Anda di halaman 1dari 23

RETINAL DETACHMENT

NIA LAURENZA SITOHANG


BRENDA SHOPIA PANJAITAN
MEGA ARIYANTI
KEVIN DOLOKSARIBU
YEHUDA IMMANUEL
RETINA
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsang cahaya. Retina merupakan selembar tipis jaringan saraf yang
semitransparan, dan multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior
dinding bola mata.
Retina menerima darah dari dua sumber : khoriokapiler yang berada tepat di luar
membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiformis
luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan epitel pigmen retina, serta cabang-
cabang dari arteri retina sentralis yang memperdarahi dua per tiga sebelah dalam.
FUNGSI RETINA

•RETINA merupakan suatu fungsi yang kompleks


•Fungsi→fotoresepror (sel batang dan sel kerucut)→
menangkap cahaya→mengubah rangsangan cahaya menjadi
impuls saraf→dilanjutkan ke saraf optik ke saraf visual
RETINAL DETACHMENT atau ABLASIO RETINA

Ablasi retina menggambarkan situasi darurat di mana lapisan tipis jaringan (retina) di
belakang mata menjauh dari posisi normalnya.
Ablasia Retina adalah kelainan mata dimana lapisan sensori retina terlepas dari
lapisan epitel pigmen retina. Antara kedua lapisan tersebut tidak terdapat taut yang
erat, sehingga terjadi akumulasi cairan subretinal di antara kedua lapisan tersebut.
Ablasi retina memisahkan sel-sel retina dari lapisan pembuluh darah yang
menyediakan oksigen dan makanan.Ablasi retina yang lebih lama tidak diobati,
semakin besar risiko kehilangan penglihatan permanen pada mata yang terkena.
ETIOLOGI
• Malformasi kongenital
• Kelainan metabolisme
• Penyakit vaskuler
• Inflamasi intraokuler
• Neoplasma
• Trauma
• Perubahan degeneratif (likuefaksi)
dalam viterus atau retina
•Penderita rabun jauh (miopia)
•Faktor keturunan
•Komplikasi, diabetus melitus
Terdapat beberapa klasifikasi pada ablasio retina, antara lain yaitu:

1. Rhegmatogenous
disebabkan oleh lubang atau robekan pada Biasanya, vitreous terpisah dari permukaan
retina yang memungkinkan cairan untuk retina tanpa komplikasi - kondisi umum yang
lewat dan terkumpul di bawah retina, disebut posterior vitreous detachment
menarik retina menjauh dari jaringan di (PVD). Salah satu komplikasi dari pemisahan
bawahnya. Area di mana retina terlepas ini adalah robekan. Ketika vitreous
kehilangan suplai darah mereka dan memisahkan atau mengelupas retina,
berhenti bekerja, menyebabkan Anda mungkin menarik retina dengan kekuatan
kehilangan penglihatan. yang cukup untuk membuat robekan
Penyebab paling umum dari detasemen retina. Jika tidak diobati, cairan vitreous
rhegmatogenous adalah penuaan. Seiring dapat melewati sobekan ke dalam ruang di
bertambahnya usia, bahan seperti gel yang belakang retina, menyebabkan retina
mengisi bagian dalam mata Anda, yang terlepas.
dikenal sebagai vitreous (VIT-ree-us), dapat
berubah konsistensi dan menyusut atau
menjadi lebih cair.
2. Traksional.
Penyebab utama dari ablasio retina tipe traksi Pada ablasio tipe ini permukaan retina akan
yaitu retinopati diabetes proliferative, retinopathy lebih konkaf dan sifatnya lebih terlokalisasi
of prematurity, proliferative sickle cell tidak mencapai ke ora serata.
retinopathy. Pada mata diabetes terjadi perlekatan yang
Jenis detasemen ini dapat terjadi ketika jaringan kuat antara vitreus ke area proliferasi
parut tumbuh pada permukaan retina, fibrovaskular yang tidak sempurna.
menyebabkan retina menjauh dari bagian belakang Selanjutnya terjadi kontraksi progresif dari
mata. Pelepasan traksi biasanya terlihat pada orang membran fibrovaskular di daerah
yang memiliki diabetes yang tidak terkontrol atau perlekatan vitreoretina yang apabila
kondisi lainnya. menyebabkan traksi pembuluh darah baru
Terjadi pembentukan yang dapat berisi fibroblas, akan menimbulkan perdarahan vitreus.
sel glia, atau sel epitel pigmen retina. Awalnya
terjadi penarikan retina sensorik menjauhi lapisan
epitel di sepanjang daerah vascular yang kemudian
dapat menyebar ke bagian retina midperifer dan
makula.
P
3. Eksudatif
dapat terjadi secara spontan, dengan trauma, 4. Ablasio retina campuran antara
uveitis, tumor, skleritis, DM, koroiditis, regmatogenosa dengan traksional
idiopatik, CVD, Vogt- Koyanagi-Harada Tipe campuran ini merupakan hasil traksi
syndrome, kongenital, ARMD, sifilis, reumatoid retina yang kemudian menyebabkan
artritis, atau kelainan vaskular. Ditandai dengan robekan. Traksi fokal pada daerah
adalanya akumulasi cairan pada ruang subretina proliferasi jaringan ikat atau fibrovaskular
dimana tidak terjadi robekan retina dan traksi. dapat mengakibatkan robekan retina dan
Hal ini dapat terjadi pada penyakit vaskular, menyebabkan kombinasi ablatio retinae
radang, atau neoplasma pada retina, epitel regmatogenosa-traksional.
berpigmen, dan koroid dimana cairan bocor
keluar pembuluh darah dan terakumulasi di
bawah retina.Dalam jenis detasemen ini, cairan
menumpuk di bawah retina, tetapi tidak ada
lubang atau robekan di retina. Detasemen
eksudatif dapat disebabkan oleh degenerasi
makula terkait usia, cedera pada mata, tumor
atau gangguan inflamasi.
PATOFISIOLOGI

• Retina : jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap


cahaya, yang terdiri dari sel-sel dan serabut saraf.
• Retina melapisi dinding mata bagian dalam seperti kertas
dinding melapisi dinding rumah.
• Retina berfungsi seperti kamera foto: cahaya yang melalui
lensa akan difokuskan ke retina.
• Sel-sel retina yang peka terhadap cahaya menangkap “gambar”
dan menyalurkannya ke otak melalui saraf optik
• Pada Ablatio Retina cairan dari vitreus bisa masuk ke ruang
sub retina dan bercampur dengan cairan sub retina
PATHWAY

inflamasi intraokulet/tumor perub degeneratif dlm vitreous

konsentrasi as. Hidrorunat ber(-)

Peningkatan cairan eksudatif/serosa


vitreous menjadi lebih cair

vitreous menjadi kolabs dan bengkak ke depan

tarikan retina

Robekan retina retina infeksi

sel-sel retina dan darah terlepas

Retina terlepas dari epitel berpigmen

penurunan tajam pandang sentral


Ditandai dengan:
•floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba
•bayangan berkembang/tirai bergerak di lapang pandang

gangguan persepsi ; penglihatan


MANIFESTASI KLINIS
• otopsia, munculnya kilatan cahaya yang sangat terang di
lapang pandang.
• Muncul bintik-bintik hitam yang beterbangan di lapang
pandang (floaters)
• Klien melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak di
lapang pandang → pandangan kabur dan kehilangan lapang
pandang
• Tidak ditemukan adanya rasa nyeri atau nyeri kepala
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan visus

