Anda di halaman 1dari 72

KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI IBU HAMIL DALAM

PERSIAPAN PERSALINAN DI DESA PERKEBUNAN AJAMU


KABUPATEN LABUHAN BATU SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi


Untuk memperoleh gelar Sarjana (S.Sos) dalam
Bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi

INDRIANI
140709040

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Indriani. 2018 “KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI IBU HAMIL


DALAM PERSIAPAN PERSALINAN DI DESA PERKEBUNAN
AJAMU KABUPATEN LABUHAN BATU SUMATERA UTARA”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan literasi informasi
ibu hamil dalam persiapan persalinan di kecamatan panai hulu dan untuk
mengetahui cara ibu hamil memperoleh informasi untuk memenuhi kebutuhan
informasi mengenai persiapan persalinan. Ada tiga aspek dalam ruang lingkup
penelitian yaitu kemampuan literasi informasi ibu hamil dengan menggunakan
model literasi Health Literacy yang meliputi literasi kesehatan fungsional
(Functional Health Literacy), Literasi Kesehatan Interaktif (Interactive Health
Literacy),dan Literasi Kesehatan Kritis (Critical Health Literacy).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Informan dalam penelitian ini adalah 10 orang ibu hamil yang terdiri dari ibu
hamil 5 bulan berjumlah 2 0rang, ibu hamil 6 bulan berjumlah 2 0rang, ibu hamil
7 bulan berjumlah 2 orang, ibu hamil 8 bulan berjumlah 2 orang, dan ibu hamil 9
bulan 2 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada model literasi kesehatan
fungsional (fungtional health literacy), menunjukan bahwa terdapat beberapa ibu
hamil yang menyatakan bahwa dia mulai tertarik dengan informasi seputar
parenting dan kehamilan berawal dari keingintahuan dia apakah ada informasi
mengenai kehamilan di facebook dan instagram, dan juga ibu hamil yang mulai
tertarik dengan informasi kehamilan melalui petugas kesehatan di posyandu. Pada
model literasi kesehatan interaktif (Interactive Health Literacy). Menunjukkan
bahwa banyak dari ibu hamil memilih mencari informasi ke bidan dan dokter pada
saat mereka mengalami keluhan pada kehamilannya. Sehingga informan merasa
aman ketika terjadi keluhan, karena tim medis yang lebih tahu penanganannya
yang tepat. Pada model literasi kesehatan kritis (Critical Health Literacy),
menunjukan bahwa sebagian besar ibu-ibu hamil mengaku bahwa mereka
mengikuti forum ibu hamil hamil. Kerena kelas ibu hamil ini sangat penting
bertujuan agar ibu hamil tahu akan kehamilannya dan tahu tentang bahaya-bahaya
kehamilan sehingga ibu akan melahirkan dengan selamat sampai pada masa nifas.

Kata Kunci: Literasi Informasi, Kemampuan Literasi Informasi, Health


Literacy.

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim, Alhamdulillah, Bersyukur pada Alah SWT,

Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Kemampuan Literasi

Informasi Ibu Hamil Dalam Persiapan persalinan Di Desa Perkebunan Ajamu

Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara”, dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya.

Skripsi ini telah berhasil diselesaikan atas dukungan dari berbagai pihak,

bermula dari mendiskusikan masalah, pencarian sumber informasi, pengumpulan

data, hingga akhirnya pengolahan data. Terimakasih yang tak terhingga kepada

keluarga tercinta, yang telah memberi dukungan baik mental, material maupun

moral, hingga Peneliti berhasil menyelesaikan pendidikan ini, dan InsyaAllah

akan terus berjuang hingga di masa yang akan datang, terkhusus untuk Ayahanda

tercinta Sumarjo dan Ibunda tercinta Manisem, yang terus mendoakan dan

memberikan dukungan serta semangat yang tiada hentinya, Dalam kesempatan

ini, peneliti juga berterimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Ishak, SS., M.Hum selaku Ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan dan

Informasi Universitas Sumatera Utara.

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Ibu Laila Hadri Nasution S.Sos., M.P selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Perpustakaan dan Informasi Universitas Sumatera Utara sekaligus pembimbing

saya.

4. Bapak Drs. Belling Siregar, S.S,M.Lib selaku Dosen Penguji I dan ibu Dra.Eva

Rabita , M.Hum selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberi masukan

sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Universitas Sumatera Utara yang telah mengajrakan ilmunya selama empat

tahun.

6. Kepada Kepala Puskesmas dan Bidan di Teluk Sentosa Kecamatan Panai Hulu,

yang telah banyak membantu dalam memberikan data dan informasi yang

dibutuhkan peneliti dalam penulisan skripsi ini.

7. Kepada kakak tercinta Yayuk Ruliah, A.md dan abang ipar Agus salim Siregar,

S. Pd yang selalu memberi semngat dari awal kuliah sampai saat ini.

8. Kepada kekasih tersayang Prada Kurnia Setiawan yang selalu memberikan

dukungan moril serta doa agar penelitian ini terselesaikan dengan lancar.

9. Para sahabat di “No Munafik (Dian ramadhani harahap, Nur Sa‟adah, Tasya

nurlaillah, sahril efendi Sitorus)” yang setia memahami segala kekuranganku,

yang telah banyak membantu dalam skripsi ini, yang selalu memberi semangat,

dan sama-sama berjuang dalam keadaan susah maupun senang.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10. Para Sahabat (Yeni Sari, S.Farm, Aila khafsa khanis A.md, lis Ariana, Nurul

Qomaria, Ernawati, Eko Suwetno, wari ramadhani, dan Awi yang selalu

memberi semangat, dan motivasi kepada penulis selama proses pengerjan

penelitian ini.

11.Kepada kakak yang dulu pernah tinggal bersama di asrama puteri USU Riska

Yanti, S.KM yang selalu mendo‟akan dan memberi semangat kepada peneliti

agar penelitian ini terselesaikan dengan lancar.

12.Buat teman-teman stambuk 2014 Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas

Sumatera Utara.

Akhir kata, peneliti mengucapkan mohon maaf dan terima kasih banyak. Dan

Peneliti juga menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh

karena itu peneliti sangat menerima kritik dan saran agar skripsi ini menjadi lebih

baik dan dapat bermanfaat bagi orang lain.

Medan, Oktober 2018

Peneliti,

INDRIANI
140709O40

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Abstrak ......................................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................ ii
Daftar Isi ...................................................................................................... v
Daftar Tabel ................................................................................................. vii
Lampiran ..................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................


2.1 Literasi Informasi .................................................................................. 6
2.1.1 Pengertian Literasi Informasi ........................................... 6
2.1.2 Manfaat Literasi Informasi ............................................... 7
2.1.3 Tujuan Literasi Informasi ................................................. 8
2.1.4 Jenis Literasi Informasi ................................................... 9
2.2 Literasi Kesehatan (Health Literacy) .................................................... 10
2.2.1 Literasi Kesehatan Fungsional (Funtional Health Literacy) 12
2.2.2 Literasi Kesehatan Interaktif (Interactive Health Literacy) 13
2.2.2 Literasi Kesehatan Kritis (Critical Health Literacy) ................. 14
2.3 Health Literacy Dalam Persiapan Persalinan ....................................... 15
2.4 Penelitian sebelumnya .......................................................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................


3.1 Metode Penelitian .................................................................................. 20
3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................... 20
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 20
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 21
3.5 Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 22
3.6 Analisis Data .......................................................................................... 24
3.7 Keabsahan Data...................................................................................... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................


4.1 Profil Informan ........................................................................................ 27
4.2 Kategori .................................................................................................. 28
4.2.1 Literasi Kesehatan Fungsional (Functional Health Literacy) ....... 29
4.2.2 Literasi Kesehatan Interaktif (Interactive Health Literacy) ......... 31
4.2.3 Literasi Kesehatan Kritis (Critical Health Literacy) ................... 33
4.3 Rangkuman Hasil Penelitian .................................................................. 37

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 39
5.2 Saran ....................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 41


LAMPIRAN ................................................................................................. 42

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Identifikasi Informan .................................................................... 23
Tabel 4.1 Daftar Informan ............................................................................ 27
Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Penelitian ........................................................ 37

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pedoman Wawancara .............................................................. 42
Lampiran 2. Transkip Wawancara ............................................................... 44

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Informasi merupakan data yang telah diproses menjadi bentuk yang

memiliki arti bagi penerima yang dapat berupa fakta dan suatu nilai yang

bermanfaat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memudahkan

akses dan perolehan informasi dengan cepat pula. Namun, tidak pula semua

informasi yang tersedia teruji validitasnya. Sebelum menggunakan informasi yang

diperoleh, seseorang perlu menguji apakah informasi itu dapat dipertanggung

jawabkan kebenarannya agar keputusan yang dibuatnya benar. Ada juga yang

mendefinisikan informasi sebagai sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya.

Informasi yang tersedia saat ini sangat beragam dan tidak terbatas

jumlahnya sehingga mencari informasi bukanlah sesuatu yang sulit untuk

dilakukan. Informasi dapat ditemukan dari berbagai saranan yang meliputi: buku,

jurnal, koran, internet, audiovisual, tenaga ahli, organisasi, dan lainnya. Informasi

yang hanya dirasakan, didengar dan dilihat susah diolah karena akan menjurus

kepada jenis informasi lisan. Setiap informasi memiliki fungsi dan manfaat yang

berbeda karena hampir semua orang membutuhkan informasi walau sekecil

apapun kebutuhan tersebut.

Menurut Taylor (2004, 3) menyatakan bahwa, “informasi the

communication or reception of knowledge”. Informasi merupakan pengetahuan

yang diterima dalam proses komunikasi.” Sedangkan Menurut Permanasari

(2007) bahwa, “literasi informasi adalah serangkaian kemampuan untuk

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menyadari kebutuhan informasi dan kapan informasi diperlukan, mengidentifikasi

dan menemukan lokasi informasi yang diperlukan, memanfaatkannya secara

efektif, lega, dan etis, serta mengkomunikasikannya. Dengan demikian literasi

informasi adalah suatu kemampuan untuk belajar terus menerus secara mandiri

dan untuk berkomunikasi.

Memiliki informasi yang tepat dapat menjadikan nilai tambah tersendiri

dalam menyelesaikan berbagai macam tugas dan permasalahan. Informasi yang

tepat diwaktu yang tepat, dapat menjadikan kekuatan tersendiri dalam mengambil

keputusan yang tepat untuk bertindak. Salah satu contoh kasus kurangnya

kemampuan literasi informasi pada seseorang, dikutip dari permasalahan dalam

online journal : Health Affairs (2003, 147) bahwa, seorang anak berumur dua

tahun didiagnosis menderita infeksi telinga dan diresepkan antibiotik. Ibunya

memahami bahwa anaknya memiliki infeksi telinga dan tahu dia harus mengambil

obat yang diresepkan dua kali sehari. Setelah melihat label pada botol dan ia

memutuskan untuk tidak melihat bagaimana seharusnya obat itu digunakan, dia

akhirnya mengisi sendok teh dan menuangkan antibiotik ke telinga putrinya.

Padahal dalam antibiotik tersebut dijelaskan hanya untuk meminum obat tersebut

kepada anaknya. Dilihat dari kasus tersebut sangat besar resikonya apabila

seseorang tidak memiliki kemampuan maternal literacy dalam bidang kesehatan

yang cukup. Sehingga dalam penanganan kesehatan atau penyakit pun dapat

terjadi kesalahan yang amat fatal. Orang yang memiliki kemampuan literasi

informasi akan lebih siap dalam menghadapi permasalahan yang akan dialami.

