Anda di halaman 1dari 12

YULIFIANTI, GINTING, DAN UTOMO: MOCAF SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI TERIGU

TEPUNG KASAVA MODIFIKASI SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI


TERIGU MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN

Rahmi Yulifianti, Erliana Ginting, dan Joko Susilo Utomo 1)

ABSTRAK in water, has a greater, less undesirable aroma of


cassava and brighter colour. The texture of products
Tepung kasava modifikasi (modified casssava made from mocaf are also more tender compared to
flour = mocaf) potensial sebagai bahan substitusi those of ordinary cassava flour and wheat flour. The
terigu dalam rangka mendukung diversifikasi proportion of mocaf as a wheat flour substitute var-
pangan. Proses modifikasi pembuatan mocaf dengan ies from 30–40% in noodle and bakery products and
fermentasi menggunakan inokulum bakteri asam 50–100% for cookies, cakes, deep-fried products and
laktat menyebabkan terjadinya perubahan sifat snacks. The price of mocaf in the market ranges from
fisikokimia dan amilografi serta sifat organoleptik IDR4,100 to 5,000 per kg. This is relatively cheaper
tepung. Mocaf bersifat lebih mudah larut di dalam than wheat flour that costs IDR5,220–7,250 per kg.
air, lebih mudah mengembang ketika dipanaskan, The development of mocaf agroindustry can be per-
tidak beraroma khas ubikayu, berwarna lebih cerah/ formed through partnership models between farmer/
putih, dan lebih lunak tekstur produknya dibanding- farmer groups as dried cassava chips producers and
kan dengan tepung ubikayu tanpa fermentasi dan large-scale industries as flour producers and distribu-
terigu. Proporsi mocaf sebagai bahan substitusi tors. However, this should be supported with the in-
terigu bervariasi antara 30–40% pada produk roti, crease of cassava production to guarantee the fresh
pastry dan mie, 50–100% pada produk kue basah cassava supply. Government policies that facilitate
(cakes), kue kering (cookies), aneka produk gorengan the development of local flour industries, socializa-
dan jajanan basah/pasar. Harga mocaf di pasaran tion and promotion of mocaf products also need to
berkisar antara Rp4.100–5.000 per kg, relatif lebih be intensively performed.
murah dibanding harga terigu yang berkisar antara
Rp5.220–7.250 per kg. Usaha agroindustri mocaf Keywords: mocaf, substitution, diversification, cas-
dapat diterapkan dengan model kemitraan antara sava
petani/kelompok tani sebagai produsen sawut kering
dengan industri besar yang memproduksi tepung
sekaligus memasarkan. Peningkatan produksi ubi- PENDAHULUAN
kayu diperlukan untuk mendukung ketersediaan
bahan baku. Kebijakan Pemerintah yang berpihak Konsumsi terigu sebagai sumber karbohidrat
kepada pengembangan industri tepung lokal untuk masyarakat Indonesia terus meningkat dan
mengurangi impor terigu serta sosialisasi dan pro- mencapai 19,2 kg/kapita/tahun (Kompas 2010a),
mosi produk olahan mocaf juga perlu diintensifkan sehingga meningkatkan impor gandum yang
untuk mempercepat adopsinya oleh industri dan mencapai 6 juta ton/tahun (Triharyanto 2010).
masyarakat. Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai
Kata kunci: mocaf, substitusi, diversifikasi, ubikayu lima negara importir utama gandum di dunia.
Rata-rata devisa yang dikeluarkan untuk impor
ABSTRACT tersebut mencapai 2,25 miliar dollar AS/tahun
atau setara dengan Rp 22,5 triliun. Porsi peng-
Modified cassava flour (mocaf) as a wheat gunaan terigu terbesar adalah untuk bahan
flour substitute in terms of supporting food
baku mie basah dan kering (30%), sedang
diversification program. Mocaf is potential as a
wheat flour substitute in terms of supporting food sisanya untuk mie instan (25%), cake dan rero-
diversification program. Modification process of mocaf tian (20%), snacks dan biskuit (15%), rumah
through fermentation using lactic acid bacteria causes tangga (5%) dan gorengan 5% (Welirang 2002
changes in physicochemical and amylograph char- dalam Gafar 2010).
acteristics of cassava starch as well as organoleptic
attributes of the flour. Mocaf is more easily dissolved Tingkat ketergantungan yang tinggi ter-
hadap impor terigu tersebut perlu dikurangi
secara bertahap dengan meningkatkan
1) Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan konsumsi dan produksi bahan pangan lokal. Hal
Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak km 8 Kotak Pos
66 Malang 65101. email: rahmi_stp@yahoo.com.
ini sejalan dengan upaya peningkatan diversi-
fikasi pangan yang merupakan program sukses
Naskah diterima tanggal 22 September 2011, dise-
tujui untuk diterbitkan tanggal 26 November 2011. Kementerian Pertanian dan didukung pelaksa-
Diterbitkan di Buletin Palawija No. 23: 1–12 (2012).
naannya dengan PP nomor 22 tahun 2009

1
BULETIN PALAWIJA NO. 23, 2012

tentang Percepatan Penganekaragaman Kon- Perbaikan kualitas tepung ubikayu telah


sumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. dilakukan melalui modifikasi proses peng-
Umbi-umbian merupakan bahan pangan lokal olahan dengan fermentasi, sehingga dihasilkan
yang belum optimal pemanfaatannya karena mocaf atau nama lainnya bimo (biologically
jenis produk olahannya relatif terbatas dan modified cassava flour) atau tepung kasava
tampilan produknya kurang menarik, sehingga modifikasi (Duryatmo 2009, Misgiyarta et al.
seringkali dianggap sebagai makanan inferior. 2009). Mocaf memiliki kemampuan rehidrasi,
Kondisi demikian berdampak pada tingkat gelatinisasi, dan viskositas lebih tinggi daripada
konsumsi umbi-umbian yang cenderung turun, tepung ubikayu (meskipun masih lebih rendah
meskipun sesungguhnya nilai gizi dan citra dari terigu) sehingga untuk produk yang sama,
produknya tidak kalah dengan beras atau terigu proporsi penggunaannya dapat lebih tinggi
bila diolah dengan baik. Konsumsi ideal umbi- daripada tepung ubikayu. Selain itu, aroma
umbian ditetapkan sebesar 100 gram/kapita/ khas asam laktat yang dihasilkan selama fer-
hari pada PPH (Pola Pangan Harapan) pen- mentasi dapat menghilangkan aroma apek
duduk Indonesia tahun 2009 (Pambudi 2010). ubikayu. Oleh karena itu, penggunaan mocaf
Kegiatan ‘One Day No Rice’ yang merupakan menjadi sangat potensial sebagai substitusi
kampanye untuk mengurangi konsumsi beras tepung-tepungan yang harganya lebih mahal
dan mendorong percepatan keanekaragaman (Subagyo 2009), terutama terigu untuk produk-
konsumsi bersumber pangan lokal (Kompas produk mie, rerotian, kue basah, dan kue kering.
2010c) merupakan salah satu upaya yang tepat
Tulisan ini membahas teknologi pengolahan
untuk mempromosikan potensi umbi-umbian
dan karakteristik mocaf, serta dukungan keter-
dan meningkatkan konsumsinya.
sediaan bahan baku dan prospek pengembang-
Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) pros- annya sebagai bahan substitusi terigu untuk
pektif untuk dikembangkan sebagai bahan mendukung percepatan diversifikasi pangan.
diversifikasi pangan. Produk antara ubikayu
yang umum dikenal selama ini adalah gaplek TEKNOLOGI PENGOLAHAN MOCAF
dan pati. Gaplek yang dihasilkan petani biasa-
nya berkualitas rendah, terlebih bila panen Proses pengolahan mocaf pada prinsipnya
ubikayu jatuh pada musim hujan, sehingga citra sama dengan pembuatan tepung ubikayu, akan
dan daya saing produknya juga masih rendah. tetapi setelah penyawutan dilakukan peren-
Pati sangat terkait dengan masalah limbah, daman/fermentasi sawut ubikayu dengan
baik berupa limbah padat (kulit, ampas/onggok) bakteri asam laktat (Gambar 1). Balai Besar
maupun cair (air sisa pencucian pati) yang bila Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
tidak ditangani dengan tepat dapat mencemari Pertanian telah berhasil mengembangkan
lingkungan (Widodo dan Hartojo 2000). Tepung starter bakteri asam laktat bimo-CF dalam
merupakan produk antara ubikayu yang relatif bentuk bubuk dan diperkaya dengan nutrisi
tahan lama disimpan dan memerlukan ruang (Misgiyarta et al. 2009). Bakteri asam laktat
penyimpanan lebih kecil serta menghasilkan dideteksi sebagai mikroflora dominan pada
limbah minimal (Ginting dan Widodo 2003a). ubikayu yang direndam dalam air selama tiga
Tepung ubikayu juga lebih fleksibel digunakan hari pada pembuatan foo-foo di Afrika, di
sebagai bahan dasar atau campuran (komposit) antaranya Lactococcus lactis, Leuconostoc
dengan tepung lain untuk diolah menjadi ber- mesenteroides, dan Lactobacillus plantarum
bagai produk pangan, terutama sebagai (Brauman et al. 1996). Bakteri tersebut bersifat
substitusi terigu dengan proporsi 10–100% fakultatif anaerob yang tumbuh optimal pada
(Damardjati et al. 1996). Namun, produk yang suhu 30–37 oC dan pH 3–8 serta memerlukan
dihasilkan mempunyai kelemahan, antara lain sukrosa, glukosa dan fruktosa sebagai sumber
kurang mengembang pada tingkat proporsi energi untuk pertumbuhannya. Bakteri asam
yang tinggi, karena tidak mengandung protein laktat homofermentatif (Lactobacillus spp)
gluten seperti terigu. Tekstur produk juga rela- mampu mengubah 95% glukosa menjadi asam
tif keras karena bagian pati ubikayu yang amorf laktat, CO2, dan etanol pada media pertumbuh-
(amilopektin) menjadi sangat lengket dan keras annya, sedang bakteri asam laktat heterofer-
setelah mengalami gelatinisasi (Suismono dan mentatif (Leuconostoc mesenteroides) hanya 90%
Martosuyono 2007). Selain itu, aroma apek khas (Rahayu 1992 dalam Misgiyarta et al. 2009).
ubikayu yang kurang disukai, seringkali masih Bakteri asam laktat tidak menghasilkan toksin
terbawa pada produk olahannya. sehingga aman untuk bahan pangan. Asam

2
YULIFIANTI, GINTING, DAN UTOMO: MOCAF SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI TERIGU

laktat yang dihasilkan juga dapat memberi 3 HP dengan kapasitas 500–600 kg umbi kupas
aroma dan citarasa khas yang disukai (Brau- per jam (Gambar 2a). Selanjutnya sawut/chips
man et al. 1996). dimasukkan ke dalam karung plastik dan
direndam dalam bak-bak semen berisi air yang
Proses pengolahan mocaf meliputi pengupas-
telah diberi starter 0,01% berat/volume air.
an, pencucian, penyawutan (pembuatan chips),
Fermentasi dilakukan selama 12 jam pada suhu
perendaman dan fermentasi, pengepresan,
kamar. Namun dengan spesies bakteri asam
pengeringan, penepungan, dan pengayakan
laktat tertentu seperti yang dilaporkan oleh
(Gambar 1). Umbi segar disortir dengan cara
Subagyo, fermentasi dapat dipersingkat men-
memilih umbi yang utuh (tidak luka) dan tidak
jadi 8–10 jam (Duryatmo 2009). Sawut basah
rusak/poyo. Tepung berkualitas tinggi diperoleh
kemudian ditiriskan, dibilas dengan air menga-
dari umbi yang dipanen pada umur optimal
lir dan dipres dengan alat pres manual (Gambar
yaitu 7 bulan (untuk umur genjah), 8 bulan
2b) untuk mengurangi kadar air sekaligus HCN
(umur sedang), dan 9 bulan (umur dalam)
yang terdapat pada ubikayu, terutama yang
(Wargiono et al. 2006), dan diproses tidak lebih
jenis pahit (Suismono dan Wibowo 1991 dalam
dari 48 jam setelah panen. Pengupasan kulit
Ginting dan Widodo 2003b).
dapat dilakukan secara manual dengan meng-
gunakan pisau kupas. Cara ini menghasilkan Penjemuran sawut dilakukan dengan meng-
rendemen yang tinggi tetapi memerlukan waktu gunakan alas dari anyaman bambu atau plastik
lama dan tenaga kerja yang relatif banyak. dan terhindar dari gangguan binatang, debu
Umbi kupas kemudian dicuci dan direndam dan kotoran lain. Pengeringan dilakukan sam-
dalam air sambil menunggu proses lebih lanjut. pai kadar air tepung aman disimpan (<12%)
(Suismono dan Wargiono 2009). Pengeringan
Penyawutan atau pembuatan chips ber-
dengan sinar matahari praktis dan murah
tujuan untuk memperkecil ukuran umbi se-
biayanya, namun pada musim hujan penge-
hingga mudah dikeringkan dan tidak menye-
ringan akan terganggu. Hal ini dapat diatasi
babkan perubahan warna serta timbulnya bau
dengan menggunakan oven atau alat pengering
asam. Penyawutan dapat dilakukan dengan alat
buatan pada suhu 50–55 oC selama ±20 jam.
penyawut manual atau mekanis bertenaga 2–
Sawut kering selanjutnya digiling dengan alat
penepung mekanis. Kemudian diayak dengan
alat pengayak berukuran 80 mesh (Suismono
dan Wargiono 2009) untuk mendapatkan
tepung dengan tingkat keseragaman dan keha-
lusan yang tinggi mendekati tepung terigu (100
mesh). Pengemasan skala kecil dan medium
(<25 kg) dapat menggunakan kantong plastik
PP (poli propilen) dengan ketebalan 0,05 mm,

a b
Gambar 2. Alat penyawut mekanis (a) dan alat
Gambar 1. Diagram alir pembuatan mocaf/bimo. pres manual (b).
Sumber: Misgiyarta et al. (2009). Sumber: Ginting (2009).

3
BULETIN PALAWIJA NO. 23, 2012

sedangkan untuk skala besar dapat dirangkapi bakteri asam laktat dapat menghasilkan enzim
dengan karung plastik untuk mempertahankan ekstraseluler untuk menghidrolisis pati menjadi
kualitas tepung selama dalam penyimpanan dekstrin dan gula sederhana yang selanjutnya
atau pemasaran hingga enam bulan (Misgiyarta dimanfaatkan untuk menghasilkan asam
et al. 2009). laktat, CO2 dan etanol. Aktivitas enzim ami-
lolitik tersebut menyebabkan granula pati
KARAKTERISTIK MOCAF menjadi berlubang-lubang karena terlebih
dahulu menyerang bagian yang amorf (amilo-
Modifikasi sifat pati secara kimia (hidrolisis pektin) sehingga nisbah antara amilosa dan
asam atau basa), fisik (perlakuan suhu dan amilopektin meningkat dengan menurunnya
tekanan) atau biologi (fermentasi) dapat dila- proporsi amilopektin (Whistler 1984 dalam
kukan untuk memperbaiki karakteristik tepung Rosida dan Nurasih 2008). Proporsi amilosa
dan pati ubikayu (Moorthy 1983). Teknik yang lebih tinggi ini menyebabkan tepung
fermentasi telah biasa dilakukan dalam peng- menjadi lebih mudah larut di dalam air karena
olahan ubikayu karena relatif sederhana dan kemampuan granula pati untuk menyerap air
murah biayanya, di samping dapat juga mem- meningkat (Anonim 2001 dalam Rosida dan
perbaiki citarasa produk yang dihasilkan. Di Nurasih 2008). Meski tidak sama persis, tingkat
Brazil, produk pati ubikayu manis dan asam kelarutan yang lebih tinggi akibat fermentasi
hasil proses fermentasi dikenal dengan nama ini dapat diamati pada pati ubikayu asam yang
povilho (Blumenschein dan Blumenschein 1989; nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan pati
Marcon et al. 2009), sementara produk tepung- tanpa fermentasi (native starch) seperti pada
nya di Afrika dikenal dengan nama gari Tabel 1.
(Anonim 1989 dalam Suismono dan Marto-
suyono 2007) dan foo-foo (Brauman et al. 1996). Selain itu, enzim pektin metil esterase dan
Tape, gatot, growol, dan beras aruk merupakan pektat liase yang dihasilkan bakteri asam laktat
beberapa contoh produk fermentasi ubikayu di juga berperan dalam merusak dinding sel
Indonesia. Teknik fermentasi yang dilakukan dengan menyerang ikatan pektin glikosida
umumnya spontan (tanpa inokulasi mikroba) sehingga terjadi disosiasi selulosa dari dinding
dengan lama fermentasi 3–4 hari dan dapat sel/jaringan pektin. Hal ini menyebabkan teks-
mencapai 10–15 hari untuk pati asam (Blumen- tur umbi/sawut menjadi lunak dan tepung yang
schein dan Blumenschein 1989). Mikroflora dihasilkan menjadi remah dan lebih mudah
utama yang diidentifikasi selama proses fer- larut di dalam air. Aktivitas enzim ini dan pera-
mentasi tersebut adalah bakteri asam laktat nannya dalam melunakkan umbi diamati oleh
(Brauman et al. 1996). Brauman et al. (1996) pada pembuatan foo foo
setelah 24 jam fermentasi.
Karakteristik Fisikokimia Hidrolisis parsial pati pada saat fermentasi
dan Amilografi Mocaf menyebabkan derajat polimerisasi amilosa dan
Fermentasi pada pengolahan mocaf menye- amilopektin menjadi lebih kecil (Marcon et al.
babkan terjadinya perubahan sifat fisikokimia 2007 dalam Marcon et al. 2009), sehingga visko-
pati ubikayu. Menurut Ramos et al. (2000), sitas intrinsik pati yang berkaitan dengan berat
molekulnya juga turun. Penurunan viskositas

Tabel 1. Karakteristik fisikokimia pati ubikayu dan pati ubikayu asam hasil fermentasi.

Parameter Pati ubikayu Pati ubikayu asam


Viskositas intrinsik (ml/g) 196,22±14,68 93,48±2,75
Swelling power (g/100 g) 34,92±0,38 25,99±1,09
Kelarutan (g/100 g) 27,84±0,28 36,16±1,19
Densitas (g/cm3) 1,56±0,04 1,54±0,01
Kapasitas pengembangan adonan 1,13±0,01 1,99±0,07
roti saat dipanggang
Suhu gelatinisasi (ºC) 60,37 61,23
Suhu gelatinisasi puncak (ºC) 77,22 71,26
Sumber: Marcon et al. (2009).

4
YULIFIANTI, GINTING, DAN UTOMO: MOCAF SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI TERIGU

intrinsik ini berdampak pada meningkatnya tinggi nilainya daripada tepung ubikayu dan
kemampuan mengembang adonan pati asam terigu (Tabel 2). Hal ini mengindikasikan bahwa
saat dipanaskan/dipanggang dalam pembuatan produk yang terbentuk dari mocaf memiliki
roti dibandingkan dengan pati tanpa fermentasi tekstur lebih lunak/empuk pada kondisi dingin
(Tabel 1). Rosida dan Nurasih (2008) juga meng- (Misgiyarta et al. 2009).
amati terjadinya peningkatan volume pengem-
Tidak kalah pentingnya dari segi keamanan
bangan roti sebesar 206–245% pada adonan pati
pangan adalah hilangnya sebagian besar HCN
ubikayu asam yang difermentasi dengan ino-
selama proses pengolahan mocaf, baik terhi-
kulasi L. plantarum 1–3% selama tiga hari, di-
drolisis saat fermentasi, larut dalam air atau
bandingkan dengan pati asam tanpa inokulasi/
rusak saat pengeringan. Ubikayu secara alami
spontan yang hanya mampu mengembang
mengandung HCN dalam bentuk linamarin
sebesar 192%. Selain itu, permukaan granula
yang jumlahnya bervariasi, tergantung jenis/
pati yang berlubang-lubang halus akibat hidro-
varietasnya (Ginting dan Widodo 2003b). HCN
lisis pati tersebut juga meningkatkan kemam-
bersifat toksik (>100 ppm) dan dapat menyebab-
puan mengembang adonan roti (Mestress et al.
kan kematian. Brauman et al. (1996) melapor-
2000 dalam Marcon et al. 2009). Lubang-lubang
kan bahwa HCN tereliminasi >90% selama 48
tersebut memperkuat ikatan antarbutiran
jam fermentasi umbi dalam air. Standar mutu
sehingga adonan tidak mudah terputus saat
tepung ubikayu menetapkan kadar maksimum
dipanaskan (Duryatmo 2009).
HCN 40 ppm (Tabel 3). Hasil pengamatan mocaf
Sifat amilografi mocaf (perilaku sebelum, dari beberapa varietas/klon ubikayu jenis pahit
saat dan sesudah gelatinisasi) berbeda dengan (HCN >50 ppm) menunjukkan, bahwa kadar
tepung ubikayu tanpa fermentasi (Tabel 2). HCN tepung <40 ppm (Tabel 4), jadi aman
Suhu gelatinisasi awal mocaf dan saat granula untuk tujuan konsumsi.
pecah relatif lebih rendah dibandingkan dengan
tepung ubikayu, demikian pula waktu gelati- Karakteristik Fisik dan
nisasinya lebih pendek. Hal yang sama juga di- Organoleptik Mocaf
amati oleh Marcon et al. (2009) pada pati
Rendemen mocaf sekitar 29,9%, hampir sama
ubikayu asam (Tabel 1). Depolimerisasi struk-
dengan tepung ubikayu (Misgiyarta et al. 2009).
tur pati akibat hidrolisis parsial saat fermentasi
Menurut Duryatmo (2009), dengan memanen
menyebabkan granula pati menjadi lebih
umbi pada umur optimal, rendemen mocaf
mudah menyerap air, mengembang dan pecah
dapat ditingkatkan menjadi 33% (3 kg umbi
saat dipanaskan sehingga tidak memerlukan
segar untuk menghasilkan 1 kg mocaf).
panas/energi yang sama dengan tepung tanpa
modifikasi untuk mengalami gelatinisasi. Perendaman dan pencucian yang dilakukan
Marcon et al. (2009) melaporkan panas/energi pada pengolahan mocaf menyebabkan sawut
yang dibutuhkan untuk gelatinisasi pati ubi- terpisah dari kotoran sehingga derajat putihnya
kayu asam 2,55 J/g, jauh lebih kecil dibanding-
kan dengan pati ubikayu (5,97 J/g). Tabel 2. Sifat amilografi tepung ubikayu, mocaf/
bimo, dan terigu.
Viskositas puncak mocaf (saat granula pecah)
yang lebih tinggi dibanding dengan tepung ubi- Tepung Mocaf/
kayu maupun terigu (Tabel 2), menunjukkan Parameter ubikayu Bimo Terigu
kemudahannya mengembang saat dipanaskan.
Duryatmo (2009) juga melaporkan bahwa visko- Gelatinisasi:
sitas mocaf pada suhu 95 oC dengan konsentrasi Suhu (oC) 65 66 78
2% (75 cps) lebih tinggi daripada tepung ubi- Waktu (menit) 29 28 30
kayu dari bahan gaplek (45 cps). Dengan Granula pecah:
viskositas yang lebih tinggi, tepung menjadi Suhu (oC) 94 93 91,5
lebih lengket bila diberi air dan lebih mudah Waktu (menit) 48,3 46 39
mengembang bila dipanaskan. Namun visko- Viskositas:
sitas puncak ini cenderung turun dengan se- Puncak (BU) 700 1.130,00 130
makin lamanya waktu fermentasi (>24 jam) Dingin (BU) 920 1.210,00 220
(Suismono dan Martosuyono 2007). Viskositas Balik (BU) 220 80 90
dingin mocaf yang menunjukkan kemampuan BU = Brabender Unit
retrogradasi pati pada suhu 50 oC, tampak lebih Sumber: Suismono dan Martosuyono (2007).

5
BULETIN PALAWIJA NO. 23, 2012

meningkat. Selain itu, saat fermentasi juga ter- produk olahan dari umbi-umbian (Marrug 1991
jadi penghilangan komponen penimbul warna, dalam Misgiyarta et al. 2009).
seperti pigmen (khususnya pada umbi yang
berwarna kuning) dan protein yang dapat me- PELUANG PENGEMBANGAN MOCAF
nyebabkan warna coklat/gelap, sehingga warna SEBAGAI SUBSTITUSI TERIGU
mocaf yang dihasilkan lebih putih jika diban-
dingkan dengan warna tepung ubi kayu biasa Pengolahan aneka umbi menjadi tepung
(Anonim 2009). Tabel 4 menunjukkan bahwa merupakan pilihan terbaik karena: (1) penggu-
mocaf yang diolah dari beberapa varietas/klon naannya praktis sehingga dapat langsung
ubikayu cukup putih warnanya. Suismono dan diolah menjadi makanan siap saji/siap santap,
Martosuyono (2007) melaporkan bahwa mocaf (2) teknologi pengolahan tepung sangat mudah
dari varietas Menado memiliki derajat putih dikuasai dan murah biayanya, sehingga para
86,4%, lebih tinggi bila dibanding dengan terigu pelaku usaha skala kecil menengah dapat
(75,0%). Namun lama fermentasi >24 jam mengembangkan usaha ini (3) tepung mudah
mengakibatkan derajat putih mocaf menurun. difortifikasi dengan nutrisi yang diperlukan
seperti vitamin dan mineral dan (4) masyarakat
Di samping warna, asam laktat yang dihasil-
telah terbiasa mengkonsumsi makanan berasal
kan selama fermentasi memberi aroma dan
dari tepung (Nasution 2006 dalam Suismono
citarasa yang disukai pada mocaf (Brauman et
et al. 2008). Oleh karena itu, pemanfaatan mocaf
al. 1996, Jay 1978 dalam Misgiyarta et al. 2009).
sebagai bahan substitusi terigu cukup pros-
Citarasa ini dapat menghilangkan aroma apek
pektif untuk dikembangkan, terutama untuk
yang biasanya menjadi ciri khas tepung dan
produk-produk yang selama ini diolah dari 100%
terigu, seperti mie dan rerotian.
Sejak tahun 2004, berbagai uji coba peman-
Tabel 3. Standar mutu tepung ubikayu (SNI 01- faatan mocaf menjadi berbagai produk pangan
2997-1996). telah dilakukan, baik di tingkat skala labora-
torium, industri rumah tangga, menengah mau-
Kriteria mutu Persyaratan pun besar. Pada skala industri, diantaranya PT
Kadar air (%) Maksimum 12 Sentrafood Indonusa, Karawang dan PT Tiga
Kadar abu (% bb) Maksimum 1,5 Pilar Sejahtera, Solo untuk produk mie dan
Kadar pati (% bb) Minimum 75 bihun, PT Indofood, Cikampek untuk biskuit,
Keasaman (ml 0,1 N PT Garuda Food, Jakarta untuk aneka snacks,
NaOH/100 g) Maksimum 3 dan Yayasan Kuliner Indonesia, Jakarta untuk
Asam sianida (HCN) (ppm) Maksimum 40 aneka makanan (Anonim 2010a). Hasilnya
Derajat putih (%) (BaSO4 menunjukkan bahwa penggunaan mocaf
sebagai standar 100%) Minimum 85 sebagai bahan baku pangan cukup luas dan
Kehalusan (%) (lolos fleksibel karena dapat dicampur/dikomposit
ayakan 80 mesh) Minimum 90 dengan tepung-tepungan lainnya, baik terigu,
Bau dan rasa Khas ubikayu beras, ketan maupun kacang-kacangan. Pro-
Sumber: BSN (1996).
porsi penggunaan mocaf dapat mencapai 30–
40% pada produk roti, pastry dan mie, 50–100%
pada produk kue basah (cakes), kue kering

Tabel 4. Sifat kimia dan derajat putih mocaf dari empat varietas/klon ubikayu.

Varietas/ Kadar air Kadar abu Kadar HCN Nilai asam Derajat putiha
klon ubikayu (%) (%) (ppm) (ml 0,1 N NaOH/g) (%)

SM 263-1 5,84 0,94 20,16 2,93 85,63


UJ-5 5,51 0,77 29,08 3,27 82,30
Malang 4P 5,92 0,90 14,30 2,93 83,80
CMM 99008-3 5,31 0,97 13,68 2,80 83,73
a
MgO sebagai standar (85,6%)
Sumber: Amalia et al. (2010).

