1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Rabb semesta
alam berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul
Spektrofotometer UV-Vis” dapat diselesaikan dengan baik. Tak lupa pula shalawat
pihak terutama berkah dan kemudahan dari Allah SWT sehingga kendala-kendala
yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Penyusunan skripsi ini tidak akan
terselesaikan dengan baik tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak yang telah
banyak membantu, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
1. Bapak Hernandi Sujono. S.Si, M.Si., selaku Dekan Fakultas Sains dan
2
2. Bapak Yulison Herry C., S.T., M.T., selaku Wakil Dekan I Fakultas Sains
penulis.
7. Ibu Dr. Trisna Yuliana,S.Si, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang selalu
Medion Farmajaya yang selalu sabar dalam memberikan arahan dan motivasi
kepada penulis.
9. Seluruh staf dosen, staf tata usaha, dan staf Laboratorium Jurusan Kimia,
materi, semangat, doa serta kasih sayang yang tiada ternilai, hingga penulis
menjadi alasan untuk berjuang serta memberikan do’a dan motivasi kepada
penulis
12. Sahabat–sahabat kelas Lina Anggaraeni dan Sylvia Angelin yang
3
13. Team Laboratorium Kimia teh Dewi Morlina,Onop, Arin, bunda
Egi, Siwi, Devi, Vina, Elsa yang tak pernah lelah selalu memberikan
14. Semua teman jurusan kimia angkatan 2015 yang merupakan teman
satu perjuangan .
15. Tak lupa kepada sahabat terkasih Singapore 202x : Tety, Ingeu,
Putri , juga sahabat soleha : Teh Ninda, Teh Yanti ,dan anak-anak IRM yang
Penulis,
4
DAFTAR ISI
ABSTRAK.........................................................................................................i
ABSTRACT......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................vi
DAFTAR ISTILAH.......................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................ix
DAFTAR GRAFIK...........................................................................................x
DAFTAR TABEL............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xii
BAB I Pendahuluan..........................................................................................1
2.1 Piperazine................................................................................................5
2.2 Benzokuinon............................................................................................7
2.4 Spektrofotometri....................................................................................10
5
2.4.1 Prinsip spektrofotometer UV-Vis.....................................................11
2.5 Gravimetri..............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................52
LAMPIRAN....................................................................................................58
6
7
DAFTAR ISTILAH
8
DAFTAR GAMBAR
9
DAFTAR GRAFIK
10
DAFTAR TABEL
11
DAFTAR LAMPIRAN
L.B. Perhitungan..............................................................................................................63
12
1
BAB I
PENDAHULUAN
mengandung dua nitrogen pada posisi 1 dan 4. Piperazine ini adalah anggota
Piperazine bekerja sebagai agonis GABA pada otot cacing. Cara kerja
terpisah dengan membentuk endapan sedangkan senyawa yang tidak dicari berada
2
senyawa yang dicari dengan tepat, maka sampel harus dilakukan penimbangan
metoda ini yaitu ketelitian yang cukup baik yaitu ±0,1%, metoda ini juga memiliki
kesalahan pada setiap tahapannya sehingga tidak didapatkan hasil pengujian yang
pengotor dari reagen, endapan yang terjadi sulit untuk disaring. Selain itu,
(Rusvirman, 2016).
ketidaktepatan dan kesalahan hasil uji,selain itu waktu yang dibutuhkan cukup
lama yakni sekitar 320 menit (Standar Internal PT. Medion, 2017).
dengan p-benzoquinon pertama kali dilaporkan oleh Foucy (1934) dan kemudian
Reaksi ini dengan p-benzoquinon tampaknya umum untuk amina, dan Benson dan
amina (alifatik, primer dan sekunder, amina alisiklik dan heterosiklik), lagi-lagi
dengan melakukan reaksi pada suhu tinggi. Kondensasi dapat terjadi antara amina
dan p-benzoquinon pada posisi 2 atau posisi 2 dan 5,menyajikan metode langsung
Senthiraja,2006).
dilakukan terhadap turunan Piperazine yaitu pada KC, TMH , dan PD )* dengan
benzokuinon?
b. Berapa kondisi optimal (waktu reaksi piperazine dan p-
benzokuinon )?
c. Bagaimana hasil validasi metoda analisa sampel piperazine
spektrofotometer UV-vis
4
berlokasi di Jalan Raya Batujajar no.29 Cimareme, Bandung Barat, Jawa Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Piperazine
mengandung dua nitrogen pada posisi 1 dan 4, adalah anggota siklik dari
Piperazine bekerja sebagai agonis GABA pada otot cacing. Cara kerja
Piperazine bebas larut dalam air dan etilen glikol, tetapi tidak larut dalam
dietil eter. Ini adalah basis yang lemah dengan dua pKbs 5,35 dan 9,73 pada 25 °
C; pH larutan piperazine 10% adalah 10,8-11,8. Piperazine siap menyerap air dan
karbon dioksida dari udara. Meskipun banyak turunan piperazin terjadi secara
beralkohol dengan 1,2-dikloroetana, melalui aksi natrium dan etilen glikol pada
etilen diamina hidroklorida, atau dengan mereduksi pirazin dengan natrium dalam
1
sebagai heksahidrat, C4H10N2. 6H2O, yang meleleh pada suhu 44 ° C dan mendidih
(Struktur piperazine)
Gambar 2.1
Sumber : Wikipedia
tersebut, maka dalam setiap 100 mg bentuk anhidrat Piperazine Sitrat terdapat
2
air,dengan pereaksi asam peklorat 0,1 N (Farmakope Indonesia,1995).
Gambar 2.2
Sumber The International Pharmacopoeia - Sixth Edition, 2016
2.1.1.2 Piperazine Phospat
Piperazine phospat C4H10N2. H3PO4 dengan BM = 202,1 g/mol dimana
g/mol. Berdasarkan data tersebut maka dalam setiap 100 mg A203 mengandung
berbau atau hamper tidak berbau. Larut dalam 60 bagian air, tidak larut dalam
Gambar 2.3
(sumber : www.lookchem.com)
3
2.1 Benzkuionon
pada benzokuionon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi
beragam, mulai dari kuning pucat sampai hamper hitam. Kuinon dibagi menjadi
terhidroksilasi dan bersifat senyawa fenol, mungkin bentuk glikosida atau bentuk
Gambar 2.4
Sumber : Wikipedia
4
Titik lebur : 115,7 o C
(Pubchem,2018)
pH yang besar ketika ion – ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan, atau ketika
penyangga mengandung campuran dari suatu asam dan garamnya atau suatu basa
dan garamnya. Maka kesetimbangan disosiasi dari suatu larutan penyangga yang
5
Banyak proses kimia dan biologi yang sangat peka terhadap perubahan pH
dari larutan, dan memang sangat penting untuk menjaga pH sekonstan mungkin.
Oleh sebab itu, larutan penyangga mendapatkan perhatian yang besar dalam ilmu
sebagai fungsi dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, dan fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang di absorbsi
memberikan peranan gugus-gugus demikian seperti C=C, C=O, dan N=N dalam
karena itu memerlukan adanya gugus kromofor didalam molekulnya. Transisi ini
6
terjadi dalam daerah spektrum (kira-kira 200 hingga nm) dan cocok untuk
Gugus fungsi seperti –OH, -NH2 dan –Cl yang mempunyai elektron-elektron
valensi bukan ikatan disebut auksokhrom yang tidak menyerap radiasi pada panjang
gelombang lebih besar dari 200 nm, tetapi menyerap kuat pada daerah ultraviolet
jauh. Bila suatu auksokhrom terikat pada suatu khromofor, maka pita serapan
dengan intensitas yang lebih kuat. Efek hipsokhrom adalah suatu pergeseran pita
serapan ke panjang gelombang lebih pendek, yang sering kali terjadi bila muatan
positif dimasukkan ke dalam molekul dan bila pelarut berubah dari non polar ke
sinar tersebut terserap oleh sampel dan sebagian lagi akan diteruskan.
Perbandingan antara intensitas sinar setelah melalui sampel dan intensitas sinar
7
fraksi sinar yang diserap tidak tergantung kepada intensitas sumber sinar. Hukum
8
Gambar 2.4
( sumber : wanibesak.files.wordpress.com)
1. Sumber-sumber lampu
dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan
2. Monokromator
a. Celah (Slit)
Celah monokromator adalah bagian yang pertama dan terakhir dari suatu
gelombang.
9
b. Filter Optik
cahaya dengan berbagai macam panjang gelombang. Filter optik berfungsi untuk
merupakan cahaya yang berwarna sesuai dengan warna filter optik yang dipakai.
3. Kuvet
Pada pengukuran didaerah tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat
digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel
kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvet
adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan.
Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga
digunakan. Kuvet yang bertutup digunakan untuk pelarut organik. Sel yang baik
4. Detektor
10
Detektor merupakan salah satu bagian dari spektrofotometer yang penting
oleh sebab itu detektr akan menemukan kualitas dari spektrofotometer adalah
5. Suatu amplifier (penguat) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat isyarat
2.4 Gravimetri
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur
atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri
meliputi transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat
segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur
analit R, sehingga diperoleh produk AaRr berupa zat yang mengendap. Endapan
ini dapat ditimbang setelah pengeringan atau dipanaskan menjadi senyawa lain
kemudian ditimbang.
11
Pengendapan mulai terjadi apabila tetapan hasil kali kelarutan suatu
disebut inti. Inti-inti ini ukurannya akan meningkat sampai cukup besar untuk
yaitu pembentukan inti (nukleasi), dan proses pertumbuhan inti. Setelah endapan
terpisah dengan membentuk endapan sedangkan senyawa yang tidak dicari berada
senyawa yang dicari dengan tepat, maka sampel harus dilakukan penimbangan
terlebih dahulu dan endapan yang terjadi juga ditimbang. Disamping kelebihan
metoda ini yaitu ketelitian yang cukup baik yaitu ±0,1%, metoda ini juga memiliki
kesalahan pada setiap tahapannya sehingga tidak didapatkan hasil pengujian yang
pengotor dari reagen, endapan yang terjadi sulit untuk disaring. Selain itu,
(Rusvirman,2016)
12
2.5 Validasi Metoda
Validasi metode menurut united states pharmacopeia (USP) dilakukan
untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan
karena munculnya suatu problem yang mengarahkan bahwa metode baku tersebut
harus direvisi
c. Penjaminan mutu yang mengindikasikan bahwa metode baku telah berubah
2.5.1. Linieritas
Linieritas merupakan kemammpuan suatu metode untuk memperoleh
hasil-hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada
kisaran yang diberikan. Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik
kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (Y) dengan konsentrasi (X).
13
Akurasi merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan antara nilai
terukur dengan niai yang diterima baik nilai konvensi, nilai sebenarnya atau nilai
rujukan. Akurasi diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali pada
suatu pengukuran dengan melakukan spiking pada suatu sampel. Untuk pengujian
dengan bahan rujukan standar (Standar reference material, SRM) (Harmita, 2004:
247)
2.5.3. Presisi
diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah sampel yang berbeda
signifikan secara statistik. Sesuai dengan ICH, presisi harus dilakukan pada 3
b. Presisi antara yaitu ketepatan (precision) pada kondisi percobaan yang berbeda,
14
biasanya dilakukan ketika akan melakukan uji banding antar laboratorium
sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi.
LOD merupakan batas uji yang secara spesifik menyatakan apakah analit di atas
atau dibawah nilai tertentu. Definifi batas deteksi yang paling umum digunakan
dalam kimia`analisis adalah bahwa batas deteksi merupakan kadar analit yang
noise ratio ini, meskipun demikian ICH juga menggunakan 2 metode pilihan lain
untuk menentukan LOD yakni: Metode non instrumental visual dan dengan
kromatografi lapis tipis dan pada metode titrimetri. LOD juga dapat dihitung
baku pada level yang mendekati LOD sesuai dengna rumus, LOD = 3,3 (SD/S).
Standar deviasi respon dapatt ditentukan berdasarkn pada standar deviasi blanko,
pada standar deviasi residual dari garis regresi atau standar deviasi intersep y pada
15
Batas kuantifikasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam
sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada
langkahnya adalah :
2.6.3.1 Membuat Hipotesis
Uji T terdiri dari dua hipotesis, yaitu hipotesis nol (H 0) yang menyatakan
tidak ada perbedaan nyata diantara rata-rata kadar yang dihasilkan oleh kedua
metode yang dihasilkan oleh kedua metode dan hipotesis tandingan (H 1) yang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
- masukkan dalam labu ukur 100 mL, add aquadest sampai tanda
batas dan homogenkan (Larutan A)
16
+ aquadest sampai tanda batas dan homogenkan (Larutan B)
+ 4 mL larutan benzkuionon
17
+ 4 mL larutan buffer pH 5,4 ke dalam masing-masing labu
18
2.6.3.11 Aquades
mL
5) Ditambahkan akuadest sampai tanda batas dan
homogenkan(Larutan B)
19
6) Dipipet berturut-turut 1, 2, 3, 4, 5 mL larutan B dan
masing labu
8) Ditambahkan 4 mL larutan p-benzoquinon prepare ke
Spektrofotometer UV-vis
1) Diukur kadar air standar piperazine Phospat
2) Ditimbang 100 mg sampel Piperazin Phospat bentuk
(Larutan A)
5) Dipipet 4 ml larutan A masukkan ke dalam labu ukur 25
mL
6) Ditambahkan aquadest sampai tanda
batas,homogenkan(Larutan B)
7) Dipipet 2 mL larutan B dan masukkan ke dalam labu ukur
20 mL
8) Ditambahkan 4 mL larutan buffer pH 5,4 ke dalam
20
9) Ditambahkan 4 mL larutan p-benzoquinon 1% ke dalam
masing-masing labu
10) Ditambahkan Akuadest sampai tanda batas dan
homogenkan
11) Didiamkan larutan selama 40 menit, kemudian baca
BAB IV
senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar, yang terdiri atas dua gugus
piperazine adalah buffer 5,4 yang dibuat dengan menggabungkan larutan Kalium
Hidrogen Phtalate 100mL kedalam larutan NaOH 68 mL, yang di ukur pH nya
21
menggunakan pH metter . Buffer ini berfungsi mempertahankan pH agar tidak
spektrofotometri UV- Vis adalah senyawa tersebut memiliki gugus kromofor dan
ausokrom sehingga dapat diukur serapannya pada daerah ultraviolet dan visible,
yakni 200-800nm. Hampir semua gugus kromofor memiliki ikatan rangkap seperti
mengubah sampel, menjadi berwarna dan dapat terbaca serapannya oleh alat
aukshokrom atau gugus jenuh dengan elektron tidak terikat, dimana apabila gugus
ini menempel pada gugus kromofor ,dapat merubah baik panjang gelombang
maupun intensitas dari serapan, hal ini terjadi pada gugus NH 2 yang terdapat pada
sampel piperazine. Panjang gelombang yang digunakan pada penelitian ini adalah
adalah sebanyak 2 mL ,dengan waktu tunggu 30 menit, dan tetap stabil selama 2
jam. Setelah dilakukan percobaan ulang, didapat hasil rata-rata absorban yang
diserap terlalu kecil ,yakni 0,193 . Hal ini tidak sesuai dengan kaidah yakni syarat
22
hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi ankan linear apabila nilai
absorbansi larutan antara 0,2-0,8 atau sering disebut sebagai daerah berlaku
yang diukur setiap 10 menit sebanyak 6 titik sebagaimana dalam tabel 4.2 . Pada
mengalami penurunan sebagaimana dalam grafik 4.5 dan 4.6. Maka dilakukan uji
T untuk membandingkan waktu yang tepat , didapatkan hasil tidak berbeda nyata
zat dalam suatu sampel yang diketahui dengan membandingkan yang tidak
diketahui kedalam sampel standar yang telah diketahui. Dari kurva standar ini
didapat linearitas, linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva
23
intersep, dan koefisien korelasinya. Konsentrasi yang dibuat berturut-turut adalah
4,021 ; 8,042 ; 12,063 ; 16,084 ; 20,105 µg/mL . Dari grafik linearitas yang
didapat (terdapat pada lampiran grafik 4.7 ), konsentrasi akan berbanding lurus
didapat akan semakin tinggi pula. Dari penelitian yang telah dilakukan , didapat
selama 40menit, dilakukan replikasi sebanyak enam kali. Sehingga absorban yang
terbaca 0,720 ; 0,709 ; 0,708 ; 0,736 ; 0,706 ; 0710 dengan masing masing
Kadar rata-rata yang didapat adalah 114,10% , dimana hasil tidak sesuai
dengan syarat dari British Pharmacopeia yakni 98,5-101 %.
4.5.1 Presisi
24
Presisi merupakan kedekatan antara hasil pengujian individu dalam
Dari data yang didapat pada penelitian ini ,didapat rata-rata kadar piperazine
Deviation atau simpangan baku relative) adalah 1,02 %. Nilai RSD ini memenuhi
persyaratan pada analit dengan konsentrasi 100%, yaitu < 2%. Hal ini
Dimana hal ini tidak memenuhi, syarat standar yakni 98,5 – 101 %. Hasil
penelitian ini, menyatakan ketidakakuratan dalam pengujian, dimana hal ini biasa
terjadi karena %kadar air dari garam pperazine yang tidak stabil, atau pengaruh
25
dari alat uji karl Fisher yang tidak akurat, sifat garam yang mudah menyerap air
phospat ini.
Batas deteksi adalah konsentrasi analit terendah dalam contoh yang dapat
dideteksi, akan tetapi tidak perlu ditentukan secara kuantitatif hingga didapatkan
nilai yang persis. Sedangkan batas kuantitas adalah konsentrasi terendah dalam
contoh yang dapat diukur secara kuantitatif dengan akurasi dan presisi yang dapat
kalibrasi.
Dari penelitian ini didapat hasil batas deteksi konsemtrasi terendah yang
didapat adalah 0,0290 µg/mL. Dan batas deteksi kuantifikasi terendah yang
26
BAB V
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Reaksi optimal antara sampel dan pereaksi adalah ketika
syarat dari BP
4. Presisi yang didapat adalah 1,66% dimana sesuai dengan syarat
yakni <2%
5. LOD yang didapat adalah 0.2628 µ g/mL dan LOQ 0,875 µ
g/mL
1.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disarankan agar
piperazine lainnya seperti dalam garam piperazine adiphate, atau dalam produk
27
Diperlukan adanya pemeriksaan ulang terhadap kadar air dalam standar
LAMPIRAN A
DAFTAR TABEL
Waktu 10 20 30 40 50 60 70
abs1 0,135 0,154 0,192 0,217 0,241 0,260 0,273
abs2 0,140 0,161 0,193 0,217 0,242 0,261 0,274
abs3 0,140 0,162 0,193 0,218 0,244 0,261 0,274
abs4 0,142 0,162 0,193 0,218 0,242 0,262 0,274
abs5 0,143 0,162 0,194 0,219 0,243 0,262 0,274
abs6 0,143 0,163 0,194 0,219 0,243 0,262 0,275
abs rata
rata 0,141 0,161 0,193 0,218 0,242 0,261 0,274
Tabel 4. 1. absorbansi sampel dengan benzokuinon 2 mL
Waktu 10 20 30 40 50 60 70
abs1 0,432 0,454 0,471 0,489 0,497 0,512 0,510
abs2 0,434 0,456 0,471 0,489 0,497 0,506 0,508
abs3 0,435 0,456 0,471 0,499 0,497 0,503 0,507
abs4 0,436 0,457 0,472 0,490 0,497 0,502 0,506
abs5 0,436 0,457 0,472 0,490 0,497 0,502 0,506
abs6 0,437 0,458 0,473 0,490 0,497 0,503 0,506
abs rata
rata 0,435 0,457 0,472 0,491 0,497 0,505 0,507
Tabel 4.2. absorbansi sampel dengan benzokuinon 4 mL
Waktu 10 20 30 40 50 60 70