Kemampuan literasi informasi ini akan lebih baik dimiliki oleh seorang ibu hamil

2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dalam menghadapi proses persalinannya, sehingga dapat berjalan dengan lancar

dan memberikan efek aman terhadap kesehatan ibu dan bayi.

Hasil observasi awal yang saya lakukan di Puskesmas Teluk Sentosa di

Desa Perkebunan Ajamu dijelaskan bahwa pada tahun 2012 tingkat Angka

Kematian Ibu (AKI) adalah sebesar 1 orang, tahun 2013 sebesar 2 orang, tahun

2014 angka kematian ibu sebesar 2 orang dan tahun 2015 angka kematian ibu

sebesar 2 orang, tahun 2018 angka kematian ibu sebesar 1. Jumlah angka

kematian ibu di Desa Perkebunan Ajamu sebagian besar diakibatkan oleh faktor

sosial masyarakat dan tingkat pendidikan orang tua. Dari penjelasan di atas dapat

dinyatakan bahwa minimnya kemampuan literasi informasi dalam bidang

pengetahuan health literacy yang dimiliki oleh ibu hamil di Desa Perkebunan

Ajamu sebelum ia menghadapi proses persalinan.

Menurut Nutbeam (2006) literasi kesehatan (health literacy) di definisikan

mewakili teori kemampuan sosial yang kognitif dan motivasi serta kebiasaan dari

individu untuk mengakses dan memahami cara menggunakan informasi yang di

promosikan untuk menjaga kesehatan yang baik. Peningkatan pengaksesan

informasi kesehatan membuat masyarakat melek informasi kesehatan secara

efektif untuk pemberdayaan informasi kesehatan.

Definisi ini mencerminkan dua tipe elemen lainnya dari penjelasan literasi

di atas yaitu interaktif dan literasi kritis. Ruang lingkup dari isi tentang

pengetahuan dan komunikasi meluas dengan signifikan, literasi kesehatan

menunjukan adanya dua keuntungan pribadi dan sosial, dan meningkatkan

pengetahuan untuk pendidikan dan metode komunikasi.

3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka

penulis tertarik untuk meneliti tentang “Kemampuan Literasi Informasi Ibu Hamil

dalam Persiapan Persalinan Di Desa Perkebunan Ajamu.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi rumusan

masalah penelitian adalah,

1. Bagaimanakah kemampuan literasi informasi ibu hamil dalam persiapan

persalinan di Desa Perkebunan Ajamu ?

2. Bagaimanakah cara ibu hamil memperoleh informasi untuk memenuhi

kebutuhan informasi mengenai persiapan persalinan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas tujuan penelitian adalah,

1. Untuk mengetahui kemampuan literasi informasi ibu hamil dalam persiapan

persalinan di Desa Perkebunan Ajamu.

2. Untuk mengetahui cara ibu hamil memperoleh informasi untuk memenuhi

kebutuhan informasi mengenai persiapan persalinan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah

sebagai berikut,

1. Bagi Puskesmas Teluk Sentosa Desa Perkebunan Ajamu, sebagai masukan

untuk memberikan pelatihan intens melalui Health Literacy bagi ibu-ibu dalam

mempersiapkan kehamilan dan persalinan.

4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Penelitian lanjutan, praktisi, akademisi, pengguna dan juga lembaga

perpustakaan.

3. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan pemahaman penulis tentang literasi

informasi khususnya Health Literacy

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah kemampuan literasi infromasi

ibu hamil dengan menggunakan model literasi Health Literacy yang meliputi

Literasi Kesehatan Fungsional (Functional Health Literacy), Literasi Kesehatan

Interaktif (Interactive Health Literacy), dan Literasi Kesehatan Kritis (Critical

Health Literacy).

5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Literasi Informasi

2.1.1 Pengertian Literasi Informasi

Literasi informasi merupakan seperangkat kemampuan yang menuntun

individu untuk mengenali kapan informasi dibutuhkan dan dimiliki kemampuan

untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan secara efektif informasi

yang dibutuhkan. Melek informasi juga semakin penting dalam perkembangan

dan perubahan teknologi yang cepat dan berkembangnya sumber informasi yang

ada. Kompleksitas yang semakin meningkat membuat individu dihadapkan

dengan beragam, pilihan informasi berlimpah dalam studi akademis, pekerjaan,

dan dalam kehidupan pribadi. Informasi yang tersedia melalui perpustakaan,

sumber daya masyarakat, media tercetak dan internet digunakan tanpa seleksi

yang memunculkan pertanyaan tentang keaslian,validitas, dan realibitas.

Association Of College and Research Library (ACRL) (2000)

mendefinisikan “literasi informasi sebagai satu set kemampuan yang dimiliki

individu untuk mengetahui kapan informasi dibutuhkan dan miliki kemampuan

untuk menemukan, mengevaluasi dan menggunakan secara efektif informasi yang

dibutuhkan”.

Menurut Verzosa (2010) bahwa:

Literasi informasi dapat berarti kemampuan untuk mengakses dan


mengevaluasi informasi secara efektif untuk memecahkan masalah dan
membuat keputusan. Seorang yang memiliki literasi informasi adalah
orang yang tahu bagaimana belajar untuk belajar (learning how to learn)
karena mereka tahu bagaimana informasi itu dikelola, cara

6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menemukannya, dan menggunakan informasi sesuai dengan etika yang
berlaku.

Menurut California Academic and Research Libraries Task Force dalam

Eisenberg (2004), “literasi informasi adalah kemampuan mengidentifikasi,

mengakses, mengevaluasi dan informasi dalam semua format secara efektif dan

memilih media yang tepat untuk mengkomunikasikanya”.

Berdasarkan definisi- definisi yang sudah dituliskan di atas, maka penulis

menyimpulkan bahwa literasi informasi adalah serangkaian kemampuan yang di

butuhkan seseorang untuk menyadari kebutuhan informasinya dan memiliki

kemampuan untuk menelusur, mengevaluasi, menggunakan dan

mengkomunikasikan informasi yang ada secara efektif dan efesien untuk

menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi, defenisi ini dianggap dapat

mewakili semua definisi tentang literasi informasi karena mengandung inti dari

berbagai definisi literasi informasi yang ada.

2.1.2 Manfaat Literasi informasi

Literasi informasi memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan

seseorang, literasi informasi digunakan dalam menyeleksi informasi sesuai

kebutuhan. Dengan semakin berkembangnya berbagai informasi yang ada saat ini

maka seseorang harus memiliki literasi informasi.

Menurut Gunawan (2008, 3) “literasi informasi bermanfaat dalam

persaingan era globalisasi sehingga pintar saja tidak cukup tetapi yang utama

adalah kemampuan dalam belajar secara terus menerus”.

Menurut Adam (2009, 1) terdapat beberapa manfaat literasi informasi

yaitu,

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Membantu mengambil keputusan. Literasi informasi berperan dalam
membantu dalam memecahkan masalah, sehingga dalam mengambil
keputusan tersebut seseorang harus memiliki informasi yang cukup.
2. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan. Kemampuan
literasi informasi memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan kemampuan seseorang menjadi manusia pembelajar.
Semakin terampil dalam mencari, menemukan, mengevaluasi dan
menggunakan informasi, semakin terbukalah kesempatan untuk selalu
melakukan pembelajaran sehingga dapat belajar mandiri.
3. Menciptakan pengetahuan baru, suatu negara dikatakan berhasil apabila
mampu menciptakan pengetahuan baru. Seseorang yang memiliki
literasi informasi akan mampu memilih informasi mana yang benar dan
salah mana yang salah, sehingga tidak mudah saja percaya dengan
informasi yang diperoleh.

Berdasarkan teori di atas penulis menyimpulkan manfaat literasi infromasi

yaitu membantu masyarakat dalam mengambil keputusan, masyarakat menjadi

lebih melek informasi, masyarakat dapat menciptakan pengetahuan baru.

2.1.3 Tujuan literasi Informasi

Tujuan literasi informasi merupakan sarana untuk mempermudah

masyarakat dalam melakukan pencarian informasi, dan kemudahan dalam

melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan informasi.

Menurut Perpustakan Nasional (2007) “tujuan literasi informasi adalah


untuk membekali seseorang dengan keterampilan pembelajaran seumur
hidup (lifelong learning) dan diharapkan individu tersebut akan menjdi
individu yang selalu bergairah untuk mempelajari hal-hal yang baru dan
bemanfaat”.

Individu yang melek informasi diharapkan akan menjadi individu yang

bijak dan berfikiran positif, mampu menerima perubahan serta bisa mensiasati

perubahan dengan kritis, mampu memanfaatkan dan mengolah informasi menjadi

pengetahuan baru yang memperkaya khasanah pengetahuan yang telah

dimilikinya. Selain itu, individu tersebut diharapkan mampu menggunakan

8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
“pengetahuannya itu untuk membuat keputusan-keputusan positif bagi dirinya,

bagi masyarakat sekitarnya dan bagi kemajuan lingkungan yang lebih luas lagi.”

2.1.4 Jenis Literasi Informasi

Terdapat beberapa jenis literasi informasi yang seharusnya diterapkan

masyarakat dalam penelusuran informasi sesuai kebutuhan informasinya, agar

membantu dan mempermudah masyarakat mendapatkan informasi yang

diinginkan.

Menurut Bawden (2001)

Broadly speaking, there are three types of skills-based literacy

namely media literacy, computer literacy and library literacy.

Pernyataan di atas dapat diartikan secara garis besar mengemukakan tiga

jenis literasi berbasis keterampilan yakni literasi media, literasi komputer, dan

literasi perpustakaan.

Beberapa jenis literasi menurut Eisenberg, Lowe, spitzer (2004, 7) yang

berperan dalam elemen-elemen literasi informasi, yaitu:

1. Literasi gambar (Visual Literacy), yaitu suatu kemampuan untuk


memahami dan menggunakan gambar termasuk pula kemampuan untuk
berfikir, belajar, serta mengekspresikan gambar tersebut. Literasi
mengekspresikan gambar tersebut. Literasi visual di bedakan menjadi 3
yaitu: visual learning, visual thinking, dan visual communication.
2. Literasi media (Media Literacy), yaitu suatu kemampuan untuk
mengakses, menganalisa, dan memproduksi informasi untuk hasil yang
spesifik menurut National Leadership conference on Media Literacy.
3. Literasi komputer (computer literacy), yaitu suatu kemampuan untuk
menciptakan dan memanipulasi dokumen dan data menggunakan
perangkat lunak pengolah kata, pangkalan dan sebagainya.
4. Literasi digital (Digital Literacy), yaitu sesuatu keahlian yang berkaitan
dengan penguasaan sumber dan perangkat digital. Mereka yang mampu
mengejar dan menguasai perangkat-perangkat digital mutakhir
dicitrakan sebagai penggenggam masa depan, dan sebaliknya yang
tertinggal akan semakin sempit kesempatannya untuk meraih kemajuan.

9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Literasi jaringan (Network Literacy), yaitu suatu kemampuan untuk
dapat mengakses, menempatkan, dsn menggunakan informasi dalam
dunia berjejaring misalnya internet, pengguna harus menguasai
keahlian ini.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 jenis literasi

informasi yang meliputi literasi gambar, literasi media, literasi komputer, literasi

digital, literasi jaringan. Dan menjelaskan tentang bagaimana seharusnya kita

menelusur informasi dangan mudah dan tepat .

2.2 Literasi Kesehatan (Healty Literacy)

Literasi kesehatan merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan

pencarian informasi khususnya di bidang kesehatan terutama dalam dalam hal

membaca dan juga menulis.

Menurut Nutbeam (2006) :

Health literacy represents the cognitive and social skills which


determine the motivation and ability of individuals to gain access
to, understend and use information in ways which promote and
maintain good health.

Pernyataan di atas dapat diartikan literasi kesehatan mewakili teori dan

keterampilan sosial yang menentukan motivasi dan kemampuan individu untuk

mendapatkan akses, memahami dan menggunakan informasi dengan cara

mempromosikan dan memelihara kesehatan yang baik”.

Menurut Nutbeam (2006) :


Health literacy means more than being able to read pamphlets and
successfully make appointments. By improving people’s access to
health information and their capacity to use it effectively, health
literacy is critical to empowerment.
Pernyataan di atas dapat diartikan literasi kesehatan lebih dari sekedar

dapat membaca pamflet dan berhasil membuat keputusan. Oleh meningkatkan

10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
akses orang-orang ke informasi kesehatan dan kapasitas mereka untuk

menggunakannya secara efektif, literasi kesehatan penting untuk pemberdayaan”.

Menurut Nutbeam (2006) :


This definition reflects elements of the two other types of literacy
described above interactive and critical literacy. It also
significantly broadens the scope of the content of health education
and communication, indicates that health literacy may have both
personal and social benefits, and has profound implications for
educations and communication methods.
Pernyataan di atas dapat diartikan mencerminkan elemen dari dua lainnya

jenis literasi aksara yang dijelaskan di atas interaktif dan literasi kritis. Ini juga

meluas secara signifikan ruang lingkup isi pendidikan kesehatan dan komunikasi,

menunjukkan bahwa literasi kesehatan dapat memiliki manfaat pribadi dan sosial,

dan memiliki implikasi yang mendalam untuk pendidikan dan metode

komunikasi.

Menurut Nutbeam (2006) :


In terms of “content”, effort to improve people’s knowledge,
understanding and capacity to act, should not only be directed at
changing personal lifestyle or the way in which people use the
health services. Health educations could also raise awareness of
the social, economic and environmental determinants of health,
and be directed towards the promotion of individual and collective
actions which may lead to modification of these determinants.
Pernyataan di atas dapat diartikan dalam hal „konten‟, upaya untuk

meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kapasitas orang untuk bertindak,

seharusnya tidak hanya diarahkan pada perubahan gaya hidup pribadi atau cara

orang-orang menggunakan layanan kesehatan. Pendidikan kesehatan bisa juga

meningkatkan kesadaran sosial, ekonomi dan faktor penentu lingkungan

11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kesehatan, dan menjadi diarahkan untuk promosi individu serta tindakan kolektif

yang dapat menyebabkan modifikasi dari faktor penentu ini.

Adapun metode Health literacy yaitu, menurut Nutbeam (2006) Literasi

Kesehatan Fungsional (Functional Health Literacy), Literasi Kesehatan

Interaktif (Interactive Health Literacany), dan Literasi Kesehatan Kritis

(Critical Health Literacy).

2.2.1 Literasi Kesehatan Fungsional (Funtional Health Literacy)

Literasi kesehatan fungsional merupakan keterampilan literasi kesehatan

dasar yang cukup bagi seseorang untuk memperoleh informasi kesehatan yang

relevan.

Menurut Nutbeam (2006) :

Funtional Health Literacy’ reflects the outecome of traditional


health education based on the communication of factual
information on health risks, and on how to use the health system.
Such action has limited goals directed towards improved
knowledge of health risks and health services, and compliance with
prescribed actions. Generally such activities will result in
individual benefit, but may be directed towards population benefit
(e.g. by promoting participation in immunization and screening
programs). Typically such approaches do not invite interactive
comunication, nor do they foster skills development and autonomy.
Examples of this form of action include the production of
information leaflets, and tradisional patient education.

Pernyataan di atas dapat diartikan mencerminkan dari keterampilan dasar

dalam pendidikan kesehatan tradisional atau sederhana, seperti membaca label

obat yang didasarkan pada komunikasi informasi yang dapat diakses melalui

media – media dan dengan melakukan kebiasaan berbagai informasi dengan

masyarakat lain mengenai resiko kesehatan dan penggunaan pelayanan kesehatan.

12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dari tindakan tersebut untuk membatasi tujuan kearah meningkatkan pengetahuan

mengenai tentang resiko kesehatan. Dari tindakan tersebut untuk membatasi

tujuan kearah meningkatkan pengetahuan mengenai tentang resiko kesehatan. Dan

kepatuhan dengan tindakan yang ditentukan. Seseorang yang memiliki literasi

kesehatan fungsional buruk tidak akan dapat mengikuti petujuk perawatan secara

tepat, seperti dalam bahan tertulis yaitu kartu pengingat janji dan brosur

informasi. Literasi kesehatan fungsional yang terbatas merupakan hambatan

utama dalam mendidik seseorang dengan kondisi kesehatan yang kronis.

2.2.2 Literasi Kesehatan Interaktif (Interactive Health Literacy)

Literasi kesehatan interaktif merupakan tingkat kedua model literasi

kesehatan yang memungkinkan seseorang untuk mendapatkan informasi dari

berbagai bentuk komunukasi.

Menurut Nutbeam (2006) :

Interactive Health Literacy’reflectso healt the outcomes to the


approach to health education which have evolved during the past
20 years. This is focussed on the development of personal skills in
a supportive environment. This approach to education is directed
towards improving personal capacity to act independently on
knowledge, specifically to improving motivation and self
convidence to act on advice received. Again, much of this activity
will result in individual benefit, rather than population benefit.
Examples of this form of action can be found in many
contemporary school health aducation programs directed towards
personal and social skill development and behavioural outcomes.

Pernyataan diatas dapat diartikan „Literasi kesehatan interaktif‟

mencerminkan hasil-hasil pendekatan pendidikan kesehatan yang telah berevolusi

selama 20 tahun terakhir. Difokuskan pada pengembangan keterampilan pribadi

yang dimiliki seseorang dalam lingkungan yang mendukung. Umumnya

13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dilakukan dengan cara mencari informasi dari berbagai sumber yang diketahui

dan sesuai dengan saran yang diterima. Dalam pendidikan diarahkan untuk

meningkatkan kapasitas pribadi untuk bertindak secara independen pada

pengetahuan, Untuk meningkatkan motivasi dan keyakinan diri untuk bertindak

atas saran yang diterima. Pada tingkat ini seseorang dapat mengevaluasi pesan

kesehatan supaya dapat berinteraksi secara tepat dan orang lain di lingkungan.

Seseorang tersebut akan menunjukkan peningkatan motivasi dan kepercayaan diri,

misalnya menegoisasikan perawatan dengan tenaga kesehatan berdasarkan

pengetahuan tentang kondisi dan mengungkapkan pemahaman mereka kepada

teman sebaya maupun dalam kelompok masyarakat.

Pendekatan pendidikan kesehatan ibu hamil pada penelitian ini dilakukan

oleh dokter dan bidan di Puskesmas Teluk Sentosa. Selama berlangsungnya

pendekatan tersebut suami juga ikut serta dalam menerima informasi

yangdiberikan dokter dan bidan.

2.2.3 Literasi Kesehatan Kritis (Critical Health Literacy)

Literasi kesehatan kritis merupakan keterampilan kognitif yang paling

maju bersama dengan keterampilan sosial, dapat diterapkan untuk menganalisis

informasi secara kritis.

Menurut Nutbeam (2006) :

Critical Health Literacy’ reflects the cognitive and skills


development outcomes which are oriented towards supporting
affective social and political action, as well as individual action.
Within this paradigm, health education may involve the
communication of informnation, and development of skills which
investigate the political feasibility and organizational possibilities
of various forms of action to addresssocial, economic and
environmental determinants of health. This type of health literacy

14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
can be more abviously linked to population benefit, alongside
benefits to the individual. Health education in this case would be
directed towards improving individual and community capacity to
act on these social and economic determinants of health.

Pernyataan di atas dapat diartikan literasi kesehatan kritis disasarkan pada

literasi fungsional dan interkatif yang mencerminkan kemampuan dan

pengembangan keterampilan pribadi atas hasil yang dapat direalisasikan untuk

mencapai tujuan dalam berorientasi kedepannya. Pendidikan kesehatan

melibatkan komunikasi informasi dan pengembangan keterampilan yang

menyelidiki kelayakan informasi dan kemungkinan organisasi berbagai bentuk

tindakan determinan sosial. Ekonomi dan lingkungan kesehatan. Jenis literasi

kesehatan ini dapat mengevaluasi masalah kesehatan, menentukan tantangan dan

mendapatkan keuntungan dari setiap masalah, mengenali siapa yang diuntungkan

dan yang kehilangan dengan menerapkan strategi promosi kesehatan tertentu,

memperdebatkan atau menolak adopsi dan memberikan saran kepada tokoh

masyarakat. Pendidikan kesehatan dalam hal ini diarahkan untuk meningkatkan

individu dan mayarakat untuk bertindak atas faktor sosial dan ekonomi kesehatan.

Secara umum, seseorang dengan tingkat literasi kesehatan kritis ini mampu

memfasilitasi pengembangan masyarakat

2.3 Health Literacy dalam Persiapan Persalinan

Dalam menghadapi persiapan persalinan seharusnya ibu hamil lebih sering

melakukan pencarian informasi melalui literasi kesehatan pada ibu hamil atau

yang disebut dengan Maternal Health Literacy.

Maternal literacy menurut jurnal Health Promotion International (2006)


yaitu interest in parenting information, provided with a vast amount of

15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
information, need factual information, join to antenatal classes, and
mothers should be confidence to apply what she taught.
Pernyataan di atas dapat diartikan tertarik dengan informasi pola asuh,

membutuhkan jumlah informasi yang luas, menginginkan informasi yang

terpercaya, bergabung dengan kelas ibu hamil sebelum lahiran, dan ibu

seharusnya percaya diri untuk mengaplikasikan apa yang sudah dia pelajari.

Literasi kesehatan pada ibu hamil menurut jurnal Heatlh Promotion

International (2006) yaitu ketertarikan untuk mendapatkan informasi, dengan

informasi yang sangat banyak, memerlukan informasi faktual, bergabung dengan

kelas antenatal, dan ibu harus percaya diri untuk menerapkan apa yang dia

ajarkan.

Menurut Renkert dan Nutbeam (2006, 1) :

The concept of maternal health literacy, defined as the cognitive


and social skills that determine the motivation and ability of
women to gain access to, understand, and use information in ways
that promote and maintain their health and that of their children.

Pernyataan di atas dapat diartikan konsep literasi pada ibu hamil,

didefinisikan sebagai keterampilan kognitif dan keterampilan sosial yang

menentukan motivasi dan kemampuan wanita untuk mendapatkan akses,

memahami, dan menggunakan informasi dengan cara mempromosikan dan

menjaga kesehatan mereka dan anak-anak mereka.

Menurut Smith (2013, 1-2) :

Cognitive skills are used to understand information; they include


basic literacy skills, reading and numeracy (ability to use numbers). A
mother might use these basic skills to learn about ear aches, and make
an appointment to take her child to see a clinician. So basic literacy
skills are the essential foundation for health literacy.

16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pernyataan di atas dapat diartikan keterampilan kognitif digunakan untuk

memahami informasi termasuk keterampilan keaksaraan dasar, membaca dan

berhitung (kemampuan untuk menggunakan angka). Seorang ibu mungkin

menggunakan keterampilan dasar ini untuk belajar tentang sakit telinga, dan

membuat keputusan untuk membawa anaknya ke dokter. Jadi, keterampilan

literasi dasar adalah fondasi penting untuk literasi kesehatan.

Menurut Smith (2013, 1-2)

Social skills are used to make personal meaning from information,


including speaking and listening. The mother whose child has an
ear ache uses these skills when she discusses with the clinician the
information on ear aches to understand why her child has them
and how she might prevent them.

Pernyataan di atas dapat diartikan keterampilan sosial digunakan untuk

individu/sesorang lebih bermakna dari informasi, termasuk berbicara dan

mendengarkan. Ibu yang anaknya sakit telinga menggunakan keterampilan ini

ketika dia bertanya kepada dokter informasi mengenai sakit telinga dalam

memahami mengapa anaknya memiliki penyakit tersebut dan bagaimana dia bisa

mencegahnya.

Menurut Smith (2013, 1-2) :

Reflective skills combine cognitive and social skills to think


critically, make choices, formulate plans, and take action. The
mother in our example uses reflective skills when she mulls over
what the doctor said, what she read, her experience of her child’s
ear ache, her actions and parenting practices, and her discussion
with her mother about treatment options and possible preventive
measures. Some literacy scholars say that reflective skills are so
essential to applying information in context that it should be
classified as a basic skill.

17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pernyataan di atas dapat diartikan keterampilan reflektif menggabungkan

keterampilan kognitif dan sosial untuk berpikir kritis, membuat pilihan,

merumuskan rencana, dan mengambil tindakan. Ibu dalam contoh kita diatas

menggunakan keterampilan reflektif saat dia memikirkan apa yang dikatakan

dokter, apa yang dia baca, pengalamannya tentang sakit telinga anaknya, tindakan

dan praktik pengasuhannya, dan diskusinya dengan ibunya tentang perawatan

pilihan dan kemungkinan tindakan pencegahan. Beberapa sarjana literatur

mengatakan bahwa keterampilan reflektif sangat penting untuk menerapkan

informasi dalam konteks yang harus diklasifikasikan sebagai keterampilan dasar.

Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa di dalam konsep

literasi pada ibu hamil terdapat, keterampilan kognitif dan keterampilan sosial

yang menentukan motivasi dan kemampuan wanita untuk mendapatkan akses,

memahami, dan menggunakan informasi dengan cara mempromosikan dan

menjaga kesehatan mereka dan anak-anak mereka.

2.3.1 Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purwadi

dan Krismayani (2016) dengan judul penelitian “Kemampuan Literasi Informasi

Ibu Hamil Dalam Persiapan Persalinan Di Kecamatan Wonosobo”. Terdapat 6

indikator di dalam Health Literacy dalam persiapan persalinan atau maternal

Health literacy yaitu ketertarikan ibu hamil terhadap informasi, pemenuhan

kebutuhan informasi melalui kerabat dekat dan medis, informasi yang faktual,

bergabung pada forum ibu hamil, percaya diri menerepakan informasi,

membagikan informasi. Hasil dari penelitian Purwadi dan Krismayani

18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menunjukkan bahwa ibu- ibu hamil di kecamatan Wonosobo menyadari bawha

mereka memerlukan informasi untuk menunjang kehamilannya hingga proses

persalianan. Untuk memenuhi kebutuhan informasi, mereka menayakan informasi

melalui orang tua, saudara, dan temen. Selain itu juga bertanya kepada bidan dan

dokter jika terdapat keluhan yang mereka alami. Ibu- ibu hamil dalam memenuhi

kebutuhan informasi secara faktual memilih internet sebagai bahan rujukan karena

mudah di akses. Namun sedikit yang memanfaatkan sumber informasi lainnya

seperti majalah dan buku. Mereka juga tidak berkunjung keperpustakaan sebagai

sarana literasi informasi. Untuk menambah informasi yang di dapat, mereka tidak

hanya mencari secara personal tetapi juga melalui sharing dan diskusi yaitu

bergabung pada kelas ibu hamil yang diselenggarakan oleh Dinas kesehatan

Kabupaten Wonosobo. Setelah mereka mendapatkan informasi dari berbagai

sumber ibu-ibu hamil mengaku sudah percaya diri untuk menerapkan informasi

yang sudah mereka dapatkan. Dalam menuju persiapan persalinan ibu-ibu hamil

mengaku sudah siap dalam persiapan fisik kerena sudah memiliki pengetahuan

mengenai pola makan atau pola hidup sehat sebelum proses kehamilan hingga

persalinan.

19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan


dan Taylor sebagaimana dikutip oleh Moleong (2010, 4) mengemukakan
“penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati”.
Sedangkan menurut Moleong (2010, 6) “penelitian kualitatif adalah
penelitian yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi tindakan dan lainnya, dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah”.

Maka dari itu penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif karena ingin
menggambarkan kemampuan literasi informasi pada ibu hamil.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan

literasi informasi ibu hamil dalam menghadapi persiapan persalinan di Desa

Perkebunan Ajamu Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara. Tujuannya agar

dapat memahami secara mendalam tentang permasalahan kemampuan literasi

informasi ibu hamil dalam menghadapi persiapan persalinan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Perkebunan Ajamu Kabupaten Labuhan

Batu Sumatera Utara, Di Jalan Teluk Sentosa.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan Sumber Data Penelitian ini adalah :

1. Data primer yaitu data yang secara langsung diperoleh oleh penulis dari

hasil wawancara dan observasi. Seperti sikap dan pemahaman dari

20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
subjek yang diteliti sebagai dasar utama dalam melakukan interpretasi

data. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

wawancara dengan informan dan hasil observasi pada ibu hamil di Desa

Perkebunan Ajamu Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara, Di Jalan

Teluk Sentosa.

2. Data sekunder yaitu data yang mendukung data primer yang bersumber

dari buku, jurnal maupun dokumen perpustakaan lain yang

berhubungan dengan penelitian. Sumber data sekunder dalam penelitian

ini diperoleh dari buku, jurnal maupun dokumen perpustakaan yang

berhubungan dengan literasi informasi pada ibu hamil.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka

dilakukan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu dengan cara wawancara dan

observasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini akan

dijelaskan secara ringkas di bawah ini.

Menurut Mudjia (2011) bahwa:

wawancara adalah proses komunikasi atau interaksi mengumpulkan


informasi dengan cara tanya jawab antara penulis dengan informan atau
subjek penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini,
wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media
telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk
memproleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema
yang diangkat dalam penelitian. Atau merupakan proses pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang telah di proses lewat teknik
yang lain sebelumnya.

Adapun data yang akan diambil dari wawancara dengan informan adalah

data mengenai kemampuan literasi informasi ibu hamil dalam persiapan

21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
persalinan. Metode pada Health Literacy menurut Nutbeam (2006) yaitu

Literasi Kesehatan Fungsional (Functional Health Literacy), Literasi Kesehatan

Interaktif (Interactive Health Literacy), Literasi Kesehatan Kritis (Critical Health

Literacy. Menurut Raharjo (2010) “observasi merupakan kegiatan dengan

menggunakan panca indra, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk

memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian”.

Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi informan,

dimana penulis hanya mengamati dan mencatat hal-hal yang ditanyakan kepada

informan. Menurut Hamidi (2010, 56) “teknik dokumentasi yang berupa

informasi yang berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi

maupun dari perorangan”. Penulis akan mencatat seluruh hasil pengamatan

langsung yang dilakukan penulis serta merekam suara informan pada saat

berlangsungnya wawancara.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut,

1. Mengidentifikasi Informan

Menurut Arikunto (2010) “ Informan adalah orang yang memberikan

informasi. Dengan pengertian ini maka informan dapat dikatakan sama

dengan responden”. Dalam melakukan penelitian, terlebih dahulu

melakukan pemilihan informan. Informan dalam penelitian ini adalah

orang-orang yang terlibat dan dapat memberikan informasi selengkap-

lengkapnya mengenai latar belakang dan keadaan yang sebenarnya dari

objek yang di teliti sehingga dapat diperoleh data yang akurat, serta

22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengerti tentang pokok permasalahan yang terjadi dan bersedia

memberikan keterangan dalam masalah penelitian ini. Adapun informan

dalam penelitian ini adalah ibu hamil.

Tabel 3.1 Idendifikasi Informan

Informan Usia kandungan Pekerjaan

Informan 1 Trimester pertama Guru


Informan 2 Trimester pertama Guru
Informan 3 Trimester pertama Kariyawan
Informan 4 Trimester kedua Kariyawan
Informan 5 Trimester kedua Mahasiswa
Informan 6 Trimester kedua Mahasiswa
Informan 7 Trimester kedua Guru
Informan 8 Trimester ketiga Guru
Informan 9 Trimester ketiga Perawat
Informan 10 Trimester ketiga perawat

2. Menentukan Informan

Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling yang merupakan salah satu teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu. Dengan menggunakan teknik purposive

sampling diharapkan setiap pertanyaan yang diajukan dapat dijawab oleh

informan secara benar dan sesuai dengan masalah tentang kemampuan

literasi informasi ibu hamil dalam persiapan persalinan di Desa Perkebunan

Ajamu Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara. Kriteria sample adalah

ibu hamil yang mencari informasi tentang menghadapi persalinan di Desa

Perkebunan Ajamu Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara. Terdapat 5

orang ibu hamil yang mencari informasi tentang menghadapi persalinan.

23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian kualitatif adalah pedoman wawancara.

Penulis menggunakan pedoman wawancara untuk mengumpulkan data atau

pun informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.6 Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data

merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi,

wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman penulis tentang kasus

yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan kepada orang lain. Adapun

tahapan dalam analisis data sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses mengidentifikasi data mentah

(raw data) yang telah diperoleh dengan melakukan langkah summary,

pengkodean (coding) dan kategorisasi (categorising). Reduksi data yang

dilakukan dengan cara menyeleksi data-data yang penting untuk

penelitian, menyusun data, selanjutnya mengelompokkan berdasarkan hal-

hal yang terfokus dan penting.

2. Display Data

Display data diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Dengan penyajian data, penulis akan memahami

24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan

pemahaman tentang penyajian data. Pada penelitian ini penulis

mengumpulkan data dari informan di Desa Perkebunan Ajamu kabupaten

labuhan batu sumatera utara, kemudian penulis mencoba memahami data

yang telah didapat dari informan tersebut, selanjutnya penulis

menyajikan data tersebut yang berupa kemamuan literasi informasi ibu

hamil dalam Persiapan Persalinan di Desa Perkebunan Ajamu Kabupaten

Labuhan Batu.

3. Pengambilan keputusan dan verifikasi

Berdasarkan beberapa data yang telah dikumpulkan maka penulis

mencoba mengambil kesimpulan berdasarkan data tersebut. Kesimpulan

itu awalnya masih sangat diragukan namun dengan bertambahnya data

maka kesimpulan itu lebih berkembang. Jadi kesimpulan harus

diverifikasi selama penelitian berlangsung. Pada penelitian ini penulis

menarik kesimpulan dari hasil observasi dan wawancara terhadap

informan, kemudian untuk lebih menguji kebenaran dari data tersebut,

maka data tersebut diverifikasi sehingga penulis mendapatkan data yang

akurat dan interprestasi data yang jelas.

3.7 Keabsahan Data

Keabasahan data dalam metode penelitian ini penulis menggunakan

beberapa metode triangulasi yaitu dengan teknik yang dilakukan melalui

wawancara dengan meminta penjelasan lebih lanjut. Data yang diperoleh dengan

25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mencari informasi lebih dari satu orang. Adapun teknik triangulasi yang

digunakan adalah:

1. Triangulasi Data

Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, hasil

wawancara dan melalui observasi yang penulis lakukan di Desa

Perkebunan Ajamu Kabupaten Labuhan Batu.

2. Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa

data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini,

berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan

menguji terkumpulnya data tersebut.

3. Triangulasi Metode

Dalam penelitian ini, penulis melakukan metode wawancara yang

ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara.

26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Informan

Informan dari penelitian ini adalah 10 orang ibu hamil, ada 5 orang yang sudah

mengalami proses persalinan dari Juli-Agustus 2018. Ibu hamil tersebut tersebar di

beberapa daerah di Desa Perkebunan Ajamu Panai Hulu Kabupaten Labuhan Batu.

Namun, demi menjaga kerahasian identitas dari informan maka peneliti hanya

mencantumkan nomor urut informan. Berikut data dari informan tersebut:

Tabel 4.1 Daftar Informan

Sumber Usia Alamat Tanggal Pekerjaan


Melahirkan
Informan 1 24 tahun Desa 11/07/2018 Guru
perkebunan
ajamu
Informan 2 22 tahun Desa 13/O7/2018 Guru
Perkebunan
Ajamu
Informan 3 27 tahun Desa 03/08/2018 Perawat
Perkebunan
Ajamu
Informan 4 25 tahun Desa 08/08/2018 Perawat
Perkebunan
Ajamu
Informan 5 24 tahun Desa 08/08/2018 Karyawan
Perkebunan
Ajamu

Informan tersebut sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu ibu yang

pertama kali mengalami kehamilan hingga persalinan dan berdomisili di Desa

Perkebunan Ajamu Kabupaten Labuhan Batu. Nama informan dibuat inisial untuk

melindungi pendapat informan yang memungkinkan terjadi kontoversial. Semua

27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
informan memiliki masing-masing memiliki pekerjaan dalam menunjang kebutuhan

keluarganya. Meski demikian mereka tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhan

informasinya mengenai kehamilan dan persiapan melahirkan.

Kondisi kemampuan literasi informasi ibu-ibu hamil di Desa Perkebunan Ajamu

Kabupaten Labuhan Batu menunjukkan bahwa banyak dari ibu-ibu hamil yang sudah

memanfaatkan internet. Kemampuan untuk memanfaatkan teknologi informasi ini

didominasi oleh ibu-ibu yang usianya relatif lebih muda. Namun tidak menutup

kemungkinan saat ini banyak ibu-ibu yang sudah tua memanfatkan teknologi informasi

mereka. Kemampuan literasi informasi seorang ibu di Desa Perkebunan Ajamu

Kabupaten Labuhan Batu didasari oleh beberapa faktor seperti latar belakang

pendidikan. Pekerjaan, usia, dan tempat tinggal. Ibu-ibu hamil yang bertempat tinggal di

daerah terpencil kurang memiliki kemampuan literasi informasi yang baik atau juga

akses internet yang masih minim. Usia produktif untuk kehamilan pertama di Desa

Perkebunan Ajamu yaitu lebih dari 19 tahun dan kurang dari 35 tahun.

4.2 Kategori

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara, peneliti

menyususn kerangka awal analisis sebagai acuan. Dengan kerangka awal ini, peneliti

kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding,yaitu

melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan dan menunjukan

hubungan antara bagian-bagian yang diteliti sehingga menghasilkan beberapa kategori.

Peneliti mengelompokkan menjadi tiga bagian kategori yang berkaitan dengan

kemampuan literasi informasi ibu hamil dalam persiapan persalinan. Adapun tiga

kategori tersebut adalah, sebagai berikut:

28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2.1 Literasi Kesehatan Fungsional (Fungtional Health Literacy)

Literasi kesehatan fungsional merupakan keterampilan literasi kesehatan dasar

yang cukup bagi seseorang untuk memperoleh informasi kesehatan yang relevan. Untuk

mengetahui literasi kesehatan fungsional (Fungtional Health Literacy) pada ibu hamil

di Desa Perkebunan Ajamu peneliti mewawancarai informan 1-10.

P : Apakah ibu hamil memerlukan informasi tentang persalinan?

I1 : “Iya, informasi itu sangat penting bagi ibu hamil, kalau tidak ada informasi
kita tidak mengetahui perkembangan di zaman sekarang ini”

I2 : “Iya, informasi sangat penting bagi ibu hamil”.

I3 : “Iya, sangat penting dalam mencari informasi proses persalinan”.

I4 :“Iya, perlu sekali karena informasi memudahkan ibu hamil untuk menambah
pengetahuan”.

I5 :“Iya, perlu karena dari informasi kita tahu kebersihan, dan kesehatan bagi ibu
hamil”.

I6 : “Iya sangat dibutuhkan”.

I7, I8, I10 : “Iya sangat penting”.

Semua informan mengatakan bahwa penting bagi untuk melakukan pencarian

informasi dan mereka sadar jika dirinya sangat membutuhkan informasi mengenai

kehamilan, parenting, dan persiapan persalinan. Alasan dari kesadaran mereka terhadap

pentingnya mengakses informasi beragam di antaranya pengalaman pertama mereka

hamil sehingga perlu berhati-hati. Mereka belum memiliki pengetahuan mengenai

kehamilan dan persalinan. Mereka membutuhkan informasi agar tidak salah langkah

dan takut jika ada keluhan seputar kehamilan dan ingin bayi dan ibunya selalu dalam

kondisi yang sehat, dan menyadari bahwa informasi diperlukan dalam menunjang

kehamilan mereka.

29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
P : Sumber informasi apa saja yang ibu gunakan untuk memenuhi kebutuhan

informasi?

I1, I2, I6, I8, I9 : “mencari informasi melalui facebook”.

I1, I7, I9 :“mencari informasi melalui instagram dan membaca buku tentang

kehailan, buku merawat anak”.

I1, I8 : “mencari informasi melalui televisi dan membaca buku tentang

kehamilan”.

I2, I5 : “mencari informasi melalui membaca buku tentang ”.

I2, I3, I4, I10 : “mencari informasi melalui internet”.

Terdapat beberapa ibu hamil yang menyatakan bahwa mulai tertarik dengan

informasi seputar parenting dan kehamilan berawal dari keingintahuan mengenai

kehamilan di faceboo, instagram dan membaca buku. Ternyata saat ibu hamil mencari

di kolom pencarian tentang kehamilan di facebook dan instagram mereka menemukan

banyak fanpage dan grup yang membahas mengenai kehamilan, dimana anggotanya

tidak hanya untuk ibu hamil tapi juga bagi ibu lainnya yang sudah pernah hamil atau

mempersiapkan kehamilan, saat itu mereka mulai mengetahui dan tertarik mengenai

informasi kehamilan. Kesadaran dari diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan informasi

juga dilakukan oleh ibu hamil lainnya. Ada juga ibu hamil yang mulai tertarik dengan

informasi kehamilan melalui petugas kesehatan di Posyandu, setelah itu ia diarahkan

oleh bidan di Puskesmas Teluk Sentosa untuk mengikuti kelas ibu hamil yang

diselenggarakan di Desa Perkebunan Ajamu.

Mengingat kehamilan ini merupakan kehamilan anak pertama sehingga ibu-ibu

hamil sangat excited dalam mempelajari informasi mengenai kehamilan dan proses

30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
persalinan, dalam memenuhi kebutuhan informasinya beberapa informan sudah selektif

untuk mencari informasi yang sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Pada awal

kehamilan banyak dari mereka yang mencari informasi mengenai ciri-ciri

perkembangan janin dari trimester pertama hingga ketiga, ada juga beberapa ibu hamil

yang mencari informasi tentang morning sickness yang biasa di alami ibu hamil di awal

kehamilannya seperti muntah-muntah, pusing, merasa kelelahan. Gejala mual dialami

oleh sekitar 80 persen wanita hamil, sedangkan muntah harus tetap diwaspadai karena

bisa menyebabkan dehidrasi atau kurang gizi apabila penderitanya sama sekali tidak

bisa menelan atau minum.

Penyebab dan faktor risiko morning sickness akibat adanya perubahan hormon di

tiga bulan pertama (trimester awal) kehamilan. Ada beberapa faktor yang dianggap

dapat meningkatkan risiko wanita mengalami morning sickness, diantaranya:

1. Hamil anak pertama

2. Pernah mengalami morning sickness di kehamilan sebelumnya

3. Mengandung anak kembar

4. Riwayat morning sickness di dalam kelurga

5. Memiliki riwayat mual akibat penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung

estrogen

6. Memiliki riwayat mabuk kendaraan

4.2.2 Literasi Kesehatan Interaktif (Interactive Health Literacy)

Literasi kesehatan interaktif merupakan tingkat kedua literasi kesehatan yang

memungkinkan seseorang untuk mendapatkan informasi dari berbagai bentuk

komunikasi, misalnya kebutuhan informasi melalui kerabat dekat dan medis. Untuk

31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengetahui literasi kesehatan interaktif (Interactive Health Literacy) pada ibu hamil di

Desa Perkebunan Ajamu peneliti mewawancarai informan 1-10.

P : Apakah ibu suka sharing antara kerabat dekat dan medis untuk menambah

informasi?

I1 :“lebih sering sharing kepada sesama ibu hamil untuk menambah informasi”.

I2, I6, I8, I10 :“lebih sering sharing ke kerabat dekat, dan bertanya sama dokter
dan bidan untuk menambah informasi”
.
I3, I5 : “lebih sering bertana ke bidan untuk menambah informasi”.

I4, I7, I9 : “lebih sering sharing ke kerabat dekat untuk menambah informasi”.

P : Bagaimanakah cara ibu berbagi informasi kepada ibu hamil yang lainnya?

I1 : “Cara saya berbagi informasi lebih banyak sharing aja ke yang lainnya”.

I2: “Saya lebih suka berbagi informasi melalui grup WhatsApp”

I3 : “Membagi link dari facebook seputar kehamilan”.


I4 : “Sering bertanya ke orang tua dek”.
I5 : “Memberi tau buku tentang kehamilan yang saya punya”.
I6 : “Sharing di grup Whatsapp”.
I7 : “Bertanya ke orang tua dan teman dekat”.
I8 : “Dengan cara sharing saat kumpul dengan teman/kerabat”.
I9 : “Memberi tahu buku tentang kehamilan yang saya punya, dan bertanya ke
orang tua”.
I10 : “Dengan cara sharing saat kumpul dengan teman/kerabat”
Dalam melengkapi kebutuhan informasinya banyak cara yang mereka lakukan.

Tidak hanya melalui internet dan buku, mereka juga mulai bertanya kepada orang

terdekat seperti orang tua, saudara, teman, tenaga medis seperti bidan dan dokter.

32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Mengenai informasi kehamilan banyak ibu hamil yang bertanya kepada orang tua

karena mereka sudah memiliki pengalaman saat proses kehamilan dan persalinan.

Jika melihat dari sisi medis informan juga menanyakan setiap informasi yang

ingin mereka ketahui melalui bidan dan dokter, karena setiap bulannya di desa

perkebunan Ajamu diadakan pemeriksaan atau Posyandu oleh bidan puskesmas untuk

memeriksa ibu hamil selama kehamilannya. Banyak dari ibu hamil memilih mencari

informasi ke bidan dan dokter pada saat mereka mengalami keluhan pada

kehamilannya. Ada juga ibu hamil yang menanyakan kepada bidan tentang masalah

kontraksi palsu yang ia alami pada saat kehamilannya menginjak bulan keempat, bidan

pun memberi solusi kepada ibu hamil agar tidak terlalu capek dan beristirahat yang

cukup. Karena apabila kontraksi terus berlangsung kemungkinan besar ibu akan

melahirkan bayi secara prematur. Terdapat juga keluhan lain seperti gangguan pada saat

awal kehamilan informan mengalami keluarnya flek sehingga bidan akan langsung

memberikan saran yang tebaik. Selain itu juga bidan dan dokter menyarankan informan

untuk USG agar melihat perkembangan janin didalam perutnya, dan sebaiknya

informan bertanya langsung ke bidan dan dokter sehingga segera ditangani oleh orang

yang memang ahli dalam bidang kesehatan. Sehingga informan merasa aman ketika

terjadi keluhan, karena tim medis yang lebih tahu penanganannya yang tepat.

Semua informan menyatakan bahwa mereka juga mencari informasi mereka

melalui kerabat dekat mereka seperti orang tua, saudara dan teman dekat yang sudah

berpengalaman. Selain itu juga informan bertanya kepada bidan dan dokter mengenai

keluhan mereka sehingga langsung ditangani ahlinya.

33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2.3 Literasi Kesehatan Kritis (Critical Health Literacy)

Literasi kesehatan kritis merupakan keterampilan kognitif yang paling maju

bersama dengan keterampilan sosial, dapat diterapkan untuk menganalisis informasi

secara kritis. Ibu hamil sebaiknya tidak hanya menambah informasinya melalui kerabat

dekat dan media pada forum diskusi. Sehingga ibu hamil tidak hanya memperoleh

pemahamannya sendiri tetapi juga kepada ibu hamil lainya yang juga merasakan yang ia

rasakan.

P : Sumber informasi apa saja yang ibu gunakan untuk memenuhi kebutuhan

informasi?

I1 : “Facebook, instagram, televisi”.

I2 : “Facebook, buku, internet”.

I3 : “YouTube, internet”.

I4 : “Searching di google”.

I5 : “Buku tentang kehamilan”.

I6 : “Bergabung pada forum ibu hamil”.

I7: “Instagram”.

I8 : “Facebook, televisi”.

I9 : “Facebook, instagram”.

I10 : “internet dan membaca buku”.

Sebagian besar ibu-ibu hamil mengaku bahwa mereka mengikuti forum ibu hamil.

Mereka mengikuti forum ibu hamil di grup facebook yaitu, grup program cepat hamil,

pregnan world, forum ibu hamil dan menyusui serta aplikasi yang sudah mereka unduh

karena memiliki fitur chat, begitu juga dengan ibu hamil lainnya karena ia mengikuti

34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kelas ibu hamil, selain di sana ia mendapatkan informasi mengenai kehamilan juga

terdapat sesi berbagi pengalaman dari ibu hamil lainnya karena ia berpendapat setiap

orang pasti punya pengalaman yang berbeda sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya. Ia

mengikuti kelas ibu hamil sebanyak 2 kali dalam satu bulan. Seperti yang dikatakan ibu

Erliyawati sebagai bidan koordinator bahwa kelas ibu hamil dilakukan dua kali

pertemuan. Setiap pertemuan memiliki materi yang berbeda-beda. Ibu hamil yang usia

kandungannya memasuki 20 minggu dianjurkan untuk mengikuti kelas ibu hamil yang

sering dilaksanakan di balai desa, kelurahan dan juga rumah sakit. Kelas ibu hamil ini

sangat penting karena bertujuan agar ibu hamil tahu akan kehamilannya dan tahu

tentang bahaya-bahaya kehamilan sehingga ibu akan melahirkan dengan selamat sampai

pada masa nifas.

Setelah ibu-ibu hamil mendapatkan informasi yang begitu beragam mulai dari

kerabat dekat, dokter atau pun bidan sampai mereka mengakses sendiri informasi yang

meraka butuhkan. Maka pada tahap ini informasi yang sudah mereka pelajari tersebut

diterapkan pada kehamilan meraka. Semua informan mengaku sudah menerapkan dari

informasi yang sudah mereka dapatkan. Banyak dari mereka yang lebih

mengaplikasikan informasi yang berasal dari orang tua, bidan dan dokter. Meraka juga

sudah mengaku dan menerapkan informasi yang sudah mereka dapatkan untuk

persalinan dan kehamilan selanjutnya.

Informasi yang mereka terapkan antara lain, mengatur pola makan, menjaga

kebersihan, mengindari kegiatan yang membuat lelah, berolahraga seperti senam ibu

hamil dan mengatur napas yang baik untuk persalinan sehingga dapat berjalan dengan

lancar.

35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan membekali diri sebelumnya melalui informasi yang sudah mereka

dapatkan paling tidak sudah mengurangi rasa takut yang secara alami pasti

dikhawatirkan oleh ibu hamil yang akan menghadapi persalinan.

Jadi pada tahap ini ibu-ibu sudah dapat mengaplikasikan informasi yang sudah di

dapat maka mereka sudah melek informasi atau berliterat menurut Doyle yaitu, mereka

sudah mengetauhi informasi mengenai kehamilan apa yang mereka butuhkan, meraka

tahu akan kebutuhan informasinya dan ibu-ibu hamil juga sudah ada yang dapat

mengakses macam sumber informasinya yang berbasis teknologi informasinya.

4.3 Rangkuman Hasil Penelitian

Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Penelitian

No Kategori Hasil wawancara

1 Literasi Kesehatan Fungsional Literasi kesehatan fungsional (fungtional

(fungtional health literacy) health literacy) di Desa Perkebunan Ajamu

menunjukan bahwa terdapat beberapa ibu

hamil yang menyatakan bahwa dia mulai

tertarik dengan informasi seputar parenting

dan kehamilan berawal dari keingintahuan dia

apakah ada informasi mengenai kehamilan di

facebook dan instagram,dan juga ibu hamil

yang mulai tertarik dengan informasi

kehamilan melalui petugas kesehatan di

posyandu.

36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2 Literasi Kesehatan Interaktif Literasi kesehatan interaktif (Interactive

(Interactive Health Literacy) Health Literacy) di Desa Perkebunan Ajamu

menunjukan bahwa banyak dari ibu hamil

memilih mencari informasi kebidan dan

dokter pada saat mereka mengalami keluhan

pada kehamilannya. Sehingga informan

merasa aman ketika terjadi keluhan, karena

tim medis yang lebih tahu penanganannya

yang tepat.

3 Literasi kesehatan Kritis Literasi kesehatan Kritis (Critical Health

(Critical Health literacy) literacy), di Desa Perkebunan Ajamu menun

jukan bahwa sebagian besar ibu-ibu hamil

mengaku bahwa mereka mengikuti forum ibu

hamil. Karena kelas ibu hamil ini sangat

penting bertujuan agar ibu hamil tahu akan

kehamilannya dan tahu tentang bahaya-

bahaya kehamilan sehingga ibu akan

melahirkan dengan selamat sampai pada

nifas.

37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Literasi kesehatan ibu hamil merupakan kemampuan seorang ibu dalam

melakukan pencarian informasi khususnya di bidang kesehatan terutama dalam hal

membaca dan juga menulis dalam mempersiapkan persalinannya. Berdasarkan

pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Literasi Kesehatan Fungsional (Fungtional Health Literacy)

Literasi kesehatan fungsional (fungtional health literacy) di Desa Perkebunan

Ajamu menunjukan bahwa terdapat beberapa ibu hamil yang menyatakan

bahwa dia mulai tertarik dengan informasi seputar parenting dan kehamilan

berawal dari keingintahuan dia apakah ada informasi mengenai kehamilan di

facebook dan instagram,dan juga ibu hamil yang mulai tertarik dengan

informasi kehamilan melalui petugas kesehatan di posyandu.

2. Literasi Kesehatan Interaktif (Interactive Health Literacy)

Literasi kesehatan interaktif (Interactive Health Literacy) di Desa Perkebunan

Ajamu menunjukan bahwa banyak dari ibu hamil memilih mencari informasi

kebidan dan dokter pada saat mereka mengalami keluhan pada kehamilannya.

Sehingga informan merasa aman ketika terjadi keluhan, karena tim medis yang

lebih tahu penanganannya yang tepat.

3. Literasi Kesehatan Kritis (Critical Health Literacy)

Literasi kesehatan Kritis (Critical Health literacy), di Desa Perkebunan Ajamu

menunjukan bahwa sebagian besar ibu-ibu hamil mengaku bahwa mereka

38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengikuti forum ibu hamil. Karena kelas ibu hamil ini sangat penting

bertujuan agar ibu hamil tahu akan kehamilannya dan tahu tentang bahaya-

bahaya kehamilan sehingga ibu akan melahirkan dengan selamat sampai pada

nifas.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini, adalah sebagai

berikut:

4. Bagi Puskesmas Teluk Sentosa di Desa Perkebunan Ajamu Kabupaten

Labuhan Batu, sebagai masukan untuk memberikan pelatihan intens melalui

Health Literacy bagi ibu-ibu dalam mempersiapkan kehamilan dan persalinan

sehingga dapat menambah pengetahuan ibu hamil tentang literasi informasi

dari masa kehamilan sampai melahirkan.

5. Kepada ibu-ibu hamil agar lebih melek informasi dan bimbingan kelas ibu

hamil yang diselenggarakan oleh departemen kesehatan.

39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA

ACRL [Association of College & Research Libraries]. 2000. Information Literacy


Competency Standart For Higher Education. (diakses pada tanggal 9 Maret
2018).

Apriyanti, Mega. 2006. Literasi Informasi Pemustaka: Studi Kasus Di Perpustakaan


Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta. Skripsi. Universitas Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Eisenberg, Mike. (2004). Information Literacy : Essential Skills For The Information
Age. Connecticut : Libraries Unlimited.

Gunawan, Agustin Widya, dkk. 2008. 7 Langkah Literasi Informasi: Knowledge


Management. Jakarta: Universitas Atmajaya.

Hamidi. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Umm Press.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Mudjia, Rahardjo. 2010. Jenis dan Metode Penelitian Kualitatif. (diakses 8 April
2018)

Nutbeam, Don. 2006. Health literacy as a public health goal: a challenge for
contemporary health education and communication strategies into the 21st
century. Health Promotion International vol. 15, no. 3.
Parker, M Ruth.2003. “Health literacy : A Policy Challange for Advancing High-
Quality Health Care”. Health Affairs. Vol.22 No.4. Halaman 147-153,
(diakses pada tanggal 7 maret 2018).
Perpustakaan Nasioanal Republik Indonesia. 2007. Literasi informasi
(information literacy) : Pengantar Untuk Perpustakaan Sekolah. Jakarta :
Perpustakaan Nasional RI
Purwadi, Lintang Kristi, dan Ika Krismayani. 2015. Kemampuan Literasi
Informasi Ibu Hamil Dalam Persiapan Persalinan Di Kecamatan
Wonosobo. Semarang: Universitas Diponegoro.

Smith, Sandra. Maternal Health Literacy: Foundation of Personal and Public


Health. Beginnings Guides. (diakses tanggal 6 Juni 2018)

40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 1

Pedoman Wawancara

1. Apakah ibu hamil memerlukan informasi tentang persalinan ?

2. Apakah definisi informasi menurut ibu?

3. Sumber informasi apa saja yang ibu gunakan untuk memenuhi kebutuhan

informasi?

4. Apakah ibu suka sharing antara kerabat dekat dan medis untuk menambah

informasi?

5. Bagaimanakah cara ibu merekam informasi yang telah ibu dapatkan?

6. Apa saja hambatan yang ibu temui saat ingin mencari informasi?

7. Bagaimanakah cara ibu berbagi informasi kepada ibu hamil yang lainnya?

8. Apa kendala yang ibu hadapi saat berbagi informasi kepada ibu hamil

yang lain?

9. Kapankah ibu mengetahui sudah hamil dan apa yang dirasakan tanda-

tanda sudah mulai hamil?

10. Berapa kali ibu melakukan kunjungan memeriksakan kehamilan di

fasilitas kesehatan?

11. Dari mana ibu dapatkan informasi mengenai jadwal pemeriksaan rutin

bagi ibu hamil?

12. Apakah ibu sudah disuntik TT (Tetanus Toxoid) atau anti tetanus oleh

petugas kesehatan?

13. Dari mana ibu mengetahui informasi tentang suntik TT (Tetanus Toxoid)?

14. Apakah ibu sering melakukan senam ibu hamil?

41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15. Apakah ibu menjaga kebersihan diri?

16. Berapa kali ibu istirahat dalam satu hari?

17. Siapakah yang akan membantu ibu saat melahirkan?

18. Apakah tingkat kecemasan ibu meningkat ketika hendak melahirkan?

19. Dimanakah ibu akan melahirkan?

20. Adakah ibu menabung selama masa kehamilan?

21. Siapa yang ingin menemani ibu ketika proses persalinan?

22. Siapa yang mengantar ibu ke Puskesmas?

23. Apakah ibu sudah melakukan pemeriksaan golongan darah, hiv, sifilis?

24. Darimana ibu mengetahui informasi pemeriksaan golongan darah, hiv,

sivilis ?

25. Siapakah calon pendonor darah ibu?

42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 2

Transkip Wawancara

26. Apakah ibu hamil memerlukan informasi tentang persalinan?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Iya, informasi itu sangat penting bagi ibu, kalau


tidak ada informasi ibu tidak mengetaui
perkembangan di jaman sekarang ini

2. Informan 2 Iya, informasi sangat penting bagi ibu mengenai


persalinan.
3 Informan 3 Iya, penting dalam mencari informasi proses
persalinan

4 Informan 4 Iya, perlu karena informasi memudahkan ibu


hamil untuk menambah pengetahuan

5 Informan 5 Iya, perlu sekali karena dari informasi kita tahu


kebersihan, dan kesehatan bagi ibu hamil.

6 Informan 6 Iya, informasi sangat penting Melakukan


persiapan baik anak pertama, kedua, ketiga

7 Informan 7 Iya, informasi sangat penting bagi ibu mengenai


persalinan,untuk menambah pengetahuan
persiapan untuk anak pertama, kedua.

8 Informan 8 Iya informasi sangat membantu ibu apa lagi


mengenai proses persalinan.

9 Informan 9 Iya, perlu karena informasi memudahkan ibu


hamil untuk menambah pengetahuan

10 Informan 10 Iya, informasi itu sangat penting bagi ibu, kalau


tidak ada informasi ibu tidak mengetaui
perkembangan di jaman sekarang ini

43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27. Apakah definisi informasi menurut ibu?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Informasi adalah sebuah pengetahuan, karena


adanya informasi itu saya jadi tahu, karena yang
saya tahu informasi itu luas.
2. Informan 2 Informasi itu adalah ilmu yang sangat bermanfaat,
jadi kalau ada perkembangan terbaru saya jadi
cepat tahu.
3 Informan 3 Informasi itu pengetahuan, dengan informasi ibu
jadi tahu.
4 Informan 4 Untuk mengetahui tanda bahaya pada kehamilan
5 Informan 5 Menurut saya informasi adalah pesan atau makna
yang dapat ditafsirkan dari kumpulan pesan
6 Informan 6 Informasi merupakan pengetauan yang kita dapat
dari buku, atau interaksi antar individu
7 Informan 7 Informasi adalah sebuah pengetahuan, karena
adanya informasi saya jadi tahu, karena yang saya
tahu informasi itu luas.
8 Informan 8 Informasi adalah pengetahuan. Pemberitahuan,
misalnya kalau ada penyakit- penyakit berbahaya
kita jadi tahu.
9 Informan 9 Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan
dari pembelajaran, pengalaman atau instruksi.
10 Informan 10 Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan
dari pembelajaran, pengalaman atau instruksi.

28. Sumber informasi apa saja yang ibu gunakan untuk memenuhi kebutuhan

informasi?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Facebook, instagram, televisi. Buku


2. Informan 2 Facebook, buku parenting, internet
3 Informan 3 YouTube, internet, membaca buku merawat anak
4 Informan 4 Serching di google dan membaca buku tentang ibu
hamil
5 Informan 5 Buku panduan untuk ibu hamil
6 Informan 6 Bergabung pada forum ibu hamil
7 Informan 7 Saya suka liat di Instagram seputar ibu hamil

44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8 Informan 8 Facebook, televisi.
9 Informan 9 Facebook, instagram
10 Informan 10 Internet, buku tentang gizi kesehatan untuk ibu
hamil

29. Apakah ibu suka sharing antara kerabat dekat dan para medis untuk menambah

informasi?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Iya, saya suka sharing sesama ibu hamil

2. Informan 2 Iya, saya konsultasi dokter dan bidan

3 Informan 3 Iya, saya lebih sering bertanya ke bidan

4 Informan 4 Iya , saya sharing ke kerabat dekat .

5 Informan 5 Iya, saya bertanya ke bidan

6 Informan 6 Iya, saya suka sharing sama kerabat dekat

7 Informan 7 Iya, saya sharing ke kerabat dekat.

8 Informan 8 Iya, saya suka sharing sama kerabat dekat dan


bertanya ke dokter dan bidan.

9 Informan 9 Iya, saya sharing ke kerabat dekat .

10 Informan 10 Iya, saya suka sharing sama kerabat dekat dan


bertanya dokter, bidan.

45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30. Bagaimanakah cara ibu merekam informasi yang telah ibu dapatkan?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 kalau sudah dapat informasi dari posyandu ibu


merekamnya dengan mencatat di buku.
2. Informan 2 saya mencatat aja yang penting- penting. Informasi
dari internet juga saya catat saja. Baru saya kasi
tahu ke temen-temen yang lagi hamil juga.

3 Informan 3 Kalau ibu biasanya di catat saja habis itu di


informasikan ke yang lain, karena tidak semua ibu
hamil datang ke posyandu
4 Informan 4 Merekam informasi biasaya saya ingat apa yang
harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan

5 Informan 5 Merekam informasi biasanya cukup di ingat saja,


dan laksanakan.

6 Informan 6 Biasanya saya mencatat saja.


Dibuku catatan

7 Informan 7 Kalau saya cari informasi dari buku dan saya dapat
bahasa asing yang saya kurang pahami saya
mencatatnya atau memfoto bagian yang penting,
lalu saya beratanya ke bidan.

8 Informan 8 Dengan cara mengingat apa saja yang saya


dapatkan dari berbagai sumber baik dari media,
televisi atau dari rekan kerabat

9 Informan 9 Kalau saya mencari dari internet melalui handphone


saya akan menscreenshot bagian yang saya tidak
pahami

10 Informan 10 Ibu biasanya kalau mencari informasi misalnya


seperti senam ibu hamil, ibu suka download
vidionya.

46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31. Apa saja hambatan yang ibu temui saat ingin mencari informasi?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Hambatannya yang saya alami kurangnya informasi


dari televisi, coba saja televisi sering kasih
informasi mengenai kesehatn ibu dan anak.

2. Informan 2 Terkadang susahnya sinyal, kalau sudah mati lampu


sinyal hilang.

3 Informan 3 Kalau hambatan mencari informasi sepertinya tidak


ada dek. Sumber informasi paling saya dapat dari
kader posyandu. Kalau saya tidak mengerti bisa
tanyak aja sama bidan atau dokter

4 Informan 4 Kalau hambatan untuk mencari informasi saat ini


lancar saja misalnya kita datang ke puskesmas juga,
dokter atau bidan pada bersedia untuk memberi
informasi.
5 Informan 5 Hambatan mencari informasi tidak ada, tiap
bulannya di kelurahan juga ada para medis
Puskesmas datang untuk memberitahu
perkembangan ibu hamil.
6 Informan 6 Kalau hambatan untuk mencari informasi saat ini
lancar saja misalnya kita datang ke puskesmas juga,
dokter atau bidan pada bersedia untuk memberi
informasi.

7 Informan 7 Kendalanya rasa ingin tahu mengenai pengetahuan


tentang kehamilan ibu berkurang, dan kadang
banyak ibu hamil yang lain tidak mau tahu

8 Informan 8 Terkadang susah mengajak ibu yang lain untuk


pergi ke Posyandu karena malas
9 Informan 9 Kalau dari internet koneksi jaringannya tidak stabil
10 Informan 10 Hambatan yang saya alami, karena saya lebih suka
pergi ke Posyandu bareng temen tapi terkadang
temennya tidak bisa, jadi saya tidak pergi ke
Posyandu

47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32. Bagaimanakah cara ibu berbagi informasi kepada ibu hamil yang lainnya?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Cara saya berbagi informasi lebih banyak sharing


aja ke yang lainnya
2. Informan 2 Saya lebih suka berbagi informasi melalui grup
facebook
3 Informan 3 Membagi link dari facebook seputar kehamilan.

4 Informan 4 Sering bertanya ke orang tua dek

5 Informan 5 Memberi tahu buku tentang kehamilan yang saya


punya

6 Informan 6 Sharing di grup faceebook

7 Informan 7 Bertanya ke orang tua dan teman dekat


8 Informan 8 Dengan cara sharing saat kumpul dengan
teman/kerabat.

9 Informan 9 Memberi tau buku tentang kehamilan yang saya


punya, dan bertanya ke orang tua

10 Informan 10 Dengan cara sharing saat kumpul dengan


teman/kerabat.

33. Kapankah ibu mengetahui sudah hamil dan apa yang dirasakan tanda-tanda sudah

mulai hamil?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Mengetahui pertama kali hamil saat telat datang


bulan.
2. Informan 2 Tanda-tanda kehamilan terasa lemas dan mual.

3 Informan 3 Telat datang bulan.

4 Informan 4 Cara mengetahui kalau saya hamil test pack

48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kehamilan

5 Informan 5 Tanda-tanda telambat menstruasi

6 Informan 6 Saya merasakan Mual- mual

7 Informan 7 Muntah dan perubahan pada tubuh

8 Informan 8 Tanda-tanda kehamilan terasa lemas dan mual.

9 Informan 9 Telat datang bulan

10 Informan 10 Tanda-tanda telambat menstruasi

34. Darimana ibu mendapat informasi mengenai tanda-tanda kehamilan ?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Saya biasanya searching di google


2. Informan 2 Saya bertanya ke bidan
3 Informan 3 Kalau ibu lebih suka membaca artikel tentang
kehamilan
4 Informan 4 Saya lebih sering baca buku
5 Informan 5 Saya bertanya ke bidan dan dokter
6 Informan 6 Saya lebih sering konsultasi ke bidan
7 Informan 7 Kalau ibu biasanya konsultas bidan di posyandu

8 Informan 8 Saya biasanya searching di google dan bertanya ke


bidan
9 Informan 9 Saya biasanya baca dari internet dan bertanya ke
dokter kamdungan
10 Informan 10 Ibu lebih suka konsultasi ke bidan

49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35. Berapakali ibu melakukan kunjungan memeriksakan kehamilan di fasilitas
kesehatan?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Pada trimester pertama sekali sebulan


2. Informan 2 Minimal 4 kali

3 Informan 3 Setiap bulan

4 Informan 4 Setiap bulan

5 Informan 5 setiap bulan

6 Informan 6 Setiap bulan

7 Informan 7 Setiap bulan

8 Informan 8 Setiap bulan

9 Informan 9 Setiap bulan

10 Informan 10 Setiap bulan

36. Dari mana ibu dapatkan informasi mengenai jadwal pemeriksaan rutin bagi ibu
hamil?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Dari bidan

2. Informan 2 Dari bidan dek

3 Informan 3 Dari bidan dan dokter dek


4 Informan 4 Informasi yang ibu dapatkan dari bidan

5 Informan 5 Ibu dapat infomasi dari bidan dan dokter

6 Informan 6 Saya dapat informasinya dari bidan

7 Informan 7 Ibu bidannya dek yang memberi tahu setiap


bulannya

50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8 Informan 8 Tau dari dokternya dek setiap bulan pasti diingatin

9 Informan 9 Dari bidannya karena setiap bulan posyandu

10 Informan 10 Dari bidan dek

37. Apakah ibu sudah disuntik TT (Tetannus toxoid) atau anti tetanus oleh petugas?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Belum

2. Informan 2 Belum

3 Informan 3 Belum

4 Informan 4 Belum

5 Informan 5 Belum

6 Informan 6 Sudah, pada kehamilan usia 6 bulan

7 Informan 7 Sudah

8 Informan 8 Sudah kemarin hamil 6 bulan

9 Informan 9 Sudah

10 Informan 10 Sudah

38. Dari mana ibu mengetahui informasi tentang suntik TT (Tetanus Toxoid)?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Bidannya dek yang memberi tahu soal suntik TT

2. Informan 2 Bidannya dek yang memberi tahu, terus ibu


serching di internet bener tidak suntik TT itu bagus
tidak buat ibu hamil

51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3 Informan 3 Dokternya yang memberi penjelasan ke saya
langsung

4 Informan 4 Saya diberi tahu bidan dek

5 Informan 5 Saya dapat informasi dari bidan

6 Informan 6 Bidannya yang memberi tahu soal suntik TT

7 Informan 7 Dari bidan ibu lebih banyak tau tentang informasi


suntik TT
8 Informan 8 Dari bidan dan dokter dek soalnya kemaren ada
penyuluhan tentang suntik TT
9 Informan 9 Dapat informasi dari bidan

10 Informan 10 Bidan sama dokternya dek yang memberi informasi


tentang suntik TT

39. Apakah ibu sering melakukan senam ibu hamil?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Tidak, saya takut perutnya keram

2. Informan 2 Ibu tidak berani dek, takut

3 Informan 3 Gak berani dek soalnya gak ada yang ngawasin

4 Informan 4 Iya saya pernah melakukankannya

5 Informan 5 iya pernah hanya beberapa kali saja

6 Informan 6 Pernah dek, cuman sekali habis itu sakit


pinggangnya
7 Informan 7 Iya saya pernah senam ibu hamil

8 Informan 8 Iya ibu pernah dek senam ibu hamil

9 Informan 9 Iya pernah dek


10 Informan 10 Iya pernah dek

52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40. Apakah ibu menjaga kebersihan?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Iya ibu selalu menjaga kebersihan.

2. Informan 2 Iya wajib menjaga kebesihan

3 Informan 3 Iya saya selalu menjaga kebersihan

4 Informan 4 Iya dek, wajib sekali kita menjaga kebersihan


5 Informan 5 Iya pastinya menjaga kebersihan diri

6 Informan 6 Iya ibu selalu menjaga kebersihan

7 Informan 7 Iya saya selalu menjaga kebersihan

8 Informan 8 Iya dek selalu menjaga kebersihan

9 Informan 9 Iya dek, memang kita di anjurkan untuk selalu


menjaga kebersihan
10 Informan 10 Iya dek ibu selalu menjaga kebersihan

41. Berapa kali ibu istirahat dalam satu hari?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 2 kali sehari siang dan malam

2. Informan 2 2 kali sehari siang dan malam

3 Informan 3 2 kali sehari siang dan malam

4 Informan 4 2 kali sehari siang dan malam

5 Informan 5 2 kali sehari siang dan malam

6 Informan 6 2 kali sehari siang dan malam


7 Informan 7 2 kali sehari siang dan malam

8 Informan 8 2 kali sehari siang dan malam

53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9 Informan 9 2 kali sehari siang dan malam

10 Informan 10 2 kali sehari siang dan malam

42. Siapakah yang akan membantu ibu saat melahirkan?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Tenaga medis (dokter, bidan)

2. Informan 2 Bidan

3 Informan 3 Bidan

4 Informan 4 Bidan

5 Informan 5 Bidan

6 Informan 6 Dokter

7 Informan 7 Dokter

8 Informan 8 Bidan

9 Informan 9 Bidan

10 Informan 10 Dokter

43. Apakah tingkat kecemasan ibu meningkat ketika hendak melahirkan?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Iya ada kalau lagi kontraksi


2. Informan 2 Iya, pasti ada rasa kecemasan apa lagi kalau
melahirkannya gak normal.

3 Informan 3 Sedikit ada rasa ketakutan, tapi ibu berusaha tenang

4 Informan 4 cemas kalau mikirin proses melahirkannya enggak


lancar.
5 Informan 5 Iya pasti ada rasa cemas

54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6 Informan 6 Sangat cemas, dan takut
7 Informan 7 Sedikit ada rasa ketakutan
8 Informan 8 Iya ada rasa cemas dan panik.

9 Informan 9 Pasti ada merasakan cemas

10 Informan 10 Sedikit ada rasa ketakutan

44. Dimanakah ibu akan melahirkan?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Puskesmas

2. Informan 2 Puskesmas

3 Informan 3 Rumah sakit

4 Informan 4 Rumah sakit

5 Informan 5 Puskesmas

6 Informan 6 Puskesmas

7 Informan 7 Rumah sakit


8 Informan 8 Rumah sakit

9 Informan 9 Puskesmas

10 Informan 10 Puskesmas

45. Adakah ibu menabung selama masa kehamilan?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Iya pasti ada, apa lagi biaya persalinan besar.


2. Informan 2 Iya ada karena untuk USG juga perlu biaya.
3 Informan 3 Iya ada pasti perlu belanja perlengkapan bayi.

55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4 Informan 4 Iya ada untuk biaya persalinan kita tidak tahu
bakalan lahiran normal atau operasi.
5 Informan 5 Iya ada buat biaya perslinan
6 Informan 6 Iya ada, buat pegangan biaya persalinan

7 Informan 7 Iya ada untuk USG juga perlu biaya

8 Informan 8 Iya ada dek menabung buat persiapan


9 Informan 9 Iya ada buat kebutuhan selama melahirkan
10 Informan 10 Iya ada buat biaya persalinan

46. Siapakah yang ibu inginkan saat menemani ibu ketika proses persalinan?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Suami dan orang tua


2. Informan 2 Suami
3 Informan 3 Suami
4 Informan 4 Suami dan orang tua
5 Informan 5 Suami dan orang tua
6 Informan 6 Suami dan orang tua
7 Informan 7 Suami
8 Informan 8 Suami
9 Informan 9 Suami dan orang tua
10 Informan 10 Suami

47. Siapa yang akan mengantar ibu ke puskesmas?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Suami dan keluarga

2. Informan 2 Suami dan keluarga

3 Informan 3 Suami dan keluarga

56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4 Informan 4 Suami dan keluarga

5 Informan 5 Suami dan keluarga


6 Informan 6 Suami dan keluarga

7 Informan 7 Suami dan keluarga

8 Informan 8 Suami dan keluarga

9 Informan 9 Suami dan keluarga

10 Informan 10 Suami dan keluarga

48. Apakah ibu sudah melakukan pemeriksaan golongan darah, ?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Belum soalnya masi trimester pertama


2. Informan 2 Sudah dek kemarin waktu ada penyuluhan dan
harus periksa golongn darah ke laboraturium
3 Informan 3 Sudah dek
4 Informan 4 Sudah kebetulan kemaren ada penyuluhan di
posyandu
5 Informan 5 Sudah kebetulan kemaren ada penyuluhan di
posyandu
6 Informan 6 Sudah dek
7 Informan 7 Sudah dek
8 Informan 8 Sudah dek
9 Informan 9 Sudah dek kemarin di rumah sakit
10 Informan 10 Sudah dek kemaren di rumah sakit

57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49. Darimana ibu mengetahui informasi pemeriksaan golongan darah?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Ibu mengetahui informasi golongan darah dari para


medis dan melakukan pemeriksaan ke laboraturium

2. Informan 2 Ibu mengetahui informasi golongan darah dari para


medis dan melakukan pemeriksaan ke laboraturium

3 Informan 3 Ibu mengetahui informasi golongan darah dari para


medis dan melakukan pemeriksaan ke laboraturium

4 Informan 4 Ibu mengetahui informasi golongan darah dari para


medis dan melakukan pemeriksaan ke laboraturium

5 Informan 5 Ibu mengetahui informasi golongan darah dari para


medis dan melakukan pemeriksaan ke laboraturium

6 Informan 6 Ibu mengetahui informasi golongan darah dari para


medis dan melakukan pemeriksaan ke laboraturium

7 Informan 7 Ibu mengetahui informasi golongan darah dari para


medis dan melakukan pemeriksaan ke laboraturium

8 Informan 8 Ibu mengetahui informasi golongan darah dari para


medis dan melakukan pemeriksaan ke laboraturium

9 Informan 9 Ibu mengetahui informasi golongan darah dari para


medis dan melakukan pemeriksaan ke laboraturium

10 Informan 10 Ibu mengetahui informasi golongan darah dari para


medis dan melakukan pemeriksaan ke laboraturium
dokter

58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50. Siapakah calon pendonor darah ibu?

NO Sumber Hasil Wawancara

1. Informan 1 Calon pendonor darah ibu golongan darah yang


sama bisa dari suami, ataupun keluarga.
2. Informan 2 Ibu

3 Informan 3 Bapak

4 Informan 4 Ibu

5 Informan 5 Ibu
6 Informan 6 Bapak
7 Informan 7 Bapak
8 Informan 8 Ibu
9 Informan 9 Ibu
10 Informan 10 Ibu

59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai