Anda di halaman 1dari 69

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TEKNIK

MENYUSUI PADA IBU PRIMIPARA DI PUSKESMAS BAHU


KECAMATAN MALALAYANG

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:
DWI ARPITA
NIM. 1301982

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADO


JULI 2016
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TEKNIK
MENYUSUI PADA IBU PRIMIPARA DI PUSKESMAS BAHU
KECAMATAN MALALAYANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan
Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan program Diploma III Keperawatan

OLEH:
DWI ARPITA
NIM. 1301982

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADO


JULI 2016
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Dwi Arpita

Nim : 1301982

Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Teknik Menyusui pada Ibu


Primipara di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang.
.

Telah berhasil dipertahankan dalam ujian sidang Karya Tulis Ilmiah


pada tanggal …………. dan telah disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Silvia D. Mayasari Riu, M.Kep., Ns Max F. Wongkar, S.pd., S.Kep.

Mengetahui;
Direktur Akper Rumkit Tk. III Manado,

Alfrit Sengka, SKM., M.M


Dwi Arpita. 2016. “Hubungan tingkat pengetahuan dengan teknik menyusui
pada ibu primipara di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang”. Program
Studi D-III Akademi Keperawatan Rumkit Tk. III Manado. Pembimbing
(1) D.Mayasari Riu, M.Kep., Ns, Pembimbing (2) Max F.Wongkar, S.Pd.,
S.Kep.

RINGKASAN

Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air
susu ibu (ASI) melalui payudara ibu. Proses menyusui akan berjalan lancar jika
ibu memiliki keterampilan dalam menyusui, sehingga ASI dapat mengalir dari
payudara ibu ke bayi dengan efektif. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi
badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat pengetahuan


dengan teknik menyusui pada ibu primipara di Puskemas Bahu Kecamatan
Malalayang. Desain penelitian yang digunakan ialah Deskriptif Analitik dengan
menggunakan metode Cross Sectional serta teknik pengambilan sampel adalah
Total Sampling yang dilakukan pada 30 responden penelitian.

Pengumpulan data diperoleh dari hasil pembagian kuesioner, selanjutnya data


yang terkumpul diolah dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS
versi 16.0 dan uji yang digunakan yaitu uji Chi Square with Fisher’s Exact test
didapati nilai p = value 0,004 dengan signifikan α = 0,05, selanjutnya nilai Odd
Ratio (OR)=15.

Kesimpulan dalam penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara


pengetahuan dengan teknik menyusui pada ibu primipara. Disarankan agar
puskesmas lebih mempertahankan maupun memperhatikan hal-hal yang
meningkatkan teknik menyusui pada ibu khususnya ibu primipara.

Kata kunci : Pengetahuan dengan teknik menyusui pada ibu primipara


Dwi Arpita. Juli 2016. “The relationship knowledge with on maternal
breastfeeding technique to the new mother’s has a child PHC Bahu Districts
Malalayang”. Nursing Academy study program Rumkit Tk III Manado.
Advisory Lecturers (1) Silvia D.Mayasari Riu, M.Kep., Ns and (2) Max F.
Wongkar, S.Pd., S.Kep.

ABSTRACK

Breastfeeding is the process of giving milk to babies for a small child with breast
milk through the breast. Breastfeeding process will run smoothly if the mother has
a breastfeeding skills so that breast milk can flow from the breast to the baby
effectively. Position consists of basic breastfeeding mothers body position, the
position of the baby, as well the position of the baby’s mouth and breast.

The purpose of this study was to analyze whether there is a correlation the
relationship knowledge with on maternal breastfeeding technique to the new
mother’s has a child PHC Bahu Districts Malalayang. The study design used is
descriptive cross sectional analytical method and the sampling technique is total
sampling conducted at 30 study responden.

The collection of data obtained from the results of the distribution of


questionnaires, further data have been collected were processed using SPSS
version 16.0 and the test used is Chi Square test with Fisher’s Exact test was
found the value of p = 0,004 with significant α = 0,05 then the value Odd Ratio
(OR) = 15

The conclusion of this study there is a significant relationship between knowledge


mother’s with on maternal breastfeeding technique to the new mother’s has a
child PHC Bahu Districts Malalayang.

Keywords :Knowledge with breastfeeding technique to the new mother’s


has a child
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Berkat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Teknik Menyusui pada Ibu
Primipara” di Puskemas Bahu Kecamatan Malalayang.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini dengan tujuan untuk memenuhi syarat
mengikuti ujian akhir pada pendidikan program Diploma III Keperawatan di
Akademi Keperawatan Rumkit Tk. III Manado.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mengalami
hambatan, namun atas bantuan berbagai pihak berupa bimbingan, nasehat,
petunjuk maupun saran-saran sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Ketua Yayasan Wahana Bhakti Karya Husada yang telah memberi
kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan di Akademi
Keperawatan Rumkit Tk. III Manado.
2. Alfrit Sengka, SKM., M.M. selaku Direktur Akper Rumkit Tk. III Manado
yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
3. Silvia D. Mayasari Riu, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku Pembimbing I yang
senantiasa meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, masukan,
dan saran dalam teknik penulisan. Sehingga, penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
4. Max F. Wongkar, S.pd., S.Kep. Selaku Pembimbing II yang senantiasa
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, masukan, dan saran
dalam teknik penulisan. Sehingga, penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini.
5. Nova Y. Powa, S.Kep., Ns. selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan semangat, motivasi, dan nasehat kepada penulis.
6. Kepala Puskesmas Bahu Manado yang telah memberikan ijin kepada saya
dalam pengambilan data dan melakukan penelitian di Puskesmas Bahu
Manado.

i
7. Seluruh Staf Dosen dan Pegawai Akademi Keperawatan Rumkit Tk. III
Manado, yang telah banyak memberikan bimbingan dan nasehat serta
mendidik penulis selama mengikuti pendidikan dalam institusi.
8. Kedua orang tua tersayang, mama papa di Kotamobagu dan keluarga serta
kakak dan adik tersayang Eko Satrio, Al-Fhaki, Shintia Rahim, Randa
Rahim, Cici dan Cindry yang banyak membantu penulis memberikan
motivasi, nasehat dan mendoakan penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Studi di Akademi Keperawatan Rumkit Tk. III Manado.
9. Almamater Angkatan XII Dubels khususnya Keluarga Ningrat yang telah
membagi suka dan duka dalam mengikuti pendidikan di Akademi
Keperawatan Rumkit Tk. III Manado.
10. Adik-adik tingkat I dan II yang selalu memberikan motivasi, dukungan
serta semangat bagi penulis.
11. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, terima kasih atas motivasi serta doanya untuk penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dalam
masa mendatang. Akhirnya, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua sebagai bahan penambah pengetahuan dalam bidang
keperawatan.

Manado, Juli 2016


Penulis

Dwi Arpita

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Pengetahuan ............................................................... 5
B. Konsep Dasar Menyusui .................................................................. 11
C. Penelitian Terkait ............................................................................. 24

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL


A. Kerangka Konsep ............................................................................. 26
B. Hipotesis ........................................................................................... 26
C. Definisi operasional.......................................................................... 27

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis penelitian ................................................................................. 29
B. Lokasi dan waktu penelitian ............................................................ 29
C. Populasi dan sampel......................................................................... 29
D. Variabel penelitian ........................................................................... 30
E. Instrumen penelitian ........................................................................ 30
F. Teknik pengumpulan data ................................................................ 32
G. Jalannya penelitian ........................................................................... 32
H. Analisa data...................................................................................... 32
I. Pengelolahan data ............................................................................ 33
J. Etika penelitian ................................................................................ 34

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................... 35


A. Hasil Penelitian ............................................................................... 35
B. Karakteristik Responden ................................................................. 36
C. Analisa Univariat............................................................................. 38
D. Analisa Bivariat................................................................................ 39
E. Pembahasan ..................................................................................... 39

iii
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 43
B. Saran .................................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 45

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Definisi Operasional ............................................................................... 27


Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan umur di Puskesmas Bahu Kecamatan
Malalayang ............................................................................................................ 36
Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Puskesmas Bahu
Kecamatan Malalayang ......................................................................................... 37
Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan tingkat pekerjaan di Puskesmas Bahu
Kecamatan Malalayang ......................................................................................... 37
Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu primipara di
Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang ............................................................. 38
Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan teknik menyusui pada ibu primipara di
Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang ............................................................. 38
Tabel 7 Hubungan tingkat pengetahuan dengan teknik menyusui pada ibu
primipara ............................................................................................................... 39

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Anatomi payudara ................................................................................ 11


Gambar 2 Refleks Prolaktin .................................................................................. 15
Gambar 3 Refleks Oksitosin ................................................................................. 17
Gambar 4 Posisi ibu menyusui .............................................................................. 20
Gambar 5 Kerangka Konsep ................................................................................. 26

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi
ASI dimana bila teknik menyusui tidak benar, dapat menyebabkan puting
susu lecet sehingga ibu enggan menyusui bayinya. Sering kali ibu-ibu kurang
mendapatkan informasi tentang manfaat ASI dan tentang menyusui yang
benar, padahal menyusui merupakan suatu aktivitas yang bisa mendatangkan
kebahagiaan tersendiri bagi ibu, yang memang menjadi kodratnya (Khasanah,
2011).
ASI merupakan cairan yang mengandung nutrisi bermanfaat bagi bayi.
Pemberian ASI eksklusif berarti bayi hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai
usia enam bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh, air putih, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang,
papaya, bubur susu, biscuit, maupun bubur nasi. ASI juga mengandung zat
gizi lengkap seperti protein, energi, laktosa, natirum, kalsium, fosfor dan zat
besi. Pemberian ASI dengan cara menyusui merupakan awal yang sempurna
bagi bayi untuk memulai kehidupannya karena ASI mudah langsung tersedia,
tidak mahal, dan mudah dikonsumsi (Khasanah, 2011).
Bayi yang diberikan ASI selama enam bulan atau lebih memiliki
ketahanan hidup 33,3 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari
empat bulan, dan bayi yang disusui selama 4-5 bulan memiliki ketahanan
hidup 2,6 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari empat bulan.
Bayi yang tidak diberikan ASI akan meningkatkan terjadinya angka kematian
akibat penyakit infeksi, resiko obesitas, diabetes tipe 1 dan tipe 2, leukemia,
dan kematian bayi secara mendadak (Nurmiati, 2012).
Kemenkes RI (2012) mengungkapkan penyebab kematian bayi di
Indonesia, antara lain bayi berat lahir rendah 29%, asfiksia 27%, tetanus dan
infeksi 15%, masalah pemberian minum atau ASI 10%, masalah hematologi
6%, diare serta pneumonia 13% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Seorang ibu perlu adanya bimbingan dalam merawat bayi termasuk
dalam menyusui. Orang yang dapat membantunya adalah orang yang

1
berpengaruh besar dalam kehidupannya atau yang disegani, seperti suami,
keluarga/kerabat terdekat dan perlu dibina kelompok pendukung ASI
dilingkungan masyarakat yang dapat menjadi sarana pendukung ibu agar
dapat menyusui bayinya dengan baik dan dibantu oleh tenaga kesehatan, serta
diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik yang baik dan benar
terutama bagi ibu yang baru pertama kali mempunyai anak (Khasanah, 2011).
Ibu Primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak
hidup dan baru menjadi seorang ibu. Beberapa ibu primipara biasanya
mempunyai keinginan untuk melahirkan bayi yang bebas dari gangguan,
sehingga hal tersebut akan memotivasi ibu untuk mencari pengetahuan
banyak tentang perawatan maternal. Bagi ibu primipara berhenti menyusui
sangat berkaitan dengan pengalaman mereka sebagai ibu yang memiliki
pengetahuan kurang tentang dasar-dasar ASI, kurangnya keterampilan
menyusui, pengalaman awal yang menyakitkan ketika mereka tidak siap
untuk melakukan pengeluaran ASI (Smith, 2012)
Data survey WHO (World Health Organization) pada tahun 2009
terdapat 35,6% ibu gagal menyusui bayinya dan 20% diantaranya adalah ibu-
ibu di Negara berkembang.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa
pemberian ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan. Presentase bayi yang
menyusu eksklusif sampai 6 (enam) bulan hanya 15,3% (Badan Penilitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, 2010).
Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia tahun 2011, angka pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan di Indonesia sebesar 29,3% di pedesaan dan
25,2% di perkotaan Sedangkan, menurut data SDKI (Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia) tahun 2012, jumlah ibu menyusui yang memberikan
ASI eksklusif pada bayinya selama 6 (enam) bulan telah mencapai 42%
(Kemenkes RI, 2012).
Cakupan pemberian ASI eksklusif di Sulawesi Utara pada tahun 2012
menurut data Dinas Kesehatan Provinsi yaitu kota Manado hanya
mendapatkan presentase 9,59% yaitu presentase yang paling kecil
dibandingkan dengan target nasional yaitu 80%.
Berdasarkan Survey awal pada hari Senin 02 Mei 2016 didapatkan 105

2
orang ibu yang datang bersalin di Puskesmas Bahu sepanjang bulan Februari
– April 2016. Dari 105 orang ibu sekitar 90 orang ibu yang baru pertama kali
mempunyai anak. Dengan umur ≤ 25 tahun sebanyak 68 orang dan ≥ 26
tahun sebanyak 22 orang, dengan pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 54
orang dan pekerjaan swasta sebanyak 36 orang. Melalui wawancara pada 5
(lima) orang ibu yang berada diruangan masa nifas, 3 (tiga) orang ibu
diantaranya berumur ≤ 25 tahun masih belum mengetahui tentang teknik
menyusui yang baik dan benar dan kadang – kadang ibu hanya memberikan
susu formula saja jika ibu malas untuk menyusui bayinya dengan alasan ASI
tidak mau keluar, putting datar, dan payudara jika diraba terasa keras,
sedangkan 2 (dua) orang lainnya yang berumur ≥ 26 tahun belum mengetahui
tentang teknik menyusui yang baik dan benar tetapi sering menyusui bayinya
karena manfaat dari menyusui untuk memberikan ASI secara langsung
kepada bayinya, dengan memberikan ASI dapat membuat anaknya sehat
meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan anak, meningkatkan
kecerdasan, dan mengurangi biaya karena mengingat ekonomi yang kurang.
Dari hasil survey dan dari hasil data beberapa penelitian menunjukkan
presentase ibu dalam memberikan ASI eksklusif masih rendah, dikarenakan
dengan berbagai alasan, bahkan ada yang kurang tahu betapa pentingnya ASI
sejak dini kepada bayi terutama bagi ibu yang baru melahirkan anak
pertamanya. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian hubungan tingkat pengetahuan dengan teknik menyusui pada ibu
primipara.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah adalah:
“Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dengan teknik menyusui pada
ibu primipara ?”

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan Proposal Penelitian ini terbagi dua, adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Diketahui tingkat pengetahuan dengan teknik menyusui pada ibu

3
primipara.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui tingkat pengetahuan ibu primipara
b. Diketahui tentang teknik menyusui ibu primipara
c. Dianilisis hubungan tingkat pengetahuan dengan teknik menyusui
pada ibu primipara

D. Manfaat Penelitian
Manfaat Proposal Penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Puskesmas
Sebagai masukan bagi puskesmas agar dapat meningkatkan konseling
dalam melakukan teknik menyusui.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai sumber referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran
terutama yang berkaitan dengan pengetahuan dan teknik menyusui pada
ibu primipara.
3. Bagi Peneliti
Sebagai latihan dan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti
dalam menambah wawasan ilmu dibidang penelitian khususnya dalam
pengembangan ilmu dalam bidang keperawatan maternitas.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pengetahuan


1. Pengertian pengetahuan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengtahuan berasal dari kata “tahu”
yang berarti mengerti sesudah melihat, menyaksikan, atau mengalami.
Kemudian pendapat dari WHO bahwa pengetahuan diperoleh dari
pengalaman. Selain itu juga dari guru, orang tua, buku, dan media masa.
Pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek
tertentu. Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan juga diperoleh dari pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun
pengalaman orang lain, media masa, maupun lingkungan. Pengetahuan adalah
interaksi yang terus menerus antara individu dan lingkungan. Dengan
demikian pengetahuan adalah suatu proses bukan suatu barang. Pengetahuan
sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Notoadmojo, 2010).

2. Tingkat pengetahuan seseorang secara rinci terdiri dari enam tingkatan,


yaitu:
a. Tahu (knowledge)
Tahu adalah tingkat pengetahuan paling rendah yang diartikan
sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangasangan yang diterima. Pada tingkat ini seseorang hanya
mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah dipelajarinya,
contohnya istilah-istilah saja.
b. Paham (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

5
secara benar tentang objek yang benar dan dapat mengintepretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah memahami suatu objek
atau materi mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, meramalkan
objek yang dipelajari. Pada tingkat ini seseorang mengetahui secara
pokok yang dipelajarinya.
c. Penerapan (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi kondisi sebenarnya (real). Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metoda,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks situasi lainnya.
d. Analisa (analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menyebarkan materi objek
ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat
menggambarkan (membuat bagian), membedakan, memisahkan,
mengelempokkan dan sebagainya.
e. Sintesis
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk melakukan atau
menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk kseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
suatu formulasi baru dari informasi yang ada. Misalnya dapat
menyesuaikan dan sebagainya suatu teori atau rumusan-rumusan yang
telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-penilaian
itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Cara-cara Memperoleh Pengetahuan


a. Cara tradisional atau non ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh

6
kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau
metode penemuan secara sistematik dan logika. Cara-cara penemuan
pengetahuan pada periode ini antara lain :
1) Cara coba salah (trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan,
dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka akan dicoba
dengan kemungkinan yang lain.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Prinsip dari cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh yang mempunyai aktivitas terlebih dulu menguji
atau membuktikan kebenaran, baik berdasarkan fakta empiris
ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena
orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa
yang dikemukakannya adalah benar.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalah pada masa yang lalu.
Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi
dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dari
pengalaman dengan benar diperlukan berpikir kritis dan logis.
4) Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun
deduksi. Induksi adalah proses pembuatan kesimpulan itu melalui
pertanyaan-pertanyaan khusus ke umum. Deduksi adalah proses
pembuatan kesimpulan dari pernyataan umum ke khusus (Kholid,
2012).

7
b. Cara modern atau ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini
lebih sistematik, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung dan membuat
pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek
penelitiannya (Kholid, 2012).

4. Pengetahuan sebagai determinan terhadap perubahan perilaku


Faktor-faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk
dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor. Pada
realitasnya sulit dibedakan dalam menentukan perilaku karena dipengaruhi
oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosial budaya masyarakat,
dan sebagainya sehingga proses terbentuknya pengetahuan dan perilaku ini
dapat dipahami (Kholid, 2012).

5. Mitos dan Fakta terkait Ibu Menyusui


1) Mitos: Ibu yang putingnya belah tidak boleh menyusui karena jika
menyusui maka bayinya akan meninggal dunia.
Fakta: Puting belah sebagaimana bentuk puting yang lain tetap dapat
menyusui karena bayi tidak menyusu pada puting tetapi menyusu pada
payudara dengan mengikutsertakan areola. Sejauh ini belum ada laporan
ilmiah tentang adanya bayi yang meninggal setelah menyusu pada ibu
yang putingnya terbelah.
2) Mitos: Menyusui membuat payudara ibu menjadi kendur atau berubah
bentuk.
Fakta: Kehamilan serta usia ibulah yang merubah bentuk payudara,
bukan aktivitas menyusui.
3) Mitos: Seorang wanita yang telah melakukan operasi pada payudara tidak
dapat menyusui.
Fakta: Banyak ibu yang melakukan operasi pada payudara dan tetap
menyusui. Jika tindakan bedah tidak mempengaruhi kelenjar ASI, maka
ibu tetap bisa menyusui dengan baik sebagaimana ibu-ibu lain pada

8
umumnya yang belum pernah menjalani tindakan bedah pada payudara.
Jika Ibu harus menjalani prosedur bedah payudara, konsultasikan secara
lengkap ke dokter yang menanagani Ibu apakah prosedurnya tetap dapat
membuat Ibu menyusui di kemudian hari.
4) Mitos: Payudara sebelah kanan adalah nasi, payudara kiri adalah lauknya.
Jadi menyusu harus di kedua payudara agar lengkap makanan bagi si
bayi.
Payudara sebelah kanan adalah makan, payudara kiri adalah minumnya.
Jadi menyusu harus di kedua payudara agar lengkap makanan bagi si
bayi.
Fakta: Isi payudara kanan dan kiri sama saja, foremilk dan hindmilk.
Biarkan bayi menyusu pada satu payudara hingga “habis”, bila masih
kurang baru tawarkan payudara satunya agar dia mendapatkan foremilk
dan hindmilk yang seimbang.
5) Mitos: Ibu dengan ukuran payudara yang kecil tidak bisa memproduksi
ASI yang cukup untuk bayinya.
Fakta: Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan produksi.
Apapun ukuran payudara ibu, ASI akan selalu cukup untuk bayi jika
ibunya rajin menyusui/memerah dan selalu berpikir positif.
Besar/kecilnya payudara pada dasarnya tergantung dari jaringan lemak di
dalam payudara.
6) Mitos: Ibu yang putingnya berdarah tidak boleh menyusui.
Fakta: Meskipun darah yang kadang masuk ke ASI bisa membuat bayi
gumoh lebih banyak, atau darah dari luka di puting ibu bahkan mungkin
muncul dalam buang air besar si bayi, ini bukan alasan untuk berhenti
menyusui bayi. Puting susu yang sakit dan berdarah tidak lebih buruk
dari puting susu yang sakit dan tidak berdarah. Jika puting luka dan sakit
sekali, boleh diistirahatkan selama 1-2 hari dari proses menyusui
langsung dan selama itu ASI diperah dengan tangan sesering mungkin
dan ASIP diberikan dengan media selain dot. Jika luka membaik, silakan
menyusui kembali. Jangan lupa oleskan ASI pada puting untuk
mempercepat sembuhnya luka atau lecet. Perbaiki juga pelekatan

9
menyusui agar puting tidak mudah lecet.
7) Mitos: Wanita dengan puting datar atau terbenam tidak bisa menyusui.
Fakta: Bayi tidak menyusui pada puting susu, mereka menyusu pada
payudara. Meskipun mungkin lebih mudah bagi bayi untuk melekat pada
payudara dengan puting menonjol, puting tidak harus tetap keluar.
Sebuah awal yang tepat biasanya akan mencegah masalah menyusui dan
ibu dengan berbagai bentuk puting bisa menyusui dengan baik. Nipple
shield atau penyambung puting tidak dianjurkan karena walau
kelihatannya bisa menyelesaikan masalah, penggunaannya dapat
mengakibatkan proses menyusui yang buruk karena pelekatan yang tidak
tepat. Jika pelekatan tidak tepat, maka ASI yang diperoleh bayi juga tidak
akan optimal.
8) Mitos: Payudara yang “lembek” adalah payudara yang tidak ada ASInya.
Fakta: Payudara “lembek” adalah tanda pengeluaran ASI (baik menyusui
dan memerah) lancar. Payudara yang keras justru menandakan
pengeluaran ASI tidak lancar, apabila hal ini dibiarkan justru akan
mengganggu produksi ASI bahkan bisa menyebabkan radang payudara
(mastitis)
9) Mitos: Menyusui adalah perjuangan atau jihadnya seorang ibu, makanya
adalah normal jika proses menyusu menimbulkan rasa sakit dan ibu harus
menahan rasa sakitnya karena menyusui agar si bayi bisa tetap
mendapatkan ASI.
Fakta: Walaupun bukan sesuatu hal yang aneh jika pada hari-hari
pertama menyusui seorang ibu akan merasa sedikit kurang nyaman pada
payudaranya, tapi kondisi ini seharusnya hanya berlangsung selama
beberapa waktu saja, dan tidak boleh menjadi sedemikian parahnya
sehingga seorang ibu menjadi takut untuk menyusui bayinya. Rasa sakit
yang amat sangat pada puting ketika sedang menyusui menandakan
bahwa bayi belum sempurna pelekatannya. Sakit atau lecet pada puting
yang berlangsung selama lebih dari 3-4 hari tidak boleh diabaikan, harus
dicari tahu penyebabnya. Perbaiki pelekatan menyusui jika payudara
lecet. Jika payudara lecet terus terjadi meski pelekatan sudah diperbaiki,

10
segera bawa bayi ke dokter yang paham tentang tongue tie untuk melihat
jika ada kemungkinan si bayi mengalami tongue tie. Menyusui adalah
momen yang indah dan intim antara ibu dan bayi, sehingga prosesnyapun
harus bebas dari rasa sakit.

B. Konsep Dasar Menyusui


1. Pengertian Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil
dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks
menghisap untuk mendapatkan dan menelan air susu ibu.

2. Anatomi dan Fisiologis Payudara


Payudara wanita, disebut juga glandula mamaria, adalah alat reproduksi
tambahan. Setiap payudara terletak pada sisi sternum dan meluas setinggi
antara costa kedua dan keenam. Payudara terletak pada fascia superficialis
dinding rongga dada atas musculus paectoralis major dan dibuat stabil oleh
lamentum suspensorium. Masing-masing payudara berbentuk tonjolan
setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke
ketiak atau axilia (cauda axilaris spences). Ukuran payudara berbeda untuk
setiap individu bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak
jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada payudara
lain.

Gambar 1 Anatomi payudara

11
Anatomi payudara dibedakan menurut struktur mikroskopis dan
makroskopis. Struktur mikroskopis payudara terutama tersusun atas jaringan
kelenjar tetapi mengandung sejumlah jaringan lemak dan ditutupi kulit.
Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 lobus yang dipisahkan secara
sempurna satu sama lain lembaran jaringan fibrosa. Struktur dalamnya
dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau jeruk belah. Setiap lobus
merupakan suatu unit fungsional yang berisi dan tersusun atas bagian sebagai
berikut :
a. Alveoli yang terdiri dari sel kelenjar yang memproduksi air susu. Tiap
bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadi alveolus
yang semuanya merupakan satu kesatuan kelenjar. Tiap alveolus dilapisi
oleh sel-sel yang mensekresi air susu, disebut acini, yang mengekstraksi
faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Duktus
membentuk lobus, sedangkan duktulus dan alveolus membentuk lobules.
Sinus duktus dan alveolus dilapisi epitel otot (myoephitel) yang dapat
berkontraksi. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang membawa
zat gizi kepada sel kelenjar untuk diproses sintesa menjadi air susu.
b. Tubulus lactifer adalah salura kecil yang berhubungan dengan alveoli.
c. Ductus lactifer adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa
tubulus lactifer.
d. Ampulla adalah bagian dari duktus lactifer yang melebar, yang merupakan
tempat menyimpan air susu yang terletak dibawah areola. Terdapat 15-25
sinus latiferus. Selanjutnya saluran mengecil dan bermuara pada putting
(papilla mammae).
Vascularisasi ke payudara berasal dari arteria mammaria interna, arteria
mammaria externa, dan arteria-arteria intercostalis superior. Drainase vena
melalui pembuluh-pembuluh yang sesuai dan akan masuk ke dalam vena
mammaria interna dan vena axillaris dan sebagian akan dialirkan ke dalam
fissure portae hepar dan kelenjar mediatinum. Pembuluh limfatik dari masing-
masing payudara berhubungan satu sama lain. Fungsi payudara terutama
dikendalikan oleh aktivitas hormon kulitnya dipersarafi oleh cabang-cabang
nervus thoracalis. Juga terdapat sejumlah saraf simpatis, terutama disekitar
areola dan papilla mammae.

12
Struktur makroskopis payudara terdiri dari :
a. Cauda axillaris adalah jaringan payudara yang meluas ke arah axilla.
b. Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit longgar dan
mengalami pigmentasi dan masing-masing bergaris tengah kira-kira 2,5
cm. Areola berwarna merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih
gelap pada wanita yang berkulit cokelat, dan warna tersebut menjadi lebih
gelap pada waktu hamil. Di daerah areola ini terletak kira-kira 20 glandula
sebacea. Pada kehamilan areola ini membesar dan disebut tuberculum
Montgomery. Montmogery yang mengeluarkan cairan untuk membuat
puting susu lunak dan lentur.
c. Papilla mammae terletak dipusat areola mammae setinggi iga (costa) ke-4.
Papilla mammae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6
mm, tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan merupakan bagian yang
sangat peka. Permukaan papilla mammae berlubang-lubang berupa ostium
papilare kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer. Ductus lactifer
ini dilapisa oleh epitel.

3. Proses Laktasi
Laktasi adalah proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI. Proses
laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon-hormon yang
berperan adalah :
a. Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli
b. Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI lebih banyak.
Kadar estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk
beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui
menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat
mengurangi jumlah produksi ASI.
c. Follicle Stimulating Hormon (FSH)
d. Luteinizing Hormon (LH)
e. Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan
f. Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain
itu, pasca melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus disekitar

13
alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan
dalam proses turunnya susu let-down.
g. Human Placental Lactogen (HPL), sejak bulan kedua kehamilan, plasenta
mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara,
putting, dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam
kehamilan, payudara siap memproduksi ASI.

4. Fisiologi Laktasi
Air susu terbentuk melalui dua fase, yaitu fase sekresi dan fase
pengaliran. Pada fase sekresi, air susu disekresikan oleh kelenjar ke dalam
lumen alveoli. Pada fase kedua, air susu yang dihasilkan oleh kelenjar
dialirkan ke putting susu, setelah sebelumnya terkumpul dalam sinus. Selama
kehamilan berlangsung laktogenesis kemungkinan besar terkunci oleh
pengaruh progesteron pada sel kelenjar. Seusai partus, kadar hormone ini
menyusut drastic, memberi kesempatan prolaktin untuk bereaksi sehingga
mengimbas laktogenesis. Ibu yang menyusui memiliki dua refleks yang
masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu
refleks prolaktin dan refleks oksitisin/reflect let down.
a. Refleks Prolaktin
Menjelang akhir kehamilan, terutama hormon prolaktin memegang
peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas,
karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang
kadarnya masih tinggi. Setelah persalinan dan lepasnya plasenta serta
kurang berfungsinya korpus loteum, maka estrogen dan progesteron
sangat berkurang, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang
merangsang puting susu dan payudara, akan merangsang ujung-ujung
saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini
dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis dan mesensephalon.
Hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat
sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor
yang memacu sekresi prolaktin.
Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang
adenohipofise (hipofise anterior) sehingga keluar prolaktin. Hormon ini

14
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan menjadi normal tiga bulan
setelah melahirkan dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan
prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung. Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar
prolaktin akan menjadi normal pada minggu kedua dan ketiga. Pada ibu
yang menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan-keadaan :
stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi, rangsangan putting susu,
hubungan kelamin, dan obat-obat tranqulizer hipotalamus seperti
reseppin, klorpormazin, dan fenotiazid. Sedangkan keadaan-keadaan
yang menghambat pengeluaran prolaktin adalah gizi ibu yang buruk dan
obat-obatan seperti ergot dan 1-dopa.

Gambar 2 Refleks Prolaktin

b. Refleks Oksitosin/reflect let down


Bersamaan dengan pembentukan prolaktin adenohipofise, rangsangan
yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohipofise
(hipofise posterior) yang kemudian mengeluarkan oksitosin. Melalui aliran
darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat menimbulkan
kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut.
Oksitosin yang sampai pada alveoli akan memengaruhi sel mioepitelium.
Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah dibuat untuk
kemudian keluar dari alveoli dan masuk ke system duktulus yang untuk
selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan reflect let down adalah

15
melihat bayi, mendengar suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk
menyusui bayi. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat refleks let
down adalah stres, seperti keadaan bingung/pikiran kacau, takut, dan
cemas.
Bila terdapat stres pada ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu
blokade dari reflex let down. Hal ini disebabkan oleh karena adanya
pelepasan dari adrenalin (epinefrin) yang menyebabkan vasokontriksi dari
pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin sedikit harapannya untuk dapat
mencapai target organ miopitelium. Akibat dari tidak sempurnanya refleks
let down maka akan terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli yang
secara klinis tampak payudara membesar. Payudara yang besar dapat
mengakibatkan gagal menyusui, rasa sakit, dan dapat menimbulkan
peradangan yang dapat menyebabkan abses. Rasa sakit ini akan menjadi
stres bagi seorang ibu menyusui, sehingga stres yang ada kan bertambah.
Apabila reflect let down tidak sempurna, maka bayi yang haus jadi
tidak puas. Ketidakpuasan ini akan merupakan tambahan stres bagi ibunya.
Bayi yang haus dan tidak puas ini, akan berusaha untuk dapat air susu
yang cukup dengan cara menambah kuat isapannya sehingga tidak jarang
dapat menimbulkan luka-luka pada puting susu dan sudah pasti luka-luka
ini akan dirasakan sakit oleh ibunya yang juga akan menambah semakin
stres.
Bayi mempunyai tiga refleks intrinsik yang dibutuhkan dalam keberhasilan
menyusui :
1. Refleks mencari (rooting reflect)
Refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan
puting susu apabila diletakkan di payudara dan menempelkan pada
pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang
menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi
berputar menuju puting susu yang menempel kemudian diikuti dengan
membuka mulut sehingga puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.
2. Refleks menghisap
Refleks ini timbul apabila langit-langit bayi tersentuh biasanya
oleh puting susu, sedangkan teknik menyusui yang baik jika seluruh

16
areola payudara sedapat mungkin masuk semuanya ke dalam mulut
bayi, untuk itu agar puting mencapai bagian belakang palatum, maka
sebagian besar areola masuk mulut bayi. Dengan demikian maka sinus
lakteferus yang berada di bawah areola akan tertekan gusi, lidah dan
palatum sehingga ASI terperas keluar dengan maksimal. Tidak
dibenarkan bila rahang bayi hanya menekan puting susu saja, karena
bayi hanya dapat menghisap susu dalam jumlah sedikit, selain itu
dapat juga menimbulkan lecet pada puting susu ibu.
3. Refleks menelan
Refleks ini timbul jika air susu keluar dari putting yang kemudian
akan disusul dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-
otot pipi dan gusi dalam menekan areola sehingga pengeluaran air
susu akan bertambah. Selain itu, refleks ini juga dapat merangsang
pembentukan rahang bayi.

Gambar 3 Refleks Oksitosin

5. Manfaat ASI adalah :


a. ASI mempunyai suhu yang cocok untuk bayi.
b. ASI mengandung segala gizi yang dibutuhkan oleh bayi.
c. ASI tidak mengandung bakteri apapun.
d. ASI keluar dari tempat yang baik.
e. Kandungan ASI cocok dengan bayi sehingga tidak menyebabkan muntah
f. ASI tidak bersentuhan dengan udara sehingga ASI tidak mungkin basi
jika masih dalam tubuh ibu.
g. Ekonomis, karena tidak perlu membeli. Bagi ibu yang kondisi
ekonominya pas-passan tidak perlu pusing untuk memberikan susu bagi
anaknya.

17
6. Keuntungan Menyusui
a. Bagi Ibu
1) Aspek kesehatan ibu
Dapat mengurangi pendarahan post partum, mempercepat involusi
uterus dan mengurangi insidens karsinoma payudara.
2) Aspek psikologis
Mendekatkan hubungan ibu dan anak serta memberikan perasaan
diperlukan.
3) Aspek keluarga berencana
Menunda kembalinya kesuburan, sehingga dapat menjarangkan
kehamilan. Perlu diketahui bahwa frekuensi menyusui yang sering
baru mempunyai efek keluarga berencana.
b. Bagi keluarga
1) Hemat karena tidak perlu menyediakan dana untuk membeli susu
formula.
2) Bayi jarang sakit, bisa menghemat biaya pengobatan
3) Mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

7. Teknik Menyusui
Proses menyusui akan berjalan lancar jika ibu memiliki keterampilan
dalam menyusui, sehingga ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi
dengan efektif. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi
badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu. Posisi badan ibu saat
menyusui dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring.
Berikut adalah posisi menyusui yang benar :
a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
disinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.
b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu.
1) Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (kaki ibu tidak bergantung) dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

18
2) Bayi dipegang pada belakang bahu dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan
kepala bayi ditahan dengan telapak tangan).
3) Satu tangan bayi diletakkan pada badan ibu, dan satu didepan.
4) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi).
5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
a. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau areolanya
saja.
b. Bayi yang diberikan rangsangan untuk membuka mulut (rooting
reflect) dengan cara :
1) Menyentuh pipi bayi dengan puting susu atau
2) Menyentuh sisi mulut bayi
c. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
diletakkan ke payudara ibu dengan puting serta areolanya
dimasukkan ke mulut bayi.
1) Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut
bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan
lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat
penampungan ASI yang terletak di bawah areola.
2) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang
atau disangga lagi.
d. Melepas isapan bayi.
e. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada puting susu dan areola sekitar dan dibiarkan
kering dengan sendirinya untuk mengurangi rasa sakit.
Selanjutnya menyendawakan bayi, tujuannya adalah
mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah
(gumnoh) setalah menyusui.
Cara menyendawakan bayi :
1) Bayi dipegang tegak dengan bersandar pada bahu ibu

19
kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
2) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan.

Gambar 4 Posisi ibu menyusui

8. Masalah dalam pemberian ASI


ASI adalah makanan terbaik untuk bayi karena mengandung nutrisi
yang seimbang dan sempurna untuk bayi. ASI tidak atau jarang membuat
masalah pada kesehatan bayi, malah nutrisinya amat baik untuk bayi.
Umumnya pemberian ASI sudah diberikan sejak kelahiran bayi. Namun,
masalah bisa saja terjadi saat pemberian ASI (Suririnah, dr. dalam bukunya, Buku
Pintar Merawat bayi 0-12 bulan), berikut adalah beberapa masalah yang sering
dirasakan oleh ibu :
a. Payudara Bengkak
Umumnya terjadi pada beberapa hari pertama menyusui karena ASI
belum keluar dengan lancar, atau terjadi kemudian misalnya saat bayi
mulai tidur lebih lama di malam hari yang membuat payudara penuh,
bengkak, keras, dan tersa sakit.
Penangannya :
1) Lakukan pemberian ASI sesering mungkin.
2) Peras sedikit susu dari payudara agar lunak, sehingga bayi lebih
mudah menyusu. Bisa pula mandi air hangat atau kompres payudara
dengan kain hangat sebelum menyusui.

20
3) Berikan ASI kepada bayi pada payudara pertama sampai terasa lunak
dan nyaman sebelum memberikan payudara kedua. Birkan ASI pada
payudara kedua menetes ketika proses menyusui.
4) Jika si bayi sudah merasa cukup dengan ASI dari payudara pertama,
lalu menolak payudara kedua, jangan dipaksa. Keluarkan ASI
dengan perasan tangan atau pompa ASI lalu disimpan.
5) Usai menyusui, kompres payudara dengan handuk dingin untuk
mengurangi bengkak dan rasa keras.
b. Puting Susu Lecet
Lecet pada puting susu biasa terjadi karena posisi menyusui yang kurang
tepat, dan karena alasan lainnya.
Penangannya :
1) Kompres payudara dengan handuk yang sudah direndam air hangat
sebelum mulai menyusui.
2) Beri ASI pada payudara yang tak terlalu sakit lebih dulu.
3) Hentikan proses menyusui jika payudara terasa terlalu sakit. Jangan
menyusui langsung dari puting payudara selama 24 jam, tetapi tetap
keluarkan ASI menggunakan pompa lalu berikan ASI dalam botol
bayi. Setelah terasa lebih baik, berikan kembali ASI dengan waktu
pemberian yang dibatasi tetapi dengan frekuensi sering.
4) Jangan menarik bayi dari payudara secara langsung atau paksa. Bisa
dilakukan dengan membuka mulut bayi dengan menarik dagunya
menggunakan jari.
5) Jaga kebersihan daerah puting. Ganti bantalan penyerap ASI yang
basah sesering mungkin.
6) Oleskan beberapa tetes ASI ke putting payudara setiap selesai
menyusui dan biarkan kering di udara untuk mengurangi rasa sakit.
7) Gunakan bra dari bahan yang menyerap, ukuran sesuai, dang anti bra
bila tersa lembab atau basah.
8) Bila puting yang lecet terasa sakit berlebihan atau lama, segera
konsultasikan dengan dokter.

21
c. Radang Payudara atau Mastitis
Jika terdapat payudara bengkak, panas, kemerahan, dan disertai demam
tubuh, segera konsultasikan pada dokter. Ini bisa jadi merupakan radang
akibat infeksi yang menyebabkan pembengkakan payudara.
d. Kesalahan-kesalahan dalam menyusui
Kesalahan yang sering dilakukan ibu baru saat menyusui:
1) Berpisah dari bayi usai melahirkan
Perlu mengenal adanya program inisiasi menyusui dini, program ini
sedang gencar dilakukan untuk meningkatkan ikatan batin antara ibu
dan anak. Biasanya masih ada dokter atau perawat yang tidak begitu
mempedulikan program ini. Mereka akan langsung membawa bayi
ke kamar bayi sehingga si ibu tidak mempunyai kesempatan utnuk
melakukan bonding dengan bayinya. Kecuali, ada alasan medis
sehingga bayi langsung dipisahkan dari ibunya. Program inisiasi
menyusui dini akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
2) Menempel pada sisi yang salah
Mulut bayi harus terbuka lebar supaya tidak hanya mengisap bagian
putting tetapi juga areola payudara ibu. Jika bayi tidak menempel
dengan benar, bayi tidak akan mendapatkan seluruh air susu yang
diperlukannya, sementara ibu juga akan mengeluh putting terasa
nyeri.
3) Stres ketika sesi menyusui tidak berjalan lancer
Tidak semua ibu akan langsung mengeluarkan ASI inilah yang dapat
menyebabkan ibu sering stres dan resiko ibu tidak mau menyusui
bayinya. Dan disitu juga bayi akan merasa gelisah dan ibu harus
tetap tenang. Semakin ibu tenang, semakin mudah untuk
menenangkan bayinya.
4) Mencari posisi yang benar untuk menyusui
Seringkali posisi sering disepelehkan oleh setiap ibu padahal posisi
pada saat menyusui merupakan posisi yang dapat menguntungkan
bagi si ibu maupun bayi.
5) Tidak mendapatkan dukungan
Mungkin kerap mendengar cerita “horror” mengenai persalinan dan

22
menyusui. Jika selalu dikelilingi oleh pengaruh negatif, carilah
dukungan yang positif. Jika tidak memiliki teman atau keluarga yang
memiliki pengalaman menyusui yang baik, carilah komunitas ibu
baru AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia). Dukungan dari ibu
ke ibu akan sangat berarti ketika sudah membawa bayi pulang ke
rumah.
6) Membuat bayi mengikuti jadwal menyusui
Bayi punya kebutuhan, bukan keinginan. Artinya, bayi akan ingin
menyusu ketika lapar. Jadi tawarkan dulu ASI, karena menyusu
bukan masalah makaannya. Memberlakukan jadwa menyusu pada
bayi yang baru lahir itu seperti mencoba menggiring kucing. Tidak
akan sukses, hanya akan membuat ibu dan bayi stress.
7) Memberikan susu botol atau dot terlalu cepat
Pastikan memberikan ASI sudah berjalan baik sebelum
memperkenalkan bayi pada putting buatan seperti dot. Bila susu
botol diperkenalkan terlalu cepat, bayi akan melupakan proses
menyusui.
8) Berhenti menyusui karena harus bekerja lagi
Semua ibu pasti berat meninggalkan bayinya, biasanya ibu akan
lebih memompakan ASInya untuk diberikan kepada bayinya karena
harus melakukan aktivitas kembali yaitu bekerja.
9) Tidak percaya diri
Hal ini hanya akan menimbulkan pengalaman buruk, seperti ibu baru
yang gelisah dan kelelahan, serta bayi yang menangis terus tanpa
diketahui sebabnya.

23
10) Terlalu cepat menyapih
Ada ibu yang hanya bisa menyusui selama 2 bulan, ada pula yang
menyusui hingga bayinya berusia 3 tahun. Semua itu tergantung
pada ibu dan bayi. Berapa jumlah ASI, itu memberi manfaat untuk
ibu dan bayi.

C. Penelitian Terkait
1. Titan Ligita (2014) judul penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Primipara tentang Menyusui dengan Teknik Menyusui di klinik bersalin
mulia kubu raya Pontianak. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi
apakah pengetahuan dan teknik yang benar saat menyusui pada ibu
primipara. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan
rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 23
responden, pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling.
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 21 mei 2014 hingga 15 juni
2014. Hasil penelitian ini mengidentifikasi adanya hubungan antara
pengetahuan dengan sikap ibu primipara di klinik-klinik bersalin
kabupaten Kubu Raya dengan p value = 0,0044. Dalam penelitian ini
didapatkan kurangnya tingkat pengetahuan ibu primipara mengenai
teknik menyusui yang benar yang dapat mempengaruhi sikap ibu pada
saat menyusui. Banyak yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan
pengetahuan ibu yaitu memberikan promosi kesehatan tentang ASI,
manfaat ASI serta teknik yang benar saat menyusui.
2. Wiwit Sulistyowati (2013), menyusui merupakan pemberian makanan
pada bayi yang secara langsung dari payudara ibu sendiri. Judul
penelitian ini adalah teknik menyusui yang benar pada ibu primipara di
Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto. Penelitian
ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional.
Variabel yang diteliti adalah pengetahuan ibu primipara tentang
menyusui dengan teknik menyusui yang benar. Populasi berjumlah 30
ibu primipara dengan sampel sejumlah 30 ibu primipara yang diambil
dengan teknik total sampling. Penelitian ini dilakukan 16-17 juli 2013.
Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang telah diuji

24
validitas. Teknik analisa menggunakan spearman’s rank dan disajikan
dalam bentuk distribusi frekuensi.

25
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI
OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep atau kerangka pemikiran merupakan penjelasan
sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalah. Kerangka konsep
dapat berupa uraian kalimat, diagram atau permasalahan-permasalahan yang
langsung berkaitan dengan bidang ilmu yang diteliti.

Varibael independent
PENGETAHUAN

TAHU Variabel dependent


MEMAHAMI
APLIKASI

TEKNIK MENYUSUI
ANALISA

SINTESIS

EVALUASI

Gambar 5 Kerangka Konsep

B. Hipotesis
H1 : Ada hubungan pengetahuan ibu primipara dengan teknik menyusui.
H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan ibu primipara dengan teknik
menyusui.

26
C. Definisi operasional

Tabel 1. Definisi Operasional


No Variabel Definisi Parameter Alat ukur Hasil Skala
operasional Ukur
1. Variabel Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Baik: Ordinal
independent adalah yang diketahui Skor:
pengetahuan segenap apa ibu primipara ≥ 30
ibu primipara yang kita tentang teknik
ketahui menyusui.
tentang suatu Meliputi: Kurang
objek tertentu. a. definisi baik:
(Notoadmojo, b.manfaat Skor:
2010)
menyusui ≤ 29
c.teknik
menyusui yang
baik dan benar

Teknik
2. Variabel Kemampuan Kuesioner Baik: Ordinal
Menyusui
dependent ibu untuk Skor:
adalah proses
teknik melakukan ≥ 25
pemberian
menyusui teknik
susu kepada
menyusui
bayi atau anak
dengan benar:
kecil dengan
a. posisi dan Kurang
air susu ibu
perlekatan baik:
(ASI) dari
pada saat Skor:
payudara ibu.
menyusui ≤ 24
Bayi
b. langkah-
menggunakan
langkah
refleks
menyusui

27
menghisap yang benar.
untuk
mendapatkan
dan menelan
air susu ibu.
(Martalia, D.
2010)

28
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian yang bersifat cross


sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau
pengamatan pada saat bersama (sekali waktu) antara faktor resiko/paparan
dengan penyakit. Misalnya penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan
dengan teknik menyusui pada ibu primipara.

B. Lokasi dan waktu penelitian


Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bahu di ruangan bersalin
(ruangan masa nifas) dan dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang baru
mempunyai anak yang berada di Puskesmas Bahu Manado, berdasarkan
survey awal rata – rata adalah 30 orang ibu.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
total sampling yaitu keseluruhan dari jumlah populasi yang digunakan
untuk mengambil jumlah sampel.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang.
3. Responden dengan kriteria sampel :
a. Kriteria Inklusi
1) Ibu mampu berkomunikasi
2) Ibu yang baru mempunyai anak
3) Ibu yang menyetujui untuk menjadi responden
4) Ibu yang berumur ≤ 20 tahun dan ≥ 30 tahun
b. Kriteria eksklusi
1) Ibu yang tidak ada ditempat penelitian

29
2) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden
3) Ibu yang mempunyai anak lebih dari satu

D. Variabel penelitian

1. Variabel dependent : Teknik menyusui


2. Variabel independent : Pengetahuan ibu primipara

E. Instrumen penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegitan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Pembuatan instrumen
harus mengacu pada variabel penelitian definisi operasional dan skala
pengukurannya. (Sujarweni v. w., 2014)
Jenis instrumen penelitian yang digunakan yaitu Kusioner merupakan
alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau penyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab.
a. Kuesioner Pengetahuan
Pengetahuan terdiri atas 20 pertanyaan, dimana jawabannya terdiri atas 2
yaitu Benar (nilai 2) dan Salah (nilai 1). Responden diberikan pertanyaan
yang akan diukur dengan menggunakan skala Guttman. Skala Guttman
adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas).
Misalnya: Benar - Salah. Untuk mendapatkan kriteria digunakan
perhitungan sebagai berikut:
1) Menentukan penilaian terbesar dan terkecil
Jumlah Soal X nilai tertinggi : 20 x 2 = 40

Jumlah Soal X nilai terendah : 20 x 1 = 20


2) Menentukan nilai rentang (R)

Rentang = skor terbesar + skor terkecil


40 + 20 = 60

3) Menentukan nilai panjang kelas (i)

30
Rentang Kelas
Panjang kelas (i) =
Banyaknya Kelas

60
=7 = 30
2
Menentukan skor kategori
Kurang Baik = ≤ 29 (Dari jumlah pertanyaan, responden hanya benar
menjawab 0 – 9 pertanyaan).
Baik = ≥ 30 (Dari jumlah pertanyaan, responden hanya benar menjawab
10 – 20 pertanyaan).
b. Kuesioner teknik menyusui pada ibu primipara
Kuesioner teknik menyusui ini terdiri dari 12 pernyataan diisi oleh
responden diberikan pertanyaan yang akan diukur dan dikembangkan
menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban Tidak, Kadang-
kadang, Sering, Selalu dimana penilaian Tidak (nilai 1), Kadang-kadang
(nilai 2), Sering (nilai 3), dan Selalu (nilai 4).
Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut:
1) Menentukan penilaian terbesar dan terkecil
Jumlah soal X nilai tertinggi : 12 x 4 = 48
Jumlah soal X nilai terendah : 12 x 1 = 12
2) Menentukan nilai rentang (R)
Rentang = skor terbesar + skor terkecil
48 + 12 = 60
3) Menentukan nilai panjang kelas (i)

Rentang Kelas
Panjang kelas (i) =
Banyaknya Kelas

60 = 15
4

Menentukan skor kategori


Kurang Baik = ≤ 24 (Dari jumlah pertanyaan, responden hanya benar
menjawab 0 – 6 pertanyaan).
Baik = ≥ 25 ( Dari jumlah pertanyaan, responden hanya benar menjawab

31
7 – 12 pertanyaan).

F. Teknik pengumpulan data


Jenis pengumpulan data yang diambil dalam penelitian ini adalah data
primer, sesuai dengan jenis instrumen penelitian yang telah disiapkan. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dengan teknik
yaitu responden mengisi sendiri kuesioner yang merupakan alat ukur dalam
penelitian.

G. Jalannya penelitian
1) Tahap persiapan
a. Kegiatan yang dilakukan meliputi : surwey awal, pengajuan judul,
pembuatan proposal, serta konsultasi usulan proposal.
b. Dilakukan seminar proposal serta perbaikan proposal.
2) Tahap pelaksanaan
a. Mendapatkan surat ijin penelitian dari Akper Rumkit Tk. III Manado.
b. Melaporkan dan meminta ijin kepada kepala Puskesmas Bahu Manado
untuk mendapatkan persetujuan tempat penelitian.
c. Pengajuan surat permohonan untuk bersedia menjadi subjek penelitian
pada calon responden.
d. Pengumpulan data dengan membagikan kuesioner dan melakukan
wawancara pada responden.
e. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pemeriksaan tentang
kelengkapan data.
f. Kemudian untuk hasil pengumpulan data diolah dan disajikan dalam
bentuk hasil SPSS (Statistical Product and Service Solutions).
3) Tahap penyajian hasil
Melakukan konsultasi perbaikan karya tulis ilmiah.

H. Analisa data
a. Analisa univariat
Analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk mendefinisikan setiap variabel
secara terpisah dengan cara membuat tabel frekuensi dari masing-masing

32
variabel tersebut (Sujarweni v. w., 2014).
b. Analisa bivariat
Penelitian bivariat merupakan suatu analisa yang dilakukan lebih dari dua
variabel analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antara
variabel. Dua variabel diadu misalnya dengan mencari hubungan antara
variabel X1 dengan X2, mencari pengaruh antara variabel X terhadap Y,
mencari perbedaan antara variabel X dengan Z, dengan menggunakan uji
statistik yaitu uji chisquare (Sujarweni v. w., 2014).

I. Pengelolahan data
Prosedur pengelolahan data yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan kembali (editing), yaitu memeriksa data apa sudah seusai
dengan harapan serta memeriksa kelengkapan dan keseragaman data.
b. Pengkodean (koding), yaitu pemberian symbol serta menyederhanakan
data dengan pemberian kode. Kegunaan dari koding ini adalah untuk
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat
entry data.
c. Proses/entri data (processing), yaitu melakukan entri data dari kuesioner
kedalam master tabel.
d. Pembersihan data (cleaning), yaitu pengecekan kembali yang sudah
dientri apakah ada kesalahan atau tidak.
e. Skala Guttman
Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan
memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan : ya dan
tidak, setuju atau tidak setuju, benar dan salah. Guttman ini pada
umumnya dibuat seperti checklist dengan interprestasi penilaian, apabila
skor benar nilainya 2 dan apabila salah nilainya 1 dan analisisnya dapat
dilakukan seperti skala Likert (Hidayat, 2009).
f. Skala Likert
Skala ini merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu
gejala atau fenomena pendidikan. Skala likert dapat dibuat dalam bentuk
checklist. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert

33
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat
berupa kata-kata antara lain sangat baik, baik, ragu-ragu, tidak baik,
sangat tidak baik.

J. Etika penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya
rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan
permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini Puskesmas
Bahu Manado.
Setelah mendapatkan persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan
menekan pada etika penelitian yang meliputi :
1. Informed consent (persetujuan)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti
yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat
penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan
kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.
2. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

34
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran umum Puskesmas
Umumnya UPTD Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota
Manado dikenal oleh masyarakat sebagai pusat traning center (PTC) yang
sebelum pemekaran atau adanya otonomi daerah PTC tersebut dibawah
dinas kesehatan provinsi Sulawesi Utara.
Selanjutnya pada tahun 1985 Kota Manado mengadakan pemekaran
wilayah termasuk didalamnya dulu kecamatan manado utara menjadi
wilayah kecamatan molas yang membawahi dua puskesmas yaitu
puskesmas Tuminting dan puskesmas Kombos.
Dengan adanya perubahan otonomi daerah tersebut maka pusat
Training Center tersebut diserahkan ke pemerintah Kota Manado dan
selanjutnya proses pengalihan statusnya menjadi Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD), puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang berada diwilayah
Kecamatan Malalayang Kota Manado, dengan harapan
menjangkau/melayani kebutuhan masyarakat dalam rangka pelayanan
kesehatan khususnya wilayah Kecamatan Malalayang dan pada umumnya
warga masyarakat Kota Manado yang membutuhkannya.
a. Letak geografi
Puskesmas Bahu Manado mempunyai wilayah kerja yang terdiri dari 5
kelurahan, yaitu:
1) Kelurahan Bahu
2) Kelurarahan Batu Kota
3) Kelurahan Kleak
4) Kelurahan Winangun I
5) Kelurahan Winangun II
b. Batas wilayah kerja puskesmas Bahu, yaitu:
1) Sebelah utara : Kecamatan Sario dan Laut Manado
2) Sebelah selatan : Kecamatan Pineleng
3) Sebelah barat : Kelurahan Malalayang 1

35
4) Sebelah timur : Kecamatan Sario dan Kecamtan Pineleng
c. Ketenagaan
Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Bahu Kota Manado pada Tahun
2016 berjumlah 47 orang, diantaranya yaitu:
1) Dokter Spesialis :1
2) Dokter Umun :8
3) Dokter Gigi :1
4) Analisis :1
5) Apoteker :1
6) Asisten Apoteker :1
7) Perawat : 13
8) Bidan : 12
9) Perawat Gigi :4
10) Petugas Lainnya :5
d. Fasilitas di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang:
1) Unit Gawat Darurat
2) Rawat Inap Persalinan
3) Poli KIA/KB
4) Laboratorium
5) Apotek
6) Pusat Rabies
7) Ruang Imunisasi
8) Poli Umum

B. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
a. Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan umur di Puskesmas Bahu
Kecamatan Malalayang.

36
Umur Frekuensi Presentasi
(%)
15 – 20 4 13
21 – 25 19 63
26 – 30 5 17
31 – 35 2 7
Total 30 100
Sumber: Data Primer 2016
Tabel 2 menggambarkan sebagian besar responden penelitian pada
kelompok umur 21 – 25 tahun sebanyak 19 responden (63%), dan
yang paling kecil pada kelompok umur 31 – 35 tahun sebanyak 2
responden (7%) dari 30 responden penelitian.
2. Pendidikan Responden
a. Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di
Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang
Pendidikan Frekuensi Presentasi
(%)
SD 2 7
SMP 13 43
SMA 15 50
Total 30 100
Sumber: Data Primer 2016
Tabel 3 menggambarkan bahwa sebagian besar responden penelitian
dengan tingkat pendidikan SMA 15 sebanyak 15 responden (50%) dan
yang paling kecil tingkat pendidikan SD sebanyak 2 responden (7%)
dari 30 responden penelitian.
3. Pekerjaan Responden
a. Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas
Bahu Kecamatan Malalayang.
Pekerjaan Frekuensi Presentasi
(%)
IRT 15 50
SWASTA 11 37
PETANI 4 13
Total 30 100
Sumber: Data Primer 2016
Tabel 4 menggambarkan bahwa sebagian besar responden penelitian

37
dengan pekerjaan IRT sebanyak 18 responden (50%) dan paling kecil
pekerjaan Petani sebanyak 4 responden (13%) dari 30 responden
penelitian.

C. Analisa Univariat
1. Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu
primipara di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang. (n = 30)
Pengetahuan ibu Frekuensi Presentasi
(%)
Baik 21 70
Kurang baik 9 30
Total 30 100
Sumber: Data Primer 2016
Hasil penelitian Tabel 5 distribusi responden berdasarkan tingkat
pengetahuan ibu diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan tentang teknik menyusui yaitu sebanyak 21
responden (70%) dan yang masih kurang pengetahuan tentang teknik
menyusui yaitu sebanyak 9 responden (30%) dari 30 responden penelitian.
2. Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan teknik menyusui pada ibu
primipara di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang. (n = 30)
Teknik menyusui ibu Frekuensi Presentasi
primipara (%)
Baik 19 63,3
Kurang baik 11 36,7
Total 30 100
Sumber: Data Primer 2016
Hasil penelitian Tabel 6 distribusi responden berdasarkan teknik
menyusui ibu primipara diatas menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memiliki kemampuan tentang teknik menyusui yaitu sebanyak
19 responden (63,3%) dan yang masih kurang memiliki kemampuan
tentang teknik menyusui yaitu sebanyak 11 responden (36,7%) dari 30
responden penelitian.

38
D. Analisa Bivariat
Tabel 7 Hubungan tingkat pengetahuan dengan teknik menyusui pada ibu
primipara. 2016 (n = 30)
Teknik Menyusui
ibu primipara
Total
Pengetahuan Baik Kurang Baik
F % F % F %

Baik 17 56,7 4 13,3 21 70


Kurang Baik 2 6,7 7 23,3 9 30

Total 19 63,3 11 36,7 30 100


fisher exact (p) 0.004
Odd Ratio = 15
Sumber: Data Primer 2016
Hasil penelitian menunjukkan dari 21 responden (70%) dengan tingkat
pengetahuan baik terdapat 17 responden (56,7%) dengan teknik menyusui
baik dan 4 responden (13,3%) dengan teknik menyusui kurang baik.
Sedangkan dari 9 responden (30%) dengan tingkat pengetahuan kurang
baik terdapat 2 responden (6,7%) dengan teknik menyusui baik dan 7
responden (23,3%) dengan teknik menyusui kurang baik.
Setelah dilakukan uji statistik chi- square dengan (nilai α = 0,05)
didapatkan nilai p = 0,004 < 0,05 artinya H0 di tolak dan H1 di terima,
maka ada hubungan tingkat pengetahuan dengan teknik menyusui pada ibu
primipara di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang, dengan nilai OR =
15 yang artinya ibu berpeluang 15 kali untuk baik dalam melakukan teknik
menyusui.

E. Pembahasan
Pengambilan data dilakukan selama bulan Juni 2016 di Puskesmas Bahu
Kecamatan Malalayang, dan diperoleh 30 responden yang memenuhi kriteria
untuk dijadikan sampel yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan dengan teknik menyusui pada ibu primipara. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional
dimana semua data yang menyangkut variable bebas dan terikat

39
diobservasi/diukur satu kali pada waktu yng bersamaan.
Penelitian ini menggunakan uji statistik, yaitu uji Chi- Square with Fisher
Exact test didapati nilai P value = 0,004 dengan signifikan sebesar α = 0,05
nilai p value tersebut lebih kecil dari nilai signifikan sebesar (0,004 < 0,05)
dengan demikian H1 di terima, maka ada hubungan tingkat pengetahuan
dengan teknik menyusui pada ibu primipara di Puskesmas Bahu Kecamatan
Malalayang.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan, pengalaman diri sendiri
maupun pengalaman orang lain, media massa, maupun lingkungan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain terpenting bagi terbentuknya
tindakan seseorang. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali (recal) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
Ibu yang memiliki pengetahuan cenderung akan memberikan semua yang
cenderung baik pada bayinya, sesuai dengan teori perilaku yang mengatakan
bahwa perilaku seseorang terhadap sesuatu akan sesuai dengan tingkat
pemahaman terhadap sesuatu tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan
pendapat Muzaham (1995) yang dikutip dalam buku Wawan dan Dewi
(2010) yang menyatakan bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil
dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks
menghisap untuk mendapatkan dan menelan air susu ibu.
Proses menyusui akan berjalan lancar jika ibu memiliki keterampilan
dalam menyusui, sehingga ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi
dengan efektif. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi
badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu. Posisi badan ibu saat
menyusui dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Titan Ligita
(2014) judul penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Primipara tentang
Menyusui dengan Teknik Menyusui di klinik bersalin mulia kubu raya
Pontianak. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi apakah pengetahuan

40
dan teknik yang benar saat menyusui pada ibu primipara. Penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross
sectional. Jumlah sampel sebanyak 23 responden, pengambilan sampel
dengan teknik total sampling. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 21
mei 2014 hingga 15 juni 2014. Hasil penelitian ini mengidentifikasi adanya
hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu primipara di klinik-klinik
bersalin kabupaten Kubu Raya dengan p value = 0,0044. Dalam penelitian ini
didapatkan tingkat pengetahuan ibu primipara baik mengenai teknik
menyusui yang benar yang dapat mempengaruhi sikap ibu pada saat
menyusui. Banyak yang dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan
pengetahuan ibu yaitu memberikan promosi kesehatan tentang ASI, manfaat
ASI serta teknik yang benar saat menyusui.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi umur responden lebih
dominan pada skala ialah 21-25 tahun dengan 19 responden (63%) rata-rata
ibu yang memilki umur yang sudah cukup dapat memberi peluang untuk
meningkatkan kemampuan dalam melakukan teknik menyusui yang baik dan
benar. Menurut Marinki (2010) membuat kategori bahwa usia 22-30 tahun
sebagai usia produktif dalam melakukan sesuatu, dan usia 30-45 tahun
sebagai usia yang optimal dalam melakukan sesuatu. Berdasarkan pembagian
tersebut maka rata-rata usia ibu di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang
berada pada usia produktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi tingkat pendidikan lebih
dominan lulusan SMA 15 responden (50%) hasil analisis disimpulkan bahwa
tidak terlihat perbedaan yang bermakna dengan teknik menyusui pada ibu
primipara semua ibu dapat melakukan teknik menyusui tetapi harus
memerlukan kemampuan interpersonal dan teknik yang benar dimana hal
yang mendasari hal itu semua adalah pendidikan formal baik di tingkat SD,
SMP, SMA maupun perguruan tinggi karena semuanya memiliki fungsi
untuk menerapkan teknik menyusui yang baik dan benar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi pekerjaan responden
sebagian besar ibu dengan pekerjaan IRT 15 responden (50%) hasil analisis
disimpulkan bahwa ibu dengan pekerjaan IRT lebih sering bersama dengan
bayi/anaknya sehingga ibu lebih sering memberikan ASI eksklusif secara

41
langsung melalui teknik menyusui pada bayi/anaknya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan teknik menyusui pada ibu primipara di
Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang.

42
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di puskesmas Bahu
Kecamatan Malalayang dan telah diuji dengan menggunakan uji Chi Square,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Ibu primipara yang ada di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang
memiliki pengetahuan sebagian besar baik.
2. Ibu primipara yang ada di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang
memilki teknik menyusui sebagian besar baik
3. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan teknik menyusui pada ibu
primipara di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang, dimana nilai
signifikannya nilai α = 0,05 atau 0,004 < 0,05 sehingga dapat dikatakan
ada hubungan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas makasaran yang dapat
diberikan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Bagi Puskesmas
Diharapkan bagi petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Bahu Manado
seperti dokter, bidan, perawat ataupun petugas kesehatan lainnya lebih
meningkatkan penyuluhan atau sosialisasi pada ibu-ibu terutama ibu
primipara tentang pentingnya menyusui dengan teknik menyusui yang baik
dan benar.
2. Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini bagi institusi dan pendidikan keperawatan
dapat menjadi landasan dalam mengembangkan program kurikulum
pendidikan keperawatan terkait dengan mata ajar keperawatan maternitas
dan dapat mengembangkan kompetensi pembelajaran pada mahasiswa
mengenai pengetahuan dengan teknik menyusui pada ibu primipara.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi bahan referensi dan

43
pertimbangan serta perlu adanya penelitian lanjutan secara mendalam
tentang pemberian ASI melalui teknik menyusui yang baik dan benar
karena perilaku yang melekat pada ibu berpengaruh pada pemberian ASI
eksklusif.

44
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data.


Jakarta: salemba medika.

Khasanah, (2011). Asuhan kebidanan masa nifas. Maternitas, 2-3. Yogyakarta:


Pustaka Rihama

Kholid, A. (2012). Promosi Kesehatan. Jakarta: Rajagravindo Persada.

Nurmiati, (2012). Asuhan kebidanan post partum. 2-3. Yogyakarta: Pustaka


Rihama.

Smith, dkk. (2012). Ibu Primipara. 4-5. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sujarweni, V. W. (2014). Metodologi penelitian keperawatan.Yogyakarta: GAVA


MEDIA.

Notoadmodjo. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: GAVA MEDIA.

Sujarweni, W. (2015). Statistik untuk kesehatan. Yogyakarta: GAVA MEDIA.

Nursalam. (2009). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Martalia, D. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:


Pustaka Belajar

Sitti, N. dkk. 2013. Teknik Menyusui. 35-36. Bandung: Refika Aditama

http://www.scribd.com/doc/107495793/hubungan-pengetahuan-dengan-teknik-
menyusui-pada-ibu-diruang-masa-nifas-rsud-cib, diakses tanggal 15
November 2015.

http://www.pengertian.com.diakses tanggal 15 November 2015.

Titan, L (2014). Hubungan pengetahuan dengan teknik menyusui yang baik dan
benar pada ibu primipara di puskesmas Kubu Raya Pontianak.
http://repository.usu.ac.id/bitsterm/123456789/6657/9cover.pdf. diakses
tanggal 15 November 2015.

Wiwit, S (2013). Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang menyusui dengan


teknik menyusui di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten
Mojokerto.
http://lontar.ui.ac/file?=digital/20281714T%20mazyl%20wiwit.pdf

45
INFORMED CONSENT
(Penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian)

Kepada Yth
Ibu/Sdri ……………………….
di –
Tempat
Bapak/ibu yang saya hormati
Saya mahasiswa program studi D-III di Akper Rumkit Tk III Manado yang
sementara ini dalam proses penyelesaian tugas akhir dan akan melakukan
penelitian. Olehnya, mohon kiranya kesediaan ibu/sdri agar bisa menjadi subjek
dalam penelitian yang akan saya lakukan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan dengan teknik menyusui pada ibu primipara di Puskesmas Bahu
kecamatan Malalayang.
Partisipasi dalam penelitian dan atau informasi yang didapat tidak akan
digunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan ibu/sdri. Keseharian identitas
ibu/sdri akan dijamin, dalam laporan hanya akan ditulis kode nomor saja.
Saya sangat menghargai kesediaan ibu/sdri untuk meluangkan waktu
membaca dan memahami maksud dan tujuan penelitian ini dengan harapan
ibu/sdri bersedia menjadi responden, semoga dapat bermanfaat.

Manado, Juni 2016


Peneliti

Dwi Arpita
Nim : 1301982

46
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Penelitian Yang Berjudul :


HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TEKNIK
MENYUSUI PADA IBU PRIMIPARA DI PUSKESMAS BAHU
KECAMATAN MALALAYANG

OLEH :
Dwi Arpita
Nim . 12301982

Setelah mendapatkan penjelasan maksud dan tujuan dari penelitian adalah


untuk pengembangan ilmu pengetahuan, maka :
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, atas nama saya sendiri menyatakan
setuju dan bersedia ikut berpartisipasi sebagai responden penelitian.
Tanda tangan di bawah ini menunjukkan bahwa saya telah diberi penjelasan
dan menyatakan setuju dan bersedia menjadi responden.

Manado, Juni 2016

Peneliti Responden

( Dwi Arpita )

47
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TEKNIK
MENYUSUI PADA IBU PRIMIPARA DI PUSKESMAS BAHU
KECAMATAN MALALAYANG
Hari/tanggal pengisian :
No. Responden :
A. Identitas Umum
1. Nama (inisial) :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
B. Kuesioner
1. Pengetahuan ibu tentang menyusui
Bacalah setiap pernyataan dibawah ini dengan seksama dan isilah
pernyataan-pernyataan tersebut dengan tanda checklist (√) pada kolom
BENAR atau SALAH sesuai pendapat anda.

No. PERNYATAAN Benar Salah

1. Menyusui merupakan cara memberikan air susu ibu (ASI) pada


bayi yang berasal dari payudara
2. ASI eksklusif yang diberikan pada bayi biasa saja diberikan
selama 6 bulan atau lebih tanpa diberikan makanan tambahan
lainnya.
3. ASI memiliki kandungan zat gizi yang sangat lengkap untuk
memenuhi pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi
sampai usia 6 bulan atau lebih.
4. Ibu yang sering menyusui mengurangi kemungkinan kanker
payudara dan mengurangi kemungkinan terjadi masalah-masalah
yang sering terjadi di payudara.
5. Cara memberikan rangsangan pada bayi pada saat menyusui yaitu
dengan cara menyentuh pipi atau mulut bayi dengan putting susu.
6. Bayi yang diberikan ASI selalu tampak tidak kenyang dan sulit
tidur, sehingga perlu diberi susu formula.
7. ASI yang pertama keluar setelah bayi lahir itu adalah ASI basi
karena warnanya kuning, jadi harus dibuang.

48
8. Bayi yang diberikan ASI tidak bisa gemuk. Jika ingin bayinya
gemuk, berikanlah susu formula.
9. Menyusui hingga anak berusia di atas dua tahun membuat anak
menjadi manja dan tidak mandiri.
10. Menyusui tidak boleh dilakukan sambil berbaring, karena dapat
mengakibatkan bayinya tersedak.
11. Membersihkan/mencuci puting malah akan menghilangkan
minyak-minyak alami yang melindungi puting dari resiko lecet
karena puting kering.
12. Bayi yang diberikan ASI membutuhkan tambahan cairan air putih
ketika cuaca sedang panas.
13. Tidak ada yang disebut sebagai alergi ASI. Yang ada adalah bayi
yang alergi makanan yang dikonsumsi ibunya pada masa
menyusui, sehingga muncul reaksi alergi pada bayi.
14. Dengan mengolesi bagian putting susu dengan ASI mempunyai
manfaat sebagai disinfektan (terhindar dari kuman) dan menjaga
kelembapan puting susu.
15. Ibu menyusui boleh mengkonsumsi sumber-sumber protein seperti
ikan, daging, dan telur selama si bayi tidak menunjukkan ciri-ciri
alergi.
16. Posisi badan ibu saat menyusui dapat posisi duduk, posisi tidur
terlentang, atau posisi tidur miring.
17. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting susu dan areola sekitarnya.
18. Payudara “lembek” adalah tanda pengeluaran ASI (baik menyusui
dan memerah) lancar. Payudara yang keras justru menandakan
pengeluaran ASI tidak lancar,
19. Ibu yang sudah haid tetap menghasilkan ASI yang berkualitas
untuk bayinya.
20. Jika ASI belum atau tidak lancar di hari-hari pertama setelah
melahirkan dapat digantikan dengan susu formula.
Skor
Kategori

49
2. Teknik Menyusui pada Ibu Primipara
Bacalah setiap pernyataan di bawah ini dengan seksama dan isilah pernyataan-
pernyataan tersebut dengan tanda checklist (√) pada kolom T (tidak pernah),
KK (kadang-kadang), SR (sering), S (selalu) sesuai dengan pendapat anda.

PERNYATAAN T KK SR S
No.
1. Ibu mencuci tangan sebelum kontak dengan bayinya
2. Posisi badan ibu saat menyusui dapat posisi duduk,
posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring.
3 Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya.

4. Ibu duduk menggunakan kursi yang rendah (kaki ibu


tidak bergantung) dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi.

5. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap


payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).

6. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang


lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu
atau areolanya saja.
7. Ibu memberikan rangsangan pada bayi dengan
menyentuh pipi bayi dengan puting susu atau
menyentuh sisi mulut bayi.
8. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
diletakkan ke payudara ibu.
9. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam
mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah
langit-langit dan lidah bayi.
10. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitar.
11. Ibu menyendawakan bayi dengan Bayi dipegang tegak
dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
12. Ibu mencuci tangan setelah kontak dengan bayi.
Skor
Kategori

50
Judul Penelitian:
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TEKNIK
MENYUSUI PADA IBU PRIMIPARA DI PUSKESMAS BAHU
KECAMATAN MALALAYANG

MASTER TABEL

No. Responden Umur Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Teknik


Menyusui
1 R01 25 3 3 1 2
2 R02 22 3 2 2 2
3 R03 24 2 2 2 2
4 R04 21 3 2 2 2
5 R05 22 2 1 1 1
6 R06 19 2 1 1 1
7 R07 33 1 1 2 1
8 R08 23 2 2 1 1
9 R09 26 1 1 2 1
10 R10 31 2 1 1 1
11 R11 22 3 3 1 2
12 R12 21 3 1 1 2
13 R13 23 2 1 1 1
14 R14 25 3 2 1 1
15 R15 32 2 1 2 2
16 R16 26 3 3 1 2
17 R17 24 2 2 2 2
18 R18 21 2 1 1 1
19 R19 19 3 1 1 1
20 R20 25 3 3 1 1
21 R21 20 3 1 1 1
22 R22 26 3 2 1 1
23 R23 20 2 1 2 2

51
24 R24 21 3 2 1 1
25 R25 23 3 1 1 1
26 R26 27 3 1 1 1
27 R27 23 2 2 1 1
28 R28 22 2 1 1 1
29 R29 25 3 2 2 2
30 R30 29 2 2 1 1

Keterangan:
Pendidikan : SD (1) Pekerjaan : IRT (1)
SWASTA (2) SMP (2)
PETANI (3) SMA (3)

Tingkat Pengetahuan : Baik (1) Teknik Menyusui : Baik (1)


Kurang Baik (2) Kurang Baik (2)

52
OUTPUT ANALISIS STATISTIK
crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengetahun ibu * teknik


menyusui 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

pengetahun ibu * teknik menyusui Crosstabulation

teknik menyusui

baik kurang baik Total

pengetahun ibu baik Count


17 4 21

Expected Count 13.3 7.7 21.0

% of Total 56.7% 13.3% 70.0%

kurang baik Count 2 7 9

Expected Count 5.7 3.3 9.0

% of Total 6.7% 23.3% 30.0%

Total Count
19 11 30

Expected Count 19.0 11.0 30.0

% of Total 63.3% 36.7% 100.0%

53
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 9.357a 1 .002

Continuity Correctionb 6.999 1 .008

Likelihood Ratio 9.444 1 .002

Fisher's Exact Test .004 .004

Linear-by-Linear
9.046 1 .003
Association

N of Valid Casesb 30

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,30.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for pengetahun ibu


(baik / kurang baik) 14.875 2.198 100.656

For cohort teknik menyusui = baik


3.643 1.054 12.585

For cohort teknik menyusui =


kurang baik .245 .095 .632

N of Valid Cases
30

54
RIWAYAT HIDUP

A. BIODATA
Nama : Dwi Arpita
Nim : 1301982
Tempat Tanggal Lahir : Purworejo, 27 Agustus 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Desa Liberia Timur, Kecamatan Modayang,
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Kota Kotamobagu.

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tamat Taman Kanak-Kanak Kompi Senapan C : Lulus Tahun 2001
2. Tamat SD Negeri 2 Kotamobagu : Lulus Tahun 2007
3. Tamat SMP Negeri 1 Kotamobagu : Lulus Tahun 2010
4. Tamat SMA Terpadu Wira Bhakti Gorontalo : Lulus Tahun 2013
5. Masuk program studi AKPER Rumkit Tk. III Manado tahun 2013.

55
56

Anda mungkin juga menyukai