Anda di halaman 1dari 246

EUFEMISME DALAM SURAT AN-NISĀ‟ :

KAJIAN SOSIO-PRAGMATIK

TESIS

Oleh
AIDINA RIZKI
157009005/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


EUFEMISME DALAM SURAT AN-NISĀ‟ :
KAJIAN SOSIO-PRAGMATIK

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh

AIDINA RIZKI
157009005/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟alamin, puji dan syukur peneliti haturkan kehadirat

Allah Swt. atas berkah, rahmat dan karuniaNya tesis ini akhirnya dapat

diselesaikan. Peneliti juga mengucapkan puji dan syukur kepada nabi besar

Muhammad (Rasulullah saw.), semoga lentera keimanannya senantiasa menyertai

kehidupan sehingga peneliti dapat menempuh perjalanan hidup sampai saat ini

dengan keikhlasan dan ketegaran.

Dalam proses penyusunan dan penelitian tesis ini, peneliti menyadari bahwa

tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Keberhasilan peneliti tentu saja tidak

terlepas dari dukungan, bimbingan, arahan, maupun bantuan oleh berbagai pihak.

Oleh sebab itu, peneliti sampaikan terima kasih yang mendalam dengan ketulusan

hati kepada :

1. Dr. Budi Agustono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara dan Prof. Dr. Mauly Purba, M.A., Ph.D selaku Wakil Dekan

I Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara atas segala

dukungannya dan telah menerima peneliti sebagai mahasiswa S2 Linguistik

USU.

2. Prof. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D selaku pembimbing I dan Dr. Rahimah, M.Ag

selaku pembimbing II dan penasehat akademik yang telah memberikan

pandangan, motivasi, dan bimbingan dengan penuh kesabaran, ketulusan,

serta keikhlasan hati, sejak awal penelitian hingga terwujudnya tulisan ini.

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Prof. T. Silvana Sinar, Ph.D atas kesediaannya memberikan saran dan

arahan demi perbaikan maupun penyempurnaan tesis ini.

4. Prof. Dr. Eddy Setia, M.Ed.TESP selaku Ketua Program Studi Linguistik

Universitas Sumatera Utara, Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A selaku Sekretaris

S2 Program Studi Linguistik Universitas Sumatera Utara dan penguji I,

Dr. Mulyadi, M.Hum selaku Sekretaris S3 Program Studi Linguistik

Universitas Sumatera Utara dan penguji II dan Dr. Namsyah Hot Hasibuan,

M.Ling selaku penguji III atas segala saran dan masukannya kepada peneliti

baik pada saat ujian maupun di luar ujian dan segenap dosen program studi

linguistik Universitas Sumatera Utara yang telah berkenan berbagi gagasan,

pandangan dan ragam saram maupun kritikan yang sangat membantu

peneliti dalam pengembangan pemahaman keilmuan.

5. Para pegawai administrasi program studi linguistik Universitas Sumatera

Utara, yang telah banyak membantu peneliti selama melaksanakan studi

serta menyediakan konsumsi pada saat ujian tesis.

6. Ayahanda (Samingan, SE.SPd) dan Ibunda (Aminah Darni Tanjung, SPdI)

terimakasih sedalam-dalamnya karena Ayah dan Ibunda telah mendidik,

menasehati, mendukung dan menyemangati peneliti, tiada hentinya

mendoakan peneliti dengan penuh kasih sayang, penuh pengorbanan moril

dan materil sehingga dapat menyelesaikan studi S2 di Prodi linguistik FIB

USU. Semoga jerih payah Ayah dan Ibunda diridhoi Allah dan senantiasa

membawa berkah Amin.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7. Almarhum Oppung H.Amiruddin Tanjung, Almarhumah Oppung

Hj.Nurliyanah Sipahutar, Almarhum Kakek Satar yang tiada henti

memberikan do‟a, nasehat dan harapan kepada peneliti selama masa

hidupnya, serta terkhusus kepada Nenek Musiyem yang saat ini selalu

memberikan nasehat, doa dan harapannya untuk keberhasilan studi dan

hidup peneliti sebagai cucunya.

8. Rekan mahasiswa Magister Linguistik angkatan 2015 kelas Reguler atas

segala cerita keseruan, kebahagiaan dan kesedihan selama kuliah, semoga

persahabatan kita tidak terhenti di titik torehan kisah. Terima juga kepada

rekan-rekan 2015 kelas Khusus atas segala motivasi, dukungan, saran dan

bahkan kritikan kepada penulis yang sangat membantu peneliti.

9. Erik Suwandinata; calon pendamping di masa depan yang tanpa henti selalu

memberikan dukungan, dan motivasi. Nasehat, saran, doa dan kalimat

penenang darinya membuat saya semangat untuk secepatnya menyelesaikan

tesis ini.

10. Terakhir, peneliti ucapkan terima kasih sekali kepada seluruh pihak yang

belum sempat disebutkan di dalam tulisan ini. Akhir kata, tiada lain harapan

peneliti, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

linguistik di masa depan.

Medan, Oktober 2017

Aidina Rizki

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. v

DAFTAR TABEL..................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR................................................................................................ viii

DAFTAR PEDOMAN TRANSLITERASI........................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xiii

ABSTRAK................................................................................................................. xiv

ABSTRACT.............................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah................................................................................... 10
1.3 Batasan Masalah..................................................................................... 11
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................................... 11
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 13


2.1 Konsep.................................................................................................... 13
2.1.1 Sosio-pragmatik............................................................................ 13
2.1.2 Aspek-aspek situasi ujaran........................................................... 14
2.1.3 Tindak tutur.................................................................................. 15
2.1.4 Bentuk tindak tutur....................................................................... 16
2.1.5 Komponen tindak tutur................................................................. 21
2.1.6 Eufemisme..................................................................................... 23

2.2 Landasan Teori....................................................................................... 32

2.2.1 Teori Etnografi Komunikasi........................................................ 32

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3 Penelitian yang Relevan.......................................................................... 35
2.4 Kerangka teoritis.................................................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 43


3.1 Metode Penelitian.................................................................................. 43
3.2 Data dan Sumber Data........................................................................... 44
3.3 Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 45
3.4 Teknik Analisis Data.............................................................................. 51

BAB IV ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN............................................. 55

4.1 Bentuk lingual dalam surat an-Nisā‟ yang menggunakan gaya bahasa

eufemisme............................................................................................. 55

4.2 Komponen tindak-tutur gaya bahasa eufemisme dalam surat an-Nisā.. 79

4.3 Pembahasan .......................................................................................... 179

4.3.1 Pembahasan hasil bentuk lingual dalam surat an-Nisā yang

menggunakan gaya bahasa eufemisme........................................ 179

4.3.2 Pembahasan hasil penelitian tentang gaya bahasa eufemisme

pada surat an-Nisā ditinjau dari perspektif sosio-pragmatik....... 181

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 185


5.1 Kesimpulan............................................................................................ 185
5.2 Saran....................................................................................................... 185

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 1.1 Akronim dari teori SPEAKING 33

Tabel 1.2 Data ayat-ayat eufemisme pada surat an-Nisā‟ 46

Tabel 1.3 Teknik pengumpulan data, analalisis data dan jawaban rumusan masalah 53

Tabel 1.4 Bentuk-bentuk lingual gaya bahasa eufemisme dalam surat an-Nisā‟ 56

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

No Judul
Halaman

Gambar 1.1 Pragmatik umum 14

Gambar 1.2 Kerangka berfikir gaya bahasa eufemisme 41

Gambar 1.3 Model interaktif Miles dan Hubberman dan Sadana (2014) 52

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam tesis ini adalah pedoman

c transliterasi berdasarkan SK bersama Menteri agama dan Menteri pendidikan

dan kebudayaan RI no.158 tahun 1987 dan no. 0543b/U/1987 tertanggal 22

Januari 1988.

A. Konsonan

Huruf Nama Huruf Latin Nama


Arab

‫ ا‬Alif Tidak Tidak dilambangkan


dilambangkan

‫ة‬ Ba B Be

‫د‬ Ta T Te

‫س‬ Tsa ṡ Es (dengan titik di bawah)

‫ط‬ Jim J Je

‫ح‬ ḥ ḥ Ha (dengan titik di bawah)

‫خ‬ Kha Kh Ka dan Ha

‫د‬ Dal D De

‫ر‬ Dzal Ż Zet (dengan titik di atas)

‫س‬ Ra R Er

‫ص‬ Zai Z Zet

‫ط‬ Sin S Es

‫ػ‬ Syin Sy Es dan Ye

‫ص‬ Sad Ṣ Es (dengan titik di bawah)

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
‫ع‬ Dad ḍ De (dengan titik di bawah)

‫ؽ‬ Ta ṭ Te (dengan titik di bawah)

‫ظ‬ Za ẓ Zet (dengan titik di bawah)

‫ع‬ „ain „ Koma terbalik (di atas)

‫ؽ‬ Gain G Ge

‫ف‬ Fa F Ef

‫ق‬ Qaf Q Ki

‫ك‬ Kaf K Ka

‫ه‬ Lam L El

ً Mim M Em

ُ Nun N En

ٗ Waw W We

ٓ Ha H Ha

‫ء‬ Hamzah ˋ Apostrof

ٛ Ya Y Ye

B. Konsonan rangkap

Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap.

Contoh : ‫ ٍق ّذٍخ‬/ muqaddimatu / „pembukaan‟

‫ْخ اىَْ ّ٘سح‬ٝ‫اىَذ‬/ al-madīnatu al-munawwaratu / „Madinah

Munawwarah‟

C. Vokal

1. Vokal tunggal

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
_َ (fathah) ditulis “a”, contoh : ‫ قشأ‬/ qaraa / „membaca‟

_ِ (kasrah) ditulis “i”, contoh : ٌٞ‫ سح‬/ raḥīmun / „pengasih‟

_ُ (dammah ) ditulis “u”, contoh : ‫ مزت‬/ kutubun / „buku‟

2. Vokal rangkap

Vokal rangkap َ_ ٛ (fathah dan ya) ditulis “ai”

Contoh : ‫ْت‬ٝ‫ ص‬/ zainab / „zainab‟

‫ف‬ٞ‫ م‬/ kaifa / „bagaimana‟

Vokal rangkap َٗ (fathah dan waw ) ditulis “au”

Contoh : ‫ ح٘ه‬/ ḥaula / „sebagaimana‟

‫ ق٘ه‬/ qaulun / „perkataan‟

D. Vokal panjang

‫ا‬---- dan ٛ---- (fatha) ditulis “”, contoh : ً‫ قب‬/ qāma / ٚ‫ قؼ‬/ qaḍā /

ٛ--- (kasrah) ditulis “”, contoh : ٌٞ‫ سح‬/ raḥīmun / „pengasih‟

ٗ--- (dammah) ditulis “u”, contoh : ً٘‫ ػي‬/ „ulūmun / „mengetahui‟

E. Ta Marbutah

a. Ta marbutah yang berharakat sukun ditransliterasikan dengan huruf

“ha”

Contoh : ‫ ٍ ّنخ اىَنشٍّخ‬/ makkah al-mukarramah / „Makkah

mukarramah‟

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
‫ّخ‬ٍٞ‫ؼخ اإلعال‬ٝ‫ اى ّشش‬/ as-syari‟atul islamiyah / „Syari‟at islam‟

b. Ta marbutah yang berharkat hidup ditransliterasikan dengan huruf “t”

Contoh : ‫ّخ‬ٍٞ‫اىحنٍ٘خ اإلعال‬/ al-hukūmatu al-islāmiyyati / „Hukum

islam‟

‫ اىغّْخ اىَز٘ارشح‬/ as-sunnatu al-mutawātirati / „Sunah

mutawatir‟

F. Hamzah

Huruf hamzah ( ‫ ) ء‬di awal kata dengan vokal tanpa didahului oleh tanda

aspostrof.

Contoh : ُ‫َب‬ٝ‫ ا‬/ īmānun / „percaya‟

G. Lafzu al-Jalālah

Lafzu al-Jalālah ( kata ‫ ) هللا‬yang berbentuk frase nomina ditransliterasi tanpa

hamza.

Contoh : ‫ ػجذ هللا‬/ „abdullah / „Abdullah‟

‫ت هللا‬ٞ‫ حج‬/ ḥabībullah / „kekasih allah‟

H. Kata sandang “al”

1. Kata sandang “al” tetap ditulis “al”, baik pada kata yang dinilai

dengan huruf qamariyah maupun syamsiah.

Contoh : ‫األٍبمِ اىَق ّذعخ‬/ al-amākinu al-muqaddasati / „tempat yang

suci‟

‫ّخ‬ٞ‫بعخ اىششػ‬ّٞ‫اىغ‬/ as-siyāsatu asy-syar‟iyyatu / „politik yang

dianjurkan‟

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Huruf “a” pada kata sandang “al” tetap ditulis dengan huruf kecil

meskipun merupakan nama diri.

Contoh : ٙ‫ اىَبٗسد‬/ al-mawardī

‫ األصٕبس‬/ al-azhāru / „bunga‟

3. Kata sandang “al” di awal kalimat dan pada kata “Allah swt, al-

Qur‟an” ditulis dengan huruf kapital.

Contoh : ٌٝ‫ ىّ أقشأ اىقشآُ اىنش‬/inna aqrau al-qurāna al-karīma / saya

membaca alqur‟an karim‟

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

Lampiran 1 Surat an-Nisā‟ ayat 1-176 190

Lampiran 2 Terjemahan Surat an-Nisā‟ 211

(Departemen Agama)

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EUFEMISME DALAM SURAT AN-NISĀ‟
(KAJIAN SOSIO-PRAGMATIK)

Abstrak
Penelitian ini berhubungan dengan gaya bahasa eufemisme
dalam Alquran khususnya dalam surat an-Nisā yang dikaji
dari segi sosio-pragmatik. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan : 1) bentuk lingual dalam surat an-Nisā`
yang membicarakan wanita dan kaitan dengan
kehidupannya dengan menggunakan gaya bahasa
eufemisme (kināyah), 2) mendeskripsikan komponen
tindak tutur dalam kajian sosio-pragmatik untuk
menganalisis gaya bahasa eufemisme (kināyah) dalam
surat an-Nisā‟. Metode yang digunakan bersifat kualitatif,
yaitu dengan melakukan studi kepustakaan (library
reseach). Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu
dengan menggunakan teknik baca catat. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori etnografi
komunikasi. Temuan menunjukkan 1) bentuk lingual
dalam surat an-Nisā` yang membicarakan wanita dan
kaitan dengan kehidupannya dapat ditemukan sebanyak 71
ekspresi lingual yang dimasukkan dalam kategori bentuk
kata sebanyak 23 ekspresi lingual, bentuk frase sebanyak
20 ekspresi lingual dan bentuk kalimat sebanyak 28
ekspresi lingual. 2) delapan komponen tindak tutur
(speaking) dalam kajian sosio-pragmatik untuk
menganalisis gaya bahasa eufemisme (kināyah) ditemukan
keseluruhannya dalam surat an-Nisā‟ dan terdapat 3 bentuk
tindak tutur yaitu 29 tindak tutur pernyataan (deklaratif), 7
tindak tutur pertanyaan (interogatif) dan 33 tindak tutur
perintah (imperatif).
Kata kunci : Gaya bahasa, eufemisme, surat an-Nisā‟,
sosio-pragmatik.

xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EUPHISM IN SURAH AN-NISA’
(A SOCIO-PRAGMATIC STUDY)

ABSTRACT

This research is related to euphemism found in the Koran, particularly in Surah


An-Nisa‟, studied from socio-pragmatic aspect. The objective of the research is to
describe: 1) the lingual form in Surah An-Nisa‟ which tells about women and
their life by means of euphemism (kinayah), and 2) speech act component in a
socio-pragmatic study by analyzing the euphemism in Surah An-Nisa‟. The
research uses qualitative method with library study. The data are collected by
applying reading and note taking technique. The theory used in this research is
ethnographic communication (1972). The finding demonstrates that 1) there are
71 lingual expressions categorized into 23 words, 20 phrases, and 28 sentences of
the lingual forms in Surah An-Nisa‟ and 2) there are 8 components of speech act
(speaking) in the socio-pragmatic study used to analyze euphemisms in Surah An-
Nisa‟ and 3 forms of speech act consisting of 29 declaratives, 7 interrogatives,
and 33 imperatives.

Keywords: Figure of speech, Euphemism, Surah An-Nisa’, Socio-Pragmatic

xvi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh manusia

atau sekelompok masyarakat dapat dikaji secara internal ataupun eksternal.

Kajian bahasa secara internal merupakan bentuk pengkajian yang dilakukan

terhadap struktur intern bahasa itu sendiri. Kajian internal ini dilakukan dengan

menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur yang ada dalam linguistik

sehingga hasil kajiannya hanya berupa perian-perian bahasa tanpa ada

kaitannya dengan masalah lain di luar bahasa. Sebaliknya, kajian bahasa secara

eksternal merupakan kajian yang dilakukan terhadap hal-hal yang berada di luar

bahasa, tetapi tetap berkaitan dengan pemakaian bahasa oleh para penuturnya.

Kajian bahasa secara eksternal ini tidak hanya menggunakan teori dan

prosedur linguistik saja, tetapi juga menggunakan teori atau disiplin ilmu lain

yang mempunyai kaitan, misalnya sosiologi, psikologi, antropologi, dan

sebagainya.

Pengkajian bahasa secara eksternal dalam kancah penelitian disiplin

linguistik setidaknya melibatkan dua disiplin ilmu sehingga wujudnya

berupa ilmu antardisiplin yang namanya merupakan gabungan dari disiplin ilmu

yang bergabung itu (Chaer dan Agustina, 1995: 1-2). Misalnya, disiplin ilmu

sosiolinguistik merupakan penggabungan antara disiplin ilmu sosiologi dan

linguistik. Demikian juga dengan sosiopragmatik yang merupakan

penggabungan antara disiplin ilmu sosiologi dan disiplin ilmu pragmatik.

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

Selain menghasilkan rumusan kaidah pemakaian bahasa secara teoretis,

kajian bahasa yang bersifat eksternal antardisiplin ini juga bersifat terapan. Hal

ini berarti bahwa hasil kajiannya dapat dijadikan acuan untuk memecahkan

persoalan-persoalan dalam kehidupan bermasyarakat yang berkaitan dengan

pemakaian bahasa. Hal ini tentu berbeda dengan kajian yang bersifat internal,

yang hanya melahirkan teori linguistik murni. Namun, seseorang yang terjun

dalam kegiatan pengkajian bahasa secara eksternal, harus terlebih dahulu

memahami pengkajian bahasa secara internal. Tanpa adanya pemahaman

mengenai kajian bahasa secara internal, seseorang akan mengalami kesulitan atau

bahkan tidak akan dapat melakukan kajian bahasa secara eksternal.

Sebagaimana telah diungkapkan di atas bahwa sosiopragmatik merupakan

penggabungan antara disiplin ilmu sosiologi dan pragmatik. Kedua disiplin ilmu

ini saling erat kaitannya. Oleh karena itu, untuk memahami sosiopragmatik

terlebih dahulu perlu dipahami mengenai sosiologi dan pragmatik.

Sosiologi adalah ilmu tentang sifat masyarakat perilaku masyarakat, dan

perkembangan masyarakat. Lebih lanjut, menurut Soerjono Soekanto (1982: 2)

sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses- proses sosial,

termasuk di dalamnya perubahan-perubahan sosial. Sosiologi dipakai untuk

mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung dan tetap ada.

Dengan mengetahui lembaga-lembaga sosial dan segala permasalahan sosial

dalam suatu masyarakat, akan diketahui bagaimana cara-cara manusia

menyesuaikan diri dengan tempat dan lingkungan masyarakatnya. Pokok bahasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

sosiologi meliputi; fakta sosial, tindakan sosial, khayalan sosiologis, dan realitas

sosial.

Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di

luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan

individu tersebut. Contoh, di sekolah seorang siswa diwajibkan untuk

datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada

guru. Kewajiban- kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan

memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya

cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah)

yang bersifat mengendalikan individu (siswa). Tindakan sosial adalah suatu

tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. Contoh,

menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial,

tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga

mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial. Khayalan sosiologis

diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang

ada dalam diri manusia. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah

troubles dan issues.

Troubles adalah permasalahan pribadi individu dan merupakan ancaman

terhadap nilai-nilai pribadi. Issues merupakan hal yang ada di luar

jangkauan kehidupan pribadi individu. Seorang sosiolog harus bisa menyingkap

berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir menjadi suatu realitas yang tidak

terduga. Syaratnya, sosiolog tersebut harus mengikuti aturan-aturan ilmiah dan

melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian

normatif.

Pragmatik juga merupakan bagian dari kondisi umum suatu masyarakat

dalam hal penggunaan bahasa secara komunikatif. Levinson (1987: 1-53) cukup

banyak memberikan batasan mengenai pragmatik, antara lain sebagai berikut.

(1) Pragmatik adalah kajian mengenai hubungan antara bahasa dengan

konteks yang menjadi dasar dari penjelasan tentang pemahaman bahasa. (2)

Pragmatik adalah kajian mengenai deiksis, implikatur, praanggapan, tindak tutur,

dan aspek-aspek struktur wacana. (3) Pragmatik adalah kajian mengenai

bagaimana bahasa dipakai untuk berkomunikasi, terutama hubungan antara

kalimat dengan konteks dan situasi pemakaiannya. Dengan demikian, untuk

memahami pemakaian bahasa, kita dituntut untuk memahami konteks yang

mewadahi pemakaian bahasa tersebut. Perkembangan pragmatik tidak terlepas

dari adanya perkembangan bahasa yang digunakan dalam komunikasi. Hal ini

sejalan dengan pemikiran Firth (dalam I Dewa Putu Wijana, 1996: 5) yang

mengemukakan bahwa kajian bahasa tidak dapat dilakukan tanpa

mempertimbangkan konteks situasi yang meliputi partisipasi, ciri-ciri situasi lain

yang relevan dengan hal-hal yang sedang berlangsung, serta dampak- dampak

tindakan tutur yang diwujudkan dalam perubahan yang timbul akibat

tindakan partisipan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pragmatik adalah studi kebahasaan yang terikat oleh konteks berbahasa.

Konteks di sini memiliki peranan kuat dalam menentukan maksud

penutur dalam berinteraksi dengan mitra tuturnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

Kajian sosiopragmatik sebagai pijakan dalam penelitian ini didasarkan

pada kenyataan bahwa penerapan prinsip kerja sama dan kesantunan berbeda

dalam kebudayaan maupun masyarakat tutur yang berbeda, dalam kelas-kelas

sosial yang berbeda, dalam situasi-situasi sosial yang berbeda pula.

Sosiopragmatik mengkaji penggunaan bahasa (language use bukan language

usage) di dalam sebuah masyarakat budaya di dalam situasi sosial tertentu

(Asim Gunarwan: 2007: 182). Geoffrey Leech (1983: 10—11) menyatakan

bahwa sosiopragmatik itu adalah salah satu dari dua sisi pragmatik, yang sisi

lainnya adalah pragmalinguistik. Sosiopragmatik dapat digunakan untuk

menyelidiki atau mengkaji seberapa jauh kelompok masyarakat bahasa

menunjukkan perbedaan dalam menerapkan prinsip santun berbahasa dalam

kegiatan komunikasi, dalam hal ini kegiatan komunikasi di lingkungan sekolah.

Sosiopragmatik juga dapat menjelaskan strategi-strategi berkomunikasi atau

bertutur yang seharusnya dan yang biasa dilakukan oleh para penutur dalam

upaya menjaga dan mempertahankan hubungan sosial yang belaku pada

lingkungan masyarakatnya.

Kondisi sosial masyarakat Arab yang hidup dipadang pasir dalam suasana

alam yang kering dan tandus, hanya terdapat sedikit oase/wadi dan lahan sehingga

memaksa mereka untuk hidup berpindah-pindah dari satu wadi ke wadi yang lain

(nomad) guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebiasaan ini membuka peluang

yang cukup besar untuk terjadinya peperangan antara satu kabilah dengan kabilah

lainnya. Sikap permusuhan antara kabilah ini menyebabkan munculnya sifat

buruk, yaitu mereka tidak menyukai anak perempuan karena tidak dapat diajak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

berperang dan hidup keras. Mereka berharap keturunan anak laki-laki yang

banyak untuk regenerasi dalam kesatuan kabilah karena hanya dengan itu

kekuatan dan kehormatan kabilah dapat terjaga. Faktor cuaca yang tidak

bersahabat dan suasana kehidupan yang gersang, maka harapan yang menyelimuti

kehidupan mereka terkontaminasi oleh imajinasi-imajinasi kotor yang

mengakibatkan munculnya al-syahwah al-hayawānīyah (nafsu binatang).

Munculnya nafsu binatang ini bersamaan dengan gaya hidup nomad (tanaqqul)

yang harus mereka jalani sangat berpengaruh terhadap karakter dan tabiat mereka,

yaitu terbentuknya sikap mendua terhadap wanita. Seringkali mereka menaruh

rasa cinta kepada wanita lain, dan bahkan lebih dari pada itu mereka menyukai

hidup “berpoligami” (Hasan, 1990: 18).

Berkaitan ini, dalam tradisi sosial masyarakat Arab pra Islam, apabila istri

dalam keadaan menstruasi ia ditinggalkan begitu saja dan tidak pernah diberi

nafkah. Tradisi yang mendeskriditkan perempuan ini kemudian Islam datang

dengan memperbaiki dengan cara yang halus, agar kaum perempuan mempunyai

hak dan kewajiban yang sama dengan kaum laki-laki (Muzakki, 2009: 151).

Sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Al-Maidah: 6.

‫ َوإ ْن كٌ ْن ُ ُْت َّم ْر ََض َأ ْو عَ ََل َس َف ٍر َأ ْو َج َاء َأ َح ٌد ِ ّم ْن ُ ُْك َّم َن إلْغَائِطِ َأ ْو َال َم ْس ُ ُُت إل ِن ّ َسا ُء فَ َ َْل ََتِدُ ْوإ‬...
ِ
....‫َم ًاء فَتَ َي َم ُّم ْوإ َص ِع ْيدً إ َط ِ ّي ًبا‬

/wa in kuntum mardhā au „ala saparin au jāa aḥadun minkum min al-
gaiṭi au lā mastum an-nisāu falam tajidū māan fatayammamū
sha‟īdan thayyiban/‟ Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan,
maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan
debu yang baik (suci)‟.(QS. 5: 6).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Pada ayat tersebut Allah menggambarkan bahwa seseorang yang beriman

diwajibkan atasnya berwudhu yaitu membasuh muka, tangan sampai dengan siku,

menyapu kepala, membasuh kaki sampai dengan kedua mata kaki jika hendak

mengerjakan shalat, jika sakit atau dalam perjalanan, jika kembali dari tempat

buang air (ghāith) dan jika menyentuh perempuan (lāmastum an-nisa‟) dan

apabila jika tidak mendapatkan air maka bertayammumlah (Katsir, 1991:449).

Penjelasan ayat tersebut diatas membicarakan tentang wanita (hubungan suami

isteri) selalu menggunakan preferensi atau pemilihan kata yang halus, sopan, dan

etis atau yang disebut dengan gaya bahasa eufemistik (kināyah) seperti pada kata

‫ َأ ْو َال َم ْس ُ ُُت إل ِن ّ َسا ُء‬/ aulā mastumu an-nisāi.

Chaer (1994: 144) mengatakan, eufemisme adalah gejala dimana

ditampilkannya kata-kata atau bentuk-bentuk yang dianggap memiliki makna

yang lebih halus, atau lebih sopan daripada kata atau kalimat yang akan

digantikan. Bersamaan pengertiannya dengan Kināyah dalam bahasa Arab

mempunyai pengertian lafadz yang diucapkan dan dikehendaki kelaziman

maknanya, dengan adanya pertanda yang tidak menghalangi untuk menghendaki

makna aslinya. (Fatah, 1985: 247).

Berdasarkan penjelasan diatas maka difahami bahwa gaya eufemisme

memang diperlukan dalam berkomunikasi pada sebuah komunitas sosial

masyarakat terutama untuk memperhalus kata-kata yang dianggap tabu atau

vulgar dalam sebuah norma masyarakat. Gaya bahasa eufemisme termasuk

kedalam gaya bahasa perbandingan, ia disebut juga ungkapan pelembut. Gaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

bahasa ini dimaksudkan untuk memperhalus kata-kata agar terdengar lebih sopan

menurut kaidah rasa bahasa.

Eufemisme (kināyah) gaya bahasa yang menggunakan ungkapan yang lebih

halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasa lebih kasar atau tidak

menyenangkan. Dengan kata lain, eufimisme merupakan gaya bahasa

perbandingan yang mengganti satu pengertian dengan kata lain yang hampir sama

artinya dengan maksud untuk menghindarkan kata yang bermakna tabu atau

kurang sopan. Contoh lain dalam QS. Al-Baqarah: 223

...‫ِ َس ٓ ُء ُ ْ َ ْر ٌ ل َّ ُ ُْك فَ ْأ ٌْوإ َ ْر ٌ َُْك َأ َّ ِ ْ ُ ُْت‬

/nisāukum ḥarṡun lakum faˋtū ḥarṡakum annā syiˋtum/‟Isteri-isterimu


adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah
tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu
kehendaki‟.(QS. 2:223).

Pada ayat ini Allah menggambarkan bahwa seorang istri diibaratkan seperti

ladang, jika ia dalam keadaan suci. Dalam fenomena sosial masyarakat Arab,

ladang memang menjadi simbol ketenangan dan kemakmuran hidup. Supaya

mereka tetap mencintai istrinya, seperti layaknya mereka menyukai ladang untuk

bercocok tanam, Islam memberikan tuntunan hukum bahwa perempuan yang

menstruasi tidak boleh diperlakukan seperti dalam keadaan normal.

Secara psikologis, kalau bahasa yang digunakan itu vulgar atau sesuai

dengan konteksnya akan memancing munculnya sifat-sifat kasar yang sudah

menjadi karakter hidup mereka dan karena itu untuk meredam sifat-sifat tersebut

Alquran sengaja menyampaikan dengan gaya bahasa kināyah, misalnya, kata yang

merujuk kepada seorang wanita dengan menggunakan kata "lāmastum", “harts”,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

libās”. Menurut al-Shābūnī (t.t.: 478); “dalam tradisi bahasa Arab apabila kata

"lāmastum" bersanding dengan kata al-nisā`, maka pengertiannya adalah

bersetubuh. Oleh sebab itu, Alquran sering mengungkap dengan kata “al-

mubāsyarah”, “al-lams/ al-mulamasah”, atau “ar-rafats” sebagai kināyah (gaya

bahasa eufemisme) dari makna bersetubuh”.

Penganalisisan bahasa pada sebuah wacana ada tiga konsep dasar :

Pertama, kebudayaan sebagai sistem jaringan bahasa.

Kedua, bahasa sebagai teks. Bahasa dalam bentuk teks ini selalu membawa

fungsi-fungsi sosial dari suatu proses sosial yang terdapat dalam masyarakat.

Dalam keadaan demikian, teks selalu mengandung nilai-nilai dan norma-norma

kultural yang dimilikinya. Keberadaan bahasa sebagai teks senantiasa dikelilingi

oleh lingkungannya, baik fisik maupun non-fisik yang secara langsung

mendukung keberadaan teks tersebut, atau dengan kata lain, teks selalu berada

dalam konteksnya.

Ketiga, fungsi bahasa. Pada hakikatnya bahasa mempunyai fungsi sosial

(Leech:1974).

Adapun surat an-Nisā` tergolong ke dalam surat Madaniyyah, terdiri atas

176 ayat. Dinamakan an-Nisā` karena di dalam surat ini banyak dibicarakan hal-

hal yang berhubungan dengan wanita dan kehidupan. Surah lain yang banyak

juga membicarakan wanita adalah surah at-Talāq. Dalam hal ini dapat disebut

surat an-Nisā` dengan sebutan “an-Nisā` al-Kubra” sedangkan surat at-Talāq bisa

disebut sebagai surat “an-Nisā` as-Sughra”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Surat an-Nisā` banyak mengandung hukum-hukum syari‟at yang mengatur

berbagai problem yang berkaitan dengan individu maupun kehidupan sosial.

Surah ini mengulas beragam perihal mutlak yang terkait dengan wanita, rumah

tangga, keluarga, negara dan kehidupan bermasyarakat. Namun sebagian besar

hukum yang ada di dalam surat ini berbicara perihal wanita, karena memang surat

ini mengandung banyak keistimewaan yang luar biasa, maka peneliti tertarik

untuk mengulas dan mengkajinya secara lebih dalam dari sisi gaya bahasa

eufemisme yang ada dalam surat an-Nisā`.

Peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai gaya bahasa

eufemisme yang terkandung dalam Alquran, terutama surat an-Nisā` dari

perspektif sosio-pragmatik. Karena antara bahasa dan budaya terjalin hubungan

dialektis, di mana sifat-sifat dasar dan struktur bahasa tertentu merupakan refleksi

kebudayaan atau merupakan representasi sosio-kultural. Dengan demikian, alasan

krusial dan tersembunyi dapat terungkap ketika Alquran menyampaikan pesan-

pesan moral dan kebenaran kepada masyarakat Arab dengan menggunakan gaya

bahasa tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah ini mengacu pada dua permasalahan pokok, yaitu:

1. Bentuk-bentuk lingual apa sajakah dalam surat an-Nisā‟ yang

membicarakan wanita dan kaitan dengan kehidupannya yang

menggunakan gaya bahasa eufemisme (kināyah) ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

2. Bagaimana komponen tindak tutur dalam kajian sosio-pragmatik untuk

menganalisis gaya bahasa eufemisme (kināyah) dalam surat an-Nisā‟ ?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada surat an-Nisā`. Dengan pertimbangan bahwa

surat tersebut banyak membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan wanita

dibandingkan surat-surat yang lain. Secara tidak langsung, bahasa Alquran banyak

menggunakan pilihan-pilihan kata yang halus, yang dapat mengantarkan mereka

menjadi hamba yang berakhlak mulia.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian di atas, maka tujuan yang hendak dicapai

ialah:

1. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk lingual dalam surat an-Nisā‟

yang membicarakan wanita dan kaitan dengan kehidupannya yang

menggunakan gaya bahasa eufemisme (kināyah).

2. Untuk mendeskripsikan komponen tindak tutur dalam kajian sosio-

pragmatik untuk menganalisis gaya bahasa eufemisme (kināyah) dalam

surat an-Nisā‟.

1.5 Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

pengembangan keilmuan, baik pada tataran teoritik maupun praktis. Pada tataran

teoritik temuan penelitian ini dapat memperkaya khazanah kajian sosio-pragmatik

Arab. Sedangkan pada tataran praktis, di antaranya adalah untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

menumbuhkembangkan tradisi intelektual dan kegiatan ilmiah, yaitu berupa

analisis gaya bahasa eufemisme dalam surat an-Nisā‟, khususnya dari sudut

pandang sosio-pragmatik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

2.1.1 Sosio-Pragmatik

Sosio-pragmatik merupakan titik pertemuan antara sosiologi dan pragmatik.

Misalnya banyak kajian yang telah dilakukan mengenai analisis percakapan

merupakan kajian yang membatasi diri pada kondisi-kondisi sosial tertentu, dan

terikat pada data sosial tertentu, dan terikat pada data percakapan lokal. Hal inilah

yang dinamakan sosio-pragmatik. Sosio-pragmatik selalu dikaitkan pada

kenyataan bahwa prinsip kerja sama dan prinsip sopan santun beroperasi secara

berbeda dalam kebudayaan-kebudayaan dan masyarakat bahasa yang berbeda,

dalam situasi-situasi sosial yang berbeda, dalam kelas-kelas sosial yang berbeda.

Contohnya penggunaan bahasa anak sekolah, atau interpretasi sopan santun yang

berbeda-beda diantara masyarakat Cina, dan Indonesia. Contoh-contoh ini

menyiratkan bahwa pada akhirnya deskripsi pragmatik harus dikaitkan dengan

kondisi-kondisi sosial tertentu (Leech:1993).

Defenisi mengenai sosio-pragmatik akan peneliti gambarkan melalui

bagan dibawah ini bahwa sosio-pragmatik merupakan bagian dari pragmatik

umum. Pragmatik umum terbagi atas 2 yaitu pragmalinguistik yang berhubungan

dengan bahasa dan sosio-pragmatik yang berhubungan dengan sosiologi (Leech,

1993:15-16).

13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14

Pragmatik Umum

Pragmalinguistik Sosio-Pragmatik

(Tata bahasa) (Sosiologi)

berhubungan dengan berhubungan dengan

Gambar 1.1 Bagan tentang Pragmatik Umum

2.1.2 Aspek-aspek situasi ujaran

Leech (via Wijana, 1996:10) mengemukakan sejumlah aspek yang

senantiasa harus dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik. Aspek-aspek

tersebut meliputi penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan

sebagai bentuk tindakan/aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal.

1. Penutur dan Lawan tutur

Konsep penutur dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan pembaca

bila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek

yang berkaitan dengan penutur dan penutur ini adalah usia, latarbelakang sosial

ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban dan sebagainya.

2. Konteks tuturan

Konteks tuturan adalah konteks dalam semua aspek fisik atau setting sosial

yang relevan dari tuturan bersangkutan. Di dalam pragmatik konteks itu pada

hakikatnya adalah semua latarbelakang pengetahuan (baground knowledge) yang

dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

3. Tujuan tuturan

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh

maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan yang

bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau

sebaliknya, berbagai macam maksud dapat di utarakan dengan tuturan yang sama.

4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas

Bila gramatika menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai entitas yang

abstrak, seperti kalimat dalam sintaksis, proposisi dalam studi semantik.

Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi dalam

situasi tertentu. Aspek ini berurusan dengan tindak-tindak atau performansi-

performansi verbal yang terjadi dalam situasi atau waktu tertentu.

5. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatik, seperti yang

dikemukakan dalam kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh

karena itu, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal.

2.1.3 Tindak tutur

Chaer dan Agustina (2010:50) mendefenisikan tindak tutur sebagai gejala


individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh
kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur ini
lebih menitikberatkan pada makna atau arti tindak dalam suatu tuturan. Tindak
tutur dapat berwujudn suatu pertanyaan, perintah, maupun pernyataan.

Menurut Austin (dalam Sumarsono, 2009:323) tindak tutur adalah

sepenggal tutur yang dihasilkan sebagai sebagian dari interaksi sosial.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Mengucapkan sesuatu adalah melakukan sesuatu, dan bahasa atau tuturan dapat

dipakai untuk membuat kejadian.

Berkaitan dengan tindak tutur ini, Searle (dalam Wijana, 1996:17)

mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada 3 bentuk tindakan

bahasa yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi, tindak

ilokusi, dan tindak perlokusi. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan

bahwa tindak tutur merupakan kegiatan bermakna dilakukan oleh manusia sebagai

makhluk berbahasa dengan mempertimbangkan aspek pemakaian aktualnya.

2.1.4 Bentuk tindak tutur

Austin (dalam Nababan, 1987:18) mengatakan bahwa secara analitis jenis

tindak tutur dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi,

dan tindak perlokusi.

1. Tindak lokusi

Tindak tutur lokusi merupakan tindak mengucapkan sesuatu dengan kata

dan kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus dan menurut kaidah

sintaksisnya semua kalimat yang dituturkan menggunakan makna asli. Menurut

Rahardi (2008:35) tindak tutur lokusi adalah tindak bertutur dengan kata, frasa

dalam kalimat itu adalah makna leksikal.

Tindak lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk

diidentifikasikan karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa

menyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur. Jadi, dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

perspektif pragmatik tindak lokusi sebenarnya tidak atau kurang begitu penting

peranannya untuk memahami tindak tutur.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

dalam tindak lokusi ini tidak dipermasalahkan fungsi tuturannya karena makna

yang terdapat dalam kalimat yang sesuai dengan apa yang diujarkan pendengar

atau lawan tutur karena tuturan itu tidak memerlukan tafsiran, dan sesuai dengan

situasi kondisi.

Berdasarkan kategori gramatikal tersebut Austin menyatakan bentuk tindak

tutur lokusi dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut :

1) Bentuk pernyataan (Deklaratif)

Bentuk pernyataan berfungsi hanya untuk memberitahukan sesuatu kepada

orang lain sehingga diharapkan pendengar untuk menaruh perhatian.

2) Bentuk pertanyaan (Interogratif)

Bentuk pertanyaan berfungsi untuk menanyakan sesuatu sehingga

pendengar diharapkan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh

penutur.

3) Bentuk perintah (Imperatif)

Bentuk perintah memiliki maksud agar pendengar memberi tanggapan

berupa tindakan atau perbuatan yang diminta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

2. Tindak Ilokusi

Tindak tutur ilokusi yaitu tindak tutur yang mengandung maksud,

hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan.

Menurut Rahardi (2008:35) tindak tutur ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu

dengan maksud dan fungsi tertentu.

Sejalan dengan pendapat di atas, Cummings (2007:9) menyatakan bahwa

tindak ilokusi adalah ujaran-ujaran yang memiliki daya (konvensional) tertentu,

seperti memberitahu, memerintah, mengingatkan, melaksanakan dan sebagainya.

Tindak tutur ilokusi menurut Nababan (1987:18) adalah pengucapan suatu

pernyataan, tawaran, janji dan lain-lain dalam pengujaran. Jadi, yang dimaksud

ilokusi adalah tindak bahasa yang dibatasi oleh konvensi sosial, misalnya

menyapa, menuduh, mengakui, memberi salam dan sebagainya. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa tindak ilokusi tidak hanya berfungsi untuk

menginformasikan sesuatu tetapi juga mengacu untuk melakukan sesuatu.

Searle (via Leech, 1993:163-165) juga mengelompokkan tindak ilokusi

yang menunjukkan fungsi komunikatif menjadi 5 jenis sebagai berikut :\

1) Asertif (Assertives)

Bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang

diungkapkan, misalnya menyatakan (stating), menyarankan (suggesting),

membual (basting), mengeluh (complaining), dan mengklaim (claiming).

2) Direktif (Directives)

Bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh

agar si mitra tutur melakukan tindakan. Misalnya, memesan (ordering),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

memerintah (commanding), memohon (requesting), menasehati (advising), dan

merekomendasi (recomending).

3) Ekspresi (Expressive)

Bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap

psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Misalnya, berterimakasih (thanking),

memberi selamat (congratulating), meminta maaf (pardoning), menyalahkan

(blaming), memuji (praising), dan berbelasungkawa (condoling).

4) Komisif (Commisives)

Bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran.

Misalnya, berjanji (promising), dan menawarkan sesuatu (offering).

5) Deklarasi (Declaration)

Bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya.

Misalnya, berpasrah (resigning), memecat (dismissing), membabtis (christening),

memberi nama (naming), mengangkat (appointing), mengucilkan

(excommunicating), dan menghukum (sentencing).

3. Tindak Perlokusi

Tindak tutur perlokusi yaitu mengacu ke efek yang ditimbulkan penutur

dengan mengatakan sesuatu, seperti membuat jadi yakin, senang dan termotivasi.

Menurut Rahardi (2008:36) tindak perlokusi merupakan tindak menumbuhkan

pengaruh (effect) kepada mitra tutur.

Ibrahim (1993:261) menjelaskan bahwa tindak perlokusi dapat bersifat

menerima topik, menolak dan netral. Maksud yang terdapat dalam perlokusi

ditentukan oleh adanya situasi konteks dan berlangsungnya percakapan. Oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

karena itu, makna yang terkandung dalam suatu ujaran sangat ditentukan oleh

kemampuan penafsiran dari mitra tutur. Penafsiran terhadap suatu ujaran atau

tuturan berbeda antara satu orang dengan yang lain berbeda.

Mulyana (2005:81) menyatakan bahwa tindak perlokusi (perlocutionary

act) adalah hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ujaran (terhadap pendengar).

Tuturan perlokusi mengandung maksud tertentu yang diinginkan oleh penutur

agar terlihat dalam suatu tindakan.

Perlokusi menurut Nababan (1987: 18) adalah hasil atau efek yang

ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi

pengucapan itu. Perlokusi menurut Wijana (1996:19) adalah efek bagi yang

mendengarkan. Perlokusi menurut Cahyono (1983:213) adalah pengaruh yang

berkaitan dengan situasi pengujaran. Jadi, yang dimaksud perlokusi adalah efek

yang ditimbulkan pendengar setelah mendengar tuturan dari penutur.

1) Perlokusi Verbal

Jika lawan tutur menanggapi penutur dengan menerima atau menolak

maksud penutur. Misalnya, menyangkal, melarang, tidak mengizinkan dan

meminta maaf.

2) Perlokusi Verbal Nonverbal

Jika lawan tutur menanggapi penutur dengan ucapan verbal yang disertai

dengan gerakan (nonverbal). Misalnya berbicara sambil tertawa, berbicara sambil

berjalan atau tindakan-tindakan yang diminta oleh lawan tutur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

2.1.5 Komponen tindak tutur

Peristiwa terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu

bentuk ujaran atau lebih yang dilakukan oleh dua pihak yaitu “penutur” dan

“lawan tutur”, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat dan situasi

tertentu disebut dengan peristiwa tutur (Chaer, 2010:47). Jadi, interaksi yang

berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu

dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa

tutur. Menurut Hymes (dalam Chaer, 2010:48) ada delapan komponen yang harus

dipenuhi dalam peristiwa tindak tutur yang bila huruf-huruf pertamanya dirangkai

menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan komponen tersebut adalah sebagai

berikut :

1. S = Setting and Scene

Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung. Sedangkan

scene mengacu pada situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan

situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa

yang berbeda.

2. P = Participants

Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa

pembicara atau pendengar, penyapa atau pesapa, atau pengirim dan

penerima (pesan).

3. E = Ends : purpose and goal

Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan.

4. A = Act Sequences

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Act sequences mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini

berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya,

dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan.

5. K = Key : tone or spirit of act

Key, mengacu pada nada, cara dan semangat di mana suatu pesan

disampaikan; dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan

sombong, dengan mengejek dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan

dengan gerak tubuh atau isyarat.

6. I = Instrumentalities

Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur

lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga

mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek, fragam,

atau register.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Norm of interaction and interpretation, mengacu pada norma atau aturan

dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi,

bertanya, dan sebagainya. Mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran

dari lawan bicara.

8. G = Genre

Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,

pepatah, doa, dan sebagainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Komponen tutur yang memiliki akronim SPEAKING tersebut digunakan

sebagai faktor pendukung dalam menganalisis tindak tutur yang terdapat

dalam al-Qur‟an surat an-Nisā ayat 1-176.

2.1.6 Eufemisme

Eufemisme berasal dari kata Yunani, eu yang berarti bagus dan phemeoo
yang berarti berbicara. Eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan yang
tidak menyinggung perasaan orang atau ungkapan-ungkapan yang mungkin
dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau mensugesti sesuatu yang tidak
menyenangkan. Contoh : Wanita itu adalah teman hidupnya selama ini (istri)
(Keraf, 1996:132).

Eufemisme atau eufemia adalah suatu gejala bahasa yang bersifat

memperhalus atau mempersopan. Kata tertentu diganti dengan kata lain yang

dianggap lebih mengacu kepada makna kata yang lebih halus atau sopan (Badudu,

1991:96). Eufemisme adalah pemakaian kata atau bentuk lain untuk menghindari

bentuk larangan atau tabu (Kridalaksana, 1982:42).

Tarigan (1985: 143) mengemukakan, eufemisme berasal dari bahasa

Yunani, yaitu euphemizein, yang berarti berbicara dengan kata-kata yang jelas dan

wajar. Eufemisme ini merupakan turunan dari kata eu “baik” dan phanai

“berbicara”. Secara singkat, eufemisme berarti pandai berbicara, berbicara yang

baik. Jadi, eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti

ungkapan yang dianggap lebih kasar, yang dianggap merugikan atau tidak

menyenangkan.

Sedangkan Chaer (1994: 144) mengatakan, eufemisme adalah gejala

ditampilkannya kata-kata atau bentuk-bentuk yang dianggap memiliki makna

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

yang lebih halus, atau lebih sopan daripada yang akan digantikan. Misalnya, kata

penjara atau bui diganti dengan ungkapan yang maknanya dianggap lebih halus,

yaitu lembaga pemasyarakatan. Kata korupsi diganti dengan menyalahgunakan

jabatan, dan sebagainya. Eufimisme dapat juga disebut sebagai pemakaian kata-

kata atau bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan atau tabu, misal frase

kebelakang (untuk berak). Eufimisme dihadapkan dengan gejala berupa tampilan

kata-kata atau bentuk-bentuk yang dianggap memiliki makna lebih halus atau

lebih sopan daripada yang akan digantikannya. Dalam bahasa arab ungkapan

halus atau sopan yang digunakan untuk berak adalah ٓ‫ب‬َٞ‫ دٗسح اى‬ٚ‫ اى‬. Dalam bahasa

Indonesia penggunaan penghalusan kalimat cukup banyak di antaranya frase

ditangkap oleh aparat keamanan diperhalus menjadi diamankan, kata pemecatan

karyawan diperhalus dengan rasionalisasi karyawan, frase harga naik diperhalus

menjadi penyesuaian harga.

Secara sinkronis makna sebuah kata atau leksem tidak akan berubah, tetapi

secara diakronis ada kemungkinan dapat berubah. Maksudnya dalam masa relatif

singkat, makna sebuah kata akan tetap sama, tidak mengalami perubahan, tetapi

dalam waktu relatif lama ada kemungkinan makna sebuah kata akan berubah.

Adanya kemungkinan ini bukan berlaku untuk semua kosakata yang terdapat

dalam sebuah bahasa, melainkan hanya terjadi pada sejumlah kata saja, yang

disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: perkembangan dalam bidang ilmu

dan teknologi, perkembangan sosial budaya, perkembangan pemakaian kata itu

sendiri dan pertukaran tanggapan indra. (Chaer, 2007: 310)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Hampir senada dengan Djajasudarma (1999: 78), ia menegaskan bahwa

eufemisme termasuk ke dalam pergeseran makna. Caranya dapat dengan

menggantikan simbol kata dengan yang baru, sehingga maknanya dapat bergeser.

Pada umumnya, terjadi pada kata-kata yang dianggap memiliki makna yang

menyinggung perasaan orang yang mengalaminya. Misalnya, kata dipecat yang

dirasakan terlalu keras diganti dengan diberhentikan dengan hormat atau

dipensiunkan.

Sedangkan pendapat Yandianto (2004: 144) menyatakan, bahwa eufemisme

termasuk ke dalam gaya bahasa perbandingan. Gaya bahasa eufemisme ini disebut

juga ungkapan pelembut.. Misalnya, “kelaparan” dikatakan “kurang makan”,

“gila” disebut “kurang akal”. Dengan kata lain, eufemisme adalah bentuk

alternatif terhadap ungkapan yang tidak berkenan, dan digunakan untuk

menghindari “kehilangan muka” (“rasa malu”). Bentuk ungkapan yang tidak

berkenan tersebut adalah tabu, ketakutan, dan tidak disenangi atau karena ada

alasan-alasan lain yang memiliki arti negatif untuk dipilih/dipakai dalam tujuan

komunikasi penutur pada situasi tertentu. Sebagai gaya bahasa, eufemisme adalah

semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan

orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan

yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan

sesuatu yang tidak menyenangkan (Keraf, 2000: 132).

