PENDAHULUAN
1. Latar belakang
jaringan kornea yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek
kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari
epitel sampai stroma.1-3 Ulkus atau ulserasi ini bisa terletak di sentral atau
Penyebab dari ulkus bisa karena infeksi yaitu oleh bakteri, virus,
jamur atau defisiensi vitamin A, lagophtalmus akibat N VII dan N III dan
trauma yang merusak epitel kornea serta akibat pemakaian kontak lensa. 2,4
10.000 penduduk. Data dari klinik mata Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
tahun 2006-2007 didapatkan 283 kasus ulkus kornea, dimana 114 kasus
1
bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri, mengurangi reaksi
obat. Pada ulkus kornea yang dalam dan terdapat descemetocele perlu
dilakukan graft membran amnion, flap konjungtiva, graft fascia lata serta
2. Tujuan
Tujuan laporan kasus ini adalah untuk melaporkan suatu kasus ulkus
amniongraft.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTIFIKASI
2. ANAMNESIS
debu kemudian dikucek-kucek, rasa mengganjal ada, mata berair-air ada, mata
merah ada. Keluar kotoran ada warna putih kekuningan, ± 6 hari kemudian
timbul bintik putih di bagian hitam dari mata kanan, penglihatan agak kabur tapi
bagian hitam mata kanan bertambah lebar, penglihatan mata kanan semakin
kabur, mata merah ada, kotoran mata bertambah banyak berwarna putih
kekuningan terutama pada pagi hari, silau bila melihat cahaya, penderita tidak
bisa membuka kelopak mata, nyeri pada mata ada tapi bukan pada saat
yang kemudian dirawat inap selama 6 hari dan diberi obat tetes mata 4 macam
3
dan obat makan 3 macam (penderita lupa nama obatnya) serta obat suntikan,
namun penderita minta pulang paksa dan memutuskan untuk rawat jalan
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis:
Nadi : 84x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Temperatur : 36,7o C
4
STATUS OFTALMOLOGIKUS:
OD OS
okular
Kedudukan bola Simetris
mata
Gerakan bola Baik ke segala arah, nyeri Baik ke segala arah
mukopurulen
Kornea Tampak defek kornea di Jernih
normal
Bilik mata depan Sedang, hipopion (-) Sedang, jernih
Iris Sulit dinilai Gambaran baik
Pupil Sulit dinilai B, C, RC (+), Ø 3mm
Lensa Sulit dinilai Jernih
Segmen posterior:
5
RFOD (-)
RFOS (+)
FOS: Papil : Bulat, batas tegas, warna merah normal, c/d 0,3, a/v 2/3
6
-Vitreus echofree
-Retina intak
5. DIAGNOSIS KLINIS
6. PENATALAKSANAAN
- Informed consent
- MRS
7
- Pro Laboratorium dan rontgen thorax PA
8. PROGNOSIS
Status oftalmologikus
OD OS
Visus 1/300 PSB 6/6 (E)
TIO T=N + 0 15,6 mmHg
KBM Simetris
GBM Baik kesegala arah Baik kesegala arah
Palpebra Edema (+) Tenang
Konjungtiva Mix injeksi (+)↓, sekret Tenang
mukopurulen (+)↓
Kornea Tampak defek kornea di sentral, jernih
8
warna merah normal,
baik
DIAGNOSIS KLINIS
PENATALAKSANAAN
-Spooling RL-Bethadine
Hasil pemeriksaan :
1. Tes scrapping
-Pewarnaan gram:
Bakteri: Diplococcus (+) gram (-)
Leukosit: 0-1/lp Epitel: (+)
-Pewarnaan KOH: hifa (-), pseudohifa (-), yeast (-)
2. Laboratorium
9
Hasil pemeriksaan laboratorium darah tanggal 10-11-2010
mg/dl, creatinin 1,3 mg/dl, Natrium 137 mmol/I, Kalium 3,8 mmol/I
3. Foto Thorax
10%
10
- Dilakukan pemasangan blefarostat tampak defek kornea di sentral, Ø 7
mm, > 2/3 stroma, batas tegas, infiltrat (+), lesi satelit (-), FT (+) di sekitar
- Dilakukan Clear kornea pada jam 12-1 dengan step knife, kemudian
endotel kornea, setelah yakin iris bebas viscoat diaspirasi kembali, lalu
ditengah
OD OS
11
Visus 1/300 PSB 6/6 (E)
TIO T=N + 0 15,6 mmHg
KBM Simetris
GBM Baik kesegala arah Baik kesegala arah
Palpebra Edema (+) Tenang
Konjungtiva Mix injeksi (+) ↓, sekret (+)↓↓ Tenang
Kornea Amniongraft intak, jahitan baik Jernih
simpul didalam
BMD Sulit dinilai Sedang, jernih
Iris Sulit dinilai Gambaran baik
Pupil Sulit dinilai B, C, RC (+),Ø 3mm
Lensa Sulit dinilai Jernih
Segmen posterior RFOD (-) RFOS (+)
Papil Tidak dapat dinilai Bulat,Batas jelas, warna
DIAGNOSIS KLINIS
Post amniongraft dan krioterapi OD a/i ulkus kornea sentral dengan komplikasi
descemetocele OD ec bakteri
PENATALAKSANAAN
12
-Vitamin C 3x 500 mg tablet
OD OS
simpul di dalam
BMD Sulit dinilai Sedang, jernih
Iris Sulit dinilai Gambaran baik
Pupil Sulit dinilai B, C, RC (+), Ø 3mm
Lensa Sulit dinilai Jernih
Segmen posterior RFOD (-) RFOS (+)
Papil Tidak dapat dinilai Bulat,Batas jelas, warna
2 /3
Makula Tidak dapat dinilai Reflex fundus (+)
baik
13
DIAGNOSIS KLINIS
descemetocele OD ec bakteri
PENATALAKSANAAN
-Vitamin C 3 x 500 mg
OD OS
14
Kornea Tampak sikatrik di sentral, ukuran Jernih
Ø 7mm
BMD Sedang Sedang, jernih
Iris Sulit dinilai Gambaran baik
Pupil Sulit dinilai B, C, RC (+),Ø 3mm
Lensa Sulit dinilai Jernih
Segmen posterior RFOD (-) RFOS (+)
Papil Tidak dapat dinilai Bulat,Batas jelas, warna
2 /3
Makula Tidak dapat dinilai Reflex fundus (+)
baik
DIAGNOSIS KLINIS
PENATALAKSANAAN
-Pro Keratoplasti
15
BAB III
DISKUSI
Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda asing
dan penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke dalam kornea
Bowman dan stroma kornea bukan barier yang efektif terhadap mikroorganisme,
terhadap lisis dibandingkan stroma. Ketika sebagian besar stroma lisis, membran
descemetocele.4,13,16
stroma.5,14,15
apabila epitelisasi yang terjadi kurang memuaskan. Krioterapi pada area kornea
16
yang mengalami descemetocele, untuk membentuk suatu sikatriks yang
pada lokasi yang akan dibekukan dengan pendinginan (cooling) sebagai inisiasi.
kornea lebih kecil daripada badan silier dan sangat mirip dengan temperatur
retina yang diperoleh pada kriopeksi transsklera. Krioterapi dapat berguna pada
kornea secara mekanis dari gesekan konstan kelopak mata. Conjunctival flap
terutama cocok untuk kasus-kasus unilateral kronis yang mana prognosis dalam
kornea yang mengalami penipisan atau ulserasi dapat mencegah penipisan lebih
17
menjadi pertimbangan untuk dilakukan apabila media optik di belakang kornea
masih jernih, namun tindakan ini agak sulit dilakukan dan harus menunggu
hingga ada donor, padahal terjadinya prolaps spontan isi bola mata tidak dapat
diduga.16,17
Pada kasus ini dari identifikasi didapat bahwa penderita adalah seorang
laki-laki berusia 37 tahun dengan keluhan ± 3 bulan SMRS ada riwayat mata
kanan kemasukan debu, ± 6 hari kemudian timbul bintik putih pada bagian hitam
mata kanan, penglihatan mata kanan semakin kabur, mata merah ada, mata
berair-air ada, kotoran mata ada berwarna kekuningan ada, silau bila melihat
cahaya, penderita tidak bisa membuka kelopak mata. Erosi pada kornea
hal ini dapat menyebabkan mata menjadi merah. Iritasi pada kornea merangsang
berupa mata merah dengan visus turun dapat dialami oleh penderita penyakit
glaukoma akut, uveitis, trauma mata dan ulkus. 12 Untuk itu perlu disingkirkan
Anamnesis pada penderita ini yaitu ada riwayat trauma pada mata kanan
(kemasukan benda asing), ± 6 hari kemudian timbul bintik putih, mata merah
ada, mata berair-air ada, susah membuka kelopak mata ada, keluar kotoran
18
tampak defek kornea di sentral dengan diameter 7 mm dengan kedalaman lebih
dari 2/3 stroma, infiltrat disekitar defek, tes fluoresen (+) di sekitar defek, lesi
satelit tidak ada, tampak descemetocele di arah jam 3-4 dengan diameter 2 mm,
sensibilitas (+) normal, bilik mata depan : sedang dengan tidak ada hipopion, iris,
pupil dan lensa sulit dinilai serta segmen posterior tidak tembus. Hasil
diplococcus (+) gram (-), dan pewarnaan KOH: tidak ditemukan hifa, pseudohifa
dan yeast. Untuk itu dari hasil anamnesis, pemeriksaan status oftalmologikus
pada penderita ini adalah ulkus kornea sentral yang disebabkan oleh bakteri
ulkus dari sekret, debridemant epitelial yang bertujuan untuk membuang jaringan
nekrotik dan mengurangi beban antigenik pada stroma kornea. 14 Terapi awal
yang diberikan pada penderita ini berupa antibiotika spektrum luas meskipun
penyebab pasti belum diketahui karena melihat gejala klinis yang berat dan
awal harus didasarkan pada gambaran klinis berat-ringannya ulkus kornea pada
pemeriksaan awal, interpretasi dari hasil pulasan gram dan efektifitas serta
keamanan antibiotik.15-17 Pada penderita ini terdapat gambaran klinis yang berat
karena disertai adanya komplikasi dan terapi awal antibiotika yang diberikan
pada penderita ini adalah ofloxacin karena antibiotik ini sangat sensitif terhadap
19
gram negatif, hal ini sesuai dengan bakteri penyebabnya yang ditemukan pada
ulkus yang kedalamannya sudah melebihi 1/3 stroma untuk mencegah terjadinya
peningkatan tekanan intra okuler karena adanya peradangan di bilik mata depan
dan dapat mencegah perforasi kornea serta membantu proses epitelisasi 16, dan
pada penderita ini terdapat defek kornea yang melebihi 2/3 stroma. Pemberian
kerusakan akibat proses peradangan. Selain itu juga diberikan vitamin untuk
Perbaikan klinis pada penderita ini dapat dilihat pada follow up tanggal 14
November 2010 yang ditandai dengan palpebra yang tidak blefarospasme, mix
injeksi yang berkurang, sekret tidak ada, tidak adanya perluasan defek kornea
dan desmetokel. Untuk itu dilakukan penatalaksanaan lanjut dari defek kornea
perforasi kornea yang kecil. Studi klinik menunjukkan bahwa peradangan kornea
berkurang dengan cepat setelah graft membran amnion 20-22 dan hal ini terlihat
20
pada mata tidak ada lagi seperti terdapat pada pemeriksaan status
sikatrik di sentral dengan diameter 7 mm, bilik mata depan: sedang, iris, pupil
dan lensa belum dapat dinilai. Untuk visus penderita ini masih tetap 1/300, hal
Pada penderita ini juga dilakukan krioterapi pada area kornea yang
adalah keratoplasti karena pada follow up terakhir dimana pada kornea sudah
terbentuk sikatriksasi.
karena terdapatnya sikatrik kornea yang luas dan terletak di sentral yang
penderita ini akan direncanakan tindakan keratoplasti, hal ini tidak menjamin
adanya perbaikan visus yang lebih baik karena sering adanya kegagalan dari
tindakan tersebut. Serta descemetocele yang bisa mengancam prolaps isi bola
21
BAB IV
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Liesegang TJ, Skuta GL, Cantor LB, Infectious Disease of The External
Eye and Cornea. External Disease and Cornea. Section 8. American
Academy of Ophthalmology. USA. 2009-2010;p 374-5
2. Corneal Ulcer and Infections. Tersedia dalam:
http://www.medicinehealth.com/cornealulcer/article_em.htm
3. Corneal Ulcer and Erosions. Tersedia dalam:
http://www.marvistavet.com/html/body_corneal_ulcer.html
4. Corneal ulcer. Tersedia dalam: http://www.webmd.com/eye-
health/cornealulcer
5. Sitompul R, Mardiono M, Fatma A, Soedarman S. Arah Penatalaksanaan
Ulkus Kornea Bakteri. Understanding Ocular Infection and Inflammation.
Perdami Jaya. Jakarta. 1999; p39
6. M. Dewi, W. Fatah, Suharjo. Tingkat Keparahan Ulkus Kornea di RS
Sardjito
7. Corneal Ulcer. Tersedia dalam:
http://www.stlukeseye.com/condition/cornealulcer.asp
8. Edward L. Corneal Ulcer. Perdami Jaya. Medan. 2007
9. Corneal Ulcer. Tersedia dalam: http://en.wikipedia.org/wiki/corneal_ulcer
10. Dutta NK, Dutta L. Applied and Functional Anatomy of The Cornea. In:
Dutta LC, ed. Modern Ophthalmology. Vol 1. 3 rd edition. New Delhi:
Jaypee. 2005; 131-33
11. Kansky JJ. Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 6 th edition.
Oxford: Butterworth-Heinemann; 2006: 96
12. Ilyas S. Mata Merah dengan Penglihatan Turun Mendadak. Ilmu Penyakit
Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006; 159
13. Keratitis Bacterial. Tersedia dalam:
http://www.emedicine.com/oph/topic98.htm
14. Copyright ® 2010 Radiological Society of North America, Inc. tersedia
dalam: http//www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?pg=cryo
15. Ofloxacin. Tersedia dalam: http://en.wikipedia.org/wiki/ofloxacin
16. Gangopadhyay N, Daniell M, Weih L, Taylor H. Fluoroquinolone and
Portified Antibiotics for Treating Bacterial Corneal Ulcer. Br J Ophthalmol.
2000 April; 84 (4): 378-384
17. Bacterial Keratitis. Handbook of Ocular Disease Management, tersedia
dalam: http://www.revoptom.com.handbook/sec36.htm
18. Satani, Dipali et al. Persistent Corneal Epithelial Defect and Corneal
Perforation; Efficacy of Amniotic Membrane Transplantation. Tersedia
dalam: http://www.alos.org/proceed2006/cor.1/cor_17_pdf
23
19. Prabhasawat P. Application Preserved Human Amniotic Membrane for
Ocular Surface Reconstruction. Tersedia dalam:
http://wwwmembers.tripod.com/biothai/amnion.htm
20. Blanco AA et al. Amniotic Membrane Transplantation for Ocular Surface
Reconstruction. Tersedia dalam: http://bjo.bmj.cgi/content/full/83/4/399
21. Skorin L. Amniotic Membrane as Ophthalmic Edicl, Surgical Tool. Tersedia
dalam: http://www.vindicomeded.com/cmelc/pcon_ce0907.asp
22. Human Amniotic Membrane Transplantation for The Treatment of Ocular
Surface Disease. Tersedia dalam: http://www.dcmsonline.org/jax-
medicine/2002journals/augsept2002/amniotic.htm
23. Cryotherapi, tersedia dalam: http://www.Wikipedia.org/wiki/cryotherapi
24