ENDOFTALMITIS
Oleh :
Zusana Riza Madeira B. Aton (1008012025)
Pembimbing :
dr. Eunike Cahyaningsih, Sp. M
Lapsus ini telah disusun dan dilaporkan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
Kepanitraan klinik di Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Mata RSUD Prof. Dr. W. Z.
Johannes, Kupang.
Pembimbing Klinik
Ditetapkan di : Kupang
PENDAHULUAN
OD Status oftalmologis OS
5/15 Visus LP : +
-
+ -
-
+ + Pergerakan Bola Mata
+ +
+ + + +
+ + + +
+ +
Edema (-) Palpebra Edema (+)
D. Diagnosis
Endoftalmitis Oculi Sinistra
DD :
Panoftalmitis
Uveitis
Iridoskleritis
Keratitis
E. Rencana Terapi
IVFD RL 500 cc 20 tpm
Cefotaxim 2x1 g (iv)
Timolol 1 tetes/jam
Asam mefenamat 3x500 mg
Ketorolac (extra)
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di
bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga
terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh
3 lapisan jaringan, yaitu:
1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
bola mata dan merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi
oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada
ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.
Jaringan uvea terdiri atas iris, badan siliaris, dan koroid. Pada iris didapatkan
pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar yang masuk ke
mata. Sedangkan badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan
cairan bilik mata (akuos humour), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang
terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.
3. Retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak
10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan mengubah
sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat
rongga potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari
koroid yang disebut ablasi retina.
Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada
badan siliar melalui zonula zinn. Lensa mata mempunyai peranan dalam
akomodasi atau melhat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah
makula lutea.
Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang
terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita.
1.2. Definisi
Endoftalmitis merupakan suatu kondisi peradangan yang berat pada
intraokular (yaitu, aqueous humor dan/atau vitreous humor) yang biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. Kejadian ini paling sering terjadi
setelah operasi intraokular, tetapi dapat juga terjadi sebagai komplikasi dari
trauma tembus mata atau dari jaringan periokular yang berdekatan. Endoftalmitis
dapat menyebabkan hilangnya penglihatan yang menetap.1,4
Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola mata
yang meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam kamera
okuli anterior dan kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini juga dapat
membentuk abses di dalam badan kaca.1
1.5. Klasifikasi
1. Endoftalmitis Eksogen
a. Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak
Merupakan bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir selalu
disebabkan oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam waktu
satu sampai dengan enam minggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus
muncul di minggu pertama pasca operasi. Sekitar 56-90% dari bakteri yang
menyebabkan endoftalmitis akut adalah gram positif, dimana yang paling sering
adalah Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus dan Streptococcus. Pada
pasien dengan endoftalmitis akut pasca operasi biasa ditemui Injeksi silier,
hilangnya reflek fundus, hipopion, pembengkakan kelopak mata, fotofobia,
penurunan visus dan kekeruhan vitreus.1,2
Gambar 3. Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak
1.6. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier)
memberikan ketahanan alami terhadap serangan dari mikroorganisme. Dalam
endophthalmitis endogen, mikroorganisme yang melalui darah menembus sawar
darah-mata baik oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh
perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh substrat yang
dilepaskan selama infeksi. Kerusakan jaringan intraokular dapat juga disebabkan
oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan atau dari mediator inflamasi dari
respon kekebalan.3,7
Endoftalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris,
retina, atau koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan
okular, mengarah kepada eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu,
peradangan dapat menyebar ke jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi
yang mengganggu integritas bola mata dapat menyebabkan endophthalmitis
eksogen.3,10
Secara rinci, patofisiologi dari endoftalmitis dapat diakibatkan dengan
mekanisme sebagai berikut:
1. Endoftalmitis Eksogen
Infeksi purulen yang terjadi disebabkan karena infeksi eksogen yang
diikuti oleh cedera yang mengakibatkan perforasi, perforasi dari ulkus kornea
yang terinfeksi atau akibat infeksi luka post-operasi diikuti oleh operasi
intraokuler. Organisme yang biasanya terdapat pada konjungtiva, palpebra atau
pada alis mata biasanya merupakan penyabab pada endoftalmitis post-operatif.
Sebagian besar kasus dari endoftalmitis eksogen terjadi paska operasi atau setelah
trauma terhadap mata. Bakteri gram positif merupakan penyabab utama, dengan
angka kejadian hampir 90% dari setiap kasus dan merupakan flora normal dari
konjungtiva.2,7
2. Endoftalmitis Endogen
Dalam endophthalmitis endogen, mikroorganisme yang melalui darah
(terlihat pada pasien yang bacteremic dalam situasi seperti endokarditis)
menembus sawar darah-mata baik oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik)
atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh substrat
yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan jaringan intraokular dapat juga
disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan / atau dari mediator
inflamasi dari respon kekebalan. Hal-hal bakteremia tersebut dapat terjadi pula
pada infeksi caries gigi dan perperal sepsis.2,7
Individu yang mempunyai faktor risiko menjadi endoftalmitis endogen
biasanya memiliki faktor komorbid seperi diabetes mellitus, gagal ginjal
gangguan katup jantung, SLE, AIDS, leukemia dan kondisi keganasan lainya.
Prosedur invasif dapat menyebabkan bakteremia seperti hemodialisis, kateter urin,
endoskopi gastrointestinal, tindakan kedokteran gigi juga dapat menyebabkan
endoftalmitis. Infeksi jamur dapat terjadi sampai dengan 50% pada semua kasus
endoftalmitis endogen, C. albicans merupakan salah satu patogen yang tersering.
Pada penyebab bakteri, S.aureus merupakan bakteri gram positif yang biasanya
diikuti oleh penyakit sistemik yang kronis, seperti diabetes mellitus atau gagal
ginjal.3,10
1.9. Penatalaksanaan
Tatalaksana endoftalmitis dilakukan di ruang gawat darurat. Jika telah
didiagnosis atau diduga kuat endoftalmitis, pasien harus dirujuk segera ke
spesialis mata untuk evaluasi lebih lanjut. Tatalaksana diberikan berdasarkan
penyebab endoftalmitis. Pada endoftalmitis endogen, terapi antibiotik yang tepat
adalah kunci keberhasilan tatalaksana. Endoftalmitis endogen responsif terhadap
pemberian antibiotik intravena, sedangkan pada endoftalmitis eksogen tidak selalu
perlu diberikan antibiotik. Antibiotik sistemik juga diberikan untuk membunuh
fokus infeksi yang jauh dan mencegah berlanjutnya bakteremia, dengan demikian
mengurangi kemungkinan endoftalmitis pada mata lainnya. Terapi parenteral
tidak diperlukan pada endoftalmitis pasca operasi kecuali ada bukti infeksi di luar
bola mata. Pada endoftalmitis bentuk lain, perlu diberikan antibiotik spektrum
luas bila kultur positif.1,4
Antibiotik empirik spektrum luas yang digunakan adalah vankomisin dan
aminoglikosida atau sefalosporin generasi tiga. Sefalosporin generasi tiga mampu
mempenetrasi jaringan okular dan efektif terhadap bakteri Gram negatif.1,10
Injeksi antibiotik intravena telah merevolusi tatalaksana endoftalmitis
eksogen namun pada kasus endoftalmitis endogen, keefektifannya masih
kontroversial. Demikian juga intervensi bedah, seperti vitrektomi, dilakukan pada
endoftalmitis pasca operasi dan pasca trauma tapi kegunaannya pada kasus
endogen diperdebatkan.3
Sumber infeksi dapat digunakan sebagai pedoman pemilihan antibiotik.
Pada kasus dengan riwayat infeksi gastrointestinal atau genitourinaria, antibiotik
pilihannya adalah sefalosporin generasi dua atau tiga dan aminoglikosida.
Vankomisin digunakan untuk penyalahguna obat untuk mengatasi kemungkinan
infeksi Bacillus. Bila sumber infeksinya diperkirakan luka, digunakan oksasilin
atau sefalosporin generasi pertama. Jika anamnesis pasien, pewarnaan, atau kultur
mengarah pada infeksi jamur, regimen obat harus menyertakan amfoterisin B,
flukonazol, atau itrakonazol.6
Intervensi bedah disarankan terutama untuk pasien yang terinfeksi
organisme virulen, visus 20/400 atau kurang, atau keterlibatan vitreus berat.
Kadang endoftalmitis posterior difus atau panoftalmitis menyebabkan kebutaan
meski telah ditatalaksana dengan baik, namun vitrektomi dan antibiotik
intravitreal mencegah atrofi okular atau keharusan enukleasi.4
Beberapa kerusakan berhubungan dengan mediator inflamasi. Steroid
seperti deksametason atau metylprednisolon diberikan intravitreal, meskipun
perannya belum jelas. Secara empiris, steroid topikal diberikan pada pasien
dengan endoftalmitis fokal anterior atau difus untuk mencegah komplikasi seperti
glaukoma dan sinekiae.3
Pada kasus-kasus yang sudah berat biasanya diperlukan
penatalaksanaan secara operatif seperti :
1. Virectomy
Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah
debridemen rongga vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel
inflamasi, dan zat beracun lainnya untuk memfasilitasi difusi vitreal, untuk
menghapus membran vitreous yang dapat menyebabkan ablasio retina, dan
membantu pemulihan penglihatan. Vitrectomy juga memainkan peran penting
dalam pengelolaan endoftalmitis yang tidak responsif terhadap terapi
medikamentosa.3,6
2. Eviserasi
Eviserasi merupakan tindakan pengangkatan isi bola mata dengan
meninggalkan bagian dinding bola mata, sklera, otot-otot ektraokular, dan
saraf optik.
3. Enukleasi
Enukleasi bulbi merupakan tindakan pembedahan mengeluarkan bola mata
dengan melepas dan memotong jaringan yang mengikatnya didalam rongga
orbita. Jaringan yang dipotong adalah seluruh otot penggerak mata, saraf
optik dan melepaskan conjungtiva dari bola mata. Enukleasi bulbi biasanya
dilakukan pada keganasan intraokular, mata yang dapat menimbulkan
oftalmia simpatika, mata yang tidak berfungsi dan memberikan keluhan rasa
sakit, endophthalmitis supuratif dan pthisis. Biasanya pasien setelah enukleasi
bulbi diberi mata palsu atau protesis.3,6
1.10. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah meluasnya peradangan
sehingga mengenai ketigalapisan mata (retina, koroid, sklera) dan badan kaca
sehingga terjadilah panoftalmitis. Selain itu komplikasi lainnya dapat berupa
vitreous hemoragik, endoftalmitis rekuren, ablasio retina, dan glaukoma
sekunder.5
Panoftalmitis merupakan radang supuratif intraocular disertai dengan radang
jaringan ekstraokular atau kapsul tenon dan jaringan ikat jarang di dalam
rongga orbita. Penyebabnya terutama akibat perforasi operasi atau tukak yang
disertai infeksi. Pasien dengan panoftalmitis akan terlihat sakit , menggigil
disertai demam, sakit kepala berat, kadang-kadang muntah, disertai gejala
endoftalmitis yang lebih berat. Pada mata terlihat kornea yang sangat keruh dan
berwarna kuning, hipopion, badan kaca dengan massa purulen massif disertai
reflex kuning di dalamnya, konjungtiva kemotik, dan kelopak kemotik dan
hiperemis.2,3
1.11. Prognosis
Prognosis endoftalmitis bervariasi tergantung pada tingkat keparahan
infeksi, organisme yang terlibat dan jumlah kerusakan mata menopang dari
peradangan dan jaringan parut. Kasus ringan endoftalmitis dapat memiliki hasil
visual yang sangat baik. Kasus yang parah dapat menyebabkan tidak hanya dalam
kehilangan penglihatan, tapi akhirnya hilang seluruh mata.7
Ketajaman visual pada saat diagnosis dan diketahuinya agen penyebabnya
sudah dapat diprediksi kemungkinannya. Infeksi streptococcus cenderung lebih
buruk dibandingkan infeksi Staphylococcus Koagulasi Negatif. Fungsi
penglihatan pada pasien endoftalmitis sangat tergantung pada kecepatan diagnosis
dan tatalaksana. Prognosisnya sangat bervariasi tergantung penyebab. Faktor
prognosis terpenting adalah visus pada saat diagnosis dan agen penyebab.
Prognosis endoftalmitis endogen secara umum lebih buruk dari eksogen karena
jenis organisme yang menyebabkan endoftalmitis endogen biasanya lebih
virulen.1,11
BAB 4
PEMBAHASAN
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. 2008. Balai Penerbit FKUI
Jakarta.
2. Anonim, 2008. Trauma Mata. Available on
http://www.rsmyap.com/component/option,com_frontpage/Itemid,1/
3. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum, Edisi 17. 2010. Widya Medika
Jakarta.
4. Bashour M., 2008.Corneal Foreign Body. Available on
http://emedicine.medscape.com/ article/
5. Jason Wright, 2013, Corpus Alienum Pada Mata, Diaskes Online Pada 15
Oktober 2016 , https: //www.scrib.com/doc/214155201/corpus alienum
6. Bashou, Mounir. 2010. Corneal Foreign Body.Available from:
http://emedicine.medscape.com (Accessed: 13 September 2010)
7. Ilyas, S. 2004. Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3.Balai Penerbit FKUI. JakartaI
8. lyas, S. 2005. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata.Balai Penerbit FKUI. Jakarta
9. Riordan P,Whitcher J,.2009. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. EGC. Jakarta
10. WitCher J.P. Oftalmologi umum. Jakarta & EGC. 2009;67-71