Anda di halaman 1dari 7

ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4 Oktober 2013

Avaliable online at
www.ilmupangan.fp.uns.ac.id

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian


Universitas Sebelas Maret

Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4 Oktober 2013

PEMANFAATAN TEPUNG MILLET KUNING DAN TEPUNG UBI JALAR KUNING SEBAGAI
SUBTITUSI TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN COOKIES TERHADAP KARAKTERISTIK
ORGANOLEPTIK DAN FISIKOKIMIA

THE STUDY SENSORY CHARACTERISTHICS AND PHYSICOCHEMICAL COOKIES COMBINATION


WHEAT FLOUR RED MILLET FLOUR AND PURPLE SWEET POTATO FLOUR
*) *) *)
Rendra Hardian Subandoro , Basito , Windi Atmaka
*)
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret

Received 1 September 2013; Accepted 15 September 2013; Published Online 1 October 2013

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formula substitusi tepung milet kuning dan tepung ubi jalar kuning yang tepat
untuk menghasilkan cookies yang dapat diterima (acceptable). Selain itu, penelitian ini juga ingin mengetahui karakteristik sifat
fisikokimia cookies subtitusi tepung milet kuning dan tepung ubi jalar kuning terbaik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap dengan satu faktor berupa variasi formula yaitu perbandingan campuran dari tepung terigu, tepung millet kuning, dan
tepung ubi jalar kuning. Perlakuan pada penelitian ini adalah variasi konsentrasi subtitusi penggunaan tepung millet kuning dan
tepung ubi jalar kuning yaitu F1, F2, F3, dan F4. Cookies terbaik adalah cookies F1 (70% tepung terigu, 20% tepung millet kuning
dan 10% tepung ubi jalar kuning). Cookies subtitusi terbaik memiliki kandungan karbohidrat, abu dan senyawa fungsional
antosianin yang lebih tinggi dibandingkan cookies kontrol (100% tepung terigu).

Kata kunci: cookies, tepung millet kuning, tepung ubi jalar kuning

ABSTRACT

This research aimed to know substitution formula red millet flour and purple sweet potato flour to the characteristics of the sensory
properties of cookies . the study also aimed to determine phsicochemical characteristics ot the most preferred cookies. This study
used a completely random design with one factor constituting the formula variation namely the ratio of wheat flour, red millet flour
and purple sweet potato flour. The treatment conducted in this research was the red millet flour and purple sweet potato flour
concentration variation F1, F2, F3 and F4. The best cookies is F1 (70% wheat flour; 20% red millet flour; 10% purple sweet potato
flour). The best cookies had carbohidrat, ash, and anthocyanine levels higher than wheat flour cookies.

Keywords: cookies, red millet flour, purple sweet potato flour

*)
Corresponding author sukmadeva@yahoo.com

PENDAHULUAN apabila mengkonsumsi makanan pokok. Cookies


Orang sering memerlukan makanan selingan merupakan salah satu pilihan yang banyak disukai
di samping makanan pokok. Makanan selingan hampir seluruh lapisan masyarakat.
sangat bervariasi dari makanan ringan sampai Cookies yang sekarang tersedia secara
makanan berat, atau makanan yang apabila komersial, dibuat dari bahan dasar tepung terigu.
dikonsumsi dapat memberikan rasa kenyang seperti Terigu merupakan bahan pangan utama yang