abs rata
0,141 0,161 0,193 0,218 0,242 0,261 0,274
rata 2 mL
abs rata
0,435 0,457 0,472 0,491 0,497 0,505 0,507
rata 4 Ml
Tabel 3. Perbandingan absorbansi rata-rata sampel 2 mL dan 4mL
No item pH
1 Piperazine Sitrat 5,55
Piperazine
2 Phospat 6,08
3 Benzokuinon 2,71
28
4 Buffer 5,45
Tabel 4. pH larutan
LAMPIRAN B
DAFTAR GRAFIK
29
Grafik 2. Absorbansi sampel pada waktu 10 menit untuk menentukan waktu optimum
Grafik 3. Absorbansi sampel pada waktu 20 menit untuk menentukan waktu optimum
30
Grafik 4. Absorbansi sampel pada waktu 30 menit untuk menentukan waktu optimum
Grafik 5. Absorbansi sampel pada waktu 40 menit untuk menentukan waktu optimum
31
Grafik 6. Absorbansi sampel pada waktu 50 menit untuk menentukan waktu optimum
Grafik 7. Absorbansi sampel pada waktu 60 menit untuk menentukan waktu optimum
32
Grafik 8. Absorbansi sampel pada waktu 70 menit untuk menentukan waktu optimum
33
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI PENELITIAN
1. Lampiran gambar
34
Gambar L.3 Piperazine Phospat Gambar L.4 Piperazine sitrat
35
36
1
LAMPIRAN D
PERHITUNGAN
Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Piperazine Sitrat dan Piperazine
Phospat
Rumus Molekul Piperazine Sitrat(standar) = 3C4H10N2.2C6H8O7
Berat Molekul = 642,66142 g/mol
Rumus Molekul Piperazine = 3C 4H10N2
Berat molekul = 258,4101 g/mol
Berat Piperazine = 40,21 mg (1)
Rumus Molekul Piperazine Phospat = C4H10N2. H3PO4
Berat Molekul = 202,1 g/mol
Rumus Molekul Piperazine = C 4H10N2
Berat molekul = = 86,1367 g/mol
Berat Piperazine = 42,62 mg (2)
BM Piperazine
BM piperazine p h ospat
258,4101 g/mol
= =
642,6612 g/mol
86,137 g /mol
202.100 g/mol
= 40,21 mg = 42,62 mg
(keterangan : dalam 100 mg lgaram piperazine sitrat (keterangan : dalam
40,21 mg
=
0,1 L
= 402,1 ppm
Diambil 5 mL ,untuk diencerkan kedalam labu 25 mL
4 , 021 ppm
= 80,42 ppm
5
Dibuat kurva standar, dengan masing-masing konsentrasi
1 20mL 20 4,0210
2 10 8,0420
3 6,6 12,063
4 5 16,084
5 4 20,105
x 1−x 2
T hitung
S
=
= √
s
1
√ +
n1 n 2
1
0 , 4894−0 , 4974
T hitung =
0 , 075
0 , 008
√ 1 1
+
6 6
= = 0,05
0 ,1 35
T table 1,81
Thitung< Ttabel
Pengujian tidak berbeda nyata
Lampiran 3. Perhitungan Kurva Kalibrasi
Tabel L.4.1 Perhitungan persamaan regresi linear
konsentrasi rata-rata
Data (x) absorban(y) XY X2 Y2
H 9 3 3
y = 0,0885x + 0,0261
R² = 0,9997
Y=bx+a
Keterangan :
b : Kemiringan garis (slope)
a : Absorbansi pada konsentrasi 0 (Intercept)
r : Koefisien korelasi
Y : absorbansi
X : Konsentrasi (µg/L)
N : Jumlah data
(5)(80,28329)−( 60,315)(5,469)
b= =0,0885
( 5 ) ( 889,2643 )−( 60,315 ) (60,315)
(5,469)(0,885 x 60,315)−( 5,469 x 889,2643)( 60,315 x 80,28329)
a= =0,0261
(5 )( 889,2643 )−(889,2643)( 889,2643)
5
¿
80,28329
(¿)−(60,315)(5,469)
¿
5
¿
889,2643
(¿)−( 60,315 )2
¿
5 = 0,9997
¿
7,249003
5,469
¿
¿
¿2
¿
¿
¿
r =¿
5
y = 0,0885x + 0,0261
R² = 0,9997
Slope = 0,0885
% Kadar
no Absorban(y) Konsentrasi sampel (ug/ml) (x) (b/b)
1 0,72 7,8407 114,95%
2 0,709 7,7164 113,13%
3 0,708 7,7051 112,96%
4 0,736 8,0215 117,60%
5 0,706 7,6825 112,63%
6 0,71 7,7277 113,30%
jumlah 4,289 46,6938 684,58%
rata-rata 0,715 7,7823 114,10%
Akurasi 185,41%
Presisi (% RSD) 1,02%
SD 0,0190
n 6
b 0,0885
SA 0,0078
LOD 0,2628
=
√ 0,003408
6−1
=0,0190
0,0190
= x 100%
7,7823
= 1,02 %
Kemudian dari hasil analisis diperoleh hasil Absorbansi (y) yang kemudian
( y )−0,0261
Konsentrasi hasil pengukuran (Cx) =
0,0885
0,072−0,0261
= =7,8407 µg/mL
0,0885
25 20
V labu sampelx ( )( )
Konsentrasi sampel = Cx x 4 2
W sampel
100 mL
/10
= 7,8407 µg/mL 6.25 µg/mg
x =114,95
42,62mg
% Kadar
no Absorban(y) Konsentrasi sampel (ug/ml) (x) (b/b)
1 0,72 7,8407 114,95%
2 0,709 7,7164 113,13%
3 0,708 7,7051 112,96%
4 0,736 8,0215 117,60%
5 0,706 7,6825 112,63%
6 0,71 7,7277 113,30%
jumlah 4,289 46,6938 684,58%
rata-rata 0,715 7,7823 114,10%
Akurasi 185,41%
Presisi (% RSD) 1,02%
SD 0,0190
n 6
b 0,0885
SA 0,0078
LOD 0,2628
LOQ 0,8759
y
S (Simpangan baku residual dari garis regresi)
x
= √ ∑ ( Y −Yi ) 2 :( N −2)
= √ ∑ ( 0,715−0,720 )( 0,715−0,720 )−(6−2)
= 0,0078
LOD = 3.SD/b
7
= (3)(0,078)/0,0885 = 0,2628µg/mL
LOQ = 10.SD/b
= (10) )(0,078)/0,3559 =0,8759 µg/mL
µ volume sampel
kal T
Kal
T
Kal
1/rec M0
µ presisi
berikut :
V labu sa m pel
Kadar piperazine = Cx(kurva kalibrasi) x x Faktor pengenceran
massa sampel
Nilai ketidakpastian kurva kalibrasi adalah standar deviasi dari fungsi yang
Sx=0,07986
µkurva = 0,07986
3. Ketidakpastian massa
µmassa = 0,0000095
4. Ketidakpastian presisi
S
µpresisi =
√n
S = Standar deviasi; n = jumlah pengulangan
S
µpresisi =
√n
1, 02
µpresisi = = 0,416
√6
9
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Syarif dan Elysabeth. 2007 Antelmintik dalam Farmakologi dan Terapi FK
UI. Balai Penerbit FKUI. Jakarta (541-550)
10
Fessenden R.J. and J.S Fessenden. 1986 .Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga.
Erlangga.Jakarta
Rizk, M., Walash and Ibrahim, F. 1984. Spectroscopy Lett., , (17, 423).
11
Rizk, M.S., Walash, M. I and Ibrahim, F.A., Analyst. , 1981, 106, 1163.