• Ophtalmoskop indirek

• USG mata
Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN
a. Anamnesa : Meliputi nama, umur untuk mengetahui angka kejadian pada usia keberapa, jenis
kelamin untuk membandingkan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan, pekerjaan untuk
mengetahui apakah penderita sering menggunakan tenaga secara berlebihan atau tidak.
b. Keluhan utama :
• Floaters, terjadi karena adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas
atau degenerasi vitreus itu sendiri. Kadang-kadang penderita merasakan adanya tabir atau bayangan
yang datang dari perifer (biasanya dari sisi nasal) meluas dalam lapangan pandang. Tabir ini bergerak
bersama-sama dengan gerakan mata dan menjadi lebih nyata. Pada stadium awal, penglihatannya
membaik di malam hari dan memburuk di siang hari terutama sesudah stres fisik (membungkuk,
mengangkat) atau mengendarai mobil di jalan bergelombang.
• Fotopsia yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam
keadaan gelap. Keadaan ini disebabkan oleh tarikan pada retina dan bisa terjadi pada orang normal
jika terjadi cedera tumpul pada mata.
• Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang
semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang lebih lanjut dapat terjadi.
Asuhan Keperawatan
 c. Riwayat penyakit sekarang
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya keluhan pada penglihatan seperti
penglihatan kabur, melihat kilatan–kilatan kecil, adanya tirai hitam yang menutupi area
penglihatan, adanya penurunan tajam penglihatan.
 d. Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang berhubungan dengan
timbulnya ablasio retina yaitu adanya miopi tinggi, retinopati, trauma pada mata.
e.Riwayat penyakit keluarga
Adakah anggota keluarga lain yang mengalami penyakit seperti yang dialami pasien dan
miopi tinggi.
f.Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar
sebelum maupun sesudah sakit. Apakah pasien mengalami kecemasan, rasa takut,
kegelisahan karena penyakit yang dideritanya dan bagaimana pasien menggunakan
koping mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
g. Pola-pola fungsi kesehatan
(a)Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana persepsi pasien tentang hidup sehat, dan apakah dalam melaksanakan
talaksana hidup sehat penderita membutuhkan bantuan orang lain atau tidak.
(b)Pola tidur dan istirahat
Dikaji berapa lama tidur, kebiasaan disaat tidur dan gangguan selama tidur sebelum
pelaksanaan operasi dan setelah palaksanaan operasi. Juga dikaji bagaimana pola tidur
dan istirahat selama masuk rumah sakit
Asuhan Keperawatan
 (c)Pola aktifitas dan latihan
Apa saja kegiatan sehari-hari pasien sebelum masuk rumah sakit. Juga
ditanyakan aktifitas pasien selama di rumah sakit, sebelum dan setelah
pelaksanaan operasi.
(d)Pola hubungan dan peran
Bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya. Apakah peranan
pasien dalam keluarga dan masyarakat. Juga ditanyakan bagaimana hubungan
pasien dengan pasien lain dirumah sakit,sebelum dan setelah pelaksanaan
operasi.
(e)Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana body image, harga diri, ideal diri, dan identitas diri pasien. Apakah
ada perasaan negatif terhadap dirinya. Juga bagaimana pasien menyikapi
kondisinya setelah palaksanaan operasi.
(f)Pola sensori dan kognitif
Bagaimana daya penginderaan pasien. Bagaimana cara berpikir dan jalan
pikiran pasien.
(g)Pola penanggulangan stress
Bagaimana pasien memecahkan masalah yang dihadapi dan stressor yang
paling sering muncul pada pasien.
Asuhan Keperawatan
 PEMERIKSAAN FISIK
(a)Status kesehatan umum
Bagaimana keadaan penyakit dan tanda-tanda vitalnya.
(b)Pemeriksaan mata
Pemeriksaan pada mata dibagi berdasarkan segmen-segmen, yaitu :
Pemeriksaan segmen anterior :
(1)Adanya pembengkakan pada palpebrae atau tidak, biasanya pada klien post
operasi ablasio retina, palpebraenya akan bengkak.
(2)Keadaan lensa, bila tidak ada konplikasi lain, maka keadaan lensanya adalah
jernih.
(3)Bagaimana keadaan pupilnya, pupil pada klien ablasio retina yang telah
masuk rumah sakit akan melebar sebagai akibat dari pemberian atropin.
(4)Kamera Okuli Anteriornya biasanya dalam.
(5)Bagaimana keadaan konjungtivanya, biasanya pasien post operasi akan
mengalami hiperemi pada konjungtivanya.
 Pemeriksaan segmen posterior :
(1)Corpus vitreum ada kelainan atau tidak.
(2)Ada atau tidak pupil syaraf optiknya.
Asuhan Keperawatan
 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
(1) Visus, untuk mengetahui tajam penglihatan, adakah penurunan atau tidak dan untuk
mengetahui sisa penglihatan yang masih ada. Pengujian ini dengan menggunakan kartu
snelen yang dibuat sedemikian rupa sehingga huruf tertentu yang dibaca dengan pusat
optik mata membentuk sudut 500 untuk jarak tertentu. Pada ablasio retina didapatkan
penurunan tajam penglihatan.
(2)Fundus kopi, untuk mengetahui bola mata seperti warna retina, keadaan retina, reflek
dan gambaran koroid.
 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka post operasi ablasio retina.
a)Tujuan
Rasa nyeri pasien hilang atau berkurang sehingga dapat meningkatkan rasa kenyamanan
pasien.
b) Kriteria Hasil
(1)Secara verbal pasien mengatakan rasa nyaman terpenuhi.
(2)Secara verbal pasien mengatakan rasa nyeri hilang atau berkurang.
c)Rencana Tindakan
(1) Kolaborasi dengan individu untuk menjelaskan metode apa yang digunakan untuk
menurunkan intensitas nyeri (relaksasi,distraksi)
(2) Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan analgesik pada penurunan rasa
nyeri yang optimal.
(3)Pantau tekanan darah setiap 4 jam.
d)Rasional
(1)Untuk mengetahui keinginan pasien akan jenis tehnik penurun nyeri yang diinginkan
pasien.
(2)Tim dokter dapat menentukan menentukan jenis analgesik yang diperlukan pasien.
(3)Rasa nyeri dapat menaikkan tekanan darah pasien.
Asuhan Keperawatan
 2. Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan adanya luka operasi
a)Tujuan
Tidak terjadi infeksi pada luka post operasi ablasio retina.
b)Kriteria Hasil
(1) Pasien mampu melaporkan adanya tanda-tanda infeksi, seperti rasa nyeri, bengkak,
panas.
(2) Tidak didapatkan adanya tanda-tanda infeksi.
c)Rencana Tindakan
(1) Pantau adanya tanda-tanda infeksi seperti, kemerahan, bengkak, nyeri, panas.
(2) Kaji status nutrisi pasien.
(3) Instruksikan pada pasien pada pasien dan keluarga pasien untuk melakukan tindakan
aseptik yang sesuai.
(4) Gunakan tehnik aseptik selama mengganti balutan.
(5) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian antibiotik.
(6)Rawat luka setiap hari.
(7)Kaji lingkungan pasien yang dapat menimbulkan infeksi.
d)Rasional
(1)Infeksi yang lebih dini diketahui akan lebih mudah penanganannya.
(2)Pemberian asupan kalori dan protein yang sesuai dengan kebutuhan dapat menunjang
proses penyembuhan pasien .
(3)Untuk mencegah kontaminasi.
(4)Tehnik aseptik dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
(5)Tim dokter dapat menentukan jenis antibiotik yang sesuai dengan kondisi pasien.
(6)Rawat luka setiap hari dapat mencegah masuknya kuman.
(7)Kondisi lingkungan pasien yang jelek dapat menimbulkan infeksi nosokomial.
Asuhan Keperawatan
 3. Gangguan aktifitas pemenuhan kebutuhan diri sehubungan dengan bed rest total.
a)Tujuan
Pasien dapat memenuhi kebutuhan dirinya sesuai dengan kondisinya.
b)Kriteria Hasil
Secara verbal, pasien mengatakan dapat memenuhi kebutuhan diri yang sesuai dengan kondisinya.
c)Rencana Tindakan
(1)Latih pasien untuk dapat melakukan latihan yang sesuai dengan
kondisinya.
(2)Orientasikan lingkungan sekitar kepada pasien.
d)Rasional
(1)Dengan latihan yang baik, pasien akan mampu memaksimalkan kemampuannya untuk memenuhi
kebutuhannya yang sesuai dengan kondisinya.
(2)Pengenalan pada lingkungan akan membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.
 4. Adanya kecemasan sehubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan.
a)Tujuan
Cemas berkurang atau hilang.
b)Kriteria Hasil
(1)Pasien mampu menggunakan koping yang efektif.
(2)Pasien tidak tampak murung.
(3)Pasien dapat tidur dengan tenang.
c)Rencana Tindakan
(1)Monitor tingkat kecemasan pasien melalui observasi respon fisiologis.
(2)Beri informasi yang jelas sesuai dengan tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang
dideritanya.
d)Rasional
(1)Dengan monitor tingkat kecemasan dapat diketahui berapa besar stressor yang dihadapi pasien.
(2)Pemberian informasi dapat mengurangi kecemasan pasien.
Asuhan Keperawatan
 5. Gangguan citra diri sehubungan dengan kerusakan penglihatan.
a)Tujuan
Pasien dapat mencapai kembali citra diri yang optimal.
b) Kriteria Hasil
(1)Pasien mampu mengekspresikan tentang perubahan dan perkembangan kearah penerimaan.
(2)Pasien mampu menunjukkan rerspon yang adaptif terhadap perubahan citra diri.
c)Rencana Tindakan
(1)Sediakan waktu bagi pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
(2)Tingkatkan hubungan dan dorongan dari orang terdekat.
(3)Bantu pasien dalam diskusi dan penerimaan perubahan ketajaman penglihatan.
(4)Dorong kemandirian yang ditoleransi.
d)Rasional
(1)Hal ini dapat menumbuhkan perasaan pada pasien bahwa masih ada orang yang menaruh perhatian pada pasien.
(2)Orang terdekat mampu mengangkat kepercaayaan diri pasien.
(3)Dari diskusi yang dilakukan diharapkan pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan dapat mencari jalan keluar dari
masalah yang dihadapi.
(4)Untuk menumbuhkan kepercayaan diri pasien.
 6. Potensial terjadi kecelakaan sehubungan dengan penurunan tajam penglihatan.
a)Tujuan
Tidak terjadi kecelakaan atau cedera pada pasien.
b)Kriteria Hasil
(1)Tidak terjadi perlukaan pada pasien.
(2)Pasien dapat mengetahui faktor yang dapat menyebabkan perlukaan.
c)Rencana Tindakan
(1)Periksa adanya perlukaan.
(2)Orientasikan pada pasien lingkungan sekitarnya.
(3)Hindari ketegangan pada pasien.
 d)Rasional
(1)Dengan mengkaji perlukaan dapat mencegah terjadinya perlukaan yang lebih parah.
(2)Diharapakan pasien dapat dapat mengenal lingkungannya sehingga akan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan.
(3)Ketegangan dapat menyebabkan kecelakaan.
Asuhan Keperawatan
 IMPLEMENTASI
Tahap perencaan ini merupakan tindakan keperawatan yang nyata
kepada pasien yang merupakan perwujudan dari segala tindakan yang
telah direncanakan pada tahap perencanaan.
 EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang
merupakan tindakan yang kontinu dan melibatkan seluruh tenaga
kesehatan yang terlibat dalam penanganan pasien, termasuk pasien itu
sendiri. Pada tahap ini akan kita ketahui sejauh mana keberhasilan
asuhan keperawatan yang kita laksanakan.
Sedangkan hasil yang kita harapkan adalah :
a.Rasa nyeri pasien berkurang atau hilang sehingga meningkatkan rasa
nyaman.
b.Tidak terjadi infeksi.
c.Pasien dapat memenuhi kebutuhan dirinya sesuai dengan kondisinya.
d.Rasa cemas pasien hilang atau berkurang.
e.Pasien dapat mencapai harga diri yang optimal.
f.Tidak terjadi pencederaan diri.
 DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal –
Bedah : volume 2. Jakarta : EGC.
 Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan : edisi 3. Jakarta : EGC.
 Carpenitto, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan
Dokumentasi Keperawatan. EGC : Jakarta.
 Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal – Bedah. Vol. 3. EGC : Jakarta.
 Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran.
Ed. 3. Jilid 1. Media Aesculapius : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai