Anda di halaman 1dari 15

SMF/BAGIAN ILMU BEDAH LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2018


UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KISTA TYROID

Disusun Oleh :

Maria Modesta Sihandi, S.Ked


(1008012025)

Pembimbing :

dr. Jean E. Pello, Sp.B

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITRAAN KLINIK

SMF/ BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANNES

KUPANG

2018
BAB 1

PENDAHULUAN

Kelenjar tiroid merupakan salah satu organ dari sistem endokrin yang berfungsi untuk
mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan tubuh agar optimal, merangsang
konsumsi oksigen pada sel tubuh, mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, serta
mengatur pertumbuhan normal. Fungsi tiroid diatur oleh Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar tiroid secara embriologi
tumbuh dari invaginasi dasar faring yaitu pada minggu keempat kehamilan, bermigrasi ke
kaudal dan bergabung dengan sebagian kantong faring keempat, serta menetap di daerah
leher.

Kista tiroid adalah kelainan yang relatif sering ditemukan pada tiroid. Kista tiroid
merupakan nodul yang berisi cairan, dan merupakan diferensiasi dari sel sisa parenkim tiroid.
Diagnosis penyakit ini dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium, biopsi aspirasi jarum halus, dan ultrasonografi (USG) sebagai pemeriksaan
penyaring terhadap golongan resiko tinggi untuk menemukan keganasan tiroid. Pada
pemeriksaan fisik (palpasi) 48 % kista tiroid dapat ditemukan, dan 40% dengan
menggunakan ultrasonografi, serta 50% kasus kista tiroid ditemukan pada pemeriksaan
patologi autopsi.

Sebuah studi prospektif mengemukakan bahwa kista tiroid lebih banyak ditemukan
pada wanita dengan rasio perbandingan antara wanita dan laki-laki yaitu 1:10. Terapi bedah
dapat dilakukan bila ukuran kista tiroid besar, dengan risiko tindakan operatif ini adalah
trauma pada nervus laringeus superior dan nervus laringes rekuren. Komplikasi yang paling
ditakutkan dalam melakukan tindakan bedah pada kista tiroid yaitu kelumpuhan pita suara
sampai obstruksi jalan nafas atas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tiroid
1.1 Anatomi
Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fasia prevertebralis.
Di dalam ruang yang sama terdapat trakea, esofagus, pembuluh darah besar dan saraf.
Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrakealis dan melingkari trakea dua pertiga
bahkan sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada
permukaan belakang kelenjar tiroid, tetapi letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi.
Arteri karotis komunis, vena jugularis interna dan nervus vagus terletak bersama dalam suatu
sarung tertutup di latero dorsal tiroid. Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk
laring. Nervus frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia
media dan prevertebralis

Gambar 1. Anatomi kelenjar tiroid ( De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).

Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat sumber antara lain arteri karotis
superior kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri dan kedua arteri
tiroidea inferior kanan dan kiri, cabang arteri brakhialis. Kadang kala dijumpai arteri
tiroidea ima, cabang dari trunkus brakiosefalika. Sistem vena terdiri atas vena tiroidea
superior yang berjalan bersama arteri, vena tiroidea media di sebelah lateral dan vena
tiroidea inferior. Terdapat dua macam saraf yang mensarafi laring dengan pita suara
(plica vocalis) yaitu nervus rekurens dan cabang dari nervus laringeus superior.

Gambar 2. Vaskularisasi kelenjar tiroid (Ellis, 2006).

1.2 FISIOLOGI

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang kemudian
berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Iodium nonorganik yang diserap
dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi
30-40 kali sehingga mempunyai afinitas yang sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan
T4 yang dihasilkan ini kemudian akan disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid.

Sebagian besar T4 kemudian akan dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisanya tetap di


dalam kelenjar yang kemudian mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat
oleh protein yaitu globulin pengikat tiroid Thyroid Binding Globulin (TBG) atau prealbumin
pengikat albumin Thyroxine Binding Prealbumine (TBPA). Hormon stimulator tiroid Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari
kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal
sebagai umpan balik negatif sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke
sirkulasi.

Pada pemeriksaan akan terlihat adanya sel parafolikular yang menghasilkan kalsitonin
yang berfungsi untuk mengatur metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium
serum terhadap tulang. Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang
tiroid yaitu Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior
hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh kadar hormon
tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap lobus anterior
hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin yaitu Thyrotropin Releasing
Hormone (TRH) dari hipotalamus Sebenarnya hampir semua sel di tubuh dipengaruhi secara
langsung atau tidak langsung oleh hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kategori yaitu :

1. Efek pada laju metabolism : Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal tubuh
secara keseluruhan. Hormon ini adalah regulator terpenting bagi tingkat konsumsi O2 dan
pengeluaran energi tubuh pada keadaan istirahat.
2. Efek kalorigenik :Peningkatan laju metabolisme menyebabkan peningkatan produksi
panas.
3. Efek pada metabolisme perantara : Hormon tiroid memodulasi kecepatan banyak reaksi
spesifik yang terlibat dalam metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan
bakar metabolik bersifat multifaset, hormon ini tidak saja mempengaruhi sintesis dan
penguraian karbohidrat, lemak dan protein, tetapi banyak sedikitnya jumlah hormon juga
dapat menginduksi efek yang bertentangan.
4. Efek simpatomimetik : Hormon tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap
katekolamin (epinefrin dan norepinefrin), zat perantara kimiawi yang digunakan oleh
sistem saraf simpatis dan hormon dari medula adrenal.
5. Efek pada sistem kardiovaskuler : Hormon tiroid meningkatkan kecepatan denyut dan
kekuatan kontraksi jantung sehingga curah jantung meningkat.
6. Efek pada pertumbuhan : Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi hormon
pertumbuhan, tetapi juga mendorong efek hormon pertumbuhan (somatomedin) pada
sintesis protein struktural baru dan pertumbuhan rangka.
7. Efek pada sistem saraf : Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal
sistem saraf terutama Sistem Saraf Pusat (SSP). Hormon tiroid juga sangat penting untuk
aktivitas normal SSP pada orang dewasa.
2. KISTA TIROID

2.1 Definisi

Kista tiroid adalah suatu kantung berisi cairan yang berkembang di kelenjar tiroid.
Ukuran kista mungkin sangat kecil (diameter kurang dari 1 mm) atau lebih besar yang
mungkin bisa dilihat dengan kasat mata, muncul sebagai benjolan di leher. Beberapa faktor
menjadi pemicu berkembangnya kista tiroid yaitu kurangnya yodium dalam makanan,
gangguan autoimun yang menyebabkan peradangan tiroid (penyakit hashimoto), suatu
genetik cacat dan paparan radiasi di masa kanak – kanak.

Penyakit kista ini sebenarnya merupakan penyakit tumor jinak, karena kebanyakan
penanganannya tidak melalui operasi besar. Kista adalah suatu struktur seperti gelembung
yang tidak normal yang bisa ditemukan di manapun di seluruh bagian tubuh. Kista biasanya
mengandung zat gas, cair, atau setengah padat dan memiliki dinding luar, yang dikenal
sebagai kapsul. Kista bisa saja terlihat kecil dan hanya terlihat dengan menggunakan
mikroskop, atau bisa saja tumbuh dengan ukuran yang sangat besar dan memindahkan
struktur tubuh normal.

Kista pada umumnya tumbuh di berbagai jaringan dan organ-organ tubuh. dan
biasanya penamaan dari penyakit kista disesuaikan dengan lokasi tertentu dimana ia tumbuh
misalnya kista ovarium , kista kandung kemih, kista payudara, kista hati, kista ginjal, kista
pankreas, kista vagina, kista kulit, kista tiroid. Faktor resiko munculnya kista tiroid adalah
Usia di atas 40 tahun, jenis kelamin wanita atau memiliki saudara kandung atau orang tua
yang menderita kista tiroid.

2.2 Patogenesis

Kista dapat muncul dari infark atau proses destruktif seperti perdarahan dalam yang
sudah ada sebelumnya pada folikel. Mekanisme membesarnya folikel tiroid pada kista
tiroid tidak diketahui, namun setiap proses inflamasi subepitel atau perdarahan dari folikel
tiroid dapat meningkatkan tekanan ruang perifolikular. Peningkatan tekanan ini dapat
mempengaruhi mikrosirkulasi di daerah subepitel.

Kista tiroid dengan beberapa septa adalah hal yang tidak biasa, kista ini sulit
dibedakan dengan tumor nekrosis atau pertumbuhan septa dari dinding kista. Mekanisme
yang mungkin terjadi yaitu adanya pengelompokan folikel tiroid diikuti oleh fibrosis
degenerasi. Dalam tumor tiroid baik jinak maupun ganas, keseimbangan antara proliferasi
sel dan kematian sel penting untuk mempertahankan homeostasis jaringan. Necrosis
disebabkan oleh suplai darah yang relatif cukup tetapi tidak bisa mempertahankan
pertumbuhan replikasi neoplasia.
2.3 Etiologi
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan timbulnya satu atau lebih nodul tiroid
antara lain (1). Defisiensi iodium dalam menu makanan; (2). Pertumbuhan jaringan tiroid
normal yang disebut sebagai adenoma tiroid yang kadang-kadang menghasilkan hormon
tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme); (3). kista tiroid yang kebanyakan berasal dari
degenerasi adenoma tiroid. Seringkali komponen solid bercampur dengan cairan dalam kista
tiroid. Kista biasanya jinak tetapi kadang-kadang mengandung komponen solid yang ganas;
(4). Tiroiditis; (5). Multinodular goiter; (6). Kanker tiroid

Orang dengan kista kecil ( 3mm atau lebih kecil ) pada tiroid mereka biasanya tidak
memiliki gejala apapun. Kebanyakan dari orang-orang ini tidak akan menyadari bahwa
mereka memiliki kista sampai dokter menemukan kista pada saat pemeriksaan. Tumbuhnya
kista di kelenjar tiroid di leher biasanya disebabkan tersumbatnya pintu keluar saluran
hormon tersebut. Penyumbatan ini selanjutnya memicu pembengkakan, sehingga muncul
benjolan yang berisi air, zat padat, atau campuran keduanya.

Gangguan seperti ini bisa disebabkan kinerja kelenjar tiroid yang terlalu aktif
(hipertiroid). Atau sebaliknya, disebabkan kinerja kelenjar tiroid yang kurang aktif
(hipotiroid). Untuk mengetahui secara pasti, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pengobatan kista tergantung pada tingkat keganasannya.

2.4 Pemeriksaan Fisik.


Pemeriksaan mencakup palpasi terhadap kelenjar tiroid, KGB leher dan benjolan lain
di sekitarnya. Nodul diidentifikasi berdasarkan konsistensinya keras atau lunak, ukurannya,
disertai rasa nyeri atau tidak, permukaan nodul rata atau berbenjol-benjol, tunggal atau
multipel, berbatas tegas atau tidak, dan mobilitas nodul, kistik atau solid, apakah ada nodul
yang dominan dalam multinodular tiroid. Selain itu juga dicatat kualitas suara, dan bila
perlu dilakukan laringoskop.
2.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Karakteristik Patologis dan Biokimia

Pemeriksaan aspirasi jarum halus adalah pemeriksaan standar pilihan untuk nodul
tiroid soliter yang dapat membedakan apakah nodul tersebut jinak atau ganas, syarat
pemeriksaan ini adalah nodul tersebut teraba dengan palpasi. Pemeriksaan ini memiliki
sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 95% untuk mendiagnosis kelainan pada nodul tiroid.
Komplikasi seperti hematom, nyeri lokal, dan infeksi di tempat biopsi jarang terjadi.

Temuan histopatologis untuk kista tiroid dapat berupa kista sederhana, degenerasi
koloid, koloid adenoma, adenoma folikuler, keganasan atau thyroiditis. Gambar di bawah
memperlihatkan perbedaan gambaran histopatologis kista jinak dan ganas, dimana
kebanyakan kista tiroid ganas adalah karsinoma tiroid papiler yang memperlihatkan
pemanjangan sel, nukleus yang membesar, bentuk sel yang bervariasi, bersepta, penebalan
dinding yang tidak rata, dan dinding kista yang berpapil.

Gambaran histopatologis dari kista tiroid (A)Kista tiroid sederhana dilapisi oleh
selapis sel-sel folikel, (B)Kista tiroid dengan hiperplasia papiler,

Kandungan isi pada kista bervariasi, kista dapat berisi koloid, zat gelatin, cairan
kecoklatan hemoragik, cairan kekuningan atau cairan bening. Cairan yang terkandung
dalam kista jinak dan ganas mengandung hormon tiroid tiroksin dan triiodothyronine,
tiroglobulin, dan globulin mengikat tiroksin. Analisis biokimia pada enzim amilase,
dehidrogenase laktat dan asam fosfatase menunjukkan kadar yang lebih tinggi dalam
cairan kista. Parameter lain yang memperlihatkan peningkatan adalah aminotransferase
aspartat, aktivitas laktat dehidrogenase, protein, asam urat, besi dan bilirubin total.
Konsentrasi glukosa, kolesterol dan trigliserida dalam cairan kista berada dalam kadar
normal.
2. Biopsi Bedah
Jika diagnosis tidak dapat dibuat dari aspirasi jarum halus, dokter dapat melakukan
operasi untuk mengangkat nodul kemudian dilakukan pemeriksaan histopatologik. Core
biopsy dengan atau tanpa bantuan USG biasanya akan dilakukan apabila setelah dua kali
prosedur FNAB menunjukkan spesimen non diagnostik (Thy 1) atau diduga limfoma
3. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG )
Untuk mengevaluasi massa tiroid, ultrasonografi (USG) merupakan modalitas
imaging pilihan pertama, dimana pemeriksaan ini tidak mahal, tidak invasif, dan tidak ada
paparan radiasi. Sensitivitas penegakan diagnosis kista tiroid dengan USG mencapai 96 %.
Adapun peranan ultrasonografi (USG) pada pemeriksaan tiroid yaitu :
• Dapat menentukan apakah tonjolan tersebut di dalam atau luar tiroid.
• Dengan cepat dan akurat dapat membedakan lesi kistik dari lesi solid.
• Dengan lebih mudah dapat dikenali apakah tonjolan tersebut tunggal atau lebih dari
satu.
• Dapat membantu penilaian respon pengobatan pada terapi supresif.
• Dapat membantu mencari keganasan tiroid pada metastasis yang tidak diketahui tumor
primernya.
• Sebagai pemeriksaan penyaring terhadap golongan resiko tinggi untuk menemukan
keganasan tiroid.
• Sebagai pengarah pada biopsi aspirasi jarum halus tiroid.

Teknik pemeriksaan USG tiroid umumnya tidak diperlukan persiapan khusus,


pemeriksaan dilakukan pada pasien dengan posisi supine serta bahu yang diganjal sehinga
diperoleh ekstensi leher yang maksimal. Dipakai jelly agar didapatkan kontak yang baik
antara kulit dengan transduser. Pemeriksaan dilakukan dengan posisi transduser adalah
transversal mulai dari pole bawah digeser kearah cephal sampai pole atas, sehingga seluruh
tiroid dapat dinilai. Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan dengan posisi transduser
longitudinal atau oblik dimulai dari lateral ke arah medial. Dilakukan pemotretan dengan
foto polaroid atau film multiformat, serta diambil ukuran tiroid dan ukuran lesi yang
nampak

.
2.5 Tatalaksana

Kekambuhan setelah dua kali aspirasi cairan kista, keganasan pada aspirasi sitologi,
atau kista dengan ukuran lebih besar dari 3 cm merupakan indikasi untuk dilakukan bedah
pengangkatan kista. Komplikasi yang sering ditemukan pada operasi tiroid adalah hematom
leher pada 0,3%-3% kasus, kelumpuhan nervus laringeus rekuren sementara pada 1-5%
kasus, kelumpuhan nervus laringeus permanen sebanyak 1% kasus. Apabila nervus laringeus
rekuren rusak satu sisi akan menyebabkan disfoni sedangkan pada kedua sisi mengakibatkan
hilangnya suara dan obstruksi dari saluran nafas sehingga memerlukan intubasi dan
trakeostomi. Nervus laringeus superior mempersarafi lobus atas tiroid, kerusakan dari nervus
ini tidak menyebabkan gangguan suara yang terlalu besar.
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. PH

Usia : 20 tahun

TL : 29/11/1998

JK : Perempuan

Alamat : JL. Nangka

No. MR : 491659

Tanggal MRS :02/06/2018

KRS : 07/06/2018

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama: Benjolan di leher ± 2 tahun SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluh terdapat benjolan di bagian leher yang muncul secara tiba-tiba sejak 2
tahun yang lalu, benjolan ini muncul menetap dan tidak pernah hilang, awalnya hanya
muncul benjolan kecil saja namun lama kelamaan semakin membesar hingga sekarang.
Pasien mengaku tidak ada rasa nyeri saat ditekan dan Tidak ada rasa nyeri saat menelan.
makan dan minum baik. pasien mengatakan selama ini pasien sudah 3x berobat didukun dan
tidak ada perubahan. Kerana benjolan semakin hari semakin membesar sehingga pasien pergi
ke rumah sakit kefa dan di rujuk ke poli bedah RSUD Prof W.Z Johanes.

Riwayat Keluarga : tidak ada keluarga yg mengalami gejala yang sama. Riwayat terdapat
benjolan di keluarga (-)
III. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan

Kesadaran : Compos Mentis

Vital Sign : TD : 100/60 mmHg, N : 84x/m, S: 37.00, RR : 16x/m, SpO2 100%

Kepala – Leher

 Kepala : bentuk simetris, deformitas (-)


 Mata : anemis -/-, ikterik -/-
 Hidung : tidak ada kelainan
 Telinga : tidak ada kelainan
 Leher : Terdapat 1 buah benjolan bentuk bulat ukuran 6x4cm, berbatas
tegas, konsistensi kenyal dan ikut bergerak saat menelan dan terfiksir kulit.
Pus (-), darah (-).

Thorax-Cardiovascular

 Inspeksi : dinding simetris, gerak simetris, retraksi (-)


 Palpasi : fremitus vokalis (+/+)
 Perkusi : paru (sonor), batas jantung normal
 Auskultasi :
 Paru : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
 Jantung : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
 I : Cembung, venektasi (-)
 A : BU (+) kesan normal
 P : Nyeri tekan (-)
 P : Timpani

Ekstremitas
akral hangat, deformitas (-), edema (-/-), pembesaran KGB(-).
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Laboratorium:

Hb : 10.3 g/dl

MCV : 58,1 fl

MCH : 18,0 pg

Leu : 9.93 x 103/UL

Trom : 301 x 103/UL

Ur/Kr : 7,0/0.63 mg/dl

SGOT/PT : 32/32 U/L

RADIOLOGI

1. USG Tiroid

Lobus dextra Normal

Lobus sinistra membesar dan terdapat kista dengan septa-septa

Kesimpulan : kista tiroid


2. X-ray Cervical

 Trachea terdorong ke kanan, tidak menyempit


 Tulang-tulang intake

Pemeriksaan FNAB 25/05/2018

 Kerangan klinis : kista thyroid


 Laporan pemeriksaan
Makroskopis : Dilakukan satu kali puncture pada nodul coli anterior, uk 6x4cm, batas
tegas, konsistensi padat kenyal dan ikut bergerak saat menelan. Aspirat berwarna
coklat dan encer. Di buat dalam 4 sediaan.
Mikroskopis : Hapusan cukup sel, menunjukkan kelompok sel epitel folikel dengan
inti bulat oval, kromatin halus diantara bahan koloid luas dan sebaran cvst makrofag.
Tidak tampak tanda-tanda keganasan
Kesimpulan :
Tyroid,FNAB :
BENIGN CYSTIC LESION, SESUAI COLLOID NODULE
Dilakukan tindakan Isthmolobektomi sinistra 04/06/2018

 Pasien tidur terlentang kemudian draping  insisi kulit collar  diperdalam sampai
ke platisma  di lakukan insisi muscle streps di perdalam sampai tampak masa
tiroid  tiroid di bebaskan dari lobus atas, tengah dan bawah dengan observasi
A,V,N. Perdarahan di rawat Di lakukan insisi pada ismus  cuci luka  pasang
drain Jahit luka lapis demi lapis sampai kulit.

Anda mungkin juga menyukai