Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2019


UNIVERSITAS NUSA CENDANA

ENTROPION

OLEH :
Zusana Riza Madeira B. Aton
1008012025

PEMBIMBING :
dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M
dr. Indriani Kartika Dewi, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

Entropion adalah kelainan palpebra dimana terjadi pelipatan dari tepi

palpebra ke arah dalam bola mata. Entropion dapat menyebabkan bulu mata,tepi

palpebra dan kulit pada palpebra mengalami kontak dengan bola mata.(1) Gesekan

yang terus menerus terhadap kornea dapat meberikan gejala iritasi berupa rasa tidak

nyaman pada mata dan epifora. Apabila entropion berlangsung terusmenerus, maka

entropion dapat menyebabkan komplikasi seperti keratitis mikroba, ulserasi kornea,

formasi pannus hingga kehilangan penglihatan.(2) Entropion dapat disebabkan

karena terbentuknya jaringan parut yang terjadi pada trakoma, atau akibat mekanik

dan spasme otot orbikular terutama otot Rioland. Entropion juga bisa disebabkan

karena senilis(3).

Entropion diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu entropion kongenital,

entropion sikatrik, entropion spastik, dan entropion senilis atau involusional.

Keempat tipe ini dibedakan berdasarkan penyebab dan mekanismenya.(1)

Dari keempat tipe entropion diatas, entropion tipe involusional adalah tipe

tersering yang ditemukan. Dimana lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan

pria, dengan peningkatan angka kejadian bersamaan dengan meningkatnya usia.

Entropion involusional biasanya terjadi pada usia lanjut diatas umur 60 tahun.

Entropion kongenital jarang ditemukan dan lebih banyak didapatkan pada ras Asia

daripada ras Eropa. Dimana ras Eropa lebih sering terjadi entropion tipe sikatrik

dan tipe spastik.(4)


Entropion sikatrik dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah dan

disebabkan oleh jaringan parut di konjungtiva atau tarsus. Gangguan ini paling

sering ditemukan pada penyakit-penyakit radang kronik misalnya trakoma. Kasus

entropion kongenital merupakan anomali yang jarang ditemukan. Pada

entropion kongenital dapat terjadi erosi kornea kronik, yang menyebabkan

terbentuknya ulkus pada bayi. Kondisi margo palpebra yang melipat ke dalam

dapat mengakibatkan bulu mata menggesek kornea dan konjungtiva. Bila kondisi

ini dibiarkan berlarut-larut, maka akan terjadi perlukaan pada kornea bahkan ulkus

sehingga sangatlah penting untuk memperbaiki kondisi ini sebelum komplikasi

memperburuk penglihatan secara permanen.

Terapi utama pada entropion yaitu pembedahan. Pada entropion selain terapi

pembedahan, perlu untuk mencari faktor penyebab dari entropion dan mengatasi

penyebab tersebut. Entropion pada umumnya memiliki progmosis yang baik.

Keefektivan pengobatan entropion tergantung pada penyebab utama dan tingkat

keparahan penyakitnya(5)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Kelopak Mata(6)

A. Lapisan Palpebra

Gambar 1. Anatomi palpebra

Palpebra (kelopak mata) superior dan inferior adalah modifikasi lipatan

kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Pembasahan

dan pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena pemerataan air mata dan

sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata. Palpebra

terdiri dari 5 lapisan struktur jaringan yaitu dari luar kedalam yaitu kulit, otot striata
( m. orbicuralis oculi), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapisan

membran mukosa (konjungtiva palpebralis).

a. Lapisan Kulit

Kulit palpebra berbeda dengan kulit di kebanyakan bagian tubuh lainnya

karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut serta tanpa lemak

subkutan.

b. Musculus Orbicularis Oculi

Fungsi musculus orbicularis oculi adalah menutup palpebra. Serat-serat

ototnya mengelilingi fissura palpebrae secara konsentris dan menyebar dalam jarak

pendek mengelilingi tepi orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian

otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai pratarsal; bagian di atas

septum orbitale adalah bagian praseptal. Segmen di luar palpebra disebut bagian

orbita. Orbicularis oculi dipersarafi oleh nervus facialis.

