Anda di halaman 1dari 16

KERACUNAN OKSIGEN

Oleh
Kelompok 2
PENDAHULUAN
Setiap sel tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk
melaksanakan fungsi metabolisme, sehingga oksigen
merupakan zat terpenting dalam kehidupan manusia.
Keracunan oksigen pada pasien sakit kritis masih
kontroversial namun demikian pada kondisi tertentu
kelebihan oksigen dapat merupakan racun yang
berbahaya.
TOKSIKOLOGI
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari sumber, sifat
serta khasiat racun, gejala-gejala dan pengobatan
pada keracunan, serta kelainan yang didapatkan
pada korban yang meninggal.
Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi
dan fisiologik yang dalam dosis toksik akan
menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan
kematian.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Cara masuk
2. Umur
3. Kondisi tubuh
4. Kebiasaan
5. Idiosinkrasi dan alergi pada vitamin E, penisilin,
streptomisin dan prokain.

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi Kedua.
Jakarta : 1997.
MEKANISME KERACUNAN

reactive O2
hiperoksia
species/ROS
MANIFESTASI KLINIS
Tergantung tipe paparan:

Toksisitas pulmoner, atau efek Lorraine Smith.

Toksisitas sistem saraf pusat, atau efek Paul Bert


TOKSISITAS PULMONER
(EFEK LORRAINE SMITH)
FiO2 yang tinggi, yaitu >0,60 dalam waktu yang lama
(24 jam) pada tekanan barometrik normal, yaitu 1 atm
(atmospheres absolute (ATA))
ROS merangsang sekresi kemoatraktan oleh sel paru
dan sitokin menstimulasi pergerakan dan akumulasi
makrofag dan monosit menuju paru, yang akan semakin
menambah ROS. Interaksi ROS dengan leukosit akan
mengeksaserbasi cedera yang lebih lanjut.
TOKSISITAS PULMONER
(EFEK LORRAINE SMITH)
Paparan oksigen setelah hampir 12 jam akan berakibat
terjadinya kongesti jalan napas, edem paru, dan
atelektasis yang disebabkan oleh kerusakan dinding
bronkus dan alveolus.
Terbentuknya cairan di paru menyebabkan sesak dan
rasa terbakar pada tenggorokan dan dada, sehingga
akan terasa sakit saat menarik napas.
TOKSISITAS SISTEM SARAF PUSAT
(EFEK PAUL BERT)
Tekanan atmosfer tinggi (1,6 4 atm) dan lamanya
paparan dengan FiO2 tinggi hanya sebentar.
Pada penyelam, tanda pertama dari keracunan oksigen
pada SSP adalah terjadinya kejang tipe grand mal.
Kejang pada keracunan oksigen diyakini tidak akan
menyebabkan masalah yang permanen karena tubuh
berada pada kondisi surplus oksigen. Namun jika kejang
terjadi saat penyelam sedang menyelam, maka
penyelam tersebut dapat tenggelam.
Gejala lain yang berkaitan dengan SSP adalah
terjadinya gangguan penglihatan serta telinga
berdenging. Kemudian diikuti kejang setelah adanya
penurunan kesadaran secara mendadak.
TERAPI DAN PENCEGAHAN
Pengobatan pada kondisi ini hingga memerlukan
ventilasi mekanik diikuti dengan pengobatan suportif.
Karena pengobatan pada kasus ini lebih pada
simtomatik, maka pencegahan dan pengawasan untuk
mengenali kondisi hiperoksik secara dini lah yang lebih
penting.
Cara paling efektif untuk menurunkan resiko keracunan
oksigen pada SSP adalah dengan membatasi tekanan
oksigen yang diberikan, membatasi waktu paparan, dan
istirahat menghirup oksigen murni saat melakukan
penyelaman
TERAPI DAN PENCEGAHAN
Patel et al: antioksidan eksogen seperti vitamin E dan C
dapat diberikan sebagai pencegahan pada bayi dengan
resiko keracunan oksigen, mengingat mekanisme
keracunan ini didasarkan pada ROS sebagai radikal
bebas.
Dosis yang direkomendasikan adalah, vitamin E
100mg/kgBB/hari selama 4 6 minggu.2
PENGGUNAAN DAN PEMANTAUAN
TERAPI OKSIGEN
Pada pasien dengan hipoksemia kronis, lebih bijak jika
menggunakan oksigen yang membantu pernapasan
seminimal mungkin. PaO2 sekitar 50 55mmHg
biasanya cukup pada kondisi ini.
Positive end-expiratory pressure (PEEP) harus
digunakan selama pemberian ventilasi mekanik jika
konsentrasi oksigen yang diinspirasi >50% gagal
memperbaiki keadaan hpoksia. Namun jika tidak terjadi
hal demikian maka PEEP tidak diperlukan pada pasien.

Patel DN, Goel A, Agarwal SB, et al. Oxygen toxicity. JIACM 2003; 4 (3): 234-237.
PENGGUNAAN DAN PEMANTAUAN
TERAPI OKSIGEN
Terapi oksigen harus diberikan terus menerus sampai
pasien pulih dan tidak boleh dihentikan mendadak,
karena penghentian mendadak dapat mengakibatkan
turunnya tekanan oksigen alveolar.
Penyapihan terapi oksigen harus dipertimbangkan ketika
pasien menjadi nyaman, penyakit yang mendasarinya
sembuh, tekanan darah, denyut nadi, frekuensi
pernapasan, warna kulit, dan oxymetri berada dalam
kisaran normal. penyapihan dapat secara bertahap
dengan menghentikan oksigen atau menurunkan
konsentrasi untuk jangka waktu tertentu misalnya 30
menit dan mengevaluasi kembali parameter klinis dan
PaO2 secara berkala.
Semedi BP, Hardiono. Pemantauan oksigenasi. Departemen Anestesiologi dan Reanimasi FK UNAIR 2012; 2 (2): 85-93.
KESIMPULAN
Oksigen, merupakan zat yang sering digunakan untuk
mengobati kondisi hipoksemia pada berbagai kondisi
klinis. Namun oksigen itu sendiri dapat menjadi trigger
terjadinya cedera paru akut jika tidak diberikan pada
konsentrasi dan durasi yang sesuai.
Efek toksik biasanya pada SSP dan paru.
Terapi yang dapat diberikan berupa terapi suportif namun
pencegahan dan deteksi dini merupakan hal yang penting
pada keracunan oksigen ini.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai