ENTROPION
OLEH :
Zusana Riza Madeira B. Aton
1008012025
PEMBIMBING :
dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M
dr. Indriani Kartika Dewi, Sp.M
KUPANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
palpebra ke arah dalam bola mata. Entropion dapat menyebabkan bulu mata,tepi
palpebra dan kulit pada palpebra mengalami kontak dengan bola mata.(1) Gesekan
yang terus menerus terhadap kornea dapat meberikan gejala iritasi berupa rasa tidak
nyaman pada mata dan epifora. Apabila entropion berlangsung terusmenerus, maka
karena terbentuknya jaringan parut yang terjadi pada trakoma, atau akibat mekanik
dan spasme otot orbikular terutama otot Rioland. Entropion juga bisa disebabkan
karena senilis(3).
Dari keempat tipe entropion diatas, entropion tipe involusional adalah tipe
tersering yang ditemukan. Dimana lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan
Entropion involusional biasanya terjadi pada usia lanjut diatas umur 60 tahun.
Entropion kongenital jarang ditemukan dan lebih banyak didapatkan pada ras Asia
daripada ras Eropa. Dimana ras Eropa lebih sering terjadi entropion tipe sikatrik
disebabkan oleh jaringan parut di konjungtiva atau tarsus. Gangguan ini paling
terbentuknya ulkus pada bayi. Kondisi margo palpebra yang melipat ke dalam
dapat mengakibatkan bulu mata menggesek kornea dan konjungtiva. Bila kondisi
ini dibiarkan berlarut-larut, maka akan terjadi perlukaan pada kornea bahkan ulkus
Terapi utama pada entropion yaitu pembedahan. Pada entropion selain terapi
pembedahan, perlu untuk mencari faktor penyebab dari entropion dan mengatasi
keparahan penyakitnya(5)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lapisan Palpebra
kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Pembasahan
dan pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena pemerataan air mata dan
sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata. Palpebra
terdiri dari 5 lapisan struktur jaringan yaitu dari luar kedalam yaitu kulit, otot striata
( m. orbicuralis oculi), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapisan
a. Lapisan Kulit
karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut serta tanpa lemak
subkutan.
ototnya mengelilingi fissura palpebrae secara konsentris dan menyebar dalam jarak
pendek mengelilingi tepi orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian
otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai pratarsal; bagian di atas
septum orbitale adalah bagian praseptal. Segmen di luar palpebra disebut bagian
c. Jaringan Areolar
d. Tarsus
padat yang bersama sedikit jaringan elastik disebut lempeng tarsus. Sudut lateral
dan medial serta juluran tarsus tertambat pada tepi orbita dengan adanya ligamen
palpebrae lateralis dan medialis. Lempeng tarsus superior dan inferior juga
tertambat pada tepi atas dan bawah orbita oleh fasia yang tipis dan padat. Fasia tipis
2 mm. Tepian ini dipisahkan oleh garis kelabu (sambungan mukokutan) menjadi
a. Tepian anterior
Bulu mata, muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur.
b. Tepian posterior
tepian ini terdapat muara-muara kecil kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi
c. Punctum palpebra
dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior.
ke saccus lacrimalis.
C. Fissura Palpebra
yang terbuka. Fissura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis
kira-kira 0,5 cm dari tepi lateral orbita dan membentuk sudut tajam Kantus medialis
D. Septum Orbita
terletak di antara tepian orbita dan tarsus serta betfungsi sebagai sawar antara
palpebra dan orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo levator
palpebrae superioris dan tarsus superior; sepfum orbitale inferius menyatu dengan
tarsus inferior.
E. Retraktor Palpebrae
kompleks muskulofasial, dengan komponen otot rangka dan polos, yang dikenal
palpebrae superioris, dan otot polosnya adalah musculus Müller (tarsalis superior).
Di palpebra inferior, retraktor utamanya adalah musculus rectus inferior dan otot
oculomotorius.
2.2. Defenisi Entropion
dalam bola mata. Selain palpebra bagian bawah, entropion juga dapat terjadi
pada palpebra bagian atas atau dapat mengalami seluruh bagian tepi kelopak mata
yang masuk kedalam. Entropion dari tepi palpebra bawah lebih sering terjadi
1. Kongenital
2. Involusional
3. Spasme
4. Sikatrik
1. Kongenital
struktural pada lempeng tarsal, atau kekurangan jaringan dalam lamela posterior
Dikenal juga dengan nama senile entropion dan sering mengenai kelopak
kelopak mata, gangguan atau terlepasnya refraktor kelopak mata, dan ovrriding dari
Normalnya refrakter kelopak mata menjaga tepi kelopak mata bawha untuk
tetap pada posisi yang benar. Beberapa tanda yang dapat muncul terjadi ketika
mengenai kelopak mata bawah dan merupakan akibat dari gabungan kelemahan
Kondisi ini biasanya timbul setelah iritasi atau peradangan pada mata. Hal Ini
terjadi paling umum setelah operasi intraokular. Kontraksi otot orbicularis oculi
peningkatan frekuensi spasme otot orbicularis yang disebabkan oleh iritasi kornea
entropion atau iritasi teratasi dengan terapi dari faktor penyebab entropion tersebut
(1)
.
4. Sikatrik
rotasi interna tepi kelopak mata yang menyebabkan iritasi pada bola mata oleh silia.
Penyakit ini pada umumnya disebabkan karena trauma (baik kimia atau mekanik),
kondisi ketika cilia mengarah ke belakang dan bergesekan dengan bola mata. Gejala
akan muncul berupa rasa iritasi, seperti ada benda asing, dan mata merah. Entropion
2.5.Diagnosis
manifestasi klinis, dan pemeriksaan fisik. Manifestasi klinis antara lain sesuatu
yang mengganjal di mata dan terkadang menimbulkan nyeri. Gejala lain berupa
epifora, fotofobia, mata merah, kelopak mata menjadi keras, kotoran mata, dan
pandangan buram. Perlu ditanyakan riwayat trauma dan riwayat tindakan bedah
pada mata(9).
inflamasi kulit dan spasme otot-otot wajah. Dapat ditemukan kerusakan epitel
kornea juga harus dilakukan untuk menilai adanya abrasi, jaringan parut, penipisan,
dan lateral canthal laxity test. Tes snapback dilakukan dengan cara menarik kelopak
mata dengan hati-hati ke arah luar lalu dilihat apakah dapat kembali ke posisi
semula, biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Medial canthal laxity test dilakukan
dengan menarik palpebra inferior ke sebelah lateral dari kantus medial; sedangkan
lateral canthal laxity test dilakukan dengan menarik palpebra inferior ke sebelah
medial dari kantus lateral. Jarak pergeseran yang makin besar menunjukkan
palpebra yang makin lemah. Pergeseran normal berkisar antara 0-1 mm untuk
2.6.Penatalaksanaan
yaitu dengan penarikan kulit palpebra ke arah pipi, sehingga menjauh dari bola
mata, pencukuran bulu mata di lokasi trikiasis, lensa kontak untuk melindungi
kornea, dan air mata artifisial dan salep mata lubrikan untuk melindungi permukaan
Terapi definitif adalah dengan tindakan bedah untuk eversi palpebra. Setiap
tipe ntropion diterapi dengan prosedur bedah yang berbeda-beda. Intervensi bedah
diindikasikan apabila terdapat salah satu dari kondisi klinis berikut muncul secara
dibuat goresan subsilar 2 mm di bawah luka dari bawah pungtum menuju cabang
sentral. Penutup kulit yang kecil disayat kebawah di atas tarsus, dan potongan otot
orbikularis pretarsal disayat sampai batas tarsus. Septum orbita digores dan dibuka,
sehingga tepi fascia kapsulopalpebra yang tipis dapat terlihat. Adanya bantalan
Tiga jahitan dengan silk 6.0 digunakan untuk menyambung kembali fascia
tengah, dan medial kelopak mata bawah. Jahitan melewati forniks sampai batas di
bawah perbatasan inferior tarsal lalu keluar sampai kulit. Masing-masing jahitan
tarsal strip untuk menurunkan risiko rekurensi dan memperbaiki laxitas horizontal
okuli dengan insisi subsiliar. Orbikularis okuli preseptal diperbaiki dan diperketat
dengan cara menjahit orbikularis okuli pretarsal dan preorbital dengan benang 6-0
non-absorbable. Tujuan prosedur ini adalah untuk menciptakan dinding otot yang
2. Entropion kongenital
kelopak mata bawah, diperluas sekitar beberapa mm ke medial dan lateral menuju
area yang melipat. Sejumlah kecil otot orbikularis pretarsal dipindahkan, agar
kemudian tepi kulit bagian bawah ditutup dengan jahitan 6.0 biasa.
