MELITUS
OLEH:
NIM : 15 14 0058
T.A 2017/2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kelompok panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan Tugas Asuhan Keperawatan Keluarga dengan judul “Diabetes
Melitus”.
Manado ,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang kompleks yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta
berkembangnya komplikasi mikrovaskuler, makrovaskuler dan
neurologist. ( Long, 1996 : 4 )
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
( Smeltzer,2002 : 1220 )
Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi.
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam
darah. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi.
(Brunner dan Suddarth, 2002).
2. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya Diabetes Mellitus ( Sjaifoellah, 1996 : 692
) yaitu :
1) Faktor keturunan
Karena adanya kelainan fungsi atau jumlah sel – sel betha pancreas
yang bersifat genetic dan diturunkan secara autosom dominant
sehingga mempengaruhi sel betha serta mengubah kemampuannya
dalam mengenali dan menyebarkan rangsang yang merupakan bagian
dari sintesis insulin.
2) Fungsi sel pancreas dan sekresi insulin berkurang
Jumlah glukosa yang diambul dan dilepaskan oleh hati dan yang
digunakan oleh jarinagan perifer tergantung keseimbangan fisiologis
beberapa hormon. Hormon yang menurunkan glukosa darah yaitu
insulin yang dibentuk sel betha pulau pancreas.
3) Kegemukan atau obesitas
Terjadi karena hipertrofi sel betha pancreas dan hiperinsulinemia dan
intoleransi glukosa kemudian berakhir dengan kegemukan dengan
diabetes mellitus dan insulin insufisiensi relative.
4) Perubahan pada usia lanjut berkaitan dengan resistensi insulin
Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin
terutama pada poct reseptor.
3. Manifestasi Klinik
Gejala diabetes mellitus type 1 muncul secara tiba – tiba pada usia
anak – anak sebagai akibat dari kelainan genetika sehingga tubuh tidak
memproduksi insulin dengan baik. Gejala – gejalanya antara lain
adalah sering buang air kecil, terus menerus lapar dan haus, berat
badan turun, kelelahan, penglihatan kabur, infeksi pada kulit yang
berulang, meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni,
cenderung terjadi pada mereka yang berusiadibawah 20 tahun.
Sedangkan diabetes mellitus tipe II muncul secara perlahan – lahan
sampai menjadi gangguan kulit yang jelas, dan pada tahap
permulaannya seperti gejala pada diabetes mellitus type I, yaitu cepat
lemah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit, sering buang air kecil,
terus menerus lapar dan haus, kelelahan yang berkepanjangan dan
tidak ada penyebabnya, mudah sakit yang berkepanjangan, biasanya
terjadi pada mereka yang berusia diatas 40 tahun tetapi prevalensinya
kini semakin tinggi pada golongan anak – anak dan remaja.
Gejala – gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai
keletihan akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran
urine sehingga bila urine tersebut tidak disiram akan dikerubungi oleh
semut adalah tanda adanya gula. Gejala lain yang biasa muncul adalah
penglihatan kabur, luka yang lam asembuh, kaki tersa keras, infeksi
jamur pada saluran reproduksi wanita, impotensi pada pria.
4. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut
dan komplikasi kronik. ( Carpenito, 2001 )
Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang
penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah
dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah ( Smeltzer,
2002 : 1258 )
1) Diabetik Ketoasedosis ( DKA )
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari
suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata ( Smeltzer, 2002 : 1258 )
2) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi
oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan
tingkat kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA
adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smetzer,
2002 : 1262)
3) Hypoglikemia
Hypoglikemia ( Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi
aklau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau
preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
(Smeltzer, 2002 : 1256)
Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua
pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik).
Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu : (Long 1996) :
1) Mikrovaskuler
a. Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan mikrovaskuler adalah
perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah
meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang
menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002 : 1272)
b. Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan sampai
kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak selalui disebabkan retinopati
(Sjaifoellah, 1996 : 588). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang
berkepanjanganyang menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan
lensa (Long, 1996 : !6)
c. Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf otonom,
Medsulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan
perubahan – perubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin
yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan
kondisi saraf ( Long, 1996 : 17)
2) Makrovaskuler
a. Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh
sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk
dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri
(arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau
stroke
b. Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik, keadaan ini
berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi
yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah – celah kulit yang
mengalami hipertropi, pada sel –sel kuku yang tertanam pada bagian kaki,
bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah –
daerah yang tekena trauma (Long, 1996 : 17)
c. Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai
darah keotak menurun (Long, 1996 : 17)
5. Patofisiologi
Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa/produksi
glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai
glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini
mencegah hiperglikemia (kadar glukosa darah > 110 mg/dl). Pada
pasien DM, kadar glukosa dalam darah meningkat/tidak terkontrol,
akibat rendahnya produk insulin/tubuh tidak dapat menggunakannya,
sebagai sel-sel akan starvasi. Bila kadar meningkat akan dibuang
melalui ginjal yang akan menimbulkan diuresi sehingga pasien banyak
minum (polidipsi). Glukosa terbuang melalui urin maka tubuh
kehilangan banyak kalori sehingga nafsu makan meningkat
(poliphagi). Akibat sel-sel starvasi karena glukosa tidak dapat
melewati membran sel, maka pasien akan cepat lewat.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis
antara lain:
1) Pemeriksaan gula darah
Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan
kadar gula darah antara 70-110 mg/dl (engliglikemi) dalam kondisi
asupan makanan yang berbeda-beda. Test dilakukan sebelum dan
sesudah makan serta pada waktu tidur.
2) Pemeriksaan dengan Hb
Dilakukan untuk pengontrolan DM jangka lama yang merupakan Hb
minor sebagai hasil dari glikolisis normal.
3) Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah
untuk memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara
pemeriksaan darah.
BAB II
A. KONSEP TEORITIS
1. PENGKAJIAN
Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga :
2) Alamat :
3) Pekerjaan :
4) Pendidikan :
5) Komposisi :
6) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut .
7) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya
suku bangsa tersebut berkait dengan kesehatan.
8) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
9) Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga yang lain. Kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga, barang yang dimiliki keluarga.
10) Aktifitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi.
Nonton TV.
Pengkajian Lingkungan
15) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan
rumah tangga, jenis septik tank, jarak septik tank dengan sumber air, sumber
air minum yang digunakan serta denah rumah.
16) Karakteristik tetangga dan komunitas RW menjelaskan mengenai karakteristik
dari tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan
fisik, aturan / kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
17) Mobilisasi geografis keluarga
Mobilisasi geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
18) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan
mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga interaksinya
dengan masyarakat.
19) Sistem penduduk keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan.
Fisik, psikis atau dukungan dari anggota keluarga.
Sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
Struktur Keluarga
20) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
21) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain
untuk merubah perilaku.
22) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal.
23) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan.
Fungsi Keluarga
24) Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
25) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi / hubungan dalam keluarga sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
26) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit, sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
Kesanggupan keluarga melaksakan 5 tugas kesehatan.
4. Intervensi
Arif Mansjoer. dkk, (2002), Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi III, Media
Aesculapius FKUI, Jakarta
Askand/ar Tjokroprawiro, dr. DR. Prof. (2002), Hidup Sehat Dan Bahagia Bersama
Diabetes, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Brunner & Suddarth (2002), Keperawatan Mediakl Bedah Vol.2, EGC, Jakarta
M. Syaifullah (2002), Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid Edisi III, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta
Sarwono Waspadji (2002), Pedoman Diit Diabetes Melitus, Balai penerbit FKUI,
Jakarta