Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PEMBUATAN LOTION ANTIMIKROBA DARI SISIK IKAN

BIDANG KEGIATAN
PKM GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh:
Ajeng Dwi Saputri NIM: 2015430001 Tahun Angkatan: 2015
Dela Astria Virliantari NIM: 2015430008 Tahun Angkatan: 2015
Puji Nafilah NIM: 2016430044 Tahun Angkatan: 2016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


JAKARTA
2017
PENGESAHAN PROPOSAL PKM GAGASAN TERTULIS

Lembar pengesahan dicetak dari http://simbelmawa.ristekdikti.go.id

- Login ke http://simbelmawa.ristekdikti.go.id dengan username dan password


yang sudah diberikan
- Klik “Pengajuan Usulan”  dan “Identitas Usulan” 
- Klik Edit  dan lengkapi isian Identitas , Anggota  dan Luaran 
(luaran ada di BAB I, sub 1.5)
- Unduh lembar pengesahan 


  Edit

   Unduh lembar pengesahan

- Lengkapi data sumber dana lain (jika ada), jangka waktu pelaksanaan,
menyetujui Ketua Program Studi / Wakil Dekan III dan Wakil Rektor III
(WR3: Irfan Purnawan, S.T., M.Chem.Eng., NIP. 20.773).
- Setelah lengkap, klik cetak di kanan atas untuk save as pdf 

i
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ......................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................. ii
Daftar Tabel ........................................................................................................ iii
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan ...................................................................................................... 2
D. Manfaat..................................................................................................... 2
GAGASAN ........................................................................................................ 3
KESIMPULAN................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 8
Daftar Tabel
Tabel 1............................................................................................................. 4

Tabel 2............................................................................................................. 5
1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki garis pantai
terpanjang di dunia. Perikanan Indonesia memiliki peran yang penting karena
wilayah negaranya sebagian besar adalah lautan. Salah satu hasil yang paling
melimpah adalah ikan.
Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung berbagai
macam zat nutrisi. Penggunaan ikan skala industri maupun skala rumah tangga
menjadikan daging ikan sebagai bahan baku utama. Ini berarti bagian-bagian
tubuh ikan selain dagingnya disebut sebagai hasil samping (by-product). Rata-rata
bagian daging ikan yang dapat dimakan sebanyak 40-50 %. Berarti selebihnya
tidak dimakan. Bagian tubuh ikan yang biasanya menjadi limbah adalah sisik,
kulit, tulang, insang, dan semua oragan dalam. Limbah yang dihasilkan akan
bernilai ekonomis jika dilakukan pengolahan lebih lanjut yaitu dengan cara
mengolah sisik ikan sebagai bahan baku kitosan (Vanadia, 2009).
Menurut penelitian Vanadia yang berjudul “Karakteristik kimia dan Fisik
Sisik Ikan Gurami” sisik gurami mengandung kadar air berkisar 30,0–36,8 %, abu
18,7-26,3 %, lemak 0,1-1,0 %, protein 29,8-40,9 %, karbohidr.at by differences
2,0-5,7%, kitin 0,4-3,7 %, kalsium 5,0-8,6 % (Vanadia, 2009)
Kitosan merupakan turunan dari kitin dengan rumus N-asetil D-
glukosamin, merupakan polimer kationik dengan jumlah monomer sekitar 2000-
3000 monomer, tidak toksik dengan LD50 = 16 g/kg berat badan dan mempunyai
bobot molekul sekitar 800 KDa (Janesh 2003). Kitosan merupakan salah satu
senyawa yang dimanfaatkan dalam bidang farmasi sebagai antibakteri. Kitosan
memiliki keunggulan diantaranya biodegradable, biocompatible dan non toxic.
Kitosan dimanfatkan sebagai antibakteri dilihat dari adanya gugus fungsional
amina pada kitosan yang dapat membentuk ikatan dengan dinding sel bakteri dan
mengakibatkan timbulnya kebocoran konstituen intreseluler sehingga bakteri akan
mati (M. Andi, 2012).
Menurut (Hasri, 2010) hasil survei Badan Riset Kelautan dan Perikanan
(BRKP) menunjukkan bahwa daerah Jabotabek tersedia sekitar 100 ton/bulan
kulit udang kering setara satu ton kitin, dikonversikan ke dalam nilai mata uang,
maka akan diperoleh devisa sebesar US$ 65 ribu/bulan atau US$ 780/tahun.
Dilihat dari karakteristik dan manfaatnya, kitosan dapat diformulasikan
menjadi lotion antiibakteri yang aman bagi kesehatan. Kitosan diharapkan
menjadi salah satu bahan alami sebagai alternatif untuk menggantikan
penggunaan alkohol pada lotion. Penggunaan alkohol dalam pembuatan lotion
dapat malarutkan lapisan lemak dan sebum pada kulit yang fungsinya sebagai
pelindung terhadap infeksi mikroorganisme.

B. Rumusan Masalah
2

Limbah sisik ikan dapat mengakibatkan permasalahan lingkungan jika


tidak diolah dengan baik. Dengan adanya pembuatan lotion antibakteri dari
modifikasi kitosan sisik ikan dapat meningkatkan nilai ekonomis dari sisik ikan
itu sendiri

C. Tujuan Penulisan
- Mengetahui proses terbaik untuk mendapatkan jumlah kitosan optimum
- Mengetahui komposisi terbaik pembuatan lotion antibakteri

D. Manfaat Penulisan
- Untuk mencari proses terbaik untuk mendapatkan jumlah kitosan optimum
- Untuk mendapatkan komposisi terbaik pembuatan lotion antibakteri

GAGASAN
3

Seperti yang telah kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara


maritim. Potensi lestari perikanan laut di Indonesia diperkirakan sebesar 6,5 juta
ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona
Ekonomi Eksklusif) dengan tingkat pemanfaatan mencapai 6,71 ton atau 77,38
persen berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011.
Produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya pada tahun 2011 masing-
masing sekitar 5,4 juta ton dan 6,9 juta ton (Nasruddin, 2017).
Produksi ikan di Indonesia sebagian besar yang dimanfaatkan adalah
dagingnya saja, selain itu adalah limbah yang akan dibuang. Dengan kurangnya
pengelolaan dari limbah dapat menimbulkan berbagai isu di bidang lingkungan
yang akan melebar ke permasalahan sosial dan kesehatan. Akibatnya limbah yang
terus-menerus menumpuk dapat menimbulkan bebauan tidak sedap yang dapat
mengganggu aktivitas serta penduduk sekitar, menurunnya keindahan lingkungan,
serta dapat menggangu kesehatan masyarakat.
Dalam upaya mengurangi permasalahan limbah ikan, kita dapat
mengolahnya menjadi suatu produk yang mempuyai nilai ekonomis yang lebih
tinggi. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan sisik ikan menjadi lotion
antibakteri.
Pencarian alternatif formulasi lotion antibakteri yang aman bagi kesehatan
telah banyak dilakukan seiring dengan meningkatnya dampak negatif yang timbul
pada kesehatan, serta meningkatnya keinginan masyarakat untuk menggunakan
bahan alam atau “back to nature”. Hal ini ditanggapi dengan banyaknya produk-
produk berbahan aktif alami yang digunakan untuk perawatan kesehatan. Salah
satu bahan alami yang dapat diharapkan sebagai alternatif yang cukup potensial
untuk mengganti penggunaan alkohol pada lotion antibakter adalah kitosan
melalui adsorpsi bahan aktifnya (M. Andi, 2012).
Potensi kitosan sebagai antibakteri didasarkan pada interaksi awal antara
kitosan dan bakteri yang bersifat elektrostatik. Kitosan memiliki gugus fungsional
amina (-NH2) yang bermuatan positif sangat kuat, sehingga dapat berikatan
dengan dinding sel bakteri yang relatif bermuatan negatif. Ikatan ini mungkin
terjadi pada situs elektronegatif di permukaan dinding sel bakteri. Selain itu (-
NH2) juga memiliki pasangan elektron bebas sehingga gugus ini dapat menarik
mineral Ca2+ yang terdapat pada dinding sel bakteri dengan membentuk ikatan
kovalen koordinasi (M. Andi, 2012).
Menurut Herliana (2010), interaksi inilah yang menyebabkan perubahan
permeabilitas dinding sel bakteri sehingga terjadi ketidakseimbangan tekanan
internal sel dan menyebabkan kebocoran elektrolit intraseluler, seperti kalium.
Selain itu protein dengan berat molekul rendah lainnya seperti asam nukleat dan
glukosa juga ikut mengalami kebocoran. Sel bakteri pada akhirnya akan
mengalami lisis. Dengan demikian, kitosan dapat digolongkan sebagai antibakteri
4

yang bersifat bakterisid berdasarkan mekanisme kerja mengubah permeabilitas


dinding sel atau transport aktif sepanjang dinding sel bakteri.

Tabel 1. Zona hambat kitosan (mm) terhadap aktivitas antibakteri


Konsentrasi 1000 800 600 400 (ppm)
Zona hambat (mm)
E. coli 10 10 8 8
S. aureus 13 13 12 10
Sumber : Islam et al. (2011)

Menurut penelitian Triana (2004) pemurnian kitin dilakukan dengan


menggunakan metode Hong dengan cara sebagai berikut:
-Persiapan
Bahan baku dicuci dengan air hingga bersih, kemudian dikeringkan di bawah
sinar matahari. bahan yang telah bersih dihaluskan untuk mendapatkan ukuran
sebesar 50 mesh.
-Deproteinasi
Ke dalam labu alas bulat 250 ml yang berisi serbuk sditambahkan larutan NaOH
3,5% dengan perbandingan 10:1 (v/b), kemudian dipanaskan sambil diaduk
dengan pengaduk magnetik selama 2 jam pada temperatur 65oC. Setelah dingin,
disaring dan dinetralkan dengan akuades. Padatan yang diperoleh dikeringkan
dalam oven 60oC hingga kering.
-Demineralisasi
Serbuk hasil deproteinasi ditambah larutan HCl 1 N dengan perbandingan 15:1
(v/b) dalam labu alas bulat 500 ml dan direfluks pada suhu 40 oC selama 30 menit,
kemudian didinginkan. Setelah dingin, disaring dan padatan dinetralkan dengan
akuades, kemudian dikeringkan dalam oven 60oC.
-Depigmentasi
Larutan NaOCl 0,315% ditambahkan kedalam serbuk hasil demineralisasi dengan
perbandingan 10:1 (v/b) dalam labu alas bulat 250 ml. Refluks dilakukan selama
1 jam pada suhu 40oC, kemudian padatan disaring dan dinetralkan dengan
akuades. Padatan hasil penetralan dikeringkan pada oven pada suhu 80oC.
Pembuatan kitosan dilakukan melalui proses deasetilasi kitin dengan
menggunakan metode Knorr yaitu dengan menambahkan NaOH 60% dengan
perbandingan 20:1 (v/b) dan merefluksnya pada suhu 100- 140 oC selama 1 jam.
Setelah dingin disaring dan padatan yang diperoleh dinetralkan dengan akuades.
Padatan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 80oC selama 24 jam
(Triana, 2004).
Menurut Penelitian M. Andi (2012) Kadar kitosan 0,75% dan 1% mampu
mengurangi jumlah koloni mikroorganisme hingga 100%. Hasil analisis statistik
terhadap interaksi antara konsentrasi kitosan dengan selang waktu pengambilan
sampel (0, 0,5, 1 jam) menunjukkan bahwa interakasi antara konsentrasi dan
5

waktu pengambilan sampel memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05)


terhadap jumlah koloni mikroorganisme yang dihasilkan. konsentrasi ekstrak
kitosan 0,75% dan 1%, pada jam ke-1 terbukti berhasil menurunkan jumlah
bakteri hingga 100%.
Lotion dibuat dengan formulasi sesuai dengan yang ditampilkan pada
Tabel 1. Bahan-bahan A dipanaskan dengan pengadukan hingga larut pada
suhu 70-82 oC, bahan-bahan B digerus pada mortir panas sampai larut dan
homogen. Tambahkan bahan A ke bahan B secara perlahan sambil diaduk.
Lanjutkan pengadukan sampai terbentuk emulsi pada suhu ruangan (15-30
o
C). Lalu tambahkan akuabides secukupnya (Sri, 2014).

Tabel 2. Komposisi Lotion Anti Bakteri


Bahan Konsentrasi
Bahan A :
Kitosan 0,75%
Minyak Zaitun 5%
Asam Stearat 1%
Propil Paraben 0,05%
Bahan B :
Karbomer 0,3%
Metil Paraben 0,1%
Disodium Edetat 0,05%
Gliserin 5%
Trietanolamin 0,4%
Akuades Ad 100 mL

Pihak-pihak yang dapat membantu gagasan ini antara lain :

1. Kementrian Perikanan
Memberikan informasi tentang potensi hasil penangkapan dan
pembudidayaan ikan yang ada di Indonesia untuk kemudian memaksimalkan
pengolahan limbah sisik ikann menjadi lotion anti bakteri
2. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Memberikan informasi komposisi bahan dari pembuatan lotion antibakteri
yang diperbolehkan di Indonesia agar dapat diproduksi dalam skala industri

Langkah-langkah strategis yang dilakukan agar gagasan bisa berjalan dengan baik
dan diterima masyarakat luas, yaitu :

1. Melakukan pengolahan sisik ikan yang selama ini hanya dibuang untuk
dijadikan UMKM
2. Membuat sistem pengolahan limbah sisik ikan
3. Membuat rancangan pengolahan limbah sisik ikan menjadi kitosan
4. Menentukan formulasi terbaik untuk fungsi antimokroba dari kitosan dalam
bentuk lotion
6

Pabrik Ikan Sardin sebagai


sumber limbah sisik ikan

Pengolahan limbah sisik ikan

Proses pengolahan sisik


ikan menjadi kitosan

Pemanfaatan kitosan menjadi


lotion antibakteri
7

KESIMPULAN

- Kitosan dapat diformulasikan menjadi lotion antibakteri yang secara umum dapat
memberikan lapangan pekerjaan dan juga dapat meningkatkan nilai ekonomis dari sisik
ikan
- Limbah sisik ikan dapat membuka peluang UMKM melakukan sistem pengolahan dari
hulu ke hilir
- Dalam skala nasional dapat memberikan kesejahteraan dari pengolahan kitosan dari
yang berasal dari sisik ikan.
8

DAFTAR PUSTAKA

Andi, M Rahman. 2012. Kitosan sebagai Bahan Antibakteri dalam Formulasi Gel
Pembersih Tangan (Hand Sanitizer). Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, IPB.
Herliana P. 2010. Potensi Khitosan Sebagai Anti Bakteri Penyebab Periodontitis.
Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Kesehatan, Sains, dan Teknologi, Vol (1).
Hasri. 2010. Prospek dari Kitosan Termodifikasi sebagai Biopolimer Alami yang
Menjanjikan. Makassar. Jurnal 1 Chemica, vol 11 : 1-10.
Islam M, Masumb S, Mahbuba KR, Haque Z. 2011. Antibacterial Activity
of Crab-Chitosan against Staphylococcus aureus and Escherichia
coli. Journal of Advanced Scientific Research, 2(4): 63-66.
Kusumaningsih, Triana, Abu Masyukur, Usman Arief. 2014. Pembuatan Kitosan
dari Kitin Cangkang Bekicot (Achatina fulica). Surakarta. Jurnal Biofarmasi
2 (2) : 64-68.
Nasruddin, dkk. 2017. Pemanfaatan Ekstrak Kitosan dari Limbah Sisik Ikan
Bandeng di Selat Makassar pada Pembuatan Bioplastik Ramah
Lingkungan. Makassar. Hassanudin Student Journal, 1(1) : 56-61.
Purwaningsih, Sri, Ella Salamah, Tika A. Budiarti. 2014. Formulasi Skin Lotion
dengan Karagenan dan Antioksidan Alami dari Rhizophora mucronata
Lank. Bogor. Jurnal Akuatika, vol 5, no 1.
Yogaswari, Vanadia. 2009. Karakteristik Kimia dan Fisik Ikan Gurami. Bogor :
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.

Anda mungkin juga menyukai