6
YULIFIANTI, GINTING, DAN UTOMO: MOCAF SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI TERIGU

(cookies), aneka produk gorengan dan jajanan Harga terigu dalam negeri sangat ditentukan
basah/pasar (Tabel 5). Beberapa contoh produk oleh harga pasar internasional karena terigu
mocaf tersebut yang tidak kalah citra, penam- merupakan produk impor.
pilan dan citarasanya dibanding dengan produk
Penurunan produksi terigu akibat gagal
yang diolah dari 100% terigu disajikan pada
panen tanaman gandum di beberapa negara
Gambar 3. Pada pembuatan kerupuk dan
produsen tahun 2010 lalu berimbas pada
empek-empek, tapioka sebagai bahan bakunya
kenaikan harga terigu di dalam negeri (Kompas
dapat disubstitusi 100% dengan mocaf.
2010b). Hal ini memberi peluang bagi industri
Selain dari aspek penggunaan, harga jual makanan untuk memanfaatkan mocaf yang
mocaf yang relatif lebih murah dibandingkan relatif lebih murah harganya. Menurut Heri-
dengan terigu juga berkontribusi besar ter- yanto dan Winarto (1999), harga tepung lokal
hadap peluang pengembangannya. Harga mocaf yang layak dipasarkan untuk substitusi terigu
sangat tergantung pada harga bahan baku ubi- maksimal 25% di bawah harga terigu.
kayu segar. Pada tingkat harga ubikayu segar
Untuk pengembangan agroindustri mocaf,
Rp400–800 per kg, harga impas mocaf berkisar
dapat diterapkan tiga model kemitraan berda-
antara Rp2.870–4.351 per kg (Tabel 6). Harga
sarkan tingkat kemampuan, pemerataan nilai
tepung mocaf produksi Koperasi Gemah Ripah
tambah dan modal (Damardjati 2008, Suismono
Loh Jinawi, Trenggalek sekitar Rp 5.000/kg
dan Wargiono 2009). Model 1: Merupakan usaha
untuk pembelian eceran dan Rp4.500/ kg untuk
perorangan atau rumah tangga tani (2–3 or-
pembelian dalam jumlah besar (>25 kg). Demi-
ang) yang menghasilkan 70 kg sawut kering
kian pula produsen mocaf di Yogyakarta men-
per hari dengan kapasitas 200 kg umbi segar
jual dengan harga Rp4.400/kg untuk pembelian
per hari. Sawut kering selanjutnya disetor ke
maksimal 1 ton dan Rp4.100/kg bila lebih dari
industri/pabrik tepung. Model 2: Sama dengan
1 ton (Duryatmo 2009). Sementara harga terigu
model 1, hanya kapasitas produksinya lebih
saat ini telah mencapai Rp130.500/sak atau
besar, sekitar 1.000 kg umbi segar/hari. Usaha
sekitar Rp5.220/kg, bahkan di tingkat pengecer
model 2 dijalankan oleh kelompok tani atau
dapat mencapai Rp7.250/kg (Anonim 2011).
KUD/industri kecil dan menyetor sawut kering
ke industri tepung. Model 3: Merupakan indus-
Tabel 5. Tingkat substitusi mocaf terhadap terigu tri/pengusaha besar dengan kapasitas produksi
atau tepung lainnya pada berbagai produk > 1.000 ton umbi segar/hari atau bertindak se-
pangan. bagai pengepul sawut kering dari model 1 dan
2. Industri ini biasanya memiliki alat penepung
Substitusi Tepung mekanis yang selanjutnya mengemas, mema-
Nama produk tepung yang
sarkan, dan menyalurkan tepung ke konsumen
mocaf (%) disubstitusi
atau industri pengolahan makanan berbasis
Cookies/kue kering a,b 50–100 Terigu tepung. Dengan cara ini, kualitas sawut yang
Mie a, b 30–40 Terigu dihasilkan dapat dikendalikan mutunya dan
Lapis legit b 100 Terigu produksi tepung dari sawut kering dapat terus
Bolu/Cake a,b 50 Terigu dilakukan, walaupun bahan baku ubikayu segar
Roti manis a 40 Terigu di lapang berkurang ketersediaannya.
Roti tawar a,b 30–40 Terigu
Industri pengolahan mocaf telah berkem-
Kue lapis a 60 Beras
bang di beberapa daerah sentra produksi
Bakpao a 30 Terigu
ubikayu, diantaranya di Pati, Jawa Tengah
Bika ambon b 30 Terigu
dengan kapasitas produksi rata-rata 50 ton per
Donat b 50 Terigu
hari atau 160–200 ton per bulan (Pangestuti
Stik a, b 40–100 Terigu dan Sarjana 2008). Trenggalek saat ini meru-
Siomay a 40 Terigu pakan sentra industri mocaf yang melibatkan
Kulit pisang molen a 40 Terigu sekitar 60 kelompok pengolahan sawut kering
Martabak telur b 50 Terigu untuk disetor ke koperasi yang memproduksi
Kelepon b 50 Ketan sekitar 175 ton mocaf per bulan (Astuti 2010).
Bubur candil b 50 Beras Industri mocaf juga dijumpai di daerah Karang-
Kerupuk b 100 Tapioka anyar dan Sukabumi dengan kapasitas produksi
Empek-empek b 100 Tapioka 6–75 ton per bulan (Duryatmo 2009). Demikian
Sumber: a
Ginting et al. (2011), b
Misgiyarta et al. (2009). pula di luar Jawa, seperti di Lampung dan

7
BULETIN PALAWIJA NO. 23, 2012

Mie Cake Roti Manis Kue kering

Bakpao Kue lapis Pisang molen Stik dan Siomay


Gambar 3. Beberapa contoh produk olahan mocaf.
Sumber: Ginting et al. (2011).

Tabel 6. Struktur biaya dan harga pembuatan mocaf pada beberapa tingkat harga ubikayu segar.

Harga ubikayu (Rp/kg)


Uraian
400 500 600 700 800
Biaya mengupas, mencuci, menyawut,
merendam, mengepres, menjemur
(Rp/kg) 225 225 225 225 225
Biaya starter (Rp/kg umbi) 50 50 50 50 50
Total biaya s/d menjemur (Rp/kg) 675 775 875 975 1075
Rendemen sawut kering (%) 35 35 35 35 35
Harga impas sawut (Rp/kg) 1928 2214 2500 2785 3071
Biaya penepungan (Rp/kg) 100 100 100 100 100
Total biaya s/d penepungan (Rp/kg) 775 875 975 1075 1175
Rendemen tepung (%) 27 27 27 27 27
Harga impas tepung (Rp/kg) 2870 3240 3611 3981 4351
Sumber: Suismono et al. (2008).

Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Rata-rata besar produsen makanan, di antaranya PT Tiga


produsen mocaf tersebut kewalahan untuk Pilar Sejahtera telah memproduksi dan mema-
memenuhi permintaan pengguna, terutama sarkan tiga merek mie berbahan baku mocaf
industri makanan skala menengah dan besar dengan variasi penggunaan 25–35% sebagai
yang dapat mencapai 500–1.000 ton per bulan substitusi terigu (Duryatmo 2009). Jika mocaf
(Duryatmo 2009). Hal ini menunjukkan bahwa dipasarkan dalam kemasan kecil (1 kg) untuk
usaha pengolahan mocaf secara komersial keperluan eceran di toko, supermarket atau
prospektif untuk dikembangkan karena pasar- pasar, sebaiknya dilengkapi dengan petunjuk
nya tersedia. penggunaan karena konsumen belum terbiasa
Strategi pemasaran yang tepat dan efektif menggunakannya.
sangat penting dalam pengembangan usaha Usaha pengembangan mocaf sebagai bahan
pengolahan mocaf. Penyaluran langsung mocaf substitusi terigu harus diikuti dengan sosiali-
ke industri pengolahan makanan merupakan sasi keunggulan dan pemanfaatannya menjadi
prioritas utama dibanding dengan penjualan berbagai produk pangan. Kelebihan mocaf
eceran di pasaran karena pasokan dapat dilaku- dibanding terigu karena tidak mengandung glu-
kan dalam jumlah besar. Beberapa industri ten juga perlu ditonjolkan karena sesuai untuk

8
YULIFIANTI, GINTING, DAN UTOMO: MOCAF SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI TERIGU

penderita autis, alergi gluten, intoleransi glu- ubikayu selama lima tahun terakhir, meskipun
ten (seliak) (Ali 2007). Dari sisi perbaikan nilai luas panennya cenderung turun. Provinsi
gizi mocaf, dapat dilakukan fortifikasi dengan Lampung merupakan sentra produksi utama
bahan lain, seperti tepung kacang-kacangan ubikayu di Indonesia dengan jumlah produksi
untuk meningkatkan kandungan proteinnya. sekitar 8,6 juta ton (Tabel 8). Ketersediaan
Kegiatan pameran, demonstrasi pengolahan, ubikayu untuk bahan baku pengembangan
penyuluhan, dan pelatihan juga perlu diga- mocaf harus bersaing dengan industri olahan
lakkan untuk promosi penggunaan mocaf ubikayu lainnya, seperti gaplek, chips, pati, gula
menjadi beragam produk makanan yang citra cair, dan bioetanol. Upaya peningkatan pro-
dan citarasanya baik, sekaligus meningkatkan duksi mutlak diperlukan untuk dapat meme-
nilai tambah dan menghapus citra ubikayu yang nuhi semua kebutuhan industri tersebut agar
selama ini dianggap sebagai makanan inferior. tidak saling mematikan dan terjadinya lonjakan
Pencanangan ‘Percepatan Produksi Tepung harga bahan baku. Beberapa faktor pendukung
Fermentasi dan Deklarasi Kemandirian Tepung untuk meningkatkan produksi ubikayu, antara
Nasional’ oleh Menteri Pertanian di Trenggalek, lain: (1) masih tersedia areal untuk pengem-
Jawa Timur pada tanggal 24 November 2009 bangan ubikayu di daerah lahan kering dan
(Anonim 2010b) merupakan momentum yang lahan yang selama ini belum diusahakan
baik untuk mengangkat pamor mocaf sebagai dengan baik, (2) tersedia teknologi maju (vari-
bahan substitusi tepung impor (terigu) yang etas unggul dan teknologi budidaya), (3) pangsa
dapat diproduksi secara lokal. Untuk itu pasar yang cukup besar dan terus meningkat
diperlukan dukungan kebijakan yang berpihak (Suyamto dan Wargiono 2006).
kepada pengembangan agroindustri mocaf dari
Masalah klasik yang ditemukan pada ubi-
hulu sampai hilir, termasuk pengurangan pajak
kayu adalah melimpahnya hasil panen pada
untuk industri tepung lokal dan pemberlakuan
saat panen raya, terutama di pulau Jawa yang
bea masuk/tarif untuk tepung impor.
hanya dapat menanam dan memanen satu kali
dalam setahun. Ubikayu sangat mudah rusak
DUKUNGAN KETERSEDIAAN (perishable) setelah dipanen dan bersifat rowa
UBIKAYU SEBAGAI BAHAN BAKU (volumerous), oleh karenanya harus segera
MOCAF dijual atau diproses lebih lanjut. Petani sering-
kali merugi karena terpaksa menjual hasil
Pengembangan industri mocaf harus didu-
panennya dengan harga yang relatif murah saat
kung dengan ketersediaan pasokan ubikayu
panen raya karena umbi segar tidak tahan lama
sebagai bahan baku. Bila 10% saja total impor
disimpan. Sementara pada saat tidak panen
terigu disubstitusi dengan mocaf, maka diperlu-
raya, bahan baku terbatas dan harga cenderung
kan sekitar 600.000 ton mocaf per tahun.
naik. Pengolahan menjadi produk antara mocaf
Dengan rendemen mocaf sekitar 30%, berarti
(sawut kering) saat panen raya merupakan
diperlukan 1,8 juta ton ubikayu segar. Produk-
alternatif untuk mengatasi hal tersebut. Sawut
tivitas ubikayu nasional saat ini rata-rata 20,2
kering selanjutnya dapat disimpan sampai
ton/ha (Tabel 7), berarti perlu dukungan luas
enam bulan sebagai cadangan saat bahan baku
lahan sekitar 89.109 ha. Tabel 7 menunjukkan
ubikayu sulit diperoleh, sehingga produksi te-
adanya peningkatan produktivitas dan produksi

Tabel 7. Luas panen, produktivitas dan produksi Tabel 8. Luas panen, produktivitas dan produksi
ubikayu di Indonesia tahun 2006–2010. ubikayu tahun 2010 di beberapa daerah sentra
produksi di Indonesia.
Luas Produk-
Tahun panen tivitas Produksi Luas Produk- Produksi
(ha) (ton/ha) (ton) Tahun panen tivitas (ton)
2006 1.227.459 16,3 19.986.640 (ha) (ton/ha)
2007 1.201.481 16,7 19.988.058 Lampung 346.217 24,9 8.637.594
2008 1.204.933 18,1 21.756.991 Jawa Tengah 188.080 20,6 3.876.242
2009 1.175.666 18,7 22.039.145 Jawa Timur 188.158 19,5 3.667.058
2010 1.182.604 20,2 23.908.459
Sumber: BPS (2010).
Sumber: BPS (2010).

9
BULETIN PALAWIJA NO. 23, 2012

Tabel 9. Varietas unggul ubikayu.

Varietas Potensi hasil Kadar HCN Kadar pati Tahun


(t/ha) (ppm) (% bb) dilepas
Adira 1 22 27,5 45 a 1978
Adira 2 22 124 41 a 1978
Adira 4 35 68 18–22 1987
Malang 1 36,5 <40 32–36 1992
Malang 2 31,5 <40 32–36 1992
Darul Hidayah 102,1 <40 25–31,5 1998
UJ-5 25–38 >100 19–30 2000
UJ-3 20–35 >100 20–27 2000
Malang 4 39,7 >100 25–32 2001
Malang 6 36,4 >100 25–32 2001
aKadar bahan kering, ppm = mg/kg, bb = bobot basah.
Sumber: Balitkabi (2008).

pung dapat berlangsung sepanjang tahun. Di pung dan Jawa. Namun sebagian besar petani
samping itu, juga perlu pengaturan waktu masih menggunakan varietas lokal yang potensi
tanam dan panen ubikayu secara bergilir (ter- hasilnya rata-rata <20 t/ha. Oleh karena itu
gantung iklim) agar kontinuitas pasokan bahan peluang untuk meningkatkan produksi ubikayu
baku untuk industri mocaf dapat terjamin. sebagai bahan baku mocaf masih terbuka lebar
melalui penggunaan varietas unggul.
Varietas ubikayu dengan kadar pati/bahan
kering tinggi sesuai untuk bahan baku mocaf Semua jenis ubikayu, baik yang tidak pahit
karena akan menghasilkan rendemen tepung (HCN <50 ppm) maupun pahit (HCN >50 ppm)
yang tinggi. Menurut Suismono (2001), kadar dapat diolah menjadi mocaf karena sebagian
pati berperan besar dalam menentukan harga besar HCN dapat hilang selama proses peng-
jual ubikayu di pabrik pengolahan. Kadar pati olahan karena bersifat larut dalam air dan
yang tinggi juga akan mempengaruhi proses mudah menguap pada suhu 25,7 oC (Nweke dan
fermentasi mocaf karena berkaitan dengan Bokanga 1984 dalam Ginting dan Widodo
hidrolisis pati oleh bakteri asam laktat untuk 2003b). Sekitar 95% HCN tereliminasi selama
menghasilkan gula sederhana yang selanjutnya pengolahan tepung ubikayu melalui proses pen-
diubah menjadi asam laktat, CO2 dan etanol cucian, pemarutan dan pengeringan/penje-
(Anonim 1989 dalam Suismono et al. 2008). muran (Ginting dan Widodo 2003b).
Untuk mencapai kadar pati optimal, umur
panen ubikayu juga harus optimal (9–10 bulan), KESIMPULAN
tergantung jenis/varietas ubikayu dan ke-
tinggian tempat tumbuhnya. Selain itu, kele- Modifikasi pengolahan mocaf dengan fermen-
katan kulit dan bentuk umbi juga penting diper- tasi bakteri asam laktat menyebabkan perubah-
timbangkan dalam pemilihan bahan baku an sifat fisikokimia dan amilografi pati serta
karena berkaitan dengan kemudahan dalam sifat fisik dan organoleptik tepung. Mocaf men-
pengupasan kulit (Sundari et al. 2009). jadi lebih mudah larut di dalam air, lebih mudah
mengembang ketika dipanaskan, berwarna
Beberapa varietas unggul ubikayu dengan lebih cerah/putih, tidak beraroma khas ubikayu
potensi hasil >20 ton/ha dan kadar pati tinggi dan lebih lunak tekstur produknya bila diban-
(>25% bobot basah) telah dilepas, diantaranya dingkan dengan tepung ubikayu tanpa fermen-
Adira 4, UJ-5, Malang-4 dan Malang-6 (Tabel tasi dan tepung terigu. Sifat-sifat ini membuat
9), sehingga sesuai untuk bahan baku mocaf. mocaf menjadi mirip dengan terigu tipe II (ber-
Sejauh ini petani di daerah Lampung telah protein sedang).
umum membudidayakan varietas UJ-3 dan UJ-
5 yang dikenal dengan nama Thailand dan Proporsi mocaf sebagai bahan substitusi
Kasetsart, sementara Adira-4 yang daya adap- terigu bervariasi antara 30–40% pada produk
tasinya relatif luas juga dapat dijumpai di Lam- roti, pastry dan mie, 50–100% pada produk kue

10
YULIFIANTI, GINTING, DAN UTOMO: MOCAF SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI TERIGU

basah (cakes), kue kering (cookies), aneka Blumenschein, M.R. de P. dan A. Blumenschein.
produk gorengan dan jajanan basah/pasar. 1989. Pengolahan dan penyiapan masakan dari
Harga mocaf di pasaran yang berkisar antara ubikayu: pengalaman Brasil. Puslitbang Tana-
man Pangan. Bogor.
Rp4.100–5.000 per kg, juga kompetitif dengan
terigu yang harganya berkisar antara Rp5.220– BPS. 2010. Statistik Indonesia 2010. Biro Pusat
7.250 per kg. Statistik. Jakarta.

Usaha agroindustri mocaf dapat diterapkan Brauman, A., S. Keleke, M. Malonga, E. Miambi, and
F. Ampe. 1996. Microbiological and biochemical
dengan tiga model kemitraan antara petani/ charaterization of cassava retting, a traditional
kelompok tani sebagai produsen sawut kering lactic acid fermentation for foo-foo (cassava flour)
dengan industri besar yang memproduksi production. Applied and Environ. Microbiol 62(8):
tepung sekaligus memasarkan. Peningkatan 2854–2858.
produksi ubikayu diperlukan untuk mendukung BSN. 1996. Standar Mutu Tepung Singkong. SNI 01-
ketersediaan bahan baku melalui adopsi 2997-1996. Jakarta.
varietas unggul berpotensi hasil tinggi (>20 t/
Damardjati, D.S., S. Widowati dan Suismono. 1996.
ha) dan kadar pati tinggi (>25% bb), teknologi Sistem pengembangan agroindustri tepung
budidaya yang tepat serta pengaturan waktu kassava di Indonesia. hlm. 1212–1221. Dalam M.
tanam dan panen. Kebijakan pemerintah yang Syam, Hermanto dan A. Musaddad (ed). Kinerja
berpihak kepada pengembangan industri Penelitian Tanaman Pangan. Buku 4. Puslitbang
tepung berbahan baku sumber daya lokal untuk Tanaman Pangan. Bogor.
mengurangi impor terigu serta sosialisasi dan Damardjati, D.S. 2008. Pengembangan Model Agro-
promosi produk olahan mocaf yang tidak kalah Industri Tepung Ubikayu di Perdesaan. Road Map
citra dan citarasanya dibanding 100% terigu Menuju Komoditas Pangan Bernilai Tambah. Pa-
juga perlu diintensifkan untuk mempercepat pas Sinar Kinanti. Jakarta. 303 hlm.
adopsinya oleh industri dan masyarakat. Duryatmo, S. 2009. Mocaf: Inovasi & peluang baru.
Trubus XL(477):13–17.
DAFTAR PUSTAKA Gafar, S. 2010. Diversifikasi pangan berbasis tepung
belajar dari pengelolaan kebijakan terigu. http://
Ali, A. 2007. Waspada, roti simpan kandungan ber- www.majalahpangan.com/2010/04/diversifikasi-
bahaya. http://saqy.blogspot.com/2010/ 07/ pangan-berbasis-tepung-belajar-dari-pengelo-
waspada-roti-simpan-kandungan-berbahaya. laan-kebijakan-terigu (diakses tanggal 3 Desem-
html (diakses tanggal 2 Desember 2010). ber 2010).
Amalia, C.R., Verawati dan P.D. Prameswari. 2010. Ginting, E. dan Y. Widodo. 2003a. Tepung dan serbuk
Pembuatan dan analisis kualitas tepung mocaf. ubikayu sebagai alternatif pengolahan ubikayu
Laporan Prakerin SMK Negeri 1 Sukorambi dengan limbah minimal. hlm. 245–258. Dalam A.
Jember (tidak dipublikasikan). Adimihardja, A. Sofyan, S.Y. Jatmiko, Suranto,
Anonim. 2009. Sekilas tentang mocaf. http//mocaf- Suwarto, R. Sudaryanto, H. Suganda, W. Adhy
indonesia.com/?p=#58more-58. (diakses tanggal dan Suwarto (ed). Pros Sem Nas Pengelolaan
10 Agustus 2011). Lingkungan Pertanian. Buku I. Puslitbang Tanah
dan Agroklimat. Bogor.
Anonim. 2010a. Kreasi tepung mocaf. http://
www.detikfood.com/read/2010/06/07/102634/ Ginting, E. and Y. Widodo. 2003b. Cyanide reduc-
1372663/921/kreasi-tepung-mocaf (diakses tion in cassava root products through processing
tanggal 22 Mei 2011). and selection of cultivars in relation to food safety.
p. 79–90. In I W. Rusastra, S. Bachrein, T. Su-
Anonim. 2010b. Kunjungan Mentan ke Koperasi barna, and A. Nurawan (ed). Proc Internat Sem
Gemah Ripah Loh Jinawi. htpp//mocaf-indo- Investment Opportunity on Agribusiness in Per-
nesia.com (diakses tanggal 10 Agustus 2011). spective of Food Safety and Bioterorism Act. In-
Anonim. 2011. Penjualan biskuit dan mie dongkrak donesia Centre for Agric Socio-Econ Res.
konsumsi terigu. http://arsipberita.com/show/ Bandung.
penjualan-biskuit-dan-mie-dongkrak-konsumsi- Ginting, E. 2009. Penanganan pascapanen. hlm. 205–
terigu-230584.html. (diakses tanggal 22 Mei 228. Dalam J. Wargiono, Hermanto dan Suni-
2011). hardi (ed). Ubikayu: Inovasi Teknologi dan Kebi-
Astuti, R.S. 2010. Mocaf Trenggalek dalam seiris jakan Pengembangan. Puslitbangtan. Bogor.
blackforest. Kompas, 15 Oktober 2010. Ginting, E, J.S. Utomo, dan R. Yulifianti. 2011. Aneka
Balitkabi. 2008. Deskripsi varietas unggul kacang- Produk Olahan Kacang dan Ubi. Balai Penelitian
kacangan dan umbi-umbian. Balitkabi. Malang. Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
171 hlm. Malang. 48 hlm.

11
BULETIN PALAWIJA NO. 23, 2012

Heriyanto dan A. Winarto. 1999. Prospek pember- Subagyo, A. 2009. Mencari ikon pergerakan nasio-
dayaan tepung ubijalar sebagai bahan baku nalisme pangan Indonesia. Pangan XVIII (56):59–
industri pangan. hlm. 17–29. Dalam A.A. Rahmi- 66.
anna, Heriyanto dan A. Winarto (ed). Pember-
Suismono. 2001. Teknologi pembuatan tepung dan
dayaan Tepung Ubijalar sebagai Substitusi Terigu
pati ubi-ubian untuk menunjang ketahanan
dan Potensi Kacang-kacangan untuk Pengayaan
pangan. Pangan 10(37): 37–49.
Kualitas Pangan. Edisi Khusus Balitkabi No. 15-
1999. Suismono dan P. Martosuyono. 2007. Perbaikan
mutu tepung ubikayu melalui modifikasi secara
Kompas. 2010a. Industri terigu: Penjualan akan naik
biologi. hlm. 511–520. Dalam D. Harnowo, A.A.
10%. Kompas, 23 Agustus 2010.
Rahmianna, Suharsono, M.M. Adie, F. Rozi,
Kompas. 2010b. Harga terigu akan segera naik. Subandi. A.K. Makarim, A. Winarto, T. Fitriyanto,
Kompas, 9 September 2010. dan B.S. Kuncoro (ed). Peningkatan Produksi
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung
Kompas. 2010c. Konsumsi nasi minta dikurangi.
Kemandirian Pangan. Puslitbang Tanaman
Kompas, 15 Oktober 2010.
Pangan. Bogor.
Marcon, M.J.A., D.J. Kurtz, J.C. Raguzzoni, I. Delga-
Suismono, Misgiyarta, dan Agus Sumantri. 2008.
dillo, M. Maraschin, V. Reginatto and E.R.
Pengembangan agroindustri tepung kasava
Amante. 2009. Expansion properties of sour cas-
termodifikasi. hlm. 362–370. Dalam N. Saleh, A.A.
sava starch (povilho azedo): Variables related to
Rahmianna, Pardono, Samanhudi, C. Anam dan
its practical application in bakery. Starch 61: 716–
Yulianto (ed). Pros Sem Nas Pengembangan
726.
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian di Jawa
Misgiyarta, Suismono, dan Suyanti. 2009. Tepung Tengah. Puslitbang Tanaman Pangan dan Fak
Kasava Bimo Kian Prospektif. Warta Penelitian Pert Univ Negeri Surakarta. Surakarta.
dan Pengembangan Pertanian 31(4): 1–4.
Suismono dan J. Wargiono. 2009. Teknologi proses
Moorthy, S.N. 1983. Effect of some physical and tepung kasava modifikasi. hlm. 243 –258. Dalam
chemical treatment on cassava flour quality. J. J. Wargiono, Hermanto dan Sunihardi (ed). Ubi-
Food Science & Tech 20: 302–305. kayu: Inovasi Teknologi dan Kebijakan Pengem-
bangan. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor.
Pambudi, N.M. 2010. Pangan adalah hak azasi. Kom-
pas, 15 Oktober 2010. Sundari, T., K. Noerwijati, I M.J. Mejaya. 2009. Hu-
bungan antara komponen hasil dan hasil umbi
Pangestuti, R., dan Sarjana. 2008. Manajemen budi- klon harapan ubikayu. J Penelitian Tanaman
daya ubikayu untuk mendukung industri mocal Pangan 29(1): 29–35.
(modified cassava flour) di Jawa Tengah. hlm.
354–361. Dalam N. Saleh, A.A. Rahmianna, Suyamto, H. dan J. Wargiono. 2006. Potensi,
Pardono, Samanhudi, C. Anam dan Yulianto (ed). hambatan dan peluang pengembangan ubikayu
Pros Sem Nas Pengembangan Kacang-kacangan untuk industri bioetanol. hlm. 39–59. Dalam D.
dan Umbi-umbian. Kerjasama Fakultas Perta- Harnowo, Subandi, dan N. Saleh (ed). Prospek,
nian Univ Sebelas Maret Surakarta, Balai Pene- Strategi dan Teknologi Pengembangan Ubikayu
litian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi- untuk Agroindustri dan Ketahanan Pangan.
umbian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor.
Jawa Tengah.
Triharyanto, B. 2010. Beras versus terigu. Sinar Tani
Ramos, C.H., Hoffman,T., Marino, M., Nedjari, H., XLI (3376):2.
Presecan-Siedel, E., Dreesen, O., Glaser, P., and
Wargiono, J., A. Hasanuddin dan Suyamto. 2006.
D. Jahn. 2000. Fermentative metabolism of Ba-
Teknologi produksi ubikayu mendukung industri
cillus subtilis: Physiology and regulation of gene
bioetanol. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor.
expression. J of Bacteriol 182(11): 3072–3080.
42 hlm.
Rosida dan A.S. Nurasih 2008. Kajian konsentrasi
Widodo, Y. dan K. Hartojo. 2000. Pembuatan pupuk
bakteri asam laktat dan lama fermentasi pada
organik dari limbah padat industri pati ubikayu.
pembuatan tepung pati singkong asam. Agritech
Laporan hasil penelitian kerjasama Balitkabi
28(3): 97–101.
Malang dengan PT Saritanam Pratama,
Ponorogo. 31 hlm.

12

Anda mungkin juga menyukai