Oleh :
CICILIA RESA
F1F1 13 159
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
Penulis
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
terselesaikan.
Melalui kesempatan ini secara khusus penulis haturkan terima kasih yang tak
terhingga kepada orang tua penulis, ayahanda NUSI YUNUS dan ibunda HERLINA
PATOMBE atas segala doa, restu, semangat, bimbingan, arahan, dan nasihat, serta
ketabahannya dalam membesarkan dan mendidik penulis. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa selalu melindungi dan melimpahkan rahmat-Nya kepada ayah dan ibu tercinta.
Terima kasih penulis haturkan kepada ibu Wahyuni, S.Si., M.Si., Apt. selaku
pembimbing pertama dan bapak Muh. Ilyas Yusuf, S.Farm., M.imun., Apt selaku
pembimbing kedua, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
mengarahkan dan membimbing penulis mulai dari penulisan proposal hingga proses
1. Rektor Universitas Halu Oleo, Prof. Dr. Ir. Usman Rianse, M.Si
3. Ibu Suryani, S.Farm., M.Sc., Apt selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi UHO
iv
4. Bapak Dr. Ruslin, S.Pd., M.Pd selaku Wakil Dekan II Fakultas Farmasi UHO
5. Bapak Sunandar Ihsan, S.Farm., M.Sc., Apt selaku Wakil Dekan III Fakultas
Farmasi UHO
6. Ibu Nur Illiyyin Akib, S.Si., M.Si., Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi Fakultas
Farmasi UHO
Pendidikan Fakultas Farmasi dan Ibu Rini Hamsidi, S.Farm., M.Farm., Apt
selaku Kepala Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi serta para laboran yang
8. Dr. Muzuni, S.Si., M.Si, Muh. Hajrul Malaka, S.Si., M.Si, Fadhliyah Malik,
S.Farm., M.Farm., Apt selaku dewan penguji, terima kasih atas penilaian, kritik
9. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Universitas Halu Oleo, khususnya Jurusan
Farmasi, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis. Seluruh staf
di Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo terima kasih atas segala fasilitas dan
10. Buat kakak-kakak yang telah memberikan saran serta bantuan dalam perkuliahan
dan penulisan skripsi ini, Kak Kusmawardani Usman, S.Farm, kak Edi Mursidi,
S.Farm Kak Hajrul Malaka, S.Si., M.Si, dan Kak Agung Wibawa Mahatva
Yodha, S.Si.
11. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Nursita Ainul Ma’arifah, Apriliani, Clara Jane
Sasmita, Amd.Keb, Putri Eka Amaliah, dan Puspita Indah Sari terimakasih untuk
v
selalu menemani penulis dalam suka maupun duka serta semangat, doa dan
dukungannya.
12. Sahabat-sahabat seperjuangan tercinta dalam menuntut ilmu dan tempat berbagi
suka dan duka MaRps: Listi, Ani, Ayukumala, Sasta, Puyan, Yuriko, Neglan, Iga,
Anty, Nency, Sri, Nindy Dila, Elsa, Sinar, Wati, Asty, Intan, Mike, kak Mintje
Gredis, Imam, Arif, kak Fuad dan kak Igo terima kasih untuk semua bantuan dan
13. Yang selalu menemani dalam penelitian Listy, Ani, Yani, Ayukumala, Gredis,
Kak Fuad, Arif, Novi, Firas, terima kasih banyak atas semua bantuannya.
bantuan, kerja sama dan dukungan dalam bentuk tenaga bahkan materi.
15. Teman-teman angkatan 2013 seperjuangan kelas A,B,C yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah bersama-sama melewati susah dan senang
16. Kakak-kakak dan adik-adik mahasiswa yang turut memberi dukungan kepada
penulis.
Mohon maaf atas hal-hal yang tidak berkenaan dari diri penulis, dan khirnya
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
E. Variabel .................................................................................................... 26
F. Definisi Oprasional .................................................................................. 26
G. Prosedur Penelitian ................................................................................... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 36
A. Determinasi Tanaman .............................................................................. 36
B. Penyiapan Sampel .................................................................................... 36
C. Ekstraksi ................................................................................................... 37
D. Skrining Fitokimia ................................................................................... 38
E. Karakterisasi Ekstrak ............................................................................... 43
F. Uji Efek Imunomodulator ........................................................................ 45
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 52
A. Saran ......................................................................................................... 52
B. Kesimpulan .............................................................................................. 52
C. DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 53
LAMPIRAN ................................................................................................... 58
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
4. Mencit 22
5. Kerangka Konsep 24
x
DAFTAR LAMPIRAN
3 Perhitungan Rendamen 63
4 Karakterisasi Ekstrak 64
Hewan Uji
11 Dokumentasi Penelitian 80
xi
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
xii
UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL BUAH WUALAE
(Etlingera elatior (Jack) R.M.Smith) TERHADAP AKTIVITAS FAGOSITOSIS
MAKROFAG PADA MENCIT JANTAN BALB/C
Cicilia Resa
F1F113159
ABSTRAK
Wualae (Etlingera elatior (Jack) R.M. Smith) secara empiris telah digunakan dalam
pengobatan dan sebagai bahan pangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh pemberian ekstrak etanol buah wualae terhadap aktivitas fagositosis
makrofag. Sebanyak dua puluh empat ekor mencit galur Balb/c dibagi ke dalam 6
kelompok. Kelompok pertama mendapat pemberian ekstrak 100mg/kgBB, kelompok
kedua mendapat pemberian ekstrak 200mg/kgBB, kelompok ketiga mendapat
pemberian 300mg/kgBB, kelompok keempat mendapat pemberian 400mg/kgBB,
kelompok kontrol positif mendapat eksrak Phyllanthus niruri Linn.(Stimuno®)
0,13mg/gBB, dan kelompok kontrol negatif mendapatkan NaCMC 0,5%. Ekstrak
diberikan sejak hari pertama hingga ketujuh. Pada hari kedelapan masing-masing
mencit diinjeksikan bakteri Staphylococcus aureus (SA) secara intraperitoneal.
Aktivitas sel makrofag dihitung dari apusan cairan peritoneum. Peningkatan dosis
ekstak etanol buah wualae meningkatkan jumlah aktivitas fagositosis makrofag dari
36,50% (Na CMC), 45,75% (100mg/kgBB), 59,70% (200mg/kgBB), 61%
(300mg/kgBB), 71,25% (400mg/kgBB). Hasil menunjukan bahwa ekstrak etanol
buah wualae memiliki potensi sebagai imunomodulator pada dosis 300 mg/kgBB dan
400 mg/kgBB dengan efektivitas yang tidak berbeda jauh dengan stimuno dalam
meningkatkan aktivitas fagositosis sel makrofag hasil uji statistik post hoc TUKEY
(sig. > 0,05).
xiii
IMMUNOMODULATOR EFFECTS OF ETHANOL EXTRACT FRUIT
WUALAE (Etlingera elatior (Jack) R.M.Smith) AGAINST POWER
MACROPHAGE PHAGOCYTOSIS ON MALE MICE BALB/C
Cicilia Resa
F1F113159
ABSTRACT
Wualae (Etlingera elatior (Jack) R.M.Smith) empirically been used by people to treat
diseases and as food. The current study investigates the role of the ethanol extract
fruit wualae (E.elatior) on mice macrophages activities. Twenty four balb/c mice
were divided into 6 equal groups. The first group received dose 100
mg ethanol extract of fruit wualae, the second group received dose 200 mg ethanol
extract of fruit wualae, the third group received dose 300 mg ethanol extract of fruit
wualae, and the fourth group group received dose 400 mg ethanol extract of fruit
wualae. The positive control received Phyllanthus niruri Linn. (PN) extract
(Stimuno®) 0,13 mg/30 g BW, while the negative control received CMC Na 0,5%.
These were admonished orally on day 1 until 7. On day 8, Staphylococcus aureus
(SA) were injected intraperitoneally. The macrophages activities were counted on
slide smears of mice peritoneal fluid. The result showed that ethanol extracts of fruit
wualae (E.elatior) has potential as imunomodulator at dose of 300mg/kgBB and 400
mg/kbBB showed the effectiveness of which is not much different from stimuno in
improving phagocytosis activity of macrophages based on the result test of the
statistic post hoc TUKEY (sig. > 0,05).
xiv
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia (SDM). Namun akibat aktivitas dan tuntutan pekerjaan yang semakin
konsumsi makanan cepat saji, dan waktu olah raga yang terbatas membuat
hidup sehat (Tasia dan Widyaningsih, 2014). Kesehatan masyarakat tidak hanya
terdiri dari pengobatan penyakit yang dilakukan dalam waktu singkat tetapi juga
upaya kesehatan jangka menengah dan jangka panjang. Hal ini membuat
Sistem pertahanan tubuh atau disebut juga dengan sistem imun merupakan
sistem yang bertanggung jawab melindungi tubuh dari benda-benda asing yang
masuk sehingga fungsi tubuh tidak terganggu (Aldi, dkk., 2014). Sistem
kekebalan tubuh ini terdiri dari dua sistem, yaitu imun alami (non spesifik) dan
imun spesifik. Sistem imun non spesifik merupakan pertahanan pertama terhadap
mikroorganisme atau benda-benda asing yang masuk dalam tubuh (Arifah dan
Nurkhasanah, 2014). Salah satu upaya yang dilakukan sistem imun non-spesifik
1
pada invasi mikroorganisme dini dapat mencegah timbulnya penyakit (Marusin
makrofag. Makrofag merupakan efektor utama pada respon imun seluler. Sebagai
dari tanaman. Namun baru sejumlah kecil tanaman yang telah diskrining aktivitas
tanaman obat memiliki aktivitas imunostimulan, namun tidak cukup bukti untuk
jenis Zingiberaceae secara in-vitro yang dilakukan oleh Chairul dan Praptiwi
2
(2011) menunjukan bahwa Zingiberacea memiliki aktivitas imunomodulator yang
merupakan tanaman asli Indonesia. Wualae adalah salah satu jenis tanaman
rempah rempah yang sejak lama dikenal dan dimanfaatkan sebagai obat- obatan.
Bunga dari tanaman ini bisa digunakan sebagai bahan kosmetik alami dimana
bunganya dipakai untuk campuran cairan pencuci rambut. Daun serta rimpangnya
dipakai untuk bahan campuran bedak (Sukandar, dkk., 2010). Buah wualae
digunakan oleh masyarakat di daerah Kel. Sambeani, Kec. Abuki Kab. Konawe
buah wualae juga digunakan sebagai obat dalam pemulihan penyakit demam
tifoid.
flavonoid dan saponin, berdasarkan uji secara in vitro telah menunjukkan adanya
respon imun. Efek terhadap respon imun non spesifik berupa peningkatan
uji pendahuluan yang dilakukan dengan menggunakan ekstrak etanol buah wualae
3
(Jack) R.M. Smith) terhadap aktivitas fagositosis makrofag pada mencit jantan
galur Balb/c.
B. Rumusan Masalah
3. Berapakah dosis ekstrak etanol wualae (Etlingera elatior (Jack) R.M. Smith)
C. Tujuan Penelitian
3. Mengetahui dosis estrak etanol buah wualae (Etlingera elatior (Jack) R.M.
4
D. Manfaat Penelitian
hewan uji.
imunomodulator.
5
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Deskripsi
Rimpang tebal, berwarna merah jambu. Daun tersusun dalam dua baris, berseling,
ujung meruncing pendek, gundul tetapi dengan bintik-bintik halus dan rapat, serta
20 cm dengan masing-masing butir berukuran 2-2,5 cm, hijau dan menjadi merah
ketika masak. Berbiji banyak, coklat kehitaman, dan diselubungi aril putih bening
atau kemerahan (Hidayat dan Napitupulu, 2015). Tanaman wualae dapat dilihat
pada Gambar 1.
(A) (B)
Gambar 1: (A) Tumbuhan wualae (E. elatior), (B) buah wualae
Sumber: dokumentasi pribadi.
6
2. Nama lain
Indonesia. Tanaman ini dikenal dengan berbagai nama antara lain “wualae” di
”bunga kantan” di Malaysia. Orang barat menyebut tanaman ini torch ginger atau
torch lily karena bentuk bunganya yang mirip obor serta warnanya yang merah
atau porcelein rose mengacu pada keindahan bunganya (Sukandar, dkk., 2010).
3. Klasifikasi
2005):
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Etlingera
4. Kandungan kimia
bioaktif seperti polifenol, alkaloid, flavonoid, steroid, saponin dan minyak atsiri
(Handayani, 2014). Dari rimpang E. elatior, telah diisolasi 2 senyawa baru yaitu
7
7-bis (4-hidroksifenil) -2,4,6-heptatrienone dan 16-hydroxylabda-8 (17), 11,13-
5. Aktivitas farmakologi
penghambatan tirosinase (Chan dan Wong, 2011). Fraksi metanol ekstrak batang
E. elatior memiliki efek sebagai larvasida terhadap larva Aedes aegypti instar III
juga menunjukan adanya aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dari α-tokoferol.
Selain itu, ekstrak etanol bunga E. elatior memiliki aktivitas antibakteri dengan
Escherichia coli.
1. Ekstraksi
aktifnya (Yuliani dan Satuhu, 2012). Ekstraksi mengikuti prinsip like dissolves
like yang berarti bahwa senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar, atau
8
sebaliknya (Sudjajadi, 1988). Ada beberapa metode yang sering digunakan dalam
(Kristiani, 2008).
pada temperatur ruang. Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk kedalam
rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga zat aktif akan larut, karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel, sehingga larutan yang
antara senyawa terlarut di dalam sel dengan pelarut disekitar jaringan tanaman.
prosedur sederhana untuk mendapatkan ekstrak, cocok untuk skala kecil maupun
industrial (Sartini, 2013). Selain itu metode ekstraksi maserasi tidak memerlukan
2. Skrining fitokimia
senyawa metabolit sekunder. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah
9
Skrining fitokimia merupakan cara untuk mengidentifikasi bioaktif yang
belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan yang dapat dengan cepat
dengan bahan alam yang tidak memiliki kandungan fitokimia tertentu. Skrining
sekunder yang umum terdapat pada tanaman adalah : alkaloid, flavanoid, steroid,
C. Sistem Imun
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah semua mekanisme yang
imun bagi tubuh ada tiga. Pertama sebagai pertahanan tubuh yakni menangkal
Sistem imun terbagi menjadi sistem imun spesifik dan sistem imun non
spesifik. Sistem imun spesifik terdiri dari sistem humoral (limfosit B), seluler
(limfosit T), sistem limfoid primer, sistem limfoid sekunder (limpa, kelenjar limfe
10
dan sistem imun mukosa). Sistem imun non spesifik terdiri dari yang bersifat
fisik/mekanik (kulit, selaput lendir, silia, batuk, bersin, terlarut (asam lambung,
tubuh paling depan dan sebagai pelindung alami tubuh dari serangan infeksi.
Disebut non-spesifik karena telah ada dan berfungsi sejak lahir, serta merupakan
Rengganis, 2014).
1) Respon awal terhadap mikroba untuk mencegah, dan mengontrol infeksi pada
tipe patogen.
11
sehingga proses penyembuhan jaringan dapat berlangsung (Wahid dan
Miskad, 2016).
a. Pertahanan Fisik/Mekanik
Dalam sistem pertahanan fisik atau mekanik, kulit, selaput lendir, silia
infeksi. Keratinosit dan lapisan epidermis kulit sehat dan epitel mukosa yang utuh
tidak dapat ditembus kebanyakan mikroba. Kulit yang rusak akibat luka bakar dan
selaput lender saluan pernapasan yang rusak oleh asap rokok akan meningkatkan
resiko infeksi. Tekanan oksigen yang tinggi diparu bagian atas membantu hidup
b. Pertahanan Biokimia
dikulit oleh karena cairan biokimia yang disekresi tubuh yang mengandung
didalam air susu ibu, lizosim dalam air mata, sekresi rongga hidung dan telinga,
c. Pertahanan Humoral
Imunitas humoral adalah imunitas yang diperoleh dalam cairan tubuh dan
12
1) Komplemen
perantara utama reaksi antigen antibodi. Efek utama dari komplemen adalah
melisiskan sel seperti bakteri dan sel tumor, mrnghasilkan perantara yang ikut
dalam inflamasi dan menarik fagosit, opsonisasi organisme dan kompek imun
Selama fase akut infeksi, terjadi perubahan kadar beberapa protein dalam
serum yang disebut APP (Acute Phase Protein) yang merupakan bahan
antimikrobial dalam serum yang meningkat dengan cepat setelah sistem imun
nonspesifik diaktifkan. Protein yang meningkatkan atau mnurun selama fase akut
disebut juga APRP (Acute Phase Response Protein) yang berperan dalam
pertahanan dini.
APRP diinduksi oleh sinyal yang berasal dari tempat cedera atau infeksi
melalui darah. Hati merupkan tempat sintesis APRP. Sitokin TNF-α, IL-1, IL-6
merupakan sitokin proinflamasi dan berperan dalam induksi APRP. Protein fase
akut terdiri dari C-Reactive Protein, Lektin, dan Protein fase akut lain.
CRP merupakan salah satu protein fase akut, termasuk golongan protein
yang kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respon imunitas
Pegukuran CRP digunakan untuk menilai aktivitas penyakit inflamsi. CRP dapat
13
meningkat 100x atau lebih dan berperan pada imunitas nonspesifik yang dengan
bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai molekul antara lain fosforilkolin yang
meninggikan viskositas plasma dan laju endap darah. Adanya CRP yang tetap
b) Lektin
Lectin)) yang merupakan permukaan banyak bakteri seperti galur pneumokok dan
banyak mikroba, tetapi tidak pada sel vertebrata. Lektin berperan sebagai opsonin
C9, Faktor B, dan fibrinogen yang jua berperan pada laju endap darah akibat
infeksi, namun dibentuk jauh lebih lambat dibanding dengan CRP. Secara
vasodiatasi.
14
4) Sitokin IL-1, IL-6, TNF-α
dan sel lain untuk memproduksi dan melepas sitokin seperti IL-1 yang merupakan
pirogen endogen, TNF- α dan IL-6. Pirogen adalah bahan yang menginduksi
demam yangr eksogen dipacu baik oleh faktor eksogen (endotoksin asal bakteri
gram negatif) atau endogen seperti IL-1 yang diproduksi oleh makrofag dan
untuk mensintesis dan melepas sejumlah protein plasma seperti protein fase akut
antara lain CRP yang dapat meningkatkan seribu kali, MBL dan SAP
d. Pertahanan seluler
Fagosit, sel NK, sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem imun
nonspesifik seluler. Sel-sel sistem imun tersebut dapat ditemukan dalam sirkulasi
atau jaringan. Contoh sel yang ditemukan dalam sirkulasi adalah neutrofil,
eosinofil, basofil, monosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah dan trombosit.
Sel-sel tersebut dapat mengenal produk mikroba esensial yang diperlukan untuk
hidupnya. Contoh sel-sel dalam jaringan adalah eosinofil, sel mast dan makrofag.
Dikatakan sebagai kekebalan spesifik karena cara bekerja sistem kekebalan kita
15
virus hepatitis B menyerang tubuh kita, maka sistem kekebalan kita akan
2010).
Sistem imun adaptif terdiri atas sistem humoral dan sistem seluler. Pada
Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral dalah limfosit B atau
sel B. Humor berarti cairan tubuh. Sel B berasal dari sel asal multipoten di
sumsum tulang belakang. Sel B dirangsang oleh benda asing akan berpoliferasi,
Antibodi yang lepas dapat ditemukan dalam serum. Fungsi utama antibodi ialah
Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik seluler. Sel
tersebut juga berasal dari sel yang sama dengan sel B tetapi poliferasi dan
diferensiasinya terjadi dalam sel timus. 90-95% sel T dalam timus tersebut mati
dan hanya 5-10% menjadi matang yang selanjutnya meninggalkan timus untuk
Faktor timus disebut timosin dan dapat ditemukan dalam peredaran darah
sebagai hormon asli dan dapat mempengaruhi diferensiasi sel T diperifer. Berbeda
16
dengan sel B, sel T terdiri dari beberapa subset sel yang memiliki funsi yang
berlainan yaitu sel CD4+ (Th1, Th2), CD8+atau CTL atau Tc dan Ts atau sel Tr
atau Th3. Fungsi utama sistem imun spesifik seluler adalah pertahanan terhadap
bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit, dan keganasan. Sel CD4+
Rengganis, 2014).
D. Makrofag
Makrofag adalah sel berukuran besar yang berdiameter 15-50 um. Sel
makrofag diproduksi di sumsum tulang dari sel induk myeloid melalui stadium
promonosit. Sel yang matang kemudian masuk ke dalam aliran darah sebagai
monosit dan apabila sel ini meninggalkan sirkulasi dan sampai di jaringan sel
17
Transisi dari monosit menjadi makrofag diikuti dengan meningkatnya
sejumlah besar fagosit, digestif dan sintetik dalam sel, terutama sitoplasmanya
lisosom menjadi lebih banyak, aparat Golgi membesar dan retikulum endoplasma
Makrofag berada dalam jaringan sehingga segera dapat merespon jika ada
E. Fagositosis makrofag
1. Fagositosis
Fagositosis berarti memakan sel, atau proses memakan dan mencerna sel
lain, bakteri, jaringan nekrosis, atau benda asing oleh sel-sel khusus yang disebut
fagosit. Fagosit adalah sel-sel darah putih yang terdapat di dalam aliran darah
18
b. Eosinofil: 1% jumlah sel darah putih.
Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis, tetapi sel
permukaannya yang dapat membedakan antara patogen dan sel host. Makrofag
ini berbeda-beda tergantung jenis patogen (virus, bakteri gram negatif, bakteri
gram positif dan jamur). Penanda ini hanya ada pada mikroba patogen dan
tidak ada pada sel manusia, sehingga menjadi pembeda yang membuat
imunitas innate hanya berespon pada mikroba patogen dan tidak terhadap sel
sendiri.
endogenous yang diproduksi atau dilepas oleh sel yang rusak atau mati.
19
Kematian atau kerusakan sel dapat terjadi infeksi atau sebab lain sperti recun
imunitas innate untuk mengenal PAMPs atau DAMPs. PRPs berada pada
berbagai sel yang berperan dalam imunitas innate seperti fagosit (makrofag,
neutrofil, dan sel dendritik) dan sel epitel yang membatasi tubuh dengan
lingkungan luar. PRPs ini bisa berada pada (dieksresikan) pada membran
imunitas innate bisa meresponi kehadiran mikroba luar diluar atau didalam
3.
patogen. Jika PRPs sudah berikatan dengan PAMPs akan muncul sinyal dari PRPs
20
dalam fagolisosom dengan menggunakan enzim lisozim, Reactive Oxygen
Species (ROS), dan Nitric Oxide (NO) (Wahid dan Miskad, 2016).
F. Imunomodulator
imun
(Wiedosari, 2014).
sintesis adalah seperti Isoprinosin, Levamisol, Vaksin BCG dan banyak lagi
sistem imun dan senyawa-senyawa tersebut dapat diperoleh dari tanaman (Chairul
21
G. Mencit (Mus musculus)
hewan percobaan yaitu siklus jumlah anak per kelahiran banyak, dan terdapat
Gambar 4: Mencit
Sumber: Dokumentasi pribadi
Klasifikasi mencit adalah (Arrington, 1972) :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rotentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
1. Morfologi
panjang dan memiliki kuku yang tajam serta ukuran tubuhnya sangat kecil
22
dibanding tikus (Malole, 1989). Mus muculus jantan dan betina muda sukar untuk
dibedakan. Mus musculus betina dapat dikenali karena jarak yang berdekatan
antara lubang anus dan lubang genitalnya. Testis pada Mus musculus jantan pada
saat matang seksual terlihat sangat jelas, berukuran relatif besar dan biasanya
2. Karakteristik
Berat badan
Tekanan darah
23
H. Kerangka Konsep
Peningkatan aktivitas
fagositosis makrofag
Keterangan :
Variabel bebas
Variabel terikat
24
B A B III
METODE PENELITIAN
B. Jenis Penelitian
C. Bahan Peneltian
(Etlingera elatior (Jack) R.M Smith), mencit jantan, Staphylococus aureus, kapas,
tissue, aluminium foil, etanol 96%, alkohol 70%, methanol, aquadest, Na-CMC
0,5%, NaCl fisiologis, phosphate buffered saline (PBS), eter, pewarna giemsa,
D. Alat/Instrumen Penelitian
blender (Philips), erlenmeyer (Pyrex), timbangan analitik (Precisa ®), gelas ukur
neraca analitik (Stuart), Laminar Air Flow (LAF) bunsen, pipet tetes, pipet ukur, ,
tabung reaksi, batang pengaduk, kertas saring, botol gelap, toples, cawan porselin,
25
kaca objek, kaca preparat, mikroskop elektrik, spektrofotometer 20 D, kuvet,
stirrer, pinset dan pisau bedah, elelktromantel, ose bulat, spoit, kandang mencit.
E. Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas 3 variabel yaitu variabel bebas,
1. Variabel bebas
2. Variabel terikat
mencit jantan.
3. Variabel terkendali
F. Definisi Operasional
1. Ekstrak etanol buah wualae adalah maserat yang diperoleh dari tanaman
wualae (Etlingera elatior (Jack) R.M Smith) yang diekstraksi dengan metode
26
2. Skrining fitokimia merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis
3. Mencit jantan adalah hewan uji yang digunakan dalam penelitian dan ditandai
dengan adanya testis dan penis pada bagian anatomi yang mudah diamati saat
5. Aktivitas fagositosis adalah jumlah sel fagosit dan sel makrofag yang secara
aktif melakukan proses fagositosis dalam 100 sel dengan banyaknya sel
G. Prosedur Penelitian
1. Determinasi tanaman
2. Penyiapan sampel
dicuci dengan air mengalir, kemudian dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil,
27
dengan oven pada suhu 50oC. Setelah kering dilakukan sortasi kering dan
3. Ekstraksi
wualae (E. elatior) sebanyak 1,8 kg dimasukan kedalam wadah tertutup dan
Perbandingan 1:2 (jumlah pelarut yang digunakan dua kali dari jumlah serbuk
penggantian pelarut baru sehingga diperoleh filtrat I, II, dan III. Filtrat
vacum evaporator pada suhu 50oC hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak
a. Senyawa flavonoid
0.2 g bubuk Mg, hasil positif ditunjukkan dengan timbulnya warna merah tua
b. Senyawa saponin
28
c. Senyawa tannin
ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil positif ditunjukan dengan
d. Senyawa alkaloid
2015).
e. Senyawa terpenoid
5. Karakteristik ekstrak
Karakterisasi ekstrak meliputi penetapan sari larut air, sari larut etanol,
dan dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL air. Kemudian dikocok dengan
29
mL filtrat dan masukkan ke dalam cawan yang susah ditara. Cawan dipanaskan
saringan diambil 20 mL filtrat dan masukkan ke dalam cawan yang susah ditara.
Cawan dipanaskan pada suhu 110oC sampai berat konstan (Isnawati, dkk., 2013).
ke dalam oven pada suhu 105oC selama 3-5 jam, kemudian dikeluarkan dari oven
dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit, setelah itu sampel ditimbang.
Perlakuan ini dilakukan beberapa kali hingga berat sampel konstan (Sastrawan,
dkk., 2013).
secara bertahap hingga 600 ± 25ºC sampai bebas karbon, selanjutnya didinginkan
dalam desikator serta ditimbang berat abu (A1). Kadar abu dihitung dalam persen
30
6. Penyiapan bakteri uji .
a. Sterilisasi Alat
Sterilisasi dilakukan pada alat-alat gelas dan bedah yang terdiri dari tabung
reaksi, batang pengaduk, pinset, erlenmeyer dan pisau bedah dibungkus dengan
b. Pembuatan Media
medium yaitu dengan menimbang media Nutrient Agar (NA) sebanyak 2,3 g
autoklaf pada suhu 121°C dengan tekanan 15 Psi selama 15 menit (Titaley, dkk.,
2014).
pada media agar nutrien miring dan diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35-
dalam NaCl fisiologis 0,9%. Kekeruhan bakteri diukur sesuai dengan standar Mc
31
Larutan Mc Farlan dibuat dengan komposisi 0,05 ml BaCl2 1% dan 9,95 ml
rumus federer (t-1) (n-1) ≥ 15, dengan n adalah jumlah hewan yang diperlukan
(t-1)(n-1) ≥ 15
(6-1)(n-1) ≥ 15
5n-5 ≥ 15
5n ≥ 20
n ≥ 4.
terdiri dari 5 hewan uji. Kelompok tersebut terdiri dari kelompok perlakuan
(dosis 100 mg/kg BB, dosis 200 mg/kg BB, dosis 300 mg/kg BB, dosis 400 mg/kg
obat/suplemen yang telah diketahui efektif dalam meningkatkan daya tahan tubuh,
32
8. Aklitimasi hewan uji
Sebanyak 30 mencit yang sehat (20-30 gram) dipilih untuk penelitian ini.
Mencit diberi makan dan minum, dan diaklitimasi selama 7 hari sebelum
melakukan percobaan (Chandu, dkk., 2011) dengan tujuan untuk memberi waktu
pada hewan uji agar beradaptasi dengan lingkungan nya yang baru (Haribi, dkk.,
2009). Hewan uji dikandangkan pada kondisi lingkungan standard (suhu 25±1oC,
kelembaban 55±5% dan fase terang gelap =12:12 jam (Warditiani, dkk., 2015).
9. Penyiapan bahan
100 mL aquades diaduk sambil dipanaskan di atas hot plate. Didinginkan selama
15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, lalu diaduk sampai homogen.
0,5% dengan volume pemberian yang disesuaikan dengan berat badan hewan
coba. Suspensi yang telah siap diberikan per oral kehewan uji.
suspensi dalam Na-CMC 0,5% sesuai dosis oral efektif manusia 50 mg/kgBB.
33
10. Perlakuan hewan uji
Perlakuan dilakukan setiap 1 hari sekali selama 7 hari secara peroral sesuai
Kelompok III, mencit diberikan ramuan dosis 300 mg/KgBB. Kelompok IV,
dianastesi dengan eter lalu dibedah perutnya dengan menggunakan gunting bedah
dan pinset steril. Jika ditemukan cairan peritoneum dalam jumlah sedikit pada
perut, maka ditambahkan larutan Phosphat buffered saline (PBS) pH 7,8 steril
peritoneum dengan spoit 1 cc. Cairan peritoneal dipulas pada gelas obyek dan
Giemsa 10%, didiamkan 20 menit, dibilas dengan air mengalir. Setelah sediaan
34
adalah persentase sel makrofag yang aktif melakukan proses fagositosis di antara
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ekstrak etanol buah wualae
yang diamati yaitu nilai signifikansi (sig). Jika data sig ang diperoleh:
1. Sig > 0,05, maka data dikatakan tidak signifikan atau ekstrak buah wualae
2. Sig < 0,05, maka data dikatakan signifikan atau ekstrak buah wualae
Analisis data dilanjutkan dengan analisis post hoc Tukey. Uji post hoc
dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui konsentrasi efektif ekstrak buah
dilakukan apabila dari hasil uji statistik ANOVA one way menunjukan terdapat
pengaruh yang nyata (data sig < taraf kesalahan 0,05). Analisis data secara
ANOVA dan Tukey menggunakan aplikasi statistical product and service solution
35
BAB IV
A. Determinasi Tanaman
Hal tersebut dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri morfologi yang ada dalam
Penelitian Biologi, LIPI Cibinong (Rahayu, 2014). Hasil determinasi dapat dilihat
pada Lampiran 2.
B. Penyiapan sampel
sebanyak 19,04 kg adalah buah yang masak yang ditandai dengan buah berwarna
merah. Tahap selanjutnya dilakukan sortasi basah pada saat tanaman masih segar
terhadap bagian buah yang rusak. Buah lalu dicuci di bawah air untuk
membersihkan kotoran yang melekat pada buah wualae (Prasetyo dan Inoriah,
2013). Sampel buah yang telah dicuci kemudian dipisahkan dari tangkai buah dan
mengurangi kadar air yang dapat menjadi media pertumbuhan kapang dan jasad
renik lainnya sehingga simplisia tidak mudah rusak dan dapat disimpan lebih lama
36
dibawah sinar matahari dan ditutup dengan kain hitam agar sampel tidak terkena
sinar matahari secara langsung sehingga kandungan aktif dalam simplisia tidak
rusak dan juga memiliki sirkulasi udara yang baik sehingga mengoptimalkan
terhadap pengotor yang tertinggal dari proses sebelumnya. Sempel buah kemudian
menjadi lebih kering dengan luas permukaan lebih besar hingga diperoleh serbuk
C. Ekstraksi
Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96%. Pemilihan
etanol sebagai pelarut adalah karena etanol relatif kurang toksik dibandingkan
metanol, murah, mudah didapat dan ekstrak yang diperoleh tidak mudah
ditumbuhi jamur dan bakteri serta umum digunakan dalam pembuatan ekstrak.
37
dilakukan selama 3 hari dan dilakukan remaserasi setiap 1x24 jam menggunakan
Penggunaan water bath untuk menguapkan pelarut etanol sehingga terpisah dari
ekstrak hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 96,2148 gram dengan nilai
D. Skrining fitokimia
golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti (Minarno,
2015). Komponen yang terdapat dalam ekstrak buah wualae dianalisis golongan
senyawanya dengan tes uji tabung dengan beberapa pereaksi untuk golongan
38
Tabel 1: Hasil skrining fitokimia buah wualae.
39
1. Alkaloid
HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena garam-garam bismuth mudah
gambar 6.
Agar Bi3+ tetap berada dalam larutan, maka larutan itu ditambah asam
bismut nitrat bereaksi dengan kalium iodida membentuk endapan hitam Bismut
(III) iodida yang kemudian melarut dalam kalium iodida berlebih membentuk
BiI3 + KI K [BiI4]
Kalium tetraiodobismutat
+ K[BiI4] + [BiI4]-
Oranye
N N
K+
Kalium-Alkaloid
endapan
40
2. Flavonoid
jingga yang berarti positif adanya flavonoid. Magnesium dan asam klorida pada
sedangkan logam Mg dan HCl pekat pada uji ini berfungsi untuk mereduksi inti
warna menjadi merah atau jingga (Prashant, dkk., 2011). Jika dalam suatu ekstrak
O
O
HCl
+ Cl
OH
OH
O
OH
O O
Cl + Cl
OH OH
OH OH
3. Saponin
Timbulnya busa pada uji Forth menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai
41
kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan
4. Tanin
merah, ungu, atau hitam yang kuat. Terbentuknya warna hitam pada ekstrak
setelah ditambahkan FeCl3 1% karena tanin akan bereaksi dengan ion Fe3+
OH
HO O
+ FeCl3
OH n
HO
OH
OH
HO
HO
Fe
OH
HO
OH
HO O
O
OH
OH
HO
42
5. Terpenoid
terbentuknya warna coklat pada batas larutan saat ditambahkan dengan H2SO4.
Gambar 10.
O O O
H2SO4
CH3 C O C CH3 CH3 C OH
O
OH O C CH3
E. Karakterisasi Ekstrak
upaya untuk menjamin bahwa ekstrak mempunyai nilai parameter tertentu yang
konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih dahulu (Depkes RI,
spesifik ekstrak dengan pemeriksaan organoleptik, penentuan kadar sari larut air
dan sari larut etanol, dan parameter non spesifik yang meliputi penentuan kadar
air dan kadar abu. Hasil karakterisasi dapat dilihat pada Tabel 2.
43
Tabel 2: Hasil karakterisasi ekstrak
Pemeriksaan organoleptik ekstrak yang meliputi bentuk, warna, rasa dan bau
diperoleh hasil ekstrak yaitu berkonsistensi kental, berwarna merah tua dan berbau
pengenalan awal ekstrak secara objektif dan sederhana yang dilakukan dengan
Penentuan kadar air ditetapkan untuk menjaga kualitas ekstrak yaitu untuk
menghindari pertumbuhan jamur dalam ekstrak (Angelina, dkk., 2015). Kadar air
pada ekstrak buah wualae adalah 5,26%. Kadar air ekstrak sudah memenuhi
persyaratan dimana kadar air ekstrak tidak boleh melebihi 10% (Ditjen POM,
2008). Kadar air dalam ekstrak yang melebihi 10% akan memudahkan tumbuhnya
mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya
ekstrak. Menurut Farmakope herbal I kadar abu tidak lebih dari 7%. Kadar abu
44
ekstrak buah wualae adalah 6,28% yang menunjukkan bahwa ekstrak tidak
tercemar logam-logam.
Kadar sari larut air dan etanol menunjukkan senyawa kimia yang diduga
sari maka semakin baik ekstrak tersebut (Isnawati, 2013) Kadar sari larut air
ekstrak buah wualae adalah 41,65% dan kadar sari larut etanol elstrak buah
yaitu dosis 100 mg/kgBB, dosis 200 mg/kgBB, dosis 300 mg/kgBB, dan dosis
400 mg/kgBB. Pemilihan variasi dosis ini didasarkan pada uji pendahuluan yang
masih berbeda jauh dengan kontrol positif yang digunakan sehingga dilakukan
variasi dosis pada penelitian ini untuk mengetahui dosis efektif ekstrak etanol
sebagai kontrol positif digunakan meniran (Phyllantus niruri L.). Hasil riset
memodulasi sistem imun. Kontrol negatif yang digunakan adalah Na-CMC karena
45
Na-CMC bersifat plasebo (tidak memiliki efek farmakologi) sehingga tidak akan
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan. Hal
ini karena sistem imun mencit jantan tidak dipengaruhi oleh hormon esterogen
seperti halnya pada mencit betina (Aldi, dkk., 2013). Estrogen di duga dapat
menghambat dalam proses fagositosis oleh makrofag (Rasyid, dkk., 2008). Alasan
lainnya karena mencit mempunyai fisiologis mirip manusia dan mudah untuk
per oral sebanyak satu kali sehari dengan tujuan untuk menstimulasi sistem imun
dari masing-masing kelompok hewan uji. Pada hari kedelapan setiap mencit
karena merupakan bakteri gram positif yang dapat menyebabkan infeksi baik pada
manusia maupun hewan. Jenis bakteri gram positif ini mampu mengikat warna
mikroskop. Bakteri ini juga tidak mengandung protein A, yaitu protein yang
lisosom menjadi lebih banyak, aparat golgi membesar dan retikulum endoplasma
46
kasar berkembang (Tjahati, 2004). Perbedaan antara makrofag aktif dan tidak
aktif dapat dilihat pada Gambar 11 yang merupakan apusan darah tipis yang
Gambar 11: Apusan darah tipis perbesaran 1000x (A) Makrofag aktif,
(B) Makrofag tidak aktif
makrofag yang aktif melakukan fagositosis diantara 100 jumlah sel yang
47
dosis 400mg/kgBB adalah 71.25%, kelompok kontrol positif sebesar 63.75%, dan
Persen Aktivitas
71,25%
80,00% 63,75% 61,00%
59,70%
K.Negatif
K.Negatif
60,00% 46% K.Positif
K.Positif
36,00% K.D.100mg
Dosis 1
40,00% K.D.200
Dosismg2
20,00% D.300mg
K.Dosis 3
D.400mg
K.Dosis 4
0,00%
K.Negatif K.Positif K. Dosis K. Dosis K.Dosis 3 K.Dosis 4
1 2
71.25% yang lebih tinggi dari kelompok kontrol positif sebesar 63.75%, dan
61%. Persen aktivitas fagositosis terendah terdapat pada kelompok kontrol negatif
yang tidak diberi bahan yang berkhasiat sebagai imunomodulator yaitu sebesar
36%.
