Anda di halaman 1dari 8

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian
Agrium, Oktober 2012 Volume 17 No 3

PEMBUATAN TEPUNG MOCAF MELALUI PENAMBAHAN STARTER DAN LAMA


FERMENTASI (Modified Cassava Flour)

Muhammad Iqbal Nusa, Budi Suarti, Alfiah


Program studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian UMSU
Email : budizdr2009@yahoo.com

Abstract
This study aims to find ways of making mocaf flour with a comparison of starter and a long
fermentation on the quality of mocaf flour. This study uses a complete Randomized Design (CRD)
factorial. The results of statistical analysis on each parameter : The number of a long fermentation
different effect not significant (p≥0.05) on moisture content. The number of different starter effect highly
significant (p≤0.01) for yield, starch content, texture. The number of a long fermentation different effect
highly significant (p≤0.01) for yield, starch content, texture. The number of starter different effect not
significant (p≥0.05) on moisture content. Treatment interaction effect is not significant (p≥0.05) for yield,
content starch, texture and moisture content.
Keywords : Manihot esculenta, mocaf, starter, fermentation

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan tepung mocaf dengan perbandingan
starter dan lama fermentasi terhadap kualitas tepung mocaf. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak lengkap (RAL) faktorial. Hasil Analisis secara statistic pada masing-masing parameter : Lama
fermentasi berpengaruh berbeda tidak nyata (p < 0.05) terhadap kadar air. Penambahan starter
memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (p > 0.01) terhadap rendemen, kadar pati, tekstur. Lama
fermentasi memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (p > 0.01) terhadap rendemen, kadar pati,
tekstur. Jumlah starter berpengaruh berbeda tidak nyata (p < 0.05) terhadap water content. Interaksi
perlakuan memberi pengaruh yang berbeda tidak nyata (p < 0.05) terhadap rendemen, kadar pati,
tekstur, dan kadar air
Kata kunci: Singkong, mocaf, starter, fermentasi

A. PENDAHULUAN Tepung mocaf (Modified cassava flour)


Singkong merupakan bahan pangan yang merupakan sejenis tepung yang dibuat dari ubi
telah lama dikonsumsi masyarakat Indonesia. kayu, prinsip pembuatannya adalah dengan
Sebagian masyarakat telah memanfaatkan memodifikasi ubi kayu dengan mikrobia.
singkong sebagai bahan pengganti nasi karena Mikrobia yang tumbuh menghasilkan enzim
ketidakmampuan ekonomi untuk membeli beras. yang dapat menghancurkan dinding sel singkong,
Ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sehingga terjadi perubahan granula pati.
semenjak dahulu telah mengenal makanan Mikrobia tersebut juga menghasilkan enzim-
sumber karbohidrat sebagai makanan pokok enzim yang menghidrolisis pati menjadi gula dan
yang dapat mengenyangkan. selanjutnya mengubahnya menjadi asam-asam
Di Indonesia tanaman singkong organik, terutama asam laktat. Hal ini
merupakan tanaman nomor tiga setelah padi dan menyebabkan karakteristik dari tepung yang
jagung, sebagai tanaman sumber karbohidrat dan dihasilkan berupa naiknya viskositas, daya
merupakan penghasil kalori terbesar rehidrasi, dan kemudahan melarut. Demikian
dibandingkan dengan tanaman lain. Indonesia pula cita rasa mocaf menjadi netral dengan
mempunyai potensi besar untuk mengembangkan menutupi cita rasa singkong sampai 70%.
komoditas singkong karena memiliki lahan yang Perbedaan antara tepung mecaf, tepung singkong
luas yang cocok untuk pertumbuhan tanaman dan tepung gaplek terletak pada proses
singkong serta sumber daya manusia yang pengolahannya. Tepung singkong atau tepung
melimpah. cassava dibuat dari singkong yang dikupas,
Di Indonesia singkong telah diolah dipotong-potong menjadi chips, dikeringkan,
menjadi aneka produk setengah jadi maupun kemudian ditepungkan. Sedangkan tepung
produk olahan siap saji yang banyak dikonsumsi gaplek dibuat dari singkong yang dibuat gaplek
oleh masyarakat. Jumlah kebutuhan singkong terlebih dahulu, kemudian ditepungkan.
untuk konsumsi rumah tangga maupun industri Sementara itu, tepung mocaf dibuat dengan cara
terus meningkat. Oleh karena itu, perlu upaya singkong dipotong-potong menjadi chips,
untuk meningkatkan produksi singkong di kemudian difermentasikan terlebih dahulu,
Indonesia1. dikeringkan, kemudian digiling2.

210
Muhammad Iqbal Nusa dkk

Saat ini modifikasi tepung singkong yang 2. Tepung berprotein sedang/ serbaguna (all
mampu mensubtitusi tepung terigu telah purpouse), memiliki kadar protein sedang,
dikembangkan. Tepung singkong yang telah 8%-10%, cocok sebagai bahan pembuat
dimodifikasi dengan perlakuan fermentasi cake.
memiliki karakteristik mirip terigu sehingga 3. Tepung berprotein rendah (pastry flour),
dapat digunakan sebagai pengganti terigu atau memiliki kadar protein sekitar 6%-8% sesuai
campuran terigu. untuk membuat kue renyah, seperti biscuit,
Singkong memiliki kandungan pati tinggi. gorengan lain-lain.
Modifikasi bahan singkong dapat dilakukan
secara kimiawi. Modifikasi pati secara kimiawi B. METODE PENELITIAN
dapat dilakukan dengan penambahan asam. Bahan dan Alat Penelitian
Modifikasi secara kimiawi dapat menyebabkan - Singkong
terjadinya cross-linking sehingga dapat - Acetobacter xylinum
memperkuat ikatan hydrogen dalam molekul - Aquades
pati3. - Ether
Selain mengandung senyawa-senyawa - HCl
yang berguna bagi tubuh, singkong juga - NaOH
mengandung senyawa glukosida yang bersifata - Alkohol
racun dan membentuk asam sianida. Berdasarkan
kadar sianida, singkong digolongkan singkong Alat:
manis dan singkong pahit. Singkong manis - Timbangan
memiliki kadar asam sianida 40 mg/kg umbi - Ayakan 80 mesh
yang masih segar. Beberapa jenis singkong - Pisau
manis antara lain gading, adira 1, mangi, betawi, - Mesin penepung
mentega, meni, kaporo, randu ranting, dan kaliki. - Wadah
Sedangkan jenis singkong pahit mempunyai - Aluminium foil
kadar asam sianida di atas 50 mg/kg umbi segar. - Oven
Beberapa jenis singkong pahit antara lain adira - Pipet tetes
11, adira IV, muara, tapikuru, dan lain-lain. - Beker glass
Semakin tinggi kadar asam sianida dalam umbi, - Sendok
semakin pahit rasanya. - Gelas ukur
Beberapa teknik untuk mengurangi kadar - Kertas Koran
asam sianida antara lain dengan perebusan, - Karet gelang
pemanasan, pengukusan, pencucian, dan - Loyang
pengeringan. Proses pencucian dan perebusan - Desikator
merupakan teknik efektif untuk mengurangi - Cawan Aluminium
racun sianida karena asam sianida terbawa air.
Selanjutnya pengeringan dapat menguapkan air Metode Penelitian
dan senyawa sianida. Kadar asam sanida diatas Metode penelitian dilakukan dengan
50 mg/kg umbi segar atau 58-80 mg/kg pada metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
umbi segar akan berasa pahit. Singkong dengan faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu:
kadar asam lebih dari 100 mg/kg umbi segar Faktor I: Penambahan Starter (S) yang terdiri
membahayakan kesehatan bahkan dapat dari 4 taraf yaitu:
membunuh4. S1 = 10%
Tepung mocaf memiliki kandungan S2 = 15%
nutrisi yang berbeda dari tepung terigu. S3 = 20%
Perbedaan kandungan nutrisi yang mendasar S4 = 25%
adalah tepung mocaf tidak mengandung zat Faktor II: Lama Fermentasi (F) yang terdiri
gluten, yang menentukan kekenyalan. Tepung dari 4 taraf yaitu:
mocaf berbahan baku singkong memiliki sedikit F1 = 10 jam
protein, sedangkan tepung terigu berbahan F2 = 20 jam
gandum kaya protein. Berdasarkan kadar F3 = 30 jam
proteinnya, dibandingkan 100% menggunakan F4 = 40 jam
tepung terigu5. Banyaknya kombinasi perlakuan (Tc)
Terigu diklasifikasikan sebagai berikut: adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah ulangan (n)
1. Tepung berprotein tinggi (bread flour), adalah sebagai berikut:
memiliki kadar protein tinggi 11-13% sangat Tc (n-1) ≥ 15
baik sebagai bahan pembuat roti, mie, pasta, 16 (n-1) ≥ 15
dan donat, yang membutuhkan kekenyalan 16 n-16 ≥ 15
tinggi. 16 n ≥ 31

211
PEMBUATAN TEPUNG MOCAF MELALUI PENAMBAHAN STARTER

n ≥ 1,937 Dibulatkan menjadi n = 2 selama 1 jam. Suspensi disaring dengan


maka untuk ketelitian penelitian, dilakukan kertas saring dan dicuci dengan aquades
ulangan sebanyak 2 (dua) kali. sampai volume filtrate 250 ml. filtrate ini
mengandung karbohidrat yang terlarut dan
Prosedur Penelitian dibuang.
1. Singkong dikupas kemudian dicuci dengan - Untuk bahan yang mengandung lemak.
air bersih, lalu dipotong-potong tipis-tipis Maka pati yang terdapat sebagai residu pada
berbentuk chips berukuran kurang lebih 0.2- kertas saring dicuci 5 kali dengan 10 ml
0.3 cm. pemotongan bisa dilakukan secara ether. Biarkan ether menguap dari residu,
manual dengan menggunakan pisau. kemudian dicuci lagi dengan 150 ml alkohol
2. Fermentasi 250 gr chips singkong dalam 10% untuk membebaskan lebih lanjut
dengan menggunakan wadah, lalu dilakukan karbohidrat yang terlarut.
penambahan air dengan perbandingan 1 : 1 - Residu dipindahkan secara kuantitatif dari
kemudian tambahkan starter (bakteri kertas saring ke dalam erlemeyer dengan
Acetobacter xylinum) sesuai dengan pencucian 200 ml aquades, dan ditambahkan
perlakuan yaitu: S1 = 10%, S2 = 15%, S3 = 20 ml, HCl ± 25% (Berat jenis, 1,125), tutup
20%, S4 = 25%. Lalu tutup dengan dengan pendingin balik dan dipanaskan
menggunakan kertas Koran dan diikat diatas penangas air selama 2,5 jam.
dengan karet gelang. - Setelah dingin dinetralkan dengan larutan
3. Proses fermentasi dilakukan sesuai degnan NaOH 45% dan encerkan sampai volume
perlakuan yaitu: F1 = 10 jam, F2 = 20 jam, F3 500 ml, kemudian saring tentukan kadar
= 30 jam, F4 = 40 jam. gula yang dinyatukan sebagai glukosa dari
4. Setelah proses fermentasi selesai, dilakukan filtrate yang diperoleh, penentuan glukosa
pencucian kembali untuk menghilangkan seperti pada penentuan gula reduksi berat
sifat asam pada chips singkong hingga tidak glukosa dikalikan 0,9 merupakan berat pati.
berasa dan tidak berbau, kemudian ditiriskan
dan dikeringkan dengan menggunakan oven K  L  0,9  M
0 Kadar pati (%) =  100%
pada suhu 80 C selama 4-5 jam. N
5. Selanjutnya dilakukan proses penggilingan K = Absorbsi sampel yang telah di
dengan menggunakan mesin penepung. standarisasi oleh kurva standard.
6. Lalu dilakukan pengayakan dengan L = Konsentrasi larutan sampel
menggunakan ayakan 80 mesh. M = Volume sampel
7. Dan dilakukan analisa terhadap masing- N = Berat tepung mocaf (gr)
masing parameter. 0,9 = Faktor konfersi yang diperoleh dari
perbandingan berat molekul Pati dengan
Parameter Pengamatan jumlah molekul gula reduksi yang
Penentuan Kadar Air dihasilkan.
Analisa kadar air ditentukan dengan
menggunakan oven. Bahan ditimbang sebanyak Uji Organoleptik Tekstur
5 gr dalam cawan aluminium yang telah Penentuan organoleptik tekstur total
diketahui berat kosongnya. Kemudian nilai kesukaan terhadap tekstur dari tepung
dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 1050 C mocaf yang ditentukan oleh 10 orang penulis
selama 4 jam lalu didinginkan dalam desikator melakukan penilaian. Pengujian dilakukan secara
selama 15 menit lalu ditimbang. Pengurangan inderawi (organoleptik) parameter yang diamati
berat merupakan banyaknya air yang diuapkan adalah tekstur dari tepung mocaf dapat dilihat
dari bahan dengan perhitungan: pada Tabel 1. Di bawah ini.
Kadar Air Dasar Basah (%) = Tabel 1. Skala Uji Organoleptik Tekstur
Berat Bahan Basah  Berat Bahan Kering Skala Hedonik Skala Numerik
100% Sangat suka 4
Berat Bahan Basah
Suka 3
Rendemen
Agak suka 2
Tepung mocaf ditimbang dan dihitung
Tidak suka 1
rendemen dengan rumus sebagai berikut:
Sumber: Soekarto, 19855
Rendemen (%) =
Berat tepung yang dihasilkan
100% C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berat singkong awal Dari hasil penelitian dan uji statistik,
secara umum menunjukkan bahwa penambahan
Penentuan Kadar Pati6 starfer berpengaruh terhadap parameter yang
- Ditimbang 5 gram contoh dalam gelas piala diamati. Data rata-rata hasil pengamatan
250 ml, tambahkan 50 ml Aquades dan aduk

212
Muhammad Iqbal Nusa dkk

pengaruh penambahan starter terhadap masing- Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1)
masing parameter dapat dilihat pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa lama fermentasi berpengaruh
berbeda tidak nyata (P < 0.05) terhadap kadar air.
Tabel 2. Pengaruh Penambahan Starter Sehingga pengujian selanjutnya tidak dilakukan.
terhadap Parameter yang diamati
Penam Ka Ka Pengaruh Interaksi Perlakuan Terhadap Kadar
Rend
bahan dar dar Tek Air
emen
Starter Air Pati stur Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1)
(%)
(S) (%) (%) dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan
S1 = 6,4 31,02 43, 2,6 berpengaruh berbeda tidak nyata (P < 0.05)
10% 25 5 125 25 terhadap kadar air. Sehingga pengujian
S2 = 6,4 33,06 49, 2,9 selanjutnya tidak dilakukan.
15% 38 3 000 50
S3 = 6,4 35,37 53, 3,1 Rendemen
20% 50 5 313 75 Pengaruh Penambahan Starter Terhadap Kadar
S4 = 6,4 36,52 57, 3,5 Air
25% 75 5 126 00 Dari daftar sidik ragam (Lampiran 2)
dapat dilihat bahwa penambahan starter
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa berpengaruh berbeda sangat nyata (P < 0.05)
semakin tinggi penambahan starter maka kadar terhadap rendemen. Tingkat perbedaan tersebut
air, rendemen, kadar pati, tekstur semakin telah diuji dengan uji beda rata-rata dan dapat
meningkat. Lama fermentasi juga memberikan dilihat pada Tabel 4.
pengaruh yang berbeda terhadap parameter yang
diamati. Data rata-rata hasil pengamatan Tabel 4. Hasil Uji Beda Rata-rata Pengaruh
pengaruh lama fermentasi dapat dilihat Tabel 3. Penambahan Starter terhadap
Tabel 3. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Rendemen
Parameter yang diamati Perlak Rata Jar LSR Notasi
Kada Kada uan an ak 0.0 0.0 0.0 0.0
Lama Rendem (S) (%) (P) 5 1 5 1
r r Tekst
Fermenta en S1 = 31,0 - - - d C
Air Pati ur
si (F) (%) 10% 25 2 0,8 1,1 c B
(%) (%)
F1 = 10 6,41 30,825 45,18 2,788 S2 = 33,0 3 66 93 b A
Jam 3 32,800 8 2,975 15% 63 4 0,9 1,2 a A
F2 = 20 6,42 35,125 48,93 3,163 S3 = 35,3 10 53
jam 5 37,238 8 3,325 20% 75 0,9 1,2
F3 = 30 6,46 52,87 S4 = 36,5 93 85
jam 3 5 25% 25
F4 = 40 6,48 55,56 Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti
jam 8 3 oleh huruf yang berbeda pada kolom
menunjukkan pengaruh yang berbeda
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat
semakin lama fermentasi maka kadar air, nyata pada taraf 1%
rendemen, kadar pati, tekstur semakin
meningkat. Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa
Pengujian dan pembahasan untuk rendemen tertinggi 36,525% terdapat pada
masing-masing parameter yang diamati perlakuan S4 secara statistic menunjukkan
selanjutnya dibahas satu persatu: pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan
S3. Rendemen terendah 31,025% terdapat pada
Kadar Air perlakuan S1. Untuk lebih jelasnya pengaruh
Pengaruh Penambahan Starter Terhadap Kadar penambahan starter terdapat rendemen dapat
Air dilihat pada Gambar 1.
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1)
dapat dilihat bahwa penambahan starter
berpengaruh berbeda tidak nyata (P < 0.05)
terhadap kadar air. Sehingga pengujian
selanjutnya tidak dilakukan.

Pengaruh Lama Fermentasi Starter Terhadap


Kadar Air

213
PEMBUATAN TEPUNG MOCAF MELALUI PENAMBAHAN STARTER

terdapat pada perlakuan F1. Untuk lebih jelasnya


pengaruh lama fermentasi terhadap rendemen
dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Hubungan Penambahan Starter


dengan Rendemen
Gambar 2. Hubungan Lama Fermentasi dengan
Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa Rendemen
semakin tinggi penambahan starter maka Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa
rendemen yang dihasilkan semakin tinggi. Hal semakin lama fermentasi maka rendemen yang
ini karena semakin banyak starter yang dihasilkan semakin meningkat. Hal ini
ditambahkan maka pembentukan enzim oleh disebabkan karena semakin lama fermentasi
starter maka bakteri Acetobacter xylinum akan maka produksi enzim pektinolitik dan enzim
semakin banyak, menyebabkan rendemen dari selulolitik yang dapat menghancurkan dinding
tepung mocaf yang dihasilkan semakin tinggi. sel dari singkong semakin banyak, karena
Bakteri Acetobacter xylinum selama terjadinya peningkatan jumlah starter (bakteri
pertumbuhannya dapat menghasilkan enzim Acetobacter xylinum) yang menghasilkan kedua
pektinolitik dan enzim selulolitik yang dapat enzim tersebut, sehingga terjadi peningkatan
menghancurkan dinding sel dari singkong, yang rendemen2.
menyebabkan terjadinya peningkatan rendemen2.
Pengaruh Interaksi Perlakuan Terhadap
Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Rendemen Rendemen
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 2) Dari daftar sidik ragam (Lampiran 2)
dapat dilihat bahwa lama fermentasi berpengaruh dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan
berbeda sangat nyata (P > 0.01) terhadap berpengaruh berbeda titik nyata (P < 0.05)
rendemen. Tingkat perbedaan tersebut telah diuji terhadap rendemen. Sehingga pengujian
dengan uji beda rata-rata dan dapat dilihat pada selanjutnya tidak dilakukan.
Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Beda Rata-rata Pengaruh Kadar Pati
Lama Fermentasi terhadap Pengaruh Penambahan Starter Terhadap Kadar
Rendemen Pati
Perlaku Rataa Jara LSR Notas Dari daftar sidik ragam (Lampiran 3)
an n (%) k 0.05 i dapat dilihat bahwa penambahan starter
(F) (P) 0.01 berpengaruh berbeda sangat nyata (P > 0.01)
0.05 terhadap kadar pati. Tingkat perbedaan tersebut
0.01 telah diuji dengan uji beda rata-rata dan dapat
F1 = 10 30,82 - - - d D dilihat pada Tabel 6.
jam 5 2 0,86 1,19 c C Tabel 6. Hasil Uji Beda Rata-rata Pengaruh
F2 = 20 32,80 3 6 3 b B Penambahan Starter terhadap
jam 0 4 0,86 1,25 a A Kadar Pati
F3 = 30 35,12 6 3 Perlaku Rataa Jara LSR Notas
jam 5 0,99 1,28 an n (%) k 0.05 i
F4 = 40 37,23 3 5 (S) (P) 0.01
jam 8 0.05
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti 0.01
oleh huruf yang berbeda pada kolom S1 = 43,12 - - - d D
menunjukkan pengaruh yang berbeda 10% 5 2 1,64 2,26 c C
nyata pada taraf 5% dan berbeda S2 = 49,00 3 3 1 b B
sangat nyata pada taraf 1% 15% 0 4 1,72 2,37 a A
S3 = 53,31 5 6
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa 20% 3 1,76 2,43
rendemen tertinggi 37,238% terdapat pada S4 = 57,12 9 7
perlakuan F4 secara statistik menunjukkan 25% 5
pengaruh berbeda sangat nyata dengan perlakuan Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti
F1, F2 dan F3. Rendemen terendah 30,825% oleh huruf yang berbeda pada kolom
menunjukkan pengaruh yang berbeda

214
Muhammad Iqbal Nusa dkk

nyata pada taraf 5% dan berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda


sangat nyata pada taraf 1% nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa kadar
pati tertinggi 57,125% terdapat pada perlakuan Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa pati
S4 secara statistic menunjukkan pengaruh yang tertinggi 55,563% terdapat pada perlakuan F4
berbeda sangat nyata dengan S1, S2 dan S3. secara statistik menunjukkan pengaruh berbeda
Rendemen terendah 43,125% terdapat pada sangat nyata dengan perlakuan F1, F2 dan F3.
perlakuan S1. Untuk lebih jelasnya pengaruh Rendemen terendah 45,188% terdapat pada
penambahan starter terhadap kadar pati dapat perlakuan F1. Untuk lebih jelasnya pengaruh
dilihat pada Gambar 3. lama fermentasi terhadap rendemen dapat dilihat
pada Gambar 4.

Gambar 3. Hubungan Penambahan Starter


dengan Kadar Pati Gambar 4. Hubungan Lama Fermentasi dengan
Kadar Pati
Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa
semakin tinggi penambahan starter maka kadar Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa
pati semakin tinggi. Hal ini karena semakin semakin lama fermentasi maka kadar pati yang
banyak starter yang ditambahkan maka dihasilkan semakin meningkat. Hal ini
pembentukan pati oleh starter bakteri disebabkan karena semakin lama fermentasi
Acetobacter xylinum akan semakin banyak. maka jumlah starter bakteri Acetobacter xylinum
Bakteri Acetobacter xylinum dapat menghasilkan akan semakin banyak, sehingga produksi enzim
enzim pektinolitik dan enzim selulolitik yang pektinolitik dan enzim selulolitik semakin
dapat menghancurkan dinding sel singkong dan banyak, menyebabkan jumlah pati akan semakin
membentuk pati yang dapat larut, sehingga meningkat7.
semakin banyak starter maka pati yang terbentuk
akan semakin meningkat7. Pengaruh Interaksi Perlakuan Terhadap Kadar
Pati
Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Pati Dari daftar sidik ragam (Lampiran 3)
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan
dapat dilihat bahwa lama fermentasi berpengaruh berpengaruh berbeda tidak nyata (P < 0,05)
berbeda sangat nyata (P > 0.01) terhadap kadar terhadap kadar pati. Sehingga pengujian
pati. Tingkat perbedaan tersebut telah diuji selanjutnya tidak dilakukan.
dengan uji beda rata-rata dan dapat dilihat pada
Tabel 7. Tekstur
Tabel 7. Hasil Uji Beda Rata-rata Pengaruh Pengaruh Penambahan Starter Terhadap Tekstur
Lama Fermentasi terhadap Kadar Dari daftar sidik ragam (Lampiran 4)
Pati dapat dilihat bahwa penambahan starter
Perlaku Rat Jar LSR Notasi berpengaruh berbeda sangat nyata (P < 0.01)
an aan ak 0.05 0.05 terhadap tekstur. Tingkat perbedaan tersebut
(F) (%) (P 0.01 0.01 telah diuji dengan uji beda rata-rata dan dapat
) dilihat pada Tabel 8.
F1 = 10 45,1 - - - d D
Tabel 8. Hasil Uji Beda Rata-rata Pengaruh
jam 88 2 1,6 2,26 c C
Penambahan Starter terhadap
F2 = 20 48,9 3 43 1 b B
Tekstur
jam 38 4 1,7 2,37 a A
F3 = 30 52,8 25 6 Perla Rat Jara LSR Notasi
jam 75 1,7 2,43 kuan aan k 0.05 0.05
F4 = 40 55,5 69 7 (S) (%) (P) 0.01 0.01
jam 63 S1 = 2,62 - - - d D
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti 10% 5 2 0,0 0,12 c C
oleh huruf yang berbeda pada kolom S2 = 2,95 3 88 1 b B

215
PEMBUATAN TEPUNG MOCAF MELALUI PENAMBAHAN STARTER

15% 0 4 0,0 0,12 a A jam 0,09 0,13


S3 = 3,17 92 7 F4 = 40 5 0
20% 5 0,0 0,13 jam
S4 = 3,50 95 0 Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti
25% 0 oleh huruf yang berbeda pada kolom
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti menunjukkan pengaruh yang berbeda
oleh huruf yang berbeda pada kolom nyata pada taraf 5% dan berbeda
menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata pada taraf 1%
nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1% Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa tekstur
tertinggi 3,325 terdapat pada perlakuan F4 secara
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa tekstur statistik menunjukkan pengaruh berbeda sangat
tertinggi 3,500 terdapat pada perlakuan S4 secara nyata dengan perlakuan F1, F2 dan F3. Tekstur
statistik menunjukkan pengaruh yang berbeda terendah 2,788% terdapat pada perlakuan F1.
sangat nyata dengan S1, S2 dan S3. Tekstur Untuk lebih jelasnya pengaruh lama fermentasi
terendah 2,625% terdapat pada perlakuan S1. terhadap rendemen dapat dilihat pada Gambar 6.
Untuk lebih jelasnya pengaruh penambahan
starter terdapat rendemen dapat dilihat pada
Gambar 5.

Gambar 6. Hubungan Lama Fermentasi dengan


Tekstur

Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa


Gambar 5. Hubungan Penambahan Starter
semakin lama fermentasi maka tekstur yang
dengan Tekstur
dihasilkan semakin baik. Hal ini disebabkan
karena semakin lama fermentasi maka produksi
Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa
enzim pektinolitik dan enzim selulolitik semakin
semakin tinggi penambahan starter maka tekstur
banyak, dengan semakin banyaknya kedua enzim
semakin baik. Hal ini disebabkan karena semakin
tersebut maka pemecahan pati dan selulosa
banyak starter yang ditambahkan maka tekstur
menjadi granula-granula halus akan semakin
dari tepung mocaf yang dihasilkan semakin
tinggi, menyebabkan tekstur dari mocaf semakin
disukai. Hali ini disebabkan karena bakteri
halus atau baik2.
Acetobacter xylinum dapat memecah pati dan
selulosa sehingga membentuk granula pati yang
Pengaruh Interaksi Perlakuan Terhadap Tekstur
halus, menyebabkan tepung mocaf yang
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 4)
dihasilkan bertekstur halus2.
dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan
berpengaruh berbeda tidak nyata (P < 0.05)
Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Tekstur
terhadap tekstur. Sehingga pengujian selanjutnya
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 4)
tidak dilakukan.
dapat dilihat bahwa lama fermentasi berpengaruh
berbeda sangat nyata (P > 0.01) terhadap tekstur.
Tingkat perbedaan tersebut telah diuji dengan uji
D. KESIMPULAN DAN SARAN
beda rata-rata dan dapat dilihat pada Tabel 9.
Kesimpulan
Tabel 9. Hasil Uji Beda Rata-rata Pengaruh
Dari hasil penelitian dan pembahasan
Lama Fermentasi terhadap Tekstur
mengenai pengaruh penambahan starter dan lama
Perlaku Rataa Jara LSR Notas fermentasi terhadap studi pembuatan tepung
an n (%) k 0.05 i mocaf dapat disimpulkan sebagai berikut:
(F) (P) 0.01 0.05 1. Penambahan starter memberi pengaruh yang
0.01 berbeda sangat nyata (p > 0.01) terhadap
F1 = 10 2,788 - - - d D rendemen, kadar pati, tekstur, serta berbeda
jam 2,975 2 0,08 0,12 c C tidak nyata (p < 0.05) terhadap kadar air
F2 = 20 3,163 3 8 1 b B 2. Lama fermentasi memberi pengaruh yang
jam 3,325 4 0,09 0,12 a A berbeda sangat nyata (p > 0.01) terhadap
F3 = 30 2 7

216
Muhammad Iqbal Nusa dkk

rendemen, kadar pati, tekstur, serta berbeda Saran


tidak nyata (p < 0.05) terhadap kadar air Dari hasil penelitian untuk membuat
3. Interaksi perlakuan memberi pengaruh yang tepung mocaf dapat disarankan sebagai berikut:
berbeda tidak nyata (p < 0.05) terhadap 1. Dapat menggunakan starter bakteri
kadar air, rendemen, kadar pati, tekstur. Acetobacter xylinum sebanyak 25% dan
lama fermentasi 40 jam.
DAFTAR PUSTAKA
5. Soekarto, 1985. Penelitian Organoleptik
1. Astuti, 2007. Proses Penambahan Starter, untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian.
Preparasi Bakteri Starter. Bhrata Karya Aksaa. Jakarta.
224
http://repositary.upi.edu/operator/upload/s-
d535-0611010-chapter4.pdf. 6. Sudarmadji, S. Bambang, dan H. Suhardi,
1989. Prosedur Analisa untuk Bahan
2. Pakpahan, Agus dan E. Pasandaran. 1990, Makanan dan Pertanian. Liberty.
“Keamanan Pangan dan Peluangnya”. Yogyakarta.
Prisma No.2 Tahun XIX LP3ES. Jakarta.
7. Tjokrodikoesoemo, P.S. (1986) HFS dan
3. Rukmana, R, 1997. Ubi Kayu, Budidaya, dan Industri Ubikayu Lainnya. PT. Gramedia.
Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.
8. Yavuz, 2003. Persaingan Industri Tepung
4. Salim, E. 2011. Mengolah Singkong menjadi Terigu Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Tepung Mocaf Bisnis Produk Alternatif Universitas Indonesia.
Pengganti Terigu. Lily Publisher.
Yogyakarta.

217

Anda mungkin juga menyukai