Menurut Suparno (2000) eufemisme ada dalam setiap bahasa dan lazim

digunakan untuk menghaluskan ungkapan atau cara pengungkapan maksud secara

lebih halus,untuk menampilkan tuturan yang santun. sebagai salah satu strategi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

berkomunikasi, eufemisme tidak lepas dari upaya untuk menghindari bentuk

pengungkap yang kasar, tanpa menutupi kebenaran informasi. Sejauh eufemisme

digunakan untuk mengembangkan nilai-nilai budaya yang positif dan untuk

meningkatkan keberhasilan komunikasi yang efektif dan efisien, eufemisme

adalah aspek budaya yang layak dipertahankan dan dikembangkan.

Namun selama ini, ditemukan hal lain yang keluar dari tujuan semula

tersebut. Terkadang ada sebagian eufemisme yang penggunaannya sudah

berlebihan sehingga apa yang ingin disampaikan tidak dapat tertangkap secara

tepat oleh pembaca atau pendengar. Memang tujuan eufemisme tersebut adalah

untuk bersopan santun ada penipuan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

eufemisme adalah sopan santun yang menipu. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena

banyak orang-orang tertentu yang pandai menggunakan bahasa, berlindung di

balik eufemisme ini. Sehingga banyak pula di antara penggunaanya merasa aman

dengan pemanfaatan gaya bahasa seperti ini

Berdasarkan defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa eufemisme adalah

perkataan yang baik yang dapat menyenangkan oranglain dan memberi kesan

santun, tidak terdengar kasar. Penggunaan eufemisme sendiri sesungguhnya untuk

menghindari tabu atau tidak santun. Memang kerap terjadi kerancuan di

masyarakat berkaitan batasan tentang tabu itu sendiri. Di satu komunitas

masyarakat sebuah kata bisa dianggap tidak sopan atau tabu, namun dimasyarakat

lain, kata itu bisa tidak memiliki makna tabu. Namun, kebanyakan kata yang

berbau seks atau bagian anggota tubuh yang biasanya ditutupi dianggap tabu oleh

masyarakat bila diucapkan ditempat umum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Pada retorika Arab gaya bahasa eufemisme disebut dengan kinayah.

Kinayah memiliki arti yang sama dengan eufemisme yaitu perkataan yang baik

yang dapat menyenangkan orang lain dan memberi kesan santun, tidak terdengar

kasar.

Melihat konteks sosial-budaya masyarakat Arab yang masih jahili seperti di

atas, maka Alquran, khususnya surat al-Nisā`, pada saat membicarakan tentang

hubungan suami isteri atau kalimat yang bersifat tabu mempergunakan pilihan-

pilihan bahasa yang halus, atau bahasa yang sesuai dengan tingkat intelektual

masyarakat yang berperadaban, misalnya, ayat 23, pada frase “dakhaltum” (kalian

bercampur), menurut al-Baghawī, al-Rāzī, Abū Sā`ud, al-Khāzin, dan al-Thabarī

adalah berhubungan suami isteri (al-Alūsī, 1994: 5). Sementara frase “dakhaltum”

sendiri, secara leksikal maknanya masuk, seperti pada surat al-Nur ayat 61:

...‫ِ ُهجَ َ َ خًت َ ِّلجَخًت‬ ِ ٌْ ‫َ ًْ ُ ِ ُ ْن رَ ِ َّيخًت ِّلهيْ ِػ‬ َ‫فَإ ِ َذا د ََخ ْلزُ ْن ثُ ُ ْىرًتب فَ َ لِّل ُو ْىا َػل‬...

/faiŻā dakhaltum fasallimū „alā anfusikum taḥiyyatan min „indi allahi


mubārakatan ṭayyibatan/ ‟Maka apabila kamu memasuki (suatu
rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam
kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu
sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi
baik‟.(QS. 24:61).

Secara umum, kata dakhala (dakhaltum) memiliki makna masuk sesuai

makna leksikal. Dari makna leksikal ini, kemudian ia berubah menjadi makna lain

(gramatikal) bergantung pada obyeknya. Kalau obyeknya rumah, atau yang lain,

maka maknanya masuk, tetapi, jika obyeknya kata nisā` (perempuan), maka para

mufassir sepakat kata tersebut dipahami dengan pengertian mencampuri isteri atau

bersetubuh (jimak).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Contoh lain dalam Alquran kata jimak/bersetubuh juga diganti dengan kata

‫ ال فش‬sebagai ungkapan eufemistik, seperti terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat

186:

‫ُ ِح َّيل لَ ُ ْن لَ ْلَخَ ال ِّل‬


ُ َ‫ص َ ِبم ال َّي ف‬
...‫ش ِلَ ًِ َ بئِ ُ ن‬

/uḥilla lakum lailata ṣṣiyāmi arrafaṡu ilā nisāikum/ „Dihalalkan bagi


kamu berhubungan badan dengan istrimu di malam puasa‟.(QS.
2:186).

Dalam ayat di atas kata “jimak” berkonotasi tidak sopan dan terkesan

vulgar, sedangkan rafats yang berarti bercanda terkesan lebih halus dan tidak

berkonotasi vulgar lagi. Oleh sebab itu fenomena euphemisme berjalan dengan

baik. Namun, kemudian, oleh bangsa Arab kata rafats tersebut dikembangkan

maknanya menjadi „berhubungan badan‟. Lambat laun penggunaan tersebut

menguat dan pada akhirnya diterima di kalangan luas, dan kata rafats pun

dianggap sebagai kata asal untuk makna hubungan badan, sedangkan kata asal

dilupakan. Kondisi seperti inilah yang membuat pihak-pihak yang tidak

mengetahui proses perubahan makna tersebut menuding bahwa Alquran berisi

kata-kata porno.

Pada surat lain, kata “jimak” yang berkonotasi vulgar juga diperhalus

dengan kata ‫ ثبشـ‬seperti dalam QS. Al-Baqarah, 187:

... ِ ‫ـ ُ ْوهُيَّي َواَ ًْزُ ْن ػَب ِـ ُ ْىىَ فِ ْ ا ْل َو َ ب ِا‬ ِ ‫فَب ْلئَيَ ثَب‬...
ِ ‫ َو َ ر َُتاـ‬... َ‫شـ ُ ْوهُي‬

/falāna bāsyiruhunna...walā tubāsyirūhunna waantum „ākifūna fī


almasājidi/ „Maka sekarang kontaklah langsung dengan mereka …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

janganlah kamu kontak langsung dengan mereka di saat kamu


beri‟tikaf dalam masjid‟. (QS. 2:187).

Kata jimak, berkonotasi tidak sopan dan vulgar, sedangkan basyiru yang

berarti kontaklah terkesan lebih halus dan tidak berkonotasi vulgar lagi. Oleh

sebab itu fenomena euphemisme berjalan dengan baik. Namun, kemudian, oleh

orang Arab kata basyiru tersebut dikembangkan maknanya menjadi berhubungan

badan. Lambat laun penggunaan tersebut menguat dan pada akhirnya diterima di

kalangan luas, dan kata basyiru pun dianggap pula sebagai kata asal untuk makna

hubungan badan, sedangkan kata asal dilupakan.

Selain itu kata jimak (‫ )اوبع‬juga di perhalus dengan kata ‫ والغـ بى‬،‫فضبء‬

‫ واللوس‬yang terdapat pada firman Allah QS. An-Nisa, 21 berikut:

...‫ٍض‬ ‫ض ُ ْن ِلَ ثَ ْؼ‬ َ ‫ َوقَ ْ َ ْف‬...


ُ ‫ض ثَ ْؼ‬

/waqad afḍā ba‟ḍukum ilā ba‟ḍin/ „Padahal sebagian kamu telah


mendatangi sebagian yang lain‟. (QS. 4:21).

Firman Allah QS. Al-A‟raf : 189 berikut:

... ‫فَلَ َّيوب رَ َغـَّيبهَب َح َولَذْ َح ْو ًتًل َخ ِ ْ ًتب‬...

/falammā tagassāhā ḥamalat ḥamlan khafīfan/maka setelah

dicampurinya (istrinya) mengandung kandungan yang ringan‟. (QS.

7:189)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Firman Allah QS. Al-Maidah : 6 berikut :

... ‫ َ ْو لَ َو ْ زُ ُن الٌِّل َ ب َء‬...

/au lāmastum an-nisāa/ „Atau kamu menyentuh perempuan‟. (QS.

5:6).

Demikian juga frase “istamta`tum” (kalian nikmati) pada ayat 24, yang

dimaksud adalah berhubungan suami isteri. Berbeda dengan “istamta`tum” pada

surat al-Ahqāf ayat 20 berikut ini:

ْ ‫ُ الّلَ ِ ْيَ َ َ ُ ْوا َػلَ الٌَّيب ِا َ ْذ َه ْجزُ ْن َ ِّلجَبرِ ُ ْن فِ ْ َح َبرِ ُن ال ُّد ًْ َب َو ا‬


...‫سزَ ْوزَ ْؼزُ ْن ثِ َهب‬ َ ‫َو َ ْى َم ُ ْؼ‬

/wayauma yu‟raḍu allaŻīna „alā an-nāri aŻhabtum ṭayyibātikum ad-


dunyā wa istamta‟tum bihā/ „Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang
kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "kamu telah
menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja)
dan kamu telah bersenang-senang dengannya‟.(QS. 46:20).

Dalam kamus Al-ashr, asal kata “istamta`tum” mempunyai arti menikmati

(Muhadhar, 111: 96) hanya maksud kata tersebut bergantung relasinya dengan

kata lain. Kalau ia terkait dengan dunia, atau benda-benda materi lainnya, maka

yang dimaksud adalah menikmati, tetapi, bila berkaitan dengan wanita, seperti

pada surat al-Nisā` ayat 24, maka pengertiannya adalah berhubungan suami isteri.

Inilah sebagai salah satu bentuk dari gaya bahasa eufemisme dalam Alquran.

Berkaitan dengan surat al-Nisā ayat 24, secara umum ayat tersebut

membicarakan tentang halalnya nikah mut`ah. Pada awal dakwah Islam, nikah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

mut`ah memang disyari`atkan, kemudian dinasakh. Sebagaimana pendapat Imam

al-Syāfi`ī, bahwa nikah mut`ah diperbolehkan, kemudian dinasakh, hingga dua

kali. Riwayat Ibn `Abbās dan sekelompok sahabat memperbolehkan nikah mut`ah

apabila dalam keadaan darurat. Berbeda dengan riwayat Muslim, ketika

Rasulullah berperang untuk merebut kemenangan kota Mekkah, Beliau berkata,

sesungguhnya aku mengizinkan kalian untuk melakukan mut`ah, tetapi Allah

mengharamkan hingga hari kiamat (Katsir, 1991: 449). Berdasarkan Hadist ini

maka mut‟ah diharamkan.

Adapun gaya bahasa berdasarkan maknanya, yaitu apakah acuan yang

dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada

penyimpangan dapat dijelaskan sebagai berikut. Bila acuan yang digunakan itu

masih mempertahankan makna dasar, maka bahasa itu masih bersifat polos.

Tetapi, bila sudah ada perubahan makna, entah berupa makna konotatif atau sudah

menyimpang jauh dari makna denotatifnya, maka acuan itu dianggap sudah

memiliki gaya bahasa.

Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini biasanya disebut

sebagai trope atau figure of speech. Istilah trope sebenarnya berarti “pembalikan”

atau “penyimpangan”, ia lebih dulu populer daripada figure of speech sampai

dengan abad XVIII. Karena ekses yang terjadi sebelumnya, trope dianggap

sebagai penggunaan bahasa yang indah dan menyesatkan. Sebab itu, pada abad

XVIII istilah itu mulai diganti dengan figure of speech ( ‫خ‬ٞ‫)ط٘سح ثالغ‬.

Terlepas dari konotasi kedua istilah itu, kita dapat mempergunakannya

dengan pengertian yang sama, yaitu suatu penyimpangan bahasa secara evaluatif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

atau secara emotif dari bahasa biasa, entah dalam: 1) ejaan, 2) pembentukan kata

3) konstruksi (kalimat, klausa, frase), atau 4) aplikasi sebuah istilah, untuk

memperoleh kejelasan, penekanan, hiasan, humor, atau sesuatu efek yang lain.

Trope atau figure speech memiliki bermacam-macam fungsi, yaitu: menjelaskan,

memperkuat, menghidupkan obyek mati, menstimulasi asosiasi, menimbulkan

gelak ketawa, atau untuk hiasan.

Trope atau figure speech dibagi menjadi dua, yaitu gaya bahasa retoris dan

gaya bahasa kiasan. Bentuk pertama semata-mata merupakan penyimpangan dari

konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu. Sedangkan yang kedua merupakan

penyimpangan yang lebih jauh, khususnya dalam bidang makna (Keraf, 2000:

129). Sementara gaya bahasa eufemisme merupakan bagian dari gaya bahasa

kiasan.

Dalam perubahan makna terjadi adanya penghalusan kata dengan

menggunakan kosakata yang memiliki sifat itu. Usaha menghaluskan ini dikenal

dengan nama eufimia atau eufemisme. Umpamanya, kata korupsi diganti dengan

ungkapan menyalah gunakan jabatan, kata pemecatan diganti dengan pemutusan

hubungan kerja, dan kata babu diganti dengan pembantu rumah tangga dan kini

menjadi pramuwisma. (Chaer, 2007: 315)

2.2 Landasan Teori

Penelitian ini merupakan kajian sosio-pragmatik dalam gaya bahasa

eufemisme pada surat an-Nisā‟ dengan menerapkan teori :

- Etnografi komunikasi yang dipelopori oleh Dell Hymes (1972).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

2.2.1 Teori Etnografi Komunikasi

Teori Speaking Dell Hymes (1972) ada 8 komponen tutur yang harus

dipenuhi dalam peristiwa tindak tutur yang bila huruf-huruf pertamanya

dirangkai menjadi akronim SPEAKING.

Tabel 1.1 Akronim dari teori SPEAKING

Komponen tutur Uraian Penjelasan

(SPEAKING)

S Situation  Setting Waktu, tempat dan situasi

berkenaan tuturan yang berbeda dapat

dengan waktu menyebabkan penggunaan

dan tempat tutur variasi bahasa yang berbeda,

berlangsung. sebagai contoh berbicara

 Scene mengacu dilapangan sepak bola pada

pada situasi waktu ada pertandingan dalam

tempat dan waktu situasi ramai tertentu berbeda

atau situasi dengan berbicara diruang

psikologis perpustakaan pada keadaan

pembicaraan. sunyi.

P Participants Merujuk pada pihak- Status sosial participan sangat

pihak yang terlibat menentukan ragam bahasa yang

dalam pertuturan, digunakan, misalnya anak akan

bisa pembicara dan menggunakan ragam atau gaya

pendengar, penyapa bahasa yang berbeda bila

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

dan pesapa, atau berbicara dengan orangtaunya

pengirim dan atau gurunya dibandingkan

penerima. kalau berbicara dengan teman

sebayanya.

E Ends Merujuk pada Peristiwa tutur yang terjadi

maksud dan tujuan diruang sidang pengadilan

penuturan. bermaksud untuk

menyelesaikan suatu kasus

perkara; namun para partisipan

didalam peristiwa tutur itu

mempunyai tujuan yang

berbeda. Jaksa ingin

membuktikan kesalahan

terdakwa, pembela berusaha

membuktikan bahwa terdakwa

tidak bersalah, sedangkan

hakim berusaha memberikan

keputusan yang adil.

A Act Sequences Mengacu pada Bentuk dan isi ujaran dalam

bentuk ujaran dan isi kuliah umum, dalam

ujaran, percakapan biasa, dan dalam

 Bentuk ujaran pesta berbeda.

berkenaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

dengan kata

yang

digunakan,

bagaimana

pengunaannya.

 Isi ujaran

berkenaan

dengan

hubungan

antara apa yang

dikatakan

dengan topik

pembicaraan.

K Key Mengacu pada nada, Dengan senang hati, dengan

cara dan intonasi serius, dengan singkat, dengan

suatu pesan sombong, dengan mengejek

disampaikan. atau dapat ditunjukkan juga

dengan gerak tubuh dan isyarat.

I Instrumentalities Mengacu pada jalur Jalur tulisan, lisan, melalui

bahasa yang telegraf atau telepon, bahasa,

digunakan dan juga dialek, fragam atau register.

mengacu pada kode

ujaran yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

digunakan.

N Norms Mengacu pada Berhubungan dengan cara

norma atau aturan berinterupsi, cara bertanya, dan

dalam berinteraksi sebagainya.

dan juga mengacu

pada penafsiran

terhadap ujaran dari

lawan bicara.

G Genres Mengacu pada jenis Narasi, puisi, pepatah, doa, dan

bentuk sebagainya.

penyampaian.

2.3 Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan kajian sosio-pragmatik

yang telah dilakukan oleh peneliti yang digunakan sebagai acuan, untuk

mencapai langkah penyusunan kerangka teoretis dan memberikan perspektif

yang jelas mengenai hakikat dan kegunaan penelitian dalam perkembangan

secara keseluruhan. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

Gunarwan (1994) dalam tesisnya yang berjudul Kesantunan Negatif di

Kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta: Kajian Sosiopragmatik.

Menyimpulkan bahwa hierarki kesantunan direktif bahasa Indonesia dan hierarki

kesantunan direktif bahasa Jawa ternyata memiliki kesamaan. Hal ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

mengisyaratkan bahwa para subjek penelitian tersebut menggunakan satu

norma kebudayaan di dalam menilai kesantunan bentuk-bentuk ujaran direktif di

dalam kedua bahasa itu. Penelitian ini menggunakan konsep teori kesantunan

yang dikembangkan oleh Leech. Simpulan lain dalam penelitian tersebut, yaitu,

bahwa bahasa Indonesia dan bahasa Jawa di Jakarta termasuk monokultural di

dalam kebudayaan Jawa, tidak ada perbedaan penilaian kesantunan direktif

bahasa Indonesia menurut 37 sistem kelompok umur, ketidaklangsungan tindak

ujaran tidak sejajar dengan kesantunan berbahasa, dan kesantunan berbahasa itu

memang bersifat semesta (universal), manifestasinya berbeda-beda menurut

masyarakat budayanya. Penelitian ini memberikan kontribusi terutama sekali

berupa penjelasan tentang tindak tutur dan hubungannya dengan kebudayaan.

Nurdin (2004) dalam tesisnya yang berjudul Aplikasi Prinsip Kerja Sama

dan Prinsip Kesantunan dalam Percakapan Bahasa Inggris Mahasiswa

Program Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta (Sebuah Kajian Pragmatik).

Menyimpulkan tentang percakapan bahasa Inggris yang dilakukan mahasiswa

Program Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta cenderung mematuhi prinsip kerjasama

daripada yang tidak mematuhinya. Penelitian ini menggunakan konsep teori

kesantunan yang dikembangkan oleh Leech. Adapun persentase yang mematuhi

prinsip kerjasama, yaitu 87,2%, sedangkan yang tidak mematuhi sebesar 21,8%.

Demikian juga dengan prinsip kesantunan, menunjukkan kecenderungan untk

mematuhinya. Persentase yang mematuhi prinsip kesantunan sebesar 60,5%,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

sedangkan yang tidak mematuhi prinsip kesantunan sebesar 39,5%. Penelitian ini

memberikan kontribusi terutama sekali tentang kesantunan berbahasa.

Simpen (2008) dalam disertasinya yang berjudul Kesantunan Berbahasa

pada Penutur Bahasa Kambera di Sumba Timur. Menyimpulkan tentang teori 43

sistem kebudayaan dan teori sosiopragmatik. Adapun hasil penelitiannya adalah

kesantunan berbahasa pada penutur bahasa Kambera yang menggambarkan

43 sistem sebagai dasar kesantunan berbahasa. Satuan verbal yang digunakan

untuk kesantunan berbahasa dapat berbentuk kata, gabungan kata (frasa), kalimat,

dan peribahasa. Penelitian ini menggunakan konsep teori kesantunan yang

dikembangkan oleh Leech. Kesantunan berbahasa dipengaruhi oleh sistem status,

jenis kelamin, usia, dan hubungan kekerabatan. Makna kesantunan merefleksikan

latar budaya yang dianut penutur dengan berorientasi pada 44 sistem kepercayaan,

44 sistem mata pencaharian, hubungan kekerabatan, stratifikasi dan sistem

pernikahan. Penelitian ini memberikan kontribusi terutama pada kesantunan

berbahasa yang berbentuk kata, frasa, kalimat dan peribahasa.

Masfufah (2010) dalam tesisnya yang berjudul Kesantunan Bentuk Tuturan

Direktif di Lingkungan SMA Negeri 1 Surakarta (Kajian Sosiopragmatik).

Menyimpulkan tentang pemakaian kesantunan berbahasa, khususnya bentuk

tuturan direktif di lingkungan sekolah merupakan fenomena sosial yang menarik

untuk dikaji. Penelitian ini menggunakan konsep teori kesantunan yang

dikembangkan oleh Leech. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh

hasil penelitian sebagai berikut: Pertama, bentuk kesantunan tuturan direktif

dalam peristiwa tutur di lingkungan SMA Negeri 1 Surakarta dapat dilihat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

berdasarkan penanda dan kaidah bahasa yang santun, yaitu (1) penutur berbicara

wajar dengan akal sehat, (2) penutur mengedepankan pokok masalah yang

diungkapkan, (3) penutur selalu berprasangka baik kepada mitra tutur, (4) penutur

bersifat terbuka dalam menyampaikan kritik secara umum, (5) penutur

menggunakan sindiran jika harus menyampaikan kritik kepada mitra tutur, (6)

penutur mampu membedakan antara situasi bercanda dengan situasi serius, (7)

penutur bertutur mengenai topik yang dimengerti oleh mitra tutur, (8) penutur

mengemukakan sesuatu yang rumit dengan bentuk yang lebih sederhana, (9)

penutur menggunakan bentuk konfirmatori berdasarkan pendapat orang lain yang

terpercaya jika harus membantah pendapat mitra tutur, dan (10) penutur

senantiasa berhati-hati ketika hendak bertutur agar apa yang dikatakan benar-

benar seperti yang dikehendaki oleh mitra tutur.

Kedua, prinsip kesantunan bentuk tuturan direktif yang diterapkan oleh

siswa dan guru dalam peristiwa tutur di lingkungan SMA Negeri 1 Surakarta,

antara lain (1) prinsip kearifan, (2) prinsip kemurahan hati dan kedermawanan, (3)

prinsip pemberian pujian atau penghargaan (reward), (4) prinsip kerendahan hati

dan kesederhanaan, (5) prinsip persetujuan atau kesepakatan, (6) prinsip simpatik,

dan (7) prinsip penghindaran penggunaan kata tabu dengan menggunakan gaya

bahasa eufemistik serta penggunaan kata pilihan honorifik. Ketiga, urutan atau

peringkat kesantunan bentuk tuturan direktif berdasarkan persepsi siswa SMA

Negeri 1 Surakarta dari bentuk yang paling santun sampai bentuk yang paling

tidak santun, yaitu bentuk tuturan direktif; (1) rumusan saran, (2) rumusan

pertanyaan, (3) isyarat kuat, (4) isyarat halus, (5) pernyataan berpagar, (6) bentuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

tuturan direktif dengan pernyataan keharusan, (7) bentuk tuturan direktif dengan

pernyataan keinginan, (8) bentuk tuturan direktif dengan pernyataan eksplisit, (9)

bentuk tuturan direktif dengan modus imperatif. Keempat, faktor-faktor yang

menentukan kesantunan dan ketidaksantunan bentuk tuturan direktif pada

peristiwa tutur di SMA Negeri 1 Surakarta, antara lain faktor kebahasaan dan non-

kebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi; (1) pemakaian diksi yang tepat, (2)

pemakaian gaya bahasa yang santun, (3) pemakaian struktur kalimat yang baik

dan benar. Adapun faktor non-kebahasaan, meliputi; (1) topik pembicaraan, (2)

konteks situasi komunikasi, (3) intonasi dan aspek nada bicara, dan (4) pranata

sosial budaya masyarakat. Penelitian ini sangat memberikan kontribusi terhadap

terutama sekali terhadap macam-macam tindak tutur berbahasa.

Arni (2012) dalam tesisnya yang berjudul Kesantunan Tindak Tutur Direktif

dalam Masyarakat Dwibahasa pada Masyarakat Madura di Desa Mekar Baru,

Kabupaten Kubu Raya Pontianak, Kalimantan Barat: Kajian Sosiopragmatik.

Menyimpulkan tentang bentuk kesantunan dan ketidaksantunan bentuk tuturan

direktif, prinsip dan strategi kesantunan bentuk tuturan direktif, dan faktor-faktor

yang menentukan kesantunan berbahasa. Penelitian ini menggunakan konsep teori

kesantunan yang dikembangkan oleh Leech. Adapun hasil penelitiannya sebagai

berikut: Pertama, Bentuk kesantunan dan ketidaksantunan tindak tutur direktif di

dalam masyarakat dwibahasa pada masyarakat Madura di Desa Mekar Baru,

Kabupaten Kubu Raya Pontianak Kalimantan Barat, berdasarkan bentuk

kesantunan tindak tutur direktif MMD yaitu terdapat sepuluh jenis bentuk

kesantunan tindak tutur direktif, sedangkan bentuk ketidaksantunan tindak tutur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

direktif dalam MMD yaitu terdapat empat jenis bentuk ketidaksantunan tindak

tutur direktif. Kedua, strategi kesantunan tindak tutur direktif yang digunakan oleh

penutur di dalam masyarakat dwibahasa pada masyarakat Madura di Desa Mekar

Baru, Kabupaten Kubu Raya Pontianak Kalimantan Barat yaitu terdiri atas

strategi positif dan strategi negatif. Strategi positif terdiri atas delapan bentuk,

sedangkan strategi negatif terdiri atas tujuh bentuk. Ketiga, faktor-faktor yang

menentukan kesantunan dan ketidaksantunan tindak tutur direktif di dalam

masyarakat dwibahasa pada masyarakat Madura di Desa Mekar Baru, Kabupaten

Kubu Raya Pontianak Kalimantan Barat yaitu faktor bentuk kesantunan tindak

tutur direktif dan faktor penentu ketidaksantunan tindak tutur direktif. Penelitian

ini memberikan kontribusi terutama pada bentuk tindak tutur dan faktor yang

menentukan kesantunan dan ketidaksantunan berbahasa.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa

penelitian ini mengkhususkan kajian pada penggunaan eufemisme dalam Alquran

surat an-Nisā‟. Didalam penelitian ini akan dibahas memakai teori etnografi

komunikasi yang dipelopori oleh Dell Hymes (1972) tentang tindak tutur

berbahasa dikaitkan dengan kesantunan berbahasa (gaya bahasa eufemisme)

dalam Alqur‟an. Untuk menganalisis ayat-ayat mana sajakah yang masuk kedalam

gaya bahasa eufemisme, penulis menganalisis menggunakan ilmu balaghah

(dalam retorika bahasa arab) dan kitab-kitab tafsir Alquran yang akan menjawab

makna kesantunan berbahasa yang sebenarnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

2.4 Kerangka Teoritis

Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah ;

LINGUISTIK

INTERNAL EKSTERNAL

SOSIO-PRAGMATIK
SOSIOLOGI PRAGMATIK

EUFEMISME
BAHASA (TINDAK TUTUR
KESOPAN)

KONTEKS MAKNA
TUTURAN

BUDAYA BANGSA ARAB

Gambar 1.2 kerangka teoritis gaya bahasa eufemisme

Penjelasan mengenai tabel di atas bahwa linguistik terbagi atas 2 bagian

yaitu internal dan eksternal. Sosio-pragmatik merupakan bagian dari eksternal

linguistik, didalamnya terdapat bahasa, konteks dan budaya. Ketiga komponen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

tersebut saling berkaitan satu sama lain dalam penelitian ini yang mana bahasa

sangat berkaitan dengan tindak tutur, konteks berkaitan dengan makna tuturan dan

budaya berkaitan dengan bangsa Arab. Sosio-pragmatik sangat tepat dijadikan

kajian dalam penelitian sesuai dengan kerangka berfikir diatas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian ialah cara yang harus dilaksanakan atau diterapkan dalam

penelitian (Sudaryanto:2016). Melihat karakteristik permasalahannya, jenis

penelitian yang digunakan ini bersifat kualitatif, yaitu dengan melakukan studi

kepustakaan (library reseach). Yang mana hampir semua sumber data baik yang

primer maupun sekunder berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan

judul penelitian yang akan dibahas. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap

secara mendalam dan sistematis masalah-masalah yang berkaitan hal ihwal ayat-

ayat kinâyah dalam Alquran pada surat An-Nisā‟.

Adapun prinsip penelitian kualitatif merupakan upaya menyajikan dunia

sosial, dan perspektifnya dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan

tentang manusia yang diteliti (Moleong, 2013: 6). Kualitatif memiliki

karakteristik: (1) bersifat induktif, (2) melihat setting dan respon secara

keseluruhan atau holistik, (3) memahami responden dari titik tolak responden

sendiri, (4) validitas penelitian ditekankan pada kemampuan peneliti, (5) setting

penelitiannya alami, (6) mengutamakan proses dari pada hasil, (7) menggunakan

non-probabilitas sampling, (8) peneliti sebagai instrumen, (9) menganjurkan

menggunakan trianggulasi, (10) menguntungkan diri pada teknik dasar studi

lapangan, dan (11) mengadakan analisis data sejak awal (Arikunto, 2006: 15-18).

44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45

Dengan demikian proses pengkajian dapat dilakukan secara mendalam,

naturalistic serta dapat memperoleh data yang lebih lengkap dan rinci.

Adapun karakteristik dasar penelitian kualitatif adalah : (1) bersifat

deskriptif analitis, (2) bersifat induktif, (3) menggunakan teori yang sudah ada

sebagai pedoman dan pendukung, karena meski berangkat dari data namun tetap

saja teori digunakan sebagai fokus pembatas dari objek penelitian, (4) berfokus

pada makna yang terdapat dalam suatu fenomena yang diteliti, yang dapat digali

dari persepsi objek penelitian, (5) mengutamakan akan pentingnya proses

penelitian yang berjalan, bukan semata mengacu pada hasil yang ingin dicapai

(Kriyantono:2016).

Peneliti memilih metode kualitatif yang lebih fleksibel untuk dipergunakan

dalam penelitian yang bersifat sosial-budaya, termasuk di dalamnya masalah

bahasa dan sastra. Seperti yang diungkap Semi (t.t: 23), bahwa penelitian sastra

sebagai penelitian kualitatif lebih mengutamakan kedalaman penghayatan

terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris.

3.2 Data dan Sumber Data

Menurut Sutopo (2006) sumber data adalah tempat data diperoleh dengan

menggunakan metode tertentu baik berupa manusia, artefak, ataupun dokumen-

dokumen. Sumber data penelitian dikenal dua jenis, yaitu data primer (utama) dan

data sekunder (pendukung). Karena penelitian ini melakukan studi pustaka, maka

sumber data primernya berupa Alquran. Sedangkan sumber data sekundernya

adalah kitab tafsir mengenai surat an-Nisā‟.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Menurut Arikunto (2002), data merupakan segala fakta, angka, grafik, tabel,

gambar, lambang, kata dan huruf yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun

suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai

untuk suatu keperluan. Data penelitian ini adalah surat an-Nisā‟ ayat 1-176.

Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan

menggunakan metode dokumentasi. Yang dimaksud adalah usaha untuk mencari

data-data mengenai hal-hal/variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya yang berkaitan,

baik dengan sumber data primer maupun sekunder (Arikunto, 1998: 236). Di

samping metode dokumentasi, peneliti juga menggunakan metode interview

(wawancara). Maksudnya adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk

mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak

(Arikunto, 1998: 27). Metode ini digunakan untuk meminta penjelasan,

keterangan, konfirmasi, pemahaman, dan penafsiran kepada para ahli yang

memiliki kapasitas keilmuan yang bisa dipertanggungjawabkan dan

profesionalitas dalam bidang yang dimaksud. Dengan demikian, data yang akan

dianalisis lebih kaya, sehingga penafsiran-penafsiran yang bersifat subyektif dapat

dihindari semaksimal mungkin.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Upaya memperdalam pemahaman tentang fokus penelitian, maka

diperlukan analisis terhadap data-data yang sudah dikumpulkan melalui teknik

baca catat (Sudikan:2007). Teknik baca catat digunakan untuk menambatkan data

tertulis yang digunakan sebagai bahan analisis ke dalam korpus data penelitian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Teknik baca catat dilakukan dengan langkah berikut : (1) membaca dengan cermat

surat an-Nisā‟ dengan cermat dari awal hingga akhir dan (2) mencatat data tertulis

yang telah dipilih ke dalam korpus data, (3) membaca ulang untuk menguatkan

data tertulis yang akan dikumpulkan, (4) menentukan data tertulis yang akan

dipakai untuk analisis dalam penelitian ini, (5) mencatat keterkaitan data yang

satu dengan data lainnya untuk membangun interpretasi dan analisis data, (6)

memindahkan data tertulis ke dalam catatan data. Selain itu, analisis data sebagai

proses mencari dan mengatur secara sistematis data-data yang diperoleh melalui

baca, memahami referensi terkait dengan judul sebagai data kemudian

diklarifikasi dan dianalisis.

Dalam penelitian ini digunakan teknik baca catat, data-data dikumpulkan

dari Alquran surat an-Nisā‟ dari ayat 1-176, data diklarifikasi untuk mendapatkan

kesimpulan kemudian disusun secara sistematis untuk memudahkan penelaahan.

Tabel 1.2 : sebahagian data dari ayat-ayat eufemisme pada surat an-Nisâ‟

Surat Terjemahan

Dan (terhadap) Para wanita


yang mengerjakan perbuatan
ٌْ ‫َِ ْاى َب ِح َشخَ ٍِ ِْ ِّ َغبئِ ُن‬ِٞ‫َؤْر‬ٝ ِٜ‫اىالر‬ ‫َٗ ا‬
keji, hendaklah ada empat
‫ ِٖ اِ أَسْ ثَ َؼخً ٍِ ْْ ُن ٌْ ۖ فَب ِ ُْ َش ِٖذُٗا‬ْٞ َ‫ فَب ْعزَ ْش ِٖذُٗا َػي‬orang saksi diantara kamu
(yang menyaksikannya).
Keji
ُِ‫َزَ َ٘فابٕ ا‬ٝ ٰٚ ‫د َحزا‬ ِ ُُ٘ٞ‫ ْاىج‬ِٜ‫ فَؤ َ ٍْ ِغ ُنٕ٘ اُِ ف‬kemudian apabila mereka telah 1
memberi persaksian, Maka 1515
.‫ال‬ًٞ ِ‫هللاُ ىَٖ اُِ َعج‬ ‫َ ْ َؼ َو ا‬ٝ َْٗ‫د أ‬ ُ ََْ٘ ‫ ْاى‬kurunglah mereka (wanita-
wanita itu) dalam rumah
sampai mereka menemui
ajalnya, atau sampai Allah
memberi jalan lain kepadanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

‫َ ِحوُّ ىَ ُن ٌْ أَ ُْ ر َِشصُ٘ا‬ٝ ‫َِ آ ٍَُْ٘ا ََل‬ٝ‫َُّٖب اىا ِز‬َٝ‫َب أ‬ٝ Hai orang-orang yang
beriman, tidak halal bagi kamu
‫ؼيُٕ٘ اُِ ىِز َْزَٕجُ٘ا‬
ُ ‫اىِّْ َغب َء مَشْ ًٕب ۖ َٗ ََل رَ ْؼ‬ mempusakai wanita dengan
jalan paksa dan janganlah
ِ َ‫َِ ف‬ِٞ‫َؤْر‬ٝ ُْ َ‫زُ َُٕ٘ اُِ اِ اَل أ‬ْٞ َ‫ْغ ٍَب آر‬
‫ةب ِح َش ٍةخ‬ ِ ‫ثِجَؼ‬ kamu menyusahkan mereka
ِ ‫َِّْ ٍةخ ۚ َٗػَب ِششُٕٗ اُِ ثِ ْبى ََ ْؼش‬َٞ‫ٍُج‬
ُْ ِ ‫ُٗف ۚ فَب‬ karena hendak mengambil
kembali sebagian dari apa yang
‫ئًب‬ْٞ ‫ أَ ُْ رَ ْن َشُٕ٘ا َش‬ٰٚ ‫َم ِش ْٕزُ َُٕ٘ اُِ فَ َؼ َغ‬ telah kamu berikan kepadanya,
Keji terkecuali bila mereka
‫َ ْ َؼ َو ا‬َٝٗ
.‫ ًشا‬ِٞ‫ ًشا َمض‬ْٞ ‫ ِٔ َخ‬ِٞ‫هللاُ ف‬ 19
melakukan pekerjaan keji yang
nyata dan bergaullah dengan
mereka secara patut. kemudian
bila kamu tidak menyukai
mereka, (maka bersabarlah)
karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, Padahal
Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak.

‫َ ْْ ِن َح‬ٝ ُْ َ‫َ ْغزَ ِط ْغ ٍِ ْْ ُن ٌْ ؽَْ٘ ًَل أ‬ٝ ٌْ َ‫َٗ ٍَ ِْ ى‬


Dan Barangsiapa diantara
ْ‫د فَ َِ ِْ ٍَب ٍَيَ َنذ‬ ْ
ِ ‫د اى َُئ ٍَِْب‬ ْ ِ ‫ظَْب‬ ْ
َ ْ‫ اى َُح‬kamu (orang merdeka) yang
tidak cukup perbelanjaannya
ٌُ َ‫هللاُ أَ ْػي‬
‫د ۚ َٗ ا‬ ِ ‫َبرِ ُن ٌُ ْاى َُ ْئ ٍَِْب‬َٞ‫ ََبُّ ُن ٌْ ٍِ ِْ فَز‬ْٝ َ‫ أ‬untuk mengawini wanita
merdeka lagi beriman, ia boleh
ُِ‫ْغ ۚ فَب ّْ ِنحُٕ٘ ا‬ ‫ؼ ُن ٌْ ٍِ ِْ ثَؼ ٍة‬ ُ ‫ ََبِّ ُن ٌْ ۚ ثَ ْؼ‬ِٝ‫ثِب‬
mengawini wanita yang
ُ
ِ ‫ ثِب ِ ْر ُِ أَ ْٕيِ ِٖ اِ َٗآرُٕ٘ اُِ أجُ٘ َسٕ اُِ ثِ ْبى ََ ْؼش‬beriman, dari budak-budak
‫ُٗف‬
yang kamu miliki. Allah
‫د‬
ِ ِ ُ َ‫ا‬ َ
‫ز‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫ز‬ٍ َ
‫َل‬ ٗ ‫د‬
‫ٍة‬ ‫ب‬ ‫ح‬ َ ‫ف‬
ِ ُ‫ب‬ ‫غ‬
َ ٍ ‫ش‬
َ ْ
ٞ َ
‫غ‬ ‫د‬
‫ٍة‬ ‫َب‬ ْ‫ظ‬َ ْ‫ح‬ ٍ
ُ mengetahui keimananmu;
Keji sebahagian kamu adalah dari 25
‫ةب ِح َش ٍةخ‬ ِ َ‫َِ ف‬ْٞ َ‫ظ اِ فَب ِ ُْ أَر‬ ِ ْ‫ أَ ْخذَا ٍةُ ۚ فَب ِ َرا أُح‬sebahagian yang lain karena itu
kawinilah mereka dengan
ٍَِِ ‫د‬ ِ ‫ظَْب‬ َ ْ‫ ْاى َُح‬َٚ‫ ِٖ اِ ِّظْ فُ ٍَب َػي‬ْٞ َ‫فَ َؼي‬
seizin tuan mereka, dan berilah
ُْ َ‫ ْاى َؼَْذَ ٍِ ْْ ُن ٌْ ۚ َٗأ‬َٜ ‫ل ىِ ََ ِْ َخ ِش‬ َ ِ‫ة ۚ ٰ َرى‬ِ ‫ ْاى َؼ َزا‬maskawin mereka menurut
yang patut, sedang merekapun
ُ ‫ا‬ ُ
.ٌ‫ ٌر‬ٞ‫ ٌرش ىَن ٌْ ۗ َٗهللاُ َغ ٘ ٌرس َس ِح‬ْٞ ‫ رَظْ جِشُٗا َخ‬wanita-wanita yang
memelihara diri, bukan pezina
dan bukan (pula) wanita yang
mengambil laki-laki lain
sebagai piaraannya; dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

apabila mereka telah menjaga


diri dengan kawin, kemudian
mereka melakukan perbuatan
yang keji (zina), Maka atas
mereka separuh hukuman dari
hukuman wanita-wanita
merdeka yang bersuami.
(Kebolehan mengawini budak)
itu, adalah bagi orang-orang
yang takut kepada
kemasyakatan menjaga diri
(dari perbuatan zina) di antara
kamu, dan kesabaran itu lebih
baik bagimu. dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha
Penyayang.

ٌْ ‫ ُن ٌْ أُ اٍَٖبرُ ُن ٌْ َٗثََْبرُ ُن ٌْ َٗأَ َخ َ٘ارُ ُن‬ْٞ َ‫ذ َػي‬


ْ ٍَ ‫ُح ِّش‬
Diharamkan atas kamu
ُ‫خ َٗثََْبد‬ َ ْ ُ ُ ُ َ ُ ُ
ِ ‫( َٗ َػ اَبرن ٌْ َٗ َخبَلرن ٌْ َٗثََْبد األ‬mengawini) ibu-ibumu; anak-
anakmu yang perempuan;
َ ْ‫ أَس‬ِٜ‫اىالر‬
ٌْ ‫ػ ْؼَْ ُن‬ ‫ذ َٗأُ اٍَٖبرُ ُن ٌُ ا‬ ِ ‫ ْاألُ ْخ‬saudara-saudaramu yang

ُ ٍَٖ‫ػب َػ ِخ َٗأُ ا‬ perempuan, saudara-saudara


ٌْ ‫بد ِّ َغبئِ ُن‬ َ ‫َٗأَ َخ َ٘ارُ ُن ٌْ ٍَِِ اى اش‬
bapakmu yang perempuan;
ٌُ ‫ُ٘س ُم ٌْ ٍِ ِْ ِّ َغبئِ ُن‬ ِ ‫ ُح‬ِٜ‫ ف‬ِٜ‫اىالر‬ ‫ َٗ َسثَبئِجُ ُن ٌُ ا‬saudara-saudara ibumu yang
perempuan; anak-anak
ٌْ ُ‫ َد َخ ْيزُ ٌْ ثِ ِٖ اِ فَب ِ ُْ ىَ ٌْ رَ ُنُّ٘٘ا َد َخ ْيز‬ِٜ‫اىالر‬‫ا‬ perempuan dari saudara-
Kalian saudaramu yang laki-laki;
َِٝ‫ ُن ٌْ َٗ َح َالئِ ُو أَ ْثَْبئِ ُن ٌُ اىا ِز‬ْٞ َ‫ ثِ ِٖ اِ فَ َال ُجَْب َح َػي‬anak-anak perempuan dari
mencampu
saudara-saudaramu yang 23
ri ‫ ِِْ اِ اَل‬َٞ‫َِ ْاألُ ْخز‬ْٞ َ‫ٍِ ِْ أَطْ َالثِ ُن ٌْ َٗأَ ُْ رَ ْ ََؼُ٘ا ث‬
perempuan; ibu-ibumu yang
.‫ ًَب‬ٞ‫هللاَ َمبَُ َغ ُ٘ ًسا َس ِح‬ ‫ ٍَب قَ ْذ َعيَفَ ۗ اِ اُ ا‬menyusui kamu; saudara
perempuan sepersusuan; ibu-
ibu isterimu (mertua); anak-
anak isterimu yang dalam
pemeliharaanmu dari isteri
yang telah kamu campuri,
tetapi jika kamu belum campur
dengan isterimu itu (dan sudah
kamu ceraikan), Maka tidak
berdosa kamu mengawininya;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

(dan diharamkan bagimu)


isteri-isteri anak kandungmu
(menantu); dan
menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan
yang bersaudara, kecuali yang
telah terjadi pada masa lampau;
Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha
Penyayang.

ْ ‫َبد ٍَِِ اىِّْ َغب ِء اِ اَل ٍَب ٍَيَ َن‬


‫ذ‬ ُ ْ‫ظ‬َ ْ‫َٗ ْاى َُح‬
Dan (diharamkan juga kamu
‫ ُن ٌْ ۚ َٗأُ ِح او ىَ ُن ٌْ ٍَب‬ْٞ َ‫هللاِ َػي‬ َ ‫ ََبُّ ُن ٌْ ۖ ِمز‬ْٝ َ‫أ‬
‫َبة ا‬ mengawini) wanita yang
bersuami, kecuali budak-budak
ِ ْ‫َٗ َسا َء ٰ َرىِ ُن ٌْ أَ ُْ رَ ْجزَ ُغ٘ا ثِؤ َ ٍْ َ٘اىِ ُن ٌْ ٍُح‬
َِِْٞ‫ظ‬ yang kamu miliki (Allah telah
menetapkan hukum itu)
ُِ‫َِ ۚ فَ ََب ا ْعزَ َْزَ ْؼزُ ٌْ ثِ ِٔ ٍِ ْْٖ ا‬ٞ‫ َش ٍُ َغبفِ ِح‬ْٞ ‫َغ‬
sebagai ketetapan-Nya atas
َ ٝ‫فَآرُٕ٘ اُِ أُجُ٘ َسٕ اُِ فَ ِش‬
‫ؼخً ۚ َٗ ََل ُجَْب َح‬ kamu. dan Dihalalkan bagi
kamu selain yang demikian
َ ٝ‫زُ ٌْ ثِ ِٔ ٍِ ِْ ثَ ْؼ ِذ ْاى َ ِش‬ْٞ ‫ػ‬
ۚ ‫ؼ ِخ‬ َ ‫ ََب رَ َشا‬ِٞ‫ ُن ٌْ ف‬ْٞ َ‫َػي‬ (yaitu) mencari isteri-isteri
dengan hartamu untuk
‫اِ اُ ا‬
.‫ ًَب‬ٞ‫ ًَب َح ِن‬ِٞ‫هللاَ َمبَُ َػي‬ dikawini bukan untuk berzina.
Kalian Maka isteri-isteri yang telah
Menikmati 24
kamu nikmati (campuri) di
antara mereka, berikanlah
kepada mereka maharnya
(dengan sempurna), sebagai
suatu kewajiban; dan Tiadalah
mengapa bagi kamu terhadap
sesuatu yang kamu telah saling
merelakannya, sesudah
menentukan mahar itu.
Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha
Bijaksana.

Dan
‫ؼ َو ا‬
ُ‫هللا‬ ‫ اىِّْ َغب ِء ثِ ََب فَ ا‬َٚ‫اى ِّش َجب ُه قَ٘اا ٍَُُ٘ َػي‬ Kaum laki-laki itu adalah
pisahkanla
pemimpin bagi kaum wanita, 34
h mereka ِْ ٍِ ‫ْغ َٗثِ ََب أَ ّْ َقُ٘ا‬
‫ ثَؼ ٍة‬ٰٚ َ‫ؼُٖ ٌْ َػي‬
َ ‫ ثَ ْؼ‬oleh karena Allah telah
di tempat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

tidur ‫َبد َحبفِظَ ٌر‬


‫بد‬ ‫بد قَبِّز ٌر‬ ُ ‫ أَ ٍْ َ٘اىِ ِٖ ٌْ ۚ فَبىظابىِ َح‬melebihkan sebahagian mereka
(laki-laki) atas sebahagian
َُُ٘‫ رَ َخبف‬ِٜ‫اىالر‬ ‫ت ثِ ََب َح ِعَ ا‬
‫هللاُ ۚ َٗ ا‬ ِ ْٞ ‫ ىِ ْي َغ‬yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah
ِٜ‫ُّ ُش٘ َصٕ اُِ فَ ِؼظُٕ٘ اُِ َٗا ْٕ ُ شُٕٗ اُِ ف‬
menafkahkan sebagian dari
َ َ‫ؼب ِج ِغ َٗاػْ ِشثُٕ٘ اُِ ۖ فَب ِ ُْ أ‬
‫ؽ ْؼَْ ُن ٌْ فَ َال‬ َ ََ ‫ ْاى‬harta mereka. sebab itu Maka
wanita yang saleh, ialah yang
‫ًّب‬ِٞ‫هللاَ َمبَُ َػي‬ ‫ال ۗ اِ اُ ا‬ٞ
ً ِ‫ ِٖ اِ َعج‬ْٞ َ‫ رَ ْج ُغ٘ا َػي‬taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika
.‫ ًشا‬ِٞ‫ َمج‬suaminya tidak ada, oleh
karena Allah telah memelihara
(mereka). wanita-wanita yang
kamu khawatirkan nusyuznya,
maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat
tidur mereka, dan pukullah
mereka. kemudian jika mereka
mentaatimu, Maka janganlah
kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha
tinggi lagi Maha besar.

ٌْ ُ‫َِ آ ٍَُْ٘ا ََل رَ ْق َشثُ٘ا اىظ َاالحَ َٗأَ ّْز‬ٝ‫َُّٖب اىا ِز‬َٝ‫َب أ‬ٝ Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu
‫ رَ ْؼيَ َُ٘ا ٍَب رَقُ٘ىَُُ٘ َٗ ََل ُجُْجًب‬ٰٚ ‫ َحزا‬ٰٙ ‫ُع َنب َس‬ shalat, sedang kamu dalam
Keadaan mabuk, sehingga
ٌْ ُ‫ رَ ْغزَ ِغيُ٘ا ۚ َٗاِ ُْ ُم ْْز‬ٰٚ ‫ ٍةو َحزا‬ِٞ‫ َعج‬ٛ‫اِ اَل ػَبثِ ِش‬
kamu mengerti apa yang kamu
ٌْ ‫ َع َ ٍةش أَْٗ َجب َء أَ َح ٌرذ ٍِ ْْ ُن‬ٰٚ َ‫ أَْٗ َػي‬ٰٚ ‫ػ‬
َ ْ‫ٍَش‬ ucapkan, (jangan pula hampiri
Kalian mesjid) sedang kamu dalam
Menyentu ‫ٍَِِ ْاىغَبئِ ِؾ أَْٗ ََل ٍَ ْغزُ ٌُ اىِّْ َغب َء فَيَ ٌْ رَ ِ ذُٗا‬ Keadaan junub, terkecuali
sekedar berlalu saja, hingga 43
h
‫ِّجًب فَب ٍْ َغحُ٘ا‬َٞ‫ذًا ؽ‬ٞ‫ط ِؼ‬
َ ‫َ اَ َُ٘ا‬َٞ‫ٍَب ًء فَز‬ kamu mandi. dan jika kamu
‫ ُن ٌْ ۗ اِ اُ ا‬ٝ‫ ِذ‬ْٝ َ‫ثِ ُ٘جُ٘ ِٕ ُن ٌْ َٗأ‬ sakit atau sedang dalam
‫هللاَ َمبَُ َػ ُ ًّ٘ا‬
musafir atau datang dari
.‫َغ ُ٘ ًسا‬ tempat buang air atau kamu
telah menyentuh perempuan,
kemudian kamu tidak
mendapat air, Maka
bertayamumlah kamu dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

tanah yang baik (suci); sapulah


mukamu dan tanganmu.
Sesungguhnya Allah Maha
Pema'af lagi Maha
Pengampun.

َْٗ‫ذ ٍِ ِْ ثَ ْؼيَِٖب ُّ ُش٘ ًصا أ‬ْ َ‫ َٗاِ ُِ ا ٍْ َشأَحٌر َخبف‬Dan jika seorang wanita
khawatir akan nusyuz atau
‫ُظْ يِ َحب‬ٝ ُْ َ‫ ِٖ ََب أ‬ْٞ َ‫ػب فَ َال ُجَْب َح َػي‬ ً ‫ اِ ْػ َشا‬sikap tidak acuh dari
suaminya, Maka tidak
‫د‬
ِ ‫ؼ َش‬ِ ْ‫ ٌرش ۗ َٗأُح‬ْٞ ‫َُْٖ ََب ط ُْي ًحب ۚ َٗاىظُّ ْي ُح َخ‬ْٞ َ‫ث‬
mengapa bagi keduanya
‫ْاألَ ّْ ُظُ اى ُّش اح ۚ َٗاِ ُْ رُحْ ِغُْ٘ا َٗرَزاقُ٘ا فَب ِ اُ ا‬
َ‫هللا‬ Mengadakan perdamaian yang
sebenar-benarnya, dan
ُ
.‫ ًشا‬ِٞ‫َمبَُ ثِ ََب رَ ْؼ ََيَُ٘ َخج‬ perdamaian itu lebih baik (bagi
Nusyūz mereka) walaupun manusia itu 128
menurut tabiatnya kikir. dan
jika kamu bergaul dengan
isterimu secara baik dan
memelihara dirimu (dari
nusyuz dan sikap tak acuh),
Maka Sesungguhnya Allah
adalah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada ditemukan kata, frase

dan kalimat yang merupakan contoh dari data ayat-ayat eufemisme dalam surat

an-Nisa‟ yang akan dibahas di bab IV nantinya.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses secara sistematis untuk mengkaji,

mengumpulkan transkrip wawancara, catatan lapangan, dokumentasi dan hal-hal

lain untuk memperdalam pemahaman tentang fokus penelitian baik dari hasil

observasi, wawancara dan dokumenatasi untuk dijadikan sebuah temuan

penelitian. Analisis data, merupakan proses mengatur urutan data,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

menmgorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar

(Bogdan & Biklen, 1982: 16).

Dalam penelitian ini tidak dianalisis dengan angka-angka melainkan dalam

bentuk kata-kata, kalimat atau paragraf-paragraf yang dinyatakan dalam bentuk

narasi. Analisis data kualitatif bersifat induktif analitik yang menekankan

pemaknaan pada kekhususan (idiografik) suatu kasus, bukan keumumannya

(nomotetik). Analisis induktif analitik merupakan upaya untuk menganalisis data

dengan berpijak pada logika phenomenologik menjelaskan bahwa analisa data

kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai

pengumpulan data dalam periode tertentu (Sugiyono, 2009: 246).

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model Miles dan

Hubberman. Yang mana teknik analisis datanya dilakukan secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya mencapai titik jenuh. Analisis tersebut

berlangsung secara simultan yang dilakukan bersamaan dengan proses

pengumpulan data, dengan alur tahapan: (1) pengumpulan data (data collection),

(2) reduksi data (data reduction), (3) penyajian data (data display), dan (4)

kesimpulan atau verifikasi (conclution drawing & verifying). Teknik analisis data

model Miles dan Hubberman dan Sadana (2014) dapat digambarkan sebagai

berikut:

Pengumpula
n Data

Penyajian
Data

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Reduksi

Data
Penarikan
Kesimpulan

Gambar 1.3 Model Interaktif Miles dan Hubberman dan Sadana (2014)

Analisis data selama proses pengumpulan data dapat pula menghindarkan

penumpukan data selama proses penelitian berlangsung. Tahap kedua, setelah

data terkumpul, dilanjutkan dengan pengorganisasian, dan mempelajari kembali

semua analisis data yang sudah dilakukan pada tahap pertama. Kegiatan utama

pada tahap ini adalah memperbaiki dan mempertajam analisis dan menarik

kesimpulan sementara. Semua kegiatan dalam analisis data ini selalu berpedoman

pada tujuan penelitian.

Keempat tahapan dalam proses analisis data tersebut tidak berjalan linier,

akan tetapi berjalan secara simultan. Dengan demikian, penulisan (draft atau

rancangan) laporan tidak berbentuk sekali jadi, tetapi senantiasa berkembang

sejalan dengan proses pengumpulan dan analisis data. Sehingga sangat mungkin

terjadi bongkar pasang sejalan dengan ketika ditemukan data dan fakta baru. Akan

tetapi begitu sebaliknya jika ditemukan data yang dipandang tidak memiliki

relevansi dengan tujuan penelitian ini akan dikesampingkan. Untuk mencari ayat

al-Qur‟an dan contohnya penulis menggunakan Kitab Shafwah Tafasir karya

M.Ali as-Shabuni, Kitab Tafsir al-Kabir karya M.Fakhruddin ar-Razi, Kitab

Jami‟ al-Bayan „an ta‟wil ayil Qur‟an karya Ibn Jarir at-Tabari, Tafsir Ibnu Kasir,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

dan Tafsir al-Misbah karya M.Quraisy Syihab. Penelitian ini menggunakan Teori

etnografi komunikasi yang dipelopori oleh Dell Hymes (1972). Dalam

memberikan arti Alquran menggunakan Alquran terjemahan Departemen Agama.

Tabel 1.3 Teknik pengumpulan data, analisis data dan menjawab rumusan

masalah.

No Teknik Pengumpulan Teknik Analisis Data Menjawab


Data Rumusan Masalah
01 - Mengumpulkan hasil Kondensasi Data - Rumusan
bacaan dan pemahaman - Proses pemilihan Masalah pertama
yang mendalam dan (pengkategorian, yaitu :
ditambah dengan hasil pengurutan, Bentuk lingual
pencatatan dokumentasi pengelompokan). apa saja dalam
dengan menganalisis - Pemusatan surat an-Nisa‟
buku-buku atau kitab- Perhatian terhadap yang
kitab tafsir yang terkait penyederhanaan. membicarakan
dengan pembahasan. - Pengabstrakan wanita atau yang
- Data yang terkumpul - Transformasi data berkaitan dengan
kemudian dipilah dan mentah atau kasar hubungan suami
dipilih. yang muncul dari istri dengan
- Data dicatat secara catatan dan hasil menggunakan
berurutan sesuai dengan tela‟ah literatur. gaya bahasa
hari, tanggal, jam eufemisme
memperoleh data. Display Data (kināyah)?
- Pemberian kode data - Menyajikan Data - Rumusan
dalam “Kumpulan Data - Pengorganisasian masalah kedua
Kualitatif”. data dalam bentuk yaitu :
teks naratif yang Bagaimana
sekaligus komponen tindak
merupakan temuan tutur dalam
penelitian yang kajian
disajikan di Bab sosiolinguistik
IV. dalam
menganalisis
gaya bahasa
eufemisme
(kināyah) ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

02 Kesimpulan/Verifikasi
Data
- Uji Kebenaran
(mencari makna
secara menyeluruh,
melakukan
verifikasi ulang,
penarikan
kesimpulan, dan
kesimpulan akhir).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

4.1. Bentuk lingual dalam surat an-Nisā` yang membicarakan wanita dan
kaitan dengan kehidupannya yang menggunakan gaya bahasa
eufemisme (kināyah).
Bentuk lingual (satuan lingual) satuan yang mengandung arti, baik arti

leksikal maupun arti gramatikal (Ramlan, 2001:27). Satuan lingual itu merupakan

satuan dalam struktur bahasa antara lain berwujud kata, frase dan kalimat

(Kridalaksana, 1982:148). Jadi, satuan-satuan lingual itulah yang merupakan

objek sasaran konkret linguistik. Dalam surat an-Nisa`, ketika al-quran

menjelaskan tentang wanita dan kehidupannya ditemukan beberapa kata, frase dan

kalimat yang menggunakan gaya bahasa eufemisme, yaitu sebuah gaya bahasa

yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus

untuk mengganti acuan-acuan yang mungkin dirasa menghina dan menyinggung

perasaan. Adapun kata atau ungkapan yang terdapat dalam surat an-Nisā` yang

membicarakan wanita atau yang berkaitan dengan hubungan suami istri dengan

menggunakan gaya bahasa eufemisme (kinayah) dapat ditemukan eufemisme

sebanyak 71 ekspresi lingual yang dimasukkan dalam kategori bentuk kata

sebanyak 23, bentuk frase sebanyak 20 dan bentuk kalimat sebanyak 28.

Kata-kata eufemisme ini bila ditinjau keberadaannya dalam surat an-Nisā

yang menceritakan banyak hal tentang wanita maka secara psikologis pilihan kata

itu digunakan untuk memperhatikan perasaan wanita dan kelembutannya yang

berbeda dengan pria. Selain itu ajaran syariat Islam dalam Alquran surat an-Nisā

juga banyak memakai kata-kata eufemisme. Misalnya tentang perintah dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

larangan, nasehat dan ajaran tentang keimanan, ajaran tentang ibadah. Gaya

bahasa eufemisme (kināyah) ini sebagai nilai-nilai kesopanan dan estetika bahasa

Alquran dapat juga disebut sebagai santun bahasa yang diajarkan Allah kepada

umat manusia. Berikut adalah tabel 1.4 yang menunjukkan bentuk lingual gaya

bahasa eufemisme yang berkaitan dengan wanita dan kehidupannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Tabel 1.4 Bentuk-bentuk lingual yang berkaitan dengan kehidupan menggunakan gaya bahasa eufemisme dalam surat an-Nisa‟ ayat 1-176

No Ayat Bentuk gaya bahasa eufemisme Indikator Makna Kekhususan


Makna
Kata Frase Kalimat Denotatif Konotatif (makna
(eufemisme) asli)

01 Ayat 1 - - ‫ق ٍِ َْْٖب َصْٗ َجَٖب‬


َ َ‫ َٗ َخي‬/ Bagian tubuh Menciptakan kamu Penciptaan
(tulang rusuk) dari diri yang satu perempuan
ِْ ٍِ ٌْ ‫ َخيَقَ ُن‬ٛ‫َُّٖب اىْابطُ اراقُ٘ا َسثا ُن ٌُ اىا ِز‬َٝ‫َب أ‬ٝ wakhalaqa Adam a.s
minha zaujahā
‫ق ٍِ َْْٖب َصْٗ َجَٖب َٗثَ ا‬
‫ش ٍِ ُْْٖ ََب‬ ‫َّ ْ ٍة‬
َ َ‫ظ َٗا ِح َذ ٍةح َٗ َخي‬

ٛ‫هللاَ اىا ِز‬


‫شًا َِّٗ َغب ًء ۚ َٗاراقُ٘ا ا‬ِٞ‫ِس َج ًبَل َمض‬

‫رَ َغب َءىَُُ٘ ثِ ِٔ َٗ ْاألَسْ َحب ًَ ۚ اُِا ا‬


ٌْ ‫ ُن‬ْٞ َ‫هللاَ َمبَُ َػي‬

.‫جًب‬ِٞ‫َسق‬

02 Ayat 2 ٰٚ ٍَ ‫َزَب‬ٞ‫ ْاى‬/ al- - - Anak-anak kecil Anak-anak yatim Perlakuan


yatāma yang meninggal terhadap
َ ِ‫ أَ ٍْ َ٘اىَُٖ ٌْ ۖ َٗ ََل رَزَجَ اذىُ٘ا ْاى َخج‬ٰٚ ٍَ ‫َزَب‬ٞ‫َٗآرُ٘ا ْاى‬
‫ش‬ٞ ayahnya anak yatim

ۚ ٌْ ‫ أَ ٍْ َ٘اىِ ُن‬ٰٚ َ‫ت ۖ َٗ ََل رَؤْ ُميُ٘ا أَ ٍْ َ٘اىَُٖ ٌْ اِى‬


ِ ِّٞ‫ثِبىطا‬

.‫شًا‬ِٞ‫اِّأُ َمبَُ حُ٘ثًب َمج‬

03 Ayat 3 - - َ َ‫فَب ّْ ِنحُ٘ا ٍَب ؽ‬


ٌْ ‫بة ىَ ُن‬ Tidak ada Maka kawinilah Pernikahan
َٰٚ ْ‫ٍَِِ اىِّْ َغب ِء ٍَ ْض‬ paksaan dalam wanita-wanita yang
‫ فَب ّْ ِنحُ٘ا‬ٰٚ ٍَ ‫َزَب‬ٞ‫ ْاى‬ِٜ‫َٗاِ ُْ ِخ ْزُ ٌْ أَ اَل رُ ْق ِغطُ٘ا ف‬ ‫س َٗ ُسثَب َع‬ َ ‫ َٗصُ َال‬/ fa pernikahan kamu senangi :
ankihū mā ṭāba menurut konsep dua, tiga, atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

َ ‫ َٗصُ َال‬َٰٚ ْ‫بة ىَ ُن ٌْ ٍَِِ اىِّْ َغب ِء ٍَ ْض‬


‫س‬ َ َ‫ٍَب ؽ‬ lakum min an- Islam empat.
nisāi maṡna
‫َٗ ُسثَب َع ۖ فَبِ ُْ ِخ ْزُ ٌْ أَ اَل رَ ْؼ ِذىُ٘ا فَ َ٘ا ِح َذحً أَْٗ ٍَب‬ waṡulāṡa
warubā‟a
َ ِ‫ ََبُّ ُن ٌْ ۚ ٰ َرى‬ْٝ َ‫َذ أ‬
.‫ أَ اَل رَؼُ٘ىُ٘ا‬َٰٚ ّ‫ل أَ ْد‬ ْ ‫ٍَيَن‬

04 Ayat 4 ً‫ ِّحْ يَخ‬/ - - Maskawin yang Pemberian dengan Mas kawin


niḥlatun besarkecilnya penuh kerelaan
ٌْ ‫ط ُذقَبرِ ِِٖا ِّحْ يَخً ۚ فَبِ ُْ ِؽجَِْ ىَ ُن‬
َ ‫َٗآرُ٘ا اىِّْ َغب َء‬ ditetapkan atas
persetujuan
.‫ئًب‬ٝ‫ئًب ٍَ ِش‬َِْٕٞ ُُٓ٘‫ ٍةء ٍِ ُْْٔ َّ ْغًب فَ ُني‬َٜ
ْ ‫ػ َِْ ش‬ kedua belah
pihak.

05 Ayat 5 ‫ اى ُّغ ََٖب َء‬/ as- - - Anak yatim Orang-orang yang Perlakuan
sufahāu yang belum belum sempurna terhadap
‫ َج َؼ َو ا‬ِٜ‫َٗ ََل رُ ْئرُ٘ا اى ُّغ ََٖب َء أَ ٍْ َ٘اىَ ُن ٌُ اىاز‬
ُ‫هللا‬ baligh atau akalnya. anak yatim
orang dewasa
‫َٖب َٗا ْمغُُٕ٘ ٌْ َٗقُ٘ىُ٘ا‬ِٞ‫َب ًٍب َٗاسْ ُصقُُٕ٘ ٌْ ف‬ِٞ‫ىَ ُن ٌْ ق‬ yang tidak dapat
.‫ىَُٖ ٌْ قَْ٘ ًَل ٍَ ْؼشُٗفًب‬ mengatur harta
bendanya.

06 Ayat 6 - ‫ف‬ْ ِ ‫َ ْغزَ ْؼ‬ٞ‫ فَ ْي‬/ - Mengharamkan Maka hendaklah ia Perlakuan


falyasta‟fif memakan harta menahan diri terhadap
ُْ ِ‫ اِ َرا ثَيَ ُغ٘ا اىِّْنَب َح فَب‬ٰٚ ‫ َحزا‬ٰٚ ٍَ ‫َزَب‬ٞ‫َٗا ْثزَيُ٘ا ْاى‬ anak yatim anak yatim

‫ ِٖ ٌْ أَ ٍْ َ٘اىَُٖ ٌْ ۖ َٗ ََل‬ْٞ َ‫آَّ ْغزُ ٌْ ٍِ ُْْٖ ٌْ ُس ْشذًا فَب ْدفَؼُ٘ا اِى‬

ِْ ٍَ َٗ ۚ ‫َ ْنجَشُٗا‬ٝ ُْ َ‫رَؤْ ُميَُٕ٘ب اِ ْع َشافًب َٗثِذَاسًا أ‬

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


‫‪61‬‬

‫ف ۖ َٗ ٍَ ِْ َمبَُ فَقِ‪ٞ‬شًا فَ ْي‪َٞ‬ؤْ ُموْ‬


‫َمبَُ َغِْ‪ًّٞ‬ب فَ ْي‪ْ َٞ‬غزَ ْؼ ِ ْ‬

‫ُٗف ۚ فَبِ َرا َدفَ ْؼزُ ٌْ اِىَ ْ‪ ٌْ ِٖ ٞ‬أَ ٍْ َ٘اىَُٖ ٌْ‬


‫ثِ ْبى ََ ْؼش ِ‬
‫فَؤَ ْش ِٖذُٗا َػيَ ْ‪َ َٗ ۚ ٌْ ِٖ ٞ‬م َ ٰ‪ ٚ‬ثِ ا‬
‫بَّللِ َح ِغ‪ٞ‬جًب‪.‬‬

‫‪07‬‬ ‫‪Ayat 8‬‬ ‫‪ْ / al-‬اىقُشْ ثَ ٰ‪ٚ‬‬ ‫‪-‬‬ ‫‪-‬‬ ‫‪Tidak‬‬ ‫‪ada Kerabat‬‬ ‫‪Kewarisan‬‬
‫‪qurbā‬‬ ‫‪pertalian darah‬‬
‫ؼ َش ْاىقِ ْغ ََخَ أُٗىُ٘ ْاىقُشْ ثَ ٰ‪ْ َٗ ٚ‬اى‪َٞ‬زَب ٍَ ٰ‪ٚ‬‬
‫َٗاِ َرا َح َ‬
‫َٗ ْاى ََ َغب ِم‪ ُِٞ‬فَبسْ ُصقُُٕ٘ ٌْ ٍِ ُْْٔ َٗقُ٘ىُ٘ا ىَُٖ ٌْ قَْ٘ ًَل‬
‫ٍَ ْؼشُٗفًب‪.‬‬
‫‪08‬‬ ‫‪Ayat 10‬‬ ‫‪-‬‬ ‫‪-‬‬ ‫‪َٝ‬ؤْ ُميَُُ٘ فِ‪ ٜ‬ثُطُِّ٘ ِٖ ٌْ‬ ‫‪Masuk kedalam Mereka‬‬ ‫‪itu‬‬ ‫‪Perlakuan‬‬
‫‪َّ / yaˋkulūna‬بسًا‬ ‫‪neraka‬‬ ‫‪menelan‬‬ ‫‪api‬‬ ‫‪terhadap‬‬
‫اُِا اىا ِز‪َٝ َِٝ‬ؤْ ُميَُُ٘ أَ ٍْ َ٘ا َه ْاى‪َٞ‬زَب ٍَ ٰ‪ ٚ‬ظُ ْي ًَب اِّا ََب‬ ‫‪fī buṭūnihim‬‬ ‫‪seluruh perutnya‬‬ ‫‪anak yatim‬‬
‫‪nārān‬‬
‫‪َٝ‬ؤْ ُميَُُ٘ فِ‪ ٜ‬ثُطُِّ٘ ِٖ ٌْ َّبسًا ۖ َٗ َع‪َٞ‬ظْ يَْ٘ َُ‬

‫َع ِؼ‪ٞ‬شًا‪.‬‬

‫‪09‬‬ ‫‪Ayat 11‬‬ ‫‪-‬‬ ‫ط‪ُ ٞ‬ن ٌُ ا‬


‫هللاُ‬ ‫‪ِ ُ٘ٝ /‬‬ ‫‪-‬‬ ‫‪Mewajibkan‬‬ ‫‪Allah‬‬ ‫‪Kewajiban‬‬
‫‪yūṣīkumu‬‬ ‫‪mensyari‟atkan‬‬ ‫‪kepada‬‬
‫َش ٍِ ْض ُو َحعِّ‬ ‫هللاُ فِ‪ ٜ‬أَْٗ ََل ِد ُم ٌْ ۖ ىِ ا‬
‫يزم ِ‬ ‫ط‪ُ ٞ‬ن ٌُ ا‬
‫‪ِ ُ٘ٝ‬‬ ‫‪allāhu‬‬ ‫‪bagimu‬‬ ‫‪Allah‬‬

‫ْاألُ ّْضَ‪ ۚ ِِ ْٞ َٞ‬فَبِ ُْ ُمِا ِّ َغب ًء فَْ٘ َ‬


‫ق ْاصَْزَ ْ‪ ِِ ٞ‬فَيَُِٖا‬

‫صُيُضَب ٍَب رَ َش َ‬
‫ك ۖ َٗاِ ُْ مَبّ ْ‬
‫َذ َٗا ِح َذحً فَيََٖب‬

‫اىِّْظْ فُ ۚ َٗ ِألَثَ َ٘ ْ‪ ِٔ ٝ‬ىِ ُن ِّو َٗا ِح ٍةذ ٍِ ُْْٖ ََب اى ُّغذُطُ‬

‫ك اِ ُْ َمبَُ ىَُٔ َٗىَ ٌرذ ۚ فَبِ ُْ ىَ ٌْ ‪ُ َٝ‬ن ِْ ىَُٔ َٗىَ ٌرذ‬


‫ٍِ اَب رَ َش َ‬

‫‪UNIVERSITAS SUMATERA UTARA‬‬


‫‪62‬‬

‫َٗ َٗ ِسصَُٔ أَثَ َ٘آُ فَ ِِلُ ٍِّ ِٔ اىضُّيُ ُ‬


‫ش ۚ فَبِ ُْ َمبَُ ىَُٔ اِ ْخ َ٘حٌر‬

‫ط‪ ٜ‬ثَِٖب أَْٗ‬ ‫فَ ِِلُ ٍِّ ِٔ اى ُّغذُطُ ٍِ ِْ ثَ ْؼ ِذ َٗ ِ‬


‫ط‪ٞ‬ا ٍةخ ‪ِ ُ٘ٝ‬‬

‫َد ْ‪ٍ ٝ‬ةِ ۗ آثَب ُإ ُم ٌْ َٗأَ ْثَْب ُإ ُم ٌْ ََل رَ ْذسَُُٗ أَ‪ ٌْ ُُّٖٝ‬أَ ْق َشةُ‬

‫هللاِ ۗ اُِا ا‬
‫هللاَ َمبَُ َػيِ‪ًَ ٞ‬ب‬ ‫ؼخً ٍَِِ ا‬
‫ىَ ُن ٌْ َّ ْؼًب ۚ فَ ِش‪َ ٝ‬‬

‫َح ِن‪ًَ ٞ‬ب‪.‬‬

‫‪10‬‬ ‫‪Ayat 12‬‬ ‫ؼب ٍّس‬


‫‪َ ٍُ /‬‬ ‫‪-‬‬ ‫‪-‬‬ ‫‪Mengurangi‬‬ ‫‪Mudharat‬‬ ‫‪Kewarisan‬‬
‫‪mudhārrin‬‬ ‫‪harta warisan‬‬
‫ك أَ ْص َٗا ُج ُن ٌْ اِ ُْ ىَ ٌْ ‪ُ َٝ‬ن ِْ‬
‫َٗىَ ُن ٌْ ِّظْ فُ ٍَب رَ َش َ‬

‫ىَُِٖا َٗىَ ٌرذ فَبِ ُْ َمبَُ ىَُِٖا َٗىَ ٌرذ فَيَ ُن ٌُ اىشُّ ثُ ُغ ٍِ اَب‬

‫ط‪ َِٞ‬ثَِٖب أَْٗ َد ْ‪ٍ ٝ‬ةِ ۚ‬ ‫رَ َش ْمَِ ۚ ٍِ ِْ ثَ ْؼ ِذ َٗ ِ‬


‫ط‪ٞ‬ا ٍةخ ‪ِ ُ٘ٝ‬‬

‫َٗىَُِٖا اىشُّ ثُ ُغ ٍِ اَب رَ َش ْمزُ ٌْ اِ ُْ ىَ ٌْ ‪ُ َٝ‬ن ِْ ىَ ُن ٌْ َٗىَ ٌرذ ۚ‬

‫فَبِ ُْ َمبَُ ىَ ُن ٌْ َٗىَ ٌرذ فَيَُِٖا اىضُّ َُُِ ٍِ اَب رَ َش ْمزُ ٌْ ۚ‬

‫ط‪ٞ‬ا ٍةخ رُ٘طَُُ٘ ثَِٖب أَْٗ َد ْ‪ٍ ٝ‬ةِ ۗ َٗاِ ُْ‬


‫ٍِ ِْ ثَ ْؼ ِذ َٗ ِ‬

‫س م ََالىَخً أَ ِٗ ا ٍْ َشأَحٌر َٗىَُٔ أَ ٌرخ أَْٗ‬


‫َمبَُ َس ُج ٌرو ‪َ ُ٘ٝ‬س ُ‬

‫أُ ْخ ٌر‬
‫ذ فَيِ ُن ِّو َٗا ِح ٍةذ ٍِ ُْْٖ ََب اى ُّغذُطُ ۚ فَبِ ُْ مَبُّ٘ا‬

‫أَ ْمضَ َش ٍِ ِْ ٰ َرىِ َ‬


‫ل فَُٖ ٌْ ُش َشمَب ُء فِ‪ ٜ‬اىضُّيُ ِ‬
‫ش ۚ ٍِ ِْ‬

‫ط ٰ‪ ٚ‬ثَِٖب أَْٗ َد ْ‪ٍ ٝ‬ةِ َغ ْ‪َ ٞ‬ش ٍُ َ‬


‫ؼب ٍّس ۚ‬ ‫ثَ ْؼ ِذ َٗ ِ‬
‫ط‪ٞ‬ا ٍةخ ‪َ ُ٘ٝ‬‬

‫‪UNIVERSITAS SUMATERA UTARA‬‬


63

‫هللاِ ۗ َٗ ا‬
.ٌ‫ ٌر‬ِٞ‫ ٌرٌ َحي‬ِٞ‫هللاُ َػي‬ ‫اخً ٍَِِ ا‬ٞ‫ط‬
ِ َٗ

11 Ayat 13 - - ِْ ٍِ ٛ‫د رَ ْ ِش‬ ‫َجْاب ٍة‬ Kehidupan Surga yang Kewajiban


‫ رَحْ زَِٖب ْاألَ َّْٖب ُس‬/ sebenarnya yang mengalir kepada
‫ُ ِطغِ ا‬ٝ ِْ ٍَ َٗ ۚ ِ‫هللا‬
َُٔ‫هللاَ َٗ َسعُ٘ى‬ َ ‫رِ ْي‬
‫ل ُحذُٗ ُد ا‬ jannātun tajrī membawa didalamnya sungai- Allah
min taḥtihā al- ketenangan sungai
‫ ٍِ ِْ رَحْ زَِٖب ْاألَ َّْٖب ُس‬ٛ‫د رَ ْ ِش‬
‫ُ ْذ ِخ ْئُ َجْاب ٍة‬ٝ anhāru
َ ِ‫َٖب ۚ َٗ ٰ َرى‬ِٞ‫َِ ف‬ٝ‫خَبىِ ِذ‬
.ٌُ ٞ‫ل ْاى َْ٘ ُص ْاى َؼ ِظ‬

12 Ayat 14 - ‫ْض ا‬
َ‫هللا‬ ِ ‫َؼ‬ٝ / ya‟ṣi - Melanggar Mendurhakai Allah Perzinahan
allāha perintah Allah
‫ْض ا‬
ُٓ‫َزَ َؼ اذ ُحذُٗ َد‬َٝٗ َُٔ‫هللاَ َٗ َسعُ٘ى‬ ِ ‫َؼ‬ٝ ِْ ٍَ َٗ

. ‫ٌِر‬ِٖٞ ٍُ ‫َٖب َٗىَُٔ َػ َزاةٌر‬ِٞ‫ُ ْذ ِخ ْئُ َّبسًا خَبىِذًا ف‬ٝ

Ayat 15 - ‫َزَ َ٘فابُِٕا‬ٝ / - Meninggal Mereka menemui Perzinahan


yatawaffāhunn dunia ajalnya
13 ٌْ ‫َِ ْاى َب ِح َشخَ ٍِ ِْ ِّ َغبئِ ُن‬ِٞ‫َ ْؤر‬ٝ ِٜ‫اىالر‬
‫َٗ ا‬ a

‫ ِِٖا أَسْ ثَ َؼخً ٍِ ْْ ُن ٌْ ۖ فَبِ ُْ َش ِٖذُٗا‬ْٞ َ‫فَب ْعزَ ْش ِٖذُٗا َػي‬ َ‫ ْاى َب ِح َشخ‬/ al- - - Zina atau Perbuatan Keji Perzinahan
faḥisyatun mesum
ِ ُُ٘ٞ‫ ْاىج‬ِٜ‫فَؤَ ٍْ ِغ ُنُِٕ٘ا ف‬
‫َزَ َ٘فابُِٕا‬ٝ ٰٚ ‫د َحزا‬

‫َ ْ َؼ َو ا‬ٝ َْٗ‫د أ‬
ً ِ‫هللاُ ىَُِٖا َعج‬
.‫ال‬ٞ ُ ََْ٘ ‫ْاى‬

14 Ayat 17 ‫ ثِ َ َٖبىَ ٍةخ‬/ - - Berbuat maksiat, Dengan kejahilan Perzinahan


bijahālatin durhaka dan
‫َ ْؼ ََيَُُ٘ اىغُّ٘ َء‬ٝ َِٝ‫هللاِ ىِيا ِز‬
‫ ا‬َٚ‫اِّا ََب اىزاْ٘ ثَخُ َػي‬ melakukan
kejahatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

َ ِ‫ت فَؤُٗ ٰىَئ‬


ُ‫َزُ٘ة‬ٝ ‫ل‬ ‫ ٍة‬ٝ‫َزُ٘ثَُُ٘ ٍِ ِْ قَ ِش‬ٝ ٌ‫ثِ َ َٖبىَ ٍةخ صُ ا‬

‫ ِٖ ٌْ ۗ َٗ َمبَُ ا‬ْٞ َ‫هللاُ َػي‬


.‫ ًَب‬ٞ‫ ًَب َح ِن‬ِٞ‫هللاُ َػي‬ ‫ا‬

15 Ayat 18 - - ‫ ًَب‬ِٞ‫أَ ْػزَ ْذَّب ىَُٖ ٌْ َػ َزاثًب أَى‬ Api neraka Kami sediakan Perzinahan
/ a‟tadnā lahum siksa yang pedih
ِ ‫ِّئَب‬ٞ‫َ ْؼ ََيَُُ٘ اى اغ‬ٝ َِٝ‫ذ اىزاْ٘ ثَخُ ىِيا ِز‬
ٰٚ ‫د َحزا‬ ِ ‫ َغ‬ْٞ َ‫َٗى‬ „aŻāban alīman

َُٟ‫ْذ ْا‬ ُ ََْ٘ ‫ؼ َش أَ َح َذُٕ ٌُ ْاى‬


ُ ‫ رُج‬ِِّّٜ‫د قَب َه ا‬ َ ‫اِ َرا َح‬

َ ِ‫َ َُ٘رَُُ٘ َُٕٗ ٌْ ُم اب ٌرس ۚ أُٗ ٰىَئ‬ٝ َِٝ‫َٗ ََل اىا ِز‬
‫ل أَ ْػزَ ْذَّب‬

.‫ ًَب‬ِٞ‫ىَُٖ ٌْ َػ َزاثًب أَى‬

Ayat 19 - / - Berhubungan Bergaullah dengan Pernikahan


‫„ػَب‬āsyirūhunna suami istri mereka
16 ‫َ ِحوُّ ىَ ُن ٌْ أَ ُْ ر َِشصُ٘ا‬ٝ ‫َِ آ ٍَُْ٘ا ََل‬ٝ‫َُّٖب اىا ِز‬َٝ‫َب أ‬ٝ ُُِّٕٗ‫ِشش‬

‫ؼيُُِٕ٘ا ىِز َْزَٕجُ٘ا‬


ُ ‫اىِّْ َغب َء مَشْ ًٕب ۖ َٗ ََل رَ ْؼ‬ ‫ ثِ َب ِح َش ٍةخ‬/ - - Zina atau Perbuatan Keji Perzinahan
bifāḥisyati mesum
‫َِ ثِ َب ِح َش ٍةخ‬ِٞ‫َؤْر‬ٝ ُْ َ‫زُ َُُِٕ٘ا اِ اَل أ‬ْٞ َ‫ْغ ٍَب آر‬
ِ ‫ثِجَؼ‬ n

ِ ‫َِّْ ٍةخ ۚ َٗػَب ِششُُِٕٗا ثِ ْبى ََ ْؼش‬َٞ‫ٍُج‬


ُْ ِ‫ُٗف ۚ فَب‬

‫َ ْ َؼ َو‬َٝٗ ‫ئًب‬ْٞ ‫ أَ ُْ رَ ْن َشُٕ٘ا َش‬ٰٚ ‫َش ْٕزُ َُُِٕ٘ا فَ َؼ َغ‬


ِ ‫م‬
‫ا‬
.‫شًا‬ِٞ‫شًا َمض‬ْٞ ‫ ِٔ َخ‬ِٞ‫هللاُ ف‬

17 Ayat 20 ‫ ثُ ْٖزَبًّب‬/ - - Kebun yang tuduhan yang dusta Belanja


buhtānān sudah ditanami, untuk biaya
ٌْ ُ‫ز‬ْٞ َ‫ط َٗآر‬ ‫َٗاِ ُْ أَ َس ْدرُ ٌُ ا ْعزِ ْجذَا َه َصْٗ ٍة‬
‫ط ٍَ َنبَُ َصْٗ ٍة‬ dirawat, dan hidup

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

ۚ ‫ئًب‬ْٞ ‫اِحْ ذَإُِا قِ ْْطَبسًا فَ َال رَؤْ ُخ ُزٗا ٍِ ُْْٔ َش‬ menghasilkan

.‫ًْب‬ِٞ‫أَرَؤْ ُخ ُزَُّٗٔ ثُ ْٖزَبًّب َٗاِ ْص ًَب ٍُج‬

18 Ayat 21 - - ٰٚ َ‫ؼ ُن ٌْ اِى‬ َ ‫أَ ْف‬


ُ ‫ ثَ ْؼ‬ٰٚ ‫ؼ‬ Berhubungan Sebagian kamu Pernikahan
‫ْغ‬
‫ٍة‬ ‫ؼ‬ َ ‫ث‬ / afḍā suami istri telah bergaul
ٰٚ َ‫ؼ ُن ٌْ اِى‬ َ ‫ْفَ رَؤْ ُخ ُزَُّٗٔ َٗقَ ْذ أَ ْف‬ٞ‫َٗ َم‬
ُ ‫ ثَ ْؼ‬ٰٚ ‫ؼ‬ ba‟ḍukum ilā dengan yang lain
.‫ظًب‬ِٞ‫ضَبقًب َغي‬ٍِٞ ٌْ ‫ْغ َٗأَخ َْزَُ ٍِ ْْ ُن‬
‫ثَؼ ٍة‬ ba‟ḍin

Ayat 23 - ُ ٍَٖ‫ أُ ا‬/


ٌْ ‫بد ِّ َغبئِ ُن‬ - Mertua Ibu-ibu isterimu Pernikahan
ummahātu
ٌْ ‫ ُن ٌْ أُ اٍَٖبرُ ُن ٌْ َٗثََْبرُ ُن ٌْ َٗأَ َخ َ٘ارُ ُن‬ْٞ َ‫ذ َػي‬
ْ ٍَ ‫ُح ِّش‬ nisāikum

ُ َْ‫َبد ْاألَخِ َٗث‬


‫َبد‬ ُ َْ‫َبَلرُ ُن ٌْ َٗث‬
َ ‫َٗ َػ اَبرُ ُن ٌْ َٗخ‬ - ِْ ٍِ َِٝ‫أَ ْثَْبئِ ُن ٌُ اىا ِز‬ - Menantu Isteri-isteri anak Pernikahan
19 ٌْ ‫ أَطْ َالثِ ُن‬/ kandungmu
‫ذ َٗأُ اٍَٖبرُ ُن ٌُ ا‬
َ ْ‫ أَس‬ِٜ‫اىالر‬
ٌْ ‫ػ ْؼَْ ُن‬ ِ ‫ْاألُ ْخ‬ abnāikum
ُ ٍَٖ‫ػب َػ ِخ َٗأُ ا‬ allaŻīna min
ٌْ ‫بد ِّ َغبئِ ُن‬ َ ‫َٗأَ َخ َ٘ارُ ُن ٌْ ٍَِِ اى اش‬
aṣlābikum
ٌُ ‫ُ٘س ُم ٌْ ٍِ ِْ ِّ َغبئِ ُن‬ ‫َٗ َسثَبئِجُ ُن ٌُ ا‬
ِ ‫ ُح‬ِٜ‫ ف‬ِٜ‫اىالر‬
- ‫ َدخ َْيزُ ٌْ ثِ ِِٖا‬/ - Berhubungan Kalian mencampuri Hubungan
‫ َدخ َْيزُ ٌْ ثِ ِِٖا فَبِ ُْ ىَ ٌْ رَ ُنُّ٘٘ا َدخ َْيزُ ٌْ ثِ ِِٖا‬ِٜ‫اىالر‬
‫ا‬ dakhaltum suami istri suami istri
bihinna
ِْ ٍِ َِٝ‫ ُن ٌْ َٗ َح َالئِ ُو أَ ْثَْبئِ ُن ٌُ اىا ِز‬ْٞ َ‫فَ َال ُجَْب َح َػي‬

‫ ِِ اِ اَل ٍَب‬ْٞ َ‫َِْ ْاألُ ْخز‬َٞ‫أَطْ َالثِ ُن ٌْ َٗأَ ُْ رَ ْ ََؼُ٘ا ث‬

‫قَ ْذ َعيَفَ ۗ اُِا ا‬


.‫ ًَب‬ٞ‫هللاَ َمبَُ َغ ُ٘سًا َس ِح‬

20 Ayat 24 ٌْ ُ‫ ا ْعزَ َْزَ ْؼز‬/ - - Berhubungan Menikmati Hubungan


istamta'tu suami istri suami istri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


‫‪66‬‬

‫َبد ٍَِِ اىِّْ َغب ِء اِ اَل ٍَب ٍَيَن ْ‬


‫َذ‬ ‫ظْ ُ‬‫َٗ ْاى َُحْ َ‬ ‫‪m‬‬

‫هللاِ َػيَ ْ‪ُ ٞ‬ن ٌْ ۚ َٗأُ ِح او ىَ ُن ٌْ ٍَب‬ ‫أَ ْ‪ََ ٝ‬بُّ ُن ٌْ ۖ ِمز َ‬
‫َبة ا‬

‫َٗ َسا َء ٰ َرىِ ُن ٌْ أَ ُْ رَ ْجزَ ُغ٘ا ثِؤَ ٍْ َ٘اىِ ُن ٌْ ٍُحْ ِ‬


‫ظِْ‪َِٞ‬‬

‫َغ ْ‪َ ٞ‬ش ٍُ َغبفِ ِح‪ ۚ َِٞ‬فَ ََب ا ْعزَ َْزَ ْؼزُ ٌْ ثِ ِٔ ٍِ ُِْْٖا‬

‫فَآرُُِٕ٘ا أُجُ٘ َسُِٕا فَ ِش‪َ ٝ‬‬


‫ؼخً ۚ َٗ ََل ُجَْب َح َػيَ ْ‪ُ ٞ‬ن ٌْ‬

‫هللاَ‬ ‫ػ ْ‪ٞ‬زُ ٌْ ثِ ِٔ ٍِ ِْ ثَ ْؼ ِذ ْاى َ ِش‪َ ٝ‬‬


‫ؼ ِخ ۚ اُِا ا‬ ‫فِ‪ََ ٞ‬ب رَ َشا َ‬

‫َمبَُ َػيِ‪ًَ ٞ‬ب َح ِن‪ًَ ٞ‬ب‪.‬‬

‫‪21‬‬ ‫‪Ayat 25‬‬ ‫‪ /‬أُحْ ِ‬


‫ظِا‬ ‫‪-‬‬ ‫‪-‬‬ ‫‪Menikah‬‬ ‫‪Mereka‬‬ ‫‪menjaga‬‬ ‫‪Pernikahan‬‬
‫‪uḥsinna‬‬ ‫‪diri‬‬
‫َٗ ٍَ ِْ ىَ ٌْ ‪ْ َٝ‬غزَ ِط ْغ ٍِ ْْ ُن ٌْ ؽَْ٘ ًَل أَ ُْ ‪ِ ْْ َٝ‬ن َح‬

‫د ْاى َُ ْئ ٍَِْب ِ‬
‫د فَ َِ ِْ ٍَب ٍَيَن ْ‬
‫َذ‬ ‫ْاى َُحْ َ‬
‫ظَْب ِ‬

‫هللاُ أَ ْػيَ ٌُ‬ ‫أَ ْ‪ََ ٝ‬بُّ ُن ٌْ ٍِ ِْ فَزَ‪َٞ‬برِ ُن ٌُ ْاى َُ ْئ ٍَِْب ِ‬


‫د ۚ َٗ ا‬

‫ْغ ۚ فَب ّْ ِنحُُِٕ٘ا‬


‫ؼ ُن ٌْ ٍِ ِْ ثَؼ ٍة‬
‫ثِبِ‪ََ ٝ‬بِّ ُن ٌْ ۚ ثَ ْؼ ُ‬

‫ثِبِ ْر ُِ أَ ْٕيِ ِِٖا َٗآرُُِٕ٘ا أُجُ٘ َسُِٕا ثِ ْبى ََ ْؼش ِ‬


‫ُٗف‬

‫د َٗ ََل ٍُزا ِخ َزا ِ‬


‫د‬ ‫د َغ ْ‪َ ٞ‬ش ٍُ َغبفِ َحب ٍة‬ ‫ٍُحْ َ‬
‫ظَْب ٍة‬

‫أَ ْخذَا ٍةُ ۚ فَبِ َرا أُحْ ِ‬


‫ظِا فَبِ ُْ أَرَ‪ َِْٞ‬ثِ َب ِح َش ٍةخ‬

‫د ٍَِِ‬ ‫فَ َؼيَ ْ‪ِِٖ ٞ‬ا ِّظْ فُ ٍَب َػيَ‪ْ ٚ‬اى َُحْ َ‬
‫ظَْب ِ‬

‫‪UNIVERSITAS SUMATERA UTARA‬‬


67

َ ِ‫ة ۚ ٰ َرى‬
ُْ َ‫ ْاى َؼَْذَ ٍِ ْْ ُن ٌْ ۚ َٗأ‬َٜ ‫ل ىِ ََ ِْ َخ ِش‬ ِ ‫ْاى َؼ َزا‬

‫ ٌرش ىَ ُن ٌْ ۗ َٗ ا‬ْٞ ‫رَظْ جِشُٗا َخ‬


.ٌ‫ ٌر‬ٞ‫هللاُ َغ ُ٘ ٌرس َس ِح‬

22 Ayat 27 - - ‫ ًَب‬ٞ‫ ًْال َػ ِظ‬ٍَٞ ‫يُ٘ا‬َِٞ َ‫أَ ُْ ر‬ Meninggalkan Berpaling sejauh- Perzinahan
/ an tamīlu kebenaran jauhnya dari
َ ُ‫َز‬ٝ ُْ َ‫ ُذ أ‬ٝ‫ ُِش‬ٝ ُ‫هللا‬
َِٝ‫ ُذ اىا ِز‬ٝ‫ ُِش‬َٝٗ ٌْ ‫ ُن‬ْٞ َ‫٘ة َػي‬ ‫َٗ ا‬ mailan „azīmān kebenaran

.‫ ًَب‬ٞ‫ ًْال َػ ِظ‬ٍَٞ ‫يُ٘ا‬َِٞ َ‫د أَ ُْ ر‬


ِ ‫َزاجِؼَُُ٘ اى اشَٖ َ٘ا‬ٝ

23 Ayat 29 - - ٌْ ‫َْ ُن‬ْٞ َ‫ ََل رَؤْ ُميُ٘ا أَ ٍْ َ٘اىَ ُن ٌْ ث‬Jangan Janganlah kamu Warisan
‫ ثِ ْبىجَب ِؽ ِو‬/ lā mengambil hak saling memakan
ٌْ ‫َْ ُن‬ْٞ َ‫َِ آ ٍَُْ٘ا ََل رَؤْ ُميُ٘ا أَ ٍْ َ٘اىَ ُن ٌْ ث‬ٝ‫َُّٖب اىا ِز‬َٝ‫َب أ‬ٝ taˋkulū orang lain harta sesamamu
amwālakum dengan jalan yang
‫ثِ ْبىجَب ِؽ ِو اِ اَل أَ ُْ رَ ُنَُ٘ رِ َ ب َسحً ػ َِْ رَ َش ٍة‬
‫اع‬ bainakum bathil
‫ٍِ ْْ ُن ٌْ ۚ َٗ ََل رَ ْقزُيُ٘ا أَ ّْ ُ َغ ُن ٌْ ۚ اُِا ا‬
ٌْ ‫هللاَ َمبَُ ثِ ُن‬ bilbāthili

.‫ ًَب‬ٞ‫َس ِح‬

24 Ayat 31 - ِ ‫ ٍُ ْذخ ًَال م‬/


‫ ًَب‬ٝ‫َش‬ - Surga Tempat yang mulia Perzinahan
mudkhalān
ٌْ ‫اِ ُْ رَ ْ زَِْجُ٘ا َمجَبئِ َش ٍَب رُ َْْْٖ٘ َُ َػ ُْْٔ ُّ َن ِّشْ َػ ْْ ُن‬ karīmān

ِ ‫ِّئَبرِ ُن ٌْ َُّٗ ْذ ِخ ْي ُن ٌْ ٍُ ْذخ ًَال م‬ٞ‫َع‬


.‫ ًَب‬ٝ‫َش‬

25 Ayat 33 - - ٌْ ‫ ََبُّ ُن‬ْٝ َ‫َد أ‬


ْ ‫ َػقَذ‬/ Menggadaikan Orang-orang yang Warisan
„aqadat iman telah kamu
ُِ ‫ك ْاى َ٘اىِذَا‬
َ ‫ ٍِ اَب رَ َش‬َٜ ِ‫َٗىِ ُن ٍّو َج َؼ ْيَْب ٍَ َ٘اى‬ aimānukum bersumpah setia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


‫‪68‬‬

‫َد أَ ْ‪ََ ٝ‬بُّ ُن ٌْ فَآرُُٕ٘ ٌْ‬


‫َٗ ْاألَ ْق َشثَُُ٘ ۚ َٗاىا ِز‪َ َِٝ‬ػقَذ ْ‬

‫َ‪ٍ ٜ‬ةء َش ِٖ‪ٞ‬ذًا‪.‬‬ ‫ظ‪ٞ‬جَُٖ ٌْ ۚ اُِا ا‬


‫هللاَ َمبَُ َػيَ ٰ‪ُ ٚ‬م ِّو ش ْ‬ ‫َّ ِ‬

‫‪26‬‬ ‫‪Ayat 34‬‬ ‫‪-‬‬ ‫‪-‬‬ ‫َٗا ْٕ ُ شُُِٕٗا فِ‪ٜ‬‬ ‫‪Meninggalkan‬‬ ‫‪Pisahkanlah‬‬ ‫‪Hubungan‬‬
‫‪ْ / wa‬اى ََ َ‬
‫ؼب ِج ِغ‬ ‫‪kewajiban‬‬ ‫‪mereka‬‬ ‫‪ditempat‬‬ ‫‪suami istri‬‬
‫ؼ َو ا‬
‫هللاُ‬ ‫اى ِّش َجب ُه قَ٘اا ٍَُُ٘ َػيَ‪ ٚ‬اىِّْ َغب ِء ثِ ََب فَ ا‬ ‫‪ihjurūhunna fi‬‬ ‫‪hubungan suami tidur‬‬
‫‪almadhāji‟i‬‬ ‫‪istri‬‬
‫ْغ َٗثِ ََب أَ ّْ َقُ٘ا ٍِ ِْ‬
‫ؼُٖ ٌْ َػيَ ٰ‪ ٚ‬ثَؼ ٍة‬
‫ثَ ْؼ َ‬

‫َبد َحبفِظَ ٌر‬


‫بد‬ ‫أَ ٍْ َ٘اىِ ِٖ ٌْ ۚ فَبىظابىِ َح ُ‬
‫بد قَبِّز ٌر‬

‫اىالرِ‪ ٜ‬رَخَبفَُُ٘‬
‫هللاُ ۚ َٗ ا‬ ‫ىِ ْي َغ ْ‪ِ ٞ‬‬
‫ت ثِ ََب َح ِعَ ا‬

‫ُّ ُش٘ َصُِٕا فَ ِؼظُُِٕ٘ا َٗا ْٕ ُ شُُِٕٗا فِ‪ٜ‬‬

‫ؼب ِج ِغ َٗاػْ ِشثُُِٕ٘ا ۖ فَبِ ُْ أَؽَ ْؼَْ ُن ٌْ فَ َال‬


‫ْاى ََ َ‬

‫‪ٞ‬ال ۗ اُِا ا‬
‫هللاَ َمبَُ َػيِ‪ًّٞ‬ب َمجِ‪ٞ‬شًا‪.‬‬ ‫رَ ْج ُغ٘ا َػيَ ْ‪ِِٖ ٞ‬ا َعجِ ً‬

‫‪Ayat 36‬‬ ‫‪-‬‬ ‫بس ْاى ُ ُْ ِ‬


‫ت‬ ‫‪ْ / al-‬اى َ ِ‬ ‫‪-‬‬ ‫‪Non muslim‬‬ ‫‪Tetangga yang jauh‬‬ ‫‪Hubungan‬‬
‫‪jāri al-junubi‬‬ ‫‪terhadap‬‬
‫َٗا ْػجُذُٗا ا‬
‫هللاَ َٗ ََل رُ ْش ِش ُم٘ا ثِ ِٔ َش ْ‪ٞ‬ئًب ۖ‬ ‫‪Allah dan‬‬
‫‪-‬‬ ‫‪ / ibnu‬ا ْث ِِ اى اغجِ‪ِ ٞ‬و‬ ‫‪-‬‬ ‫‪Orang‬‬ ‫‪yang Ibnus sabil‬‬ ‫‪Manusia‬‬
‫‪27‬‬ ‫َٗثِ ْبى َ٘اىِ َذ ْ‪ ِِ ٝ‬اِحْ َغبًّب َٗثِ ِز‪ْ ٛ‬اىقُشْ ثَ ٰ‪ْ َٗ ٚ‬اى‪َٞ‬زَب ٍَ ٰ‪ٚ‬‬ ‫‪as-sabīli‬‬ ‫‪dalam‬‬
‫‪perjalanan, anak‬‬
‫بس ِر‪ْ ٛ‬اىقُشْ ثَ ٰ‪ْ َٗ ٚ‬اى َ ِ‬
‫بس‬ ‫َٗ ْاى ََ َغب ِم‪ْ َٗ ِِ ٞ‬اى َ ِ‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪tidak‬‬
‫‪diketahui‬‬ ‫‪ibu‬‬
‫ت ثِ ْبى َ ْْ ِ‬
‫ت َٗا ْث ِِ اى اغجِ‪ِ ٞ‬و َٗ ٍَب‬ ‫ْاى ُ ُْ ِ‬
‫ت َٗاىظاب ِح ِ‬
‫‪bapaknya‬‬
‫َذ أَ ْ‪ََ ٝ‬بُّ ُن ٌْ ۗ اُِا ا‬
‫هللاَ ََل ‪ِ ُٝ‬حتُّ ٍَ ِْ َمبَُ‬ ‫ٍَيَن ْ‬

‫‪UNIVERSITAS SUMATERA UTARA‬‬


69

.‫ٍُ ْخز ًَبَل فَ ُخ٘سًا‬

28 Ayat 37 َِٝ‫ ىِ ْينَبفِ ِش‬/ li - - Kikir, atau pelit Orang-orang kafir Hubungan
al-kafīrīna (kafir terhadap terhadap
َ ‫َؤْ ٍُشَُُٗ اىْا‬َٝٗ َُُ٘‫َ ْج َخي‬ٝ َِٝ‫اىا ِز‬
‫بط ثِ ْبىج ُْخ ِو‬ nikmat Allah) Allah dan
Manusia
‫هللاُ ٍِ ِْ فَؼْ يِ ِٔ ۗ َٗأَ ْػزَ ْذَّب‬
‫َ ْنزُ ََُُ٘ ٍَب آرَبُٕ ٌُ ا‬َٝٗ

.‫ًْب‬ِٖٞ ٍُ ‫َِ َػ َزاثًب‬ٝ‫ىِ ْينَبفِ ِش‬

29 Ayat 38 ِ ‫ ِسئَب َء اىْا‬/


‫بط‬ - - Melakukan Riya Hubungan
riāa an- sesuatu karena terhadap
ِ ‫ُ ْْ ِقَُُ٘ أَ ٍْ َ٘اىَُٖ ٌْ ِسئَب َء اىْا‬ٝ َِٝ‫َٗاىا ِز‬
‫بط َٗ ََل‬ nāsi ingin dilihat atau Allah dan
dipuji Manusia
ِِ ‫َ ُن‬ٝ ِْ ٍَ َٗ ۗ ‫ ِخ ِش‬ٟ‫َْ٘ ًِ ْا‬ٞ‫بَّللِ َٗ ََل ثِ ْبى‬
‫ ُْئ ٍَُُِْ٘ ثِ ا‬ٝ

.‫ًْب‬ٝ‫ًْب فَ َغب َء قَ ِش‬ٝ‫طَبُُ ىَُٔ قَ ِش‬ْٞ ‫اى اش‬

30 Ayat 41 ‫ ُم ِّو أُ اٍ ٍةخ‬/ - - Kafir Tiap-tiap ummat Hubungan


kullu terhadap
َ ِ‫ ٍةذ َٗ ِج ْئَْب ث‬ِٖٞ ‫ْفَ اِ َرا ِج ْئَْب ٍِ ِْ ُم ِّو أُ اٍ ٍةخ ثِ َش‬ٞ‫فَ َن‬
‫ل‬ ummatin Allah dan
Manusia
.‫ذًا‬ِٖٞ ‫ َٰٕئ ََُل ِء َش‬ٰٚ َ‫َػي‬

31 Ayat 42 - ‫ظُ٘ا اى اشعُ٘ َه‬


َ ‫ َٗ َػ‬/ - Melanggar Mendurhakai rasul Hubungan
wa „aṣawu ar- perintah rasul terhadap
َ ‫َِ َم َشُٗا َٗ َػ‬ٝ‫َ َ٘ ُّد اىا ِز‬ٝ ‫َْ٘ ٍَئِ ٍةز‬ٝ
َْ٘‫ظُ٘ا اى اشعُ٘ َه ى‬ rasūla Allah dan
Manusia
‫َ ْنزُ ََُُ٘ ا‬ٝ ‫ ثِ ِٖ ٌُ ْاألَسْ عُ َٗ ََل‬ٙ‫ا‬
.‫ضًب‬ٝ‫هللاَ َح ِذ‬ ٰ ٘‫رُ َغ‬

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

32 Ayat 44 - - َ‫َ ْشزَشَُُٗ اىؼ َاالىَخ‬ٝ / Memilih sesat Mereka membeli Hubungan
yastarūna ad- kesesatan terhadap
‫ة‬ ِ َّ ‫َِ أُٗرُ٘ا‬ٝ‫ اىا ِز‬َٚ‫أَىَ ٌْ رَ َش اِى‬
ِ ‫جًب ٍَِِ ْاى ِنزَب‬ٞ‫ظ‬ dhalāta Allah dan
Manusia
ِ َ‫ ُذَُٗ أَ ُْ ر‬ٝ‫ ُِش‬َٝٗ َ‫َ ْشزَشَُُٗ اىؼ َاالىَخ‬ٝ
‫ؼيُّ٘ا‬

.‫ َو‬ِٞ‫اى اغج‬

33 Ayat 46 - - َِْ ‫ُ َح ِّشفَُُ٘ ْاى َنيِ ٌَ ػ‬ٝ Merubah arti Mereka merubah Indikator
ِٔ ‫ػ ِؼ‬ ِ ‫ ٍَ َ٘ا‬/ kata-kata, perkataan dari munafik
َِْ ‫ُ َح ِّشفَُُ٘ ْاى َنيِ ٌَ ػ‬ٝ ‫َِ َٕبدُٗا‬ٝ‫ٍَِِ اىا ِز‬ yuḥarrifūna al- tempat atau tempat-tempatnya
kalima „an menambah dan
َ ‫َقُ٘ىَُُ٘ َع َِ ْؼَْب َٗ َػ‬َٝٗ ِٔ ‫ػ ِؼ‬
‫َْب َٗا ْع ََ ْغ‬ْٞ ‫ظ‬ ِ ‫ٍَ َ٘ا‬ mawādhi‟ihi mengurangi
ِٜ‫ًّب ثِؤَ ْى ِغَْزِ ِٖ ٌْ َٗؽَ ْؼًْب ف‬َٞ‫ َش ٍُ ْغ ََغٍة َٗ َسا ِػَْب ى‬ْٞ ‫َغ‬

‫ ِِ ۚ َٗىَْ٘ أَّاُٖ ٌْ قَبىُ٘ا َع َِ ْؼَْب َٗأَؽَ ْؼَْب َٗا ْع ََ ْغ‬ِّٝ‫اىذ‬

ٌُ َُْٖ‫شًا ىَُٖ ٌْ َٗأَ ْق َ٘ ًَ َٗ ٰىَ ِن ِْ ىَ َؼ‬ْٞ ‫َٗا ّْظُشْ َّب ىَ َنبَُ َخ‬

‫ا‬
ً ِ‫ ُْئ ٍَُُِْ٘ اِ اَل قَي‬ٝ ‫هللاُ ثِ ُن ْ ِش ِٕ ٌْ فَ َال‬
.‫ال‬ٞ

34 Ayat 47 َ ‫أَطْ َح‬


‫بة‬ - - Kera yang hina Orang-orang hari Hubungan
ِ ‫ اى اغ ْج‬/
‫ذ‬ sabtu terhadap
َ ‫َِ أُٗرُ٘ا ْاى ِنز‬ٝ‫َُّٖب اىا ِز‬َٝ‫َب أ‬ٝ
‫َبة آ ٍُِْ٘ا ثِ ََب َّ اض ْىَْب‬ aṣḥābu as- Allah dan
sabti Manusia
‫ظ‬ ْ ّ ُْ َ‫ظ ِّذقًب ىِ ََب ٍَ َؼ ُن ٌْ ٍِ ِْ قَ ْج ِو أ‬
َ َِ ‫َط‬ َ ٍُ

‫بسَٕب أَْٗ ّ َْي َؼَُْٖ ٌْ َم ََب‬


ِ َ‫ أَ ْدث‬ٰٚ َ‫ُٗجًُٕ٘ب فََْ ُش ادَٕب َػي‬
‫ذ ۚ َٗ َمبَُ أَ ٍْ ُش ا‬
ِ‫هللا‬ َ ‫ىَ َؼْاب أَطْ َح‬
ِ ‫بة اى اغ ْج‬

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

ً ‫ٍَ ْؼ‬
.‫َُ٘ل‬

35 Ayat 49 - - ٌْ ُٖ‫ُ َض ُّمَُ٘ أَ ّْ ُ َغ‬ٝ / Orang yahudi Orang yang Hubungan


yuzakkūna dan nasrani yang menganggap terhadap
‫ُ َض ُّمَُ٘ أَ ّْ ُ َغُٖ ٌْ ۚ ثَ ِو ا‬ٝ َِٝ‫ اىا ِز‬َٚ‫أَىَ ٌْ رَ َش اِى‬
ُ‫هللا‬ anfusahum mempunyai dirinya bersih Allah dan
angan-angan Manusia
ْ ٝ ‫َشَب ُء َٗ ََل‬ٝ ِْ ٍَ ٜ‫ُ َض ِّم‬ٝ
ً ِ‫ُظيَ ََُُ٘ فَز‬
.‫ال‬ٞ bahwa diri
mereka akan
masuk surga

36 Ayat 51 ِ ‫ثِ ْبى ِ ْج‬


‫ذ‬ - - Syaitan dan apa Jibt dan Thaghut Hubungan
ِ ٘‫ َٗاىطاب ُغ‬/
‫د‬ saja yang terhadap
ِ َّ ‫َِ أُٗرُ٘ا‬ٝ‫ اىا ِز‬َٚ‫أَىَ ٌْ رَ َش اِى‬
ِ ‫جًب ٍَِِ ْاى ِنزَب‬ٞ‫ظ‬
‫ة‬ bi al-jibti disembah selain Allah
wa at- Allah swt
َِٝ‫َقُ٘ىَُُ٘ ىِيا ِز‬َٝٗ ‫د‬ ِ ‫ ُْئ ٍَُُِْ٘ ثِ ْبى ِ ْج‬ٝ
ِ ٘‫ذ َٗاىطاب ُغ‬ thaghūti
ً ِ‫َِ آ ٍَُْ٘ا َعج‬ٝ‫ ٍَِِ اىا ِز‬َٰٙ ‫َم َشُٗا َٰٕئ ََُل ِء أَ ْٕذ‬
.‫ال‬ٞ

37 Ayat 53 ِ ‫ ْاى َُ ْي‬/ al-


‫ل‬ - - Kekuasaan Kerajaan Hubungan
mulki terhadap
ِ ‫تٌر ٍَِِ ْاى َُ ْي‬ٞ‫ظ‬
َُُ٘‫ ُْئر‬ٝ ‫ل فَبِ ًرا ََل‬ ِ َّ ٌْ َُٖ‫أَ ًْ ى‬ Allah dan
Manusia
َ ‫اىْا‬
.‫شًا‬ِٞ‫بط َّق‬

38 Ayat 59 - ‫ ْاألَ ٍْ ِش‬ِٜ‫ أُٗى‬/ ūlī - Pemimpin Ulil amri Hubungan


al-„amri terhadap
‫ؼُ٘ا‬ٞ‫هللاَ َٗأَ ِؽ‬
‫ؼُ٘ا ا‬ٞ‫َِ آ ٍَُْ٘ا أَ ِؽ‬ٝ‫َُّٖب اىا ِز‬َٝ‫َب أ‬ٝ Allah dan
Manusia
ٌْ ُ‫ ْاألَ ٍْ ِش ٍِ ْْ ُن ٌْ ۖ فَبِ ُْ رََْب َص ْػز‬ِٜ‫اى اشعُ٘ َه َٗأُٗى‬

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

‫ ا‬َٚ‫ ٍةء فَ ُشدُُّٗٓ اِى‬َٜ


ٌْ ُ‫هللاِ َٗاى اشعُ٘ ِه اِ ُْ ُم ْْز‬ ْ ‫ ش‬ِٜ‫ف‬

َ ِ‫ ِخ ِش ۚ ٰ َرى‬ٟ‫َْ٘ ًِ ْا‬ٞ‫بَّللِ َٗ ْاى‬


‫ ٌرش‬ْٞ ‫ل َخ‬ ‫رُ ْئ ٍَُُِْ٘ ثِ ا‬

ً ِٗ ْ‫َٗأَحْ َغُِ رَؤ‬


.‫ال‬ٝ

39 Ayat 61 - - ‫ٍَب أَ ّْ َض َه ا‬
َٚ‫هللاُ َٗاِى‬ Al-Qur‟an Hukum yang telah Hubungan
‫ اى اشعُ٘ه‬/ mā Allah turunkan dan terhadap
‫ ٍَب أَ ّْ َض َه ا‬ٰٚ َ‫ َو ىَُٖ ٌْ رَ َؼبىَْ٘ ا اِى‬ِٞ‫َٗاِ َرا ق‬
َٚ‫هللاُ َٗاِى‬ anzala allāhu wa kepada hukum Allah dan
ilā ar-rasūli Rasul Manusia
ُ َٝ َِِٞ‫ْذَ ْاى ََُْبفِق‬َٝ‫اى اشعُ٘ ِه َسأ‬
َ ْْ ‫ظ ُّذَُٗ َػ‬
‫ل‬

.‫طذُٗدًا‬
ُ

40 Ayat 64 - - ٌْ ُٖ‫ ظَيَ َُ٘ا أَ ّْ ُ َغ‬/ Berhakim Menganiaya Hubungan


zhalamū kepada selain dirinya terhadap
‫ُطَب َع ثِبِ ْر ُِ ا‬ِٞ‫َٗ ٍَب أَسْ َع ْيَْب ٍِ ِْ َسعُ٘ ٍةه اِ اَل ى‬
ۚ ِ‫هللا‬ anfusahum dari nabi Allah dan
Muhammad Manusia
َ ُٗ‫َٗىَْ٘ أَّاُٖ ٌْ اِ ْر ظَيَ َُ٘ا أَ ّْ ُ َغُٖ ٌْ َجبء‬
‫ك‬ SAW
‫فَب ْعزَ ْغ َشُٗا ا‬
‫هللاَ َٗا ْعزَ ْغ َ َش ىَُٖ ٌُ اى اشعُ٘ ُه‬

‫ىَ َ٘ َجذُٗا ا‬
.‫ ًَب‬ٞ‫هللاَ رَ٘ااثًب َس ِح‬

41 Ayat 66 - ‫ َمزَ ْجَْب‬/ katabnā - Kami wajibkan Kami perintahkan Hubungan


terhadap
ِٗ َ‫ ِٖ ٌْ أَ ُِ ا ْقزُيُ٘ا أَ ّْ ُ َغ ُن ٌْ أ‬ْٞ َ‫َٗىَْ٘ أَّاب َمزَ ْجَْب َػي‬ Allah dan
Manusia
ۖ ٌْ ُْْٖ ٍِ ‫ ٌرو‬ِٞ‫بس ُم ٌْ ٍَب فَ َؼيُُ٘ٓ اِ اَل قَي‬ ْ
ِ َٝ‫اخ ُشجُ٘ا ٍِ ِْ ِد‬

‫شًا‬ْٞ ‫ُ٘ َػظَُُ٘ ثِ ِٔ ىَ َنبَُ َخ‬ٝ ‫َٗىَْ٘ أَّاُٖ ٌْ فَ َؼيُ٘ا ٍَب‬

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

.‫زًب‬ِٞ‫ىَُٖ ٌْ َٗأَ َش اذ ر َْضج‬

42 Ayat 68 - ‫ ًَب‬ِٞ‫ط َشاؽًب ٍُ ْغزَق‬


ِ / - Petunjuk Jalan yang lurus Hubungan
ṣirāṭan terhadap
.‫ ًَب‬ِٞ‫ط َشاؽًب ٍُ ْغزَق‬
ِ ٌْ ُٕ‫َْب‬ْٝ ‫َٗىََٖ َذ‬ mustaqīman Allah dan
Manusia

43 Ayat 69 ٌَ ‫ أَ ّْ َؼ‬/ - - Surga Ni‟mat Hubungan


an'ama terhadap
َ ِ‫هللاَ َٗاى اشعُ٘ َه فَؤُٗ ٰىَئ‬
َِٝ‫ل ٍَ َغ اىا ِز‬ ‫ُ ِط ِغ ا‬ٝ ِْ ٍَ َٗ Allah dan
Manusia
‫أَ ّْ َؼ ٌَ ا‬
ِّ ‫َِ َٗاى‬ِِّٞٞ‫ ِٖ ٌْ ٍَِِ اىْاج‬ْٞ َ‫هللاُ َػي‬
َِِٞ‫ق‬ِّٝ‫ظذ‬

َ ِ‫َِ ۚ َٗ َحغَُِ أُٗ ٰىَئ‬ٞ‫َٗاى ُّشَٖذَا ِء َٗاىظابىِ ِح‬


.‫قًب‬ِٞ‫ل َسف‬

44 Ayat 73 ‫ فَؼْ ٌرو‬/ - - Kemenangan Karunia Hubungan


fadhlun terhadap
ٌْ َ‫َقُ٘ىَِا مَؤَ ُْ ى‬َٞ‫هللاِ ى‬ َ َ‫َٗىَئِ ِْ أ‬
‫طبثَ ُن ٌْ فَؼْ ٌرو ٍَِِ ا‬ Allah dan
Manusia
ُ ْْ ‫ ُم‬َِْٜ‫ز‬ْٞ َ‫َب ى‬ٝ ‫َُْٔ ٍَ َ٘ ادحٌر‬ْٞ َ‫َْ ُن ٌْ َٗث‬ْٞ َ‫رَ ُن ِْ ث‬
ٌْ ُٖ‫ذ ٍَ َؼ‬

.‫ ًَب‬ٞ‫فَؤَفُ٘ َص فَْ٘ ًصا َػ ِظ‬

45 Ayat 74 - - َ‫َبح‬ٞ‫َ ْششَُُٗ ْاى َح‬ٝ َِٝ‫اىا ِز‬ Orang-orang Orang-orang yang Hubungan
‫ ِخ َش ِح‬ٟ‫َب ثِ ْب‬ّْٞ ‫ اى ُّذ‬/ mukmin yang menukar kehidupan terhadap
َ‫َبح‬ٞ‫َ ْششَُُٗ ْاى َح‬ٝ َِٝ‫هللاِ اىا ِز‬
‫ ِو ا‬ِٞ‫ َعج‬ِٜ‫ُقَبرِوْ ف‬ٞ‫فَ ْي‬ alladzīna mengutamakan dunia dengan Allah dan
yashrūna al- kehidupan kehidupan akhirat Manusia
‫ ِو ا‬ِٞ‫ َعج‬ِٜ‫ُقَبرِوْ ف‬ٝ ِْ ٍَ َٗ ۚ ‫ ِخ َش ِح‬ٟ‫َب ثِ ْب‬ّْٞ ‫اى ُّذ‬
ِ‫هللا‬ ḥayāta ad-dunyā akhirat
.‫ ًَب‬ٞ‫ ِٔ أَجْ شًا َػ ِظ‬ِٞ‫َ ْغيِتْ فَغَْ٘ فَ ُّ ْئر‬ٝ َْٗ‫ُ ْقزَوْ أ‬َٞ‫ف‬ bi al-ākhirati

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

46 Ayat 77 - - ٌْ ‫َ ُن‬ٝ‫ ِذ‬ْٝ َ‫ ُم ُّ٘ا أ‬/ kuffū Hentikan Tahanlah tanganmu Hubungan
aidiyakum permusuhan dan dari berperang terhadap
ٌْ ‫َ ُن‬ٝ‫ ِذ‬ْٝ َ‫ َو ىَُٖ ٌْ ُم ُّ٘ا أ‬ِٞ‫َِ ق‬ٝ‫ اىا ِز‬َٚ‫أَىَ ٌْ رَ َش اِى‬ peperangan Allah dan
Manusia
َ ِ‫ َُ٘ا اىظ َاالحَ َٗآرُ٘ا اى اضمَبحَ فَيَ اَب ُمز‬ِٞ‫َٗأَق‬
‫ت‬

‫ ٌر‬ٝ‫ ِٖ ٌُ ْاىقِزَب ُه اِ َرا فَ ِش‬ْٞ َ‫َػي‬


َ ‫َ ْخ َشْ٘ َُ اىْا‬ٝ ٌْ ُْْٖ ٍِ ‫ق‬
‫بط‬

ٌَ ِ‫َخً ۚ َٗقَبىُ٘ا َسثاَْب ى‬ٞ‫هللاِ أَْٗ أَ َش اذ َخ ْش‬


‫َ ِخ ا‬ٞ‫َم َخ ْش‬

‫ أَ َج ٍةو‬ٰٚ َ‫َْب ْاىقِزَب َه ىَْ٘ ََل أَ اخشْ رََْب اِى‬ْٞ َ‫َمزَجْذَ َػي‬

‫ ٌرش‬ْٞ ‫ ِخ َشحُ َخ‬ٟ‫ ٌرو َٗ ْا‬ِٞ‫َب قَي‬ّْٞ ‫ع اى ُّذ‬


ُ ‫ت ۗ قُوْ ٍَزَب‬
‫ ٍة‬ٝ‫قَ ِش‬

ْ ُ‫ َٗ ََل ر‬ٰٚ َ‫ىِ ََ ِِ اراق‬


ً ِ‫ظيَ ََُُ٘ فَز‬
.‫ال‬ٞ

47 Ayat 80 ‫ظًب‬ِٞ ‫ َح‬/ - - Pelindung Pemelihara Hubungan


hafīzhān terhadap
‫ُ ِطغِ اى اشعُ٘ َه فَقَ ْذ أَؽَب َع ا‬ٝ ِْ ٍَ
ٰٚ ‫هللاَ ۖ َٗ ٍَ ِْ رَ َ٘ىا‬ Allah dan
Manusia
َ ‫فَ ََب أَسْ َع ْيَْب‬
.‫ظًب‬ِٞ ‫ ِٖ ٌْ َح‬ْٞ َ‫ك َػي‬

48 Ayat 84 - - َ ‫ ََل رُنَيافُ اِ اَل َّ ْ َغ‬/


‫ل‬ Perintah Tidaklah kamu Hubungan
lā tukallifu „illa berperang dibebani melainkan terhadap
َ ‫هللاِ ََل رُنَيافُ اِ اَل َّ ْ َغ‬
ۚ‫ل‬ ‫ ِو ا‬ِٞ‫ َعج‬ِٜ‫فَقَبرِوْ ف‬ nafsaka dengan kewajiban Allah dan
kamu sendiri Manusia
َ ْ‫َ ُنفا ثَؤ‬ٝ ُْ َ‫هللاُ أ‬
‫ط‬ ‫ ا‬ٚ‫َِ ۖ َػ َغ‬ٍِِْٞ ‫ِّع ْاى َُ ْئ‬
ِ ‫َٗ َحش‬
ً ‫هللاُ أَ َش ُّذ ثَؤْعًب َٗأَ َش ُّذ رَ ْْ ِن‬
.‫ال‬ٞ ‫َِ َم َشُٗا ۚ َٗ ا‬ٝ‫اىا ِز‬

Ayat 85 - ً‫ َش َب َػخً َح َغَْخ‬/ - Syafaat untuk Syafaat yang baik Hubungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

ِ َّ َُٔ‫َ ُن ِْ ى‬ٝ ً‫َ ْش َ ْغ َش َب َػخً َح َغَْخ‬ٝ ِْ ٍَ


‫تٌر‬ٞ‫ظ‬ syafāatan melindungi hak terhadap
ḥasanatan seorang muslim Allah dan
49 ‫َ ُن ِْ ىَُٔ ِم ْ ٌرو‬ٝ ً‫ِّئَخ‬ٞ‫َ ْش َ ْغ َش َب َػخً َع‬ٝ ِْ ٍَ َٗ ۖ ‫ٍِ َْْٖب‬ dari Manusia
kemudharatan
‫ٍِ َْْٖب ۗ َٗ َمبَُ ا‬
ْ ‫ ُم ِّو ش‬ٰٚ َ‫هللاُ َػي‬
.‫زًب‬ِٞ‫ ٍةء ٍُق‬َٜ
- ً‫ِّئَخ‬ٞ‫ َش َب َػخً َع‬/ - Kebalikan Syafaat yang buruk Hubungan
syafāatān syafaat yang terhadap
sayyiatān baik Allah dan
Manusia

50 Ayat 88 ِِ ْٞ َ‫ فِئَز‬/ - - Orang-orang Dua golongan Hubungan


fi‟ataini mukmin yang terhadap
ٌْ ُٖ‫هللاُ أَسْ َم َغ‬
‫ ِِ َٗ ا‬ْٞ َ‫َِ فِئَز‬ِٞ‫ ْاى ََُْبفِق‬ِٜ‫فَ ََب ىَ ُن ٌْ ف‬ membela orang- Allah dan
orang munafik Manusia
َ َ‫ ُذَُٗ أَ ُْ رَ ْٖذُٗا ٍَ ِْ أ‬ٝ‫ثِ ََب َم َغجُ٘ا ۚ أَرُ ِش‬
‫ػ او‬ dan golongan
‫ُؼْ يِ ِو ا‬ٝ ِْ ٍَ َٗ ۖ ُ‫هللا‬
ً ِ‫هللاُ فَيَ ِْ رَ ِ َذ ىَُٔ َعج‬
.‫ال‬ٞ ‫ا‬ orang-orang
mukmin yang
memusuhi
mereka

51 Ayat 90 ‫ضَب ٌر‬ٍِٞ /


‫ق‬ - - Hukum suaka Perjanjian Hubungan
mīṡāqun terhadap
ِ َٝ َِٝ‫اِ اَل اىا ِز‬
ٌْ َُْْٖٞ َ‫َْ ُن ٌْ َٗث‬ْٞ َ‫ قَْ٘ ٍةً ث‬ٰٚ َ‫ظيَُُ٘ اِى‬ Allah dan
Manusia
ُْ َ‫طذُٗ ُسُٕ ٌْ أ‬ ِ ‫ق أَْٗ َجبءُٗ ُم ٌْ َح‬
ْ ‫ظ َش‬
ُ ‫د‬ ‫ضَب ٌر‬ٍِٞ

‫ُقَبرِيُ٘ا قَْ٘ ٍَُٖ ٌْ ۚ َٗىَْ٘ شَب َء ا‬ٝ َْٗ‫ُقَبرِيُ٘ ُم ٌْ أ‬ٝ


ُ‫هللا‬

ٌْ َ‫ ُن ٌْ فَيَقَبرَيُ٘ ُم ٌْ ۚ فَبِ ُِ ا ْػزَ َضىُ٘ ُم ٌْ فَي‬ْٞ َ‫ىَ َغياطَُٖ ٌْ َػي‬

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

‫ ُن ٌُ اى اغيَ ٌَ فَ ََب َج َؼ َو ا‬ْٞ َ‫ُقَبرِيُ٘ ُم ٌْ َٗأَ ْىقَْ٘ ا اِى‬ٝ


ٌْ ‫هللاُ ىَ ُن‬

ً ِ‫ ِٖ ٌْ َعج‬ْٞ َ‫َػي‬
.‫ال‬ٞ

52 Ayat 92 ‫َخٌر‬ٝ‫ َٗ ِد‬/ - - Pembayaran Diyat Hubungan


wadiyatun sejumlah harta terhadap
ۚ ً‫َ ْقزُ َو ٍُ ْئ ًٍِْب اِ اَل َخطَؤ‬ٝ ُْ َ‫َٗ ٍَب َمبَُ ىِ َُ ْئ ٍِ ٍةِ أ‬ karena sesuatu Allah dan
tindak pidana Manusia
‫ ُش َسقَجَ ٍةخ ٍُ ْئ ٍَِْ ٍةخ‬ٝ‫َٗ ٍَ ِْ قَزَ َو ٍُ ْئ ًٍِْب َخطَؤً فَزَحْ ِش‬ terhadap sesuatu
‫َ ا‬ٝ ُْ َ‫ أَ ْٕيِ ِٔ اِ اَل أ‬ٰٚ َ‫َخٌر ٍُ َغيا ََخٌر اِى‬ٝ‫َٗ ِد‬
ُْ ِ‫ظ اذقُ٘ا ۚ فَب‬ jiwa atau
anggota badan
‫ ُش‬ٝ‫َمبَُ ٍِ ِْ قَْ٘ ٍةً َػ ُذ ٍّٗ ىَ ُن ٌْ َُٕٗ َ٘ ٍُ ْئ ٌٍِِر فَزَحْ ِش‬

ٌْ َُْْٖٞ َ‫َْ ُن ٌْ َٗث‬ْٞ َ‫َسقَجَ ٍةخ ٍُ ْئ ٍَِْ ٍةخ ۖ َٗاِ ُْ َمبَُ ٍِ ِْ قَْ٘ ٍةً ث‬

‫ ُش َسقَجَ ٍةخ‬ٝ‫ أَ ْٕيِ ِٔ َٗرَحْ ِش‬ٰٚ َ‫َخٌر ٍُ َغيا ََخٌر اِى‬ٝ‫ق فَ ِذ‬
‫ضَب ٌر‬ٍِٞ

ِ َ‫َ ِ ْذ ف‬ٝ ٌْ َ‫ٍُ ْئ ٍَِْ ٍةخ ۖ فَ ََ ِْ ى‬


ِِ ْٝ ‫َب ًُ َش ْٖ َش‬ٞ‫ظ‬

‫هللاِ ۗ َٗ َمبَُ ا‬
‫ ًَب‬ِٞ‫هللاُ َػي‬ ‫ ِِ رَْ٘ ثَخً ٍَِِ ا‬ْٞ ‫ٍُزَزَبثِ َؼ‬

.‫ ًَب‬ٞ‫َح ِن‬

53 Ayat 95 - - َِٝ‫هللاُ ْاى َُ َ ب ِٕ ِذ‬


‫ؼ َو ا‬ ‫فَ ا‬ Yang tidak Allah melebihkan Hubungan
ٚ‫ثِؤَ ٍْ َ٘اىِ ِٖ ٌْ َٗأّ ِغ ِٖ ٌْ َػي‬
َ ُ ْ َ berperang orang-orang yang terhadap
‫ ُش‬ْٞ ‫َِ َغ‬ٍِِْٞ ‫ ْاىقَب ِػ ُذَُٗ ٍَِِ ْاى َُ ْئ‬َِٛ٘ ‫َ ْغز‬ٝ ‫ََل‬ ً‫َِ َد َس َجخ‬ٝ‫ ْاىقَب ِػ ِذ‬/ karena uzur berjihad dengan Allah dan
faddhala allāhu harta dan jiwanya Manusia
ِ‫هللا‬ ‫ اى ا‬ِٜ‫أُٗى‬
‫ ِو ا‬ِٞ‫ َعج‬ِٜ‫ؼ َش ِس َٗ ْاى َُ َ ب ِٕ ُذَُٗ ف‬
al-mujāhidīna atas orang-orang
biamwālihim yang duduk
َِٝ‫هللاُ ْاى َُ َ ب ِٕ ِذ‬ ‫ثِؤَ ٍْ َ٘اىِ ِٖ ٌْ َٗأَ ّْ ُ ِغ ِٖ ٌْ ۚ فَ ا‬
‫ؼ َو ا‬
wa‟anfusihim

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

ۚ ً‫َِ َد َس َجخ‬ٝ‫ ْاىقَب ِػ ِذ‬َٚ‫ثِؤَ ٍْ َ٘اىِ ِٖ ٌْ َٗأَ ّْ ُ ِغ ِٖ ٌْ َػي‬ „alā al-qā‟idīna


darajatan
‫ؼ َو ا‬
ُ‫هللا‬ ‫َٗ ُم ًّال َٗ َػ َذ ا‬
‫ ۚ َٗفَ ا‬َٰٚ ْ‫هللاُ ْاى ُح ْغ‬

.‫ ًَب‬ٞ‫َِ أَجْ شًا َػ ِظ‬ٝ‫ ْاىقَب ِػ ِذ‬َٚ‫َِ َػي‬ٝ‫ْاى َُ َ ب ِٕ ِذ‬

54 Ayat 101 ‫ ُجَْب ٌرح‬/ - - Dibolehkan Tidaklah berdosa Hubungan


junāḥun terhadap
‫ ُن ٌْ ُجَْب ٌرح‬ْٞ َ‫ْظ َػي‬ ِ ْ‫ ْاألَس‬ِٜ‫ػ َش ْثزُ ٌْ ف‬
َ َٞ‫ع فَي‬ َ ‫َٗاِ َرا‬ Allah dan
Manusia
ٌُ ‫َ ْزَِْ ُن‬ٝ ُْ َ‫ظشُٗا ٍَِِ اىظ َاال ِح اِ ُْ ِخ ْزُ ٌْ أ‬
ُ ‫أَ ُْ رَ ْق‬

‫َِ مَبُّ٘ا ىَ ُن ٌْ َػ ُذ ًّٗا‬ٝ‫َِ َم َشُٗا ۚ اُِا ْاىنَبفِ ِش‬ٝ‫اىا ِز‬

.‫ًْب‬ِٞ‫ٍُج‬

55 Ayat 103 - - َٚ‫َذ َػي‬ ْ ّ‫اُا اىظ َاالحَ مَب‬ Shalat fardhu Sesungguhnya Hubungan
‫َِ ِمزَبثًب ٍَْ٘ قُ٘رًب‬ٍِِْٞ ‫ْاى َُ ْئ‬ yang dilakukan sholat itu adalah terhadap
‫زُ ٌُ اىظ َاالحَ فَ ْبر ُمشُٗا ا‬ْٞ ‫ؼ‬
‫َب ًٍب‬ِٞ‫هللاَ ق‬ َ َ‫فَبِ َرا ق‬ / inna as-ṣalāta tepat waktu. kewajiban yang Allah dan
kānat „alā al- ditentukan Manusia
ٌْ ُ‫اؽ ََؤَّْ ْْز‬
ْ ‫ ُجُْ٘ثِ ُن ٌْ ۚ فَبِ َرا‬ٰٚ َ‫َٗقُؼُ٘دًا َٗ َػي‬
muˋminīna waktunya atas
ْ ّ‫ َُ٘ا اىظ َاالحَ ۚ اُِا اىظ َاالحَ مَب‬ِٞ‫فَؤَق‬
َٚ‫َذ َػي‬ kitāban orang-orang yang
mauqūtan beriman.
.‫َِ ِمزَبثًب ٍَْ٘ قُ٘رًب‬ٍِِْٞ ‫ْاى َُ ْئ‬

56 Ayat 104 ‫ رَ ُِْٖ٘ا‬/ - - Jangan iba Berhati lemah Hubungan


tahinū terhadap orang terhadap
‫ ا ْثزِغَب ِء ْاىقَْ٘ ًِ ۖ اِ ُْ رَ ُنُّ٘٘ا‬ِٜ‫َٗ ََل رَ ُِْٖ٘ا ف‬ kafir Allah dan
Manusia
َُُ٘‫َؤْىَ ََُُ٘ َم ََب رَؤْىَ ََُُ٘ ۖ َٗرَشْ ج‬ٝ ٌْ ُٖ‫رَؤْىَ ََُُ٘ فَبِّا‬

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

‫َشْ جَُُ٘ ۗ َٗ َمبَُ ا‬ٝ ‫هللاِ ٍَب ََل‬


‫ ًَب‬ِٞ‫هللاُ َػي‬ ‫ٍَِِ ا‬

.‫ ًَب‬ٞ‫َح ِن‬

57 Ayat 107 - ‫ ًَب‬ِٞ‫ َخ٘ااًّب أَص‬/ - Penuh dengan Bergelimang dosa Hubungan
khawwānan dosa terhadap
‫َ ْخزَبَُُّ٘ أَ ّْ ُ َغُٖ ٌْ ۚ اُِا‬ٝ َِٝ‫َٗ ََل رُ َ ب ِدهْ َػ ِِ اىا ِز‬ aṡīmān Allah dan
Manusia
.‫ ًَب‬ِٞ‫ُ ِحتُّ ٍَ ِْ َمبَُ َخ٘ااًّب أَص‬ٝ ‫هللاَ ََل‬
‫ا‬

58 Ayat 108 - - ِ ‫َ ْغز َْخ َُُ٘ ٍَِِ اىْا‬ٝ


‫بط‬ Mereka takkan Mereka Hubungan
‫َ ْغز َْخ َُُ٘ ٍَِِ ا‬ٝ ‫ َٗ ََل‬/
ِ‫هللا‬ dapat bersembunyi dari terhadap
‫َ ْغز َْخ َُُ٘ ٍَِِ ا‬ٝ ‫بط َٗ ََل‬
ِ‫هللا‬ ِ ‫َ ْغز َْخ َُُ٘ ٍَِِ اىْا‬ٝ yastaghfūna min bersembunyi manusia tetapi Allah dan
an-nāsi walā dari Allah mereka tidak Manusia
َ ْ‫َش‬ٝ ‫ِّزَُُ٘ ٍَب ََل‬َٞ‫ُج‬ٝ ‫َُٕٗ َ٘ ٍَ َؼُٖ ٌْ اِ ْر‬
ٍَِِ ٰٚ ‫ػ‬ yastaghfūna min bersembunyi dari
‫ْاىقَْ٘ ِه ۚ َٗ َمبَُ ا‬
.‫طًب‬ٞ‫َ ْؼ ََيَُُ٘ ٍُ ِح‬ٝ ‫هللاُ ثِ ََب‬ allāhi Allah

59 Ayat 114 ‫ َّ ْ َ٘ا‬/ - - Godaan Bisikan Hubungan


najwā terhadap
‫ش ٍِ ِْ َّ ْ َ٘إُ ٌْ اِ اَل ٍَ ِْ أَ ٍَ َش‬ٞ
‫ َمضِ ٍة‬ِٜ‫ َش ف‬ْٞ ‫ََل َخ‬ Allah dan
Manusia
ِ ‫َِْ اىْا‬َٞ‫ُٗف أَْٗ اِطْ َالحٍة ث‬
ۚ ‫بط‬ ‫ظ َذقَ ٍةخ أَْٗ ٍَ ْؼش ٍة‬
َ ِ‫ث‬

‫د ا‬
َ‫هللاِ فَغَْ٘ ف‬ َ ِ‫َ ْ َؼوْ ٰ َرى‬ٝ ِْ ٍَ َٗ
َ ْ‫ل ا ْثزِغَب َء ٍَش‬
ِ ‫ػب‬

.‫ ًَب‬ٞ‫ ِٔ أَجْ شًا َػ ِظ‬ِٞ‫ُّ ْئر‬

60 Ayat 117 ‫ اَِّبصًب‬/ - - Patung-patung Berhala Hubungan


ināṡan yang disembah terhadap
Allah dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

َُ٘‫َ ْذ ُػ‬ٝ ُْ ِ‫َ ْذ ُػَُ٘ ٍِ ِْ دُِّٗ ِٔ اِ اَل اَِّبصًب َٗا‬ٝ ُْ ِ‫ا‬ Arab Jahiliyah. Manusia

.‫ذًا‬ٝ‫طَبًّب ٍَ ِش‬ْٞ ‫اِ اَل َش‬

61 Ayat 123 - ٌْ ‫ِّ ُن‬ِّٞ‫ ثِؤَ ٍَب‬/ - Khayalan Dengan angan- Hubungan
biamāniyyiku anganmu yang terhadap
ِ ‫ أَ ْٕ ِو ْاى ِنزَب‬ِّٜ ِّ‫ِّ ُن ٌْ َٗ ََل أَ ٍَب‬ِّٞ‫ْظ ثِؤَ ٍَب‬
ِْ ٍَ ۗ ‫ة‬ َ َٞ‫ى‬ m kosong Allah dan
Manusia
‫َ ِ ْذ ىَُٔ ٍِ ِْ دُٗ ُِ ا‬ٝ ‫ُ ْ َض ثِ ِٔ َٗ ََل‬ٝ ‫َ ْؼ ََوْ عُ٘ ًءا‬ٝ
ِ‫هللا‬

ِ َّ ‫ًّب َٗ ََل‬ِٞ‫َٗى‬
.‫شًا‬ٞ‫ظ‬

62 Ayat 127 - ٌْ ‫ ُن‬ِٞ‫ُ ْز‬ٝ / yuftīkum - Keterangan Fatwa kepadamu Perlakuan


secara rinci yang terhadap
‫ اىِّْ َغب ِء ۖ قُ ِو ا‬ِٜ‫ل ف‬
‫ ِِٖا‬ِٞ‫ ُن ٌْ ف‬ِٞ‫ُ ْز‬ٝ ُ‫هللا‬ َ َُّ٘‫َ ْغزَ ْز‬َٝٗ sudah ada anak yatim
didalam al-
ِ ‫ ْاى ِنزَب‬ِٜ‫ ُن ٌْ ف‬ْٞ َ‫ َػي‬ٰٚ َ‫ُ ْزي‬ٝ ‫َٗ ٍَب‬
ٍَٚ ‫َزَب‬ٝ ِٜ‫ة ف‬ Qur‟an
‫ت ىَُِٖا‬ ‫اىِّْ َغب ِء ا‬
َ ِ‫ ََل رُ ْئرَُُِّٖ٘ا ٍَب ُمز‬ِٜ‫اىالر‬

ٍَِِ َِِٞ ‫َٗرَشْ َغجَُُ٘ أَ ُْ رَ ْْ ِنحُُِٕ٘ا َٗ ْاى َُ ْغزَؼْ َؼ‬

‫ ثِ ْبىقِ ْغ ِؾ ۚ َٗ ٍَب‬ٰٚ ٍَ ‫َزَب‬ٞ‫ْاى ِ٘ ْىذَا ُِ َٗأَ ُْ رَقُ٘ ٍُ٘ا ىِ ْي‬

‫ ٍةْش فَبُِا ا‬ٞ‫رَ ْ َؼيُ٘ا ٍِ ِْ َخ‬


.‫ ًَب‬ِٞ‫هللاَ َمبَُ ثِ ِٔ َػي‬

63 Ayat 130 - - ِٔ ِ‫ ُم ًّال ٍِ ِْ َع َؼز‬/ Tiap-tiap jam Kecukupan kepada Biaya hidup
kullan min masing-masing dari
َُ‫هللاُ ُم ًّال ٍِ ِْ َع َؼزِ ِٔ ۚ َٗ َمب‬
‫ُ ْغ ِِ ا‬ٝ ‫َزَ َ اشقَب‬ٝ ُْ ِ‫َٗا‬ sa‟atihi limpahan
karunianya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

‫ا‬
.‫ ًَب‬ٞ‫هللاُ َٗا ِعؼًب َح ِن‬

64 Ayat 135 - - ِ ُ‫ ر َْيُ٘ٗا أَْٗ ر‬/


‫ؼْشػُ٘ا‬ Berbohong Memutarbalikkan Hubungan
talwū „au kata-kata terhadap
‫َِ ثِ ْبىقِ ْغ ِؾ‬ٍِٞ ‫َِ آ ٍَُْ٘ا ُمُّ٘٘ا قَ٘اا‬ٝ‫َُّٖب اىا ِز‬َٝ‫َب أ‬ٝ tu‟ridhū Allah dan
Manusia
ِِ ْٝ ‫ أَ ّْ ُ ِغ ُن ٌْ أَ ِٗ ْاى َ٘اىِ َذ‬ٰٚ َ‫ُشَٖذَا َء ِ اَّللِ َٗىَْ٘ َػي‬

ٰٚ َ‫بَّللُ أَْٗ ى‬
‫شًا فَ ا‬ِٞ‫ًّب أَْٗ فَق‬ِْٞ‫َ ُن ِْ َغ‬ٝ ُْ ِ‫َِ ا‬ِٞ‫َٗ ْاألَ ْق َشث‬

ُْ ِ‫ أَ ُْ رَ ْؼ ِذىُ٘ا ۚ َٗا‬ٰٙ َ٘ َٖ‫ثِ ِٖ ََب ۖ فَ َال رَزاجِؼُ٘ا ْاى‬

ِ ‫ر َْيُ٘ٗا أَْٗ رُؼ‬


‫ْشػُ٘ا فَبُِا ا‬
َُُ٘‫هللاَ َمبَُ ثِ ََب رَ ْؼ ََي‬

.‫شًا‬ِٞ‫َخج‬

65 Ayat 139 - - َِٝ‫َزا ِخ ُزَُٗ ْاىنَبفِ ِش‬ٝ Menjadikan Mengambil orang- Hubungan
‫َب َء‬ِٞ‫ أَْٗ ى‬/ orang-orang orang kafir menjadi terhadap
ُِ ُٗ‫َب َء ٍِ ِْ د‬ِٞ‫َِ أَْٗ ى‬ٝ‫َزا ِخ ُزَُٗ ْاىنَبفِ ِش‬ٝ َِٝ‫اىا ِز‬ yattakhiŻūna al- kafir menjadi teman-teman Allah dan
kāfirīna „auliyāa pemimpin penolong Manusia
َ‫َ ْجزَ ُغَُ٘ ِػ ْْ َذُٕ ٌُ ْاى ِؼ اضحَ فَبُِا ْاى ِؼ اضح‬َٝ‫َِ ۚ أ‬ٍِِْٞ ‫ْاى َُ ْئ‬

.‫ؼًب‬َِٞ ‫ِ اَّللِ َج‬

66 Ayat 142 - - ٌْ ُٖ‫ َُٕٗ َ٘ خَب ِد ُػ‬/ wa Allah Dan Allah akan Ancaman
huwa menyediakan membalas tipuan
‫ُخَب ِد ُػَُ٘ ا‬ٝ َِِٞ‫اُِا ْاى ََُْبفِق‬
ٌْ ُٖ‫هللاَ َُٕٗ َ٘ خَب ِد ُػ‬ khādi‟uhum neraka untuk mereka (orang-
mereka (orang- orang munafik)
ٰٚ َ‫ اىظ َاال ِح قَب ٍُ٘ا ُم َغبى‬َٚ‫َٗاِ َرا قَب ٍُ٘ا اِى‬ orang munafik)
.‫ال‬ٞ ‫َ ْز ُمشَُُٗ ا‬ٝ ‫بط َٗ ََل‬
ً ِ‫هللاَ اِ اَل قَي‬ َ ‫ُ َشاءَُُٗ اىْا‬ٝ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

67 Ayat 145 - - ٍَِِ ‫ك ْاألَ ْع َ ِو‬


ِ ْ‫ اىذاس‬ِٜ‫ف‬ Kerak neraka Pada tingkatan Ancaman
ِ ‫ اىْا‬/ fi ad-darki
‫بس‬ yang paling bawah
ِ ‫ك ْاألَ ْع َ ِو ٍَِِ اىْا‬
‫بس‬ ِ ْ‫ اىذاس‬ِٜ‫َِ ف‬ِٞ‫اُِا ْاى ََُْبفِق‬ al-asfali min an- dari neraka
nāri
ِ َّ ٌْ َُٖ‫َٗىَ ِْ رَ ِ َذ ى‬
.‫شًا‬ٞ‫ظ‬

68 Ayat 154 ُّ / at-


‫اىط٘ َس‬ - - Bukit Thursina Thur Ketaatan
Thūra terhadap
ٌُ َُٖ‫ضَبقِ ِٖ ٌْ َٗقُ ْيَْب ى‬َِٞ ِ‫اىط٘ َس ث‬
ُّ ٌُ َُٖ‫َٗ َسفَ ْؼَْب فَْ٘ ق‬ Allah

ِٜ‫بة ُع ا ذًا َٗقُ ْيَْب ىَُٖ ٌْ ََل رَ ْؼذُٗا ف‬


َ َ‫ا ْد ُخيُ٘ا ْاىج‬

.‫ظًب‬ِٞ‫ضَبقًب َغي‬ٍِٞ ٌْ ُْْٖ ٍِ ‫ذ َٗأَخ َْزَّب‬


ِ ‫اى اغ ْج‬

69 Ayat 167 - - ‫ ِو ا‬ِٞ‫طذُّٗا ػ َِْ َعج‬


ِ‫هللا‬ َ َٗ Melarang Menghalang- Ancaman
/ wa ṡaddū „an beribadah halangi dari jalan
‫ ِو ا‬ِٞ‫طذُّٗا ػ َِْ َعج‬
‫هللاِ قَ ْذ‬ َ َٗ ‫َِ َم َشُٗا‬ٝ‫اُِا اىا ِز‬ sabīli allāhi dijalan Allah Allah

َ ‫ػيُّ٘ا‬
.‫ذًا‬ٞ‫ػ َال ًَل ثَ ِؼ‬ َ

70 Ayat 171 - - ٌْ ‫ِْ ُن‬ٝ‫ ِد‬ِٜ‫ ََل رَ ْغيُ٘ا ف‬/ lā Janganlah kamu Janganlah kamu Ancaman
taghlū fī mengatakan melampaui batas
ِ ‫َب أَ ْٕ َو ْاى ِنزَب‬ٝ
‫ِْ ُن ٌْ َٗ ََل رَقُ٘ىُ٘ا‬ٝ‫ ِد‬ِٜ‫ة ََل رَ ْغيُ٘ا ف‬ dīnikum nabi Isa a.s itu dalam agamamu
Allah,
ُِْ‫ اث‬ٚ‫ َغ‬ٞ‫ ُح ِػ‬ٞ‫ق ۚ اِّا ََب ْاى ََ ِغ‬
‫هللاِ اِ اَل ْاى َح ا‬
‫ ا‬َٚ‫َػي‬
sebagaimana
yang dikatakan
ٌَ َٝ ْ‫ ٍَش‬ٰٚ َ‫هللاِ َٗ َميِ ََزُُٔ أَ ْىقَبَٕب اِى‬
‫َ ٌَ َسعُ٘ ُه ا‬ٝ ْ‫ٍَش‬
oleh orang-
‫َٗسُٗ ٌرح ٍِ ُْْٔ ۖ فَآ ٍُِْ٘ا ثِ ا‬
‫بَّللِ َٗ ُس ُعيِ ِٔ ۖ َٗ ََل رَقُ٘ىُ٘ا‬ orang Nasrani

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


‫‪82‬‬

‫هللاُ اِ ٰىٌَٔر َٗا ِح ٌرذ ۖ‬


‫صَ َالصَخٌر ۚ ا ّْزَُٖ٘ا َخ ْ‪ٞ‬شًا ىَ ُن ٌْ ۚ اِّا ََب ا‬

‫ُع ْج َحبَُّٔ أَ ُْ ‪ُ َٝ‬نَُ٘ ىَُٔ َٗىَ ٌرذ ۘ ىَُٔ ٍَب فِ‪ٜ‬‬

‫بَّللِ‬ ‫د َٗ ٍَب فِ‪ْ ٜ‬األَسْ ِ‬


‫ع ۗ َٗ َم َ ٰ‪ ٚ‬ثِ ا‬ ‫اى اغ ََب َٗا ِ‬

‫َٗ ِم ً‬
‫‪ٞ‬ال‪.‬‬

‫‪UNIVERSITAS SUMATERA UTARA‬‬


4.2 Gaya bahasa eufemisme dalam komponen tindak tutur pada surat an-Nisā.

Peristiwa terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran

atau lebih yang dilakukan oleh dua pihak yaitu “penutur” dan “lawan tutur”, dengan satu

pokok tuturan, di dalam waktu, tempat dan situasi tertentu disebut dengan peristiwa tutur

(Chaer, 2010:47). Menurut Hymes (1972) ada delapan komponen yang harus dipenuhi dalam

peristiwa tindak tutur yang bila huruf-huruf pertamanya dirangkai menjadi akronim speaking.

Berikut ini analisis gaya bahasa eufemisme yang berkaitan dengan perspektif kajian sosio-

pragmatik yang dapat dideskripsikan sebagai berikut :

1. Kalimat ‫ق ِه ٌْ َهب ز َْو َاهب‬


َ َ‫ َو َخل‬/ wakhalaqa minha zaujaha / „Menciptakan kamu dari diri

yang satu‟, tercantum pada surat an-Nisā‟ ayat 1 :

ٛ‫هللاَ اىا ِز‬


‫ ًشا َِّٗ َغب ًء ۚ َٗاراقُ٘ا ا‬ِٞ‫ش ٍِ ُْْٖ ََب ِس َج ًبَل َمض‬
‫ق ٍِ َْْٖب َصْٗ َجَٖب َٗثَ ا‬ ‫ َخيَقَ ُن ٌْ ٍِ ِْ َّ ْ ٍة‬ٛ‫َُّٖب اىْابطُ اراقُ٘ا َسثا ُن ٌُ اىا ِز‬َٝ‫َب أ‬ٝ
َ َ‫ظ َٗا ِح َذ ٍةح َٗ َخي‬

‫رَ َغب َءىَُُ٘ ثِ ِٔ َٗ ْاألَسْ َحب ًَ ۚ اِ اُ ا‬


.‫جًب‬ِٞ‫ ُن ٌْ َسق‬ْٞ َ‫هللاَ َمبَُ َػي‬

/ yā`ayyuhā an-nāsu t-taqū rabbakumu al-lażī khalaqakum min nafsi w-wāḥidati w-wa
khalaqa minhā zaujahā wabaṡṡa minhumā rijālan kaṡīra w-wanisā`an, wāttaqū allāha al-lażī
tasā`alūna bihi wa l-arḥāma, inna l-lāha kāna „alaikum raqīban/ „wahai manusia!
Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan
(Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri) nya; dan dari keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah
yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu‟. (QS.4:1)
*menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau meminta kepada

oranglain mereka mengucapkan nama Allah seperti as‟aluka billah artinya saya bertanya atau

meminta kepadamu dengan nama Allah.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

9. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

175
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80

10. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

11. E = Ends : purpose and goal

Ayat ini bertujuan untuk masyarakat Arab guna memelihara hubungan kekeluargaan

yang harmonis sebagaaimana Allah telah menciptakan hambanya dengan berpasang-

pasangan.

12. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk kewajiban serta anjuran kepada masyarakat Arab untuk

bertaqwa kepada Allah yang telah menciptakan hambanya berpasang-pasangan yang

telah memelihara hubungan kekeluargaan diantara mereka.

13. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan dalam ayat ini bersifat informatif yang mendeskripsikan

kewajiban bagi masyarakat Arab kala itu untuk bertaqwa kepada Allah yang

menciptakan mereka berpasang-pasangan.

14. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

15. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan informasi berupa bentuk pesan yang mengandung kewajiban langsung dari

Allah kepada hambanya.

16. G = Genre

Feminisme.

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

2. Kata ‫ ا ْل َزَب َه ٰى‬/ al-yatāma /‟anak-anak yatim‟, tercantum pada surat an-Nisā ayat 2 :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

. ‫ ًشا‬ِٞ‫ أَ ٍْ َ٘اىِ ُن ٌْ ۚ اِّأُ َمبَُ حُ٘ثًب َمج‬ٰٚ َ‫ت ۖ َٗ ََل رَؤْ ُميُ٘ا أَ ٍْ َ٘اىَُٖ ٌْ اِى‬
ِ ِّٞ‫ش ثِبىطا‬ٞ
َ ِ‫ أَ ٍْ َ٘اىَُٖ ٌْ ۖ َٗ ََل رَزَجَ اذىُ٘ا ْاى َخج‬ٰٚ ٍَ ‫َزَب‬ٞ‫َٗآرُ٘ا ْاى‬

/ wa`atū l-yatāmā `amwālahum walā tatabaddalū l-khabīṡa bi ṭ-ṭayyibi, walā ta`kulū


`amwālahum `ilā `amwālikum, `innahū kāna ḥūbān kabīrān/ „Dan berikanlah kepada anak-
anak yatim (yang sudah dewasa) harta mereka, janganlah kamu menukar yang baik dengan
yang buruk, dan janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sungguh, (tindakan
menular dan memakan) itu adalah dosa yang besar‟ (QS. 4:2)
Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penutunya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi kepada masyarakat Arab untuk tidak menukar harta anak yatim

dengan yang buruk dan memakan harta mereka karena itu merupakan dosa yang besar.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk larangan terhadap orang yang suka memakan harta anak

yatim.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif dan tegas melarang untuk memakan harta

anak yatim.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung larangan untuk memakan harta anak yatim.

8. G = Genre

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (imperatif).

3. Kalimat ‫بة لَ ُ ْن ِهيَ الٌِّل َ ب ِء َه ْضٌَ ٰى َوصُ ًَل َس َو ُاثَب َع‬


َ َ ‫فَب ًْ ِ ُ ىا َهب‬/ fa ankihū mā thāba lakum min an-

nisāi maṡna waṡulāṡa warubā‟a /‟Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu

senangi : dua, tiga, atau empat‟, tercantum pada surat an-Nisā‟ ayat 3:

‫اح َذحً أَْٗ ٍَب‬


ِ َ٘ َ‫س َٗ ُسثَب َع ۖ فَب ِ ُْ ِخ ْزُ ٌْ أَ اَل رَ ْؼ ِذىُ٘ا ف‬
َ ‫ َٗصُ َال‬َٰٚ ْ‫بة ىَ ُن ٌْ ٍَِِ اىِّْ َغب ِء ٍَ ْض‬
َ َ‫ فَب ّْ ِنحُ٘ا ٍَب ؽ‬ٰٚ ٍَ ‫َزَب‬ٞ‫ ْاى‬ِٜ‫َٗاِ ُْ ِخ ْزُ ٌْ أَ اَل رُ ْق ِغطُ٘ا ف‬

َ ِ‫ ََبُّ ُن ٌْ ۚ ٰ َرى‬ْٝ َ‫ذ أ‬


.‫ أَ اَل رَؼُ٘ىُ٘ا‬َٰٚ ّ‫ل أَ ْد‬ ْ ‫ٍَيَ َن‬

/ wa`inkhiftum `alla tuqsiṭū fī alyatāmā fā n-kiḥū māṭāba lakum m-mina an-nisā`i maṡnā
waṡulāṡa warubā„a, fa`in khiftum alla ta„dilū fawāḥidatan awmā malakat aimānukum, żālika
adnā alla ta„ūlū/ „Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain)
yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu
berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu
miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim‟. (QS. 4:3)
*berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam memenuhi kebutuhan istri seperti, pakaian,

tempat, giliran, dan lain-lain yang bersifat lahiriyah dan bathiniyah.

*islam membolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. Sebelum turun ayat ini poligami

sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para nabi sebelum nabi Muhammad SAW. Ayat

ini membatasi poligami sampai 4 orang saja.

*hamba sahaya dan perbudakan dalam pengertian ini sampai sekarang sudah tidak ada.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi kepada masyarakat Arab untuk tidak berpoligami jika tidak bisa

berlaku adil kepada sesama istrinya agar tidak berbuat zalim.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk anjuran terhadap masyarakat arab untuk hanya memiliki

satu istri saja jika tidak berlaku adil untuk berpoligami.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif untuk tidak berpoligami.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung larangan untuk berpoligami jika tidak bisa

berbuat adil.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (imperatif).

4. Kata ‫ ال ُّد َ َهب َء‬/ as-sufahāu /‟pemberian dengan penuh kerelaan‟, tercantum pada

ayat 4 :

.‫ئًب‬ٝ‫ئًب ٍَ ِش‬َِْٕٞ ُُٓ٘‫ ٍةء ٍِ ُْْٔ َّ ْغًب فَ ُني‬َٜ


ْ ‫ط ُذقَبرِ ِٖ اِ ِّحْ يَخً ۚ فَب ِ ُْ ِؽ ْجَِ ىَ ُن ٌْ ػ َِْ ش‬
َ ‫َٗآرُ٘ا اىِّْ َغب َء‬

/ wa`ātū an-nisā`a ṣaduqātihinna niḥlatan, fa`inṭibnalakum „an syai`in minhu nafsān


fakulūhu hanī`an marī`an/ „Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang
kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan
kepada kamu sebagian dari (maskawin) itu dengan senang hati, maka terimalah dan
nikmatilah pemberian itu dengan senang hati‟. (QS.4:4)
*pemberian itu ialah mas kawin yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua belah

pihak, karena pemberian itu harus dilakukan dengan ikhlas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penutur nya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi kepada masyarakat Arab jika memberikan mas kawin kepada

perempuan hendaklah penuh kesukarelaan dari kedua belah pihak dan jika mereka

memberikan sebahagian dari mahar itu maka hendaklah diterima dengan senang hati.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk anjuran terhadap masyarakat arab untuk memberikan mas

kawin dengan sukarela satu sama lain.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif dalam pemberian mas kawin secara

sukarela.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung anjuran dan himbauan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (imperatif).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

5. Kata ‫ ال ُّد َ َهب َء‬/ as-sufahāu /‟orang-orang yang belum sempurna akalnya‟, tercantum

pada ayat 5:

‫ َج َؼ َو ا‬ِٜ‫َٗ ََل رُ ْئرُ٘ا اى ُّغ ََٖب َء أَ ٍْ َ٘اىَ ُن ٌُ اىاز‬


.‫َٖب َٗا ْمغُُٕ٘ ٌْ َٗقُ٘ىُ٘ا ىَُٖ ٌْ قَْ٘ ًَل ٍَ ْؼشُٗفًب‬ِٞ‫َب ًٍب َٗاسْ ُصقُُٕ٘ ٌْ ف‬ِٞ‫هللاُ ىَ ُن ٌْ ق‬

/ walātu`tū as-sufahā`a `amwālakumu al-latī ja„ala allāhu lakum qiyāman wārzuqūhum fīhā
wāksūhum waqūlūlahum qaulan ma„rūfan/ „Dan janganlah kamu serahkan kepada orang
yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil
harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik‟. (QS.4:5)
*orang yang belum sempurna akalnya ialah anak yatim yang belum baligh (dewasa) atau

orang dewasa yang tidak dapat mengatur harta bendanya.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi kepada masyarakat Arab agar tidak memberikan harta kepada

yang belum sempurna akalnya.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk anjuran terhadap masyarakat arab untuk memberikan

pakaian, belanja dan ucapan yang baik kepada orang yang belum sempurna akalnya

bukan memberikannya harta.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif dalam perlakuan kepada orang yang

belum sempurna akalnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung anjuran dan himbauan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (imperatif).

6. Frase ْ ِ ‫ فَ ْل َ ْ زَ ْؼ‬/ falyasta‟fif /‟maka hendaklah ia menahan diri „, tercantum pada

ayat 6:

ِْ ٍَ َٗ ۚ ‫َ ْنجَشُٗا‬ٝ ُْ َ‫ ِٖ ٌْ أَ ٍْ َ٘اىَُٖ ٌْ ۖ َٗ ََل رَؤْ ُميَُٕ٘ب اِ ْع َشافًب َٗثِذَا ًسا أ‬ْٞ َ‫ اِ َرا ثَيَ ُغ٘ا اىِّْ َنب َح فَب ِ ُْ آَّ ْغزُ ٌْ ٍِ ُْْٖ ٌْ ُس ْشذًا فَب ْدفَؼُ٘ا اِى‬ٰٚ ‫ َحزا‬ٰٚ ٍَ ‫َزَب‬ٞ‫َٗا ْثزَيُ٘ا ْاى‬

.‫جًب‬ٞ‫بَّللِ َح ِغ‬ ِ ‫َؤْ ُموْ ثِ ْبى ََ ْؼش‬ٞ‫ ًشا فَ ْي‬ِٞ‫ف ۖ َٗ ٍَ ِْ َمبَُ فَق‬
‫ ثِ ا‬ٰٚ َ ‫ ِٖ ٌْ ۚ َٗ َم‬ْٞ َ‫ ِٖ ٌْ أَ ٍْ َ٘اىَُٖ ٌْ فَؤ َ ْش ِٖذُٗا َػي‬ْٞ َ‫ُٗف ۚ فَب ِ َرا َدفَ ْؼزُ ٌْ اِى‬ ْ ِ ‫َ ْغزَ ْؼ‬ٞ‫ًّب فَ ْي‬ِْٞ‫َمبَُ َغ‬

/ wābtalū al-yatāmā ḥattā `iżā balagū an-nikāḥa, fa`in `ānastum minhum rusydān fādfa„ū
`ilaihim `amwālahum, walā ta`kulūhā `isrāfān wabidārān `an yakbarū, waman kāna
ganiyyan falyasta„fif, waman kāna faqīran falya`kul bīlma„rūfi, fā`iżā dafa„tum `ilaihim
`amwālahum fa`asyhidū „ailaihim, wakafā bīillāhi ḥasībān/ „Dan ujilah anak-anak yatim itu
saampai mereka cukup umur untuk menikah. Kemudian, jika menurut pendapatmu, mereka
telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka hartanya. Dan
janganlah kamu memakannya (harta anak yatim) melebihi batas kepatutan dan (janganlah
kamu) tergesa-gesa (menyerahkannya) sebelum mereka sewasa. Siapa (di antara pemelihara
itu) yang mampu, maka hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu),
dan siapa yang miskin, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang patut.
Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu kepada mereka, maka hendaklah kamu
adakan saksi-saksi. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas‟. (QS.4:6)
*mengadakan penyelidikan terhadap mereka tentang keagamaan, usaha-usaha mereka,

kelakuan dan lain-lain sampai diketahui bahwa anak itu dapat dipercayai.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi kepada masyarakat Arab agar menguji anak yatim terlebih

dahulu sampai mereka cerdas untuk memberikan hak harta mereka dan menyediakan

saksi saat pemberian harta tersebut.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk anjuran terhadap masyarakat arab untuk memberikan harta

anak yatim jika kiranya sudah anggap cerdas dan bertanggung jawab.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif dalam pemberian harta anak yatim.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung anjuran dan himbauan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (imperatif).

7. Kata ‫ ا ْل ُ ْ ثَ ٰى‬/ al-qurbā / ‟kerabat‟, tercantum pada ayat 8 :

.‫ُِ فَبسْ ُصقُُٕ٘ ٌْ ٍِ ُْْٔ َٗقُ٘ىُ٘ا ىَُٖ ٌْ قَْ٘ ًَل ٍَ ْؼشُٗفًب‬ٞ‫ َٗ ْاى ََ َغب ِم‬ٰٚ ٍَ ‫َزَب‬ٞ‫ َٗ ْاى‬ٰٚ َ‫ؼ َش ْاىقِ ْغ ََخَ أُٗىُ٘ ْاىقُشْ ث‬
َ ‫َٗاِ َرا َح‬

/ wa`iżā ḥaḍara al-qismata `ūlū al-qurbā wa al-yatāmā wa al-masākīnu fārzuqūhum minhu


waqūlūlahum qaulan ma„rūfān/ „Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir beberapa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu
(sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik‟ (QS. 4:8)
*kerabat yang tidak mempunyai hak waris dan harta warisan

*pemberian sekedarnya tidak boleh lebih dari sepertiga harta warisan

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penutur oleh Allah swt, pengirim oleh Malaikat Jibril, pendengar oleh Nabi dan Rasul

dan Penerima oleh Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi kepada masyarakat Arab agar memberi sekedarnya dari harta

anak yatim tersebut jika disaat pembagiannya dihadiri oleh kerabat dan orang-orang

miskin.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk anjuran terhadap masyarakat arab untuk memberikan harta

anak yatim jika disaat pembagiannya dihadiri oleh kerabat dan orang-orang miskin.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif dalam pemberian harta anak yatim.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung anjuran dan himbauan.

8. G = Genre

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (imperatif).

8. Kalimat ‫ َأْ ُ لُىىَ فِ ثُطُىًِ ِه ْن ًَب ًتاا‬/ yaˋkulūna fī buṭūnihim nāran /‟Mereka itu menelan

api seluruh perutnya‟, tercantum pada ayat 10 :

.‫ ًشا‬ٞ‫َظْ يَْ٘ َُ َع ِؼ‬ٞ‫ ثُطُِّ٘ ِٖ ٌْ َّب ًسا ۖ َٗ َع‬ِٜ‫َؤْ ُميَُُ٘ ف‬ٝ ‫ ظُ ْي ًَب اِّا ََب‬ٰٚ ٍَ ‫َزَب‬ٞ‫َؤْ ُميَُُ٘ أَ ٍْ َ٘ا َه ْاى‬ٝ َِٝ‫اِ اُ اىا ِز‬

/ `inna al-lażīna ya`kulūna `amwāla al-yatāmā ẓulman `innamāya`kulūna fī buṭūnihim nāran,


wasayaṣlauna sa„īran/ „Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara
zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam
api yang menyala-nyala (neraka)‟. (QS.4:10)
Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi kepada masyarakat Arab bahwa memakan harta anak yatim

akan dimasukkan Allah kedalam api neraka.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk himbauan terhadap masyarakat Arab bahwa balasan dari

memakan anak yatim adalah neraka.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif dalam balasan memakan harta anak

yatim.

6. I = Instrumentalities

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung anjuran dan himbauan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

9. Frase ُ ‫و ُ ُن َّي‬
ِ ‫ ُى‬/ yūṣīkumu allāhu /‟Allah mensyari‟atkan bagimu‟, tercantum

pada ayat 11:

ْ ّ‫ك ۖ َٗاِ ُْ َمب‬


ۚ ُ‫َذ َٗا ِح َذحً فَيََٖب اىِّْظْ ف‬ َ َْ٘‫ ِِ ۚ فَب ِ ُْ ُم اِ ِّ َغب ًء ف‬ْٞ ََٞ‫ أَْٗ ََل ِد ُم ٌْ ۖ ىِي از َم ِش ٍِ ْض ُو َحعِّ ْاألُ ّْض‬ِٜ‫هللاُ ف‬
َ ‫ ِِ فَيَٖ اُِ صُيُضَب ٍَب رَ َش‬ْٞ َ‫ق ْاصَْز‬ ‫ ُن ٌُ ا‬ٞ‫ط‬
ِ ُ٘ٝ

ُ ُ‫َ ُن ِْ ىَُٔ َٗىَ ٌرذ َٗ َٗ ِسصَُٔ أَثَ َ٘آُ فَ ِِلُ ٍِّ ِٔ اىضُّي‬ٝ ٌْ َ‫ك اِ ُْ َمبَُ ىَُٔ َٗىَ ٌرذ ۚ فَب ِ ُْ ى‬
‫ش ۚ فَب ِ ُْ َمبَُ ىَُٔ اِ ْخ َ٘حٌر‬ َ ‫ ِٔ ىِ ُن ِّو َٗا ِح ٍةذ ٍِ ُْْٖ ََب اى ُّغذُطُ ٍِ اَب رَ َش‬ْٝ َ٘ َ‫َٗ ِألَث‬

‫هللاِ ۗ اِ اُ ا‬
َُ‫هللاَ َمب‬ َ ٝ‫ُُّٖ ٌْ أَ ْق َشةُ ىَ ُن ٌْ َّ ْؼًب ۚ فَ ِش‬َٝ‫ ٍةِ ۗ آثَب ُإ ُم ٌْ َٗأَ ْثَْب ُإ ُم ٌْ ََل رَ ْذسَُُٗ أ‬ْٝ ‫ ثَِٖب أَْٗ َد‬ٜ‫ط‬
‫ؼخً ٍَِِ ا‬ ِ َٗ ‫فَ ِِلُ ٍِّ ِٔ اى ُّغذُطُ ٍِ ِْ ثَ ْؼ ِذ‬
ِ ُ٘ٝ ‫ا ٍةخ‬ٞ‫ط‬

.‫ ًَب‬ٞ‫ ًَب َح ِن‬ِٞ‫َػي‬

/ yūṣīkulu allāhu fī `aulādikum liżżakari miṡlu ḥaẓẓi al-`unṡayaini, fa`inkunna nisā`an fauqa
ṡnataini falahunna ṡuluṡā mātaraka, wa`in kānat wāḥidatan falahā an-niṣfu, wali`abawaihi
likulli wāhidin minhumā as-sudusu mimmā taraka `inkāna lahū waladun, fa`inlam yakun
lahū waladun wawariṡahū `abawāhu fali`ummihi aṡ-ṡuluṡu, fainkāna lahū `ikhwatun
fali`ummihi as-sudusu mimba„di waṣiyyatin yūṣī bihā `audainin, `ābā`ukum wa`abnā`ukum,
lā tadrūna `ayyuhum `aqrabulakum naf„an, farīḍatan mina allāhi, `inna allāha kāna „alīman
ḥakīman/ „Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk)
anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak
perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka
bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu
seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua
ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang
meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia
diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang
meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-
pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah
dibayar) hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa
di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana‟. (QS.4:11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

*bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah karena kewajiban laki-laki lebih berat

dari perempuan, seperti kewajiban membayar maskawin dan memberi nafkah (lihat surat an-

Nisā‟ (4):34 ).

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa Allah telah mensyari‟atkan tentang pembagian warisan

kepada anak-anak mereka (masyarakat Arab).

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk pembagian harta

warisan.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif dalam petunjuk pembagian harta warisan

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan himbauan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (imperatif).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

10. Kata ‫ضب ٍّرا‬


َ ‫ ُه‬/ mudhārrin /‟Mudharat‟, tercantum pada ayat 12 :

ۚ ِْ‫ ٍة‬ٝ‫َِ ثَِٖب أَْٗ َد‬ٞ‫ط‬ ِ َٗ ‫َ ُن ِْ ىَٖ اُِ َٗىَ ٌرذ فَب ِ ُْ َمبَُ ىَٖ اُِ َٗىَ ٌرذ فَيَ ُن ٌُ اىشُّ ثُ ُغ ٍِ اَب رَ َش ْمَِ ۚ ٍِ ِْ ثَ ْؼ ِذ‬ٝ ٌْ َ‫ك أَ ْص َٗا ُج ُن ٌْ اِ ُْ ى‬
ِ ُ٘ٝ ‫ا ٍةخ‬ٞ‫ط‬ َ ‫َٗىَ ُن ٌْ ِّظْ فُ ٍَب رَ َش‬

ُْ ِ‫ ٍةِْ ۗ َٗا‬ٝ‫ا ٍةخ رُ٘طَُُ٘ ثَِٖب أَْٗ َد‬ٞ‫ط‬


ِ َٗ ‫َ ُن ِْ ىَ ُن ٌْ َٗىَ ٌرذ ۚ فَب ِ ُْ َمبَُ ىَ ُن ٌْ َٗىَ ٌرذ فَيَٖ اُِ اىضُّ َُُِ ٍِ اَب رَ َش ْمزُ ٌْ ۚ ٍِ ِْ ثَ ْؼ ِذ‬ٝ ٌْ َ‫َٗىَٖ اُِ اىشُّ ثُ ُغ ٍِ اَب رَ َش ْمزُ ٌْ اِ ُْ ى‬

َ ِ‫ذ فَيِ ُن ِّو َٗا ِح ٍةذ ٍِ ُْْٖ ََب اى ُّغذُطُ ۚ فَب ِ ُْ َمبُّ٘ا أَ ْمضَ َش ٍِ ِْ ٰ َرى‬
ِ ُ‫ اىضُّي‬ِٜ‫ل فَُٖ ٌْ ُش َش َمب ُء ف‬
ِْ ٍِ ۚ ‫ش‬ ‫س َم َالىَخً أَ ِٗ ا ٍْ َشأَحٌر َٗىَُٔ أَ ٌرخ أَْٗ أُ ْخ ٌر‬
ُ ‫ُ٘ َس‬ٝ ‫َمبَُ َس ُج ٌرو‬

‫هللاِ ۗ َٗ ا‬
.ٌ‫ ٌر‬ِٞ‫ ٌرٌ َحي‬ِٞ‫هللاُ َػي‬ ‫اخً ٍَِِ ا‬ٞ‫ط‬ َ ٍُ ‫ َش‬ْٞ ‫ ٍةِ َغ‬ْٝ ‫ ثَِٖب أَْٗ َد‬ٰٚ ‫ط‬
ِ َٗ ۚ ‫ؼب ٍّس‬ ِ َٗ ‫ثَ ْؼ ِذ‬
َ ُ٘ٝ ‫ا ٍةخ‬ٞ‫ط‬

/ walakum niṣfu mātaraka `azwājukum `inlam yaku l-lahunna waladun, fa`in kāna lahunna
waladun falakumu ar-rubu„u mimmā tarakna mimba‟di waṣiyyati y-yūṣīna bihā `audainin,
walahunna ar-rubu‟u mimmā taraktum inlam yaku l-lakum waladun, fa`inkāna lakum
waladun falahunna aṡ-ṡumunu mimmā taraktum mimba‟di waṣiyyatin tūṣūna bihā `audainin,
wa `inkāna rajulu y-yūraṡu kalālatan `awimrā`atu w-walahū `aḥun `au `ukhtun falikulli
wāḥidi m-minhumā as-sudusu, fa`inkānū `akṡara min żālika fahum syurakā`u fī aṡ-ṡuluṡi
mimba‟di waṣiyyati y-yūṣā bihā `audainin, gaira muḍārrin, waṣiyyata m-mina allāhi, wa
allāhu „alīmun ḥalīmun/ „Dan bagianmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang
ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-istrimu)
itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya
setelah (dipenuhi) wasiat yang mereka buat atau (dan setelah dibayar) hutangnya. Para istri
memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika
kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu
tinggalkan (setelah dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau (dan setelah dibayar) hutang-
hutangmu. Jika seseorang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak
meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-
laki (seibu) atau seorang saudara perempuan (seibu), maka bagi masing-masing dari kedua
jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang,
maka mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu, setelah (dipenuhi wasiat) yang
dibuatnya atau (dan setelah dibayar) hutangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli
waris). Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Penyantun‟.(QS.4:12)

*menyusahkan kepada ahli waris ialah tindakan-tindakan seperti : (a) mewasiatkan lebih dari

sepertiga harta peninggalan, (b) berwasiat dengan maksud mengurangi harta warisan.

Sekalipun kurang dari sepertiga jika ada niat mengurangi hak waris, juga tidak

diperbolehkan.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa Allah telah mensyari‟atkan dan menentukan hak warisan

kepada anak-anak mereka (masyarakat Arab).

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk pembagian harta

warisan.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif dalam petunjuk pembagian harta warisan

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan himbauan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (imperatif).

11. Kalimat ‫د رَ ْ ِ ِهيْ رَ ْ زِ َهب ْااَ ًْ َهب ُا‬


‫ َاٌَّيب ٍض‬/ jannātun tajrī min taḥtihā al-anhāru /‟Surga

yang mengalir didalamnya sungai-sungai‟, tercantum pada ayat 13 :

َ ِ‫َٖب ۚ َٗ ٰ َرى‬ِٞ‫َِ ف‬ٝ‫ ٍِ ِْ رَحْ زَِٖب ْاألَ َّْٖب ُس َخبىِ ِذ‬ٛ‫د رَ ْ ِش‬
.ٌُ ٞ‫ل ْاى َْ٘ ُص ْاى َؼ ِظ‬ ‫ُ ْذ ِخ ْئُ َجْاب ٍة‬ٝ َُٔ‫هللاَ َٗ َسعُ٘ى‬
‫ُ ِط ِغ ا‬ٝ ِْ ٍَ َٗ ۚ ِ‫هللا‬ َ ‫رِ ْي‬
‫ل ُحذُٗ ُد ا‬

/ tilka ḥudūdu allāhi, wama y-yuṭi‟I allāha warasūlahū yudkhilhu jannatin tajrī min taḥtihā
al-`anhāru khālidīna fīhā, wa żālika al-fauzu al-„aẓīmu/ „Itulah batas-batas (hokum) Allah.
Siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia akan memasukkannya ke dalam surga-
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah
kemenangan yang agung‟. (QS.4:13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa Allah telah menetapkan barangsiapa yang taat kepadanya

maka surga adalah balasannya yang mana mengalir dibawahnya sungai-sungai dan

mereka kekal didalamnya.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk bagi

kaumNya.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan himbauan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

12. Frase َ ‫ِ َّي‬ ‫ َ ْؼ‬/ ya‟ṣi allāha /‟Mendurhakai Allah‟, tercantum pada ayat 14:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

‫َٖب َٗىَُٔ َػ َزاةٌر ٍُ ِٖ ٌر‬ِٞ‫ُ ْذ ِخ ْئُ َّب ًسا َخبىِذًا ف‬ٝ ُٓ‫َزَ َؼ اذ ُحذُٗ َد‬َٝٗ َُٔ‫هللاَ َٗ َسعُ٘ى‬
.ِٞ ‫ْض ا‬ِ ‫َؼ‬ٝ ِْ ٍَ َٗ

/ wa ma y-ya‟ṣi allāha warasūlahū wa yata‟adda ḥudūdahū yudkhilhu nāran khālidan fīhā,


walahū „ażābu m-muhīnun/ „Dan siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan
melanggar batas-batas hukum-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka, dia
kekal di dalamnya dan dia akan mendapat azab yang menghinakan‟. (QS.4:14)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa Allah telah menetapkan barangsiapa yang durhaka

kepadanya maka neraka adalah balasannya dan akan mendapatkan azab yang paling

hina.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk bagi

kaumNya.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan himbauan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

13. Frase ‫ َزَ َىفَّيبهُيَّي‬/ yatawaffāhunna /‟Mereka menemui ajalnya‟ dan kata َ‫ـخ‬
َ ‫ ا ْل َب ِح‬/ al-

fahisyatun /‟perbuatan keji‟, tercantum pada ayat 15 :

َْٗ‫د أ‬ ِ ُُ٘ٞ‫ ْاىج‬ِٜ‫ ِٖ اِ أَسْ ثَ َؼخً ٍِ ْْ ُن ٌْ ۖ فَب ِ ُْ َش ِٖذُٗا فَؤ َ ٍْ ِغ ُنٕ٘ اُِ ف‬ْٞ َ‫َِ ْاى َب ِح َشخَ ٍِ ِْ ِّ َغبئِ ُن ٌْ فَب ْعزَ ْش ِٖذُٗا َػي‬ِٞ‫َؤْر‬ٝ ِٜ‫اىالر‬
ُ ََْ٘ ‫َزَ َ٘فابٕ اُِ ْاى‬ٝ ٰٚ ‫د َحزا‬ ‫َٗ ا‬

‫َ ْ َؼ َو ا‬ٝ
ً ِ‫هللاُ ىَٖ اُِ َعج‬
.‫ال‬ٞ

/ wa allātī ya`tīna al-fāḥisyata min nisā`ikum fāstasyhidū „alaihinna `arba‟ata m-minkum,


fa`insyahidū fa`amsikūhunna fī al-buyūtu ḥattā yatawaffāhunna al-mautu `au yaj‟ala allāhu
lahunna sabīlan/ „Dan para perempuan yang melakukan perbuatan keji di antara
perempuan-perempuan kamu, hendaklah terhadap mereka ada empat orang saksi di antara
kamu (yang menyaksikannya). Apabila mereka telah memberi kesaksian, maka kurunglah
mereka (perempuan itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah
memberi jalan (yang lain) kepadanya‟. (QS.4:15)

*menurut sebagian besar mufassir ialah perbuatan zina, sedang menurut pendapat yang lain

ialah segala perbuatan mesum seperti zina, homoseks, dan yang sejenisnya. Menurut

pendapat muslim dan mujahid ialah musāhaqah (lesbian).

*menurut sebagian besar mufassir jalan yang lain itu ialah jalan yang lain itu ialah dengan

turunnya surat an-Nur (24) : 2, tentang hukum dera.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa Allah telah menetapkan barangsiapa yang durhaka

kepadanya maka neraka adalah balasannya dan akan mendapatkan azab yang paling

hina.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk bagi

kaumNya.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan himbauan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

14. Kata ‫ ثِ َ َهبلَ ٍضخ‬/ bijahālatin /‟dengan kejahilan‟, tercantum pada ayat 17 :

‫ ِٖ ٌْ ۗ َٗ َمبَُ ا‬ْٞ َ‫هللاُ َػي‬


. ‫ ًَب‬ٞ‫ ًَب َح ِن‬ِٞ‫هللاُ َػي‬ َ ِ‫ت فَؤُٗ ٰىَئ‬
‫َزُ٘ةُ ا‬ٝ ‫ل‬ ‫ ٍة‬ٝ‫َزُ٘ثَُُ٘ ٍِ ِْ قَ ِش‬ٝ ٌ‫َ ْؼ ََيَُُ٘ اىغُّ٘ َء ثِ َ َٖبىَ ٍةخ صُ ا‬ٝ َِٝ‫هللاِ ىِيا ِز‬
‫ ا‬َٚ‫اِّا ََب اىزاْ٘ ثَخُ َػي‬

/ `innamā at-taubatu „alā allāhi lillażīna ya‟malūna as-sū`a bijahālatin ṡumma yatūbūna min
qarībib fa`ūlā`ika yatūbu allāhu „alaihim, wakāna allāhu „alīman ḥakīman/ „Sesungguhnya
bertaubat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena
tidak mengerti, kemudian segera bertaubat. Taubat mereka itulah yang diterima Allah. Allah
Maha Mengetahui, Mahabijaksana. (QS.4:17)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa bertaubat sebenarnya hanyalah bagi orang-orang yang

melakukan kejahatan dan karena tidak mengerti.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk bagi kaumNya.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) didalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan himbauan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

15. Kalimat ‫ َ ْػزَ ْ ًَب لَ ُه ْن َػ َ اثًتب َلِ ًتوب‬/ a‟tadnā lahum „aŻāban alīman „kami sediakan siksa

yang pedih‟, tercantum pada ayat 18 :

َ‫َ َُ٘رَُُ٘ َُٕٗ ٌْ ُم اب ٌرس ۚ أُٗ ٰىَئِل‬ٝ َِٝ‫َُ َٗ ََل اىا ِز‬ٟ‫ْذ ْا‬ ُ ََْ٘ ‫ؼ َش أَ َح َذُٕ ٌُ ْاى‬
ُ ‫ رُج‬ِِّّٜ‫د قَب َه ا‬ ِ ‫ِّئَب‬ٞ‫َ ْؼ ََيَُُ٘ اى اغ‬ٝ َِٝ‫ذ اىزاْ٘ ثَخُ ىِيا ِز‬
َ ‫ اِ َرا َح‬ٰٚ ‫د َحزا‬ ِ ‫ َغ‬ْٞ َ‫َٗى‬

.‫ ًَب‬ِٞ‫أَ ْػزَ ْذَّب ىَُٖ ٌْ َػ َزاثًب أَى‬

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

/ wa laisati at-taubatu lillażīna ya‟malūna as-sayyi`āti, ḥattā `iżā ḥadara `aḥadahumu al-
mautu qāla `innī tubtu al`āna wa lā allażīna yamūtūna wahum kuffārun, `ūlā`ika
`a‟tadnālahum „ażāban `alīman/ „Dan taubat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang
melakukan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka,
(barulah) dia mengatakan, “saya benar-benar bertaubat sekarang”. Dan tidak (pula
diterima taubat) dari orang-orang yang meninggal sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi
orang-orang itu telah kami sediakan azab yang pedih‟. (QS.4:18)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penutur oleh Allah swt, pengirim oleh Malaikat Jibril, pendengar oleh Nabi dan Rasul

dan Penerima oleh Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa tidak diterimanya taubat seseorang oleh Allah hingga

apabila datang ajal kepadanya dan dia mengatakan bahwa dirinya benar-benar

bertaubat.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk bagi kaumNya.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan himbauan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

16. Frase ّ‫ش ُ وهُي‬ َ ‫ ثِ َب ِح‬/


ِ ‫ ػَب‬/ „āsyirūhunna /‟bergaullah dengan mereka‟ dan kata ‫ـ ٍضخ‬

bifāhisyatin /‟perbuatan keji‟, tercantum pada ayat 19 :

ِ َ ِ‫َِ ث‬ِٞ‫َؤْر‬ٝ ُْ َ‫زُ َُٕ٘ اُِ اِ اَل أ‬ْٞ َ‫ْغ ٍَب آر‬
ۚ ‫َِّْ ٍةخ‬َٞ‫بح َش ٍةخ ٍُج‬ ِ ‫ؼيُٕ٘ اُِ ىِز َْزَٕجُ٘ا ثِجَؼ‬
ُ ‫َ ِحوُّ ىَ ُن ٌْ أَ ُْ ر َِشصُ٘ا اىِّْ َغب َء مَشْ ًٕب ۖ َٗ ََل رَ ْؼ‬ٝ ‫َِ آ ٍَُْ٘ا ََل‬ٝ‫َُّٖب اىا ِز‬َٝ‫َب أ‬ٝ

‫َ ْ َؼ َو ا‬َٝٗ ‫ئًب‬ْٞ ‫ أَ ُْ رَ ْن َشُٕ٘ا َش‬ٰٚ ‫ُٗف ۚ فَب ِ ُْ َم ِش ْٕزُ َُٕ٘ اُِ فَ َؼ َغ‬
.‫ ًشا‬ِٞ‫ ًشا َمض‬ْٞ ‫ ِٔ َخ‬ِٞ‫هللاُ ف‬ ِ ‫َٗػَب ِششُٕٗ اُِ ثِ ْبى ََ ْؼش‬

/ yā`ayyuhā allażīna `āmanū lā yaḥillu lakum `an tariṡū an-nisā`a karhan, wa lā


ta‟ḍulūhunna litażhabū biba‟ḍi mā `ātaitumūhunna `illā `a y-ya`tīna bifāḥisyatin m-
mubayyinatin, wa „āsyirūhunna bī al-ma‟rūfi, fa`in karihtumūhunna fa‟asā `an takrahū
syai`a w-wa yaj‟ala allāhu fīhi khairan kaṡīran/ „Wahai orang-orang yang beriman! Tidak
halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan
mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah
dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan
kebaikan yang banyak padanya‟. (QS.4:19)

*ayat ini tidak berarti bahwa mewariskan perempuan tidak dengan jalan paksa dibolehkan,

menurut sebagian adat Arab jahiliyah apabila seseorang meninggal, maka anaknya yang

tertua atau anggota keluarganya yang lain mewarisi janda itu. Janda tersebut boleh dinikahi

sendiri atau dinikahkan dengan oranglain yang maharnya diambil oleh pewaris atau tidak

dibolehkan menikah lagi.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penutur oleh Allah swt, pengirim oleh Malaikat Jibril, pendengar oleh Nabi dan Rasul

dan Penerima oleh Masyarakat Arab dikota Madinah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa tidak boleh mewarisi istri dengan jalan paksa dan gauilah

mereka dengan baik.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung larangan bagi kaumNya.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan larangan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

17. Kata ‫ ثُ ْهزَبًًتب‬/ buhtānan /‟kebun‟, tercantum pada ayat 20 :

. ‫ًْب‬ِٞ‫ئًب ۚ أَرَؤْ ُخ ُزَُّٗٔ ثُ ْٖزَبًّب َٗاِ ْص ًَب ٍُج‬ْٞ ‫زُ ٌْ اِحْ ذَإ اُِ قِ ْْطَب ًسا فَ َال رَؤْ ُخ ُزٗا ٍِ ُْْٔ َش‬ْٞ َ‫ط َٗآر‬ ‫َٗاِ ُْ أَ َس ْدرُ ٌُ ا ْعزِ ْجذَا َه َصْٗ ٍة‬
‫ط ٍَ َنبَُ َصْٗ ٍة‬

/ wa `in`aradttumu stibdāla zauji m-makāna zaujin, wa`ataitum `iḥdāhunna qinṭāran falā


ta`khużū minhu syai`an, `ata`khużūnahū buhtāna w-wa `iṡma m-mubīnan/ „Dan jika kamu
ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada
seorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali
sedikitpun darinya. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang
dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata?‟. (QS.4:20)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

2. P = Participants

Penutur oleh Allah swt, pengirim oleh Malaikat Jibril, pendengar oleh Nabi dan Rasul

dan Penerima oleh Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa tidak boleh mengambil harta istri yang sudah diberikan

jika ingin mempunyai istri lagi.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung larangan bagi kaumNya.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan larangan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

18. Kalimat ‫ٍض‬ ‫ض ُ ْن ِلَ ٰى ثَ ْؼ‬ َ ‫ َ ْف‬/ afḍā ba‟ḍukum ilā ba‟ḍin /‟sebagian kamu telah
ُ ‫ض ٰى ثَ ْؼ‬

bergaul dengan yang lain‟, tercantum pada ayat 21:

.‫ظًب‬ِٞ‫ضَبقًب َغي‬ٍِٞ ٌْ ‫ْغ َٗأَ َخ ْزَُ ٍِ ْْ ُن‬


‫ ثَؼ ٍة‬ٰٚ َ‫ؼ ُن ٌْ اِى‬ َ ‫فَ رَؤْ ُخ ُزَُّٗٔ َٗقَ ْذ أَ ْف‬ْٞ ‫َٗ َم‬
ُ ‫ ثَ ْؼ‬ٰٚ ‫ؼ‬

/ wa kaifa ta`khużūnahū wa qad `afḍā ba‟ḍukum `ilā ba‟ḍi w-wa `akhażna minkum m-
mīṡāqan galīẓan/ „Dan bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal kamu telah
bergaul satu sama lain (suami-istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian
yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu‟.(QS.4:21)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


103

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa tidak mungkin mengambil kembali harta yang sudah

diberikan kepada istri yang sudah digauli karena sudah ada ikatan pernikahan.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung larangan bagi kaumNya.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat interogatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan larangan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pertanyaan (Interogatif).

19. Frase ‫ ُ َّيه َهبدُ ًِ َ بئِ ُ ْن‬/ ummahātu nisāikum /‟ibu-ibu isterimu‟, ‫و ًَلثِ ُ ْن‬
ْ َ ْ‫ َ ْثٌَبئِ ُ ُن الَّي ِ يَ ِهي‬/

abnāikum allaŻīna min aṣlābikum /„isteri-isteri anak kandungmu‟, dan ‫ د ََخ ْلزُ ْن ثِ ِهيَّي‬/

dakhaltum bihinna /„kalian mencampuri‟, tercantum pada ayat 23:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

َ َ‫ػ ْؼَْ ُن ٌْ َٗأ‬


ٌْ ‫خَ٘ارُ ُن‬ ‫ذ َٗأُ اٍَٖبرُ ُن ٌُ ا‬
َ ْ‫ أَس‬ِٜ‫اىالر‬ ِ ‫َبد ْاألُ ْخ‬ ُ َْ‫ ُن ٌْ أُ اٍَٖبرُ ُن ٌْ َٗثََْبرُ ُن ٌْ َٗأَ َخ َ٘ارُ ُن ٌْ َٗ َػ اَبرُ ُن ٌْ َٗ َخ َبَلرُ ُن ٌْ َٗث‬ْٞ َ‫ذ َػي‬
ِ َ‫َبد ْاأل‬
ُ َْ‫خ َٗث‬ ْ ٍَ ‫ُح ِّش‬

َ ْ‫ َد َخ ْيزُ ٌْ ثِ ِٖ اِ فَب ِ ُْ ىَ ٌْ رَ ُنُّ٘٘ا َد َخ ْيزُ ٌْ ثِ ِٖ اِ فَ َال ُج‬ِٜ‫اىالر‬


‫َبح‬ ‫ُ٘س ُم ٌْ ٍِ ِْ ِّ َغبئِ ُن ٌُ ا‬ ُ ٍَٖ‫ػب َػ ِخ َٗأُ ا‬
‫بد ِّ َغبئِ ُن ٌْ َٗ َسثَبئِجُ ُن ٌُ ا‬
ِ ‫ ُح‬ِٜ‫ ف‬ِٜ‫اىالر‬ َ ‫ٍَِِ اى اش‬

‫ ِِ اِ اَل ٍَب قَ ْذ َعيَفَ ۗ اِ اُ ا‬ْٞ َ‫َِ ْاألُ ْخز‬ْٞ َ‫َِ ٍِ ِْ أَطْ َالثِ ُن ٌْ َٗأَ ُْ رَ ْ ََؼُ٘ا ث‬ٝ‫ ُن ٌْ َٗ َح َالئِ ُو أَ ْثَْبئِ ُن ٌُ اىا ِز‬ْٞ َ‫َػي‬
.‫ ًَب‬ٞ‫هللاَ َمبَُ َغ ُ٘ ًسا َس ِح‬

/ ḥurrimat „alaikum `ummahātukum wabanātukum wa `akhawātukum wa „ammātukum wa


khālātukum wa banātu al-`akhi wa banātu al-`ukhti wa `ummahātukumu allātī `arḍa‟nakum
wa `akhawātukum m-mina ar-raḍā‟ati wa `ummahātu nisā`ikum wa rabā`ibukumu allātī fī
ḥujūrikum m-min nisā`ikumu allātī dakhaltum bihinna, fa`i l-lam takūnū dakhaltum bihinna
falā junāḥa „alaikum, wa ḥalā`ilu `abnā`ikumu allāżīna min `aṣlābikum, wa `an tajma‟ū
baina al-`ukhtaini `illā mā qad salafa, `inna allāha kāna gafūra r-raḥīman/ „Diharamkan
atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang
perempuan, saudara-saudara ayahmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang
perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu
yang menyusui kamu, saudara-saudara perempuanmu sesusuan, ibu-ibu istrimu (mertua),
anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri) yang dalam peliharaanmu dan istri yang telah
kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu
ceraikan), maka tidak berdosa kamu (menikahinya), (dan diharamkan bagimu) istri-istri
anak kandungmu (menantu), dan (diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sungguh, Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang‟. (QS.4:23)

*maksud ibu di awal ayat ini ialah ibu , nenek dan seterusnya ke atas dan yang dimaksud

dengan anak-anak perempuan ialah anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke

bawah, demikian juga yang lain-lainnya. Sedang yang dimaksud dengan “anak-anak istrimu

yang dalam pemeliharaanmu”, menurut sebagian besar ulama termasuk juga anak tiri yang

tidak dalam pemeliharaannya.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

Memberikan informasi tentang pengharaman nikah untuk beberapa orang.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung larangan bagi kaumNya.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan larangan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

20. Kata ‫سزَ ْوزَ ْؼزُ ْن‬


ْ ‫ ا‬/ istamta'tum /‟menikmati‟, tercantum pada ayat 24:

ِ ْ‫ ُن ٌْ ۚ َٗأُ ِح او ىَ ُن ٌْ ٍَب َٗ َسا َء ٰ َرىِ ُن ٌْ أَ ُْ رَ ْجزَ ُغ٘ا ثِؤ َ ٍْ َ٘اىِ ُن ٌْ ٍُح‬ْٞ َ‫هللاِ َػي‬
‫ َْش‬ٞ‫َِ َغ‬ِْٞ‫ظ‬ َ ‫ ََبُّ ُن ٌْ ۖ ِمز‬ْٝ َ‫ذ أ‬
‫َبة ا‬ ْ ‫َبد ٍَِِ اىِّْ َغب ِء اِ اَل ٍَب ٍَيَ َن‬
ُ ْ‫ظ‬َ ْ‫َٗ ْاى َُح‬

َ ٝ‫زُ ٌْ ثِ ِٔ ٍِ ِْ ثَ ْؼ ِذ ْاى َ ِش‬ْٞ ‫ػ‬


‫ؼ ِخ ۚ اِ اُ ا‬
َُ‫هللاَ َمب‬ َ ٝ‫َِ ۚ فَ ََب ا ْعزَ َْزَ ْؼزُ ٌْ ثِ ِٔ ٍِ ْْٖ اُِ فَآرُٕ٘ اُِ أُجُ٘ َسٕ اُِ فَ ِش‬ٞ‫ٍُ َغبفِ ِح‬
َ ‫ ََب رَ َشا‬ِٞ‫ ُن ٌْ ف‬ْٞ َ‫ؼخً ۚ َٗ ََل ُجَْب َح َػي‬

.‫ ًَب‬ٞ‫ ًَب َح ِن‬ِٞ‫َػي‬

/ wa al-muḥṣanātu mina an-nisā`i `illā mā malakat `aimānukum, kitāba allāhi „alaikum, wa


`uḥilla lakum m-mā warā`a żālikum `an tabtagū bi`amwālikum m-muḥṣinīna gaira
musāfiḥina, famāstamta‟tum bihī minhunna fa`ātūhunna `ujūrahunna farīḍatan, wa lā junāḥa
„alaikum fīmā tarāḍaitum bihī mimba‟di al-farīḍati, `inna allāha kāna „alīman ḥakīman/
„Dan (diharamkan juga kamu menikahi) perempuan yang bersuami, kecuali hamba sahaya
perempuan (tawanan perang) yang kamu miliki sebagai ketetapan Allah atas kamu. Dan
dihalalkan bagimu selain (perempuan-perempuan ) yang demikian itu jika kamu berusaha
dengan hartamu untuk menikahinya bukan untuk berzina. Maka karena kenikmatan yang
telah kamu dapatkan dari mereka, berikanlah maskawinnya kepada mereka sebagai suatu
kewajiban. Tetapi tidak mengapa jika ternyata di antara kamu telah saling merelakannya,
setelah ditetapkan. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana‟.(QS. 4:24)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

*perempuan-perempuan yang dimiliki yang suaminya tidak ikut tertawan bersamanya.

Penjelasan selanjutnya lihat surat an-Nisā‟ (4):3

*selain dari perempuan tersebut dalam surah an-Nisā‟ (4):3

*menambah, mengurangi atau tidak membayar sama sekali maskawin yang telah ditetapkan.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi tentang haram menikahi perempuan yang masih menjadi istri

oranglain kecuali hamba sahaya.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung larangan bagi kaumNya.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan larangan.

8. G = Genre

Feminisme

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

21. ِ ‫ ُ ْح‬/ uhsinna /‟mereka menjaga diri‟, tercantum pada ayat 25:
Kata ‫صيَّي‬

ۚ ٌْ ‫ ََبِّ ُن‬ِٝ‫هللاُ أَ ْػيَ ٌُ ثِب‬ ِ ‫َبرِ ُن ٌُ ْاى َُ ْئ ٍَِْب‬َٞ‫ ََبُّ ُن ٌْ ٍِ ِْ فَز‬ْٝ َ‫ذ أ‬
‫د ۚ َٗ ا‬ ِ ‫د ْاى َُ ْئ ٍَِْب‬
ْ ‫د فَ َِ ِْ ٍَب ٍَيَ َن‬ َ ْ‫َ ْْ ِن َح ْاى َُح‬ٝ ُْ َ‫َ ْغزَ ِط ْغ ٍِ ْْ ُن ٌْ ؽَْ٘ ًَل أ‬ٝ ٌْ َ‫َٗ ٍَ ِْ ى‬
ِ ‫ظَْب‬

‫د أَ ْخذ ٍة‬
‫َاُ ۚ فَبِ َرا‬ ِ ‫د َٗ ََل ٍُزا ِخ َزا‬
‫ َش ٍُ َغبفِ َحب ٍة‬ْٞ ‫د َغ‬ ِ ‫ْغ ۚ فَب ّْ ِنحُٕ٘ اُِ ثِب ِ ْر ُِ أَ ْٕيِ ِٖ اِ َٗآرُٕ٘ اُِ أُجُ٘ َسٕ اُِ ثِ ْبى ََ ْؼش‬
َ ْ‫ُٗف ٍُح‬
‫ظَْب ٍة‬ ‫ؼ ُن ٌْ ٍِ ِْ ثَؼ ٍة‬
ُ ‫ثَ ْؼ‬

َ ِ‫ة ۚ ٰ َرى‬
ۗ ٌْ ‫ ٌرش ىَ ُن‬ْٞ َ‫ ْاى َؼَْذَ ٍِ ْْ ُن ٌْ ۚ َٗأَ ُْ رَظْ جِشُٗا خ‬َٜ ‫ل ىِ ََ ِْ َخ ِش‬ ِ ‫د ٍَِِ ْاى َؼ َزا‬ ِ ْ‫أُح‬
َ ْ‫ ْاى َُح‬َٚ‫ ِٖ اِ ِّظْ فُ ٍَب َػي‬ْٞ َ‫َِ ثِ َب ِح َش ٍةخ فَ َؼي‬ْٞ َ‫ظ اِ فَب ِ ُْ أَر‬
ِ ‫ظَْب‬

‫َٗ ا‬
.ٌ‫ ٌر‬ٞ‫هللاُ َغ ُ٘ ٌرس َس ِح‬

/ wa ma l-lan yastaṭi‟ minkum ṭaulan `a y-yankiḥa al-muḥṣanāti al-mu`mināti fami m-mā


malakat `aimānukum m-min fatayātikumu al-mu`mināti, wa allāhu `a‟lamu bi`īmānikum,
ba‟ḍukum m-mimba‟ḍin, fānkiḥūhunna bi`iżni `ahlihinna wa `ātūhunna `ujūrahunna bī al-
ma‟rūfi muḥṣanātin gaira musāfiḥāti w-wa lā muttakhiżāti `akhdānin, fa`iżā `uḥṣinna fa`in
`ataina bifāḥisyatin fa‟alaihinna niṣfu mā „alā al-muḥṣanāti mina al-„ażābi, żālika liman
khasyiya al-„anata minkum, wa `antaṣbirū khairu l-lakum, wa allāhu gafūru r-raḥīmun/ „Dan
siapa yang di antara kamu tidak mempunyai biaya untuk menikahi perempuan merdeka yang
beriman, maka (dihalalkan menikahi perempuan) yang beriman dari hamba sahaya yang
kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu. Sebagian dari kamu adalah dari sebagian yang
lain (sama-sama keturunan Adam Hawa), karena itu nikahilah mereka dengan izin tuannya
dan berilah mereka maskawin yang pantas, karena mereka adalah perempuan-perempuan
yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) perempuan yang mengambil laki-laki
lain sebagai piaraannya. Apabila mereka telah berumah tangga (bersuami), tetapi
melakukan perbuatan keji (zina), maka (hukuman) bagi mereka setengah dari apa (hukuman)
perempuan-perempuan merdeka (yang tidak bersuami). (Kebolehan menikahi hamba sahaya)
itu, adalah orang-orang yang takut terhadap kesulitan dalam menjaga diri (dari perbuatan
zina). Tetapi jika kamu bersabar itu lebih baik bagimu. Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang‟. (QS.4:25)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


108

Memberikan informasi tentang menikahi seorang wanita harus izin tuannya jika dia

hamba sahaya dan harus memberikan maskawin karena mereka bukan penzina dan

bukan pula wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piarannya.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk bagi kaumNya.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan larangan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

22. Kalimat ‫ َىْ رَ ِو لُىا َه ْ ًتًل َػ ِظ ًتوب‬/ an tamīlu mailan „azīman /‟berpaling sejauh-jauhnya

dari kebenaran‟, tercantum pada ayat 27:

. ‫ ًَب‬ٞ‫ ًْال َػ ِظ‬ٍَٞ ‫يُ٘ا‬َِٞ َ‫د أَ ُْ ر‬ َ ُ‫َز‬ٝ ُْ َ‫ ُذ أ‬ٝ‫ ُِش‬ٝ ُ‫هللا‬


ِ ‫َزاجِؼَُُ٘ اى اشَٖ َ٘ا‬ٝ َِٝ‫ ُذ اىا ِز‬ٝ‫ ُِش‬َٝٗ ٌْ ‫ ُن‬ْٞ َ‫٘ة َػي‬ ‫َٗ ا‬

/ wa allāhu yurīdu `a y-yatūba „alaikum, wa yurīdu al-lażīna yattabi‟ūna asy-asyhawāti `an


tamīlū mailan „aẓīman/ „Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang
mengikuti keinginannya menghendaki agar kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari
kebenaran)‟. (QS.4:27)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


109

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa berhati-hati terhadap orang yang memiliki keinginan

agar kita berpaling dari jalan Allah.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk bagi kaumNya.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

23. Kalimat ‫ َ رَأْ ُ لُىا َ ْه َىالَ ُ ْن ثَ ٌَْ ُ ْن ثِب ْلجَب ِ ِل‬/ lā taˋkulū amwālakum bainakum bilbāthili

/‟janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil‟,

tercantum pada ayat 29:

‫اع ٍِ ْْ ُن ٌْ ۚ َٗ ََل رَ ْقزُيُ٘ا أَ ّْ ُ َغ ُن ٌْ ۚ اِ اُ ا‬ ْ


ٌْ ‫هللاَ َمبَُ ثِ ُن‬ ‫َْ ُن ٌْ ثِ ْبىجَب ِؽ ِو اِ اَل أَ ُْ رَ ُنَُ٘ رِ َ ب َسحً ػ َِْ رَ َش ٍة‬ْٞ َ‫َِ آ ٍَُْ٘ا ََل رَؤ ُميُ٘ا أَ ٍْ َ٘اىَ ُن ٌْ ث‬ٝ‫َُّٖب اىا ِز‬َٝ‫َب أ‬ٝ

.‫ ًَب‬ٞ‫َس ِح‬

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


110

/ yā`ayyuhā allażīna `āmanū lā ta`kulū `amwālakum bainakum bi al-bāṭili `illā `an takūna
tijāratan „an tarāḍi m-minkum, wa lā taqtulū `anfusakum, `inna allāha kāna bikum raḥīman/
„Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar
suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah
Maha Penyayang kepadamu‟.(QS.4:29)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa jangan saling memakan harta sesama dengan jalan yang

bathil.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk bagi kaumNya.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


111

24. Frase ‫ ُه َْخ ًتًل َ ِ ًتوب‬/ mudkhalan karīman /‟tempat yang mulia‟, tercantum pada ayat

31 :

. ‫ ًَب‬ٝ‫ِّئَبرِ ُن ٌْ َُّٗ ْذ ِخ ْي ُن ٌْ ٍُ ْذخ ًَال َم ِش‬ٞ‫اِ ُْ رَ ْ زَِْجُ٘ا َمجَبئِ َش ٍَب رُ َْْْٖ٘ َُ َػ ُْْٔ ُّ َن ِّشْ َػ ْْ ُن ٌْ َع‬

/ `in tajtanibū kabā`ira mā tunhauna „anhu nukaffir „ankum sayyi`ātikum wa nudkhilkum m-


mud khalān karīmān/ „Jika menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang
mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan kami masukkan
kamu ke tempat yang mulia (surga)‟. (QS.4:31)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa jika menjauhi dosa-dosa besar maka Allah akan

menghapus segala kesalahannya dan memasukkan ia ke surga.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

8. G = Genre

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


112

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

25. Kalimat ‫ َػ َ َدْ َ ْ َوبًُ ُ ْن‬/ „aqadat aimānukum /‟orang-orang yang telah kamu

bersumpah setia‟, tercantum pada ayat 33 :

ِ َّ ٌْ ُُٕ٘‫ ََبُّ ُن ٌْ فَآر‬ْٝ َ‫َد أ‬


‫جَُٖ ٌْ ۚ اِ اُ ا‬ٞ‫ظ‬
ْ ‫ ُم ِّو ش‬ٰٚ َ‫هللاَ َمبَُ َػي‬
.‫ذًا‬ِٖٞ ‫ ٍةء َش‬َٜ ْ ‫َِ َػقَذ‬ٝ‫ك ْاى َ٘اىِذَا ُِ َٗ ْاألَ ْق َشثَُُ٘ ۚ َٗاىا ِز‬
َ ‫ ٍِ اَب رَ َش‬َٜ ِ‫َٗىِ ُن ٍّو َج َؼ ْيَْب ٍَ َ٘اى‬

/ wa likulli ja‟alnā mawāliya mimmā taraka al-wālidāni wa al-`aqrabūna, wa allāżīna


„aqadat `aimānukum fa`ātūhum naṣībahum, `inna allāha kāna „alā kulli syai`in syahīdan/
„Dan untuk masing-masing (laki-laki dan perempuan) kami telah menetapkan para ahli waris
atas apa yang ditinggalkan oleh kedua orangtuanya dan karib kerabatnya. Dan orang-orang
yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, maka berikanlah kepada mereka
bagiannya. Sungguh, Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu‟. (QS.4:33)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa telah ditetapkan bagian untuk ahli waris yang telah

ditinggalkan orangtua atau karib kerabatnya.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


113

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

26. َ ‫ َوا ْه ُ ُ وهُيَّي فِ ا ْل َو‬/ wa ihjurūhunna fi almadhāji‟i /‟pisahkanlah mereka


Kalimat ‫ضب ِا ِغ‬

ditempat tidur‟, tercantum pada ayat 34 :

ِ ْٞ ‫بد ىِ ْي َغ‬
‫ت ثِ ََب‬ ‫َبد َحبفِظَ ٌر‬ ُ ‫ْغ َٗثِ ََب أَ ّْ َقُ٘ا ٍِ ِْ أَ ٍْ َ٘اىِ ِٖ ٌْ ۚ فَبىظابىِ َح‬
‫بد قَبِّز ٌر‬ ‫ ثَؼ ٍة‬ٰٚ َ‫ؼُٖ ٌْ َػي‬ ‫ؼ َو ا‬
َ ‫هللاُ ثَ ْؼ‬ ‫ اىِّْ َغب ِء ثِ ََب فَ ا‬َٚ‫اىشِّ َجب ُه قَ٘اا ٍَُُ٘ َػي‬

ً ِ‫ ِٖ اِ َعج‬ْٞ َ‫ؼب ِج ِغ َٗاػْ ِشثُٕ٘ اُِ ۖ فَب ِ ُْ أَؽَ ْؼَْ ُن ٌْ فَ َال رَ ْج ُغ٘ا َػي‬
ُ‫ال ۗ اِ ا‬ٞ َ ََ ‫ ْاى‬ِٜ‫ رَ َخبفَُُ٘ ُّ ُش٘ َصٕ اُِ فَ ِؼظُٕ٘ اُِ َٗا ْٕ ُ شُٕٗ اُِ ف‬ِٜ‫اىالر‬ ‫َح ِعَ ا‬
‫هللاُ ۚ َٗ ا‬

‫ا‬
.‫ ًشا‬ِٞ‫ًّب َمج‬ِٞ‫هللاَ َمبَُ َػي‬

/ ar-rijālu qawwāmūna „alā an-nisā`i bimā faḍḍala allāhu ba‟ḍuhum „alā ba‟ḍi w-wa bimā
`anfaqū min `amwālihim, fā aṣ-ṣāliḥātu qānitātun ḥāfiẓātu lil-ghaibi bimā ḥafiẓa allāhu, wa
allātī takhāfūna nusyūzahunna fa‟izūhunna wahjurūhunna fī al-maḍāji‟I waḍribūhunna, fa`in
`aṭa‟nakum falā tabgū „alaihinna sabīlan, `inna allāha kāna „aliyyan kabīran/ „Laki-laki
(suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian
mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah
memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shaleh, adalah mereka
yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah
menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah
kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan
(kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu
mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar‟.
(QS.4:34)

*Allah telah mewajibkan kepada suami untuk menggauli istrinya dengan baik

*Nusyuz yaitu meninggalkan kewajiban selaku istri, seperti meninggalkan rumah tanpa izin

suaminya.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


114

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa laki-laki itu pemimpin bagi perempuan dan bagi

perempuan-perempuan yang dikhawatirkan nusyuz maka berilah nasehat kepadanya.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk dan arahan.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

27. ِ ٌُ ُ ‫ ا ْل َ ب ِا ا ْل‬/ al-jāri al-junubi (tetangga yang jauh) dan frase ‫ ا ْث ِي ال َّي جِ ِل‬/ ibnu as-
Frase ‫ت‬

sabīli /‟ibnus sabil‟, tercantum pada ayat 36 :

ِ ُْ ُ ‫بس ْاى‬
‫ت‬ ِ َ ‫ َٗ ْاى‬ٰٚ َ‫ ْاىقُشْ ث‬ٛ‫بس ِر‬
ِ َ ‫ ِِ َٗ ْاى‬ٞ‫ َٗ ْاى ََ َغب ِم‬ٰٚ ٍَ ‫َزَب‬ٞ‫ َٗ ْاى‬ٰٚ َ‫ ْاىقُشْ ث‬ٛ‫ ِِ اِحْ َغبًّب َٗثِ ِز‬ْٝ ‫ئًب ۖ َٗثِ ْبى َ٘اىِ َذ‬ْٞ ‫هللاَ َٗ ََل رُ ْش ِش ُم٘ا ثِ ِٔ َش‬
‫َٗا ْػجُذُٗا ا‬

‫ ََبُّ ُن ٌْ ۗ اِ اُ ا‬ْٝ َ‫ذ أ‬


. ‫ُ ِحتُّ ٍَ ِْ َمبَُ ٍُ ْخز ًَبَل فَ ُخ٘ ًسا‬ٝ ‫هللاَ ََل‬ ِ ْْ َ ‫ت ثِ ْبى‬
ْ ‫ ِو َٗ ٍَب ٍَيَ َن‬ِٞ‫ت َٗا ْث ِِ اى اغج‬ ِ ‫َٗاىظاب ِح‬

/ wa‟budū allāha wa lā tusyrikū bihī syai`a w-wabilwālidaini `iḥsānā w-wa biżī al-qurbā wa
al-yatāmā wa al-masākīni wa al-jāri żī al-qurbā wa al-jāri al-junubi wa aṣ-ṣāḥibi bi al-jambi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


115

wabni as-sabīli, wa mā malakat `aimānukum, `inna allāha lā yuḥibbu man kāna mukhtālan
fakhurūran/ „Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan
membanggakan diri‟. (QS.4:36)

*dekat dan jauh disini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada

pula antara yang muslim dan yang bukan muslim.

*ibnu sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan maksiat yang kehabisan bekal.

Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang

mempersekutukannya dan orang-orang yang sombong.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk dan arahan.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


116

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

28. Kata َ‫ لِ ْل َ بفِ ِ ي‬/ li al-kafīrīna /‟orang-orang kafir‟, tercantum pada ayat 37 :

.‫ًْب‬ِٖٞ ٍُ ‫َِ َػ َزاثًب‬ٝ‫هللاُ ٍِ ِْ فَؼْ يِ ِٔ ۗ َٗأَ ْػزَ ْذَّب ىِ ْي َنبفِ ِش‬ َ ‫َؤْ ٍُشَُُٗ اىْا‬َٝٗ َُُ٘‫َ ْج َخي‬ٝ َِٝ‫اىا ِز‬
‫َ ْنزُ ََُُ٘ ٍَب آرَبُٕ ٌُ ا‬َٝٗ ‫بط ثِ ْبىج ُْخ ِو‬

/ allāżīna yabkhalūna wa ya`murūna an-nāsa bilbukhli wa yaktumūna mā `ā tāhumu allāhu


min faḍlihī, wa `a‟tadnā lilkāfirīna „ażāba m-muhīnan/ „(Yaitu) orang yang kikir, dan
menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah
kepadanya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan‟.
(QS.4:37)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa Allah akan menyediakan untuk orang-orang kafir azab

yang pedih.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk dan arahan.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


117

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

29. ِ ‫ ِائَب َء الٌَّيب‬/ riāa an-nāsi /‟riya‟, tercantum pada ayat 38 :


Kata ‫ا‬

. ‫ًْب‬ٝ‫ًْب فَ َغب َء قَ ِش‬ٝ‫طَبُُ ىَُٔ قَ ِش‬ْٞ ‫َ ُن ِِ اى اش‬ٝ ِْ ٍَ َٗ ۗ ‫ ِخ ِش‬ٟ‫َْ٘ ًِ ْا‬ٞ‫بَّللِ َٗ ََل ثِ ْبى‬ ِ ‫ُ ْْ ِقَُُ٘ أَ ٍْ َ٘اىَُٖ ٌْ ِسئَب َء اىْا‬ٝ َِٝ‫َٗاىا ِز‬
‫ ُْئ ٍَُُِْ٘ ثِ ا‬ٝ ‫بط َٗ ََل‬

/ wa allāżīna yunfiqūna `amwālahum ri`ā`a an-nāsi wa lā yu`minūna billāhi wa lā bilyaumi


al-`khiri, wa ma y-yakuni asy-asyaiṭānu lahū qarīnan fasā`a qarīnan/ „Dan (juga) orang-
orang yang menginfakkan hartanya karena pamer kepada orang lain (ingin dilihat dan
dipuji), dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian.
Barang siapa menjadikan setan sebagai temannya, maka (ketahuilah) dia (setan itu) adalah
teman yang sangat jahat‟. (QS.4:38)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa jangan riya atas apa yang telah diinfaqkan atas dasar

ingin dipuji oleh oranglain.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk dan arahan.

5. K = Key : tone or spirit of act

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


118

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

30. Kata ‫ ُ ِّلل ُ َّيه ٍضخ‬/ kullu ummatin /‟tiap-tiap ummat‟, tercantum pada ayat 41:

َ ِ‫ ٍةذ َٗ ِج ْئَْب ث‬ِٖٞ ‫فَ اِ َرا ِج ْئَْب ٍِ ِْ ُم ِّو أُ اٍ ٍةخ ثِ َش‬ْٞ ‫فَ َن‬
.‫ذًا‬ِٖٞ ‫ َٰٕئ ََُل ِء َش‬ٰٚ َ‫ل َػي‬

/ fakaifa `iżā ji`nā min kulli `ummatin bisyahīdi w-wa ji`nā bika „alā hā`ulā`I syahīdān/ „Dan
bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika kami mendatangkan seorang saksi (Rasul)
dari setiap umat dan kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka‟.
(QS.4:41)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi Allah akan mendatangkan saksi dari setiap ummat dan

mendatangkan nabi Muhammad sebagai saksi atas mereka.

4. A = Act Sequences

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


119

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pertanyaan (Interogatif).

31. Frase ‫سى َو‬


ُ ‫ص ُىا ال َّي‬
َ ‫ َو َػ‬/ wa „aṣawu ar-rasūla /‟mendurhakai rasul‟, tercantum pada

ayat 42:

‫َ ْنزُ ََُُ٘ ا‬ٝ ‫ ثِ ِٖ ٌُ ْاألَسْ عُ َٗ ََل‬ٙ‫ا‬


.‫ضًب‬ٝ‫هللاَ َح ِذ‬ َ ‫َِ َم َشُٗا َٗ َػ‬ٝ‫َ َ٘ ُّد اىا ِز‬ٝ ‫َْ٘ ٍَئِ ٍةز‬ٝ
ٰ ٘‫ظ ُ٘ا اى اشعُ٘ َه ىَْ٘ رُ َغ‬

/ yauma`iżi y-yawaddu allāżīna kafarū wa‟aṣaū ar-rasūla lau tusawwā bihima al-`arḍu, wa
lāyaktumūna allāha ḥadīṡān/ „Pada hari itu, orang yang kafir dan orang yang mendurhakai
Rasul (Muhammad), berharap sekiranya mereka diratakan dengan tanah (dikubur atau
hancur luluh menjadi tanah), padahal mereka tidak dapat menyembunyikan sesuatu kejadian
apapun dari Allah‟. (QS.4:42)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


120

Memberikan informasi bahwa Allah akan meratakan mereka (orang-orang kafir dan

yang durhaka) dengan tanah padahal mereka tidak dapat menyembunyikan apapun dari

Allah.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

32. Kalimat َ‫ض ًَللَخ‬


‫ـزَ ُوىَ ال َّي‬
ْ َ / yastarūna ad-dhalāta /‟mereka membeli kesesatan‟,

tercantum pada ayat 44:

ِ َ‫ ُذَُٗ أَ ُْ ر‬ٝ‫ ُِش‬َٝٗ َ‫َ ْشزَشَُُٗ اىؼ َاالىَخ‬ٝ ‫ة‬


.‫ َو‬ِٞ‫ؼيُّ٘ا اى اغج‬ ِ َّ ‫َِ أُٗرُ٘ا‬ٝ‫ اىا ِز‬َٚ‫أَىَ ٌْ رَ َش اِى‬
ِ ‫جًب ٍَِِ ْاى ِنزَب‬ٞ‫ظ‬

/ `alam tara `ilā allāżīna `ūtū naṣība m-mina al-kitābi yasytarūna aḍ-ḍalālata wa yurīdūna
`an taḍillū as-sabīla/ „Tidakkah kamu memperhatikan orang yang telah diberi bagian kitab
(Taurat)? Mereka membeli kesesatan dan mereka menghendaki agar kamu tersesat
(menyimpang) dari jalan (yang benar)‟. (QS.4:44)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


121

2. P = Participants

Penutur oleh Allah swt, pengirim oleh Malaikat Jibril, pendengar oleh Nabi dan Rasul

dan Penerima oleh Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa Allah akan meratakan mereka (orang-orang kafir dan

yang durhaka) dengan tanah padahal mereka tidak dapat menyembunyikan apapun dari

Allah.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pertanyaan (Interogatif).

33. Kalimat ِ ‫ ُ َ ِّل فُىىَ ا ْل َ لِ َن ػَيْ َه َىا‬/ yuharrifūna al-kalima „an mawādhi‟ihi /‟mereka
ِ ‫ا ِؼ‬

merubah perkataan dari tempat-tempatnya‟, tercantum pada ayat 46 :

ِٜ‫ًّب ثِؤ َ ْى ِغَْزِ ِٖ ٌْ َٗؽَ ْؼًْب ف‬َٞ‫ َش ٍُ ْغ ََ ٍةغ َٗ َسا ِػَْب ى‬ْٞ ‫َْب َٗا ْع ََ ْغ َغ‬ْٞ ‫ظ‬ ِ ‫ُ َح ِّشفَُُ٘ ْاى َنيِ ٌَ ػ َِْ ٍَ َ٘ا‬ٝ ‫َِ َٕبدُٗا‬ٝ‫ٍَِِ اىا ِز‬
َ ‫َقُ٘ىَُُ٘ َع َِ ْؼَْب َٗ َػ‬َٝٗ ِٔ ‫ػ ِؼ‬

‫ ًشا ىَُٖ ٌْ َٗأَ ْق َ٘ ًَ َٗ ٰىَ ِن ِْ ىَ َؼَُْٖ ٌُ ا‬ْٞ ‫ ِِ ۚ َٗىَْ٘ أَّاُٖ ٌْ قَبىُ٘ا َع َِ ْؼَْب َٗأَؽَ ْؼَْب َٗا ْع ََ ْغ َٗا ّْظُشْ َّب ىَ َنبَُ َخ‬ِّٝ‫اىذ‬
ً ِ‫ ُْئ ٍَُُِْ٘ اِ اَل قَي‬ٝ ‫هللاُ ثِ ُن ْ ِش ِٕ ٌْ فَ َال‬
.‫ال‬ٞ

/ mina allāżīna hādū yuḥarrifūna al-kalima „an mawāḍi‟ihī wa yaqūlūna sami‟nā wa „aṣainā
wasma‟ gaira musma‟i w-warā‟inā layyan bi`alsinatihim wa ṭa‟nan fī ad-dīni, wa lau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


122

`annahum qālū sami‟nā wa `aṭa‟nā wasma‟ wānẓurnā lakāna khaira l-lahum wa `aqwama,
wa lāki l-la‟anahumu allāhu bikufrihim falā yu`minūna `illā qalīlan/ „(Yaitu) di antara orang
Yahudi, yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Dan mereka berkata, “kami
mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya”. Dan (mereka mengatakan pula),
“Dengarlah”, sedang (engkau Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun” dan
(mereka mengatakan), “Ra‟ina” dengan memutarbalikkan lidahnya dan mencela agama.
Sekiranya mereka mengatakan, “kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan
perhatikanlah kami” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, tetapi Allah
melaknat mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali sedikit sekali‟.
(QS.4:46)

*mengubah arti, tempat, atau menambah dan mengurangi kata-kata.

*mereka mengatakan, “Dengarlah”, tetapi hati mereka mengatakan, “Mudah-mudahan kamu

tidak dapat mendengarkan (tuli).

*Tentang kata rāinā sama artinya dengan unzurnā artinya perhatian kami. Selanjutnya lihat

Surah Al-Baqarah (2) : 104.

*ada yang mengatakan kadar keimanannya yang tipis, dan ada yang mengatakan jumlah

orangnya yang sedikit.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa Allah akan melaknat orang-orang yang memutarbalikkan

lidahnya dan mencela agama (bagi orang kafir dan yahudi).

4. A = Act Sequences

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


123

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

34. Kata ‫ذ‬


ِ ‫بة ال َّي ْج‬ ْ َ / aṣhābu as-sabti /‟orang-orang hari sabtu‟, tercantum pada ayat
َ َ ‫و‬

47 :

‫بسَٕب أَْٗ ّ َْي َؼَُْٖ ٌْ َم ََب ىَ َؼْاب‬


ِ َ‫ أَ ْدث‬ٰٚ َ‫ظ ُٗجًُٕ٘ب فََْ ُش ادَٕب َػي‬ ْ ّ ُْ َ‫ظ ِّذقًب ىِ ََب ٍَ َؼ ُن ٌْ ٍِ ِْ قَ ْج ِو أ‬
َ َِ ‫َط‬ َ ‫َِ أُٗرُ٘ا ْاى ِنز‬ٝ‫َُّٖب اىا ِز‬َٝ‫َب أ‬ٝ
َ ٍُ ‫َبة آ ٍُِْ٘ا ثِ ََب َّ اض ْىَْب‬

‫ذ ۚ َٗ َمبَُ أَ ٍْ ُش ا‬
ً ‫هللاِ ٍَ ْؼ‬
.‫َُ٘ل‬ َ ‫أَطْ َح‬
ِ ‫بة اى اغ ْج‬

/ yā`ayyuhā allażīna `āmanū `ūtū al-kitāba `āminū bimā nazzalnā muṣaddiqa al-limā
ma‟akum m-min qabli `an n-naṭmisa wujūhan fanaruddahā „alā `adbārihā `aunal‟anahum
kamā la‟annā `aṣḥāba assabti, wakāna `amru allāhi maf‟ūlan/ „Wahai orang-orang yang
telah diberi kitab! Berimanlah kamu kepada apa yang telah kami turunkan (Al-Qur‟an) yang
membenarkan kitab yang ada pada kamu, sebelum kami mengubah wajah-wajah (mu), lalu
kami putar ke belakang atau kami laknat mereka sebagaimana kami melaknat orang-orang
(yang berbuat maksiat) pada hari Sabat (sabtu). Dan ketetapan Allah pasti berlaku‟.
(QS.4:47)

*menurut kebanyakan mufassir, maksudnya ialah mengubah wajah mereka lalu diputar ke

belakang sebagai penghinaan.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


124

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa Allah mewajibkan untuk beriman kepada kitab Alquran

sebelum wajah mereka diputar ke belakang sebagai penghinaan.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

35. Kalimat ‫ ُ َ ُّد ىىَ َ ًْ ُ َ ُه ْن‬/ yuzakkūna anfusahum /‟orang yang menganggap dirinya

bersih‟, tercantum pada ayat 49 :

ْ ٝ ‫َشَب ُء َٗ ََل‬ٝ ِْ ٍَ ٜ‫ُ َض ِّم‬ٝ ُ‫هللا‬


ً ِ‫ُظيَ ََُُ٘ فَز‬
.‫ال‬ٞ ‫ُ َض ُّمَُ٘ أَ ّْ ُ َغُٖ ٌْ ۚ ثَ ِو ا‬ٝ َِٝ‫ اىا ِز‬َٚ‫أَىَ ٌْ رَ َش اِى‬

/ `alam tara `ilā allāżīna yuzakkūna `anfusahum, bali allāhu yuzakkī ma y-yasyā`u wa lā
yuẓlamūna fatīlan/ „Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya
suci (orang Yahudi dan Nasrani)? Sebenarnya Allah menyucikan siapa yang Dia kehendaki
mereka tidak dizalimi sedikitpun‟.(QS.4:49)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


125

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa orang-orang yahudi dan nasrani menganggap dirinya

suci padahal Allah hanya mensucikan orang yang dia kehendaki dan tidak menzalimi

sedikitpun.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pertanyaan (Interogatif).

36. ِ ‫ذ َوالطَّيب ُاى‬


Kata ‫د‬ ِ ‫ ثِب ْل ِ ْج‬/ bi al-jibti wa at-thaghūti /‟jibt dan thaghut‟, tercantum pada

ayat 51:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


126

‫َِ آ ٍَُْ٘ا‬ٝ‫ ٍَِِ اىا ِز‬َٰٙ ‫َِ َم َشُٗا َٰٕئ ََُل ِء أَ ْٕذ‬ٝ‫َقُ٘ىَُُ٘ ىِيا ِز‬َٝٗ ‫د‬
ِ ٘‫ذ َٗاىطاب ُغ‬
ِ ‫ ُْئ ٍَُُِْ٘ ثِ ْبى ِ ْج‬ٝ ‫ة‬ ِ َّ ‫َِ أُٗرُ٘ا‬ٝ‫ اىا ِز‬َٚ‫أَىَ ٌْ رَ َش اِى‬
ِ ‫جًب ٍَِِ ْاى ِنزَب‬ٞ‫ظ‬

ً ِ‫َعج‬
.‫ال‬ٞ

/ `alam tara `ilā allāżīna `ūtū naṣība m-mina al-kitābi yu`minūna bīljibti wa aṭ-ṭāgūti wa
yaqūlūna lillażīna kafarū hā`ulā`i `ahdā mina allażīna `āmanū sabīlan/ „Tidakkah engkau
memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dan kitab (Taurat)? Mereka percaya kepada
Jibt dan Tagut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka
itu lebih benar jalannya dari pada orang-orang yang beriman‟. (QS.4:51)

*Jibt sama dengan Thaghut, ialah setan dan apa saja yang disembah selain Allah swt.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa layaknya kita memperhatikan orang-orang yang diberi

kitab Taurat sangat mempercayai Jibt dan Thaghut dan mengatakan bahwa jalan

mereka lebih benar daripada orang-orang yang beriman.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat introgatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


127

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pertanyaan (Interogatif).

37. Kata ِ ‫ ا ْل ُو ْل‬/ al-mulki /‟kerajaan‟, tercantum pada ayat 53 :

ِ ‫تٌر ٍَِِ ْاى َُ ْي‬ٞ‫ظ‬


َ ‫ ُْئرَُُ٘ اىْا‬ٝ ‫ل فَب ِ ًرا ََل‬
.‫ ًشا‬ِٞ‫بط َّق‬ ِ َّ ٌْ َُٖ‫أَ ًْ ى‬

/ `am lahum naṣību m-mina al-mulki fa`iżā l-lā yu`minūna an-nāsa naqīran/ „Ataukah mereka
mempunyai bagian dari kerajaan (kekuasaan), meskipun mereka tidak akan memberikan
sedikit pun (kebajikan) kepada manusia‟. (QS.4:53)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi mereka tidak ada sedikitpun memberikan kebajikan kepada

manusia.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


128

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

38. Frase ِ ‫ ُولِ ْااَ ْه‬/ ūlī al-amri /‟Ulil amri‟, tercantum pada ayat 59 :

ٌْ ُ‫ُ٘ه اِ ُْ ُم ْْز‬ ْ ‫ ش‬ِٜ‫ ْاألَ ٍْ ِش ٍِ ْْ ُن ٌْ ۖ فَب ِ ُْ رََْب َص ْػزُ ٌْ ف‬ِٜ‫ؼُ٘ا اى اشعُ٘ َه َٗأُٗى‬ٞ‫هللاَ َٗأَ ِؽ‬
‫ ا‬َٚ‫ ٍةء فَ ُش ُّدُٗٓ اِى‬َٜ
ِ ‫هللاِ َٗاى اشع‬ ‫ؼُ٘ا ا‬ٞ‫َِ آ ٍَُْ٘ا أَ ِؽ‬ٝ‫َُّٖب اىا ِز‬َٝ‫َب أ‬ٝ

.‫ال‬ٝ َ ِ‫ ِخ ِش ۚ ٰ َرى‬ٟ‫َْ٘ ًِ ْا‬ٞ‫بَّللِ َٗ ْاى‬


ً ِٗ ْ‫ ٌرش َٗأَحْ َغُِ رَؤ‬ْٞ ‫ل َخ‬ ‫رُ ْئ ٍَُُِْ٘ ثِ ا‬

/ yā`ayyuhā allażīna `āmanū `aṭī‟ū allāha wa `aṭī‟ū ar-rasūla wa`ūlī al-`amri minkum, fa`in
tanāza‟tum fī syai`in faruddūhu `ilā allāhi wa ar-rasūli `in kuntum tu`minūna bīllāhi wa al-
yaumi al-`ākhiri, żālika khairu w-wa `aḥsanu ta`wīlan/ „Wahai orang-orang yang beriman!
Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di
antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang suatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (Al-Qur‟an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya‟. (QS.4:59)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi mereka tidak ada sedikitpun memberikan kebajikan kepada

manusia.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


129

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

39. ُ ‫ َهب َ ًْ َ َو َّي ُ َو ِلَ ال َّي‬/ mā anzala allāhu wa ilā ar-rasūli /‟hukum yang telah
Kalimat ‫سىو‬

Allah turunkan dan kepada hukum Rasul‟, tercantum pada ayat 61 :

.‫طذُٗدًا‬ ُ َٝ َِِٞ‫ْذَ ْاى ََُْبفِق‬َٝ‫ اى اشعُ٘ ِه َسأ‬َٚ‫هللاُ َٗاِى‬


َ ْْ ‫ظ ُّذَُٗ َػ‬
ُ ‫ل‬ ‫ ٍَب أَ ّْ َض َه ا‬ٰٚ َ‫ َو ىَُٖ ٌْ رَ َؼبىَْ٘ ا اِى‬ِٞ‫َٗاِ َرا ق‬

/ wa `iżā qīla lahum ta‟ālaū `ilā mā `anzala allāhu wa `ilā ar-rasūli ra`aita al-munāfiqīna
yaṣuddūna „anka ṣudūdan/ „Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (patuh) kepada
apa yang diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul”, (niscaya) engkau (Muhammad)
melihat orang munafik menghalangi dengan keras darimu‟. (QS.4:61)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


130

Memberikan informasi bahwa mereka harus patuh kepada Allah dan Rasulnya.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

40. Kalimat ‫ َلَ ُوىا َ ًْ ُ َ ُه ْن‬/ zhalamū anfusahum /‟menganiaya dirinya‟, tercantum pada

ayat 64 :

‫هللاَ َٗا ْعزَ ْغ َ َش ىَُٖ ٌُ اى اشعُ٘ ُه ىَ َ٘ َجذُٗا ا‬


َ‫هللا‬ َ ٗ‫هللاِ ۚ َٗىَْ٘ أَّاُٖ ٌْ اِ ْر ظَيَ َُ٘ا أَ ّْ ُ َغُٖ ٌْ َجب ُء‬
‫ك فَب ْعزَ ْغ َشُٗا ا‬ ‫ُطَب َع ثِب ِ ْر ُِ ا‬ِٞ‫َٗ ٍَب أَسْ َع ْيَْب ٍِ ِْ َسعُ٘ ٍةه اِ اَل ى‬

.‫ ًَب‬ٞ‫رَ٘ااثًب َس ِح‬

/ wa mā `arsalnā mi r-rasūlin `illā liyuṭā‟a bi`iẓni allāhi, wa lau `annahum `iżẓalamū


`anfusahum jā`ūka fāstagfaru allāha wāstagfaralahumu ar-rasūlu lawajadū allāha tawwāba
r-raḥīman/ „Dan kami tidak mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati dengan izin
Allah. Dan sungguh, sekiranya mereka setelah menzalimi dirinya datang kepadamu
(Muhammad), lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan
ampunanuntuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat, Maha
Penyayang‟. (QS.4:64)

*berhakim kepada selain nabi Muhammad SAW

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


131

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa Allah mengutus seorang Rasul melainkan untuk ditaati

dengan izin Allah.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

41. Frase ‫ َ زَ ْجٌَب‬/ katabnā /‟kami perintahkan‟, tercantum pada ayat 66 :

‫ْشً ا‬ٞ َ‫ُ٘ػَظَُُ٘ ثِ ِٔ ىَ َنبَُ خ‬ٝ ‫ ٌرو ٍِ ُْْٖ ٌْ ۖ َٗىَْ٘ أَّاُٖ ٌْ فَ َؼيُ٘ا ٍَب‬ِٞ‫بس ُم ٌْ ٍَب فَ َؼيُُ٘ٓ اِ اَل قَي‬ ْ ِٗ َ‫ ِٖ ٌْ أَ ُِ ا ْقزُيُ٘ا أَ ّْ ُ َغ ُن ٌْ أ‬ْٞ َ‫َٗىَْ٘ أَّاب َمزَ ْجَْب َػي‬
ِ َٝ‫اخ ُشجُ٘ا ٍِ ِْ ِد‬

.‫زًب‬ِٞ‫ىَُٖ ٌْ َٗأَ َش اذ ر َْضج‬

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


132

/ wa lau `annā katabnā „alaihim `aniqtulū `anfusakum `awikhrujū min diyārikum mā fa‟alūhu
`illā qalīlu m-minhum, wa lau `annahum fa‟alū māyū‟aẓūna bihī lakāna khaira l-lahum wa
`asyadda taṡbītān/ „Dan sekalipun telah kami perintahkan kepada mereka, “Bunuhlah dirimu
atau keluarlah kamu dari kampung halamanmu”, ternyata mereka tidak akan melakukannya,
kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sekiranya mereka benar-benar melaksanakan
perintah yang diberikan, niscaya itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman
mereka)‟. (QS.4:66)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi jika mereka melaksanakan perintah yang diberikan, maka itu yg

terbaik bagi mereka dan menguatkan iman mereka.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


133

42. Frase ‫و َ ا ًتب ُه ْ زَ ِ ًتوب‬


ِ / ṣirāthan mustaqīman /‟jalan yang lurus‟, tercantum pada ayat

68:

.‫ ًَب‬ِٞ‫ط َشاؽًب ٍُ ْغزَق‬


ِ ٌْ ُٕ‫َْب‬ْٝ ‫َٗىََٖ َذ‬

/ wa lahadaināhum ṣirāṭā m-mustaqīman/ „Pasti kami tunjukkan kepada mereka jalan yang
lurus‟. (QS.4:68)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa Allah akan menunjukkan kepada jalan yang lurus.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


134

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

43. Kata ‫ َ ًْ َؼ َن‬/ an'ama /‟ni‟mat‟, tercantum pada ayat 69 :

.‫قًب‬ِٞ‫َِ ۚ َٗ َحغَُِ أُٗ ٰىَئِلَ َسف‬ٞ‫َِ َٗاى ُّشَٖذَا ِء َٗاىظابىِ ِح‬ِٞ‫ق‬ِّٝ‫ظذ‬ َ ِ‫هللاَ َٗاى اشعُ٘ َه فَؤُٗ ٰىَئ‬
‫َِ أَ ّْ َؼ ٌَ ا‬ٝ‫ل ٍَ َغ اىا ِز‬
ِّ ‫َِ َٗاى‬ِِّٞٞ‫ ِٖ ٌْ ٍَِِ اىْاج‬ْٞ َ‫هللاُ َػي‬ ‫ُ ِط ِغ ا‬ٝ ِْ ٍَ َٗ

/ wa ma y-yuṭi‟i allāha wa ar-rasūla fa`ūlā`ika ma‟a allażīna `an‟ama allāhu „alaihim m-


mina an-nābiyyina wa aṣ-ṣiddīqīna wa asy-asyuhadā`i wa aṣ-ṣāliḥīna, wa ḥasuna `ūlā`ika
rafīqān/ „Dan siapa yang menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan
bersama diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-
orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Mereka itulah sebaik-baik teman‟.
(QS.4:69)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa barangsiapa yang menaati Allah dan Rasulnya mereka

akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah (nabi, para pecinta

kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih).

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


135

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

44. ْ َ‫ ف‬/ fadhlun /‟karunia‟, tercantum pada ayat 73 :


Kata ‫ض ٌلل‬

. ‫ ًَب‬ٞ‫ذ ٍَ َؼُٖ ٌْ فَؤَفُ٘ َص فَْ٘ ًصا َػ ِظ‬


ُ ْْ ‫ ُم‬َِْٜ‫ز‬ْٞ َ‫َب ى‬ٝ ‫َُْٔ ٍَ َ٘ ادحٌر‬ْٞ َ‫َْ ُن ٌْ َٗث‬ْٞ َ‫َقُ٘ىَ اِ َمؤ َ ُْ ىَ ٌْ رَ ُن ِْ ث‬َٞ‫هللاِ ى‬ َ َ‫َٗىَئِ ِْ أ‬
‫طبثَ ُن ٌْ فَؼْ ٌرو ٍَِِ ا‬

/ wa la`im `aṣābakum faḍlu m-mina allāhi layaqūlanna ka`a l-lam takun bainakum wa
bainahū mawaddatu y-yālaitanī kuntu ma‟ahum fa`afūza fauzan „aẓīman/ „Dan sungguh, jika
mendapat karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah dia mengatakan seakan-akan belum
pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia, “Wahai, sekiranya aku
bersama mereka, tentu aku akan memperoleh kemenangan yang agung (pula)‟. (QS.4:73)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa orang yang ikut dalam medan pertempuran akan

mendapatkan karunia kemenangan dari Allah.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


136

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulis an (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

45. Kalimat ‫ـ ُوىَ ا ْل َ َبحَ ال ُّد ًْ َب ثِ ْبا ِخ َ ِح‬


ْ َ َ‫ الَّي ِ ي‬/ alladzīna yashrūna al-ḥayāta ad-dunyā bi al-

ākhirati /‟orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan

akhirat‟, tercantum pada ayat 74 :

. ‫ ًَب‬ٞ‫َظ‬ ‫ ِو ا‬ِٞ‫ َعج‬ِٜ‫ُقَبرِوْ ف‬ٞ‫فَ ْي‬


‫ ِو ا‬ِٞ‫ َعج‬ِٜ‫ُقَبرِوْ ف‬ٝ ِْ ٍَ َٗ ۚ ‫ ِخ َش ِح‬ٟ‫َب ثِ ْب‬ّْٞ ‫َبحَ اى ُّذ‬ٞ‫َ ْششَُُٗ ْاى َح‬ٝ َِٝ‫هللاِ اىا ِز‬
ِ ‫ ِٔ أَجْ شً ا ػ‬ِٞ‫َ ْغيِتْ فَ َغْ٘ فَ ُّ ْئر‬ٝ َْٗ‫ُ ْقزَوْ أ‬َٞ‫هللاِ ف‬

/ wa ma y-yuqātil fī sabīli allāhi fayuqtal `au yaglib fasaufa nu`tīhi `ajrān „aẓīmān/ „Karena
itu, orang-orang yang menjual kehidupan dunia untuk (kehidupan) akhirat, hendaklah
berperang di jalan Allah. Dan siapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau
memperoleh kemenangan maka akan kami berikan pahala yang besar kepadanya‟. (QS.4:74)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penutur oleh Allah swt, pengirim oleh Malaikat Jibril, pendengar oleh Nabi dan Rasul

dan Penerima oleh Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa siapa saja yang menjual dunianya untuk akhiratnya maka

pahala besar baginya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


137

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulis an (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

46. Kalimat ‫ ُ ُّدىا َ ْ ِ َ ُ ْن‬/ kuffū aidiyakum /‟tahanlah tanganmu dari berperang‟,

tercantum pada ayat 77 :

‫َ ِخ‬ٞ‫بط مَخَ ْش‬ ‫ ٌر‬ٝ‫ ِٖ ٌُ ْاىقِزَب ُه اِ َرا فَ ِش‬ْٞ َ‫ت َػي‬


َ ‫َ ْخ َشْ٘ َُ اىْا‬ٝ ٌْ ُْْٖ ٍِ ‫ق‬ َ ِ‫ َُ٘ا اىظ َاالحَ َٗآرُ٘ا اى اض َمبحَ فَيَ اَب ُمز‬ِٞ‫َ ُن ٌْ َٗأَق‬ٝ‫ ِذ‬ْٝ َ‫ َو ىَُٖ ٌْ ُم ُّ٘ا أ‬ِٞ‫َِ ق‬ٝ‫ اىا ِز‬َٚ‫أَىَ ٌْ رَ َش اِى‬

ٰٚ َ‫ ٌرش ىِ ََ ِِ اراق‬ْٞ ‫ ِخ َشحُ َخ‬ٟ‫ ٌرو َٗ ْا‬ِٞ‫َب قَي‬ّْٞ ‫ع اى ُّذ‬ ‫ ٍة‬ٝ‫ أَ َج ٍةو قَ ِش‬ٰٚ َ‫َْب ْاىقِزَب َه ىَْ٘ ََل أَ اخشْ رََْب اِى‬ْٞ َ‫َخً ۚ َٗقَبىُ٘ا َسثاَْب ىِ ٌَ َمزَجْذَ َػي‬ٞ‫هللاِ أَْٗ أَ َش اذ َخ ْش‬
ُ ‫ت ۗ قُوْ ٍَزَب‬ ‫ا‬

ْ ُ‫َٗ ََل ر‬
ً ِ‫ظيَ ََُُ٘ فَز‬
.‫ال‬ٞ

/ `alam tara `ilā allāżīna qīla lahum kuffū `aidiyakum wa `aqīmū aṣ-ṣalāta wa `atū az-zakāta,
falammā kutiba „alaihimu al-qitālu `iżā farīqu m-minhum yakhsyauna an-nāsa kakhasyyati
allāhi `au `asyadda khasyyatan, wa qālū rabbanā lima katabta „alainā al-qitāla, lau lā `akh-
khartanā `ilā `ajalin qarībin, qul matā‟u ad-dunyā qalīlun, wa al-`ākhiratu khairu l-
limanittaqā, wa lā tuẓlamūna fatīlan/ „Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang
dikatakan kepada mereka, “Tahanlah tanganmu (dari berperang), laksanakanlah shalat dan
tunaikanlah zakat!” ketika mereka diwajibkan berperang, tiba-tiba sebagian mereka
(golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan
lebih takut (dari itu). Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa engkau wajibkan berperang
kepada kami? Mengapa tidak engkau tunda (kewajiban berperang) kepada kami beberapa
waktu lagi?” katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan di akhirat itu lebih baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


138

bagi orang-orang yang bertakwa (mendapat pahala turut berperang) dan kamu tidak akan
dizalimi sedikitpun”. (QS.4:77).

*orang yang menampakkan dirinya beriman dan minta izin berperang sebelum ada perintah

berperang.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya oleh Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa menegakkan shalat dan menunaikan zakat adalah sebuah

kewajiban dan sesungguhnya kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan di akhirat lebih

baik bagi orang-orang yang bertaqwa.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung perintah.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulis an (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


139

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pertanyaan (Interogatif).

47. Kata ‫ َح ِ ظًتب‬/ hafīzhan /‟pemelihara‟, tercantum pada ayat 80 :

َ ‫ فَ ََب أَسْ َع ْيَْب‬ٰٚ ‫هللاَ ۖ َٗ ٍَ ِْ رَ َ٘ىا‬


.‫ظًب‬ِٞ ‫ ِٖ ٌْ َح‬ْٞ َ‫ك َػي‬ ‫ُ ِط ِغ اى اشعُ٘ َه فَقَ ْذ أَؽَب َع ا‬ٝ ِْ ٍَ

/ ma y-yuṭi‟i ar-rasūla faqad `aṭā‟a allāha, wa man tawallā famā `arsalnāka „alaihim
ḥafīẓan/ „Barang siapa yang menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah
menaati Allah. Dan siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka (ketahuilah) kami tidak
mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka‟. (QS.4:80)

*Rasul tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan tidak menjamin

agar mereka tidak berbuat kesalahan.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa barangsiapa yang menaati Rasul maka mereka telah

menaati Allah dan begitu juga sebaliknya.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung perintah.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


140

Ayat ini diturunkan melalui tulis an (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan dan petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

48. Kalimat َ َ ْ ًَ ‫ َ رُ َ لَّي ُ ِ َّي‬/ lā tukallifu illa nafsaka /‟tidaklah kamu dibebani

melainkan dengan kewajiban kamu sendiri‟, tercantum pada ayat 84 :

ً ‫هللاُ أَ َش ُّذ ثَؤْعًب َٗأَ َش ُّذ رَ ْْ ِن‬


. ‫ال‬ٞ َ ْ‫ف ثَؤ‬
‫َِ َم َشُٗا ۚ َٗ ا‬ٝ‫ط اىا ِز‬ ‫َ ُن ا‬ٝ ُْ َ‫هللاُ أ‬
‫ ا‬ٚ‫َِ ۖ َػ َغ‬ٍِِْٞ ‫ع ْاى َُ ْئ‬ َ ‫هللاِ ََل رُ َنيافُ اِ اَل َّ ْ َغ‬
ِ ‫ل ۚ َٗ َح ِّش‬ ‫ ِو ا‬ِٞ‫ َعج‬ِٜ‫فَقَبرِوْ ف‬

/ faqātil fī sabīli allāhi, lā tukallafu `illā nafsaka waḥarriḍi al-mu`minīna, „asā allāhu `an y-
yakuffa ba`sa allażīna kafarū, wa allāhu `asyaddu ba`sā wa `asyaddu tankīlān/ „Maka
berperanglah engkau (Muhammad) di jalan Allah, engkau tidaklah dibebani melainkan atas
dirimu sendiri. Kobarkanlan (semangat) orang-orang yang beriman (untuk berperang).
Mudah-mudahan Allah menolak (mematahkan) serangan orang-orang kafir itu. Allah sangat
besar kekuatan (-Nya) dan sangat keras siksa (-Nya)‟.(QS.4:84).

*perintah berperang itu harus dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW,karena yang dibebani

adalah dirinya sendiri. Ayat ini berhubungan dengan keenggenan sebagian besar orang

Madinah untuk ikut berperang bersama Nabi ke Badar. Maka turunlah ayat ini yang

memerintahkan agar Nabi Muhammad SAW, pergi berperang walau sendirian saja.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


141

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa Allah memerintahkan untuk berperang dijalan-Nya dan

Allah sangat besar kekuatan-Nya dan sangat keras siksaan-Nya.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung peringatan.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulis an (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

49. Frase ‫ش َب َػخًت َح َ ٌَخًت‬


َ / syafāatan ḥasanatan /‟syafa‟at yang baik/ dan frase ‫س ِّلئَخًت‬
َ ‫ش َب َػخًت‬
َ /

syafāatan sayyiatan /‟syafaat yang buruk‟, tercantum pada ayat 85 :

‫َ ُن ِْ ىَُٔ ِم ْ ٌرو ٍِ َْْٖب ۗ َٗ َمبَُ ا‬ٝ ً‫ِّئَخ‬ٞ‫َ ْش َ ْغ َش َب َػخً َع‬ٝ ِْ ٍَ َٗ ۖ ‫تٌر ٍِ َْْٖب‬ٞ‫ظ‬
ْ ‫ ُم ِّو ش‬ٰٚ َ‫هللاُ َػي‬
. ‫زًب‬ِٞ‫ ٍةء ٍُق‬َٜ ِ َّ َُٔ‫َ ُن ِْ ى‬ٝ ً‫َ ْش َ ْغ َش َب َػخً َح َغَْخ‬ٝ ِْ ٍَ

/ ma y-yasyfa‟ syafā‟atan ḥasanata yaku al-lahū naṣību minhā, wama yasyfa‟ syafā‟atan
sayyi`ata yaku al-lahū kiflu minhā, wakāna allāhu „alā kulli syai`i muqītan/ „Barang siapa
yang memberi pertolongan dengan pertolongan yang baik, niscaya dia akan memperoleh
bagian (pahala) nya. Dan barang siapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang
buruk, niscaya dia akan memikul bagian dari (dosa) nya. Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu‟. (QS.4:85)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


142

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa siapa saja yang memberikan pertolongan dengan

pertolongan yang baik, niscaya dia akan memperoleh pahala, dan siapa saja yang

memberi pertolongan yang buruk niscaya dia akan memikul dosanya.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung peringatan.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulis an (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

50. Kata ‫ فِئَزَ ْ ِي‬/ fiataini /‟dua golongan‟, tercantum pada ayat 88 :

‫ُؼْ يِ ِو ا‬ٝ ِْ ٍَ َٗ ۖ ُ‫هللا‬


ً ِ‫هللاُ فَيَ ِْ رَ ِ َذ ىَُٔ َعج‬
.‫ال‬ٞ َ َ‫ ُذَُٗ أَ ُْ رَ ْٖذُٗا ٍَ ِْ أ‬ٝ‫هللاُ أَسْ َم َغُٖ ٌْ ثِ ََب َم َغجُ٘ا ۚ أَرُ ِش‬
‫ػ او ا‬ ‫ ِِ َٗ ا‬ْٞ َ‫َِ فِئَز‬ِٞ‫ ْاى ََُْبفِق‬ِٜ‫فَ ََب ىَ ُن ٌْ ف‬

/ famā lakum fī al-munāfiqīna fi`ataini wa allāhu `arkasahum bimā kasabū, `aturīdūna tahdū
man `aḍalla allāhu, wa ma y-yuḍlili allāhu falan tajidalahū sabīlan/ „Maka mengapa kamu
(terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah
telah mengembalikan mereka (kepada kekafiran), disebabkan usaha mereka sendiri? Apakah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


143

kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang yang telah dibiarkan sesat oleh Allah?
Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, kamu tidak akan mendapatkan jalan (untuk
memberi petunjuk) baginya‟.(QS.4:88)

*Golongan orang mukmin yang membela orang munafik dan golongan orang mukmin yang

memusuhi mereka.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa siapa saja yang sesat dijalan Allah maka tidak akan

mendapatkan jalan lain untuk kita memberi petunjuk baginya.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung peringatan.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulis an (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


144

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pertanyaan (Interogatif).

51. ‫ ِه ضَب ٌل‬/ mīṡāqun (perjanjian). Tercantum pada ayat 90 :


Kata ‫ا‬

‫ُقَبرِيُ٘ا قَْ٘ ٍَُٖ ٌْ ۚ َٗىَْ٘ شَب َء ا‬ٝ َْٗ‫ُقَبرِيُ٘ ُم ٌْ أ‬ٝ ُْ َ‫طذُٗ ُسُٕ ٌْ أ‬
ُ‫هللا‬ ِ ‫ق أَْٗ َجب ُءٗ ُم ٌْ َح‬
ْ ‫ظ َش‬
ُ ‫د‬ ِ َٝ َِٝ‫اِ اَل اىا ِز‬
‫ضَب ٌر‬ٍِٞ ٌْ َُْْٖٞ َ‫َْ ُن ٌْ َٗث‬ْٞ َ‫ قَْ٘ ٍةً ث‬ٰٚ َ‫ظيَُُ٘ اِى‬

‫ ُن ٌُ اى اغيَ ٌَ فَ ََب َج َؼ َو ا‬ْٞ َ‫ُقَبرِيُ٘ ُم ٌْ َٗأَ ْىقَْ٘ ا اِى‬ٝ ٌْ َ‫ ُن ٌْ فَيَقَبرَيُ٘ ُم ٌْ ۚ فَب ِ ُِ ا ْػزَ َضىُ٘ ُم ٌْ فَي‬ْٞ َ‫ىَ َغياطَُٖ ٌْ َػي‬
ً ِ‫ ِٖ ٌْ َعج‬ْٞ َ‫هللاُ ىَ ُن ٌْ َػي‬
.‫ال‬ٞ

/ `illā allażīna yaṣilūna `ilā qaumin bainakum wa bainahum m-mīṡāqun `aujā`ūkum ḥaṣirat
ṣudūruhum `ay-yuqātilūkum `au yuqātilū qaumahum, wa lau syā`a allāhu lasallaṭahum
„alaikum falaqātalūkum, fa`ini‟tazalūkum falam yuqātilūkum wa `alqaū `ilaikumu as-salama,
famā ja‟ala allāhu lakum „alaihim sabīlan/ „Kecuali orang-orang yang meminta
perlindungan kepada suatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian
(damai) atau orang yang datang kepadamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk
memerangi kaumnya. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya diberikan-Nya kekuasaan
kepada mereka (dalam) menghadapi kamu, maka pastilah mereka memerangimu. Tetapi jika
mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangimu serta menawarkan perdamaian
kepadamu (menyerah) maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan
membunuh) mereka‟.(QS.4:90)

*ayat ini menjadi dasar hukum suaka

*Tidak memihak dan telah mengadakan hubungan dengan kaum muslimin.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa adanya perdamaian antara dua kaum dalam berperang.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


145

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulis an (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

52. Kata ‫ َو ِد َخٌل‬/ wadiyatun /‟diyat‟, tercantum pada ayat 92 :

‫َ ا‬ٝ ُْ َ‫ أَ ْٕيِ ِٔ اِ اَل أ‬ٰٚ َ‫َخٌر ٍُ َغيا ََخٌر اِى‬ٝ‫ ُش َسقَجَ ٍةخ ٍُ ْئ ٍَِْ ٍةخ َٗ ِد‬ٝ‫َ ْقزُ َو ٍُ ْئ ًٍِْب اِ اَل َخطَؤ ً ۚ َٗ ٍَ ِْ قَزَ َو ٍُ ْئ ًٍِْب َخطَؤ ً فَزَحْ ِش‬ٝ ُْ َ‫َٗ ٍَب َمبَُ ىِ َُ ْئ ٍِ ٍةِ أ‬
ُْ ِ‫ظ اذقُ٘ا ۚ فَب‬

‫ ُش‬ٝ‫ أَ ْٕيِ ِٔ َٗرَحْ ِش‬ٰٚ َ‫َخٌر ٍُ َغيا ََخٌر اِى‬ٝ‫ق فَ ِذ‬


‫ضَب ٌر‬ٍِٞ ٌْ َُْْٖٞ َ‫َْ ُن ٌْ َٗث‬ْٞ َ‫ ُش َسقَجَ ٍةخ ٍُ ْئ ٍَِْ ٍةخ ۖ َٗاِ ُْ َمبَُ ٍِ ِْ قَْ٘ ٍةً ث‬ٝ‫َمبَُ ٍِ ِْ قَْ٘ ٍةً َػ ُذ ٍّٗ ىَ ُن ٌْ َُٕٗ َ٘ ٍُ ْئ ٍِ ٌرِ فَزَحْ ِش‬

. ‫ ًَب‬ٞ‫ ًَب َح ِن‬ِٞ‫هللاُ َػي‬ ‫ ِِ رَْ٘ ثَخً ٍَِِ ا‬ْٞ ‫ ِِ ٍُزَزَبثِ َؼ‬ْٝ ‫َب ًُ َش ْٖ َش‬ٞ‫ظ‬
‫هللاِ ۗ َٗ َمبَُ ا‬ ِ َ‫َ ِ ْذ ف‬ٝ ٌْ َ‫َسقَجَ ٍةخ ٍُ ْئ ٍَِْ ٍةخ ۖ فَ ََ ِْ ى‬

/ wa mā kāna limu`minin `ay-yaqtula mu`minan `illā khaṭa`an, wa man qatala mu`minan


khaṭa`an fataḥrīru raqabati m-mu`minati w-wadiyatu m-musallamatun `ilā `ahlihī `illā `ay-
yaṣṣaddaqū, fa`in kāna min qaumin „aduwi l-lakum wa huwa mu`minun fataḥrīru raqabati
m-mu`minatin, wa`in kāna min qaumin bainakum wa bainahum mīṡāqun fadiyatu m-
musallamatun `ilā `ahlihī wa taḥrīru raqabati m-mu`minatin, fala l-lam yajid faṣiyāmu
syahraini mutatā bi‟aini, taubata m-mina allāhi, wakāna allāhu „alīman ḥakīman/ „Dan bagi
seorang yang beriman, tidak patut membunuh seorang yang beriman (yang lain), kecuali
karena tersalah (tidak sengaja). Siapa yang membunuh seorang yang beriman karena
tersalah (hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta
(membayar) tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si pembunuh itu), kecuali jika
mereka (keluarga terbunuh) membebaskan pembayaran. Jika dia (si terbunuh) dari kaum
yang memusuhimu, padahal dia orang beriman, maka (hendaklah si pembunuh)
memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Dan jika dia (si terbunuh) dari kaum (kafir)
yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh)
diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang
beriman. Siapa yang tidak mendapatkan (hamba sahaya), maka hendaklah dia (si pembunuh)
berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai taubat kepada Allah. Dan Allah Maha
Mengetahui, Mahabijaksana‟.(QS.4:92)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


146

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi tentang balasan bagi seorang yang beriman membunuh seorang

yang beriman yang lain.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulis an (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

53. Kalimat ‫ض َل َّي ُ ا ْل ُو َ ب ِه ِ يَ ثِأ َ ْه َىالِ ِه ْن َو َ ًْ ُ ِ ِه ْن َػلَ ا ْل َب ِػ ِ يَ َد َا َاخًت‬


‫ فَ َّي‬/ faddhala allāhu al-

mujāhidīna biamwālihim waanfusihim „alā al-qā‟idīna darajatan (Allah

melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-

orang yang duduk). Tercantum pada ayat 95 :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


147

َِٝ‫هللاُ ْاى َُ َ ب ِٕ ِذ‬ ‫هللاِ ثِؤ َ ٍْ َ٘اىِ ِٖ ٌْ َٗأَ ّْ ُ ِغ ِٖ ٌْ ۚ فَ ا‬


‫ؼ َو ا‬ ‫ اى ا‬ِٜ‫ ُش أُٗى‬ْٞ ‫َِ َغ‬ٍِِْٞ ‫ ْاىقَب ِػ ُذَُٗ ٍَِِ ْاى َُ ْئ‬َِٛ٘ ‫َ ْغز‬ٝ ‫ََل‬
‫ ِو ا‬ِٞ‫ َعج‬ِٜ‫ؼ َش ِس َٗ ْاى َُ َ ب ِٕ ُذَُٗ ف‬

.‫ ًَب‬ٞ‫َِ أَجْ ًشا َػ ِظ‬ٝ‫ ْاىقَب ِػ ِذ‬َٚ‫َِ َػي‬ٝ‫هللاُ ْاى َُ َ ب ِٕ ِذ‬ ‫َِ َد َس َجخً ۚ َٗ ُم ًّال َٗ َػ َذ ا‬ٝ‫ ْاىقَب ِػ ِذ‬َٚ‫ثِؤ َ ٍْ َ٘اىِ ِٖ ٌْ َٗأَ ّْ ُ ِغ ِٖ ٌْ َػي‬
‫ ۚ َٗفَ ا‬َٰٚ ْ‫هللاُ ْاى ُح ْغ‬
‫ؼ َو ا‬

/ lā tastawī al-qā‟idūna min al-mu`minīna gairu `ūlī aḍ-ḍarari wa al-mujāhidūna fī sabīli


allāhi bi`amwālihim wa `anfusihim, faḍḍala allāhu al-mujāhidīna bi`amwālihim wa
`anfusihim „alā al-qā‟idīna darajatan, wa kulla w-wa‟ada allāhu al-ḥusnā, wa faḍḍala allāhu
al-mujāhidīna „alā al-qā‟idīna `ajrān „aẓīmān/ „Tidaklah lama antara orang beriman yang
duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang
yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang
tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan
Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang
besar‟.(QS.4:95)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad

dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa

halangan).

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulis an (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


148

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

54. ‫ ُاٌَ ٌل‬/ junāḥun /‟tidaklah berdosa‟, tercantum pada ayat 101 :
Kata ‫با‬

ٌْ ‫َِ َمبُّ٘ا ىَ ُن‬ٝ‫َِ َم َشُٗا ۚ اِ اُ ْاى َنبفِ ِش‬ٝ‫َ ْزَِْ ُن ٌُ اىا ِز‬ٝ ُْ َ‫ظشُٗا ٍَِِ اىظ َاال ِح اِ ُْ ِخ ْزُ ٌْ أ‬
ُ ‫ ُن ٌْ ُجَْب ٌرح أَ ُْ رَ ْق‬ْٞ َ‫ْظ َػي‬ ِ ْ‫ ْاألَس‬ِٜ‫ػ َش ْثزُ ٌْ ف‬
َ َٞ‫ع فَي‬ َ ‫َٗاِ َرا‬

.‫ًْب‬ِٞ‫َػ ُذ ًّٗا ٍُج‬

/ wa `iżā ḍarabtum fī al-`rḍi falaisa „alaikum junāḥun `an taqṣurū mina aṣ-ṣalāti, `in khiftum
`ay-yaftinakumu allażīna kafarū, `inna al-kāfirīna kānū lakum „aduwwā m-mubīnan/ „Dan
apabila kamu bepergian di bumi, maka tidaklah berdosa kamu mengqashar shalat, jika kamu
takut diserang orang kafir. Sesungguhnya orang kafir itu adalah musuh yang nyata
bagimu‟.(QS.4:101)

*menurut pendapat jumhur arti Qasar di sini ialah shalat yang empat rakaat dijadikan dua

rakaat.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi tentang diperbolehkannya meng-qashar shalat untuk

menghindari serangan kaum kafir.

4. A = Act Sequences

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


149

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulis an (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

55. Kalimat ‫ص ًَلحَ َ بًَذْ َػلَ ا ْل ُوؤْ ِهٌِ يَ ِزَبثًتب َه ْىقُىرًتب‬


‫ ىَّي ال َّي‬/ inna as-ṣalāta kānat „alā al-muˋminīna

kitāban mauqūtan /‟sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan

waktunya atas orang-orang yang beriman‟, tercantum pada ayat 103 :

ْ ّ‫ َُ٘ا اىظ َاالحَ ۚ اِ اُ اىظ َاالحَ َمب‬ِٞ‫اؽ ََؤَّْ ْْزُ ٌْ فَؤَق‬


ٍَِِِْٞ ‫ ْاى َُ ْئ‬َٚ‫َذ َػي‬ ْ ‫ ُجُْ٘ثِ ُن ٌْ ۚ فَب ِ َرا‬ٰٚ َ‫َب ًٍب َٗقُؼُ٘دًا َٗ َػي‬ِٞ‫هللاَ ق‬
‫زُ ٌُ اىظ َاالحَ فَ ْبر ُمشُٗا ا‬ْٞ ‫ؼ‬
َ َ‫فَب ِ َرا ق‬

.‫ِمزَبثًب ٍَْ٘ قُ٘رًب‬

/ fa`iżā qaḍaitumu aṣ-ṣalāta fāżkurū allāha qiyāmā w-waqu‟ūdā w-wa „alā junūbikum,
fa`iżāṭma`nantum fa`aqīmū aṣ-ṣalāta, `inna aṣ-ṣalāta kānat „alā al-mu`minīna kitābā m-
mauqūtan/ „Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah
ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah
merasa aman, maka laksanakanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, shalat itu
adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman‟.(QS.4:103)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


150

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi tentang kewajiban shalat 5 waktu.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulis an (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

56. Kata ‫ رَ ِهٌُىا‬/ tahinū /‟berhati lemah‟, tercantum pada ayat 104 :

‫َؤْىَ ََُُ٘ َم ََب رَؤْىَ ََُُ٘ ۖ َٗرَشْ جَُُ٘ ٍَِِ ا‬ٝ ٌْ ُٖ‫ ا ْثزِغَب ِء ْاىقَْ٘ ًِ ۖ اِ ُْ رَ ُنُّ٘٘ا رَؤْىَ ََُُ٘ فَبِّا‬ِٜ‫َٗ ََل رَ ُِْٖ٘ا ف‬
‫َشْ جَُُ٘ ۗ َٗ َمبَُ ا‬ٝ ‫هللاِ ٍَب ََل‬
. ‫ ًَب‬ٞ‫ ًَب َح ِن‬ِٞ‫هللاُ َػي‬

/ wa lā tahinū fībtigā`i al-qaumi, `in takūnū ta`lamūna fa`innahum ya`lamūna kamā


ta`lamūna, wa tarjūna min allāhi mā lā yarjūna, wa kāna allāhu „alīman ḥakīman/ „Dan
janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita
kesakitan, maka ketahuilah mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu
rasakan, sedang kamu masih dapat mengharapkan dari Allah apa yang tidak dapat mereka
harapkan. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana‟.(QS.4:104)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


151

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa janganlah berhati lemah kepada musuh, dan saat kita

kesakitan masih bisa berharap kepada Allah sedangkan mereka tidak.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulis an (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

57. Frase ‫ َخ َّيىاًًتب َصِ ًتوب‬/ khawwānan aṡīman /‟bergelimang dosa‟, tercantum pada ayat

107:

.‫ ًَب‬ِٞ‫ُ ِحتُّ ٍَ ِْ َمبَُ َخ٘ااًّب أَص‬ٝ ‫هللاَ ََل‬


‫َ ْخزَبَُُّ٘ أَ ّْ ُ َغُٖ ٌْ ۚ اِ اُ ا‬ٝ َِٝ‫َٗ ََل رُ َ ب ِدهْ َػ ِِ اىا ِز‬

/ wa lā tujādil „ani allażīna yakhtānūna `anfusahum, `inna allāha lā yuḥibbu man kāna
khawwānan `aṡīman/ „Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


152

mengkhianati dirinya. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat
dan bergelimang dosa‟.(QS.4:107)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa janganlah berdebat untuk membela seorang pengkhianat

karena Allah tidak menyukai orang-orang berkhianat dan bergelimang dosa.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


153

58. Kalimat ِ ‫َّي‬ َ‫ا َو َ َ ْ زَ ْ ُىىَ ِهي‬


ِ ‫ َ ْ زَ ْ ُىىَ ِهيَ الٌَّيب‬/ yastaghfūna min an-nāsi walā

yastaghfūna min allāhi /‟mereka bersembunyi dari manusia tetapi mereka tidak

bersembunyi dari Allah‟, tercantum pada ayat 108 :

‫ ٍَِِ ْاىقَْ٘ ِه ۚ َٗ َمبَُ ا‬ٰٚ ‫ػ‬


. ‫طًب‬ٞ‫َ ْؼ ََيَُُ٘ ٍُ ِح‬ٝ ‫هللاُ ثِ ََب‬ َ ْ‫َش‬ٝ ‫ِّزَُُ٘ ٍَب ََل‬َٞ‫ُج‬ٝ ‫هللاِ َُٕٗ َ٘ ٍَ َؼُٖ ٌْ اِ ْر‬
‫َ ْغز َْخ َُُ٘ ٍَِِ ا‬ٝ ‫بط َٗ ََل‬
ِ ‫َ ْغز َْخ َُُ٘ ٍَِِ اىْا‬ٝ

/ yastakhfūna mina an-nāsi wa lā yastakhfūna mina allāhi wa huwa ma‟ahum `iżyubayyitūna


mā lā yarḍā mina al-qauli, wa kāna allāhu bimā ya‟malūna muḥīṭān/ „Mereka dapat
bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak dapat bersembunyi dari Allah, karena Allah
beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak
diridhoi-Nya. Dan Allah Maha Meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan‟.(QS.4:108)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 kompoter tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa mereka dapat bersembunyi dari manusia namun tidak

dapat bersembunyi dari Allah karena Allah selalu bersama mereka.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung ancaman.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulis an (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


154

Merupakan bentuk pesan yang mengandung peringatan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

59. Kata ‫ ًَ ْ َىا‬/ najwā /‟bisikan‟, tercantum pada ayat 114 :

‫د ا‬
َ‫هللاِ فَ َغْ٘ ف‬ َ ِ‫َ ْ َؼوْ ٰ َرى‬ٝ ِْ ٍَ َٗ ۚ ‫بط‬
َ ْ‫ل ا ْثزِغَب َء ٍَش‬
ِ ‫ػب‬ ‫ُٗف أَْٗ اِطْ َال ٍة‬
ِ ‫َِ اىْا‬ْٞ َ‫ح ث‬ ‫ظ َذقَ ٍةخ أَْٗ ٍَ ْؼش ٍة‬
َ ِ‫ش ٍِ ِْ َّ ْ َ٘إُ ٌْ اِ اَل ٍَ ِْ أَ ٍَ َش ث‬ٞ
‫ َمضِ ٍة‬ِٜ‫ َش ف‬ْٞ ‫ََل َخ‬

.‫ ًَب‬ٞ‫ ِٔ أَجْ ًشا َػ ِظ‬ِٞ‫ُّ ْئر‬

/ lā khaira fī kaṡīri min najwāhum `illā man `amara biṣadaqatin `au ma‟rūfin `au `iṣlāḥin
baina an-nāsi, wa man yaf‟al żālikabtigā`a marḍāti allāhi fasaufa nu`tīhi `ajran „aẓīman/
„Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia
dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan
perdamaian di antara manusia. Siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhoan
Allah, maka kelak kami akan memberinya pahala yang besar‟.(QS.4:114)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa siapa saja yang berbuat kebaikan karena mencari

keridhaan Allah, maka kelak akan diberi pahala yang besar.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


155

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulis an (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

60. Kata ‫ ًَِبصًتب‬/ ināṡan /‟Berhala‟, tercantum pada ayat 117 :

.‫ذًا‬ٝ‫طَبًّب ٍَ ِش‬ْٞ ‫َ ْذ ُػَُ٘ اِ اَل َش‬ٝ ُْ ِ‫َ ْذ ُػَُ٘ ٍِ ِْ دُِّٗ ِٔ اِ اَل اَِّبصًب َٗا‬ٝ ُْ ِ‫ا‬

/ `iy-yad‟ūna min dūnihī `illā `ināṡan, wa `iy-yad‟ūna `illā syaiṭānā m-marīdan/ „Yang
mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah inasan (berhala), dan mereka tidak lain
hanyalah menyembah setan yang durhaka‟.(QS.4:117)

*makna asal dari kata ināṡan ialah perempuan-perempuan. Patung-patung berhala yang

disembah Arab Jahiliyah itu biasanya diberi nama dengan nama-nama perempuan sebagai al-

Lāta, al-Uzza, dan Manah. Dapat juga berarti disini orang-orang mati, benda-benda yang

tidak berjenis, dan benda-benda yang lemah.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


156

Memberikan informasi bahwa benda yang disembah selain Allah hanyalah setan yang

durhaka.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

61. Frase ‫ ثِأ َ َهبًِ ِّل ُ ْن‬/ biamāniyyikum /‟dengan angan-anganmu yang kosong‟, tercantum

pada ayat 123 :

ِ َّ ‫ًّب َٗ ََل‬ِٞ‫هللاِ َٗى‬


. ‫ ًشا‬ٞ‫ظ‬ ِ ‫ أَ ْٕ ِو ْاى ِنزَب‬ِّٜ ِّ‫ِّ ُن ٌْ َٗ ََل أَ ٍَب‬ِّٞ‫ْظ ثِؤ َ ٍَب‬
‫َ ِ ْذ ىَُٔ ٍِ ِْ دُٗ ُِ ا‬ٝ ‫ُ ْ َض ثِ ِٔ َٗ ََل‬ٝ ‫َ ْؼ ََوْ عُ٘ ًءا‬ٝ ِْ ٍَ ۗ ‫ة‬ َ َٞ‫ى‬

/ laisa bi`amāniyyikum wa lā `amāniyyi `ahli al-kitābi, may-ya‟mal sū`ā yujzabihī, wa lā


yajid lahū min dūni allāhi waliyyā wa lā naṣīran/ „(Pahala dari Allah) itu bukanlah angan-
anganmu dan bukan (pula) angan-angan Ahli kitab. Barang siapa mengerjakan kejahatan,
niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu, dan dia tidak akan mendapatkan
pelindung dan penolong selain Allah‟.(QS.4:123)

*”mu” dalam angan-anganmu disini ada yang mengartikan dengan kaum muslimin dan ada

pula mengartikan kaum musyrikin. Maksudnya pahala di akhirat bukanlah menuruti angan-

angan dan cita-cita mereka tetapi sesuai dengan ketentuan agama.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


157

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa siapa saja yang melakukan kejahatan, niscaya akan

dibalas sesuai dengan kejahatan itu, dan dia tidak akan mendapatkan perlindungan dan

penolong dari Allah.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung ancaman.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

62. Frase ‫ ُ ْزِ ُ ْن‬/ yuftīkum /‟fatwa kepadamu‟, tercantum pada ayat 127 :

ِ ‫ ْاى ِنزَب‬ِٜ‫ ُن ٌْ ف‬ْٞ َ‫ َػي‬ٰٚ َ‫ُ ْزي‬ٝ ‫ ِٖ اِ َٗ ٍَب‬ِٞ‫ ُن ٌْ ف‬ِٞ‫ُ ْز‬ٝ ُ‫هللا‬
‫ اىِّْ َغب ِء ا‬ٍَٚ ‫َزَب‬ٝ ِٜ‫ة ف‬
َ ِ‫ ََل رُ ْئرَُّٖ٘ اُِ ٍَب ُمز‬ِٜ‫اىالر‬
ُِ‫ت ىَٖ ا‬ ‫ اىِّْ َغب ِء ۖ قُ ِو ا‬ِٜ‫ل ف‬
َ َُّ٘‫َ ْغزَ ْز‬َٝٗ

‫ ٍةْش فَب ِ اُ ا‬ٞ‫ ثِ ْبىقِ ْغ ِؾ ۚ َٗ ٍَب رَ ْ َؼيُ٘ا ٍِ ِْ َخ‬ٰٚ ٍَ ‫َزَب‬ٞ‫َِ ٍَِِ ْاى ِ٘ ْىذَا ُِ َٗأَ ُْ رَقُ٘ ٍُ٘ا ىِ ْي‬ِٞ ‫َٗرَشْ َغجَُُ٘ أَ ُْ رَ ْْ ِنحُٕ٘ اُِ َٗ ْاى َُ ْغزَؼْ َؼ‬
.‫ ًَب‬ِٞ‫هللاَ َمبَُ ثِ ِٔ َػي‬

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


158

/ wa yastaftūnaka fī an-nisā`i, kuli allāhu yuftīkum fīhinna, wa mā yutlā „alaikum fī al-kitābi


fī yatāmā an-nisā`i allātī lā tu`tū nahunna mā kutiba lahunna wa targabūna `an
tankiḥūhunna wa al-mustḍ‟afīna mina al-wildāni, wa `an taqūmū lilyatāmā bilqisṭi, wa mā
taf‟alū min khairin fa`inna allāha kāna bihī „alīman/ „Dan mereka meminta fatwa kepadamu
tentang perempuan. Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa
yang dibacakan kepadamu dalam Al-Qur‟an (juga menfatwakan) tentang para perempuan
yatim yang tidak kamu berikan sesuatu (maskawin) yang ditetapkan untuk mereka, sedang
kamu ingin menikahi mereka dan (tentang) anak-anak yang masih dipandang lemah. Dan
(Allah menyuruh kamu) agar mengurus anak-anak yatim secara adil. Dan kebajikan apa pun
yang kamu kerjakan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui‟.(QS.4:127)

*keterangan tentang ayat diatas menjelaskan tentang mas kawin sama dengan surat an-Nisā‟

(4) : 2 dan 3.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi tentang pemberian maskawin kepada perempuan yatim dan

anjuran mengurus anak yatim secara adil.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


159

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

63. َ ْ‫ ُ ًّتًل ِهي‬/ kullan min sa‟atihi /‟kecukupan kepada masing-masing dari
Kalimat ِ ِ‫س َؼز‬

limpahan karunianya‟, tercantum pada ayat 130 :

‫هللاُ ُم ًّال ٍِ ِْ َع َؼزِ ِٔ ۚ َٗ َمبَُ ا‬


.‫ ًَب‬ٞ‫هللاُ َٗا ِعؼًب َح ِن‬ ‫ُ ْغ ِِ ا‬ٝ ‫َزَ َ اشقَب‬ٝ ُْ ِ‫َٗا‬

/ wa `iy-yatafarraqā yugni allāhu kullā \min sa‟atihī, wa kāna allāhu wāsi‟an ḥakīmān/ „Dan
jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masing dari
karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya), Mahabijaksana‟.(QS.4:130)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa apabila mereka bercerai maka Allah akan mencukupkan

kepada masing-masing dari karunianya karena Allah maha luas.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


160

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

64. Kalimat ُ ِ ‫ رَ ْل ُىوا َ ْو رُ ْؼ‬/ talwū au tu‟ridhū /‟memutarbalikkan kata-kata‟,


‫اىا‬

tercantum pada ayat 135 :

ٰٚ َ‫بَّللُ أَْٗ ى‬
‫شً ا فَ ا‬ِٞ‫ًّب أَْٗ فَق‬ِْٞ‫َ ُن ِْ َغ‬ٝ ُْ ِ‫َِ ا‬ِٞ‫ ِِ َٗ ْاألَ ْق َشث‬ْٝ ‫ أَ ّْ ُ ِغ ُن ٌْ أَ ِٗ ْاى َ٘اىِ َذ‬ٰٚ َ‫َِ ثِ ْبىقِ ْغ ِؾ ُشَٖذَا َء ِ اَّللِ َٗىَْ٘ َػي‬ٍِٞ ‫َِ آ ٍَُْ٘ا ُمُّ٘٘ا قَ٘اا‬ٝ‫َُّٖب اىا ِز‬َٝ‫َب أ‬ٝ

ِ ‫ أَ ُْ رَ ْؼ ِذىُ٘ا ۚ َٗاِ ُْ ر َْي ُ٘ٗا أَْٗ رُؼ‬ٰٙ َ٘ َٖ‫ثِ ِٖ ََب ۖ فَ َال رَزاجِؼُ٘ا ْاى‬
‫ْشػُ٘ا فَب ِ اُ ا‬
. ‫ ًشا‬ِٞ‫هللاَ َمبَُ ثِ ََب رَ ْؼ ََيَُُ٘ َخج‬

/ yā`ayyuhā allażīna `āmanū kūnū qawwāmīna bilqisṭi syuhadā`a lillāhi wa lau „alā
`anfusikum `awi al-wālidaini wa al-`aqrabīna, `iy-yakun ganiyyan `au faqīran fā allāhu `aulā
bihimā, falā tattabi‟ū al-hawā `an ta‟dilū, wa `in talwū `au tu‟riḍū fa`inna allāha kāna bimā
ta‟malūna khabīrān/ „Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan
kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu
kerjakan‟.(QS.4:135)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


161

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi untuk tidak mengikuti hawa nafsu hanya karena ingin

menyimpang dari kebenaran.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung petunjuk.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulis an (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

65. Kalimat ‫ َزَّي ِ ُ وىَ ا ْل َ بفِ ِ يَ َ ْولِ َب َء‬/ yattakhiŻūna al-kāfirīna auliyāa /‟mengambil orang-

orang kafir menjadi teman-teman penolong‟, tercantum pada ayat 139 :

.‫ؼًب‬َِٞ ‫َ ْجزَ ُغَُ٘ ِػ ْْ َذُٕ ٌُ ْاى ِؼ اضحَ فَب ِ اُ ْاى ِؼ اضحَ ِ اَّللِ َج‬َٝ‫َِ ۚ أ‬ٍِِْٞ ‫َب َء ٍِ ِْ دُٗ ُِ ْاى َُ ْئ‬ِٞ‫َِ أَْٗ ى‬ٝ‫َزا ِخ ُزَُٗ ْاى َنبفِ ِش‬ٝ َِٝ‫اىا ِز‬

/ allażīna yattakhiżūna al-kāfirīna `auliyā`a min dūni al-mu`minīna, `ayabtagūna „indahumu


al-„izzata fa`inna al-„izzata lillāhi jamī‟ān/ „(Yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-
orang kafir sebagai pemimpin sengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka
mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik
Allah‟.(QS.4:139)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


162

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi untuk orang-orang yang berusaha menjadikan orang-orang kafir

sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin dengan tujuan mencari

kekuatan dari orang-orang kafir padahal kekuatan itu hanya milik Allah.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung ancaman.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pertanyaan (Interogatif).

66. Kalimat ‫ َو ُه َى َخب ِد ُػ ُه ْن‬/ wa huwa khādiuhum /‟dan Allah akan membalas tipuan

mereka (orang-orang munafik)‟, tercantum pada ayat 142 :

‫َ ْز ُمشَُُٗ ا‬ٝ ‫بط َٗ ََل‬


ً ِ‫هللاَ اِ اَل قَي‬
.‫ال‬ٞ ‫ُ َخب ِد ُػَُ٘ ا‬ٝ َِِٞ‫اِ اُ ْاى ََُْبفِق‬
َ ‫ُ َشاءَُُٗ اىْا‬ٝ ٰٚ َ‫ اىظ َاال ِح قَب ٍُ٘ا ُم َغبى‬َٚ‫هللاَ َُٕٗ َ٘ َخب ِد ُػُٖ ٌْ َٗاِ َرا قَب ٍُ٘ا اِى‬

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


163

/ `inna al-munāfiqīna yukhādi‟ūna allāha wa huwa khādi‟uhum, wa `iżā qāmū `ilā aṣ-ṣalāti
qāmū kusālā, yurā‟ūna an-nāsa wa lā yażkurūna allāha `illā qalīlān/ „Sesungguhnya orang
munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka
berdiri untuk shalat mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya (ingin dipuji) di
hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali‟.(QS.4:142)

*pada ayat ini Allah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka

dilayani seperti melayani para mukmin. Dalam pada itu Allah telah menyediakan neraka buat

mereka sebagai pembalasan sebagai tipuan mereka itu.

*Mereka shalat hanya sekali-kali saja, yaitu apabila mereka berada di hadapan orang.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi tentang orang munafik, apabila mereka berdiri untuk shalat

mereka lakukan dengan malas. Mereka melakukan itu bermaksud ingin dipuji di

hadapan manusia sedangkan mengingat Allah hanya sedikit sekali.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung peringatan.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


164

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

67. ْ َ‫ فِ ال َّْيا ِ ْاا‬/ fi ad-darki al-asfali min an-nāri /‟pada tingkatan


Kalimat ‫س َ ِل ِهيَ الٌَّيب ِا‬

yang paling bawah dari neraka‟, tercantum pada ayat 145 :

ِ ‫ك ْاألَ ْع َ ِو ٍَِِ اىْا‬


ِ َّ ٌْ َُٖ‫بس َٗىَ ِْ رَ ِ َذ ى‬
.‫ ًشا‬ٞ‫ظ‬ ِ ْ‫ اىذاس‬ِٜ‫َِ ف‬ِٞ‫اِ اُ ْاى ََُْبفِق‬

/ `inna al-munāfiqīna fī ad-darki al`aspali mina an-nāri, wa lan tajida lahum naṣīran/
„Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari
neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka‟.(QS.4:145)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan

yang paling bawah dari neraka dan tidak akan mendapatkan seorang penolongpun.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung peringatan.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


165

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

68. ‫ ال ُّد‬/ at-Thūra /‟Thur‟, tercantum pada ayat 154 :


Kata ‫طى َا‬

.‫ظًب‬ِٞ‫ضَبقًب َغي‬ٍِٞ ٌْ ُْْٖ ٍِ ‫ذ َٗأَ َخ ْزَّب‬


ِ ‫ اى اغ ْج‬ِٜ‫بة ُع ا ذًا َٗقُ ْيَْب ىَُٖ ٌْ ََل رَ ْؼذُٗا ف‬
َ َ‫ضَبقِ ِٖ ٌْ َٗقُ ْيَْب ىَُٖ ٌُ ا ْد ُخيُ٘ا ْاىج‬َِٞ ِ‫اىط٘ َس ث‬
ُّ ٌُ َُٖ‫َٗ َسفَ ْؼَْب فَْ٘ ق‬

/ wa rafa‟nā fauqahumu aṭṭūra bimīṡāqihim wa qulnā lahumudkhulū al-bāba sujjadā w-wa


qulnā lahum lā ta‟dū fī as-sabti wa `akhażnā minhum m-mīṡāqan galīẓan/ „Dan kami angkat
gunung (Sinai) di atas mereka untuk (menguatkan) perjanjian mereka. Dan kami perintahkan
kepada mereka, “Masukilah pintu gerbang (Baitul maqdis) itu sambil bersujud”, dan kami
perintahkan (pula), kepada mereka, “Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari
Sabat. Dan kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh‟. (QS.4:154)

*pada ayat di atas hari Sabat adalah hari sabtu, hari khusus untuk beribadah bagi orang

Yahudi.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


166

Memberikan informasi untuk tidak melakukan ibadah pada hari sabtu dikarenakan

kaum Yahudi beribadah pada hari itu.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung peringatan.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulis an (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

69. Kalimat ِ ‫سجِ ِل َّي‬


َ ْ‫و ُّدوا ػَي‬
َ ‫ َو‬/ wa ṡaddū „an sabīli allāhi /‟menghalang-halangi dari

jalan Allah‟, tercantum pada ayat 167 :

َ ‫ػيُّ٘ا‬
.‫ذًا‬ٞ‫ػ َال ًَل ثَ ِؼ‬ ‫ ِو ا‬ِٞ‫ط ُّذٗا ػ َِْ َعج‬
َ ‫هللاِ قَ ْذ‬ َ َٗ ‫َِ َم َشُٗا‬ٝ‫اِ اُ اىا ِز‬

/ `inna allażīna kafarū wa ṣaddū „an sabīli allāhi qad ḍallū ḍalālān ba‟īdān/ „Sesungguhnya
orang-orang kafir dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah, benar-benar telah
sesat sejauh-jauhnya‟.(QS.4:167)

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


167

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi bahwa orang kafir yang menghalang-halangi orang lain dari

jalan Allah benar-benar telah sesat sejauh-jauhnya.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung peringatan.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur pernyataan (Deklaratif).

70. Kalimat ‫ َ رَ ْغلُىا فِ ِد ٌِ ُ ْن‬/ lā taghlū fī dīnikum /‟janganlah kamu melampaui batas

dalam agamamu‟, tercantum pada ayat 171 :

ٌَ َٝ ْ‫ ٍَش‬ٰٚ َ‫هللاِ َٗ َميِ ََزُُٔ أَ ْىقَبَٕب اِى‬


‫َ ٌَ َسعُ٘ ُه ا‬ٝ ْ‫ اثُِْ ٍَش‬ٚ‫ َغ‬ٞ‫ ُح ِػ‬ٞ‫ق ۚ اِّا ََب ْاى ََ ِغ‬
‫هللاِ اِ اَل ْاى َح ا‬ ِ ‫َب أَ ْٕ َو ْاى ِنزَب‬ٝ
‫ ا‬َٚ‫ِْ ُن ٌْ َٗ ََل رَقُ٘ىُ٘ا َػي‬ٝ‫ ِد‬ِٜ‫ة ََل رَ ْغيُ٘ا ف‬

ِٜ‫َ ُنَُ٘ ىَُٔ َٗىَ ٌرذ ۘ ىَُٔ ٍَب ف‬ٝ ُْ َ‫هللاُ اِ ٰىٌَٔر َٗا ِح ٌرذ ۖ ُع ْج َحبَُّٔ أ‬
‫ ًشا ىَ ُن ٌْ ۚ اِّا ََب ا‬ْٞ ‫بَّللِ َٗ ُس ُعيِ ِٔ ۖ َٗ ََل رَقُ٘ىُ٘ا صَ َالصَخٌر ۚ ا ّْزَُٖ٘ا َخ‬
‫َٗسُٗ ٌرح ٍِ ُْْٔ ۖ فَآ ٍُِْ٘ا ثِ ا‬

ً ‫بَّللِ َٗ ِم‬
.‫ال‬ٞ ِ ْ‫ ْاألَس‬ِٜ‫د َٗ ٍَب ف‬
‫ ثِ ا‬ٰٚ َ ‫ع ۗ َٗ َم‬ ِ ‫اى اغ ََب َٗا‬

/ yā `ahla al-kitābi lā taglū fī dīnikum wa lā taqūlū „alā allāhi `llā al-ḥaqqa, `innamā al-
masīḥu „īsā bnu maryama rasūlu allāhi wa kalimatuhū, `alwāhā `ilā maryama warūḥu m-
minhu, fa`āminū bī allāhi wa rusulihī, wa lā taqūlū ṡalāṡatun, `intahū khairā l-lakum,
`innamā allāhu `ilāhu w-wāḥidun, subḥānahū `ay-yakūna lahū waladun, lahū mā fī as-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


168

samāwāti wa mā fī al-`arḍi, wa kafā bī allāhi wakīlan/ „Wahai ahli kitab! Janganlah kamu
melampaui batas dalam agamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali
yang benar. Sungguh, Al-Masih Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang
diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh
dari-Nya? Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu
mengatakan, “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu.
Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci dan dari (anggapan) mempunyai
anak. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan cukuplah Allah
sebagai pelindung‟.(QS.4:171)

*pada ayat diatas ada perintah Allah berbunyi : janganlah kamu mengatakan nabi Isa a.s itu

Tuhan, sebagaimana yang dikatakan oleh orang Nasrani.

*kata “kun” adalah „kamu‟ pada kalimat di atas menurut ahli tafsir adalah menjelaskan

bahwa nabi Isa a.s diciptakan tanpa bapak.

*dan kata “ruhu” adalah „meniupkan ruh‟ tiupan dari Allah karena tiupan itu berasal dari

perintah Allah.

Ayat di atas dikaji dengan teori speaking Dell Hymes menggunakan 8 komponen tutur :

1. S = Setting and Scene

Ayat ini diturunkan dikota Madinah.

2. P = Participants

Penuturnya Allah swt, pengirimnya Malaikat Jibril, pendengarnya Nabi dan Rasul dan

Penerimanya Masyarakat Arab dikota Madinah.

3. E = Ends : purpose and goal

Memberikan informasi untuk tidak melampaui batas dalam agama, dan jangan

mengatakan bahwa tuhan itu 3 karena sesungguhnya tuhan hanya 1 yaitu Allah.

4. A = Act Sequences

Ayat ini merupakan bentuk pesan yang mengandung peringatan.

5. K = Key : tone or spirit of act

Intonasi yang disampaikan bersifat informatif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


169

6. I = Instrumentalities

Ayat ini diturunkan melalui tulisan (firman Allah) di dalam Alqur‟an.

7. N = Norm of interaction and interpretation

Merupakan bentuk pesan yang mengandung arahan.

8. G = Genre

Feminisme

Jadi, ayat di atas memiliki bentuk tutur perintah (Imperatif).

4.3 Pembahasan
4.3.1 Pembahasan hasil bentuk lingual dalam surat an-Nisa‟ yang membicarakan

wanita dan kaitan dengan kehidupannya yang menggunakan gaya bahasa

eufemisme (kināyah).

Berbicara Alquran dari sudut gaya bahasanya, sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari

konsep i`jāz Alquran itu sendiri. Dengan memperhatikan keindahan dan keunikan bahasa

Alquran, baik dari sisi kata maupun maknanya maka gaya bahasa Alquran, atau uslūb

Alquran adalah cara pengungkapan bahasa yang secara khas memperlihatkan style Alquran

ketika berhadapan dengan situasi tertentu. Artinya, bagaimana Alquran memilih kata atau

bahasa untuk kemudian diungkapkan sesuai dengan konteks sosio-historisnya. Namun yang

perlu ditekankan di sini, uslūb Alquran yang dimaksud bukan perbincangan mengenai

pelbagai aspek dan perkembangan dalam dunia stilistika, yang secara umum berkenaan

dengan seni pengungkapan. Tetapi, yang dimaksud dengan uslūb Alquran adalah kenyataan

sejarah yang menunjukkan bahwa para pemikir muslim klasik berusaha dengan keras untuk

menunjukkan ke-fashāhah-an Alquran melalui cara pandang stilistika.

Menurut al-Zarqānī (2004: 222) dalam karyanya, "Manāhil al-`Irfān", gaya bahasa

Alquran memiliki karakteristik sebagai berikut: 1). Keserasiannya dalam tata bunyi, baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


170

menyangkut tanda baca (harakah, sukun dan madd) maupun nasal (ghunnah) sehingga

menimbulkan bunyi yang enak untuk didengar dan diresapi. 2). Bahasa Alquran dapat

dipahami oleh orang awam maupun orang yang ahli sesuai dengan kadar kemampuan

akalnya. 3). Bahasa Alquran dapat diterima oleh akal dan perasaan secara bersama-sama. 4).

Formulasi dan narasi Alquran sangat akurat, dalam arti unsur-unsur kata, kalimat, dan ayat-

ayatnya terjalin dengan kuat. 5). Variasi dan seni penyusunan kalimat sangat kaya, dalam arti,

suatu makna tertentu dapat diungkap melalui pilihan-pilihan kata dan struktur yang berbeda.

6). Gaya bahasa Alquran ada yang bersifat global dan ada yang terinci. 7). Penggunaan kata-

kata dalam Alquran sangat efisien dan efektif.

Surat an-Nisa` yang menjadi kajian utama dalam penelitian ini, terdiri atas 176 ayat dan

tergolong kedalam surat madaniyyah. Surat ini merupakan surat terpanjang setelah surat al-

Baqarah. Dinamakan an-Nisā` karena di dalam surat ini banyak dibicarakan hal-hal yang

berhubungan dengan wanita. Selain tema tentang wanita, pokok isi kandungan surat al-Nisa`

lainnya adalah: a) keimanan/ akidah/ tauhid, b) hukum, seperti kewajiban para wali, hukum

poligami, mas kawin, memakan harta anak yatim dan orang-orang yang tak dapat mengurus

hartanya, pokok-pokok hukum waris, wanita yang haram dinikahi, hukum menikahi budak

wanita, larangan memakan harta secara bathil, kesucian lahir bathin dalam sholat, hukum

suaka, sholat khauf, larangan melontarkan ucapan yang buruk, larangan membunuh seorang

muslim, dan c) kisah Nabi Musa as dan pengikutnya, dan kisah lainnya, seperti; asal muasal

manusia, keharusan menjauhi adat jahiliah dalam hal memperlakukan wanita, etika bergaul

suami istri, hak seseorang sesuai dengan kewajibannya, perlakuan ahli kitab terhadap kitab-

kitab yang diturunkan kepada mereka, dasar-dasar pemerintahan, dan sebagainya.

Disamping itu, yang membedakan surat an-Nisa‟ dengan surat lainnya, karena surat ini

paling banyak berbicara hal-hal yang berhubungan dengan wanita serta surat yang paling

sering mengangkat tema mengenai wanita di dalamnya disamping surat at-Talāq. Oleh sebab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


171

itu, tidak heran jika ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam menjelaskan hal-hal terkait

dengan wanita banyak menggunakan uslub eufemisme.

Adapun bentuk lingual dalam surat an-Nisā` yang membicarakan wanita dan kaitan

dengan kehidupannya dapat ditemukan sebanyak 23 bentuk kata eufemisme, 20 bentuk frase

eufemisme, dan 28 bentuk kalimat eufemisme.

4.3.2 Pembahasan hasil penelitian tentang gaya bahasa eufemisme pada surat an-Nisā`

ditinjau dari perspektif sosiopragmatik.

Jika dilihat dari kaca mata sosiopragmatik, gaya bahasa Alquran sebenarnya memiliki

hakikat yang khusus, berbeda dengan bahasa-bahasa yang lain. Hal ini karena sifat hakikat

Alquran itu sendiri tidak hanya sebatas teks belaka tapi juga konteks, yaitu bagaimana bahasa

Alquran dipakai untuk berkomunikasi antara Tuhan dengan makluk-Nya melalui hubungan

antara kalimat dengan konteks dan situasi pemakaiannya. Dengan demikian, untuk

memahami pemakaian bahasa, kita dituntut untuk memahami konteks yang mewadahi

pemakaian bahasa Alquran tersebut.

Sedangkan bahasa dalam pengertian umum hanya merupakan alat komunikasi antara

manusia satu dengan yang lainnya. Berbeda dengan bahasa Alquran, ia bukan hanya mengacu

pada dunia melainkan mengatasi ruang dan waktu, bersifat metafisik, mengacu pada dimensi

Ilahiyah dan adikodrati.

Mengingat hakikat bahasa Alquran yang mengacu pada dimensi tersebut di atas, maka

untuk memahami ayat-ayat Alquran tidak mungkin hanya berdasarkan pada kaidah-kaidah

linguistik semata. Sebab itu dalam upaya mengatasi stagnasi bahasa terutama kaitannya

dengan dimensi Ilahiyah, dimensi metafisik, dan dimensi kodrati yang bersifat intim, maka

sangat realistis bilamana kemudian Alquran menggunakan gaya ungkapan halus atau yang

disebut dengan gaya eufemisme dalam konteks sosio-kultural masyarakat Arab pada saat itu.

Karena bahasa yang diungkapkan dengan gaya eufemistik dapat memberikan jembatan rasio

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


172

yang terbatas masyarakat Arab pada saat itu agar mereka mampu menangkap pesan-pesan

moral yang ingin disampaikan, bahkan juga mengatasi ruang dan waktu. Hal ini berdasarkan

pada suatu kenyataan tentang hakikat bahasa bahwa bahasa sebagai simbol pasti memiliki

suatu acuan. Karena itu, tidak mengherankan apabila di dalam bahasa Alquran banyak

ditemukan ungkapan eufemisme.

Selain faktor di atas, gaya bahasa eufemisme yang disajikan Alquran sangat terkait

dengan faktor psikologis dan sosiologis yang ada pada saat itu, dan peradaban masyarakat

Arab secara umum yang merupakan hasil proses dialektis dan jawaban Muhammad atas

konteks yang dihadapi. Dalam konteks tertentu Alquran perlu menyampaikan dengan bahasa

metaforis, dan pada konteks yang lain harus diungkapkan dengan bahasa yang tegas dan

lugas. Sehingga Alquran itu didesain dan dikonstruk sesuai dengan konteksnya. Dengan

begitu, pemahaman baru terhadap Alquran bukan berarti mereduksi, tetapi membuktikan

sejauh mana Alquran mampu berdialog dengan realitas.

Pada kajian bahasa disebutkan, terpisahnya teks dari pengarangnya dan dari situasi

sosial yang melahirkannya, maka berimplikasi sebuah teks bisa tidak komunikatif lagi dengan

realitas sosial yang melingkupi pihak pembaca. Sebab, sebuah karya tulis pada umumnya

merupakan respon terhadap situasi yang dihadapi oleh penulis dalam ruang dan waktu

tertentu. Karena itu, dalam tradisi tafsir, permasalahan di atas dapat dikembalikan dan

dibatasi pada analisa asbab al-nuzul atau konteks sosio-historis (Komaruddin, 1996: 140).

Dengan demikian, ketika kita melihat konteks pragmatik (sosial-budaya) masyarakat Arab

yang masih jahili pada saat itu, maka Alquran khususnya surat an-Nisā`, pada saat

membicarakan wanita dan kaitan dengan kehidupannya „sengaja‟ mempergunakan pilihan-

pilihan bahasa yang halus, atau bahasa yang sesuai dengan tingkat intelektual masyarakat

yang berperadaban.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


173

Sebagai perbandingan, dalam pembahasan ini peneliti kemukakan juga beberapa

penelitian yang relevan mengenai kajian sosio-pragmatik. Adapun penelitian yang relevan

dengan penelitian ini. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Asim Gunarwan (1994) yang

berjudul “Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta:

Kajian Sosiopragmatik”. Dalam penelitian tersebut Asim menyimpulkan bahwa hierarki

kesantunan direktif bahasa Indonesia dan hierarki kesantunan direktif bahasa Jawa ternyata

memiliki kesamaan. Hal ini mengisyaratkan bahwa para subjek penelitian tersebut

menggunakan satu norma kebudayaan di dalam menilai kesantunan bentuk-bentuk ujaran

direktif di dalam kedua bahasa itu. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh I Wayan

Simpen dengan judul “Kesantunan Berbahasa pada Penutur Bahasa Kambera di Sumba

Timur”. Penelitian tersebut bertumpu pada teori sosiopragmatik. Dalam penelitiannya,

Simpen menjelaskan bahwa kesantunan berbahasa pada penutur bahasa Kambera yang

menggambarkan ideologi sebagai dasar kesantunan berbahasa. Dimana makna kesantunan

merefleksikan latar budaya yang dianut penutur dengan berorientasi pada sistem

kepercayaan, sistem mata pencaharian, hubungan kekerabatan, stratifikasi sosial, dan sistem

pernikahan. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Nurul Masfufah (2010) yang berjudul

“Kesantunan Bentuk Tuturan Direktif di Lingkungan SMA Negeri 1 Surakarta (Kajian

Sosiopragmatik)”. Dalam penelitiannya, Masfufah menyimpulkan bahwa pemakaian

kesantunan berbahasa, khususnya bentuk tuturan direktif di lingkungan sekolah merupakan

fenomena sosial yang menarik untuk dikaji.

Ketiga penelitian tersebut memiliki kerelevanan dengan penelitian ini, yaitu terletak

pada objek kajian sosiopragmatik. Namun, dalam penelitian ini subjek dan pokok masalah

kajian agak berbeda dengan ketiga penelitian yang relevan tersebut. Penelitian ini

menggunakan teks Alquran surat an-Nisa‟ sebagai sumber kajian. Adapun pokok masalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


174

yang menjadi objek kajiannya, yaitu bentuk gaya bahasa eufemisme dengan bertumpu pada

pendekatan sosiopragmatik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan temuan yang telah dilakukan terhadap gaya

bahasa eufemisme dalam surat an-Nisā‟ dapat disimpulkan bahwa :

1. Bentuk lingual dalam surat an-Nisā` yang membicarakan wanita dan kaitan dengan

kehidupannya dapat ditemukan sebanyak 71 ekspresi lingual yang dimasukkan dalam

kategori bentuk kata sebanyak 23, bentuk frase sebanyak 20 dan bentuk kalimat

sebanyak 28.

2. Delapan komponen tindak tutur dalam kajian sosio-pragmatik untuk menganalisis gaya

bahasa eufemisme (kināyah) ditemukan keseluruhannya dalam surat an-Nisā‟ dan

terdapat 3 bentuk tindak tutur yaitu 29 tindak tutur pernyataan (deklaratif), 7 tindak

tutur pertanyaan (interogatif) dan 33 tindak tutur perintah (imperatif).

5.2 Saran

Penelitian gaya bahasa eufemisme dalam surat an-Nisā dapat dikaji dalam beberapa

aspek linguistik seperti semantik, stilistika, sintaksis. Pada tahapan ini peneliti hanya

menggunakan surat an-Nisā‟ dalam Alquran sebagai data penelitian. Kajian ini dapat

diperluas lagi, untuk melihat apakah temuan yang sama berlaku pada surat lainnya dan dapat

menambah khazanah ilmu linguistik.

175
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA

al-Alūsī, Abū al-Faḍal Shihāb al-Dīn al-Sayyīd al-Maḥmūd. 1994. Rūḥ al-Ma`ānī fī Tafsīr al-
Qur`ān al-Aẓīm. Kairo: Dār al-Fikr. Juz 4.
Abbas, Fadlal Hasan. 1987.al-Balaghah Fununuha wa Afnanuha. Amman: Dar al-Furqan.
al-Faishal, Abd al-Aziz bin Muhammad. 1405 H.al-Adab al-Arabi Wa Tarikhuhu. Riyadh: al-
Mamlakah al-Arabiyah al-Su'udiyah.
al-Fārūqī, Ismā`il. dan Lois Lamya al-Fārūqī. 2000. Atlas Budaya Islam; Menjelajah
Khazanah Peradaban Gemilang Terj. Ilyas Hasan. Bandung: Mizan.
Ainin, Moh. dan Imam Asrori. 2008. Semantik Bahasa Arab. Hilal: Malang.
al-Khudhairi, Zainab. 1995. Filsafat Sejarah Ibn Khaldun. Bandung: Pustaka.
al-Khuli. 1959. Min Huda al-Qur‟an al-Qadhat ar-Rasul. Cairo: Dār al-Ma‟arif.
al-Khuli ali Ahmad. 1986. A Dictionary of Theoritical Linguistics. Libanon : Libararie du
Liban.
al-Rāzī, Muḥammad Fakhr al-Dīn. 1994. al-Tafsīr al-Kabīr. Kairo: Dār al-Fikr. Juz 5.
al-Shābunī, Muhammad `Alī. 1980. Shafwah al-Tafāsīr. Beirut: Dār al-Fikr. Jilid II.
al-Sharqawi, 1281H. “Tohfatun Nazirin”. Mesir.
al-Ṭabarī, Ibn Jarīr. 1995. Jami` al-Bayān `an Ta`wīl Ayi al-Qur`ān. Kairo: Dār al-Fikr. Juz
8.
Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Amal, Taufik Adnan. 2001. Rekonstruksi Sejarah al-Qur'an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Amin, Bakry Syaikh. 1982. Al-Balaghah fi Tsaubihal-Jadid: „Ilmul Bayan. Beirut: Daruts-
Tsaqafaf Al-Islamiyyah.
Amriti, Zakaria. Tafsir Āyatu al-aḥkam, Beirut: Daru al-kutub al-alamiyah, Jilid I.
Arikunto, Suharismi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Asari, Hasan, 1994. Menyingkap Zaman Keemasan Islam. Bandung: Mizan.
Asy-Syirbasyi, Ahmad. 2001. Sejarah Tafsir Al-Qur‟an. Jakarta: Pustaka Firdaus.
al-Zarqani. 2004. Manāhil al-Irfan. Cairo.
Aż-Żahabi, Muhammad Husain. 1979. at-Tafsir wa al-Mufassirun. Cairo:t.p.
Bungin, H. M. Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.

176
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
177

Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT Refika


Aditama.
Fakih, Mansur. 1996. Ananisis Gender dan Transformasi sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
cet. I.
Fananie, Zainuddin. 2001. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University.
Fishman, Joshua A. 1990. Language and Ethnicity in Minority Sociolinguistic Perspective.
Cleveden: Multilingual Matters Ltd.
Gusmian, Islah, Edisi NO. 18 Tahun 2004. al-Qur‟an dalam pergumulan Muslim Indonesia.
dalam Jurnal Tashwirul Afkar.
Halliday, MAK dan Ruqaiyā Hasan. 1994. Bahasa, Konteks dan Teks: Aspek-aspek Bahasa
dalam Pandangan Semiotika Sosial. Terj. Asruddin Barori Tou. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Hasan, Husein al-Hājj. 1990. Adab al-`Arab Fī `Ashr al-Jāhilīyah. Beirut: t.p.
Hasyimy, Ahmad. 1960. Jawahirul Balaghah, Mesir: Maktabah Dar Ihya Kutubil Arabiyyah.
Hidayat, Asep Ahmad. 2006. Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan
Tanda. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hidayat, Komaruddin. 1996. Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik.
Jakarta: Paramadina.
Hudson, R.A. 1996. Sociolinguistics (Second Edition). Cambridge: Cambridge University
Press.
Hymes, Dell. 1980. Foundations in Sociolinguistics An Ethnographics Approach.
Philadelpia: University of Pennsylvania Press.
Ibn Katsīr, Imām Abī al-Fidhā` al-Ḥāfiẓ. 1992. Tafsīr al-Qur`ān al-Karīm. Beirut: Maktabah
al-Nūr al-`Ilmīyah. Juz II.
Jansen, J.J G. 2008. Diskursus Tafsir al-Qur‟an Modern, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
Kaelan, M. S. 1998. Filsafat Bahasa Masalah dan Perkembangannya. Yogyakarta:
Paradigma.
Kaelan, M. S. 2003. Kajian Makna al-Qur`an: Suatu Pendekatan Analitika Bahasa dalam
Hermeneutika al-Qur`an Mazhab Yogya. Yogyakarta: Islamika.
Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Khaldun, Ibnu. 1808. Muqaddimatu Ibnu Khaldun. Banu Tajin.
Lasyin, Abd al-Fattah. 1985. al-Bayan fi Dlau'i Asalib al-Qur'an. Beirut: Dar al-Ma'arif.
Latief, Himan. 2003. Nasr Hamid Abu Zaid Kritik Teks Keagamaan. Yogyakarta: elSAQ
Press.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


178

Mariani, Enok dan Nunung Farida. 1997. Antropologi. Jakarta: PT. Grafindo Media Pertama.
M. Echols, John dan Hassan Shadily. 1983. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia. cet
XII.
Miles, Matthew B. dan Michael. A Huberman. 1994. Qualitative Data Analysis: A
Sourcebook of New Methods. California: Sage Publication.
Murata, Sachiko. 1999. Kitab Rujukan tentang Relasi Gender dalam Kosmologi dan
Teologi Islam, Diterjemahkan dari The Tao of Islam: A. Source book on Gender
Relationship in Islamic Thought. (Terj.) Rahmani Astuti dan M.S. Nasrullah.
Bandung: Mizan.
Mustaqim, Abdul. 2008. Pergeseran Epistemologi Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muzakki, Ahmad. 2009. Stilistika al-Qur‟an. UIN Malang Press.
Neufeld, Victoria. 1984. Webster‟s New World Dictionary. New York: Webster‟s New World
Cleveland.
Osman, A. Latif. 2000. Ringkasan Sejarah Islam. Jakarta: Widjaya.
Santoso, Riyadi. 2003. Semiotika Sosial Pandangan terhadap Bahasa. Surabaya: Pustaka
Eureka dan Jp Press Surabaya.
Semi, M. Atar. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. t.t.
Setiawan, M. Nur Kholis. 2005. al-Qur'an Kitab Sastra Terbesar. Yogyakarta: eLSAQ Press.
Shadely, Hasan. 1980. Ensiklopedi Indonesia. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta.
Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik. Medan: Poda.
Soekamto, Soerjono. 1969. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sudaryanto. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana
Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Su`ud, Abu. 2003. Islamologi: Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam Peradaban Umat
Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suparno. Disampaikan pada hari Senin tanggal 20 November 2000. budaya komunikasi yang
terungkap dalam wacana bahasa Indonesia. Makalah pengukuhan guru besar fakultas
sastra Universitas Negeri Malang (UNM).
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.
Tierney, Helen. Women‟s studies Encyclopedia Vol.I. New York: Green Word Press.
Umam, Chatibul. 2004. Pengantar Kajian al-Qur‟an. Jakarta: Pustaka al-Husna.
Umar, Ahmad Mukhtar. 1988. Ilmu Ad-Dalalah. Kairo: Alimatu Al-Kutub.
Wardhough, Ronald. 1972. Introduction to Linguistics. New York: Graw-Hill.
Watt, W. Montgomery. 1961. Muhammad: Prophet and Statesman. London: t.p.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


179

Yatim, Badri dan H. D. Sirojuddin AR. 1995. Sejarah Kebuadayaan Islam I. Jakarta: Ditjen
Binbaga Islam Depag RI.
Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Zaidan, Jurji. 1997. Adabul al-lughah al-„arabiyah. Libanon: Libararie du Liban.
Zuhaily, Al Munir. Darul Fikr : Beirut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


180

LAMPIRAN 1

SURAT AN-NISĀ‟ AYAT 1-176

         


        

                  

    


              

            
    

                    

    


           
  

           
  
  

         


            

      


   
       
  

        


          
 

             
    

  


            

               

               
 

 
   
      
    
   
 

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


181

                   

                     
 

                   

                    

  


                

                   

       


          

    


               

          
         

              
     

        


        

             

 
                

              

    


   
         

    


           

                

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


182

             

            
     

              
     

              
  

     


            

               

              

   


           


           
   

              

      


        

                

  
           
    

              
     

       


        
  


  
     
        

                

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


183

    


   
     


 
              
  

             
     

      


      
    

        


      

     


         

               

  
                

    


             

                
 

                 
   

        


      
 

             

              

            

        


 
        

 
    
           

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


184

 
                 
 

     


          

                 

 
   
  
        

              

          
       

            
      

           
       

                

           


       

                 
 

    


 
             

          
  
     
 

      


        

  


            
 
  

   


   
    
       

 
         
   
     

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


185

    


     
        

                   
  

 
                   

       


            

                 
 

           

                 

                

                

   


    
            

     


    
    

            

    


               

       


           

                     

                

                

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


186

                 

                 

             

             

                 

                   

                 

 
            
  

                     

 
  
                 

              

     


     
     

  


             

                 
  

                

               

               
   

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


187

              

 
               

               

       


  
          

                    

             
    
  

                   

      


           
 

                  
  

         


      
  

                 

  
             

        


            

            
  
    

                   

  
                

 
                  

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


188

 
                

                  

 
              
  

               
        

                   

                 
 

    


   
             

                  

             
 
 

      


   
       

   


              

 
 
     
    
         

       


      
    
 
 

      


        
      

          


     
     

     


            
  

 
   
              

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


189

 
                  

    


   
         

               

                

   


   
 
        
  

    


            
 

        


  
        
 

       


         
     

          


      

             

                
  

           
      

                  

          


   
    
   
    


                
 

   


             

             
   

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


190

         
     
     

               
    

   


   
         
   
 

                
 

                

         


          

                

                 

             
       

      


          

       


          

         


       

              
  
     

                

                

                 

               

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


191

                

                 
    

                

    


           

      


  
    
   

  


 
             

 
     
      
   

   


           

                 
  

           
        


              

      


    
         

                

                
 

              

             

                 

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


192

              

                

         


         

       


         

                 

                    

   


 
            
   

                

                 

       


        
     
 

                  

               

    


        
     

                   

          
      

                

 
                

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


193

     


             

           
    
     

   


                

           
    

                

                  
 
 

              

              

              

   


      
      

                 

                     

         
      

               

              

                 

        


        
  

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


194

                 

                   

                  

              
   

               

                

                       

                  

                 

                
  

              

  
                

          


   
      

    


      
        

              

       


       

               

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


195

        


          

               

     


      
       
   

                

        


          

                  

                  

                  

     


           

              

         


     

              

              

  


          
   

                
 
    
 

                     

        


        
   

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


196

LAMPIRAN 2

TERJEMAHAN SURAT AN-NISĀ‟

1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya
Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.

2. Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu
menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu Makan harta mereka bersama
hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang
besar.

3. Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang
yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil[265],
Maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu
adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

4. Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian
dengan penuh kerelaan[267]. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari
maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai
makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.

5. Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya[268],
harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.
berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-
kata yang baik.

6. Dan ujilah[269] anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. kemudian jika
menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah
kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu Makan harta anak yatim lebih dari batas
kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa.
barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari
memakan harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia Makan harta
itu menurut yang patut. kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka
hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah
Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).

7. Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan
bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik
sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


197

8. Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat[270], anak yatim dan orang miskin,
Maka berilah mereka dari harta itu [271] (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka
Perkataan yang baik.

9. Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
Perkataan yang benar.

10. Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (neraka).

11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu :
bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan[272]; dan
jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua[273], Maka bagi mereka dua pertiga dari
harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo
harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak
mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga;
jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan)
sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah
ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

12. Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika
mereka tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu
mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka
buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang
kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para
isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat
yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-
laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi
mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu
saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika
saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga
itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan
tidak memberi mudharat (kepada ahli waris)[274]. (Allah menetapkan yang demikian itu
sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Penyantun.

13. (Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


198

didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang
besar.

14. Dan Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-
ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di
dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.

15. Dan (terhadap) Para wanita yang mengerjakan perbuatan keji [275], hendaklah ada empat
orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). kemudian apabila mereka telah memberi
persaksian, Maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka
menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya[276].

16. Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, Maka berilah
hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, Maka
biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

17. Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan
kejahatan lantaran kejahilan[277], yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka
mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.

18. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan
(yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia
mengatakan : "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". dan tidak (pula diterima taubat)
orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. bagi orang-orang itu telah Kami
sediakan siksa yang pedih.

19. Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan
paksa[278] dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan
pekerjaan keji yang nyata[279]. dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila
kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

20. Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain [280], sedang kamu telah
memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, Maka janganlah kamu
mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya
kembali dengan jalan tuduhan yang Dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata ?

21. Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul
(bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah
mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat.

22. Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali
pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu Amat keji dan dibenci Allah dan
seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


199

23. Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan[281];


saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-
saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-
laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang
menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak
isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu
belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu
mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan
menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah
terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

24. Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak
yang kamu miliki[282] (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas
kamu. dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian[283] (yaitu) mencari isteri-isteri
dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu
nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna),
sebagai suatu kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah
saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu[284]. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.

25. Dan Barangsiapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup perbelanjaannya
untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia boleh mengawini wanita yang beriman,
dari budak-budak yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu; sebahagian kamu
adalah dari sebahagian yang lain[285], karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan
mereka, dan berilah maskawin mereka menurut yang patut, sedang merekapun wanita-wanita
yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain
sebagai piaraannya; dan apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin, kemudian mereka
melakukan perbuatan yang keji (zina), Maka atas mereka separo hukuman dari hukuman
wanita-wanita merdeka yang bersuami. (Kebolehan mengawini budak) itu, adalah bagi orang-
orang yang takut kepada kemasyakatan menjaga diri (dari perbuatan zina) di antara kamu,
dan kesabaran itu lebih baik bagimu. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

26. Allah hendak menerangkan (hukum syari'at-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada
jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para Nabi dan shalihin) dan (hendak) menerima
taubatmu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

27. Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa
nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).

28. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu[286], dan manusia dijadikan bersifat
lemah.

29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


200

30. Dan Barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, Maka Kami kelak
akan memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

31. Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan
Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).

32. Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian
kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari
pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang
mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

33. Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan karib kerabat,
Kami jadikan pewaris-pewarisnya[288]. dan (jika ada) orang-orang yang kamu telah
bersumpah setia dengan mereka, Maka berilah kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya
Allah menyaksikan segala sesuatu.

34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita
yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada,
oleh karena Allah telah memelihara (mereka)[290]. wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya[291], Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka,
dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

35. Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang
hakam[293] dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua
orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada
suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

36. Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295]
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri,

37. (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan
Menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. dan Kami telah
menyediakan untuk orang-orang kafir[296] siksa yang menghinakan.

38. Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya[297] kepada
manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian.
Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, Maka syaitan itu adalah teman
yang seburuk-buruknya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


201

39. Apakah kemudharatannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah dan hari
kemudian dan menafkahkan sebahagian rezki yang telah diberikan Allah kepada mereka ?
dan adalah Allah Maha mengetahui Keadaan mereka.

40. Sesungguhnya Allah tidak Menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada
kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-
Nya pahala yang besar[298].

41. Maka Bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang
saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi
atas mereka itu (sebagai umatmu[299]).

42. Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya
mereka disamaratakan dengan tanah[300], dan mereka tidak dapat Menyembunyikan (dari
Allah) sesuatu kejadianpun.

43. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid)
sedang kamu dalam Keadaan junub[301], terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu
mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau
kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.

44. Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang telah diberi bahagian dari Al kitab
(Taurat)? mereka membeli (memilih) kesesatan (dengan petunjuk) dan mereka bermaksud
supaya kamu tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar).

45. Dan Allah lebih mengetahui (dari pada kamu) tentang musuh-musuhmu. dan cukuplah
Allah menjadi pelindung (bagimu). dan cukuplah Allah menjadi penolong (bagimu).

46. Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah Perkataan dari tempat-tempatnya[302].


mereka berkata : "Kami mendengar", tetapi Kami tidak mau menurutinya[303]. dan (mereka
mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa[304]. dan
(mereka mengatakan) : "Raa'ina"[305], dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama.
Sekiranya mereka mengatakan : "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan
perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah
mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat
tipis.

47. Hai orang-orang yang telah diberi Al Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah
Kami turunkan (Al Quran) yang membenarkan kitab yang ada pada kamu sebelum Kami
mengubah muka (mu), lalu Kami putarkan ke belakang[306] atau Kami kutuki mereka
sebagaimana Kami telah mengutuki orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari
Sabtu[307]. dan ketetapan Allah pasti berlaku.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


202

48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.

49. Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih?[308].
sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak aniaya
sedikitpun.

50. Perhatikanlah, betapakah mereka mengada-adakan Dusta terhadap Allah? dan cukuplah
perbuatan itu menjadi dosa yang nyata (bagi mereka).

51. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab?
mereka percaya kepada jibt dan thaghut[309], dan mengatakan kepada orang-orang kafir
(musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.

52. Mereka Itulah orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu
sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya.

53. Ataukah ada bagi mereka bahagian dari kerajaan (kekuasaan) ? Kendatipun ada, mereka
tidak akan memberikan sedikitpun (kebajikan) kepada manusia[310].

54. Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia[311] yang Allah
telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan kitab dan Hikmah kepada
keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.

55. Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu), ada orang-orang yang beriman
kepadanya, dan di antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) dari beriman
kepadanya. dan cukuplah (bagi mereka) Jahannam yang menyala-nyala apinya.

56. Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami
masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka
dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.

57. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang shaleh, kelak akan
Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal
mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang Suci, dan Kami
masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.

58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.

59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


203

60. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman
kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ?
mereka hendak berhakim kepada thaghut[312], Padahal mereka telah diperintah mengingkari
Thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-
jauhnya.

61. Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah
telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu Lihat orang-orang munafik
menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.

62. Maka Bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu
musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu
sambil bersumpah: "Demi Allah, Kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian
yang baik dan perdamaian yang sempurna".

63. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka.
karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah
kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.

64. Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah.
Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya[313] datang kepadamu, lalu
memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah
mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

65. Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya.

66. Dan Sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: "Bunuhlah dirimu atau
keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali
sebagian kecil dari mereka. dan Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang
diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih
menguatkan (iman mereka),

67. Dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami,

68. Dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.

69. Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para
shiddiiqiin[314], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah
teman yang sebaik-baiknya.

70. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui.

71. Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan
pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama!

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


204

72. Dan Sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan
pertempuran)[315]. Maka jika kamu ditimpa musibah ia berkata: "Sesungguhnya Tuhan telah
menganugerahkan nikmat kepada saya karena saya tidak ikut berperang bersama mereka.

73. Dan sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah Dia
mengatakan seolah-oleh belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia:
"Wahai kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang
besar (pula)".

74. Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan
akhirat[316] berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur
atau memperoleh kemenangan Maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.

75. Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang
lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan
Kami, keluarkanlah Kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah Kami
pelindung dari sisi Engkau, dan berilah Kami penolong dari sisi Engkau!".

76. Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir
berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena
Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.

77. Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka[317]: "Tahanlah
tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" setelah
diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik)
takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu
takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada
kami? mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada Kami sampai
kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan
akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya
sedikitpun[318].

78. Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di
dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan[319], mereka
mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka
mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya
(datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-hampir
tidak memahami pembicaraan[320] sedikitpun?

79. Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada
segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi.

80. Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan
Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka[321].

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


205

81. Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: "(Kewajiban Kami hanyalah) taat".
tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di
malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah menulis
siasat yang mereka atur di malam hari itu, Maka berpalinglah kamu dari mereka dan
tawakallah kepada Allah. cukuplah Allah menjadi Pelindung.

82. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan
dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.

83. Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan,
mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil
Amri[322] di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya
(akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri)[323]. kalau tidaklah karena
karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian
kecil saja (di antaramu).

84. Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan
kewajiban kamu sendiri[324]. Kobarkanlah semangat Para mukmin (untuk berperang).
Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah Amat besar
kekuatan dan Amat keras siksaan(Nya).

85. Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik[325], niscaya ia akan memperoleh
bahagian (pahala) dari padanya. dan Barangsiapa memberi syafa'at yang buruk[326], niscaya
ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

86. Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu
(dengan yang serupa)[327]. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.

87. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan
mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. dan siapakah orang
yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah ?

88. Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan[328] dalam (menghadapi) orang-
orang munafik, Padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan
usaha mereka sendiri ? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang
telah disesatkan Allah[329]? Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak
mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya.

89. Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu
kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka
penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka
berpaling[330], tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah
kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi
penolong,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


206

90. Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu
dan kaum itu telah ada Perjanjian (damai)[331] atau orang-orang yang datang kepada kamu
sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya[332].
kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu
pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi
kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu[333] Maka Allah tidak memberi jalan
bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka.

91. Kelak kamu akan dapati (golongan-golongan) yang lain, yang bermaksud supaya mereka
aman dari pada kamu dan aman (pula) dari kaumnya. Setiap mereka diajak kembali kepada
fitnah (syirik), merekapun terjun kedalamnya. karena itu jika mereka tidak membiarkan kamu
dan (tidak) mau mengemukakan perdamaian kepadamu, serta (tidak) menahan tangan mereka
(dari memerangimu), Maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka dan merekalah orang-
orang yang Kami berikan kepadamu alasan yang nyata (untuk menawan dan membunuh)
mereka.

92. Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali
karena tersalah (tidak sengaja)[334], dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena
tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar
diat[335] yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka
(keluarga terbunuh) bersedekah[336]. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada
Perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar
diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya
yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya[337], Maka hendaklah ia (si
pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan
adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

93. Dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya
ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta
menyediakan azab yang besar baginya.

94. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, Maka
telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam"
kepadamu[338]: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud
mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. begitu
jugalah Keadaan kamu dahulu[339], lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu,
Maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

95. Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak
mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan
jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-
orang yang duduk[340] satu derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan
pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang
duduk[341] dengan pahala yang besar,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


207

96. (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.

97. Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan Menganiaya diri
sendiri[342], (kepada mereka) Malaikat bertanya : "Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?".
mereka menjawab: "Adalah Kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para
Malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi
itu?". orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat
kembali,

98. Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak
mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah),

99. Mereka itu, Mudah-mudahan Allah memaafkannya. dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi
Maha Pengampun.

100. Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini
tempat hijrah yang Luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan
maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum
sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

101. Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah mengapa kamu men-
qashar[343] sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya
orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.

102. Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak
mendirikan shalat bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri
(shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat
besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat)[344], Maka hendaklah mereka pindah
dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua
yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu[345]], dan hendaklah
mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah
terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. dan
tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan
karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah
telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu[346].

103. Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di
waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

104. Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). jika kamu
menderita kesakitan, Maka Sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula),
sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak
mereka harapkan. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


208

105. Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran,
supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu,
dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela)
orang-orang yang khianat[347],

106. Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.

107. Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang
dosa,

108. Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, Padahal
Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang
Allah tidak redlai. dan adalah Allah Maha meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka
kerjakan.

109. Beginilah kamu, kamu sekalian adalah orang-orang yang berdebat untuk (membela)
mereka dalam kehidupan dunia ini. Maka siapakah yang akan mendebat Allah untuk
(membela) mereka pada hari kiamat? atau siapakah yang menjadi pelindung mereka
(terhadap siksa Allah)?

110. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan Menganiaya dirinya, kemudian ia
mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.

111. Barangsiapa yang mengerjakan dosa, Maka Sesungguhnya ia mengerjakannya untuk


(kemudharatan) dirinya sendiri. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

112. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya
kepada orang yang tidak bersalah, Maka Sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan
dan dosa yang nyata.

113. Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan
dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. tetapi mereka tidak menyesatkan
melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu.
dan (juga karena) Allah telah menurunkan kitab dan Hikmah kepadamu, dan telah
mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. dan adalah karunia Allah sangat besar
atasmu.

114. Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan
dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau
Mengadakan perdamaian di antara manusia. dan Barangsiapa yang berbuat demikian karena
mencari keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.

115. Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


209

kesesatan yang telah dikuasainya itu[348] dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.

116. Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia,
dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa
yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-
jauhnya.

117. Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala[349], dan (dengan
menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka,

118. Yang dila'nati Allah dan syaitan itu mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil
dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya)[350],

119. Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan
kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu
mereka benar-benar memotongnya[351], dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan
Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya[352]". Barangsiapa yang menjadikan syaitan
menjadi pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.

120. Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan
kosong pada mereka, Padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan
belaka.

121. Mereka itu tempatnya Jahannam dan mereka tidak memperoleh tempat lari dari padanya.

122. Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan
ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. dan siapakah yang lebih benar
perkataannya dari pada Allah ?

123. (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong[353] dan tidak
(pula) menurut angan-angan ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya
akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak
(pula) penolong baginya selain dari Allah.

124. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia
orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya
walau sedikitpun.

125. Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim
yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.

126. Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan)
Allah Maha meliputi segala sesuatu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


210

127. Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang Para wanita. Katakanlah: "Allah memberi
fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al Quran[354]
(juga memfatwakan) tentang Para wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka
apa[355] yang ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin mengawini mereka[356] dan
tentang anak-anak yang masih dipandang lemah. dan (Allah menyuruh kamu) supaya kamu
mengurus anak-anak yatim secara adil. dan kebajikan apa saja yang kamu kerjakan, Maka
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahuinya.

128. Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz[357] atau sikap tidak acuh dari
suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya Mengadakan perdamaian yang sebenar-
benarnya[358], dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut
tabiatnya kikir[359]. dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara
dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan.

129. Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun
kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada
yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu
Mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

130. Jika keduanya bercerai, Maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-
masingnya dari limpahan karunia-Nya. dan adalah Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Bijaksana.

131. Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah
memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada
kamu; bertakwalah kepada Allah. tetapi jika kamu kafir Maka (ketahuilah), Sesungguhnya
apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah[360] dan Allah Maha
Kaya dan Maha Terpuji.

132. Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi. cukuplah Allah
sebagai Pemelihara.

133. Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu Wahai manusia, dan Dia
datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). dan adalah Allah Maha Kuasa berbuat
demikian.

134. Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi
Allah ada pahala dunia dan akhirat. dan Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.

135. Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum
kerabatmu. jika ia[361] Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika
kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah
adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


211

136. Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya.

137. Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula),
kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya[362], Maka sekali-kali Allah tidak
akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan
yang lurus.

138. Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang
pedih,

139. (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang
kafir itu? Maka Sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.

140. Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa
apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang
kafir), Maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan
yang lain. karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa
dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan
orang-orang kafir di dalam Jahannam,

141. (yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu
(hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata:
"Bukankah Kami (turut berperang) beserta kamu ?" dan jika orang-orang kafir mendapat
keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah Kami turut
memenangkanmu[363], dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Allah akan
memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi
jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.

142. Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka
bermaksud riya[365] (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali[366]. [0]

143. Mereka dalam Keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk
kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-
orang kafir)[367], Maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi
petunjuk) baginya.

144. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi
wali[368] dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu Mengadakan alasan
yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


212

145. Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling
bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi
mereka.

146. Kecuali orang-orang yang taubat dan Mengadakan perbaikan[369] dan berpegang teguh
pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka
mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan
kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.

147. Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ? dan Allah adalah
Maha Mensyukuri[370] lagi Maha mengetahui.

148. Allah tidak menyukai Ucapan buruk[371], (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali
oleh orang yang dianiaya[372]. Allah adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

149. Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau Menyembunyikan atau memaafkan sesuatu
kesalahan (orang lain), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Kuasa.

150. Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud
memperbedakan[373] antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan
mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan Kami kafir terhadap sebahagian
(yang lain)", serta bermaksud (dengan Perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang
demikian (iman atau kafir),

151. Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.

152. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Para Rasul-Nya dan tidak membeda-
bedakan seorangpun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka
pahalanya. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

153. Ahli kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah kitab dari
langit. Maka Sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu.
mereka berkata: "Perlihatkanlah Allah kepada Kami dengan nyata". Maka mereka disambar
petir karena kezalimannya, dan mereka menyembah anak sapi[374], sesudah datang kepada
mereka bukti-bukti yang nyata, lalu Kami ma'afkan (mereka) dari yang demikian. dan telah
Kami berikan kepada Musa keterangan yang nyata.

154. Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima)
Perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. dan Kami perintahkan kepada mereka:
"Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud[375]", dan Kami perintahkan (pula) kepada
mereka: "Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu[376]", dan Kami telah
mengambil dari mereka Perjanjian yang kokoh.

155. Maka (kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan)[377], disebabkan mereka
melanggar Perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah
dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: "Hati Kami

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


213

tertutup." Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya,
karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka.

156. Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa) dan tuduhan mereka terhadap Maryam
dengan kedustaan besar (zina),

157. Dan karena Ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra
Maryam, Rasul Allah[378]", Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula)
menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi
mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-
benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan
tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula)
yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.

158. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya[379]. dan adalah
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

159. Tidak ada seorangpun dari ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum
kematiannya[380]. dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.

160. Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas (memakan
makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) Dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka
banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah,

161. Dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami
telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.

162. Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin,
mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah
diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian. orang-orang Itulah yang akan Kami berikan
kepada mereka pahala yang besar.

163. Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah
memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa,
Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud.

164. Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang
mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka
kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung[381].

165. (mereka Kami utus) selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul
itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


214

166. (mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu), tetapi Allah mengakui Al
Quran yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya; dan
malaikat-malaikat pun menjadi saksi (pula). cukuplah Allah yang mengakuinya.

167. Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan
Allah, benar-benar telah sesat sejauh-jauhnya.

168. Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak
akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka,

169. Kecuali jalan ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. dan yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah.

170. Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan
(membawa) kebenaran dari Tuhanmu, Maka berimanlah kamu, Itulah yang lebih baik
bagimu. dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena
Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah[382]. dan adalah
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

171. Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu[383], dan
janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa
putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya[384] yang
disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya[385]. Maka berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga",
berhentilah (dari Ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang
Maha Esa, Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah
kepunyaan-Nya. cukuplah Allah menjadi Pemelihara.

172. Al masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan)
malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah)[386]. Barangsiapa yang enggan dari
menyembah-Nya, dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua
kepada-Nya.

173. Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, Maka Allah akan
menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya.
Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, Maka Allah akan menyiksa
mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka,
pelindung dan penolong selain dari pada Allah.

174. Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu.
(Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang
benderang (Al Quran).

175. Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-
Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga)
dan limpahan karunia-Nya. dan menunjuki mereka kepada jalan yang Lurus (untuk sampai)
kepada-Nya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


215

176. Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387]. Katakanlah: "Allah memberi
fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak
mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang
perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki
mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika
saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-
saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua
orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak
sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

[263] Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk)
Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula yang
menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa Yakni tanah yang dari padanya Adam
a.s. diciptakan.

[264] Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya
kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya
bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.

[265] Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat,
giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah.

[266] Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat ini
poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh Para Nabi sebelum Nabi Muhammad
s.a.w. ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja.

[267] Pemberian itu ialah maskawin yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua
pihak, karena pemberian itu harus dilakukan dengan ikhlas.

[268] Orang yang belum sempurna akalnya ialah anak yatim yang belum balig atau orang
dewasa yang tidak dapat mengatur harta bendanya.

[269] Yakni: Mengadakan penyelidikan terhadap mereka tentang keagamaan, usaha-usaha


mereka, kelakuan dan lain-lain sampai diketahui bahwa anak itu dapat dipercayai.

[270] Kerabat di sini Maksudnya : Kerabat yang tidak mempunyai hak warisan dari harta
benda pusaka.

[271] Pemberian sekedarnya itu tidak boleh lebih dari sepertiga harta warisan.

[272] Bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah karena kewajiban laki-laki lebih
berat dari perempuan, seperti kewajiban membayar maskawin dan memberi nafkah. (Lihat
surat An Nisaa ayat 34).

[273] Lebih dari dua Maksudnya : dua atau lebih sesuai dengan yang diamalkan Nabi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


216

[274] Memberi mudharat kepada waris itu ialah tindakan-tindakan seperti: a. Mewasiatkan
lebih dari sepertiga harta pusaka. b. Berwasiat dengan maksud mengurangi harta warisan.
Sekalipun kurang dari sepertiga bila ada niat mengurangi hak waris, juga tidak
diperbolehkan.

[275] Perbuatan keji: menurut jumhur mufassirin yang dimaksud perbuatan keji ialah
perbuatan zina, sedang menurut Pendapat yang lain ialah segala perbuatan mesum seperti :
zina, homo sek dan yang sejenisnya. menurut Pendapat Muslim dan Mujahid yang dimaksud
dengan perbuatan keji ialah musahaqah (homosek antara wanita dengan wanita).

[276] Menurut jumhur mufassirin jalan yang lain itu itu ialah dengan turunnya ayat 2 surat
An Nuur.

[277] Maksudnya Ialah: 1. orang yang berbuat maksiat dengan tidak mengetahui bahwa
perbuatan itu adalah maksiat kecuali jika dipikirkan lebih dahulu. 2. orang yang durhaka
kepada Allah baik dengan sengaja atau tidak. 3. orang yang melakukan kejahatan karena
kurang kesadaran lantaran sangat marah atau karena dorongan hawa nafsu.

[278] Ayat ini tidak menunjukkan bahwa mewariskan wanita tidak dengan jalan paksa
dibolehkan. menurut adat sebahagian Arab Jahiliyah apabila seorang meninggal dunia, Maka
anaknya yang tertua atau anggota keluarganya yang lain mewarisi janda itu. janda tersebut
boleh dikawini sendiri atau dikawinkan dengan orang lain yang maharnya diambil oleh
pewaris atau tidak dibolehkan kawin lagi.

[279] Maksudnya: berzina atau membangkang perintah.

[280] Maksudnya Ialah: menceraikan isteri yang tidak disenangi dan kawin dengan isteri
yang baru. Sekalipun ia menceraikan isteri yang lama itu bukan tujuan untuk kawin, Namun
meminta kembali pemberian-pemberian itu tidak dibolehkan.

[281] Maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan seterusnya ke atas. dan yang dimaksud dengan
anak perempuan ialah anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah, demikian
juga yang lain-lainnya. sedang yang dimaksud dengan anak-anak isterimu yang dalam
pemeliharaanmu, menurut jumhur ulama Termasuk juga anak tiri yang tidak dalam
pemeliharaannya.

[282] Maksudnya: budak-budak yang dimiliki yang suaminya tidak ikut tertawan bersama-
samanya.

[283] Ialah: selain dari macam-macam wanita yang tersebut dalam surat An Nisaa' ayat 23
dan 24.

[284] Ialah: menambah, mengurangi atau tidak membayar sama sekali maskawin yang telah
ditetapkan.

[285] Maksudnya: orang merdeka dan budak yang dikawininya itu adalah sama-sama
keturunan Adam dan hawa dan sama-sama beriman.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


217

[286] Yaitu dalam syari'at di antaranya boleh menikahi budak bila telah cukup syarat-
syaratnya.

[287] Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab
membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.

[288] Lihat orang-orang yang Termasuk ahli waris dalam surat An Nisaa' ayat 11 dan 12.

[289] Maksudnya: tidak Berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya.

[290] Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya
dengan baik.

[291] Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti
meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.

[292] Maksudnya: untuk memberi peljaran kepada isteri yang dikhawatirkan


pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah
dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul
mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. bila cara pertama telah ada
manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.

[293] Hakam ialah juru pendamai.

[294] Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan,
dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim.

[295] Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan
bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.

[296] Maksudnya kafir terhadap nikmat Allah, ialah karena kikir, menyuruh orang lain
berbuat kikir. Menyembunyikan karunia Allah berarti tidak mensyukuri nikmat Allah.

[297] Riya ialah melakukan sesuatu karena ingin dilihat dan dipuji orang.

[298] Maksudnya: Allah tidak akan mengurangi pahala orang-orang yang mengerjakan
kebajikan walaupun sebesar zarrah, bahkan kalau Dia berbuat baik pahalanya akan dilipat
gandakan oleh Allah.

[299] Seorang Nabi menjadi saksi atas perbuatan tiap-tiap umatnya, Apakah perbuatan itu
sesuai dengan perintah dan larangan Allah atau tidak.

[300] Maksudnya: mereka dikuburkan atau mereka hancur menjadi tanah.

[301] Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk
bersembahyang bagi orang junub yang belum mandi.

[302] Maksudnya: mengubah arti kata-kata, tempat atau menambah dan mengurangi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


218

[303] Maksudnya mereka mengatakan : Kami mendengar, sedang hati mereka mengatakan:
Kami tidak mau menuruti.

[304] Maksudnya mereka mengatakan: dengarlah, tetapi hati mereka mengatakan: Mudah-
mudahan kamu tidak dapat mendengarkan (tuli).

[305] Raa 'ina berarti: sudilah kiranya kamu memperhatikan kami. di kala Para sahabat
menghadapkan kata ini kepada Rasulullah, orang Yahudipun memakai kata ini dengan
digumam seakan-akan menyebut Raa'ina Padahal yang mereka katakan ialah Ru'uunah yang
berarti kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya Tuhan
menyuruh supaya sahabat-sahabat menukar Perkataan Raa'ina dengan Unzhurna yang juga
sama artinya dengan Raa'ina.

[306] Menurut kebanyakan mufassirin, Maksudnya ialah mengubah muka mereka lalu
diputar kebelakang sebagai penghinaan.

[307] Lihat surat Al Baqarah ayat 65 dan surat Al A'raaf ayat 163.

[308] Yang dimaksud di sini ialah orang-orang Yahudi dan Nasrani yang menganggap diri
mereka bersih. Lihat surat Al Baqarah ayat 80 dan ayat 111 dan surat Al Maa-idah ayat 18.

[309] Jibt dan Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah s.w.t.

[310] Maksudnya: orang-orang yang tidak dapat memberikan kebaikan kepada manusia atau
masyarakatnya, tidak selayaknya ikut memegang jabatan dalam pemerintahan.

[311] Yaitu: kenabian, Al Quran, dan kemenangan.

[312] Yang selalu memusuhi Nabi dan kaum muslimin dan ada yang mengatakan Abu
Barzah seorang tukang tenung di masa Nabi. Termasuk Thaghut juga: 1. orang yang
menetapkan hukum secara curang menurut hawa nafsu. 2. berhala-berhala.

[313] Ialah: berhakim kepada selain Nabi Muhammad s.a.w.

[314] Ialah: orang-orang yang Amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rasul, dan
Inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al
Faatihah ayat 7.

[315] Sangat merasa keberatan ikut pergi berperang.

[316] Orang-orang mukmin yang mengutamakan kehidupan akhirat atas kehidupan dunia ini.

[317] Orang-orang yang Menampakkan dirinya beriman dan minta izin berperang sebelum
ada perintah berperang.

[318] Artinya pahala turut berperang tidak akan dikurangi sedikitpun.

[319] Kemenangan dalam peperangan atau rezki.

[320] Pelajaran dan nasehat-nasehat yang diberikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


219

[321] Rasul tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan tidak
menjamin agar mereka tidak berbuat kesalahan.

[322] Ialah: tokoh-tokoh sahabat dan Para cendekiawan di antara mereka.

[323] Menurut mufassirin yang lain Maksudnya Ialah: kalau suatu berita tentang keamanan
dan ketakutan itu disampaikan kepada Rasul dan ulil Amri, tentulah Rasul dan ulil amri yang
ahli dapat menetapkan kesimpulan (istimbat) dari berita itu.

[324] Perintah berperang itu harus dilakukan oleh Nabi Muhammad s.a.w karena yang
dibebani adalah diri beliau sendiri. ayat ini berhubungan dengan keengganan sebagian besar
orang Madinah untuk ikut berperang bersama Nabi ke Badar Shughra. Maka turunlah ayat ini
yang memerintahkan supaya Nabi Muhammad s.a.w. pergi berperang walaupun sendirian
saja.

[325] Syafa'at yang baik Ialah: Setiap sya'faat yang ditujukan untuk melindungi hak seorang
Muslim atau menghindarkannya dari sesuatu kemudharatan.

[326] Syafa'at yang buruk ialah kebalikan syafa'at yang baik.

[327] Penghormatan dalam Islam Ialah: dengan mengucapkan Assalamu'alaikum.

[328] Maksudnya: golongan orang-orang mukmin yang membela orang-orang munafik dan
golongan orang-orang mukmin yang memusuhi mereka.

[329] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak
mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak
mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka
mereka itu menjadi sesat.

[330] Diriwayatkan bahwa beberapa orang Arab datang kepada Rasulullah s.a.w. di Madinah.
lalu mereka masuk Islam, kemudian mereka ditimpa demam Madinah, karena itu mereka
kembali kafir lalu mereka keluar dari Madinah. kemudian mereka berjumpa dengan sahabat
Nabi, lalu sahabat menanyakan sebab-sebab mereka meninggalkan Madinah. mereka
menerangkan bahwa mereka ditimpa demam Madinah. sahabat-sahabat berkata: mengapa
kamu tidak mengambil teladan yang baik dari Rasulullah? sahabat-sahabat terbagi kepada
dua golongan dalam hal ini. yang sebahagian berpendapat bahwa mereka telah menjadi
munafik, sedang yang sebahagian lagi berpendapat bahwa mereka masih Islam. lalu turunlah
ayat ini yang mencela kaum muslimin karena menjadi dua golongan itu, dan memerintahkan
supaya orang-orang Arab itu ditawan dan dibunuh, jika mereka tidak berhijrah ke Madinah,
karena mereka disamakan dengan kaum musyrikin yang lain.

[331] Ayat ini menjadi dasar hukum suaka.

[332] Tidak memihak dan telah Mengadakan hubungan dengan kaum muslimin.

[333] Maksudnya: menyerah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


220

[334] Seperti: menembak burung terkena seorang mukmin.

[335] Diat ialah pembayaran sejumlah harta karena sesuatu tindak pidana terhadap sesuatu
jiwa atau anggota badan.

[336] Bersedekah di sini Maksudnya: membebaskan si pembunuh dari pembayaran diat.

[337] Maksudnya: tidak mempunyai hamba; tidak memperoleh hamba sahaya yang beriman
atau tidak mampu membelinya untuk dimerdekakan. menurut sebagian ahli tafsir, puasa dua
bulan berturut-turut itu adalah sebagai ganti dari pembayaran diat dan memerdekakan hamba
sahaya.

[338] Dimaksud juga dengan orang yang mengucapkan kalimat: laa ilaaha illallah.

[339] Maksudnya: orang itu belum nyata keislamannya oleh orang ramai kamupun demikian
pula dahulu.

[340] Maksudnya: yang tidak berperang karena uzur.

[341] Maksudnya: yang tidak berperang tanpa alasan. sebagian ahli tafsir mengartikan
qaa'idiin di sini sama dengan arti qaa'idiin Maksudnya: yang tidak berperang karena uzur..

[342] Yang dimaksud dengan orang yang Menganiaya diri sendiri di sini, ialah orang-orang
muslimin Mekah yang tidak mau hijrah bersama Nabi sedangkan mereka sanggup. mereka
ditindas dan dipaksa oleh orang-orang kafir ikut bersama mereka pergi ke perang Badar;
akhirnya di antara mereka ada yang terbunuh dalam peperangan itu.

[343] Menurut Pendapat jumhur arti qashar di sini Ialah: sembahyang yang empat rakaat
dijadikan dua rakaat. Mengqashar di sini ada kalanya dengan mengurangi jumlah rakaat dari
4 menjadi 2, Yaitu di waktu bepergian dalam Keadaan aman dan ada kalanya dengan
meringankan rukun-rukun dari yang 2 rakaat itu, Yaitu di waktu dalam perjalanan dalam
Keadaan khauf. dan ada kalanya lagi meringankan rukun-rukun yang 4 rakaat dalam Keadaan
khauf di waktu hadhar.

[344] Menurut jumhur mufassirin bila telah selesai serakaat, Maka diselesaikan satu rakaat
lagi sendiri, dan Nabi duduk menunggu golongan yang kedua.

[345] Yaitu rakaat yang pertama, sedang rakaat yang kedua mereka selesaikan sendiri pula
dan mereka mengakhiri sembahyang mereka bersama-sama Nabi.

[346] Cara sembahyang khauf seperti tersebut pada ayat 102 ini dilakukan dalam Keadaan
yang masih mungkin mengerjakannya, bila Keadaan tidak memungkinkan untuk
mengerjakannya, Maka sembahyang itu dikerjakan sedapat-dapatnya, walaupun dengan
mengucapkan tasbih saja.

[347] Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan dengan pencurian yang
dilakukan Thu'mah dan ia Menyembunyikan barang curian itu di rumah seorang Yahudi.
Thu'mah tidak mengakui perbuatannya itu malah menuduh bahwa yang mencuri barang itu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


221

orang Yahudi. hal ini diajukan oleh kerabat-kerabat Thu'mah kepada Nabi s.a.w. dan mereka
meminta agar Nabi membela Thu'mah dan menghukum orang-orang Yahudi, Kendatipun
mereka tahu bahwa yang mencuri barang itu ialah Thu'mah, Nabi sendiri Hampir-hampir
membenarkan tuduhan Thu'mah dan kerabatnya itu terhadap orang Yahudi.

[348] Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan.

[349] Asal makna Inaatsan ialah wanita-wanita. patung-patung berhala yang disembah Arab
Jahiliyah itu biasanya diberi nama dengan Nama-nama perempuan sebagai Laata, Al Uzza
dan Manah. dapat juga berarti di sini orang-orang mati, benda-benda yang tidak berjenis dan
benda-benda yang lemah.

[350] Pada tiap-tiap manusia ada persediaan untuk baik dan ada persediaan untuk jahat,
syaitan akan mempergunakan persediaan untuk jahat untuk mencelakakan manusia.

[351] Menurut kepercayaan Arab jahiliyah, binatang-binatang yang akan dipersembahkan


kepada patung-patung berhala, haruslah dipotong telinganya lebih dahulu, dan binatang yang
seperti ini tidak boleh dikendarai dan tidak dipergunakan lagi, serta harus dilepaskan saja.

[352] Meubah ciptaan Allah dapat berarti, mengubah yang diciptakan Allah seperti mengebiri
binatang. ada yang mengartikannya dengan meubah agama Allah.

[353] Mu di sini ada yang mengartikan dengan kaum muslimin dan ada pula yang
mengartikan kaum musyrikin. Maksudnya ialah pahala di akhirat bukanlah menuruti angan-
angan dan cita-cita mereka, tetapi sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama.

[354] Lihat surat An Nisaa' ayat 2 dan 3

[355] Maksudnya Ialah: pusaka dan maskawin.

[356] Menurut adat Arab Jahiliyah seorang Wali berkuasa atas wanita yatim yang dalam
asuhannya dan berkuasa akan hartanya. jika wanita yatim itu cantik dikawini dan diambil
hartanya. jika wanita itu buruk rupanya, dihalanginya kawin dengan laki-laki yang lain
supaya Dia tetap dapat menguasai hartanya. kebiasaan di atas dilarang melakukannya oleh
ayat ini.

[357] Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti
meninggalkan rumah tanpa izin suaminya. nusyuz dari pihak suami ialah bersikap keras
terhadap isterinya; tidak mau menggaulinya dan tidak mau memberikan haknya.

[358] Seperti isteri bersedia beberapa haknya dikurangi Asal suaminya mau baik kembali.

[359] Maksudnya: tabi'at manusia itu tidak mau melepaskan sebahagian haknya kepada orang
lain dengan seikhlas hatinya, Kendatipun demikian jika isteri melepaskan sebahagian hak-
haknya, Maka boleh suami menerimanya.

[360] Maksudnya: kekafiran kamu itu tidak akan mendatangkan kemudharatan sedikitpun
kepada Allah, karena Allah tidak berkehendak kepadamu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


222

[361] Maksudnya: orang yang tergugat atau yang terdakwa.

[362] Maksudnya: di samping kekafirannya, ia merendahkan Islam pula.

[363] Yaitu dengan jalan membukakan rahasia-rahasia orang mukmin dan menyampaikan hal
ihwal mereka kepada orang-orang kafir atau kalau mereka berperang di pihak orang mukmin
mereka berperang dengan tidak sepenuh hati.

[364] Maksudnya: Alah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka
dilayani sebagai melayani Para mukmin. dalam pada itu Allah telah menyediakan neraka buat
mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.

[365] Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari
pujian atau popularitas di masyarakat.

[366] Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka berada
di hadapan orang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai