Anda di halaman 1dari 42

LUKA BAKAR

THEOFANNY SIRAIT
DANIEL SIHOTANG
HARTATI SEMBIRING
MEGA ARYANTI
“Atau apabila pada kulit seseorang ada lecur karena api dan daging liar
yang timbul pada lecur itu menjadi panau yang putih kemerah-merahan
atau putih,”
Imamat 13:24
APA ITU LUKA BAKAR?

Luka bakar adalah bentuk kerusakan dan kehilangan jaringan yang disebabkan oleh
sumber daya yang memiliki suhu yang sangat tinggi yaitu api, air panas, zat kimia,
listrik, dan radiasi (Moenadjat, 2009). Luka bakar dapat menyebabkan kerusakan dan
peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler, kerusakan jaringan kulit, dalam keadaan
yang parah dapat menyebabkan gangguan serius pada paruparu, ginjal, dan hati
(Moenadjat, 2009).
ETIOLOGI?
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
hal, diantaranya adalah
■ Listrik menyebabkan kerusakan yang
■ Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
cairan, bahan padat Aliran listrik menjalar disepanjang bagian
tubuh yang memiliki resistensi paling
■ Luka bakar thermal burn biasanya rendah. Kerusakan terutama pada
disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan api pembuluh darah, khusunya tunika intima,
ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi
dan akibat terpapar atau kontak dengan ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh
objek-objek panas lainnya(logam panas, dan dari lokasi kontak, baik kontak dengan
lain-lain) (Moenadjat, 2005). sumber arus maupun grown (Moenadjat,
2001)
Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
■ Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
asam kuat atau alkali yang biasa digunakan ■ Luka bakar radiasi disebabkan karena
dalam bidang industri militer ataupu bahan terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe
pembersih yang sering digunakan untuk injury ini sering disebabkan oleh
keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005). penggunaan radio aktif untuk keperluan
terapeutik dalam dunia kedokteran dan
industri. Akibat terpapar sinar matahari yang
terlalu lama juga dapat menyebabkan luka
bakar radiasi (Moenadjat, 2001).
AIR PANAS
api
api
ZAT KIMIA
LISTRIK
FASE LUKA BAKAR
FASE AKUT

■ Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi
segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi
saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera
inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
■ Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
cedera termal yang berdampak sistemik.
FASE SUB AKUT

■ Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
■ Proses inflamasi dan infeksi.
■ Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
■ Keadaan hipermetabolisme.
FASE LANJUT

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.
KLASIFIKASI LUKA
BAKAR
DALAM NYA LUKA BAKAR
LUAS LUKA BAKAR

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9


yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace
yaitu:
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
LANJUTAN..

Pada anak –anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Brower, yaitu
ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.
BERAT RINGAN NYA LUKA BAKAR

Luka Bakar Ringan. Luka bakar berat


■ Luka bakar derajat II <15 % ■ Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada
orang dewasa
■ Luka bakar derajat II < 10 % pada anak –
anak ■ Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada
anak – anak.
■ Luka bakar derajat III < 2 %
■ Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
■ Luka bakar mengenai tangan, wajah,
Luka bakar sedang telinga, mata, kaki dan
genitalia/perineum.
■ Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang
dewasa ■ Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik,
disertai trauma lain.
■ Luka bakar II 10 – 20 5 pada anak – anak
■ Luka bakar derajat III < 10 %

(American Burn Association)


KALO INI MENURUT
American college of surgeon
Parah – critical: Sedang – moderate:
■ Tingkat II : 30% atau lebih. ■ Tingkat II : 15 – 30%
■ Tingkat III : 10% atau lebih. ■ Tingkat III : 1 – 10%
■ Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah. Ringan – minor:
Dengan adanya komplikasi penafasan, ■ Tingkat II : kurang 15%
jantung, fractura, soft tissue yang luas.
■ Tingkat III : kurang 1%
PATHWAY
PENATALAKSANAAN
PENDERITA LUKA BAKAR
A. Resusitasi A, B, C. B. Infus, kateter, CVP, oksigen,
Laboratorium, kultur luka.
Pernafasan:
C. Resusitasi cairan  Baxter.
■ Udara panas  mukosa rusak
oedem  obstruksi.
■ Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL,
Bensin  iritasi  Bronkhokontriksi
 obstruksi  gagal nafas.
Sirkulasi:
gangguan permeabilitas kapiler: cairan
dari intra vaskuler pindah ke ekstra
vaskuler  hipovolemi relatif  syok 
ATN  gagal ginjal.
RESUSITASI CAIRAN
Dewasa : (Baxter) RL 4cc/kg BB/ % LB/ 24 jam
+ dextran 500 – 1000 ml(sth 18 jam)
Anak : 2 cc x BB x luas Luka Bakar (%) +
kebutuhan faali
(RL : Dextran = 17 : 3)
Kebutuhan Faali :
<1 th : BB x 100 cc
1- 3 th : BB x 75 cc
3 - 5 th : BB x 50 cc
1/2  8 jam pertama
1/2  16 jam berikutnya
D. Monitor urine dan CVP.
E. Topikal dan tutup luka
■ Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
■ Tulle.
■ Silver sulfa diazin tebal.
■ Tutup kassa tebal.
■ Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.

F. Obat – obatan:
– Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak
kejadian.
– Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan
sesuai hasil kultur.
– Analgetik : kuat (morfin, petidine)
– Antasida : kalau perlu
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN

Aktifitas/istirahat: Integritas ego:


■ Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan ■ Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan,
rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa keuangan, kecacatan.
otot, perubahan tonus.
■ Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan,
Sirkulasi: menyangkal, menarik diri, marah.
■ Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): Eliminasi:
hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada
ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum ■ Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase
dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi
listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
bakar). cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak
ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar
dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik
gastrik.
■ Makanan/cairan:
■ Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia;
mual/muntah.
Neurosensori: Pernafasan:
■ Gejala: area batas; kesemutan. ■ Gejala: terkurung dalam ruang tertutup;
terpajan lama (kemungkinan cedera
■ Tanda: perubahan orientasi; afek, inhalasi).
perilaku; penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas ■ Tanda: serak; batuk mengii; partikel
kejang (syok listrik); laserasi korneal; karbon dalam sputum; ketidakmampuan
kerusakan retinal; penurunan ketajaman menelan sekresi oral dan sianosis;
penglihatan (syok listrik); ruptur membran indikasi cedera inhalasi.
timpanik (syok listrik); paralisis (cedera
listrik pada aliran saraf). ■ Pengembangan torak mungkin terbatas
pada adanya luka bakar lingkar dada;
Nyeri/kenyamanan: jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi
sehubungan dengan laringospasme,
■ Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik
derajat pertama secara eksteren sensitif (oedema paru); stridor (oedema laringeal);
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
dan perubahan suhu; luka bakar
ketebalan sedang derajat kedua sangat
nyeri; smentara respon pada luka bakar
ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat
tiga tidak nyeri.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

■ Pemeriksaan diagnostik:
– LED: mengkaji hemokonsentrasi.
– Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting
untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan
kalium dapat menyebabkan henti jantung.
– Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada
cedera inhalasi asap.
– BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
– Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada
luka bakar ketebalan penuh luas.
– Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
– Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
– Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
DX 1

Gangguan integritas kulit berhubungan e. Pertahankan perawatan luka untuk


dengan kerusakan jaringan mencegah kerusakan epitel dan
(Wong, 2003) granulasi
Tujuan : pasien menunjukkan penyembuhan f. Berikan kalori tinggi, protein tinggi dan
luka. makanan kecil
Intervensi : g. Berikan vitamin tambahan dan mineral-
mineral
a. Cukur rambut 2 inchi dari daerah luka
segera setelah terjadi luka bakar. h. Tutup daerah terbakar untuk mencegah
nekrosis jaringan
b. Bersihkan luka dan daerah sekitar
i. Monitor vital sign untuk mengetahui tanda
c. Jaga pasien agar tidak menggaruk dan infeksi
memegang luka
d. Berikan tehnik distraksi pada pasien
DX 2
Nyeri berhubungan dengan trauma luka bakar (Wong, 2003).
Tujuan : Pasien menunjukkan pengurangan nyeri sampai tingkat yang
diterima pasien.
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri untuk pengobatan
b. Posisikan ekstensi untuk mengurangi nyeri karena gerakan
c. Laksanakan latihan aktif, pasif
d. Kurangi iritasi untuk mencegah nyeri.
e. Sentuh daerah yang tidak terjadi luka bakar untuk memberikan kontak
fisik dan kenyamanan.
f. Berikan tehnik-tehnik pengurangan nyeri non pengobatan yang sesuai
g. Antisipasi kebutuhan medikasi pengobatan nyeri dan berikan sebelum
nyeri tersebut terjadi
DX3
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan barier kulit,
kerusakan respon imun, prosedur invasif. (Effendi. C, 1999).
Tujuan : Menunjukkan tidak ada infeksi
Intervensi :
a. Laksanakan dan pertahankan kontrol infeksi sesuai kebijakan ruang
b. Pertahankan tehnik cuci tangan yang hati-hati bagi perawatan dan
pengunjung
c. Pakai sarung tangan ketika merawat luka untuk meminimalkan
terhadap agen infeksi.
d. Ambil eksudat, krusta untuk mengurangi sumber infeksi
e. Cegah kontak pasien dengan orang yang mengalami ISPA / infeksi
kulit
f. Berikan obat antimikrobial dan penggantian. balutan pada luka
g. Monitor vital sign untuk mencegah sepsis
DX 4
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
metabolisme, katabolisme, kehilangan nafsu makan (Wong, 2003)
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh
Intervensi :
a. Berikan perawatan oral
b. Berikan tinggi kalori, tinggi protein dan makanan kecil untuk
mencegah kekurangan protein dan memenuhi kebutuhan kalori.
c. Timbang BB tiap minggu untuk melengkapi status nutrisi
d. Catat intake dan output
e. Monitor diare dan konstipasi untuk mencegah intoleransi terhadap
makanan
DX 5
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan pergerakan
(ROM) (Smith, 1998)
Tujuan : Pasien akan terbebas dari komplikasi : gangguan gerak, akan
berpartisipasi dalam latihan aktivitas yang tepat.
Intervensi :
a. Bantu pasien mendapatkan posisi yang tepat dan mobilitas bagi luka
bakar : konsultasikan dengan bagian ocupasi terapi untuk
merencanakan latihan pergerakan
b. Lihat keluarga dalam perberian tindakan keperawatan.
c. Ajarkan latihan ROM aktif dan pasif setiap 4 jam, berikan pujian setiap
kali pasien melakukan latihan ROM
d. Ambulasi pasien secara dini jika memungkinkan.
e. Ubah posisi tiap 2 jam sekali pada area yang tertekan.
f. Beri antibiotic sebelum aktivitas karena nyeri.
DX 6
Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan cairan
elektrolit dan protein masuk ke ruang interstisiel (Wahidi, 1996).
Tujuan : gangguan keseimbangan cairan dapat teratasi
Intervensi :
a. Observasi inteke dan output setiap jam.
b. Observasi tanda-tanda vital
c. Timbang berat badan
d. Ukur lingkar ektremitas yang terbakar tiap sesuai indikasi
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam. pemberian cairan lewat infus
f. Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, Elektrolit, Natrium urine
random)
DX 7
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penuruan curah jantung
(Carpenito, 2000)
Tujuan : Gangguan perfusi jaringan tidak terjadi.
Intervensi :
a. Kaji warna, sensasi, gerakan.
b. Tinggikan ekstremitas yang sakit dengan tepat.
c. Dorong latihan rentang gerak aktif pada bagian tubuh yang sakit
d. Selidiki nadi secara teratur.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan.
Pendidikan Kesehatan
■ Pengobatan melalui tumbuh-tumbuhan
■ Pertolongan pertama pada Luka Bakar Secara sistematik dapat dilakukan dengn 6C yaitu
clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis,
covering and comforting (contoh pengurang nyeri).
1. Clothing (pakaian)
Singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian
yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk
sampai pada fase cleaning.

2. Cooling (pendinginan)
Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air
mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di
bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif
samapai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar .
Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap
memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri)
untuk luka yang terlokalisasi jangan pergunakan es karena es
menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga
justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia.
Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata,
siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih.
Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih
dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
3. Cleaning (bersih)
Pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa
sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses
penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.

4. Chemoprophylaxis (kemoprofilaksis)
Pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam
dari superficial partial- thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin
untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar
superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa,
perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang
dari 2 bulan.
5. Covering (penutup)
Penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat
luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa
atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah
pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang
terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan
berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat
penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.

6. Comforting (menghibur)
Dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri. Dapat diberikan
penghilang nyeri berupa : Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-
30mg/kg Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis
titrasi bolus Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg.

Anda mungkin juga menyukai