Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus Kepada Yth :

23 Maret 2017

Diagnosis dan Penatalaksanaan


Toxic Anterior Segment Syndrome (TASS)
Pasca Operasi Katarak

Sri Tanty Fuji A Harahap*

Konsultan :
DR. dr. Anang Tribowo, SpM (K)
dr. H. Alie Solahuddin, SpM (K)

Departemen Kesehatan Mata Universitas Sriwijaya


Rumah Sakit Umum Dr. M. Hoesin Palembang
Rumah Sakit Khusus Mata Masyarakat
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data tentang insiden kejadian Toxic anterior segment syndrome

(TASS) masih kurang. Pada tahun 2005, pertemuan tahunan American

Academy of Ophthalmology mengungkapkan bahwa 52% peserta telah

melihat 1 kasus TASS dan 7% dari peserta melaporkan melihat lebih dari

5 kasus. Insiden pasti dari TASS pasca operasi katarak tidak diketahui

dengan pasti, tetapi insidennya cenderung sedikit, diperkirakan antara

0,1%-2%.1-3 Perkiraan lebih dari 1,4 juta operasi katarak yang dilakukan di

Amerika per tahunnya sebanyak 0,62% terjadi komplikasi edem kornea

dan menimbulkan keratopati kornea.3-6

Operasi katarak mempunyai angka kesuksesan yang tinggi dengan

komplikasi yang jarang. Pencegahan komplikasi lebih diutamakan untuk

mencegah terjadinya komplikasi yang berat dan irreversibel seperti

endoftalmitis.6-9 Endoftalmitis terdiri dari endoftalmitis infeksius dan

endoftalmitis steril. Endoftalmitis infeksius merupakan suatu komplikasi

yang berat dan bersifat ireversibel dengan prognosis yang buruk.6-9

Walaupun insidensi endoftalmitis infeksius dilaporkan kecil berkisar 0,1%,

tetapi prognosisnya buruk.6-9

Endoftalmitis steril sering disebut juga Toxic Anterior Segment

Syndrome (TASS). TASS adalah suatu reaksi akut inflamasi segmen

1
2

anterior yang biasanya terjadi setelah tindakan operasi segmen anterior

dengan kejadian terbanyak pasca operasi katarak. Kondisi ini biasanya

dimulai dari 12 sampai 48 jam setelah operasi, di tandai dengan

pandangan kabur, silau, adanya edema limbus sampai edem kornea

akibat kerusakan sel endotel pada kornea, jika terdapat nyeri biasanya

nyeri bersifat ringan, hiperemis pada konjungtiva, terdapat sel, flare, fibrin

hingga hipopion di bilik mata depan-10

Laporan kasus ini melaporkan tentang gambaran klinik dan

penatalaksanaan Toxic Anterior Segment Syndrome (TASS) pasca

operasi katarak.

1. 2. Tujuan

Mengetahui diagnosis dan penatalaksanaan Toxic Anterior

Segment Syndrome (TASS) pasca operasi katarak.


BAB II
LAPORAN KASUS

1. Identifikasi

Seorang wanita Ny Y, berusia 40 tahun, tinggal diluar kota, pasien rawat

inap RSKMM pada tanggal 25 januari 2017. Dengan nomor rekam medis :

099380

2. Anamnesis (Autoanamnesis, 25 januari 2017)

Keluhan Utama :

Pandangan mata kiri kabur paska dilakukan tindakan operasi katarak +20

jam yang lalu

Riwayat Perjalanan Penyakit:

Penglihatan mata kiri masih terasa kabur setelah dilakukan tindakan

operasi katarak + 20 jam yang lalu. Keluhan pandangan kabur (+), Silau

(+), nyeri (+) berair-air (-), kotoran mata (-)

Sebelumnya pasien mengeluh pandangan kabur sejak + 6 bulan yang

lalu, pandangan mata kabur secara perlahan-lahan dan semakin lama

semakin kabur seperti tertutup asap, silau (+), pandangan seperti melihat

terowongan (-) kemudian pasien berobat ke RSKMM dan di lakukan

tindakan operasi katarak di RSKMM.

Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat trauma disangkal

 Riwayat operasi katarak (+) mata kiri

3
4

 Riwayat pemakaian kaca mata sebelumnya disangkal

 Riwayat alergi disangkal

 Riwayat darah tinggi disangkal

 Riwayat kencing manis disangkal

 Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal

3. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis:

 Keadaan umum : baik

 Tekanan darah : 110/70 mmHg

 Nadi : 80x/menit

 Pernafasan : 18x/menit

 Suhu : afebris

Status Oftalmologikus
OD OS
Visus 6/6 1/300

TIO 18,5 mmHg 18,5mmHg


5

Kedudukan bola Ortoforia


mata
Gerakan bola mata

Palpebra Tenang Edem (+)


Konjungtiva Tenang Hiperemis
Kornea Jernih Descemet fold (+),Edem limbus(+)
BMD Sedang Terbentuk, udara (+) di superior,
fibrin (+), sel (-), flaire (-)
Iris Gambaran baik Iridektomi (+) di arah jam 11
Pupil B,C,RC(+),Ø 3mm B,C,RC(+),Ø3mm
Lensa Jernih IOL (+) sentral
Reflek Fundus (+) (+)
Papil Bulat, batas tegas warna Bulat, batas tegas warna merah,
merah, C/D 0,3 A:V 2:3 C/D 0,3 A:V 2:3
Makula RF (+) Normal RF (+) Normal
Retina Kontur pembuluh darah Kontur pembuluh darah baik
baik

4. Pemeriksaan Penunjang

4.1 Hasil Laboratorium


Jenis Pemeriksaan Nilai Normal
Hemoglobin 15,3 g/dL 13,2 - 17,3 g/dl
Hematokrit 5,43% 43 - 49 %
Leukosit 5600 /mm3 4500 - 11000/mm3
Trombosit 291.000 /µL 150000 - 450000/ µL
Hitung jenis 0/2/69/21/8 1/6/50/20/8
Waktu perdarahan 2 menit 1 - 3 menit
6

Waktu pembekuan 9 menit 9 - 15 menit


SGOT 13 0 – 32
SGPT 9 0 – 31
BSS 159 mg/dl < 200 mg/dl
ureum 18 16,6 – 48,5 mg/dl
Kreatinin 0,55 0,50 – 0,90 mg/dl
Natrium 142 135 – 155 mEq/L
Kalium 3,6 3,5 – 5,5 mEq/L
HBsAg Non Reactive Non Reactive

4.2. Hasil Pemeriksaan USG OS

Kesan:
- Vitreus : Echofree
- Retina : Intak
- Koroid : Tidak menebal

5. Diagnosis banding :
1. Toxic Anterior Segmen Syndrom (TASS) OS
Pseudofakia OS

2. Endopthalmitis infeksius OS
7

Pseudofakia OS

6. Diagnosis kerja:
 Toxic Anterior Segmen Syndrom (TASS) OS
 Pseudofakia OS

7. Penatalaksanaan
 Injeksi Dexamethasone 0,5mg (subkonjungtiva)
 Ciprofloxacin tab 500mg per 8jam
 Asam Mefenamat tab 500mg per 8jam
 Methilprednisolon tab 8mg per 8jam
 Neomisin, polimisin,dexamethasone ED 1 tetes per 4 jam OS
 Sulfas Atropin 1% ED 1tetes per 3jam OS
 Pro USG ulang

8. Prognosis:
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam

FOLLOW UP 26 januari 2017

OD OS
Visus 6/6 6/21 ph 6/9

TIO 18,5 mmHg 18,5mmHg


Kedudukanbola Ortoforia
8

mata
Gerakan bola mata

Palpebra Tenang Edem (+)


Konjungtiva Tenang Hiperemis
Kornea Jernih Jernih
BMD Sedang Sedang, cell (-), flare (-),
fibrin(-)
Iris Gambaran baik Iridektomi (+) di arah jam
11
Pupil B,C,RC(+),Ø 3mm Atropinisasi
Lensa Jernih IOL (+) sentral
Reflek Fundus (+) (+)
Papil Bulat, batas tegas warna Bulat, batas tegas warna
merah, C/D 0,3 A:V 2:3 merah, C/D 0,3 A:V 2:3
Makula RF (+) Normal RF (+) Normal
Retina Kontur pembuluh darah Kontur pembuluh darah
baik baik

FOTO USG
9

Kesan:
- Vitreus : Echofree
- Retina : Intak
- Koroid : Tidak menebal

Diagnosis kerja
 Toxic Anterior Segmen Syndrom (TASS) perbaikan klinis OS
 Pseudofakia OS
Penatalaksanaan
 Ciprofloxacin tab 500mg per 8jam
 Asam Mefenamat tab 500mg per 8jam
 Methilprednisolon tab 8mg per 8jam
 Neomisin, polimisin,dexamethasone ED 1 tetes per 4jam OS
 Sulfas Atropin 1% ED 1tetes per 8jam OS

FOLLOW UP 01 Februari 2017

OD OS
Visus 6/6 6/18 ph 6/6

TIO 18,5 mmHg 18,5mmHg


Kedudukan bola Ortoforia
mata
10

Gerakan bola
mata

Palpebra Tenang Tenang


Konjungtiva Tenang Hiperemis
Kornea Jernih Jernih
BMD Sedang Sedang
Iris Gambaran baik Iridektomi (+) di arah jam 11
Pupil B,C,RC(+),Ø 3mm B,C, RC (+)Ø 3mm
Lensa Jernih IOL (+) sentral
Reflek Fundus (+) (+)
Papil Bulat, batas tegas warna Bulat, batas tegas warna merah,
merah, C/D 0,3 A:V 2:3 C/D 0,3 A:V 2:3
Makula RF (+) Normal RF (+) Normal
Retina Kontur pembuluh darah Kontur pembuluh darah baik
baik

Diagnosis kerja
 Toxic Anterior Segmen Syndrom (TASS) OS perbaikan klinis
 Pseudofakia OS
Penatalaksanaan
 Methilprednisolon tab 8mg per 8jam
 Neomisin, polimisin,dexamethasone ED 6x1 tetes OS
 Kontrol ulang 2 minggu
11

FOLLOW UP 15 Februari 2017

OD OS
Visus 6/6 6/18 ph 6/6

TIO 18,5 mmHg 18,5mmHg


Kedudukan bola Ortoforia
mata
Gerakan bola
mata

Palpebra Tenang Tenang


Konjungtiva Tenang Hiperemis
Kornea Jernih Jernih
BMD Sedang Sedang
Iris Gambaran baik Iridektomi (+) di arah jam 11
Pupil B,C,RC(+),Ø 3mm B,C, RC (+)Ø 3mm
Lensa Jernih IOL (+) sentral
Reflek Fundus (+) (+)
Papil Bulat, batas tegas warna Bulat, batas tegas warna merah,
merah, C/D 0,3 A:V 2:3 C/D 0,3 A:V 2:3
Makula RF (+) Normal RF (+) Normal
Retina Kontur pembuluh darah Kontur pembuluh darah baik
baik
12

Diagnosis kerja
 Toxic Anterior Segmen Syndrom (TASS) OS perbaikan klinis
 Pseudofakia OS
Penatalaksanaan
 Methilprednisolon tab 4 mg per 8 jam

 Neomisin, polimisin,dexamethasone ED 6x1 tetes OS


Kontrol ulang 1 bulan
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Toxic Anterior Segment Syndrome (TASS)

Toxic anterior segment syndrome adalah reaksi peradangan akut

di segmen anterior mata setelah operasi. Kondisi ini awalnya digambarkan

sebagai endophthalmitis steril pasca operasi, tetapi pada tahun 1992

Monson et al menciptakan istilah Toxic Anterior Segment Syndrome

(TASS).6 Reaksi peradangan pada TASS terjadi dalam 12-48 jam setelah

operasi. TASS terjadi paling umum setelah operasi katarak, tetapi dapat

terjadi setelah operasi segmen anterior dalam bentuk apapun termasuk

glaukoma atau operasi transplantasi kornea. 7 TASS paling sering terjadi

secara akut pada segmen anterior setelah operasi, tetapi kadang juga

didapatkan kasus yang dengan onset lambat. Peradangan pascaoperasi

ini steril dan tidak menular hal ini diduga disebabkan oleh zat yang masuk

ke segmen anterior baik selama atau segera setelah operasi, yang

menjadi toksik dan menyebabkan kerusakan pada jaringan intraokular. 7

Keluhan yang paling umum adalah penglihatan kabur. Nyeri

biasanya ringan, berbeda dari kasus infeksius endophthalmitis pasca


8,9
operasi. Ciri klinis dari TASS adalah peradangan muncul secara akut,

biasanya dalam waktu 12-48 jam operasi. Peradangan ini adalah steril.