lipatan epikantus yang menyerupai ekor ikan; flap B dipindahkan menuju sudut D,
sehingga sudut antara A-D dan B-D menjadi lebih lebar. Traksi orbicularis (pada
arah A-C) menjadi berkurang, dan bentuk epikantus yang seperti bulan sabit
menjadi lebih kecil. Sudut kantus medial melebar. Bentuk L terbalik didapat dari
sisi A-D dan D-C setelah prosedur. Dilakukan jahitan Hotz mattress antara B (D)
dan C, kemudian dilakukan dengan jahitan endto- end pada insisi A-D dan D-C.(9)
dapat dicapai dengan tape adhesive atau suntikan toksin botulinum 5-10 unit ke
dalam otot pretarsal. Tindakan pembedahan menggabungkan beberapa teknik
4. Entropion sikatriks
Pada prosedur Wies, anestesi lokal diberikan pada kelopak mata dan insisi
horizontal dibuat 4 mm dari kelopak sampai kulit dan orbikularis. Dibuat atap
marginal 2-4 mm dari garis tepi kelopak mata. Kelopak kemudian diangkat, dan
dalam hitungan detik dibuat insisi sampai konjungtiva dan tarsus. Gunting
lateral melewati tarsus. Lalu dijahit tiga double-armed dengan silk 6-0 sampai
tarsus, ke atas tarsus yang kemudian keluar melalui kulit dekat bulu mata. Insisi
ditutup dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan dan kasa penutup diangkat setelah 10-
14 hari.
medial dan lateral di setiap ujung insisi, tegak lurus terhadap insisi tersebut.
Diseksi yang teliti dibuat di antara tarsus distal dan muskulus orbicularis okuli.
Kemudian dibuat jahitan matras horizontal dengan Vicryl 6-0 melalui tarsus
yang tipis. Cruz, et al,27 menemukan metode lipatan palpebral diinsisi untuk
anterior, tarsotomi, dan tarsal overlap tanpa memerlukan jahitan luar. Teknik ini
Awalnya, benang traksi 4-0 dimasukkan melalui tepi tarsus dari margo palpebra.
Kemudian, dibuat insisi lipatan palpebra untuk membuat flap kulit-otot pretarsal.
Flap ini diangkat sehingga tampak seluruh lempeng tarsus, diikuti diseksi
bulu mata tampak. Palpebra kemudian dieversi dengan cotton bud dan
diposisikan dengan benang traksi secara hati-hati. Vicryl 6-0 dijahitkan pada
orbikularis dekat akar bulu mata melalui bagian tengah tarsus distal. Sembari
dirotasikan keluar. Dengan cara ini, jahitan tetap berada di dalam palpebra tanpa
sikatriks. Kulit diinsisi 3-4 mm di bawah bulu mata, paralel terhadap margo
palpebra, kemudian insisi lainnya dibuat 4-5 mm di bawah garis insisi pertama,
sehingga terbentuk daerah seperti spindle. Insisi yang lebih atas diperluas di
bawah muskulus orbikularis okuli, dan kulit kemudian dikelupas hingga batas
atas orbikularis okuli hingga beberapa mm. Flap kemudian dibalik dan dijahit
Gambar 10. Insisi lipatan palpebra untuk merotasi margo palpebra superior
Tarikan dari kelopak mata bawah dan atas menimbulkan bulu mata dan kulit
2. Distikiasis
saluran Meibom.
3. Trikiasis
4. Dermatokalasis
yang longgar dengan penonjolan dan kulit kelopak yang banyak. Perubahan
5. Epiblefaron
menyebabkan bulu mata masuk ke dalam. Orientasi dari tarsal plate normal
Umumnya baik dan fungsi dapat kembali dengan baik. Khusus pada
25(3). 52-58.
3. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th ed. Jakarta: Badan
27.
2016.
8. Gertenblith AT, Rabinowitz M P, et al. The Wills Eye Manual- Office and