48
Hasil uji skrining fitokimia buah wualae menunjukan bahwa buah wualae
proliferasi limfokin yang dihasilkan oleh sel T sehingga akan merangsang sel–sel
fagosit untuk melakukan respon fagositosis (Santoso, dkk., 2013). Pada penelitian
IL-1; IL-6; IL-12; tumor nekrosis faktor alpha (TNF alpha). Dosis flavonoid yang
lebih tinggi membuat sel leukosit (fagosit) lebih aktif terhadap sel bakteri fagosit,
dan lebih banyak bakteri yang dapat dirusak dan dicernaan dengan sel leukosit
(Zalisar, 2013).
Package For Social Science) ANOVA satu arah untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan pemberian ekstrak etanol buah wualae pada berbagai dosis terhadap
apakah dari beberapa kelompok perlakuan memiliki varian yang sama atau tidak.
Dengan kata lain, homogenitas berarti bahwa himpunan data yang dimiliki
memiliki karakteristik yang sama (homogen) dan normal (sig >0,05), hasil data
yaitu dengan nilai sig. > 0,076 maka dapat dinyatakan bahwa data aktivitas
49
fagositosis tiap kelompok bervariansi homogen, sehingga dapat dilanjutkan pada
pengujian ANOVA.
dari empat variasi dosis pemberian ekstrak etanol buah wualae (E. elatior)
ANOVA satu arah pada Lampiran 13 ditunjukan bahwa data memiliki nilai sig.
< 0,05 yang berarti bahwa hipotesis H0 (tidak terdapat perbedaan) ditolak dan
dosis 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, 400 mg/kgBB efektif dalam
Kelompok Perbandingan
Dosis Dosis Dosis Dosis K (+) K(-)
100mg/KgBB 200mg/KgBB 300mg/KgBB 400mg/KgBB
Dosis - -14.000(*) -15.250(*) -25.500(*) - 9.25
100mg/KgBB 18.000(*)
Dosis 14.000(*) - -1.25 -11.500(*) -4 23.250(*)
200mg/KgBB
Dosis 15.250(*) 1.25 - -10.250(*) -2.75 24.500(*)
300mg/KgBB
Dosis 25.500(*) 11.50000(*) 10.250(*) - 7.5 34.750(*)
400mg/KgBB
K (+) 18.000(*) 4.00000 4 2.75 - 27.250(*)
K(-) -9.25 -23.250(*) -24.500(*) -34.750(*) 27.250(*)
Keterangan :
* Perbedaan bermakna dengan sig < 0,05
Data hasil uji post hoc Tukey Tabel 4, menunjukan pada dosis
50
dan 400mg/KgBB memiliki aktivitas yang sama dengan kontrol positif ekstrak
yang lebih baik dibanding dengan dosis 200mg/kgBB, 300mg/kgBB, dan kontrol
positif.
51
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
3. Dosis ekstrak etanol buah wualae yang efektif sebagai imunomodulator pada
B. SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lebih lanjut untuk pengujian sitokin yang
dapat meningkatkan aktivitas dan fungsi makrofag, IL-1, IL-12, dan TNF.
52
DAFTAR PUSTAKA
Adityo, R., Kurniawan, B., dan Mustofa, S., 2012, Uji Efek Fraksi Metanol
Ekstrak Batang Kecombrang (Etlingera elatior) Sebagai Larvasida
Terhadap Larva Instar III Aedes aegypti, ISSN 2337-3776.
Akrom, Widjaya, A., dan Armansyah, T., 2015, Ekstrak Etanol Biji Jintan Hitam
(Nigella sativa) Meningkatkan Aktivitas Fagositosis Makrofag Mencit
Swiss Yang Diinfeksi Lysteria monocytogenes, Jurnal Kedokteran Hewan,
9(2):94-100.
Aldi, Y., Rasyadi, Y., dan Handayani, D., 2014, Aktivitas Imunomodulator dari
Ekstrak Etanol Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) terhadap Ayam Broiler,
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 1(1):20-26.
Angelina, M., Amelia., Irsyad, M., Meilawati, L., dan Hanafi, M., 2015,
Karakterisasi Ekstrak Etanol Herba Katumpangan Air (Peperomia Pellucida
L. Kunth), Biopropal Industri, 6(2):53-61.
Arifah, A.N., dan Nurkhasanah, 2014, Efek Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Akar
Pasak Bumi (Eurycoma longifolia, Jack) Terhadap Aktivitas Fagositosis
Makrofag Secara In Vitro, Pharmaçiana, 4(1):9-14.
Arrington, L, 1972, Introductory Laboratory Animal The Breeding, Care, and
Management of Experimental Animal Science, The Interstate Printers and
Publishing, Inc: New York
Asti, S.I.P., 2015, Skripsi Pengaruh Ekstrak Biji Kopi Robusta (Coffea robusta)
Terhadap Aktivitas Fagositosis Sel Monosit, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember.
Assidqi, K., Wahyu, T., dan Setyawati, S., 2012, Potensi Ekstrak Daun Petikan
Kebo (Euphorbia hirta) sebagai Antibakteri terhadap Aeromonas
Hydrophila, Journal Of Marine and Coastal Science, 1(2):113-124
Bratawidjaja KG, 2002, Imunologi dasar:Jakarta.
Bratawidjaja, K.G., dan Rengganis, Iris, 2014, Imunologi Dasar, Badan Penerbit
Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia:Jakarta.
Cahyono, S.J.B., 2010, Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit, Kanisius,
Yogyakarta Chairul dan Paptiwi, 2011, Uji Efektivitas Imunomodulator
Tiga Jenis Zingiberaceae Secara In-Vitro Melalui Pengukuran Aktivitas Sel
Makrofage Dan Kapasitas Fagositosis, Bidang Botani, Puslit Biologi LIPI,
Cibinong.
Chairul dan Praptiwi, 2011, Uji Efektivitas Imunomodulator Tiga jenis
Zingiberaceae Secara In-Vitro Melalui Pengukuran Aktivitas Sel Makrofag
Dan Kapasitas Fagositosis, Jurnal Botani, 2(1):1-5
53
Chan, E.W.C., Lim, Y.Y., dan Wong, S.K., 2011, Phytochemistry and
Pharmacological Properties of Etlingera elatior: A Review,
Pharmacognosy Journal, 2(22):6-10
Chandu, A.N., Kumar, S., Bhattacharjee, C., Debnath. S., dan Kannan, K.K.,
2011, Studies On Immunomodulatory Activity of Aloe vera (Linn),
International Journal Of Applied Biology And Pharmaceutical Technology,
2(1):19-22
Christiana, 2008, Formulasi Gel Antioksidan Ekstrak Buah Buncis (Phaseolus
vulgaris, dengan menggunakan Basis Aqupec 505 hv, Universitas
Padjajaran. Bandung.
Ginting, B., 2012, Antifungal Activity Of Essensial Oils Some Plants in Aceh
Province againts Candida Albicans, Jurnal Natural, 12(2):1-5.
Handayani, V., Ahmad, A.R., dan Sudir, M., 2014, Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Metanol Bunga dan Daun Patikala (Etlingera elatior (Jack)
R.M.Sm) Menggunakan Metode DPPH, Pharmaci Science Research,
1(2):86-93.
Haribi, R., Darmawati, S., dan Hartiti, T., 2009, Kelainan Fungsi Hati Dan Ginjal
Tikus Putih (Rattus norvegicus, L.) Akibat Suplementasi Tawas Dalam
Pakan, Jurnal kesehatan, 2(2) :11-19.
Hartini, Y.S., Wahyuno, A., Widyarini, S., dan Yuswanto, A., 2013, Uji Aktivitas
Fagositosis Makrofag Fraksi-fraksi dari Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah
(Piper crocatum Ruiz & Pav.) Secara In Vitro, Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia,11(2):108-114.
Hidayat, S.R., dan Napitupulu, R.M., 2015, Kitab Tumbuhan Obat, Penebar
Swadaya Grup:Jakarta.
Isnawati, A., Alegentina, S., dan Widowati, L., 2013, Karakterisasi Ekstrak Etanol
Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum L) Sebagai Tanaman Obat
Pelancar Asi, Buletin Penelitian Kesehatan, 41(2):103-110.
54
Kurnianingtyas, E., Djati, M.S., dan Rifa'i, M., 2013, Aktivitas Imunomodulator
Polyscias obtusa Terhadap Sistem Imunitas Pada Bone Marrow Broiler
Setelah Pemberian Salmonella typhimurium, Jurnal Exp. Life. Science,
3(1):25-30.
Kusumawanti, D, 2004, Bersahabat dengan Hewan Coba. Gadjah Mada
University Press :Yogyakarta.
Mataram, K.A., 2011, Aspek Imunologi Air Susu Ibu, Jurnal Ilmu Gizi, 2(1):37-
48.
Masurin, S., Chairul, 2012, Efek Ekstrak Air Dan Alkohol Pada Siwak (Salvadora
Persica L.) Terhadap Peningkatan Aktivitas Dan Kapasitas Fagositosis Sel
Makrofag, Media Litbang Kesehatan, 22(1):38-44.
Minarno, E.B, 2015, Skrining Fitokimia Dan Kandungan Total Flavanoid Pada
Buah Carica pubescens Lenne & K. Koch Di Kawasan Bromo, Cangar,
Dan Dataran Tinggi Dieng, El-Hayah, 5(2):73-82.
Moriwaki, K., 1994, Genetic in Wild Mice Its Application to Biomedical
Research, Karger :Tokyo.
Naufalin, R., Jenie, B.S.L., Kusnandar, F., Sudarwamto, M., dan Rukmini, H.,
2005, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Bunga Kecombrang Terhadap Bakteri
Patogen dan Perusak Pangan, Jurnal Teknologi dan Indutri Pangan,
16(2):119-124.
Nugroho, Y.A., 2012, Efek Pemberian Kombinasi Buah Sirih (Piper Betle L)
Fruit, Daun Miyana (Plectranthus scutellarioides (L.) R. BR.) Leaf, Madu
Dan Kuning Telur Terhadap Peningkatan Aktivitas Dan Kapasitas
Fagositosis Sel Makrofag, Media Litbang Kesehatan, 22(1):1-5.
Prasetyo, dan Inoriah, E., 2013, Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-Obatan
(Bahan Simplisia), Badan Penerbitan Fakultas Pertanian, UNIB.
Prashant, 2011, Phytochemical Screening and Extraction, Internationale
Pharmaceutica Sciencia, 1(1):1-9.
55
Rahayu, M.P., 2014, Aktivitas Fagositosis Makrofag Dari Fraksi N-Heksan Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata, (Burm.F) Nees) Terhadap Mencit
Yang Diinduksi Vaksin Hepatitis B, Pharmacy, 11(2):181-199.
Rasyid, R., Yanwirasti, dan Nasrul, E., 2008, Pengaruh Estrogen Terhadap
Aktifitas Sel Makrofag Dalam Menfagosit Candida Albicans Secara In
Vitro, Majalah Kedokteran Andalas, 32(1):79-87.
Ridwan, E., 2013, Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian
Kesehatan, Jurnal Indonesia Medical Association, 63(3):112-116.
Santoso, T.A, Diniatik, dan Kusuma, A.M., 2013, Efek Imunostimulator Ekstrak
Etanol Daun Katuk (Sauropus androgynus L Merr) Terhadap Aktivitas
Fagositosis Makrofag, Pharmacy, 10(1):63-70.
Sastrawan, I.N., Sangi, M., dan Kamu, V., 2013, Skrining Fitokimia Dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Adas (Foeniculum Vulgare)
Menggunakan Metode Dpph, Jurnal Ilmiah Sains, 13(2):110-115.
Sartini, Y., Wahyuono, S., Widyarini, S., dan Yuswanto, A.G, 2013, Uji Aktivitas
Fagositosis Makrofag Senyawa Kode Pc-2 dari Daun Sirih Merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav.) Secara In-vivo, JIFI, 11(2):1-13.
Senja, R.Y., Issusilaningtyas, E., Nugroho, A.K., dan Setyowati, E.P., 2014, The
Comparison Of Extraction Method And Solvent Variation On Yield And
Antioxidant Activity Of Brassica oleracea L. var. capitata f. rubra Extract,
Traditional Medicine Journal, 19(1):43-48.
Setyowati, W.A.E., Ariani, S.R.D., Ashadi, Bakti, M., dan Rahmawati, C.P.,
2014, Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia “Pemantapan Riset
Kimia dan Asesmen Dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan
Saintifik”.,UNS:Surakarta.
Siadi, K., 2012, Ekstrak Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropa curcas) Sebagai
Biopeptisida yang Efektif Dengan Penambahan Larutan NaCl, Jurnal Mipa
35(2):77-83.
Subowo, Efek imunomodulator dari tumbuhan obat, 1996, Warta Tumbuhan Obat
Indonesia, 3(1):5-10.
Sudjadi, 1988, Metode Pemisahan Kimia, Kanisius:Yogyakarta.
Suhirman, S., dan Winarti, C., 2007, Prospek Dan Fungsi Tanaman ObatSebagai
Imunomodulator, 121-122, Jurnal Penelitian, Balai PenelitianTanaman
Obat dan Aromatik.
Sukandar, D., Radiastuti, N., Jayanegara, I., dan Huyuda, A., 2010, Karakterisasi
Senyawa Aktif Antibakteri Ekstrak Air Bunga Kecombrang (Etlingera
elatior) Sebagai Bahan Pangan Fungsional, Valensi, 2(1):333-339.
56
Sumawinata, N., 2010, Senerai Istilah Kedokteran Gigi, EGC:Jakarta
Svehla, 1990, Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif makro dan
Semimikro, PT Kalman Media Pustaka:Jakarta
Tasia, W.R.N., dan Widyaningsih, T.D., 2014, Potensi Cincau Hitam (Mesona
Palustris Bl.), Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius) Dan Kayu Manis
(Cinnamomum burmannii) Sebagai Bahan Baku Minuman Herbal
Fungsional, Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2 (4):128-136.
Titaley, S., Fatimawali, dan Lolo, W.A., 2014, Formulasi Dan Uji Efektifitas
Sediaan Gel Ekstra Etanol Daun Mangrove Api-Api (Avicennia Marina)
Sebagai Antiseptik Tangan, Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(2):99-106.
Tjitrosoepomo, G., 2005, Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta), UGM-Press:
Yogyakarta
Utomo, A.D., Rahayu, W.S., dan Dhiani, B.A., 2009, Pengaruh Beberapa Metode
Pengeringan Terhadap Kadar Flavonoid Total Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata), Pharmacy, 6(1):58-68.
Wahid, S., dan Miskad, U.A., 2016, Imunologi, Brilian Internasional: Surabaya.
Waluyo, L., 2008, Teknik Metode Dasar Mikrobiologi, UMM Press: Malang.
Wiedosari, E., 2007, Peranan Imunomodulator Alami (Aloe vera) Dalam Sistem
Imunitas Seluler dan Humoral, Wartazoa, 17(4):165-171.
Winarsih, H., 2010, Protein Kedelain dan Kecambah dan Manfaatnya Bagi
Kesehatan, Kanikus:Yogyakarta
Yuliani, S., dan Satuhu, S.,2012, Panduan Lengkap Minyak Atsiri, Penebar
Swadaya Grup: Jakarta.
Yulinery, T., Nurhidayat, N., 2012, Penggunaan Ekstrak Fermentasi Beras Dari
Beberapa Jenis Monascus Purpureus Untuk Aktivitas Invitro Fagositosis
Sel Makrofag Dan Polimorfonuklear Peritoneum Mencit Sebagai
Immunomodulator, Berita Biologi, 11(2):263-273.
Zalizar, L., 2013, Flavonoids of Phylanthus Niruri as Immunomodulators A
Prospect to Animal Disease Control, Journal of Science and Technology,
3(5):529-532.
57
LAMPIRAN
Buah wualae
Ekstrak kental
Hasil
58
1. Diagram alur pembuatan ekstrak kental tanaman
Buah E. elatior
- Disortasi basah
- Dicuci hingga bersih
- Dipisahkan dari bonggol
- Dilakukan perajangan
- Dikeringkan
- Dilakukan sortasi kering
- Dihaluskan dengan blender
Ekstrak kental
59
2. Uji Efek Imunomodulator
a. Pengelompokan perlakuan hewan coba
Mencit jantan
60
b. Pembedahan hewan coba
Mencit jantan
Cairan peritoneum
Cairan peritoneum
Hasil
61
Lampiran 2. Hasil Determinasi Tanaman.