Temuan klinis yang paling khas pada TASS edema kornea yang telah

digambarkan sebagai "limbus ke limbus" edema kornea. Edema kornea ini


14

menyebar karena luas kerusakan sel endotel kornea. 7Temuan ini sangat

berbeda dengan daerah fokal edema kornea yang mungkin terjadi setelah
8
operasi katarak biasanya.

3.2 Etiologi

Setiap zat yang digunakan selama atau segera setelah operasi

katarak yang dapat mengakses segmen anterior mata dapat

menyebabkan TASS. Endotelium kornea sangat sensitif untuk segala

bentuk bahan toksik seperti struktur dalam anterior segmen mata pada

umumnya.10,11 Etiologi TASS relatif luas dan dapat mencakup cairan

irigasi dengan larutan garam seimbang dan bahan aditif yang

digunakan.11,12 Selain itu, setiap cairan oftalmik lain yang digunakan

selama operasi, khususnya yang mengandung bahan pengawet atau

menstabilkan agen dapat menyebabkan toksisitas pada endotel kornea

dan endapan.12,13 Obat-obatan seperti antibiotik dan anestesi yang

disuntikkan ke mata mungkin juga terkaitdengan TASS. Selain itu, residu

oftalmik bahan viscosurgical (OVDs) dapat menyebabkan inflamasi pasca

operasi.14 Penting untuk diingat bahwa setiap enzim atau deterjen yang

digunakan dalam pembersihan instrumen digunakan dalam anterior

segmen operasi mungkin meninggalkan residu yang dapat menyebabkan

TASS.15

Beberapa penyebab yang terkait dengan TASS dapat

dikelompokkan berdasarkan kategori berikut: 8,9,16


15

1. Bahan dari extraokular yang secara tidak sengaja masuk ke ruang

anterior selama atau setelah operasi:

- Antiseptik topikal

- Tepung dari sarung tangan operasi

- Salep opthalmic

2. Bahan yang masuk ke ruang anterior sebagai bagian dari prosedur:

- Anestesi (contoh : lidocaine 2% atau 1%)

- Pengawet (contoh : benzalkonoim chloride)

- Intraocular lenses

- Cairan irigasi yang terkontaminasi (contoh : cairan garam fisiologis yang

terkontaminasi bakteri endotoksin)

3. Kontaminasi pada permukaan instrumen bedah yang terakumulasi

sebagai akibat dari pencucian instrumen yang tidak benar:

- Perangkat viscosurgical yang tidak baik.

- Deterjen

- Kontaminasi bakteri endotoksin dari pembersih ultrasound water bath

- Kotoran dari uap autoclav

- Penumpukan dan sisa oksidasi dari metal


16

3.3 Patofisiologi

TASS timbul dari masuknya bahan toksik ke ruang anterior secara

tidak sengaja. Hal ini menyebabkan reaksi inflamasi yang bervariasi

keparahannya tergantung pada jenis dan lamanya terpapar toksin. Ciri

histopatologi TASS adalah kerusakan pada segmen anterior. 12,14 Nekrosis

seluler atau apoptosis dan kerusakan matriks ekstraseluler yang muncul

menyebabkan respon inflamasi akut. Endotel kornea berlokasi pada

segmen anterior dan area ini sensitif terhadap bahan-bahan toksik oleh

karena itu kornea rentan terhadap kerusakan yang muncul. Endotel

kornea merupakan struktur yang sering terkena karena ketidak

mampuannya untuk beregenerasi dan mengganti sel yang mati. 12,14

Bahan toksik secara spesifik menyebabkan kerusakan akut pada

endotelial junction dengan hilangnya fungsi dari barrier. Hal ini

menyebabkan sel endotel yang masih bagus bermigrasi dan menyebar ke

seluruh area kerusakan dalam usahanya untuk menjaga sistem pompa

endotelial, timbulnya edem kornea “limbus ke limbus” karena adanya

kerusakan kornea yang luas. Jika kerusakan yang parah muncul, sel yang

masih baik tidak dapat mengkompensasi kerusakan yang terjadi, dan

berikutnya akan menimbulkan edem kornea yang permanen. 12-14

TASS juga dapat menyebabkan kerusakan iris dan trabekular.

Kerusakan pada iris akan menyebabkan dilatasi pada pupil dan reaksi

konstriksi yang buruk.13 Kerusakan pada trabekular meshwork dapat


17

menyebabkan penurunan aliran, jaringan parut dan pembentukan sinekia

anterior yang menimbulkan peningkatan tekanan intraokular. Kerusakan

trabekular yang permanen dapat menyebabkan glaukoma sekunder. 13,14

Dalam peradangan pascaoperasi, membedakan TASS dari

infeksius endophthalmitis sangat penting. 14 Namun, ini bisa sulit, karena

kedua kondisi dapat timbul dengan cara yang sama. Ciri dari TASS adalah

onset yang cepat, biasanya dalam waktu 12-24 jam. TASS bisa hadir

sebagai peradangan dengan onset lama pasca operasi, yang dapat

membingungkan dengan infeksius endophthalmitis. Pasien dengan TASS

biasanya tidak ada nyeri, namun jika muncul nyeri biasanya ringan. 13-16

3.4 Pemeriksaan Ophtalmologi

Tanda yang ditemukan pada pemeriksaan fisik tergantung pada

tingkat keparahan,bentuknya dapat bervariasi, meliputi: 16

1. Edema kornea yang terjadi dari limbus ke limbus (limbus to limbus

corneal edem) dianggap temuan klasik dari TASS, namun tidak

semua kasus memiliki ciri ini. Paling sering, kejadian muncul

sebagai bentuk yang lebih ringan dengan peningkatan sel ruang

anterior lebih dari yang terlihat setelah operasi.


18

Gambar 1. Diffuse limbus to limbus corneal edem dan inflamasi


segmen anterior pada TASS
dikutip dari (http://emedicine.medscape.com/article/1190343-
overview)

2. Reaksi segmen anterior bisa sedang sampai berat dengan

adanya cell, flare, fibrin hingga hipopion.

3. Refleks pupil dapat menghilang

4. Tekanan intraokular dapat meningkat yang disebabkan oleh

kerusakan trabecular meshwork.

3.5 Penatalaksanaan Toxic Anterior Segment Syndrom

Terapi medis untuk TASS adalah kortikosteroid dan non

kortikosteroid. Setelah TASS didiagnosis, pasien harus memulai

pengobatan dengan steroid. Biasanya respon terhadap pengobatan cepat

pada pengobatan dengan steroid. Pasien kontrol ulang pada hari

berikutnya untuk memastikan bahwa diagnosis pasien adalah TASS dan

bukan suatu endophthalmitis infeksius. Penilaian yang hati-hati dan

pengobatan tekanan intraokular yang tinggi penting untuk mencegah

kerusakan saraf optik. Obat anti-inflamasi tetes telah terbukti menjadi obat

yang sangat membantu dalam beberapa kasus TASS. 12-15


19

Tujuan pemberian steroid adalah untuk mengurangi inflamasi

dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan membalikkan

peningkatan permeabilitas kapiler. 13

3.6 Endofthalmitis Infeksius

Endofthalmitis Infeksius adalah inflamasi intraokuler yang

melibatkan rongga vitreous dan bilik mata depan. Struktur okuler yang

berdekatan seperti retina dan koroid dapat juga terlibat. 12-15

Endofthalmitis merupakan salah satu komplikasi pasca operasi

katarak yang paling serius dan dapat mengakibatkan penurunan visus

yang berat.15Berdasarkan waktu terjadinya edofthalmitis dapat terbagi

menjadi endofthamitis akut pasca operasi (acute onset postoperative

endophthalmitis) yang terjadi dalam 2-14 hari setelah operasi katarak dan

endofthalmitis kronik pasca operasi (chronic or delayed-onset

postoperative endophthalmitis) yang terjadi 4 minggu pasca operasi

katarak bahkan dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun

kemudian.15

Temuan klinis endoftalmitis akut pasca operasi katarak pada

pemeriksaan diantaranya defek pupil aferen, konjungtiva kemosis dan

hiperemis, edema dan infiltrasi kornea, cell dan flare pada bilik mata

depan, hipopion. EVS melaporkan hipopion ditemukan pada 86% pasien.

Kelainan segmen posterior dapat ditemukan berupa penurunan atau

bahkan hilangnya reflex fundus, vitritis, dan retinitis.11-13


20

Endoftalmitis akut pasca operasi katarak merupakan kasus

emergensi, memerlukan tatalaksana yang cepat dan tepat untuk dapat

mempertahankan fungsi penglihatan. Tatalaksana dapat berupa

pemberian medikamentosa maupun operasi. Tujuan utama tatalaksana

endoftalmitis adalah eradikasi mikroorganisme patogen, mengatasi

komplikasi dan mengembalikan atau mempertahankan fungsi penglihatan

terbaik.14 Tujuan tambahan dari tatalaksana endoftalmitis diantaranya

menghilangkan keluhan, mencegah panoftalmitis dan mempertahankan

integritas bola mata.14,15

Terapi medikamentosa terdiri dari antibiotik dan anti inflamasi

sebagai terapi definitif. Cara pemberian obat ini dapat dengan injeksi

intravitreal, injeksi subkonjungtiva, topikal ataupun sistemik. Terapi

medikamentosa lainnya seperti obat anti glaukoma dan sikloplegik dapat

diberikan sebagai terapi suportif.14,15

Tabel 2. Perbedaan TASS dan Infeksius Endhophthalmitis12

Tanda dan Gejala Toxic Anterior Segment Endhophtalmitis


Syndrom Infeksius
Onset 12-48 jam 2-7 hari
Nyeri Tidak nyeri namun dapat Nyeri berat
terjadi nyeri ringan
Edem Kornea Limbus ke limbus Lebih terlokalisir atau
spesifik pada area trauma
(insisi)
Tekanan intraokular Normal namun dapat Biasanya tidak meningkat
meningkat
21

Peradangan Reaksi pada segmen Reaksi pada ruang anterior


segmen anterior anterior mulai dari sedang mulai dari sedang hingga
hingga berat dengan berat. Adanya fibrin,
peningkatan sel dan fibrin, hipopion lebih sering
dapat juga muncul muncul
hipopion
Vitritis Sangat jarang Selalu muncul
Tajam penglihatan Menurun Menurun
Respon terhadap Respon baik Tidak respon
terapi kortikosteroid
BAB IV
DISKUSI

Melapor suatu kasus perempuan, Ny Y berusia 40 tahun, tinggal

diluar kota, pasien rawat inap RSKMM pada tanggal 25 januari 2017.

Dengan keluhan pandangan kiri kabur pasca dilakukan tindakan operasi

katarak +20 jam yang lalu, keluhan pandangan kabur (+), silau (+), nyeri

(+) berair-air (-), kotoran mata (-).

Pada pemeriksaan oftalmologi mata kanan didapatkan visus 6/6

tekan intraokular 18,5mmHg, segmen anterior dan posterior dalam batas

normal.

Pada pemeriksaan oftalmologi mata kiri didapatkan visus post op

1/300, tekanan intraokular 18,5mmHg, palpebra edema ringan,

konjungtiva hiperemis, kornea udem diffuse dari limbus ke limbus, fibrin

(+) di BMD, dan hipopion (-) di BMD, iridektomi (+) di arah jam 11. Pada

saat intraoperatif di dapat kan prolaps vitreous sehingga dilakukan

vitrektomi anterior serta dilakukan juga iridektomi pada jam 11 untuk

memperlancar aliran akuos humor ke jaringan trabekular sehingga

peningkatan tekanan intra okular dapat dicegah. Selain itu dimasukkan

udara yang bertujuan untuk membentuk COA dan menekan vitreus ke

posterior.17

Dengan demikian berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

ophthalmologis, pasien ini di diagnosis sebagai Toxic Anterior Segmen


23

Syndrom (TASS) OS dengan diagnosis banding dengan endoftalmitis

infeksius dan diobservasi sampai hari ke-2 untuk tindakan lebih lanjut.

Toxic Anterior Segmen Syndrom (TASS) merupakan suatu reaksi

akut inflamasi segmen anterior yang biasanya terjadi setelah tindakan

operasi segmen anterior dengan kejadian pasca operasi katarak yang

terbanyak. Kondisi ini biasanya terjadi 12-48 jam setelah operasi, Pada

TASS dijumpai penurunan visus, fotophobia, edema kornea dari limbus ke

limbus (limbus to limbus corneal edem), adanya sel, flare atau fibrin di

BMD.10-11

TASS yang ditangani dengan cepat dan tepat akan mendapatkan

perbaikan yang cepat dari edema kornea tanpa kerusakan jangka

panjang pada kornea atau trabecular dan tajam penglihatan yang

normal atau mendekati normal. Pada pasien ini diterapi dengan

ciprofloxacin tablet 500mg per 8jam, asam mefenamat tablet 500mg per

8jam, injeksi subkonjungtiva dexamethasone 0,5mg, Metilprednisolone

tablet 4mg per 8jam neomisin, polimisin, dexamethasone ED 1 tetes per 4

jam, , Sulfas Atropin 1% ED 1 tetes per 8jam. Injeksi dexamethasone

subkonjungtiva berfungsi sebagai antiinflamasi yang menembus sel

sehingga akan membentuk suatu komplex steroid protein reseptor yang

akan menekan migrasi neutrofil dan mengurangi produksi prostaglandin.

Tujuan pemberian steroid adalah untuk mengurangi inflamasi dengan

menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan membalikkan peningkatan

permeabilitas kapiler. Pemberian sulfas atropin 1% ED yang bertujuan


24

untuk menghilangkan nyeri, dekongestif untuk mengurangi tanda-tanda

peradangan serta menyebabkan paralisis M. siliaris sehingga mata tidak

mempunyai daya akomodasi dan dalam keadaan istirahat serta

lumpuhnya M. konstriktor pupil sehingga terjadi midriasis dan bila ada

sinekia posterior maka dapat terlepas dan mencegah pembentukan

sinekia yang baru. Anlagetik yang diberikan berupa asam mefenamat oral

untuk mengatasi nyeri pada pasien ini. Pada follow up 48 jam pasca

operasi didapatkan kemajuan visus. Hal ini menandakan bahwa

pemberian steroid pada TASS (Toxic Anterior Segment Syndrom) dapat

memberikan respon yang baik.11-12

Dari USG pasca operasi pada pasien ini di dapatkan gambaran

dalam batas normal dimana di dapatkan gambaran vitreus echofree, retina

intak, koroid tidak menebal.8,9

Sehingga diagnosa banding endofthalmitis infeksius dapat di

singkirkan berdasarkan onset dan USG. Dimana pada endofthalmitis

infeksius terjadi 2-14 hari, nyeri yang hebat, penurunan visus,

pembengkakan kelopak mata, injeksi silier, hilangnya refleks fundus,

hipopion dan kekeruhan vitreus.8,9

Prognosis pada pasien ini quo ad vitam bonam sedangkan quo ad

functionam bonam. Ini dikarenakan terjadi perbaikan klinis pada pasien

dengan visus OD terakhir pasien kontrol didapatkan visus 6/18 ph 6/6 dan

akan di rencanakan untuk pemakaian kacamata pada kunjungan

berikutnya.
25

Untuk tindakan pencegahan TASS (toxic anterior segment

syndrom) semua langkah pra operasi, intraoperatif, dan pasca operasi

harus benar-benar dinilai seperti peralatan dan instrumen bedah, proses

sterilisasi, obat preoperatif, intraoperatif, dan pasca operasi, serta cairan

irigasi dari solusi.


BAB V

KESIMPULAN

Pada kasus TASS dapat dijumpai tanda khas yang menjadi dasar

diagnosis dari kasus ini yaitu adanya udem kornea dan penglihatan yang

buruk pada saat pasca operasi katarak 12-48 jam. Dimana pada TASS

peradangan berat hanya terjadi di segmen anterior sedangkan pada

endoftalmitis akan terjadi sampai segmen posterior dengan keterlibatan

bakteri infektif. Prognosis baik jika dilakukan penegakan diagnosis

secepatnya, penanganan progresif dengan antibiotik dan steroid yang

tepat serta follow up yang baik. Komplikasi infeksi pasca operasi katarak

harus ditangani dengan tepat dan harus bisa dibedakan antara TASS

dengan endoftalmitis infeksius yang memerlukan penanganan lebih

serius.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gupta, Varun B, et al. Etiopathogenesis of cataract: An appraisal.


Indian J Ophthalmol. 2014 Feb; 62(2): 103–110.
2. Al-Ghoul AR. Toxic anterior segment syndrome. 2012. [diakses
tanggal 29 Juli 2012]. Dikutip dari
(http://emedicine.medscape.com/article/1190343-overview)
3. Mamalis N, Edelhauser HF, Dawson DG, Chew J, LeBoyer RM,
Werner L. Toxic anterior segment syndrome. In: American
Academy of Opthalmology Basic and Clinical Course.section 11.
San Fransisco, 2014-2015: p 151-..2
4. Hellinger WC, et al. Outbreak of toxic anterior segment
syndrome following cataract surgery associated with impurities in
autoclav steam moisture. InfectionControl and Hospital
Epidemiology, Vol. 27, No. 3 (March 2006), pp. 294-..8

5. Lee S. Mild toxic anterior segment syndrome mimicking delayed


onset toxic anterior segment syndrome after cataract surgery.
Indian J Ophthalmol 2014;62:890-..2
6. Bodnar Z, Clouser S, Mamalis N. Toxic anterior segmen
syndrome;Update on the most common causes. In ASCRS
symposium on cataract IOL and refractive surgery; 2012; Illinois
USA.
7. Bansal Y, Moudgil T. Toxic anterior segmen syndrome: review
article. ijmds.org. 2015 July; 4.
8. Suzuki T, Ohashi Y, Oshika T, Goto H, Hirakata A, Fusuhita K, et
al. outbreak of late-onset toxic anterior segment syndrome after
implantation of one-piece intraocular lenses. Am J Opthalmol.
2015; 159
9. Diez R, Jordano L, Hita C. Toxic Anterior Segment Syndrome
(TASS) and Prophylaxis Against Postoperative Endophthalmitis.
[Online]. [cited 2015 August 18
28

10. Bodnar Z, Clouser S, Mamalis N. Toxic anterior segment


syndrome:
Update on the most common causes. J Cataract Refract Surg
2012;38:1902-10.
11. Moyle W, Yee RD, Burns JK, Biggins T. Two consecutive clusters
of toxic anterior segment syndrome. Optom Vis Sci.
2013;90:e11e23.
12. Sengupta S, Chang DF, Gandhi R, Kenia H, Venkatesh R.
Incidence and long-term outcomes of toxic anterior segment
syndrome at Aravind Eye Hospital. J Cataract Refract Surg.
2011;37:1673–...8
13. Luz R, Padoveze MC, Silva E,Cvintal T. Endophthalmitis and Toxic
Anterior Segment Syndrome After Cataract Surgery: Identification
and Selection of Markers for Surveillance. In APIC 41st Annual
Educational Conference & International Meeting; 2014; Anaheim,
CA
14. Huang Y, Dai Y, Wu X, Lan J, Xie L. Toxic anterior segment
syndrome after pediatric cataract surgery. Journal of AAPOS. 2010
September; 14
15. Raju N.Toxic anterior segment syndrome power point presentation.
[Online].; 2014 [cited 2015 september 25].
16. Sukardi I, Hutahuruk J. Transisi Menuju Fakoemulsifikasi,
Menguasai Teknik Teknik dan Menghindari Komplikasi. 1st ed.
Jakarta: Universitas Indonesia Press; 2004
17. http//www. Cataract and its Complication. Diakses pada 10 Januari
2011

Anda mungkin juga menyukai