Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH SUHU PENGERINGAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH AMPAS

TAHU TERHADAP YIELD MENJADI TEPUNG AMPAS TAHU


Alvika Meta Sari1, Novia Okny Yulianti2, dan Yosan Yoga Permana 3
1
Dosen Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2,3
Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Jl. Cempaka Puih Tengah 27 Jakarta Pusat 10510
1
alvika.metasari@ftumj.ac.id

Abstrak :
Tepung ampas tahu adalah tepung yang diperoleh dari pengeringan ampas tahu.
Tepung ampas tahu ini dibuat dari proses pengeringan , penggilingan dan pengayakan.
Tepung ampas tahu memiliki kandungan protein dan serat yang sangat tinggi. Hal tersebut
membuat tepung ampas tahu banyak digunakan untuk substitusi bahan pangan. Penelitian ini
bertujuan untuk mencari kondisi suhu pengeringan terhadap yield pada pembuatan tepung
ampas tahu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Proses Kimia dan bioproses Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta dengan waktu penelitian yang
dilakukan selama 2 bulan, dimulai dari bulan Maret sampai April 2018. Pada penelitian ini
digunakan metode pengeringan dengan variabel suhu sebagai variabel bebas (x) dan yield
sebagai variabel terikat (y). Tepung ampas tahu ini dibuat dari proses pengeringan,
penggilingan, dan pengayakan. Dari kondisi yield tersebut tidak didapatkan variabel yang
optimum. Didapatkan suhu yang maksimum 800C, tetapi berdasarkan fisik pada pengeringan
yang dihasilkan tepung ampas tahu tersebut didapatkan hasil terbaik pada waktu
pengeringan 120 menit dengan suhu pengeringan 1200C. Semakin tinggi suhu pengeringan,
maka yield pengeringan akan semakin kecil. Hal tersebut diperoleh dari persamaan pengaruh
suhu terhadap yield pengeringan y = -0,1529x + 33,246 dan R2 = 0,9831.

Kata Kunci : Ampas Tahu, Tepung Ampas Tahu, Suhu Pengeringan, Waktu Pengeringan

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara yang tinggi adalah kacang kedelai. Kacang
potensial sebagai penghasil bahan pangan. kedelai ini biasa digunakan sebagai bahan
Beraneka bahan pangan seperti sayuran, dasar pembuatan tahu. Tahu adalah
umbi-umbian, kacangkacangan dapat makanan khas yang memiliki rasa yang
dijumpai.(Sasaragih,2017). Hal ini karena lembut dan memiliki protein yang sangat
kondisi wilayah Indonesia yang cocok tinggi sehingga banyak yang menyukai
untuk tumbuh dan berkembangnya aneka makanan tersebut bahkan menjadi menu
ragam tanaman sebagai bahan pangan makanan sehari – hari. Oleh karena itu
yang dihasilkan cukup melimpah. Salah maka bisnis pembuatan tahu ini
satu sumber pangan yang memiliki protein merupakan peluang yang bagus untuk
dikerjakan dan bisa menghasilkan banyak kkal/kg, kalsium 0,14% dan phospor
keuntungan. Seiring berkembangnya 1,13% (Airirsyah, 2001). Ampas tahu
Pabrik tahu yang berdiri akan berbanding merupakan limbah padat hasil samping
lurus dengan hasil limbah yang dari proses pembuatan tahu. Jika ampas
dihasilkannya. Salah satu limbah utama tahu tidak segera diolah atau ditangani
dari proses pembuatan tahu ini adalah akan menimbulkan bau tidak sedap, sebab
ampas tahu. air yang terkandung dalam ampas tahu
Menurut Rahman 1993, ampas tahu
tersebut akan mudah ditumbuhi oleh
dalam bentuk aslinya dapat menimbulkan
mikrobia (Wiwiek warlia, 2017). Ampas
dampak atau permasalahan lingkungan,
tahu ini memiliki kandungan gizi
karena hasil degradasinya dapat
potensial.karena berasal dari kedelai selain
menimbulkan persenyawaan yang berbau
mengandung protein. Ampas tahu juga
busuk jika ampas tahu tidak dimanfaatkan.
memiliki kandungan serat yang bagus
Ampas tahu memiliki kandungan protein
untuk tubuh manusia. Karena hal tersebut
dari pemerasannya sebesar 17% dari
untuk mengurangi jumlah limbah, Ampas
jumlah protein yang terdapat dalam
tahu ini dapat dimanfaatkan kembali
kedelai dan protein yang terdapat dalam
melalui proses daur ulang atau
ampas tahu sebesar 6%. (Shurtleff &
dikonversikan ke produk lain yang lebih
Aoyagi 1977). Ampas tahu sebagai
berguna dan bermanfaat serta bernilai
makanan ternak dapat diberikan dalam
ekonomis tinggi misalnya dibuat dalam
bentuk tepung atau dapat diberikan dalam
bentuk tepung ampas tahu. Tepung ampas
bentuk basah. Dari hasil analisis kimia
tahu ini dapat diaplikasikan menjadi bahan
pakan, ampas tahu mengandung protein
baku pembuatan roti, cookies dan makanan
kasar sebesar 21,29%, lemak 9,96%, serat
lainnya. Maka, perlunya penelitian tentang
kasar 19,94%, energi metabolis 1800
pembuatan tepung ampas tahu.

METODELOGI PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan baku yang digunakan dalam Kertas saring, Klem dan statif, Soxlet, ,
penelitian ini adalah Ampas Tahu. Alat Labu kjeldahl.
yang digunakan dalam penelitian ini
Pada penelitian ini digunakan
adalah Oven, Loyang, Wadah Plastik,
Sendok, Timbangan Analitik, Tanur, variabel bebas yang digunakan yaitu
Erlenmeyer, Gelas ukur, Pipet ukur, suhu pengeringan yaitu 800C ,900C ,
Pipet tetes, Bulp, Burret, Corong,
1000C ,1100C, 1200C ,1300C ,1400C ,
1500C ,1600C , dan 1700C dan variabel
tetap yaitu waktu 120 menit sesuai
dengan penelitian pendahuluan yang
maksimum.

Tahapan pembuatan tepung ampas


tahu siapkan bahan baku ampas tahu
dan dilakukan penirisan air. Kemudian
kukus selama 30 menit pada suhu
100oC. Setelah proses pengukusan
selesai, ampas tahu kemudian
dikeringkan dengan oven (dengan
pengatur suhu) selama ± 150 menit
pada suhu antara 110-140oC. Pada Ampas Tahu Basah
proses pengeringan ampas tahu
dibolak-balik agar proses pengeringan
merata.Setelah kering ampas tahu
Penghilangan / Penirisan Air
dihaluskan dengan blender selama 15-
20 menit. Bubuk ampas tahu kemudian
diayak dengan ayakan berukuran 80 Sterilisasi dan Pengukusan

mesh. Didapat tepung ampas tahu yang


Uap Air
halus dengan ukuran yang uniform. Proses pengeringan di Oven
dengan variabel bebas dalam
HASIL PENELITIAN waktu 120 menit

Tabel.1 Hasil yield tepung ampas tahu


Penggilingan

Pengayakan
(80 mesh)

Analisis :
 Kadar Air
Tepung Ampas  UjiProtein
Karbohidrat,
Tahu Protein dan Serat
Karbohidrat
 Serat
 Abu
Gambar 1 Diagram Alir Pembuatan
Tepung Ampas Tahu

Hasil uji sampel tepung ampas tahu pada


pengeringan 120 menit dan variasi suhu
Gambar 2.Plot Pengaruh Suhu
1200C sebagai berikut : Pengeringan Terhadap Yield Tepung
Ampas Tahu
Tabel 2 Hasil Uji Sampel Tepung ampas
Berdasarkan plot yang
tahu dengan variasi suhu pengeringan
diperoleh dari pengaruh suhu
terbaik
terhadap pengeringan dengan yield
Suhu dalah y = -0,1529x + 33,246
pengeringa ,dimana x adalah suhu (0C) dan y
n adalah yield (%) dengan R2 =
( 1200C)
Kadar Air % 14,51 0,9831. Berdasarkan plot diatas
Kadar Abu % 2,37 suhu 80 – 1700C grafik tidak
Kadar Lemak 11,04 konsisten dengan suhu maksimum
% 1700C adalah 6,33%. Dari
Kadar Protein 15,20
persamaan tersebut jika x=0 maka
%
Serat Kasar 21,35 di peroleh y= 33,246 dan jika x=1
Kadar 35,53 maka di peroleh y= 33,0931. Hal
Karbohidrat % ini menandakan bahwa semakin
besar angka yang dimasukkan pada
PEMBAHASAN (x) maka akan semakin kecil hasil
(y) yang di hasilkan.
25.000

20.000 f(x) = - 0.15x + 33.25


Penelitian ini dilakukan dengan
R² = 0.98
15.000 variabel suhu pengeringan terhadap
Yield %

yield pengeringan tepung ampas


10.000
tahu dengan waktu 120 menit.
5.000
Berat bahan baku 100 gram. Berat
0.000
80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 yang sudah didapatkan dari proses
Suhu (C) pengeringan menggunakan oven
kemudian di blender dengan waktu
30 menit agar ukuran ampas tahu Tetapi jika lihat dari sisi
yang telah kering mengecil dan penampakan hasil variasi suhu
dapat diayak. Setelah itu ampas pengeringan yang kering dan sesuai
tahu diayak dengan mesh 80 yang dengan SNI:3751-2009 adalah
sesuai dengan SNI:3751-2009. pada suhu 1200C dalam waktu 120
Tepung ampas tahu yang telah menit.
diayak dapat di hitung yieldnya
1) Hasil Uji
dengan rumus yang tertera pada
lampiran A. Pada suhu pengeringan Pengeringan pada penelitian

800C didapatkan yield pengeringan ini digunakan dengan variasi suhu

21,49%, suhu pengeringan 900C 800C,900C,1000C,1100C

didapatkan yield pengeringan 1200C,1300C,1400C,1500C,1600C,1

19,51%, suhu pengeringan 1000C 700C dengan waktu 120 menit

didapatkan yield pengeringan berdasarkan penelitian

17,23%, suhu pengeringan 1100C pendahuluan. Dari beberapa

didapatkan yield pengeringan sampel tersebut didapatkan sampel

16,17%, suhu pengeringan 1200C terbaik pada suhu 1200C dalam

didapatkan yield pengeringan (waktu) 120 menit. Perbandingan

14,49%, suhu pengeringan 1300C hasil uji tepung ampas tahu dengan

didapatkan yield pengeringan SNI dan Departemen Pertanian

13,61%, suhu pengeringan 1400C Amerika Serikat Tepung ampas

didapatkan yield pengeringan tahu (USDA) sebagai berikut :

12,72%, suhu pengeringan 1500C Tabel 3 Perbandingan Hasil Uji Tepung


didapatkan yield 10,21%, suhu Ampas Tahu dengan SNI dan Departmen
0
pengeringan 160 C didapatkan Pertanian Amerika Serikat (USDA)
hasil yield pengeringan 9,58%,
Suhu SNI: USDA
suhu pengeringan 1700C 3751- 2014
1200C
didapatkan hasil 6,33%. Dari data 2009 Tepung
(gram)
Tepung Terigu
tersebut didapatkan hasil yield Terigu (%)
terbesar yaitu pada suhu (%)
Kadar Air % 14,51 Max 8.05
pengeringan 800C. Hal ini 14,50
menunjukkan bahwa semakin besar Kadar Abu 2,37 Max -
0,7
suhu akan semakin kecil hasil yield %
Kadar 11,04 - 76.92
pengeringan yang dihasilkan.
Lemak % KESIMPULAN DAN SARAN
Kadar 15,20 Min 7,0 10.40
Kesimpulan
Protein %
Serat Kasar 21,35 - - Dari penelitian ini dapat disimpulkan
Karbohidrat 35,53 - 1.34
sebagai berikut :
%
1. Ampas tahu dapat diolah menjadi
Berdasarkan tabel 3 sampel tepung ampas tahu dengan proses
tersebut diuji : kadar air, abu, pengeringan.
2. Semakin tinggi suhu pengeringan,
lemak, protein, serat kasar dan
maka yield pengeringan akan
karbohidrat yang di uji di
semakin kecil. Hal tersebut diperoleh
PT.Sucofindo. Berdasarkan hasil
dari persamaan pengaruh suhu
dari data pengujian didapatkan
terhadap pengeringan pengeringan y
hasil terbaik yaitu pada suhu 1200C
= -0,1529x + 33,246 dan R2 =
dalam ( waktu ) 120 menit
0,9831.
pengeringan. Dengan hasil uji 3. Hasil terbaik didapatkan dengan
kadar air 14,51%, kadar abu suhu 1200C dalam 120 menit
2,37%, kadar lemak 11,04%, kadar pengeringan.
protein 15,20%, serat kasar 21,35 4. Dari hasil uji yang dilakukan
%, dan karbohidrat 35,53% yang didapatkan hasil terbaik dengan suhu
sesuai jika dibandingkan dengan 1200C dalam 120 menit pengeringan
SNI:3751-2009. Kadar air dan dengan hasil kadar air 14,51%, abu
kadar protein memenuhi standar 2,37%, lemak 11,04%, protein
SNI. Sedangkan, kadar abu tidak 15,20%, serat kasar 21,35% dan
memenuhi maksimal standar SNI. karbohidrat sebesar 35,53%.
Saran
Jika dibandingkan dengan dengan 1. Penelitian dilanjutkan dengan
hasil dari Departemen Pertanian mengubah variabel suhu dan waktu
Amerika Serikat (USDA, 2014) pengeringan tepung ampas tahu
hasil penelitian kami pada variasi sehingga didapatkan perbandingan
terbaik telah mencapai standar hasil penurunan kadar dan pengaruh nya
USDA kecuali kandungan lemak terhadap tepung ampas tahu.
yang dihasilkan hasil ampas tahu 2. Penelitian lanjutan untuk
terbaik lebih rendah dari standar mengubah proses pengeringan tipe
USDA. rak agar mendapatkan hasil yang
lebih akurat dan hasil yang BSN. 1992. SNI 01–2891–1992 tentang
Cara Uji Makanan dan Minuman.
maksimal.
Badan Standardisasi Nasional,
3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut
Jakarta.
dengan metode lain sebagai media Bogasari. 2011. Seputar Tepung Terigu.
pembanding. http://www.bogasari.com/tentang
4. Tingkat pengeringan pada ampas kami/seputar-tepung-terigu.aspx.
Diakses pada 6 Oktober 2012.
tahu harus selalu dijaga.
BSN-SNI. 2009. Batas Maksimum
UCAPAN TERIMA KASIH Cemaran Mikroba dalam Pangan. Jakarta.
Pp.2-6
Saya mengucapkan banyak terima kasih
Buckle, K.A., Edwards, G.H. Fleet, dan
kepada Ibu Nurul Hidayati Fithriyah,
H. Wooton. (1985). Ilmu Pangan
ST,M.Sc,PhD sebagai Ketua Jurusan
(Terjemahan). Jakarta: Universitas
Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah
Indonesia. Halaman 97-98.
Jakarta. Ibu Yustinah, S.T, M.T selaku
Coniwanti, P., Herlanto,A., Inneke AY,
Koordinator Penelitian Jurusan Teknik
2009, Pembuatan Biogas dari Ampas
Kimia Universitas Muhammadiyah Tahu, Jurnal Teknik Kimia No.1,
Jakarta. Ibu Alvika Meta Sari, S.T, Vol.16, Januari 2009

M.ChemEng sebagai Dosen Pembimbing Dewi, R.S . 2016 “Karakterisasi sifat fisik
kimia tepung terigu komersial dan
Penelitian.
aplikasinya dalam proses pembuatan
roti tawar di pt. Bungasari flour mills
DAFTAR PUSTAKA indonesia” Departemen ilmu dan
teknologi pangan fakultas teknologi
Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar pertanian institut pertanian bogor.
Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta.
Airlangga Digital Library Network Fellow, A.P. 2000. Food Procession
(ADLN, 1978) Technology, Principles and
Arlene, Ariestya. dkk. 2009. Pembuatan Practise.2nded.
roti tawar dari tepung singkong dan Woodread.Pub.Lim. Cambridge.
tepung kedelai. Sinopsium Nasional England. Terjemahan Ristanto.W
RAPI VIII 2009.Universitas Katolik dan Agus Purnomo
Parahyangan. Bandung Gaman, P.P. dan Sherington, K.B. 1992.
Astawan, M. 2008. Khasiat Warna Warni Ilmu Pangan. Pengantar Ilmu Pangan
Makanan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi
Utama. Kedua. Gadjah Mada University
Badan Standardisasi Nasional, 2009. Press. Yogyakarta
Tepung terigu sebagai bahan
Iriyanti, Yuni. 2012. Subtitusi Tepung Ubi
makanan (SNI 3751:2009). Badan Ungu Dalam Pembuatan Roti Manis,
Standardisasi Nasional, Jakarta. Donat dan Cake Bread. Proyek akhir.
Yogyakarta: Fakultas Teknik, sebagai makanan tambahan dalam
Univeritas Negri Yogyakarta. usaha penggemukan domba potong.
Proceeding Seminar 1983. Lembaga
Kimia Nasional-LIPI, Bandung.
Jelita, K, dkk. 2011. Verifikasi metode
analisis serat pangan dengan Rahmawati, 2013. “ Pengaruh
Metode aoac dan asp Penggunaan Tepung Ampas Tahu
terhadap parameter repeatability, Sebagai Bahan Terhadap Kualitas
selektivitas, dan ruggedness. Bogor Kue Kering Lidah Kucing”.
Agricurtural Semarang : Fakultas Teknik,
University. Bogor Universitas Negeri Semarang.
Kalukiningrum, S. 2012. Pengembangan Royan, R.S. 2017. Potensi biogas dari
produk cake dengan substitusi limbah pabrik tahu di desa sindang
tepung mocaf. Universitas negeri sari tanjung bintang lampung
yogyakarta selatan. Jurusan teknik mesin.
Fakultas teknik: Universitas
Lange, Manfred & Bogasari Baking Lampung.
Centre. 2004. Roti :Teori dan Resep
Internasional. Jakarta : PT Gaya Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa Bahan
Favorit Press. Makanan dan Pertanian. Penerbit
Liberty:Yogyakarta.
Maita, A.N., Yusuf,H., Rini. Y. (2014).
Pengaruh Konsentrasi Natrium SNI 01-2354.4-2006. Jakarta: Badan
Metabisulfit (Na2S2O5) dan Suhu
Pengeringan Terhadap Karakteristik Standarisasi Nasional.
Tepung Ampas Tahu, Judul
Bioproses Komoditas Tropis Vol. 2 SNI 2981- 2009. Jakarta: Badan
No. 2, Agustus 2014 Standarisasi Nasional

Mudjajanto E.S dan L.N Yulianti. 2004. SNI:3922-1995. Jakarta: Badan


Membuat Aneka Roti, Penebar Swadaya. Standarisasi Nasional.
Jakarta.
SNI. 1995. Standar Nasional Indonesia
Nevy, D.H. 1999. Perlakuan Biologi dan untuk roti (SNI 01-3840-1995).
Kimiawi untuk Meningkatkan Dewan Standarisasi Nasional,Jakarta
Mutu Daun Kelapa Sawit Sebagai
Bahan Baku Pakan Domba. Suhartini dan Hidayat, Nur. 2004. Aneka
Program Pasca Sarjana IPB, Bogor. olahan Ampas Tahu. Surabaya:Trubus.
Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi Agri sarana
Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group Sufi, S. Y., 1999. Kreasi Roti. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Perry, T.D., Cullison, A.E., Lowrey, R.S.
[TPDKBM] Tim Penyusun Daftar
2004. Feed and Feeding. Sixth
Edition. Prentice Hall Upper Komposisi Bahan Makanan. 2010
Saddle River, New Jersey 07456 USDA. National Nutrient Data Base for
Standard. 2014. Basic Report 20649,
Prabowo, A., D. Samaih dan M. Rangkuti.
1993. Pemanfaatan ampas tahu
Tapioca, pearl, dry. The national
Agriculutural Library.
Shurtleff dan Aoyagi, (1984), Tofu and
Soymilk Production 2, Soyfood
Center, Lafayette.
U.S Wheat Associates (1981). Pedoman
Pembuatan Roti dan Kue. Jakarta:
Djambatan.
Wahyudi. 2003. Memproduksi Roti.
Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta
Wati, Elizabeth. 1999. Pemanfaatan ragi
(yeast) sebagai pakan imbuhan untuk
menimgkatkan produktivitas ternak
ruminansia. Wartozoa Vol. 9 No.2
P.O. Box 221, Bogor 16002,
Indonesia
Widyaningsih, T.W, dan E.S. Murtini,
2006. Alternatif Pengganti Formalin
Pada Produk Pangan. Trubus
Agirasana, Surabaya
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan
Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Wibowo. 2017. Manajement Kinerja.
Jakarta: Rajawali Pers
Wiwiek, W. 2017. Dekomposisi Tanaman
Jagung dan Kualitas
Kompos.Fakultas Pertanian :
Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai