukosit

7900/mm3, Trombosit 316.000/mm3, Hitung jenis 0/2/3/61/30/4, Ureum 23

mg/dl, creatinin 1,3 mg/dl, Natrium 137 mmol/I, Kalium 3,8 mmol/I

3. Foto Thorax

Cor dan Pulmo dalam batas normal

4. Konsul ke Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Cor dan Pulmo kompensata

5. Konsul ke Bagian anastesi

Setuju dilakukan tindakan dengan anastesi umum

Laporan operasi ( 15 November 2010)

- Operasi dimulai jam 10.00 WIB

- Penderita dalam posisi terlentang dengan narkose umum,dilakukan

tindakan septik-antiseptik pada daerah operasi dengan povidon iodine

10%

- Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril

10
- Dilakukan pemasangan blefarostat tampak defek kornea di sentral, Ø 7

mm, > 2/3 stroma, batas tegas, infiltrat (+), lesi satelit (-), FT (+) di sekitar

defek, descemetocele di arah jam 3-4, Ø2mm,

- Dilakukan Clear kornea pada jam 12-1 dengan step knife, kemudian

dilakukan injeksi viscoat untuk membebaskan perlengketan iris dan

endotel kornea, setelah yakin iris bebas viscoat diaspirasi kembali, lalu

dilakukan penjahitan dengan benang nylon 10-0 pada jam 12-1.

- kemudian dilakukan krioterapi dengan cara menempatkan probe pada

arah jam 3,9,6,12 selama 9 detik sebanyak 2 kali

- Dilanjutkan dengan tindakan krioterapi pada bagian tengahnya selama 9

detik sebanyak 2 kali

- Membran amnion dipasang sebanyak 4 lapis diseluruh permukaan kornea

dan dilakukan penjahitan secara terputus dengan benang nylon 10-0

dengan simpul didalam

- Kemudian ditutup dengan soft lensa yang sebelumnya dibuat lobang

ditengah

- Diberikan salep kloramfenikol dan ditutup dengan kassa steril

- Operasi selesai pukul 12.00 WIB

FOLLOW UP (16 November 2010)

OD OS

11
Visus 1/300 PSB 6/6 (E)
TIO T=N + 0 15,6 mmHg
KBM Simetris
GBM Baik kesegala arah Baik kesegala arah
Palpebra Edema (+) Tenang
Konjungtiva Mix injeksi (+) ↓, sekret (+)↓↓ Tenang
Kornea Amniongraft intak, jahitan baik Jernih

simpul didalam
BMD Sulit dinilai Sedang, jernih
Iris Sulit dinilai Gambaran baik
Pupil Sulit dinilai B, C, RC (+),Ø 3mm
Lensa Sulit dinilai Jernih
Segmen posterior RFOD (-) RFOS (+)
Papil Tidak dapat dinilai Bulat,Batas jelas, warna

merah normal, c/d 0,3 a/v 2 /3

Makula Tdak dapat dinilai Reflex fundus (+)

Retina Tidak dapat dinilai Kontur pembuluh darah baik

DIAGNOSIS KLINIS

Post amniongraft dan krioterapi OD a/i ulkus kornea sentral dengan komplikasi

descemetocele OD ec bakteri

PENATALAKSANAAN

-Ofloksasin EDMD 6x1 tetes OD

-Timolol 0,5% 2x1 tetes OD

-Ciprofloxacin 2 x 500 mg tablet

-Asam mefenamat 3x500 mg (k/p)

-SA 1% 3x1 tetes OD

12
-Vitamin C 3x 500 mg tablet

FOLLOW UP (TANGGAL 20 NOVEMBER 2010)

OD OS

Visus 1/300 PSB 6/6 (E)


TIO T=N + 0 18,5 mmHg
KBM Simetris
GBM Baik kesegala arah Baik kesegala arah
Palpebra Edema (+)↓ Tenang
Konjungtiva Mix injeksi (+)↓↓, sekret (-) Tenang
Kornea Amniongraft intak, jahitan baik Jernih

simpul di dalam
BMD Sulit dinilai Sedang, jernih
Iris Sulit dinilai Gambaran baik
Pupil Sulit dinilai B, C, RC (+), Ø 3mm
Lensa Sulit dinilai Jernih
Segmen posterior RFOD (-) RFOS (+)
Papil Tidak dapat dinilai Bulat,Batas jelas, warna

merah normal, c/d 0,3 a/v

2 /3
Makula Tidak dapat dinilai Reflex fundus (+)

Retina Tidak dapat dinilai Kontur pembuluh darah

baik

13
DIAGNOSIS KLINIS

Post amniongraft + krioterapi OD a/i Ulkus kornea sentral dengan komplikasi

descemetocele OD ec bakteri

PENATALAKSANAAN

-Ofloksasin EDMD 6x1 tetes OD

-Timolol 0,5% 2x1 tetes OD

-SA 1% 3x1 tetes OD

-Ciprofloxacin 2 x 500 mg tablet

-Vitamin C 3 x 500 mg

-ACC rawat jalan

-Kontrol ulang 3 hari

FOLLOW UP (Tanggal 21 Desember 2010)

OD OS

Visus 1/300 PSB 6/6 (E)


TIO T=N + 0 18,5 mmHg
KBM Simetris
GBM Baik kesegala arah Baik kesegala arah
Palpebra Edema (-) Tenang
Konjungtiva Tenang Tenang

14
Kornea Tampak sikatrik di sentral, ukuran Jernih

Ø 7mm
BMD Sedang Sedang, jernih
Iris Sulit dinilai Gambaran baik
Pupil Sulit dinilai B, C, RC (+),Ø 3mm
Lensa Sulit dinilai Jernih
Segmen posterior RFOD (-) RFOS (+)
Papil Tidak dapat dinilai Bulat,Batas jelas, warna

merah normal, c/d 0,3 a/v

2 /3
Makula Tidak dapat dinilai Reflex fundus (+)

Retina Tidak dapat dinilai Kontur pembuluh darah

baik

DIAGNOSIS KLINIS

Leukoma adheren Okuli Dekstra

PENATALAKSANAAN

-Pro Keratoplasti

-Artifisial tears 3 x 1 tetes OD

15
BAB III

DISKUSI

Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda asing

dan penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke dalam kornea

sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea merupakan luka

terbuka pada kornea, keadaan ini menimbulkan nyeri, menurunkan ketajaman

penglihatan dan kemungkinan erosi kornea. 12,13

Kondisi dimana terjadi penipisan dan perforasi kornea melibatkan proses-

proses penyakit seperti infeksi, inflamasi, trauma dan degenerasi. Membran

Bowman dan stroma kornea bukan barier yang efektif terhadap mikroorganisme,

namun membran descemet merupakan barier yang efektif mencegah perforasi

kornea selama beberapa hari. Membran descemet mungkin lebih resisten

terhadap lisis dibandingkan stroma. Ketika sebagian besar stroma lisis, membran

descemet tetap bertahan dan menonjol ke depan sehingga terbentuk

descemetocele.4,13,16

Prinsip umum untuk penatalaksanaan penipisan kornea ialah sama tanpa

menghiraukan kausanya. Penatalaksanaan diarahkan pada penyembuhan defek

epithelial, inhibisi melting stroma, dan stimulasi fibroplasia serta vaskularisasi

stroma.5,14,15

Krioterapi merupakan alternatif tindakan yang relatif murah, bisa dilakukan

apabila epitelisasi yang terjadi kurang memuaskan. Krioterapi pada area kornea

16
yang mengalami descemetocele, untuk membentuk suatu sikatriks yang

menambah ketebalan lapisan kornea sehingga lebih mampu menahan terjadinya

prolaps spontan isi bola mata.14

Prosedur pembedahan krio adalah penggunaan heat-conducting probe

yang diinginkan oleh agen kriogenik seperti karbondioksida. Probe ditempatkan

pada lokasi yang akan dibekukan dengan pendinginan (cooling) sebagai inisiasi.

Perkembangan cepat dari temperatur rendah dalam probe akan menghasilkan

pembekuan cepat dari jaringan yang berdekatan dengan probe serta

memberikan peningkatan gradien temperatur yang tinggi diantara bidang es dan

permukaan probe. Pencairan (thawing) akan terjadi seketika pada penghentian

pendinginan melalui transfer panas dari jaringan berdekatan. Gradien temperatur

kornea lebih kecil daripada badan silier dan sangat mirip dengan temperatur

retina yang diperoleh pada kriopeksi transsklera. Krioterapi dapat berguna pada

kondisi-kondisi patologis kornea seperti descemetocele. 14

Penatalaksanaan lain dari descemetocele yaitu dengan bandage contact

lens, conjunctival flap, cyanoacrylate adhesive dan keratoplasti. Bandage

contact lens mendorong penyembuhan dengan cara melindungi regenerasi epitel

kornea secara mekanis dari gesekan konstan kelopak mata. Conjunctival flap

terutama cocok untuk kasus-kasus unilateral kronis yang mana prognosis dalam

pemulihan penglihatan buruk. Cyanoacrylate adhesive digunakan pada jaringan

kornea yang mengalami penipisan atau ulserasi dapat mencegah penipisan lebih

lanjut dan menyokong stroma melalui perbaikan dan periode vaskularisasi.

Keratoplasti mungkin diperlukan untuk memperbaiki transparansi kornea dan

17
menjadi pertimbangan untuk dilakukan apabila media optik di belakang kornea

masih jernih, namun tindakan ini agak sulit dilakukan dan harus menunggu

hingga ada donor, padahal terjadinya prolaps spontan isi bola mata tidak dapat

diduga.16,17

Pada kasus ini dari identifikasi didapat bahwa penderita adalah seorang

laki-laki berusia 37 tahun dengan keluhan ± 3 bulan SMRS ada riwayat mata

kanan kemasukan debu, ± 6 hari kemudian timbul bintik putih pada bagian hitam

mata kanan, penglihatan mata kanan semakin kabur, mata merah ada, mata

berair-air ada, kotoran mata ada berwarna kekuningan ada, silau bila melihat

cahaya, penderita tidak bisa membuka kelopak mata. Erosi pada kornea

merupakan tempat masuknya infeksi sehingga menimbulkan reaksi peradangan,

hal ini dapat menyebabkan mata menjadi merah. Iritasi pada kornea merangsang

saraf-saraf sensoris yang terdapat pada kornea, yaitu N. Optalmika (cabang

pertama dari N. Trigeminus) sehingga menimbulkan rasa nyeri. 18 Keluhan

berupa mata merah dengan visus turun dapat dialami oleh penderita penyakit

glaukoma akut, uveitis, trauma mata dan ulkus. 12 Untuk itu perlu disingkirkan

kemungkinan penyakit-penyakit tersebut melalui anamnesis, pemeriksaan klinis

dan pemeriksaan penunjang.7,8

Anamnesis pada penderita ini yaitu ada riwayat trauma pada mata kanan

(kemasukan benda asing), ± 6 hari kemudian timbul bintik putih, mata merah

ada, mata berair-air ada, susah membuka kelopak mata ada, keluar kotoran

mukopurulen ada. Pada pemeriksaan status oftalmologikus untuk mata kanan

didapatkan visus 1/300, palpebra blefarospasme, konjungtiva mix injeksi, kornea

18
tampak defek kornea di sentral dengan diameter 7 mm dengan kedalaman lebih

dari 2/3 stroma, infiltrat disekitar defek, tes fluoresen (+) di sekitar defek, lesi

satelit tidak ada, tampak descemetocele di arah jam 3-4 dengan diameter 2 mm,

sensibilitas (+) normal, bilik mata depan : sedang dengan tidak ada hipopion, iris,

pupil dan lensa sulit dinilai serta segmen posterior tidak tembus. Hasil

pemeriksaan scrapping defek kornea ditemukan hasil pewarnaan gram: bakteri:

diplococcus (+) gram (-), dan pewarnaan KOH: tidak ditemukan hifa, pseudohifa

dan yeast. Untuk itu dari hasil anamnesis, pemeriksaan status oftalmologikus

dan pemeriksaan scrapping defek kornea dapat disimpulkan bahwa diagnosis

pada penderita ini adalah ulkus kornea sentral yang disebabkan oleh bakteri

dengan komplikasi descemetocele.

Penatalaksanaan yang dilakukan pada penderita ini adalah spooling RL-

betadine 0,5% yang berguna untuk aseptik - antiseptik sekaligus membersihkan

ulkus dari sekret, debridemant epitelial yang bertujuan untuk membuang jaringan

nekrotik dan mengurangi beban antigenik pada stroma kornea. 14 Terapi awal

yang diberikan pada penderita ini berupa antibiotika spektrum luas meskipun

penyebab pasti belum diketahui karena melihat gejala klinis yang berat dan

adanya komplikasi berupa descemetocele.15 Keputusan pemberian antibiotik

awal harus didasarkan pada gambaran klinis berat-ringannya ulkus kornea pada

pemeriksaan awal, interpretasi dari hasil pulasan gram dan efektifitas serta

keamanan antibiotik.15-17 Pada penderita ini terdapat gambaran klinis yang berat

karena disertai adanya komplikasi dan terapi awal antibiotika yang diberikan

pada penderita ini adalah ofloxacin karena antibiotik ini sangat sensitif terhadap

19
gram negatif, hal ini sesuai dengan bakteri penyebabnya yang ditemukan pada

hasjl pemeriksaan scrapping.14,17 Pemberian timolol 0,5% dapat diberikan pada

ulkus yang kedalamannya sudah melebihi 1/3 stroma untuk mencegah terjadinya

peningkatan tekanan intra okuler karena adanya peradangan di bilik mata depan

dan dapat mencegah perforasi kornea serta membantu proses epitelisasi 16, dan

pada penderita ini terdapat defek kornea yang melebihi 2/3 stroma. Pemberian

artifisial tears sebagai pengganti air mata yang kemungkinan mengalami

kerusakan akibat proses peradangan. Selain itu juga diberikan vitamin untuk

meningkatkan imunitas tubuh dan pemberian sulfas atropin sebagai sikloplegik,

anti inflamasi dan menghilangkan rasa nyeri pada mata. 16

Perbaikan klinis pada penderita ini dapat dilihat pada follow up tanggal 14

November 2010 yang ditandai dengan palpebra yang tidak blefarospasme, mix

injeksi yang berkurang, sekret tidak ada, tidak adanya perluasan defek kornea

dan desmetokel. Untuk itu dilakukan penatalaksanaan lanjut dari defek kornea

dengan amnion graft dan desmetokel ditatalaksana dengan krioterapi.

Secara klinis membran amnion memiliki fungsi sebagai anti inflamasi,

menurunkan pembentukan mediator inflamasi, meningkatkan apoptosis sel-sel

radang, fasilitasi epitelisasi, menurunkan terjadinya sikatrik dan merangsang

regenerasi saraf.18-19 Lebih jauh lagi multilayered membran amnion telah

digunakan sebagai pengobatan ulkus kornea yang dalam, descemetocele dan

perforasi kornea yang kecil. Studi klinik menunjukkan bahwa peradangan kornea

berkurang dengan cepat setelah graft membran amnion 20-22 dan hal ini terlihat

pada follow up tanggal 21 Desember 2010 dimana tanda-tanda peradangan

20
pada mata tidak ada lagi seperti terdapat pada pemeriksaan status

oftalmologikus yaitu udema palpebra (-), konjungtiva: tenang, kornea: tampak

sikatrik di sentral dengan diameter 7 mm, bilik mata depan: sedang, iris, pupil

dan lensa belum dapat dinilai. Untuk visus penderita ini masih tetap 1/300, hal

ini dikarenakan oleh aksis visualnya terhalang oleh sikatriksasi kornea.

Pada penderita ini juga dilakukan krioterapi pada area kornea yang

mengalami descemetocele yang bertujuan untuk membentuk suatu sikatriks

yang menambah ketebalan lapisan kornea sehingga lebih mampu menahan

terjadinya prolaps spontan isi bola mata. 14,23

Adapun perencanaan penatalaksanaan selanjutnya pada penderita ini

adalah keratoplasti karena pada follow up terakhir dimana pada kornea sudah

terbentuk sikatriksasi.

Prognosis dari penderita ini adalah quo ad fungsionam dubia at malam

karena terdapatnya sikatrik kornea yang luas dan terletak di sentral yang

mengakibatkan visus dari penderita tidak mengalami perbaikan, walaupun

penderita ini akan direncanakan tindakan keratoplasti, hal ini tidak menjamin

adanya perbaikan visus yang lebih baik karena sering adanya kegagalan dari

tindakan tersebut. Serta descemetocele yang bisa mengancam prolaps isi bola

mata pada penderita ini.

21
BAB IV

KESIMPULAN

Telah dilaporkan suatu kasus dengan diagnosis ulkus kornea sentral


dengan komplikasi descemetocele okuli dekstra e.c bakteri. Pada
penatalaksanaan penderita ini dilakukan pemasangan amnion graft dengan
tujuan untuk deposit obat, sebagai jembatan epitelisasi dan mencegah terjadinya
perforasi. Pada descemetocele dilakukan tindakan krioterapi dengan tujuan
untuk membentuk suatu sikatriks yang menambah ketebalan lapisan kornea
sehingga lebih mampu menahan terjadinya prolaps spontan isi bola mata. 14

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Liesegang TJ, Skuta GL, Cantor LB, Infectious Disease of The External
Eye and Cornea. External Disease and Cornea. Section 8. American
Academy of Ophthalmology. USA. 2009-2010;p 374-5
2. Corneal Ulcer and Infections. Tersedia dalam:
http://www.medicinehealth.com/cornealulcer/article_em.htm
3. Corneal Ulcer and Erosions. Tersedia dalam:
http://www.marvistavet.com/html/body_corneal_ulcer.html
4. Corneal ulcer. Tersedia dalam: http://www.webmd.com/eye-
health/cornealulcer
5. Sitompul R, Mardiono M, Fatma A, Soedarman S. Arah Penatalaksanaan
Ulkus Kornea Bakteri. Understanding Ocular Infection and Inflammation.
Perdami Jaya. Jakarta. 1999; p39
6. M. Dewi, W. Fatah, Suharjo. Tingkat Keparahan Ulkus Kornea di RS
Sardjito
7. Corneal Ulcer. Tersedia dalam:
http://www.stlukeseye.com/condition/cornealulcer.asp
8. Edward L. Corneal Ulcer. Perdami Jaya. Medan. 2007
9. Corneal Ulcer. Tersedia dalam: http://en.wikipedia.org/wiki/corneal_ulcer
10. Dutta NK, Dutta L. Applied and Functional Anatomy of The Cornea. In:
Dutta LC, ed. Modern Ophthalmology. Vol 1. 3 rd edition. New Delhi:
Jaypee. 2005; 131-33
11. Kansky JJ. Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 6 th edition.
Oxford: Butterworth-Heinemann; 2006: 96
12. Ilyas S. Mata Merah dengan Penglihatan Turun Mendadak. Ilmu Penyakit
Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006; 159
13. Keratitis Bacterial. Tersedia dalam:
http://www.emedicine.com/oph/topic98.htm
14. Copyright ® 2010 Radiological Society of North America, Inc. tersedia
dalam: http//www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?pg=cryo
15. Ofloxacin. Tersedia dalam: http://en.wikipedia.org/wiki/ofloxacin
16. Gangopadhyay N, Daniell M, Weih L, Taylor H. Fluoroquinolone and
Portified Antibiotics for Treating Bacterial Corneal Ulcer. Br J Ophthalmol.
2000 April; 84 (4): 378-384
17. Bacterial Keratitis. Handbook of Ocular Disease Management, tersedia
dalam: http://www.revoptom.com.handbook/sec36.htm
18. Satani, Dipali et al. Persistent Corneal Epithelial Defect and Corneal
Perforation; Efficacy of Amniotic Membrane Transplantation. Tersedia
dalam: http://www.alos.org/proceed2006/cor.1/cor_17_pdf

23
19. Prabhasawat P. Application Preserved Human Amniotic Membrane for
Ocular Surface Reconstruction. Tersedia dalam:
http://wwwmembers.tripod.com/biothai/amnion.htm
20. Blanco AA et al. Amniotic Membrane Transplantation for Ocular Surface
Reconstruction. Tersedia dalam: http://bjo.bmj.cgi/content/full/83/4/399
21. Skorin L. Amniotic Membrane as Ophthalmic Edicl, Surgical Tool. Tersedia
dalam: http://www.vindicomeded.com/cmelc/pcon_ce0907.asp
22. Human Amniotic Membrane Transplantation for The Treatment of Ocular
Surface Disease. Tersedia dalam: http://www.dcmsonline.org/jax-
medicine/2002journals/augsept2002/amniotic.htm
23. Cryotherapi, tersedia dalam: http://www.Wikipedia.org/wiki/cryotherapi

24

Anda mungkin juga menyukai