62
Lampiran 3. Perhitungan Rendamen
1. Rendamen ekstrak
96,2148gram
Rendemen ekstrak = x 100%
1870 gram
= 5,1 %
63
Lampiran 4. Karakterisasi Ekstrak
= 8,331 % x 5
(C B )
Kadar sari larut etanol = x 100 %
A
(39,0598 38,4261)
= x 100%
5,1876
= 12,215 % x 5
1,0793 1,0225
= x 100%
1,0793
= 5,26 %
64
d. Uji kadar abu
0,0628
= x 100%
1
= 6,28%
65
Lampiran 5. Pembuatan Pereaksi Skrining Fitokimia
1. Pereaksi Dragendrof
2. Pereaksi FeCl3
FeCl3
- Ditimbang 1 gram
- Dimasukan dalam labu takar 100 ml
- Ditambahkan samapi tanda tera
Pereaksi FeCl3 1%
3. Lieberman- bunchard
5 ml Asam Asetat
66
Lampiran 6. Tabel Konversi Perhitungan Dosis Antar Jenis Subjek Uji
Tabel 5. Konversi perhitungan dosis antara jenis subjek uji (Harmita dan Maksum
R., 2006).
67
Lampiran 7. Tabel Volume Maksimal Pemberian Larutan Untuk Hewan Uji
Tabel 6. Volume maksimal larutan sediaan uji yang dapat diberikan pada
beberapa hewan uji (Harmita dan Maksum R., 2006).
Keterangan :
s.c. = Subcutan
68
Lampiran 8. Pembuatan Sediaan Banding
Perhitungan dosis stimuno yang akan diberikan pada mencit secara peroral (p.o).
manusia dewasa. Maka perlu dilakukan konversi dosis untuk pemberian pada
= 0,13 mg.
Jadi, dosis stimuno untuk mencit dengan berat rata-rata 27,04 mg adalah 0,13
mg.
Stimuno butuh = ,
x 0,13 mg
= 2,6 mg
10 tablet satu per satu, maka diambil 10 stimuno digerus dan ditimbang berat
Berat bahan aktif dalam stimuno yaitu 50mg/tab x 10 tab = 500 mg.
69
Menentukan berat serbuk yang akan diambil untuk memperoleh 2,6 mg
.
Berat yang ditimbang = x berat rata-rata
,
= x 229 mg
c. Menentukan volume pemberian untuk mencit dengan berat rata-rata 27,04 mg.
,
Volume pemberian = x 0,5
menit hingga diperoleh massa yang transparan, lalu diaduk sampai homogen.
70
Lampiran 9. Pembuatan Sediaan Uji.
Dosis suspensi ekstrak etanol buah wualae (E. elatior) yang akan dibuat adalah
dosis 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 400 mg/kgBB.
Untuk mencit dengan berat rata-rata 26,6 mg = 0,1 mg/gBB x 26,6 gram = 2,66
mg
Ekstrak butuh = ,
x 2,66 mg
ml NaCMC 0,5%.
,
Volume pemberian = x 0,5
71
Volume pemberian = 0,44 ml
Untuk mencit dengan berat rata-rata 25,5 mg = 0,2 mg/gBB x 25,5 gram =
5,1mg
Ekstrak butuh = ,
x 5,1 mg
ml NaCMC 0,5%.
,
Volume pemberian = x 0,5
= 8,094 mg
72
Ekstrak butuh = ,
x 8,094 mg
10 ml NaCMC 0,5%.
,
Volume pemberian = x 0,5
= 10,76 mg
Ekstrak butuh = ,
x 10,736 mg
10 ml NaCMC 0,5%.
,
Volume pemberian = x 0,5
73
Volume pemberian = 0,447 ml
74
Lampiran 10. Analisis Data Hasil Pengujian
Unstandardized
Residual
N 24
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. Deviation 12,44189809
Most Extreme Differences Absolute ,145
Positive ,121
Negative -,145
Kolmogorov-Smirnov Z ,713
Asymp. Sig. (2-tailed) ,690
2. Uji Homogenitas (Uji Levene) Pada Data Hewan Uji Pada Tiap
Kelompok.
uji mencit.
Hipotesis :
75
Syarat :
jumlah makrofag
Levene
2,419 5 18 ,076
kelompok dimana nilai sig. 0,076 > 0,05 maka H0 diterima. Dengan demikian,
dapat dinyatakan bahwa data fagositosis makrofag pada tiap kelompok perlakuan
keseluruhan kelompok.
Hipotesis :
76
Syarat :
ANOVA
jumlah makrogrof
Sum of Mean
Groups
Total 3593,333 23
Kesimpulan : Nilai sig. 0,000 < 0,05 sehingga H0 ditolak yang artinya terdapat
tiap kelompok.
77
Multiple Comparisons
Mean
Difference Std. 95% Confidence
(I) perlakuan (J) perlakuan (I-J) Error Sig. Interval
Lower Upper Lower Upper Lower
Bound Bound Bound Bound Bound
Tukey 100mg/kg bb 200mg/kg bb - 3.0184
.002 -23.5928 -4.4072
HSD 14.00000(*) 6
300mg/kg bb - 3.0184
.001 -24.8428 -5.6572
15.25000(*) 6
400mg/kg -
- 3.0184
.000 -35.0928 15.907
25.50000(*) 6
2
+ - 3.0184
.000 -27.5928 -8.4072
18.00000(*) 6
- 3.0184 18.842
9.25000 .062 -.3428
6 8
200mg/kg bb 100mg/kg bb 3.0184 23.592
14.00000(*) .002 4.4072
6 8
300mg/kg bb 3.0184
-1.25000 .998 -10.8428 8.3428
6
400mg/kg - 3.0184
.014 -21.0928 -1.9072
11.50000(*) 6
+ 3.0184
-4.00000 .768 -13.5928 5.5928
6
- 3.0184 32.842
23.25000(*) .000 13.6572
6 8
300mg/kg bb 100mg/kg bb 3.0184 24.842
15.25000(*) .001 5.6572
6 8
200mg/kg bb 3.0184 10.842
1.25000 .998 -8.3428
6 8
400mg/kg - 3.0184
.032 -19.8428 -.6572
10.25000(*) 6
+ 3.0184
-2.75000 .939 -12.3428 6.8428
6
- 3.0184 34.092
24.50000(*) .000 14.9072
6 8
400mg/kg 100mg/kg bb 3.0184 35.092
25.50000(*) .000 15.9072
6 8
200mg/kg bb 3.0184 21.092
11.50000(*) .014 1.9072
6 8
300mg/kg bb 3.0184 19.842
10.25000(*) .032 .6572
6 8
+ 3.0184 17.092
7.50000 .180 -2.0928
6 8
- 3.0184 44.342
34.75000(*) .000 25.1572
6 8
+ 100mg/kg bb 3.0184 27.592
18.00000(*) .000 8.4072
6 8
200mg/kg bb 3.0184 13.592
4.00000 .768 -5.5928
6 8
300mg/kg bb 3.0184 12.342
2.75000 .939 -6.8428
6 8
400mg/kg 3.0184
-7.50000 .180 -17.0928 2.0928
6
- 27.25000(*) 3.0184 .000 17.6572 36.842
78
6 8
- 100mg/kg bb 3.0184
-9.25000 .062 -18.8428 .3428
6
200mg/kg bb -
- 3.0184
.000 -32.8428 13.657
23.25000(*) 6
2
300mg/kg bb -
- 3.0184
.000 -34.0928 14.907
24.50000(*) 6
2
400mg/kg -
- 3.0184
.000 -44.3428 25.157
34.75000(*) 6
2
+ -
- 3.0184
.000 -36.8428 17.657
27.25000(*) 6
2
antar kelompok dan jika tidak ada tanda * maka tidak ada perbedaan yang
signifikan.
79
Lampiran 11. Dokumentasi penelitian
Perajangan Pengeringan
Penghalusan
80
Maserasi Evaporasi
81
Kadar Air Aklimatisasi hewan uji
82
100mg/KgBB 200mg/KgBB
300mg/KgBB 400mg/KgBB
83