c. Jaringan Areolar

Jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah musculus orbicularis

oculi berhubungan dengan lapisan subaponeurotik kulit kepala.

d. Tarsus

Struktur penyokong palpebra yang utama adalah lapisan jaringan fibrosa

padat yang bersama sedikit jaringan elastik disebut lempeng tarsus. Sudut lateral

dan medial serta juluran tarsus tertambat pada tepi orbita dengan adanya ligamen

palpebrae lateralis dan medialis. Lempeng tarsus superior dan inferior juga

tertambat pada tepi atas dan bawah orbita oleh fasia yang tipis dan padat. Fasia tipis

ini membentuk septum orbitale.


e. Konjungtiva Palpebra

Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva

palpebrae, yang melekat erat pada tarsus.

B. Anatomi Tepi Palpebra (eyelid margin)

Tepian palpebra (eyelid margin) memiliki panjang 25-30 mm dan lebarnya

2 mm. Tepian ini dipisahkan oleh garis kelabu (sambungan mukokutan) menjadi

tepian anterior dan posterior.

a. Tepian anterior

 Bulu mata, muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur.

 Glandula Zeis, merupakan modifikasi kelenjar sebasea kecil, yang

bermuara ke folikel rambut pada dasar bulu mata.

 Glandula Moll, merupakan modifikasi kelenjar keringat yang bermuara

membentuk barisan dekat bulu mata.

b. Tepian posterior

Tepian posterior berkontak langsung dengan bola mata, dan sepanjang

tepian ini terdapat muara-muara kecil kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi

(glandula Meibom atau tarsal).

c. Punctum palpebra

Pada ujung medial tepian posterior palpebra terdapat penonjolan kecil

dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior.

Punctum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulusnya

ke saccus lacrimalis.
C. Fissura Palpebra

Fissura palpebrae adalah ruang berbentuk elips di antara kedua palpebra

yang terbuka. Fissura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis

kira-kira 0,5 cm dari tepi lateral orbita dan membentuk sudut tajam Kantus medialis

lebih elips dari kantus lateralis dan mengelilingi lacus lacrimalis.

D. Septum Orbita

Septum orbitale adalah fasia di belakang bagian otot orbikularis yang

terletak di antara tepian orbita dan tarsus serta betfungsi sebagai sawar antara

palpebra dan orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo levator

palpebrae superioris dan tarsus superior; sepfum orbitale inferius menyatu dengan

tarsus inferior.

E. Retraktor Palpebrae

Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra, yang dibentuk oleh

kompleks muskulofasial, dengan komponen otot rangka dan polos, yang dikenal

sebagai kompleks levator di palpebra superior dan fasia kapsulopalpebra di

palpebra inferior. Di palpebra superior bagian otot rangkanya adalah levator

palpebrae superioris, dan otot polosnya adalah musculus Müller (tarsalis superior).

Di palpebra inferior, retraktor utamanya adalah musculus rectus inferior dan otot

polosnya musculus tarsalis inferior.

Komponen otot polos retraktor palpebrae dipersarafi oleh saraf simpatis

sedangkan levator dan musculus rectus inferior dipersarafi oleh nervus

oculomotorius.
2.2. Defenisi Entropion

Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata ke arah

dalam bola mata. Selain palpebra bagian bawah, entropion juga dapat terjadi

pada palpebra bagian atas atau dapat mengalami seluruh bagian tepi kelopak mata

yang masuk kedalam. Entropion dari tepi palpebra bawah lebih sering terjadi

dibanding entropion tepi palpebra atas.(1)

2.3. Klasifikasi Entropion

Entropion diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu

1. Kongenital

2. Involusional

3. Spasme

4. Sikatrik

1. Kongenital

Entropion kongenital umumnya terjadi karena disgenesis retractor, defek

struktural pada lempeng tarsal, atau kekurangan jaringan dalam lamela posterior

kelopak mata yang dapat menimbulkan entropion. Entropion kongenital

memnutuhkan terapi pembedahan untuk memperbaiki struktur kelopak mata(1).

Gambar 2. Kongenital Entropion


2. Involusional

Dikenal juga dengan nama senile entropion dan sering mengenai kelopak

mata bagian bawah. Entropion involusional biasanya terjadi akibat kelemahan

kelopak mata, gangguan atau terlepasnya refraktor kelopak mata, dan ovrriding dari

otot m. orbicularis oculi preseptal (1), (7).

Normalnya refrakter kelopak mata menjaga tepi kelopak mata bawha untuk

tetap pada posisi yang benar. Beberapa tanda yang dapat muncul terjadi ketika

terlepasnya refraktor meliputi :

Garis putih pada Subkonjungtiva beberapa milimeter dibawah tepi tarsal


-
Fornix inferior lebih dalam
-
Kelopak mata bawah lebih tinggi dari normal
-
Sedikit pergerakan dari kelopak mata bawah

Penyebab paling sering dan berhubungan dengan penuaan. Gangguan selalu

mengenai kelopak mata bawah dan merupakan akibat dari gabungan kelemahan

otot-otot retraktor kelopak bawah, migrasi ke atas musculus orbikularis preseptal

dan menyebabkan melipatnya tepi tarsus atas(1).

Gambar 3. Involusional Entropion


3. Spasme

Kondisi ini biasanya timbul setelah iritasi atau peradangan pada mata. Hal Ini

terjadi paling umum setelah operasi intraokular. Kontraksi otot orbicularis oculi

yang berkelanjutan menyebabkan rotasi margin kelopak mata ke dalam. Siklus

peningkatan frekuensi spasme otot orbicularis yang disebabkan oleh iritasi kornea

akan memperparah keadaan ini. Kebanyakan pasien sudah mengalami perubahan

komponen involusional sebelumnya. Entropion akut biasanya hilang bila siklus

entropion atau iritasi teratasi dengan terapi dari faktor penyebab entropion tersebut
(1)
.

4. Sikatrik

Entropion disebabkan karena kontraktur tarsoconjungtival contracture dan

rotasi interna tepi kelopak mata yang menyebabkan iritasi pada bola mata oleh silia.

Penyakit ini pada umumnya disebabkan karena trauma (baik kimia atau mekanik),

inflamasi (Steven Jhonson sindrom), autoimun (pemphigoid), infeksi (trakoma,

herpes zooster), dan pembedahan. Pemeriksaan pada tarsus dan palpebra

merupakan point diagnosis pada kasus ini(1).

Gambar 4. Sikatrik Entropion


2.4.Tanda dan Gejala

Gejala yang dirasakan pasien meliputi gejala trikiasis. Trikiasis merupakan

kondisi ketika cilia mengarah ke belakang dan bergesekan dengan bola mata. Gejala

akan muncul berupa rasa iritasi, seperti ada benda asing, dan mata merah. Entropion

dapat dibagi menjadi 3 grade(8)

1. Ringan : jika hanya posterior lid yang terlibat

2. Sedang : jika intermarginal strips terputar kedalam

3. Berat : jika seluruh tepi terputar ke dalam.

2.5.Diagnosis

Diagnosis entropion umumnya dapat ditegakkan dengan anamnesis,

manifestasi klinis, dan pemeriksaan fisik. Manifestasi klinis antara lain sesuatu

yang mengganjal di mata dan terkadang menimbulkan nyeri. Gejala lain berupa

epifora, fotofobia, mata merah, kelopak mata menjadi keras, kotoran mata, dan

pandangan buram. Perlu ditanyakan riwayat trauma dan riwayat tindakan bedah

pada mata(9).

Pada inspeksi palpebra, harus diperhatikan adanya tanda-tanda iritasi atau

inflamasi kulit dan spasme otot-otot wajah. Dapat ditemukan kerusakan epitel

konjungtiva atau kornea akibat trauma, hiperemia konjungtiva terlokalisasi, injeksi

konjungtiva dan/atau siliar, blefarospasme, kelemahan kelopak mata (entropion

involusional), jaringan parut pada konjungtiva (entropion sikatriks), atau

pertumbuhan kelopak mata bawah abnormal (entropion kongenital). Pemeriksaan

kornea juga harus dilakukan untuk menilai adanya abrasi, jaringan parut, penipisan,

atau neovaskularisasi pada kornea (9).


Tes diagnosis sederhana antara lain tes snapback, medial canthal laxity test,

dan lateral canthal laxity test. Tes snapback dilakukan dengan cara menarik kelopak

mata dengan hati-hati ke arah luar lalu dilihat apakah dapat kembali ke posisi

semula, biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Medial canthal laxity test dilakukan

dengan menarik palpebra inferior ke sebelah lateral dari kantus medial; sedangkan

lateral canthal laxity test dilakukan dengan menarik palpebra inferior ke sebelah

medial dari kantus lateral. Jarak pergeseran yang makin besar menunjukkan

palpebra yang makin lemah. Pergeseran normal berkisar antara 0-1 mm untuk

kantus medial dan 0-2 mm untuk kantus lateral(9).

2.6.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan entropion umumnya nonfarmakologis. Terapi sementara

yaitu dengan penarikan kulit palpebra ke arah pipi, sehingga menjauh dari bola

mata, pencukuran bulu mata di lokasi trikiasis, lensa kontak untuk melindungi

kornea, dan air mata artifisial dan salep mata lubrikan untuk melindungi permukaan

mata, peletakan tape untuk mengurangi laxitas tarsus horizontal dan

memungkinkan eversi tepi palpebra, dan kauterisasi termal untuk

menginduksipemendekan retraktor palpebra inferior dan orbikularis(9).

Terapi definitif adalah dengan tindakan bedah untuk eversi palpebra. Setiap

tipe ntropion diterapi dengan prosedur bedah yang berbeda-beda. Intervensi bedah

diindikasikan apabila terdapat salah satu dari kondisi klinis berikut muncul secara

persisten, yaitu iritasi okular berulang, konjungtivitis bakteri, refleks hipersekresi

air mata, keratopati superfisial, keratitis, dan ulkus kornea.


1. Entropion Involusional

Pada prosedur perbaikan fascia kapsulopalpebra, setelah anestesi lokal,

dibuat goresan subsilar 2 mm di bawah luka dari bawah pungtum menuju cabang

sentral. Penutup kulit yang kecil disayat kebawah di atas tarsus, dan potongan otot

orbikularis pretarsal disayat sampai batas tarsus. Septum orbita digores dan dibuka,

sehingga tepi fascia kapsulopalpebra yang tipis dapat terlihat. Adanya bantalan

inferior orbita memungkinkan penutupan dengan empat buah jahitan. Potongan

tarsal mengarah ke samping menunjukkan kelemahan kelopak mata bawah dan

sesuai dengan ketegangan kelopak.

Tiga jahitan dengan silk 6.0 digunakan untuk menyambung kembali fascia

kapsulopalpebra bawah dengan perbatasan tarsal. Pada prosedur jahitan Quickert,

jahitan tiga double-kromik 5-0 ditempatkan horizontal 3 mm melebar ke lateral,

tengah, dan medial kelopak mata bawah. Jahitan melewati forniks sampai batas di

bawah perbatasan inferior tarsal lalu keluar sampai kulit. Masing-masing jahitan

ditegangkan untuk koreksi. Prosedur Quickert dapat dimodifikasi dengan lateral

tarsal strip untuk menurunkan risiko rekurensi dan memperbaiki laxitas horizontal

palpebra lebih baik dibandingkan prosedur konvensional. Tingkat rekurensi

entropion prosedur Quickert yang dimodifikasi adalah 9,1%, lebih rendah

dibandingkan prosedur konvensional (25,5%).

Entropion involusional juga dapat dikoreksi dengan memperketat muskulus

orbicularis okuli. Lidokain 1% mengandung 0,01% epinefrin disuntikkan subkutan

ke seluruh palpebra inferior, kemudian palpebral inferior didiseksi dari orbikularis

okuli dengan insisi subsiliar. Orbikularis okuli preseptal diperbaiki dan diperketat
dengan cara menjahit orbikularis okuli pretarsal dan preorbital dengan benang 6-0

non-absorbable. Tujuan prosedur ini adalah untuk menciptakan dinding otot yang

kuat di depan lemak periorbital (9).

Gambar 5. Prosedur Quickert

Gambar 6. Prosedur Quickert yang dimodifikasi

2. Entropion kongenital

Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan pemasangan kembali fascia

kapsulopalpebra, dan perbaikan epiblefaron jika terdapat keratopati atau

simptomatik. Goresan horizontal dibuat 1,5 mm di bawah bulu mata, menyeberangi

kelopak mata bawah, diperluas sekitar beberapa mm ke medial dan lateral menuju
area yang melipat. Sejumlah kecil otot orbikularis pretarsal dipindahkan, agar

perbatasan tarsal bawah terbuka. Luka kemudian ditutup dengan cara

memperkirakan kulit bagian atas tetap membingkai perbatasan tarsal bawah,

kemudian tepi kulit bagian bawah ditutup dengan jahitan 6.0 biasa.

Metode fish-tail resection membuat sebuah flap berbentuk segitiga pada

lipatan epikantus yang menyerupai ekor ikan; flap B dipindahkan menuju sudut D,

sehingga sudut antara A-D dan B-D menjadi lebih lebar. Traksi orbicularis (pada

arah A-C) menjadi berkurang, dan bentuk epikantus yang seperti bulan sabit

menjadi lebih kecil. Sudut kantus medial melebar. Bentuk L terbalik didapat dari

sisi A-D dan D-C setelah prosedur. Dilakukan jahitan Hotz mattress antara B (D)

dan C, kemudian dilakukan dengan jahitan endto- end pada insisi A-D dan D-C.(9)

Gambar 7. Fish-tail resection

3. Entropion akut spastik

Entropion spastik kadang-kadang menghilang spontan. Koreksi sementara

dapat dicapai dengan tape adhesive atau suntikan toksin botulinum 5-10 unit ke
dalam otot pretarsal. Tindakan pembedahan menggabungkan beberapa teknik

seperti memperpendek kelopak mata horizontal atau mengangkat pretarsal serat-

serat otot orbikularis okuli dan memperpendek kulit vertikal.

4. Entropion sikatriks

Pada prosedur Wies, anestesi lokal diberikan pada kelopak mata dan insisi

horizontal dibuat 4 mm dari kelopak sampai kulit dan orbikularis. Dibuat atap

marginal 2-4 mm dari garis tepi kelopak mata. Kelopak kemudian diangkat, dan

dalam hitungan detik dibuat insisi sampai konjungtiva dan tarsus. Gunting

Westcott atau Tenotomi digunakan untuk memperluas blefarotom ke medial dan

lateral melewati tarsus. Lalu dijahit tiga double-armed dengan silk 6-0 sampai

tarsus, ke atas tarsus yang kemudian keluar melalui kulit dekat bulu mata. Insisi

ditutup dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan dan kasa penutup diangkat setelah 10-

14 hari.

Gambar 8. Prosedur Wies

Chi, et al,26 memperkenalkan metode tarsotomi modifikasi dengan insisi

fullthickness pada tarsus 2 mm proksimal dari margo palpebra, dengan panjang


insisi 2 mm lebih panjang dari sisi sikatriks. Dua insisi relaksasi dibuat secara

medial dan lateral di setiap ujung insisi, tegak lurus terhadap insisi tersebut.

Diseksi yang teliti dibuat di antara tarsus distal dan muskulus orbicularis okuli.

Kemudian dibuat jahitan matras horizontal dengan Vicryl 6-0 melalui tarsus

proksimal dan keluar sedikit di atas garis bulu mata.

Jahitan dibuat sedikit di atas margo palpebra supaya tercapai overkoreksi

yang tipis. Cruz, et al,27 menemukan metode lipatan palpebral diinsisi untuk

merotasi margo palpebral superior, digabungkan dengan traksi internal lamela

anterior, tarsotomi, dan tarsal overlap tanpa memerlukan jahitan luar. Teknik ini

dilakukan dengan anestesi lokal 2% lidokain dengan 1:100.000 epinefrin.

Awalnya, benang traksi 4-0 dimasukkan melalui tepi tarsus dari margo palpebra.

Kemudian, dibuat insisi lipatan palpebra untuk membuat flap kulit-otot pretarsal.

Flap ini diangkat sehingga tampak seluruh lempeng tarsus, diikuti diseksi

orbikularis dengan gunting Westcott atau jarum Colorado, sehingga akar-akar

bulu mata tampak. Palpebra kemudian dieversi dengan cotton bud dan

diposisikan dengan benang traksi secara hati-hati. Vicryl 6-0 dijahitkan pada

orbikularis dekat akar bulu mata melalui bagian tengah tarsus distal. Sembari

dijahitkan, bagian distal tarsus dimajukan ke atas tarsus marginal, sedangkan

tarsus marginal didorong ke belakang, sehingga lamela dari margo palpebra

dirotasikan keluar. Dengan cara ini, jahitan tetap berada di dalam palpebra tanpa

perlu adanya pendukung.

Sakamoto, et al,28 menemukan metode hammock flap untuk entropion

sikatriks. Kulit diinsisi 3-4 mm di bawah bulu mata, paralel terhadap margo
palpebra, kemudian insisi lainnya dibuat 4-5 mm di bawah garis insisi pertama,

sehingga terbentuk daerah seperti spindle. Insisi yang lebih atas diperluas di

bawah muskulus orbikularis okuli, dan kulit kemudian dikelupas hingga batas

bawah lempeng tarsal untuk membuka konjungtiva. Insisi bawah diperluas ke

atas orbikularis okuli hingga beberapa mm. Flap kemudian dibalik dan dijahit

superior ke tarsus dan inferior ke retraktor dan konjungtiva.

Gambar 9. Modified tarsotomy

Gambar 10. Insisi lipatan palpebra untuk merotasi margo palpebra superior

Gambar 11. Metode hammock flap


2.7.Diagnosis Banding (10)

1. Retraksi kelopak mata (penyakit Grave).

Tarikan dari kelopak mata bawah dan atas menimbulkan bulu mata dan kulit

kelopak melipat ke dalam menyerupai entropion.

2. Distikiasis

Bersifat kongenital, terdapat kelainan yang menekan temapat keluarnya

saluran Meibom.

3. Trikiasis

Kelainan berupa bulu mata yang mengarah ke kornea, sehingga timbul

reaksi radang yang kedua dan terbentuk jaringan parut

4. Dermatokalasis

Suatu keadaan degeneratif, timbul lebih awal, dan menunjukkan gambaran

yang longgar dengan penonjolan dan kulit kelopak yang banyak. Perubahan

arah bulu mata pada kelopak atas menyerupai entropion

5. Epiblefaron

Kelainan kongenital yang tampak berupa pelipatan kulit kelopak dan

ketegangan otot horizontal yang menyilang ke pinggir kelopak

menyebabkan bulu mata masuk ke dalam. Orientasi dari tarsal plate normal

selalu asimptomatik dan berkaitan dengan pertambahan umur.


2.8.Prognosis

Umumnya baik dan fungsi dapat kembali dengan baik. Khusus pada

entropion sikatrik, jika penyebabnya autoimun, inflamasi, atau infeksi, dapat

berulang. Sedangkan jika penyebabnya adalah trauma atau operasi, memiliki

prognosis lebih baik dan kemungkinan berulang kecil.


DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Opthalmology.Orbit-eyelid and lacrimal system :

eyelid. 2016-2017. Section 7: 251-257.

2. Pereira MGB, Rodrigues MA, Rodrigues SAC. Eyelid Entropion. 2010.

25(3). 52-58.

3. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th ed. Jakarta: Badan

Penerbit FK UI; 2013

4. Lang G. Ophthalmology : A Pocket Textbook Atlas.2006. Ed. 2. Hal. 24-

27.

5. Erdian D N. Entropion senilis oculi dekstra, entropion sikatriks oculi


Sinistra dan katarak senilis imatur oculi dekstra sinistra pada wanita 75
tahun. Medula, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013.
6. Vaughan, Daniel G. Asbury. General ophthalmology edisi 18. New York.

Mc Graw Hill Medical. 2011

7. Bowling B. Kanski’s Clinical Ophthalmology. 8th ed. Sydney: Elsevier;

2016.

8. Gertenblith AT, Rabinowitz M P, et al. The Wills Eye Manual- Office and

Emergency Room Diagnosis and Treatment of Eye Disease. Wolters

Kluwer. China. 2012

9. Reiza Y. Diagnosis dan Tatalaksana Entropion. Cermin Dunia

Kedokteran. Vol 45. 2018

10. Gultom Imam. Entropion dengan komplikasi.Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. 2013

Anda mungkin juga menyukai