Anda di halaman 1dari 21

A.

Konsep Dasar Gout Artritis


1. Pengertian Gout Artritis
Gout adalah suatu penyakit yang di tandai dengan serangan mendadak,
berulang, dan di sertai dengan artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya
endapan Kristal monosodium urat atau asam urat yang terkumpul di dalam
sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah
(hiperurisemia). Di lihat dari penyebabnya, artritis gout termasuk golongan
kelainan metabolik, dan menduduki peringkat ketiga dalam urutan penyakit
sendi sesudah artrosis dan artritis rematoid. (Iskandar Junaidi, 2012)
Gout artritis adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) purin.
Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA.Termasuk
kelompok purin adalah Adenosin dan Guanosin. Saat DNA di hancurkan,
purin pun akan di katabolisme. (Sarif La Ode, 2012)
2. Sumber Gout Artritis
Gout artritis dalam tubuh berasal dari beragam kondisi, yaitu:
a. Gout artritis endogen sebagai hasil metabolism nucleoprotein jaringan.
Seperti kita ketahui, nucleoprotein terdiri dari protein dan asam nukleat.
Asam nukleat adalah kumpulan nukleotida yang terdiri dari basa purin dan
pirimidin, karbohidrat, serta fosfat.
b. Gout artritis eksogen yang berasal dari makanan yang mengandung
nukleoprotein.
c. Hasil sintesis yang secara langsung menghasilkan sejumlah besar asam urat
karena adanya kelainan enzim yang sifatnya di turunkan atau karena suatu
penyakit tertentu (misalnya kanker darah) di mana sel-sel berkembang
berlipat ganda dan di hancurkan dalam waktu yang singkat. Atau, efek
beberapa jenis penyakit ginjal dan obat-obatan tertentu yang memengaruhi
kemampuan ginjal untuk membuang asam urat.

3. Klasifikasi
Penyakit asam urat digolongkan menjadi penyakit gout primer dan penyakit gout
sekunder (Nucleus Precise News Letter Edisi-2)
a. Penyakit gout primer
Sebanyak 99% penyebabnya belum di ketahui (idiopatik).Diduga berkaitan
dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan
1
gangguan metabolisem yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi
asam urat atau bisa juga di akibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam
urat dari tubuh.
b. Penyakit gout sekunder
Penyakit ini di sebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat
karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi.
Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat
(asam inti dari sel)dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur
membentuk protein.Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit
darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat
kanker, vitamin B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan),
penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita
diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-
benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-
benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.
Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda.Ada yang hanya
satu tahun, ada juga yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 1-2 tahun.

4. Etiologi
Asam urat darah tinggi (hiperurisemia) terjadi karena :
a. Pembentukan asam urat berlebihan (gout metabolik):
1) Gout primer metabolik : terjadi karena sintesa atau pembentukan asam
urat yang berlebihan.
2) Gout sekunder metabolik : terjadi karena pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit lain, seperti leukemia, terutama yang di
obati dengan sitostatika, psoriasis, polisitemia vera, dan mielofibrosis.
b. Pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal)
1) Gout renal primer: terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di tubuli
distal ginjal yang sehat.
2) Gout renal sekunder: di sebabkan oleh ginjal yang rusak, misalnya pada
glomerulonefritis kronik, kerusakan ginjal kronik, kerusakan ginjal
kronis (chronic renal failure).
c. Perombakan dalam usus yang berkurang. Serangan gout (artritis gout akut)
secara mendadak, dapat di picu oleh:
2
1) Luka ringan
2) Pembedahan
3) Konsumsi alkohol dalam jumlah besar atau makanan yang kaya akan
protein purin
4) Kelelahan
5) Stres secara emosional
6) Penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi asam urat, seperti
salisilat dosis kecil, hidroklorotiazid (diuretic), INH, furosemid, asam-
asam keton hasil pemecahan lemak sebagai akibat dari terlalu banyak
mengonsumsi lemak
7) Kedinginan
5. Faktor Resiko
Faktor resiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah
pola makan, kegemukan, dan suku bangsa.Di dunia, suku bangsa yang paling
tinggi prevalensinya pada orang Maori di Australia.Di Indonesia prevalensi
tertinggi pada penduduk pantai dan paling tinggi di daerah Manado-Minahasa,
karena kebiasaan atau pola makan ikan dan mengonsumsi alkohol.Alkohol
menyebabkan pembuangan asam urat lewat urine itu ikut berkurang sehingga
asam uratnya tetap bertahan di dalam darah.Konsumsi ikan laut yang tinggi juga
mengakibatkan asam urat. Asupan yang masuk ke tubuh juga mengurangi kadar
asam urat dalam darah (Indriawan,2009).

6. Patofisiologi
Pada penyakit gout, terjadi sekresi asam urat yang berlebihan atau defek renal
yang menyebabkan penurunan ekskresi asam urat, atau kombinasi
keduanya.Hiperurisemia primer mungkin di sebabkan oleh diet hebat atau
kelaparan, asupan makanan tinggi purin (kerang, daging organ) secara berlebihan,
atau herediter. Pada kasus hiperurisemia sekunder, gout merupakan manifestasi
klinis sekunder dari berbagai proses genetikatau proses dapatan, termasuk kondisi
yang di sertai dengan peningkatan peremajaan sel (leukemia, mieloma multipel,
psoriasis, beberapa anemia) dan peningkatan penghancuran sel.
Penyakit pirai (gout) atau artritis pirai adalah penyakit yang di sebabkan oleh
tumpukan asam/kristal urat pada jaringan, terutama pada jaringan sendi. Pirai
berhubungan erat dengan gangguan metabolisme purin yang memicu peningkatan
3
kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Hiperurisemia adalah keadaan di
mana terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah di atas normal. Secara
biokimia akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat di serum yang
melewati ambang batasnya. Batasan hiperurisemia secara ideal yaitu kadar asam
urat di atas 2 standar deviasi hasil laboratorium pada populasi normal (Hidayat
2009).
Menurut iskandar, 2012 penyebab asam urat darah tinggi (hiperurisemia)
terjadi karena:
a. Pembentukan asam urat berlebihan (gout metabolik)
1) Gout primer metabolik terjadi karena sintesa atau pembentukan asam
urat yang berlebihan.
2) Gout sekunder metabolik terjadi karena pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit. Seperti leukemia, terutama yang di obati
dengan sitostatika, psoriasis, polisitemia vera, dan mielofibrosis.
b. Pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal):
1) Gout renal primer terjadi karena gangguan eksresi asam urat di tubuli
distal ginjal yang sehat.
2) Gout renal sekunder di sebabkan leh ginjal yang rusak, misalnya pada
glomerulonefritis kronik, kerusakan ginjal kronis (chronic renal
failure).
c. Perombakan dalam usus yang berkurang. Serangan gout (artritis gout akut)
secara mendadak, dapat di picuh oleh:
1) Luka ringan
2) Pembedahan
3) Konsumsi akohol dalam jumlah besar atau makanan yang kaya akan
protein purin
4) Kelelahan
5) Stress secara emosional
6) Penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi asam urat,
seperti salisilat dosis kecil, hidroklorotiazid (diuretik), asam-asam
keton hasil pemecahan lemak sebagai akibat dari terlalu banyak
mengkonsumsi lemak
7) Kedinginan

4
Kurang lebih 20-30% penderita gout terjadi akibat kelainan sintesa purin
dalam jumlah besar yang menyebabkan kelebihan asam urat dalam
darah.Kurang dari 75% penderita gout terjadi akibat kelebihan produksi
asam urat, tetapi pengeluarannya tidak sempurna.

