PENDAHULUAN
Infeksi menular seksual (IMS) merupakan salah satu penyebab permasalahan kesehatan,
sosial dan ekonomi di banyak negara. Hampir 500 juta kasus baru IMS terjadi setiap tahun di
seluruh dunia. Banyak dari IMS tersebut merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati. (1)
Limfogranuloma venerum (LGV) merupakan salah satu jenis penyakit infeksi menular
seksual sistemik yang disebabkan oleh bakteri gram negatif obligat intraseluer Chlamydia
trachomatis serovar L1, L2 dan L3. LGV disebut juga limfopatia venerium yang dilaporkan
pertama kali oleh Nicolas Durand dan Favre pada tahun 1913, karena itu juga disebut penyakit
Nicolas-Favre.(2,3) Penyakit ini terutama terdapat di negara tropik dan subtropik dan endemik di
Afrika, Asia Tenggara, Amerika Selatan dan Amerika tengah. Jumlah kasus LGV lebih banyak
terjadi pada laki-laki. Penyakit ini dapat menyebar secara hematogen dengan manifestasi infeksi
sistemik. Gambaran klinis penyakit ini dapat dibagi menjadi bentuk dini, yang terdiri atas afek
primer serta sindrom inguinal, dan bentuk lanjut yang terdiri atas sindrom genital, anorektal dan
uretral. Bentuk yang tersering dari LVG adalah sindrom inguinal berupa limfadenitis dan
periadenitis beberapa kelenjar getah bening inguinal medial dengan lima tanda radang akut dan
(3,4)
disertai gejala konstitusi yang akan mengalami perlunakan yang tidak serentak.
Diagnosis LGV pada umumnya sulit ditegakan, namun LGV harus dicurigai pada psien dengan
infeksi akibat kontak seksual, ulkus genital, fistula perianal atau bubo. Keakuratan diagnosis
secara klinis mungkin < 20%. Oleh karena itu dibutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk
memastikan diagnosis. Secara umum pemeriksaan laboratorim pada LGV terbagi atas spesifik
tes seperti pemeriksaan DNA bakteri (genotipe) dan non spesifik seperti pemeriksaan Leukosit,
piogenik, limfadenitis karena ulkus mole, limfadenitis malignum dan hernia inguinalis.
Antibiotik doksisiklin 100 mg 2 kali sehari selama 3 minggu merupakan drug of choice dari
Pengobatan LGV. Pada pasien dengan kontraindikasi, dapat diberikan eritromisin 500 mg 4 kali
sehari selama 3 minggu.(4) pada sindrom inguinal prognosisnya baik sedangkan pada bentuk
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
disebabkan oleh Chlamydia trachomatis serovar L1, L2 dan L3, bersifat sistemik, mengenai
system saluran pembulu limfe dan kelenjar limfe, terutama pada daerah genital, inguinal,anus
dan rectum, dengan perjalanan klinis akut, subakut atau krnis tergantung pada keadaan imunitas
penderita. Bentuk yang tersering dari LVG adalah sindrom inguinal berupa limfadenitis dan
periadenitis beberapa kelenjar getah bening inguinal medial dengan lima tanda radang akut dan
disertai gejala konstitusi yang akan mengalami perlunakan yang tidak serentak. (3)
2.2 Epideniologi
Penyakit ini terutama terdapat di negara tropik dan subtropik dan masih merupakan infeksi
endemik di beberapa lokasi seperti Afrika Timur dan Barat, India, Asia Tenggara, Amerika
Selatan dan Amerika tengah serta Karibia. Angka kejadian Limfogranuloma venereum terhitung
sekitar 2%-10% dari ulkus genitalis pada area Afrika dan India. (3,4) Kasus ini di Indonesia belum
pernah dilaporkan , hal ini mungkin luput dari pengamatan karena pemeriksaan penunjang yang
Insidensi puncak penyakit ini terjadi pada usia 15-40 tahun, terutama terjadi pada daerah-
daerah rural atau daerah urbanisasai dengan kondisi sosialekonomi yang rendah. Laki-laki
mempunyai resiko 6 kali lebih besar ketimbang perempuan karena perbedaan patogenesis. Kini
salah satu organisme dari 4 spesies dari genus Chlamydia yang memiliki siklus pertumbuhan
yang unik. Chlamydia trachomatis memiliki sifat sebagian seperti bakteri dalam hal pembelahan
sel, metabolisme, struktur maupun kepekaan terhadap antibiotika dan kemoterapi dan sebagian
memiliki sifat seperti virus yaitu memerlukan sel hidup untuk berkembang biak (parasit obligat
intraseluler) (3)
Spesies Chlamydia trachomatis terdiri dari dua biovarian yaitu trachoma dan organisme
LGV. Organisme LGV sendri terdiri dari e serovars yaitu L1, L2, L3. Chlamydia trachomatis
berukuran lebih kecil dari bakteri namun lebih besar dari virus dengan diameter 250-550 mm.
Dalam jaringan penjamu membentuk sitoplasma inku;usi yang merupakan patognomoni infeksi
Chlamydia. Penyakit yang segolongan dengan LGV adalah psitakosis, trakoma, dan inclusion
conjungtivitis. (2-4)
2.4 Patogenesis
Chlamidya trachomatis tidak dapat menembus membran atau kulit yang utuh, tetapi
masuk melalui aberasi atau lesi kecil di kulit, kemudian mengadakan penyebaran secara linfogen
untuk bermultiplikasi ke dalam fagositosis mononuklear pada kelenjar limfe regional kemudian
seterusnya mencapat kelenjar limfe terdekat sehingga terjadi peradangan kelenjar limfe dan
jaringan di sekitarnya (limfadenitis dan perilimfadenitis). Jadi LGV adalah penyakit yang
penyebaran proses inflamasi dari limfenod ke jaringan sekitarnya. Limfangitis ditandai oleh
proliferasi sel endotel sepanjang pembuluh limfe dan saluran penghubung dalam limfenod. Pada
tempat infeksi limfenod cepat membesar, dan pada area tersebut dikelilingi oleh daerah yang
nekrosis yang terdiri atas kumpulan sel endotel yang padat. Area yang nekrosis diserbu oleh sel
leukosit polimorfonuklear dan mengalami pembesaran yang khasi berbentuk segitiga atau segi
Pada peradangan lanjut abses-abses bersatu dan pecah membentuk lokulasi abses, fistel,
atau sinus. Proses inflamasi dapat berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan.
Penyembuhan disertai dengan pembentukan jaringan yang fibrosis, yang merusak struktur
limffenod dan dapat menyumbat saluran limfe. Edema kronis dan fibrous sklerosis menyebabkan
indurasi dan pembengkakan daerah yang terkena. Fibrosis juga mempengaruhi pembuluh darah
kulit dan membran mukosa sehingga menyebabkan ulserasi. Dapat terjadi kerusakan rektum
akibat ulserasi mukosa, peradangan transmural dinding usus, obstruksi aliran limde,
pembentukan jaringan fibrotis, dan striktur. Juga dapat terjadi perlekatan diantara kolon sigmois
dan dinding rektum dengan dinding pelvis. Limfopatia pada laki-laki terjadi pada daerah
inguinal, sedangkan pada perempuan dan laki-laki homoseksual biasanya terjadi di daerah
genital, anal, dan rektal. Perbedaan lokasi lesi penyakit ini tergantung dari letak lesi primer.
Pada laki-laki, penis merupakan tempat pertama kali masuknya (lesi primer) Chlamydia
intravagina atau servikal menuju kelenjar limfe intrapelvik, anus, rektal. LGV akut lebih sering
pada laki-laki karena pada perempuan biasanya asimtomatik dan baru didiagnosis setelah
Meskipun proses patologi primer pada LGV biasanya hanya terlokalisir pada satu atau
dua bagian kelenjar limfe, organisme ini juga dapat menyebar secara sistemik melalui aliran
darah dan dapat memasuki sistem saraf pusat. Penyebaran lokal penyait ini dibatasi oleh imunitas
hospes yang akan membatasi multiplikasi, Chlamydia Delayed hypersensitivity (dapat dibuktikan
melalui skin tes) dan LGV spesisfik Chlamydia antibodi dapat terlihat 1-2 minggu setelah
infeksi. Imun hospes ini juga mungkin tidak dikeluarkan dari tubuh sehingga terjadi infeksi laten.
Chlamydia yang hidup dapat diisolasi dari lesi lama selama 20 tahun setelah infeksi awal.
disebabkan oleh hipersensitivitas yang diperantarai oleh sel antigen terhadap Chlamydia.
Persisten limfogranuloma venerum di jaringan atau infeksi ulang oleh serovarians yang
sistemik.
mulai dani biasanya menetap selama sindrom inguinal. Gejala tersebut berupa malaise, nyeri
Gambaran klinisnya dapat dibagi menjadi bentuk dini, yang terdiri atas afek primer serta
sindrom inguinal dan bentuk lanjut yang terdiri atas sindrom genital, anorektal dan uretral.
Waktu terjadinya afek primer hingga sindrom ingunal 3-6 minggu, sedangkan dari bentuk dini
Afek primer
Afek primer muncul setelah masa inkubasi 3-12 hari atau lebih lama bila lesi primer
genital tidak muncul dan sebagai manifestasi adalah sindrom inguinal, berbentuk tak khas dan
tak nyeri, dapat berupa erosi atau ulkus dangkal, papul miliar berkelompk, vesikel , pustul, dan
ulkus yang tidak nyeri dan cepat menghilang tanpa pembentukan jaringan parut. Umumnya
soliter dan cepat hilang karena itu penderita biasanya tidak datang berobat pada saat ini, tetapi
Pada laki-laki umumnya afek primer berlokasi di genitalia eksterna, terutama di sulkus
koronarius, batang penis dan dapat pula di uretra meskipun sangat jarang serta anus dan rektum.
Pada perempuan biasanya afek primer tidak terdapat pada genitalia eksterna, tetapi pada vagina
Lesi primes pada pria dapat pula disertai limfangitis pada bagian dorsal penis dan
membentuk nodul limfangeal yang lunak atau abses-abses kecil (bubonuli). Bubonuli dapat
pecah dan membentuk drainase sinus, vistel dan fibrosis uretra sehingga terbentuk sikatrik pada
dasar penis. Limfangtis sangat sering berhubungan dengan edema lokal dan regional yang
menyebabkn phimosis pada pria dan pembengkakan pada wanita dengan derajat yang bervariasi
Sindrom inguinal
Sindrom inguinal merupakan sindrom yang tersering dijumpai karena itu akan diuraikan
secara luas. Sindrom tersebut terjadi pada laki-laki, jika afek primernya di genitalia eksterna,
umumnya unilaterla, kira-kira 80%. Pada perempuan sindrom ini hanya terjadi, jika afek primer
ada di genitalia eksterna dan vagina 1/3 bawah. Itulah sebabnya sindrom tersebut lebih sering
terdapat pada laki-laki daripada perempuan, karena pada umumnya afek primer pada perempuan
di tempat yang lebih dalam, yakni di vagina 2/3 atas dan serviks. Jika afek primer pada tempat
tersebut, maka yang mengalami peradangan bukan kelenjar inguinal medial tetapi kelenjar
Gerota.
Pada sindrom ini yang terserang ialah kelenjar getah bening inguinal medial, karena
kelenjar tersebut merupakan kelenjar regional bagi genitalia eksterna. Kelenjar yang dikenal
ialah beberapa dan dapat diketahui karena permukaannya berbenjol-benjol, kemudian akan
berkonfuensi. Karena L.G.V. merupakan penyakit subakut, maka terlihat kelima tanda radang
akut yakni dolor, rubor, tumor, kalor, dan fungsio lasea. Selain limfadenitis terjadi pula
yakni keras, kenyal dan lunak (abses). Perlunakan biasanya di tengah, dapat terjadi abses dan
Sering terlihat pula 2 atau 3 kelompok kelenjar yang berdekatan dan memanjang seperti
sosis di bagian proksimal dan distal ligamentus Pouparti dan dipisahkan oleh lekuk (sulkus).
Gejala tersebut oleh GREENBLATT disebut stigma of groove. Pada stadium lanjut terjadi
penjalaran ke kelenjar getah bening di fossa iliaka dan dinamai bubo bertingkat (stage bubonen),
kadang-kadang dapat pula ke kelenjar fossa femoralis. Ada kalanya terdapat limfangitis yang
Sindrom genital
Jika sindrom inginal tidak diobat, maka terjadi fibrosis pada kelenjar inguinal medial,
sehingga aliran getah bening terbendung serta terjadi edema dan elefantiasis. Elefantiasis
tersebut dapat bersifat vegetatif, dapat terbentuk fistel-fistel dan ulkus-ulkus. Pada laki-laki,
elefantiasis terdapat di penis dan skrotum, sedangkan pada perempuan di labia dan klitoris,
disebut estiomen. Jika meluas terbentuk elefantiasis genito-anorektalis dan disebut sindrom
Jersild.
Sindrom anorektal
Sindrom tersebut dapat terjadi pada laki-laki yang melakukan kontak seksual anogenital
dengan laki-laki (MSM atau LSL). Pada perempuan hal yang sama dapat terjadi dengan dua cara.
Pertama, jika kontak seksual secara anogenital. Kedua, jika afek primer terdapat pada vagina 2/3
atas atau serviks, sehingga terjadi penjalaran ke kelenjar perirektal (kelenjar Gerota) yang
terletak antara uterus dan rektum. Pembesaran kelenjar tersebut hanya dapat diketahui dengan
palpasi secara bimanual. Proses berikutnya hampir sama dengan sindrom inguinal, yakni terjadi
limfadenitis dan periadenitis, lalu mengalami perlunakan hingga terbentuk abses. Kemudian
abses memecah sehingga menyebabkan gejala keluarnya darah dan pus pada waktu defekasi,
kemudian terbentuk fistel. Abses-abses dan fistel-fistel dapat berlokasi di perianal dan perirektal.
Selanjutnya muara fistel meluas menjadi ulkus, yang kemudian menyembuh dan menjadi
sikatriks, terjadilah retraksi hingga mengakibatkan striktura rekti. Kelainan tersebut umumnya
mengenai seluruh lingkaran rektum sepanjang 4-10 cm dan berlokasi 3-6 cm atau leibh diatas
anus. Keluhannya ialah obstipasi, tinja kecil-kecil disertai perdarahan waktu defekasi. Akibat
lain ialah terjadi proktitis yang mengakibatkan gejala tenesmus dan keluarnya darah dan pus dari
rektum. Kecuali kelenjar Gerota, dapat pula terjadi penjalaran ke kelenjar iliaka dan
hipogastrika.
Sindrom uretral
Sindrom tersebut terjadi, jika terbentuk infiltrat di uretra posterior, yang kemudian
menjadi abses, lalu memecah dan menjadi fistel. Dapat terjadi striktur, hingga orifisium uretra
eksternum berubah bentuk seperti mulut ikan dan disebut fish mouth uretra dan penis
Kelainan lain
Kelainan tersebut lebih sering terdapat pada manifestasi dini daripada manifestasi lanjut
jarang ditemukan. Pada kulit dapat timbul eksantema, berupa eritema nodusum dan eritema
multiformis. Fotosensitivitas dapat terjadi pada 10-30% kasus pada bentuk dini dan 50% pada
bentuk lanjut.
Kelainan pada mata dapat berupa konjungtivitis, biasanya unilateral disertai edema dan
ulkus-ulkus pada palpebra. Sering pula bersama-sama dengan pembesaran kelenjar getah bening
regional dan demam. Sindrom tersebut disebut sindrom okuloglandular PARINAUD. Selain itu
dapat pula menimbulkan kelainan pada fundus berupa pelebaran pembuluh darah yang berliku-
Susunan saraf pusat dapat pula mengalami kelainan barupa meningoensefalitis. Kelainan
lain ialah hepatospenomegali, peritonitis dan uretritis. Uretritis tersebut dapat disertai ulkus-
ulkus pada mukosa, dapat pula bersama-sama dengan sistitis dan epididimitis.
2.6 Diagnosis
secara persumtif berdasarkan gambaran klinis yang khas dan kelainan sudah lengkap. Pada
gambaran darah tepi biasanya leukosit normal, sedangkan LED meninggi. Peninggian ini
menunjukkan keaktivan penyakit, jadi tak khas untuk L.G.V. lebih berarti unutk menilai
Sering terjadi hiperproteinemia berupa peninggian globulin, sedangkan albumin normal atau
meninggi ialah IgA dan tetap meninggi selama penyakit masih aktif, sehingga bersama-sama
pemeriksaan memerlukan waktu yang lama, sedangkan lesi harus segera mendapatkan terapi.
Penyebab kelainan ini adalah serovar tertentu, terdapat keterbatasan dalam pemeriksaan.
Pengambilan swab spesimen dengan dakron, dapat diambil dari bahan usap anus, aspirasi
lesi nodus atau drainase dari pus yang keluar dari lesi.
Tes serologis untuk Chlamydia trachomatis, terus dikembangkan. Tes tersebut lebih peka
dan lebih dapat dipercaya daripada tes Frei dan lebih cepat menjadi positif yakni setelah sebulan.
Tes ini juga memberi reaksi silang dengan penyakit yang segolongan. Jika titer 1/64 berarti
sedang sakit, tetapi jika titernya lebih rendah hanya berarti pernah sakit.
Tes Frei
Dahulu, dapat dilakukan tes Frei dengan antigen Frei. Frei memperolehnya dari tes
tuberkulin, yakni 0,1 cc disuntikkan intrakutan pada bagian anterior lengan bawah dan dibaca
setelah 48 jam. Jika terdapat infiltrat berdiameter 0,5 cm atau lebih berarti positif. Tes tersebut
tak khas karena penyakit yang segolongan juga memberi hasil positif. Kekurangan yang lain
ialah tes tersebut baru memberi hasil positif setelah 5-8 minggu dan jika positif hanya berarti
Pada tes Frei terbalik, antigen diambil dari penderita yang tersangka menderita L.G.V.,
kemudian disuntikkan pada penderita L.G.V. jika positif berarti penderita yang tersangka
menderita L.G.V.
Ditemukannya duh mukopurulen, eritema yang meluas dan mukosa rektum yang rapuh dengan
Penderita LGV akut dianjurkan untuk istirahat total dan diberika terapi untuk gejala sistemik
Pengobatan
Regimen yang dianjurkan oleh National Guideline for the management of Lymphogranuloma
Venereum dan US. Departement of health and Human service, public Health sevice center for
disease control and prevention adalah Doksisiklin 2 x 100 mg peroral selama 14-21 hari atau
Eritormisin: pilihan kedua, dosis 4x500 mg/hari selama 21 hari, terutama pada kasus-kasus
Pembedahan
pada abses multiple yang berfluktuasi dilakukan aspirasi berulang karena insisi dapat
memperlambat penyembuhan. Tindakan bedah antara lain vulvektomi local atau labiektomi pada
elephanthiasis labia. Dilatasi dengan Bougie pada striktur rekti atau kolostomi bila terjadi
abstruksi total, abses perianal dan perirectal. Proses ini mempunyai risiko untuk terjadinya
perforasi usus, harus dibatasi pada yang lunak, struktur yang pendek tidak berada di bawah
peritoneum dan jangan dilakukan bila striktur mudah terlepas atau bila terjadi perdarahan.
Operasi plastic dilakukan untuk elephantiasis penis, skrotum dan estiomen. Pasien harus
ditindaklanjuti sampai gejala dan keluhan sembuh. Pada sindrom inguinal dianjurkan pula untuk
beristirahat di tempat tidur. Pengobatan topikal berupa kompres terbuka jika abses telah
memecah, misalnya dengan larutan pemanganas kalikus 1/5.000. Insisi dan aspirasi dapat
1. Herpes Genital
Penyakit ini bersifat residif, dapat diserai dengan gatal atau nyeri, lesi berupa vesikel diatas
kulit yang eritematous dan berkelompok. Bila pecah tampak erosi dan tidak terdapat indurasi.
2. Sifilis
Lesi primer yang berlanjut pada lomfogranuloma venereum dapat dikelirukan dengan lesi
primer pada sifilis. Diagnosis dengan menemukan treponea pallidum pada pemeriksaan
penunjangdengan mikroskopis lapangan gelap. Adenitis inguinal akibat sifilis nampak lebih
kecil, keras dan tidak nyeri. Fase lanjut dari LGV berupa estiomeneyang disertai dengan
ulserasi dan sikatrik dapat dibedakan dari sifilis dengan tes serologi sifilis, CFT dan adanya
Spirochaeta.
3. Ulkus Molle
Ulkus pada ulkus mole dapat bervariasi dari satu sampai multipel yang disertai ulserasi. Bila
ditemukan H. Ducreyi.
B. Sindrom Inguinal
1. Granuloma Inguinalis: lesi pada kulit lebih khas, lebih besar dan lebih persisten daripada
LGV, ditemukan Donovan bodies. Limfadenitis inguinal pada granuloma inguinale tidak
2. Limfadenopati inguinal: dapat merupakan kelanjutan dari suatu trauma pada kaki, keganasan
pada daerah genital, rektum dan abdominal, lifoma maligna, tuberculosis dan herpes genital.
3. TBC kulit: bila mengenai daerah inguinal terdapat persamaan dengan LGV. Keduanya
terdapat limfadenitis pada beberapa kelenjar, periadenitis sera pembentukan abses dan fistel
yang multipel. Pada TBC kulit tidak terdapat kelima tanda radang akut kecuali tumor, dan
biasanya pada inguinal lateral dan femoral sedangkan pada LGV terdapat pada inguinal media
2.9 Prognosis
Jika diobati secara dini, prognosisnya baik, tetapi jika terjadi komplikasi lanjut dapat
menyebabkan kematian. Reinfeksi dan relaps mungkin terjadi, terutam pada pasien human
immunodeficiency virus (HIV), pada pasien ini dapat berkembang dengan multipel abses,
2. Pada komplikasi jangka panjang dapat terjadi fibrosis dan jaringan parut pada penis
2.11 Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan Limfogranuloma Venereum,
antara lain:
3. Djuanda A, Nilasari H. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 7th Ed. Jakarta: FK UI; 2016.