Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS RAWAT INAP

Bronkopneumoni
Zusana Riza M. B. Aton, S.Ked
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
Dr. Regina Maya Manubulu, S.Pa; dr. Irene K.L.A Davidz, Sp.A;

I. PENDAHULUAN
Bronkopneumonia hingga saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan utama pada
anak di negara berkembang. Bronkopneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian
anak di seluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal setiap tahun akibat
bronkopneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara.1
Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas
bronkopneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor risiko tersebut adalah berat
badan lahir rendah (BBLR), tidak mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang adekuat,
malnutrisi, defisiensi vitamin A, tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring,
dan tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap rokok).2
Bronkopneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru yang dapat
disebabkan baik oleh bakteri, virus, jamur maupun benda asing lainnya. Pada
bronkopneumonia yang disebabkan oleh kuman, menjadi pertanyaan penting adalah penyebab
dari bronkopneumonia (bakteri atau virus). Bronkopneumonia seringkali dipercaya diawali
oleh infeksi virus yang kemudian mengalami komplikasi infeksi bakteri. Secara klinis pada
anak sulit membedakan bronkopneumonia bakterial dengan bronkopneumonia viral. Namun
sebagai pedoman dapat disebutkan bahwa bronkopneumonia bakterial awitannya cepat, batuk
produktif, pasien tampak toksik, dan leukositosis.1,2
Pola bakteri penyebab bronkopneumonia biasanya berubah sesuai dengan distribusi
umur pasien. Namun secara umum bakteri yang berperan penting dalam bronkopneumonia
adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus,
streptokokus grup B, serta kuman atipik klamidia dan mikoplasma. Walaupun
bronkopneumonia viral dapat ditatalaksana tanpa antibiotik, tapi umumnya sebagian besar
pasien diberi antibiotik karena infeksi bakteri sekunder tidak dapat disingkirkan.3
Di negara berkembang, bronkopneumonia pada anak terutama disebabkan oleh bakteri.
Bakteri yang sering menyebabkan bronkopneumonia adalah Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae, dan Staphylococcus aureus. Bronkopneumonia yang disebabkan oleh
bakteri-bakteri ini umumnya responsif terhadap pengobatan dengan antibiotik betalaktam. Di
lain pihak, terdapat bronkopneumonia yang tidak responsif dengan antibiotik betalaktam dan
dikenal sebagai bronkopneumonia atipik. Bronkopneumonia atipik terutama disebabkan oleh
Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae.4
Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga
klasifikasi pneumonia.
 Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
1. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
2. Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired bronkopneumonia/ nosocomial
pneumonia).
3. Pneumonia aspirasi.
4. Pneumonia pada penderita immunocompromised.
 Berdasarkan bakteri penyebab:
1. Pneumonia bakteri/tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada
penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
Bronkopneumonia Atipikal disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia.
2. Pneumonia virus.
3. Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).
 Berdasarkan predileksi infeksi:
1. Pneumonia lobaris, bronkopneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan
besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
2. Bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai
tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering
terjadi pada bayi atau orang tua.
3. Pneumonia interstisial
II. LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : By. CT
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 1 bulan 19 hari
Tanggal lahir : 18 oktober 2018
Anak ke : 3 dari 3 berdaudara
Alamat : manulai, Kupang Barat
Masuk RS : 06 Desember 2018, 10.15 WITA
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Tn MRH
Umur : 28 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Kondisi : Sehat
Nama Ibu : Ny. MT
Umur : 26 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Kondisi : Sehat

ANAMNESIS (Alloanamnesis)

Keluhan umum: Sesak nafas

Riwayat penyakit sekarang: Pasien laki-laki, usia 1 bulan 19 hari diantar kelurganya ke
IGD dengan keluhan sesak nafas sejak kurang lebih 2 hari yang lalu. Sesak dirasakan
semakin memberat kurang lebih 4 jam yang lalalu sehingga pasien dibawa ke rumah sakit,
sesak yang dirasakan terus menerus, terutama pada malam hari dan memberat ketika
pasien batuk atau menangis. Menurut ibu pasien, keluhan ini diawali dengan batuk-batuk
sekitar 5 hari yang lalu, awalnya hanya berupa batuk-batuk ringan dan keluar ingus yang
berwarna putih bening. Sehari setelahnya pasien mulai mengalami demam naik turun
sepanjang hari dan diberikan kompres dengan air dingin oleh ibu pasien. Kemudian ± 2
hari yang lalu keluhan batuk yang dialami oleh pasien semakin berat, batuk terus menerus,
dan pasien susah untuk mengeluarkan dahak hingga pasien terlihat seperti akan muntah
beberapa kali setelah batuk. Pasien juga menjadi sesak nafas dimana nafas menjadi lebih
cepat dan terdengar bunyi seperti ada lendir yang sulit dikeluarkan sehinga pasien susah
untuk tidur. Pasien juga menjadi semakin rewel, sudah menetek dan terlihat lemas. Pasien
kemudian dibawa ke Puskesmas Manulai dan langsung dirujuk ke RSU Johannes. Keluhan
kejang (-), BAB dan BAB normal.

Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien belum pernah mengalami sakit sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga : Dalam keluarga pasien, kakak kandung pasien (anak ke 2)
juga mengalami batuk pilek saat ini namun tidak dibawa untuk berobat karena biasanya
bisa sembuh sendiri. Selain itu tetangga dekat pasien ada yang menderita batuk dan sering
bermain bersama pasien. Riwayat asma (-), riwayat batuk lama (-).

Riwayat pengobatan : pasien belum diberikan pengobatan apa-apa

Riwayat Imunisasi : pada tanggal 18 Oktober 2018, pasien diberikan imunisasi Hb0
segera setelah lahir, tanggal 15 November 2018 pasien diberiksn imunisasi BCG dan Polio
1 kali. Imunisasi dasar lengkap sesuai umur pasien.

Riwayat ASI : sejak lahir pasien hanya mendapatkan ASI saja tanpa makanan
pendamping ASI lainnya.

Riwayat kehamilan : Pasien anak merupakan anak ke tiga. Selama hamil ibu rajin
memeriksakan kehamilan di Pustu Noelbaki dan mendapat tablet tambah darah dan
Vitamin C. Selama hamil ibu tetap melakukan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan
sesekali membantu di kebun.

Riwayat persalinan : Ibu melahirkan spontan pervagiman di puskesmas ditolong bidan,


cukup bulan, bayi segera menangis, BBL 3100 gram dan panjang 51 cm.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : tampak sakit sedang


Kesadaran : Alert
BB = 5,5 kg PB = 55 cm

Status Gizi menurut Z-Score


BB/U : 1 SD-<2SD : Gizi Baik
PB/U : 0 SD-<1 SD : Normal
BB/PB : 2 SD : Normal

Tanda vital :
 N : 140 x/menit, reguler, kuat angkat
 RR : 70x/menit,
 Suhu : 38oC (aksila)
 SpO2 : 85%
Kulit : Pucat (+), Ikterus(-), Sianosis(-)
Kepala : Normocephal, simetris, UUB belum menutup.
Rambut : Hitam, lurus, tumbuh merata dan tidak mudah dicabut
Wajah : simetris, udem (-)
Mata : sekret (-/-), cekung (-/-), udem(-/-), Pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Rhinore (-/-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (+/+), epistaksis
(-/-).
Mulut : mukosa bibir kering, sianosis (+), uvula di tengah, T1/T1 hiperemis (-),
faring hiperemis (-)
Lidah : atrofi (-)
Telinga : Otore (-), deformitas (-/-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-),
Thoraks : Jantung
 Inspeksi : Iktus Kordis tidak terlihat di ICS 5 linea midclavicula sinistra
 Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS 5 linea midclavicula sinistra
 Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
 Inspeksi : pengembangan simetris, retraksi subcosta (+)
 Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-),
 Auskultasi : bronkovesikular (+/+), Ronchi basah kasar pada seluruh paru
(+/+), Wheezing (+/+)
Abdomen :
Inspeksi : Tampak cembung, umbilikus dalam batas normal, tanda-
tanda radang (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 12 x/menit
Palpasi : Distensi (-), hepar dan lien tidak teraba, turggor kulit
kembali cepat
Ekstremitas : akral hangat, deformitas (-), edema (-/-) , CRT < 3 detik, sianosis (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Lengkap (06 Desember 2018)
 Hb 9.0 g/dL
 Hematokrit 26.8 %
 RBC 2.93 x 106/ul
 MCV 74.9 fL
 MCH 25.1 pg
 MCHC 33.5 g/L
 WBC 16.73 x 103/uL
 J. Eosinofil 0.17 x103/ul
 J. Basofil 0.74 x103/ul
 J. Neutrofil 3.84 x103/ul
 J. Limfosit 9,36 x103/ul
 J. Monosit 2.66 x103/ul
 Trombosit 576 x 103/ul
Diagnosa : observasi Dyspneu suspek Bronkopneumonia
Planning Diagnosa : Foto thorax AP
Planning Therapi :
 O2 1-2 lpm
 Nebulizer combiven 1/3 respul + Nacl 2 cc
 Suction lendir
 IVFD D 5% ¼ NS 700 cc/24 jam micro drip
 Ampicilin 3x200 mg
 Gentamicin 1x30 mg
 KIE keluarga
OBSERVASI
Tanggal (08 Desember 2018)
S: pasien masih mengalami sesak nafas, demam (+) naik turun, batuk berdahak warna kuning
terutama pada malam hari. Pasien masih dianjurkan untuk puasa.
O: Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Alert
Tanda vital :
 N : 138 x/menit, reguler, kuat angkat
 RR : 55x/menit,
 Suhu : 39,2oC (aksila)
 SpO2 : 90%
Kulit : Pucat (+), Ikterus(-), Sianosis(-)
Kepala : Normocephal, simetris, UUB belum menutup.
Rambut : Hitam, lurus, tumbuh merata dan tidak mudah dicabut
Wajah : simetris, udem (-)
Mata : sekret (-/-), cekung (-/-), udem(-/-), Pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Rhinore (-/-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (+/+), epistaksis
(-/-).
Mulut : mukosa bibir lembab, sianosis (-), uvula di tengah, T1/T1 hiperemis (-),
faring hiperemis (-)
Lidah : atrofi (-)
Telinga : Otore (-), deformitas (-/-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-),
Thoraks : Jantung
 Inspeksi : Iktus Kordis tidak terlihat di ICS 5 linea midclavicula sinistra
 Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS 5 linea midclavicula sinistra
 Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
 Inspeksi : pengembangan simetris, retraksi subcosta (+)
 Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-),
 Auskultasi : bronkovesikular (+/+), Ronchi basah kasar pada seluruh paru
(+/+), Wheezing (+/+)

Abdomen :
Inspeksi : Tampak cembung, umbilikus dalam batas normal, tanda-
tanda radang (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Distensi (-), hepar dan lien tidak teraba, turggor kulit
kembali cepat
Ekstremitas : akral hangat, deformitas (-), edema (-/-) , CRT < 3 detik, sianosis (+)
Pemeriksaan Darah Lengkap (07 Desember 2018)
 Hb 7.2 g/dL
 Hematokrit 20.7 %
 RBC 2.93 x 106/ul
 MCV 70.6 fL
 MCH 24.6 pg
 MCHC 34.8 g/L
 WBC 15.10 x 103/uL
 J. Eosinofil 0.17 x103/ul
 J. Basofil 0.3 x103/ul
 J. Neutrofil 4.52 x103/ul
 J. Limfosit 5.83 x103/ul
 J. Monosit 3.54 x103/ul
 Trombosit 572 x 103/ul
 I/T Ratio 0.23
Assasment : Bronkiolitis dd Bronkopneumonia
Planning Terapi :
 Jaga suhu tubuh 36.5-37.7 0C
 O2 nasal kanul 2 lpm
 IVFD D5% ¼ NS 680 cc/24 jam
 Parasetamol sirup 5 cc (60 ml) bila demam
 Ampicilin 3x200 mg (iv)
 Gentamicin 1x30 mg (iv)
 Dexamethasone 3x1 mg (iv)
 Nebilizer Nacl 2 cc + combiven ½ respul
 Suction K/P

Tanggal (09 Desember 2018)


S: sesak nafas berkurang , demam (-), batuk berdahak warna kuning sesekali.
O: Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Alert
Tanda vital :
 N : 136 x/menit, reguler, kuat angkat
 RR : 46x/menit,
 Suhu : 37,4oC (aksila)
 SpO2 : 90%
Kulit : Pucat (+), Ikterus(-), Sianosis(-)
Kepala : Normocephal, simetris, UUB belum menutup.
Rambut : Hitam, lurus, tumbuh merata dan tidak mudah dicabut
Wajah : simetris, udem (-)
Mata : sekret (-/-), cekung (-/-), udem(-/-), Pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Rhinore (-/-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (+/+), epistaksis
(-/-).
Mulut : mukosa bibir lembab, sianosis (-), uvula di tengah, T1/T1 hiperemis (-),
faring hiperemis (-)
Lidah : atrofi (-)
Telinga : Otore (-), deformitas (-/-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-),
Thoraks : Jantung
 Inspeksi : Iktus Kordis tidak terlihat di ICS 5 linea midclavicula sinistra
 Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS 5 linea midclavicula sinistra
 Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
 Inspeksi : pengembangan simetris, retraksi subcosta (+)
 Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-),
 Auskultasi : bronkovesikular (+/+), Ronchi pada seluruh paru (+/+),
Wheezing (+/+)
Abdomen :
Inspeksi : Tampak cembung, umbilikus dalam batas normal, tanda-
tanda radang (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Distensi (-), hepar dan lien tidak teraba, turggor kulit
kembali cepat
Ekstremitas : akral hangat, deformitas (-), edema (-/-) , CRT < 3 detik, sianosis (+)
Assasment : Bronkiolitis dd Bronkopneumonia
Planning Terapi :
 Jaga suhu tubuh 36.5-37.7 0C
 O2 nasal kanul 2 lpm
 IVFD D5% ¼ NS 680 cc/24 jam
 Ampicilin 3x200 mg (iv)
 Gentamicin 1x30 mg (iv)
 Dexamethasone 3x1 mg (iv)
 Nebilizer Nacl 2 cc + combiven ½ respul
 Menetek hati-hati

Tanggal (10 Desember 2018)


S: sesak (+), batuk terutama pada pagi hari, lendir sedikit, berwarna putih bening, menetek
baik.
O: Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Alert
Tanda vital :
 N : 128 x/menit, reguler, kuat angkat
 RR : 38x/menit,
 Suhu : 37.2oC (aksila)
 SpO2 : 93%
Kulit : Pucat (-), Ikterus(-), Sianosis(-)
Kepala : Normocephal, simetris, UUB belum menutup.
Rambut : Hitam, lurus, tumbuh merata dan tidak mudah dicabut
Wajah : simetris, udem (-)
Mata : sekret (-/-), cekung (-/-), udem(-/-), Pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Rhinore (-/-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (+/+), epistaksis
(-/-).
Mulut : mukosa bibir lembab, sianosis (-), uvula di tengah, T1/T1 hiperemis (-),
faring hiperemis (-)
Lidah : atrofi (-)
Telinga : Otore (-), deformitas (-/-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-),
Thoraks : Jantung
 Inspeksi : Iktus Kordis tidak terlihat di ICS 5 linea midclavicula sinistra
 Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS 5 linea midclavicula sinistra
 Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
 Inspeksi : pengembangan simetris, retraksi subcosta (+)
 Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-),
 Auskultasi : bronkovesikular (+/+), Ronchi basah kasar pada seluruh paru
(+/+), Wheezing (+/+)
Abdomen :
Inspeksi : Tampak cembung, umbilikus dalam batas normal, tanda-
tanda radang (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Distensi (-), hepar dan lien tidak teraba, turggor kulit
kembali cepat
Ekstremitas : akral hangat, deformitas (-), edema (-/-) , CRT < 3 detik, sianosis (+)
Assasment : Bronkiolitis dd Bronkopneumonia
Planning Terapi :
 Jaga suhu tubuh 36.5-37.7 0C
 O2 stop
 IVFD D5% ¼ NS 500 cc/24 jam
 Ampicilin 3x200 mg (iv)
 Gentamicin 1x30 mg (iv)
 Dexamethasone 3x1 mg (iv)
 Nebilizer Nacl 2 cc + combiven ½ respul
 Puyer batuk pilek 3x1 bks
 Suction K/P

Tanggal (11 Desember 2018)


S: sesak (+) berkurang, batuk sesekali, lendir sedikit, menetek baik. Demam (-). BAB dan
BAK normal.
O: Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Alert
Tanda vital :
 N : 128 x/menit, reguler, kuat angkat
 RR : 39x/menit,
 Suhu : 36.6oC (aksila)
 SpO2 : 94%
Kulit : Pucat (-), Ikterus(-), Sianosis(-)
Kepala : Normocephal, simetris,
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Wajah : simetris,
Mata : sekret (-/-), cekung (-/-), udem(-/-), Pupil isokor,konjungtiva anemis (+/+),
sklera ikterik (-/-)
Hidung : Rhinore (-/-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (+/+), epistaksis
(-/-).
Mulut : mukosa bibir lembab, sianosis (-),
Lidah : atrofi (-)
Telinga : Otore (-), deformitas (-/-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-),
Thoraks : Jantung
 Inspeksi : Iktus Kordis tidak terlihat di ICS 5 linea midclavicula sinistra
 Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS 5 linea midclavicula sinistra
 Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
 Inspeksi : pengembangan simetris, retraksi subcosta (+)
 Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-),
 Auskultasi : bronkovesikular (+/+), Ronchi halus (+/+), Wheezing (+/+)
Abdomen :
Inspeksi : Tampak cembung, umbilikus dalam batas normal, tanda-
tanda radang (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Distensi (-), hepar dan lien tidak teraba, turggor kulit
kembali cepat
Ekstremitas : akral hangat, deformitas (-), edema (-/-) , CRT < 3 detik, sianosis (+)
Pemeriksaan Foto Thoraks

Kesan :
 Bronkopneumonia
Assasment : Bronkopneumonia
Planning Terapi :
 O2 stop
 IVFD aff
 Amoxilin syrup 2 x 1 sendok obat
 Nebilizer Nacl 2 cc + combiven ½ respul
 Puyer batuk pilek 3x1 bks
 Rencana pulang besok hari
Tanggal (12 Desember 2018)
S: sesak (+) berkurang, batuk sesekali,lendir (-), menetek baik. Demam (-). BAB dan BAK
normal.
O: Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Alert
Tanda vital :
 N : 116 x/menit, reguler, kuat angkat
 RR : 30 x/menit,
 Suhu : 37,2 oC (aksila)
 SpO2 : 95%
Kulit : Pucat (-), Ikterus(-), Sianosis(-)
Kepala : Normocephal, simetris,
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Wajah : simetris,
Mata : sekret (-/-), cekung (-/-), udem(-/-), Pupil isokor,konjungtiva anemis (+/+),
sklera ikterik (-/-)
Hidung : Rhinore (-/-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-/-
).
Mulut : mukosa bibir lembab, sianosis (-),
Lidah : atrofi (-)
Telinga : Otore (-), deformitas (-/-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-),
Thoraks : Jantung
 Inspeksi : Iktus Kordis tidak terlihat di ICS 5 linea midclavicula sinistra
 Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS 5 linea midclavicula sinistra
 Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
 Inspeksi : pengembangan simetris, retraksi subcosta (+) berkurang
 Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-),
 Auskultasi : bronkovesikular (+/+), Ronchi halus (-), Wheezing (+/+)
berkurang
Abdomen :
Inspeksi : Tampak cembung, umbilikus dalam batas normal, tanda-
tanda radang (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Distensi (-), hepar dan lien tidak teraba, turggor kulit
kembali cepat
Ekstremitas : akral hangat, deformitas (-), edema (-/-) , CRT < 3 detik, sianosis (+)
Assasment : Bronkopneumonia
Planning Terapi :
 Amoxilin syrup 2 x 1 sendok obat
 Nebilizer Nacl 2 cc + combiven ½ respul sebelum pulang
 Puyer batuk pilek 3x1 bks
 Boleh pulang
 Kontrol poli Anak
III. DISKUSI
Bronkopneumonia atau pneumonia lobularis merupakan bagian dari pneumonia, yang
merupakan suatu infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang mengenai parenkim paru, yang
dapat disebabkan baik oleh bakteri, virus, jamur maupun benda asing lainnya.
Pada umumnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri, yaitu Streptococcus
pneumoniae dan Haemophillus influenzae. Pada bayi dan anak kecil dapat ditemukan
Staphylococcus aureus sebagai penyebab bronkopneumonia yang berat, serius dan sangat
progresif dengan mortalitas yang tinggi. Pada neonatus penyebab bronkopneumonia tersering
adalah Streptococcus grup B, batang gram negatif dan Chlamidia. Namun selain bakteri,
bronkopneumonia yang paling sering dijumpai pada anak usia kurang dari 2 tahun, biasanya
juga disebabkan oleh virus, antara lain adenovirus, virus parainfluenza virus influenza, dan
enterovirus.
Agen-agen mikroba yang menyebabkan Bronkopneumonia memiliki 3 bentuk transisi
primer :
1. Aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi pada
orofaring
2. Inhalasi aerosol yang infeksius
3. Penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal
Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang menyebabkan
bronkopneumonia, sementara penyebaran cara hematogen lebih jarang terjadi. Akibatnya,
faktor-faktor predisposisi termasuk juga berbagai defisiensi mekanisme pertahanan sistem
pernafasan. Kolonisasi basilus gram negatif telah menjadi subjek penelitian akhir-akhir ini.
Pada saluran nafas, organisme penyebab dapat mengakibatkan terjadinya reaksi
jaringan yang berupa edema, hal ini akan mempermudah terjadinya proliferasi dan penyebaran
organisme penyebab. Selanjutnya bagian paru yang terkena akan mengalami konsolidasi, yaitu
terjadinya serbukan sel PMN (polimorfonuklear), fibrin, eritrosit, cairan edema, dan kuman di
alveoli.
Selanjutnya proses peradangan yang terjadi pada paru – paru mengikuti empat stadium
berikut ini:
a). Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung
pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-
mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga
mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin
untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal
ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga terjadi
pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan
alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka
perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan
saturasi oksigen hemoglobin.
b). Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat
dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus
yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan,
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara
alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak. Stadium ini
berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
c). Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang
cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi
fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami
kongesti.
d). Stadium IV (7 – 12 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali ke strukturnya semula. Sebagian besar gambaran klinis bronkopneumonia pada anak
berkisar antara ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil
yang berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan
perawatan di RS.
Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis bronkopneumonia pada anak
adalah imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas, gejala klinis
yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan prosedur
diagnostik invasif, etiologi noninfeksi yang relatif lebih sering, dan faktor patogenesis.
Disamping itu, kelompok usia pada anak merupakan faktor penting yang menyebabkan
karakteristik penyakit berbeda-beda, sehingga perlu dipertimbangkan dalam tatalaksana
bronkopneumonia.
Diagnosis bronkopneumonia ditegakkan berdasarkan anamnesa riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya terutama pemeriksaan darah,
pemeriksaan radiologis, serta pemeriksaan cairan pleura dan mikrobiologi jika memungkinkan.
WHO merekomendasikan penggunaan peningkatan frekuensi napas dan retraksi
subkosta untuk mengklasifikasikan bronkopneumonia di negara berkembang:
Bayi kurang dari 2 bulan
 Bronkopneumonia berat: napas cepat atau retraksi yang berat
 Bronkopneumonia sangat berat: tidak mau menetek/minum, kejang, letargis,
demam atau hipotermia, bradipnea, atau pernapasan ireguler.
Anak umur 2 bulan – 5 tahun
 Bronkopneumonia ringan: napas cepat
 Bronkopneumonia berat: retraksi
 Bronkopneumonia sangat berat: tidak dapat minum/makan, kejang, letargis,
malnutrisi.
Untuk kriteria rawat inap adalah sebagai berikut:
Bayi
 Saturasi oksigen ≤92%, sianosis
 Frekuensi napas >60x/menit
 Distres pernapasan, apnea intermiten, atau grunting
 Tidak mau minum/menetek
 Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Anak
 Saturasi oksigen ≤92%, sianosis
 Frekuensi napas >50x/menit
 Distres pernapasan
 Grunting
 Terdapat tanda dehidrasi
 Keluarga tidak bisa merawat dirumah
Pada pasien ini, ditemukan gejala-gejala klinis yang mengarah ke diagnosis
Bronkopneumonia. Pada anamnesis, ditemukan 3 keluhan yang merupakan trias dari
bronkopneumonia yaitu demam, batuk, dan sesak. Temuan pada anamnesis ini juga didukung
dengan hasil pemeriksaan fisik dimana pada vital sign ditemukan napas cepat, retraksi dinding
dada (Subcosta), dan pada auskultasi paru dapat didengar ronkhi basah kasar pada seluruh
lapangan paru.
Berdasarkan klasifikasi WHO yang sudah dijelaskan diatas, pasien ini termasuk dalam
klasifikasi bronkopneumonia sangat berat, karena terdapat napas cepat, ditemukan adanya
retraksi dinding dada, demam dan bayi malas untuk menetek. Hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik tadi juga didukung dengan hasil pemeriksaan penunjang yaitu pada
gambaran foto toraks, ditemukan gambaran yang menunjang diagnosis bronkopneumonia.
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik
yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena,
terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit, dan gula darah.
Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik.
Pada pasien ini, diberikan penatalaksanaan awal yaitu O2 2 l/menit, IVFD D10 ¼ NS
700 cc/ 24 jam, Inj. Ampicillin 3 x200 mg IV, Inj. Gentamicin 2 x 30 mg IV. Pasien juga
diberikan parasetamol Parasetamol sirup 5 cc (60 ml) dan nebulizer dengan Nacl 2 cc dan
combiven 1/3 respul akibat sesak dan ditemukan weezing pada pemeriksaan paru. Prognosis
pasien ini baik karena pengobatan yang diberikan adekuat sehingga terjadi perbaikan dan tidak
terjadi komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, editors. Buku ajar respirologi anak. ed 1.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008.
2. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, editors. Kapita selekta
kedokteran jilid 2. Ed 3. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2000.
3. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.
Pedoman pelayanan medis jilid 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
4. Symptoms of bronchial pneumonia. Diakses dari:
http://www.ehow.com/about_5079434_symptoms-bronchial-pneumonia.html
5. Symptoms of bronchial pneumonia. Diakses dari:
http://www.livestrong.com/article/16061-symptoms-bronchial-pneumonia/
6. Kartasasmita CB, Duddy HM, Sudigdo S, Agustian D, Setiowati I, Ahmad TH, et al.
Nasopharyngeal bacterial carriage and antimicrobial resistance in under five children
with community acquired pneumonia. Paediatr Indones 2001; 41:292-5.
7. Bronchial pneumonia. Diakses dari: http://www.pneumoniasymptoms.org/bronchial-
pneumonia/bronchial-pneumonia.html
8. Bronchopneumonia. Diakses dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Bronchopneumonia
9. Bronchopneumonia. Diakses dari: www.bronchopneumonia.org
10. Abdoerachman MH. Open Comparison Study between Augmentin and Ampicillin –
Chloramphenicol in the Treatment of Bronchopneumonia in Children. Paediatr Indones
2001; 35: 222 – 226.

Anda mungkin juga menyukai