7. Manifestasi Klinis
Gout dicirikan oleh deposit asam urat di berbagai sendi. Empat tahap gout dapat di
identifikasi: hiperurisemia asimtomatik, urisemia, artritis gout akut, gout
interkritis, dan gout tofaseosa kronis.
a. Artritis akut akibat gout adalah tanda awal yang paling sering di jumpai.
b. Sendi metatarsofalangeal (MTP) pada ibu jari kaki adalah yang paling sering
terkena; area tarsal, pergelangan kaki, atau lutut dapat juga terkena .
c. Serangan akut dapat di picu oleh trauma, konsumsi alkohol, diet medikasi,
stres pembedahan atau penyakit.
d. Awitan mendadak terjadi di malam hari, yang menyebabkan nyeri hebat,
kemerahan, bengkak, dan rasa hangat di atas sendi yang terganggu.
e. Serangan dini cenderung reda secara spontan dalam 3 sampai 10 hari tanpa
terapi.
f. Serangan selanjutnya mungkin tidak terjadi selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun; pada waktunya, serangan cenderung terjadi lebih sering,
mengenai lebih banyak sendi, dan berlangsung lebih lama.
g. Tofi biasanya di kaitkan dengan episode inflamasi yang sering dan berat.
h. Konsentrasi asam urat serum yang tinggi di kaitkan dengan pembentukan
tofus.
i. Tofi terjadi di sinovium, bursa olekranon, tulang subkondral, infrapatelar, dan
tendon Achilles, jaringan subkutan, serta sendi di atasnya.
j. Tofi juga di temukan dalam dinding aorta, katup jantung, kartilago nasal dan
telinga, kelopak mata, kornea, dan sclera.
k. Pembesaran sendi dapat menyebabkan kehilangan gerakan sendi.
l. Deposit asam urat dapat menyebabkan batu ginjal dan kerusakan ginjal.

5
8. Tata Laksana Gout Artritis
Langka pertama untuk mengurangi nyeri adalah mengendalikan peradangan,
baik dengan obat-obatan maupun dengan mengistirahatkan sendi yang sedang
meradang.
a. Terapi obat
Pengobatan tradisional untuk gout adalah dengan kolkisin. Biasanya, nyeri
sendi mulai berkurang dalam kurun waktu 12-24 jam setelah pemberian
kolkisin, dan akan menghilang dalam kurun waktu 48-72 jam. Kolkisin di
berikan dalam bentuk tablet, tetapi jika hal itu menyebabkan gangguan
pencernaan, dapat di berikan dengan cara disuntik (intravena).
1) Tahapan pengobatan
a) Stadium 1 : turunkan kadar asam urat dengan obat urikosurik.
b) Stadium 2 : arthritis akut , di obati dengan: kolkisin, indometasin,
naproksen.
c) Stadium 3 : artritis rekuren (kambuh) hindari faktor pencetus
munculnya serangan gout, seperti makanan yang mengandung
lemak dan protein, alkohol, trauma, serta infeksi.
d) Stadium 4 : artritis kronis
e) Adanya tofi merupakan indikasi mutlak bahwa penderita gout
harus menurunkan kadar asam urat serum. Pada artritis kronik
dapat digunakan obat-obat, seperti: allopurinol, obat-obat
urikosurik, yaitu probenecid dan sulfinpirazon.
b. Pemilihan obat
Allopurinol digunaka jika produksi asam urat berlebihan, dan terutama efektif
pada gout metabolik sekunder.Sementara itu, obat-obat urikosurik dipakai
jika pengeluaran melalui ginjal kurang. Untuk membedakannya, asam urat di
periksa dalam 24 jam, setelah 5 hari melakukan diet rendah purin. Jika
pengeluarannya lebih dari 700 mg, maka, ada kemungkinan produksi asam
urat berlebihan.Dan, jika pengeluarannya kurang dari 600 mg, maka ada
kemungkinan terjadi gangguan pengeluaran.
c. Pencegahan
Gout tidak dapat di cegah, tetapi beberapa faktor pencetusnya bisa di hindari,
misalnya cedera, konsumsi alkohol yang berlebihan, konsumsi makanan yang
kaya protein.
6
Beberapa penderita gout, terutama yang mengalami serangan berulang yang
hebat, mulai menjalani pengobatan jangka panjang ketika gejala gout telah
menghilang dan pengobatan dilanjutkan hingga di antara serangan.
Mengonsumsi obat anti peradangan non-steroid secara rutin juga bisa
mencegah terjadinya serangan gout berulang.
d. Pencegahan dengan diet
Sebenarnya, kita tidak mungkin menghilangkan purin dalam makanan sehari-
hari, karena hampir semua jenis makanan mengandung nucleoprotein yang
merupakan asal dari purin.Pada dasarnya, asam urat dapat terbentuk dalam
tubuh dari metabolit sederhana yang berasal dari pemecahan karbihidrat,
lemak, dan protein.Meski demikian, penderita gout tetap di anjurkan untuk
menghindari makanan yang banyak mengandung purin. Perbanyak konsumsi
air murni/ H2O sebanyak 200ml (satu gelas) setiap 2-3 jam pada siang hari,
dan ketika bangun malam hari untuk buang air kecil (jika memungkinkan,
gunakan alat pemurni air Reverse Osmosis KEN Sigma).
e. Diet penyakit gout (Hiperurisemia)
Diet bagi penderita gout adalah diet rendah purin.Jumlah purin perhari yang
di anjurkan adalah 120-150 mg, sedangkan asupan dalam diet normal bisa
mencapai 1.000 mg per hari.

f. Kadar purin dalam makanan


Kadar Purin
50 – 800 mg 50 – 150 mg 0 – 15
- Sardin - Daging - sayuran
- Hati - Ikan - buah-buahan
- Ginjal - Kerang- - susu
- Ekstrak daging kerangan - keju
- Asparagus - telur
- Kembang kol - serealia
- Bayam
- jamur
g. Tujuan diit
1) Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal

7
2) Menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin
h. Syarat diit
1) Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh
2) Protein cukup, yaitu : 1-1,2 gr/kg BB atau 10 – 15 % dari kebutuhan
energi total
3) Hindari bahan makanan sumber protein yang mengandung purin >100mg
4) Lemak sedang, yaitu 10 – 29% dari kebutuhan total. Lemak berlebih
dapat menghambat pengeluaran asam urat atau purin melalui urin.
5) Karbohidrat 65 – 75% dari kebutuhan energi total
6) Vitamin dan mineral cukup
7) Rata-rata anjuran cairan :2-21/2liter/hari

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


a. Definisi
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks
dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan
keluarga dam individu sebagai anggota keluarga ( Abi muhlisin , 2012 )
a. Pengkajian Keluarga
Pengkajian merupakan suatu tahapan ketika seorang perawat mengambil data
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
b. Pengumpulan Data
Sumber informasi dari tahapan pengumpulan data dapat menggunakan metode
wawancara, observasi misalnya tentang keadaan/ fasilias rumah, pemeriksaan
fisik terhadap seluruh anggota keluarga secara head to too dan data sekunder
seperti hasil laboratorium, hasil X-ray,pap smear dan lain-lain sebagian.
Hal-hal yang perlu di keluarkan datanya dalam pengkajian keluarga adalah :
Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : (Abi Muhlisin, 2012)
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga

8
Menjelaskan anggota keluarga yang diidentifikasikan sebagai bagian dari
keluarga mereka. Komposisi tidak hanya mencantumkan penghuni rumah tangga,
tetapi juga anggota keluarga lain yang menjadi bagian dari keluarga tersebut.
Bentuk komposisi keluarga dengan mencatat terlebih dahulu anggota keluarga
yang sudah dewasa, kemudian diikuti dengan anggota keluarga yang lain sesuai
dengan susunan kelahiran mulai dari yang lebih tua, kemudian mencantumkan
jenis kelamin, hubungan setiap anggota keluarga tersebut, tempat tanggal lahir/
umur, pekerjaan dan pendidikan.

Tabel 2. Komposisi Keluarga


Hub
Jenis Status
No Nama Dgn Umur Pendidikan Ket.
Kelamin imunisasi
KK

6) Genogram
Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan
konstelasi keluarga (pohon keluarga).
7) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/ tipe keluarga beserta kendala dan masalah-
masalah yang terjadi dengan jenis/ tipe keluarga tersebut.
8) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut mengidentifikasi budaya suku
bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
9) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
10) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya.Selian itu status sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan - kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

9
11) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan
menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas
rekreasi.
12) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga initi.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
mengenai riwayat penyakit keturunan, riwayat masing-masing
anggota keluarga, perhatikan keluarga terhadap pencegahan penyakit
termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga dan pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak
suami dan istri.
13) Pengkajian lingkungan
Pengkajian lingkungan meliputi :
a) Karakteristik rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunikasi RW.
c) Mobilitas geografis keluarga.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
14) Struktur keluarga
Struktur keluarga meliputi :
a) Sistem pendukung keluarga
b) Pola komunikasi keluarga
c) Struktur kekuatan keluarga
10
d) Struktur peran
e) Nilai dan norma keluarga
15) Fungsi keluarga
Fungsi keluarga yang dikaji meliputi :
a) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada
anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap
saling menghargai.
b) Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma budaya serta perilaku.
c) Fungsi Perawatan Kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan keperawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yakni keluarga mampu
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan terhadap keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
d) Fungsi Reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
(1) Berapa jumlah anak?
(2) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga?
(3) Metode keluarga yang digunakan dalam upaya mengendalikan
jumlah keluarga?
e) Fungsi Ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :

11
(1) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan?
(2) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga?

f) Stres dan Koping Keluarga


Yang perlu dikaji pada stres dan koping keluarga yaitu :
1) Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang dari enam bulan.
2) Stressor jangka panjang yaitu yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari
enam bulan.
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor dikaji
sejauh mana keluarga berespon terhadap stressor.
4) Strategi kopig yang digunakan
Dikaji strategi yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan/stres.
5) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional
yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan/stres.
16) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.
17) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat meanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.

a. Skoring (pembobotan masalah) & prioritas masalah

Skoring Diagnosa Keperawatan

12
No Kriteria Skor Bobot Pembenaran
1. Sifat masalah
Skala:- Tidak / kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2 1
- Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat di atasi
Skala:- Mudah
- Sebagian 2 2
- Tidak ada 1
0
3 Potensial masalah untuk di cegah
Skala:- Tinggi 3
- Cukup 2 1
- rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala:- Masalah berat, harus segera di 2
tanagani. 1
- Ada masalah, tetapi tidak 1
perlu di tangani
- Masalah tidak di rasakan 0
Sumber : Abi Muhlisin 2012
Keterangan :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria.
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot.
Skor
× Bobot
Angka Tertinggi
3. Jumlah skor untuk semua kriteria.
4. Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot.

Empat kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah :


a. Kriteria I
1) Kurang sehat

13
Keadaan sakit (sesudah atau sebelum di diagnosa) dan gagal
pertumbuhan normal.
2) Ancaman kesehatan
Yaitu keadaan yang memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan
dan kegagalan dalam mencapai kesehatan.
3) Status krisis
Perkawinan, kehamilan, persalinan, masa nifas, menjadi orang tua,
dan penambahan anggota keluarga/baby.
b. Kriteria II
Yaitu memungkinkan masalah dapat diubah. Dalam menentukan hal
tersebut, perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah.
2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik keuangan.
3) Sumberdaya perawat dalam bentuk pengetahuan ketrampilan dan
waktu.
4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
bentuk masyarakat.
c. Kriteria III
1) Kepemilikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah.
2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah
itu terjadi.
3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan yang tepat dalam
memperbaiki masalah.
4) Adanya sekelompok “higk risk” atau kelompok yang sangat peka
menambah potensial untuk mencegah masalah.
d. Kriteria IV
Yaitu menonjolkan masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana
keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.
c. Perencanaan
a. Perencanaan Keperawatan Gout Artritis
1) Nyeri kronis berhubungan dengan proses inflamasi destruksi sendi

14
Menurut Ningsih (2012, hal. 226-238) rencana asuhan keperawatan pada
diagnosa keperawatn nyeri kronis dapat dilakukan tindakan sebagai berikut
untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil :
Tujuan dan kriteria hasil:
a) Mengungkapkan dan menunjukkan nyeri hilang.
b) Terlihat rileks
c) Dapat istirahat dan tidur
Intervensi
a) Kaji keluhan nyeri, skala nyeri serta cacat lokasi, faktor-faktor yang
mempercepat, dan respons rasa sakit non verbal.
Rasional : membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
efektivitas program.
b) Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai
kebutuhan.
Rasional : matras yang empuk/lembut, bantal yang besar akan menjaga
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stres pada sendi
yang sakit. Peninggian tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
nyeri.
c) Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau duduk di
kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
Rasional : pada penyakit yang berat/eksaserbasi, tirah baring mungkin
diperlukan untuk membatsi nyeri/cedera.
d) Tempatkan atau pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan
tronkanter, bebat atau brace.
Rasional : mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan
posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri/kerusakan pada
sendi. Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan hilang
mobilitas/fungsi sendi.
e) Anjurkan klien untuk sering merubah posisi. Bantu klien untuk bergerak di
tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, serta hindari
gerakan yang menyentak.
Rasional : mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan atau rasa sakit pada sendi.
f) Berikan masase yang lembut.
15
Rasional : meningkatkan relaksasi/mengurangi tegangan otot.
g) Dorong penggunaan teknik manajemen stress, missal relaksasi progresif,
sentuhan terapeutik, biofeedback, visualisasi, pedoman imajinasi, hipnosis
diri, dan pengendalian napas.
Rasional : meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol nyeri, dan
dapat meningkatkan kemampuan koping.
h) Libatkan dalam aktivitas hiburan sesuai jadwal aktivitas klien.
Rasional : memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
i) Beri obat sebelum melakukan aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai
petunjuk.
Rasional : meningkatkan relasksasi, mengurangi tegangan otot/spasme,
memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.

Kolaborasi

j) Berikan obat sesuai petunjuk :


- Asetilsalisilat (aspirin)
Rasional : bekerja sebagai antiinflamasi dan efek analgesik ringan
dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
- NSAID lainnya, misal ibuprofen (motrin), naproksen, sulindak,
piroksikam (feldene), fenopren.
Raasional : dapat digunakan bila klien tidak memberikan respon pada
aspirin atau untuk meningkatkan efek dari aspirin.
- D-penisilamir (cuprimine)
Rasional : dapat mengontrol efek-efek dari sistemik RA jika terapi
lainnya tidak berhasil.
- Antasida
Rasional : diberikan bersamaan dengan NSAID untuk meminimalkan
iritasi/ketidaknyamanan lambung.
- Produk kodein
Rasional : meskipun narkotik umumnya adalah kontraindikasi, namun
karena sifat kronis dari penyakit, penggunaan jangka pendek mungkin
diperlukan selama periode eksaserbasi akut untuk mengontrol nyeri
yang berat.

16
k) Bantu klien dengan terapi fisik, missal sarung tangan paraffin, bak mandi
dengan kolam bergelombang.
Rasional : memberikan dukungan hangat/panas untuk sendi yang sakit.
l) Berikan kompres dingin jika dibutuhkan.
Rasional : menghilangkan nyeri dan bengkak pada periode akut.

2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian.


Menurut Ningsih (2012, hal. 226-238) rencana asuhan keperawatan
pada diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian
dapat dilakukan tindakan sebagai berikut untuk mencapai tujuan dan kriteria
hasil :
Tujuan dan kriteria hasil:
a) Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya kontraktur.
b) Meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh.
Intervensi :
Tindakan mandiri
a) Evaluasi/lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi.
Rasional : tingkat aktivitas/latihan tergantung dari perkembangan resolusi
proses inflamasi.
b) Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Buat jadwal
aktivitas yang sesuai dengan toleransi untuk memberikan periode istirahat
yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.
Rasional : istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan
seluruh fase penyakit yang penting, untuk mencegah kelelahan, dan
mempertahankan kekuatan.
c) Bantu klien latihan rentang gerak pasif/aktif, demikian juga latihan resistif
dan isometrik jika memungkinkan.
Rasional : mempertahankan/meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina umum. Latihan yang tidak adekuat dapat menimbulkan kekakuan
sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.
d) Ubah posisi klien setiap dua jam dengan bantuan personel yang cukup.
Demonstrasikan/bantu tekhnik pemindahan dan pengguanaan bantuan
mobilitas.

17
Rasional : menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan
sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian klien. Tekhnik
pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit.
e) Posisikan sendi yang sakit dengan bantal, kantung pasir, gulunagn
trokanter, bebat, dan brace.
Rasional : meningkatkan stabilitas jaringan (mengurangi risiko cedera) dan
mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh serta
dapat mengurangi kontraktur.
f) Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
Rasional : mencegah fleksi leher.
g) Dorong klien memperhankan postur tegak dan duduk, berdiri, berjalan.
Rasional : memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan mobilitas.
h) Berikan lingkungan yang aman, misal menaikan kursi/kloset,
menggunakan pegangan tangga pada bak/pancuran dan toilet, penggunaan
alat bantu mobilitas/kursi roda.
Rasional : menghindari cedera akibat kecelakaan/jatuh.
Kolaborasi
i) Konsultasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vokasional.
Rasional : berguna dalam memformulasikan program latihan/aktivitas
yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasi
alat/bantuan mobilitas.
j) Berikan matras busa/pengubah tekanan.
Rasional : menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk
mengurangi resiko imobilitas/terjadi dekubitus.

3) Ansietas berhubungan dengan ancaman penurunan kesehatan


Menurut wilkinson (2007, hal. 26-27) rencana asuhan keperawatan pada
diagnosa Ansietas berhubungan dengan ancaman penurunan kesehatan dapat
dilakukan tindakan sebagai berikut untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil
Tujuan dan kriteria hasil
a) Ansietas berkurang, dibuktikan dengan menunjukan kemampuan
melakukan koping ansietas
b) Melaporkan kesejahteraan ansietas berkurang
Intervensi
18
Tindakan mandiri
a) Kaji dan dokumentasi tingkat kecemasan pasien
b) Selidiki dengan pasien tentang teknik yang telah dimiliki dan belum
dimiliki
c) Berikan dorongan pada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
untuk mengeksternalisasikan ansietas
d) Kembangkan rencana pengajaran
e) Pengurangan ansietas dengan menyediakan informasi faktual menyangkut
diagnosis
f) Instrusikan penggunaan teknik relaksasi nafas dalam
kolaboratif
g) Berikan pengobatan untuk menurangi ansietas, sesuai dengan kebutuhan

b. Implementasi
Implementasi keperawatan keluarga merupakan pelaksanaan dari
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun perawat bersama keluarga inti
pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan keluatga adalah perhatian.
Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal- hal yang perlu diperhatikan
adalah :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara :
2) Memberikan informasi penyuluhan dan konseling
3) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
4) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat


dengan cara :

1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan


2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan
4) Memberikan kepercayaaan diri dalam merawat anggota keluarga
5) Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi
6) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

19
7) Melalukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
8) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

c. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawaran yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenagan
kesehatan yang lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan
kriteria hasil, klien dari siklus proses keperawatan ( padila , 2012 )
Komponen yang perlu di evaluasi dalam keluarga meliputi komponen
penentuan keputusan
1) Keluarga mampu mengenali masalah kesehatan
2) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
kesehatan
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
4) Keluarga mampu memelihara lingkungan yang sehat
5) Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

20
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.(2011) Keperawatan Medikal Bedah.Buku kedokteran, EGC, Jakarta.

Harmoko.(2012) Asuhan Keperawatan Keluarga. Celeban Timur UH lll/548, Yogyakarta

Junaidi Iskandar. (2012) Rematik & Asam Urat. PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok
Gramedia, Jakarta.

Kementrian kesehatan republik indonesia. (2016, November 15). Dipetik april 28,2017, dari
www.depkes.go.id

La Ode Sarif. (2012) Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta

Muhlisin Abi. (2012) Keperawatan Keluarga.Jatirejo 58B RT07/RW21 Sendangadi, Mlati,


Sleman, Yogyakarta.

Seetiadi.(2008) konsep & proses keperawatan keluarga.Yogyakarta. Graha Ilmu

21

Anda mungkin juga menyukai