68
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4 Oktober 2013

digunakan untuk membuat makanan di seluruh METODE PENELITIAN


dunia. Selama beberapa abad terigu digunakan
sebagai bahan baku dalam berbagai jenis makanan Alat
roti, kue, pasta, mi, dan crackers. Bentuk kue kering Alat yang digunakan untuk pembuatan tepung
sangat beragam tergantung pada bahan tambahan dan cookies adalah timbangan digital, kabinet dryer,
yang digunakan. Menurut Smith (1972) cookies blender, ayakan 80 mesh, mixer, oven, cetakan,
merupakan kue kering yang renyah, tipis, datar penggilas adonan, loyang. Sedangkan alat-alat yang
(gepeng), dan biasanya berukuran kecil. Cookies digunakan untuk analisis antara lain:
merupakan biskuit yang berbahan dasar tepung a. Analisis kadar air : Krus, oven, desikator,
terigu. penjepit cawan dan neraca analitik.
Berdasarkan data Susenas dalam Ariani b. Analisis kadar abu : Cawan pengabuan, tanur,
(2009) menunjukan perkembangan tingkat konsumsi desikator dan penjepit cawan.
produk gandum per kapita per tahun 1993-2002. c. Analisis kadar protein : Tabung Kjedahl,
Untuk daerah kota konsumsi terigu dari tahun ke destruktor, desikator, tabung destilasi,
tahun mengalami kenaikan. Kenaikan konsumsi erlenmeyer, gelas ukur dan buret.
terigu ini merupakan salah satu masalah pangan di d. Analisis kadar lemak : Soxhlet, kondensor,
Indonesia (Joe, 2008). desikator, neraca analitik dan kertas saring.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk e. Analisis kadar beta karoten : Timbangan analitik,
menekan konsumsi tepung terigu adalah dengan vortex, sentrifuse, corong pemisah,
menjadikan millet kuning dan ubi jalar kuning spektrofotometer UV-Vis, potassium dikromat,
sebagai salah satu alternatif subtitusi gandum dalam aquadest.
pembuatan cookies. Selama ini millet kuning sering f. Analisa tekstur : Lloyd Universal Testing
dikenal masyarakat sebagai pakan burung sedangkan Machine.
pemanfaatan ubi jalar kuning belum maksimal, g. Uji sensoris : Borang penilaian, Nampan.
biasanya masyarakat hanya mengolah ubi jalar
kuning hanya untuk dibuat ubi jalar rebus, keripik, Bahan
kerupuk yang umumnya hanya untuk dinikmati Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
sendiri. meliputi Ubi jalar kuning, millet kuning, tepung terigu
Berdasarkan uraian arti penting millet kuning protein rendah, blue band cake and cookie , gula halus,
susu kental manis coklat. Untuk analisa penelitian
dan ubi jalar kuning, maka dalam penelitian ini akan
dibahas mengenai pembuatan cookies. Disadari bahwa bahan-bahan yang digunakan meliputi H2SO4 pekat,
cookies yang dibuat dari bahan baku tepung millet K2SO4, NaOH 45%, indikator
kuning dan tepung ubi jalar kuning merupakan produk PP 1%, HCl 0,1 N, butir Zn. Petroleum Benzene dan
inovasi yang akan menimbulkan masalah terutama kertas saring. Etanol 95%, petroleum eter, β- karoten
yang berkaitan dengan tingkat penerimaan konsumen. komersial.
Untuk itu perlu dilakukan kajian orgonoleptik dan
fisikokimia cookies subtitusi tepung millet kuning dan Tahapan Penelitian
tepung ubi jalar kuning. Sehingga dilakukan penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan utama,
lebih lanjut supaya millet kuning dapat terangkat yaitu proses pembuatan tepung millet kuning, proses
sebagai bahan baku pangan alternatif pengganti sumber pembuatan tepung ubi jalar kuning dan proses
bahan pangan pengganti tepung terigu dan untuk ubi pembuatan cookies subtitusi tepung milet kuning
jalar kuning dapat meningkatkan nilai ekonomisnya dan tepung ubi jalar kuning.
sebagai bahan baku pengganti tepung terigu. Tujuan
1. Pembuatan Tepung Millet Kuning
penelitian ini adalah mengetahui formula subtitusi
Tahap pertama dalam pembuatan tepung millet
millet kuning dan tepung ubi jalar kuning yang terbaik kuning adalah 2 kg biji millet kuning kering
dalam pembuatan cookies. Mengetahui sifat ditampi dan dibersihkan dari kotoran, kemudian
fisikokimia yang dimiliki oleh cookies subtitusi millet direndam selama satu jam, dikeringkan selama 12
kuning dan tepung ubi jalar kuning yang terbaik jam suhu kamar, ditepungkan dengan mesin
dibandingkan dengan kontrol. Mengetahui sifat sensori penepung, kemudian diayak dengan ayakan 80
yang dimiliki oleh cookies subtitusi millet kuning dan 0
mesh, pengeringan pada cabinet dryer suhu 50 C –
tepung ubi jalar kuning yang terbaik dibandingkan 0
dengan kontrol. 70 C selama ± 2 jam (kadar air maksimal 14%).

69
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4 Oktober 2013

2. Pembuatan Tepung Ubi Jalar Kuning 1. Kenampakan


Tahap pertama dalam pembuatan tepung ubi Hasil uji scoring dengan parameter
jalar kuning adalah 2 kg ubi jalar kuning segar kenampakan menunjukkan bahwa nilai
dikupas, kemudian dicuci dengan air mengalir, kesukaan panelis terhadap cookies yang
diiris dengan ketebalan ± 1 mm, kemudian di dihasilkan berkisar antara 3,00 – 4,45 yang
blanching air panas selama 1 menit, dikeringkan berarti penilaian panelis terhadap
0
pada kabinet dryer suhu 60 C selama 12 jam, kenampakan cookies yang dihasilkan pada
didapatkan chip kering kemudian digiling, dan rentang nilai netral sampai suka. Nilai
diayak dengan ayakan 80 mesh. kesukaan panelis terhadap parameter
3. Proses Pembuatan Cookies kenampakan dari tinggi ke terendah yaitu
Proses pembuatan cookies mula-mula cookies F1, F2, F3 dan F4. Nilai kesukaan
dilakukan pencampuran pertama bahan-bahan panelis terhadap parameter kenampakan
margarine, gula halus, susu coklat dicampurkan yang tertinggi adalah pada sampel F1.
dan dimixer dengan kecepatan putaran tinggi Cookies yang paling tidak disukai panelis
selama 3-7 menit sampai homogen. yaitu cookies pada sampel F4. Cookies
Pencampuran kedua dengan tepung dengan subtitusi dengan perlakuan F4 paling tidak
kecepatan putaran sedang selama 1-3 menit. disukai panelis karena adanya substitusi
Kemudian pencetakan. Kemudian pengovenan tepung millet kuning dan tepung ubi jalar
0
suhu 130 C selama 20 menit kuning paling banyak, yang mana semakin
Analisa yang dilakukan meliputi : banyak penambahan tepung millet kuning
1. Uji sensori dan tepung ubi jalar kuning maka
2. Uji kimia (air, abu, protein, lemak, kenampakan dari cookies semakin tidak rata
karbohidrat, beta karoten) dan apabila cookies dipatahkan kenampakan
3. Uji fisik (tekstur) dari cookies semakin berongga selain itu
warnanya juga semakin gelap. Cookies
HASIL DAN PEMBAHASAN substitusi dengan perlakuan F1 paling
A. Sifat Sensoris Cookies disukai panelis karena penambahan tepung
Tabel 1.2. Skor kesukaan terhadap parameter millet kuning dan ubi jalar kuning paling
mutu cookies berbahan baku tepung millet sedikit sehingga dilihat dari kenampakannya
kuning, tepung ubi jalar kuning, dan tepung lebih rata dan apabila cookies dipatahkan
terigu kenampakan dari cookies masih padat, tidak
Formulas Skor Kualitas Sensoris2) banyak berongga selain itu warnanya juga
i 1)
lebih terang.
Kenampak Aroma Tekstu Rasa Keseluruh 2. Aroma
an r an Hasil uji scoring dengan parameter
F1 4,45 b 4,28 c 4,55 c 4,45 4,60 b aroma menunjukkan bahwa nilai kesukaan
b
panelis terhadap cookies yang dihasilkan
F2 3,35 a 3,30 a 2,83 a 3,25 3,13 a berkisar antara 3,30 – 4,28 yang berarti
a
penilaian panelis terhadap aroma cookies yang
F3 3,35 a 3,48 ab 3,43 b 3,40 3,30 a
a dihasilkan pada rentang nilai tidak suka sampai
F4 3,00 a 3,70 b 2,60 a 3,35 3,70 a suka. Adanya reaksi pencoklatan (maillard)
a selama pemanggangan akan menghasilkan
aroma produk yang khas dan disukai (DeMan,
Notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata pada 5%
1989). Aroma cookies disebabkan juga oleh
1)
Formulasi : F1 = 70% t. terigu: 20% t. millet kuning:
berbagai komponen bahan lain dalam adonan
10% t. ubi jalar kuning; F2 = 55% t. terigu: 30% t. millet seperti susu dan gula. Menurut Buckle et al
kuning: 15% t. ubi jalar kuning ; F3 = 40% t. terigu: 40% t. (1985), susu skim mengandung laktosa yang
millet kuning: 20% t. ubi jalar kuning ; F4 = 25% t.terigu : berfungsi membantu pembentukan aroma.
50% t. millet kuning: 25% t. ubi jalar kuning Bahan pengembang dalam pembuatan cookies
2)
Nilai : 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3= netral, 4 = berfungsi sebagai pengatur aroma pada cookies
suka, 5= sangat suka (Matz dan Matz, 1978).

70
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4 Oktober 2013

3. Tekstur sehingga rasa khas ubi jalar tersebut sangat


Hasil uji kesukaan dengan parameter terasa. Cookies substitusi dengan perlakuan
tekstur menunjukkan bahwa nilai kesukaan F1 paling disukai panelis karena penambahan
panelis terhadap cookies yang dihasilkan tepung millet dan tepung ubi jalar kuning
berkisar antara 2,60 – 4,55 yang berarti paling sedikit sehingga rasa dari millet dan
penilaian panelis terhadap tekstur cookies ubi jalar tidak terlalu terasa.
yang dihasilkan pada rentang nilai tidak suka 5. Keseluruhan
sampai suka. Nilai kesukaan panelis terhadap Penilaian panelis terhadap cookies yang
parameter tekstur yang tertinggi adalah pada disubtitusi dengan tepung millet kuning dan
sampel perlakuan F1. Cookies yang paling tepung ubi jalar kuning berkisar antara 3,13 –
tidak disukai panelis yaitu cookies dengan 4,60, yang berarti penilaian panelis terhadap
perlakuan F4 karena subtitusi tepung millet paramer keseluruhan cookies yang dihasilkan
kuning dan tepung ubi jalar kuning paling pada rentang nilai netral sampai suka.
banyak tekstur cookies tidak renyah. Dengan demikian cookies dengan parameter
Sedikitnya penambahan tepung terigu kenampakan, aroma, tekstur, rasa dan
menyebabkan sedikit pula kandungan gluten, keseluruhan yang terbaik dari uji scoring ini
maka menyebabkan tekstur dari cookies adalah cookies F1 yaitu dengan subtitusi
menjadi berpasir. Cookies subtitusi dengan tepung millet kuning 20% dan tepung ubi
perlakuan F1 paling disukai panelis karena jalar kuning 10%.
penambahan tepung millet kuning dan tepung
ubi jalar kuning paling sedikit sehingga B. Sifat Kimia dan Fisik Cookies
tekstur cookies renyah. Hal ini sesuai dengan Tabel 1.3. Hasil nilai sifat kimia dan fisik
pendapat Handayani (1987), yang cookies berbahan baku tepung millet kuning,
menyatakan bahwa komponen utama yang tepung ubi jalar kuning, dan tepung terigu
terdapat dalam tepung yang berpengaruh Parameter Cookies Cookies
terhadap tekstur adalah protein. Protein yang Kontrol Terbaik
terdapat dalam terigu akan dapat membentuk Kadar air (%) 5,527 4,242
gluten bila ditambah air, dengan adanya Kadar abu (%) 1,227 1,292
gluten dapat menyebabkan adonan bersifat Kadar protein (%) 5,785 5,477
elastis dan mampu menahan gas. Apabila Kadar lemak (%) 18,847 13,408
Kadar karbohidrat (%) 68,600 75,580
jumlah gluten dalam adonan sedikit Kadar antosianin (%) 1,934 3,421
menyebabkan adonan kurang mampu Tekstur (N) 25,506 31,317
menahan gas, sehingga pori-pori yang
terbentuk dalam adonan juga kecil-kecil.
1. Kadar Air
Akibatnya adonan tidak mengembang dengan
Kadar air cookies kontrol tinggi
baik, maka setelah pembakaran selesai akan
dikarenakan kadar air bahan penyusun
menghasilkan produk yang keras.
utamanya tepung terigu cukup besar yaitu
4. Rasa 14,5%. Sedangkan pada cookies terbaik
kadar air bahan penyusunnya yaitu pada
Hasil uji kesukaan dengan parameter
tepung millet kuning 10,98% dan tepung ubi
rasa menunjukkan bahwa nilai kesukaan
jalar kuning 7% sehingga menghasilkan
panelis terhadap cookies yang dihasilkan
cookies berkadar air yang lebih rendah dari
berkisar antara 3,25 – 4,45 yang berarti
cookies kontrol.
penilaian panelis terhadap kenampakan
cookies yang dihasilkan pada rentang nilai Kadar air untuk cookies menurut
netral sampai suka. Nilai kesukaan panelis karakteristik atau syarat mutu cookies
terhadap parameter rasa yang tertinggi adalah berdasarkan Standar Nasional Indonesia
pada cookies dengan perlakuan F1. Cookies (SNI) 01-2973-1992, maksimal adalah 5 %.
yang paling tidak disukai panelis yaitu Dengan demikian kadar air cookies terbaik
cookies dengan perlakuan F4, karena hasil penelitian memenuhi syarat mutu
substitusi tepung ubi jalar paling banyak, cookies berdasarkan Standar Nasional

71
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4 Oktober 2013

Indonesia (SNI) 01-2973-1992 yaitu sebesar tinggi dapat menyebabkan warna dan tekstur
5,527 %. yang kurang bagus.
Kadar air pada cookies yang telah 3. Kadar protein
disubtitusi dengan tepung millet kuning dan Berdasarkan Tabel 1.3 kadar protein
tepung ubi jalar kuning lebih rendah cookies kontrol hasil penelitian sebesar
dibandingkan dengan cookies kontrol. Hal ini 5,785% sedangkan cookies terbaik sebesar
disebabkan karena adanya subtitusi tepung 5,477%. Berdasarkan hasil analisa statistik
terigu dengan tepung millet kuning dan dengan uji T-berpasangan (T-test) pada
tepung ubi jalar kuning menyebabkan tingkat signifikansi 95%, nilai kadar protein
penurunan jumlah gluten dalam adonan cookies menunjukkan berbeda nyata (p value
cookies karena tepung millet kuning dan < 0,05) antara cookies kontrol dan cookies
tepung ubi jalar kuning tidak mempunyai terbaik.
kandungan gluten seperti yang terkandung di Kadar protein yang terkandung
dalam tepung terigu. Semakin rendahnya didalam cookies dipengaruhi oleh komposisi
kandungan gluten dalam adonan bahan penyusunnya. Dalam pembuatan
menyebabkan pelepasan molekul air saat cookies bahan penyusunnya meliputi tepung
pemanggangan menjadi semakin rendah terigu, susu kental manis, shortening. Dari
(Widjanarko, 2008). Hal tersebut berkaitan ketiga bahan tersebut tepung terigu dan susu
dengan pendapat Lows (1943) yang kental manis kaya akan protein. Dari Tabel
menyatakan semakin banyak gluten, 1.3 kadar protein cookies terbaik berbeda
kecepatan absorpsi air semakin tinggi. nyata dengan cookies kontrol. Hal ini
2. Kadar Abu dikarenakan subtitusi pada cookies terbaik
Kadar abu pada cookies terbaik menggunakan tepung millet kuning dan
1,292% sedikit lebih besar dibandingkan tepung ubi jalar kuning. Tepung millet
dengan cookies kontrol 1,227% hal ini kuning dan tepung ubi jalar kuning keduanya
disebabkan karena adanya subtitusi tepung merupakan sumber karbohidrat sehingga
millet kuning dan tepung ubi jalar kuning memperkecil nilai protein jika dibandingkan
pada cookies terbaik. Dengan kandungan dengan cookies kontrol yang hanya
kadar abu yang tinggi menandakan tinggi menggunakan tepung terigu. Kadar protein
pula mineral yang terkandung di dalam tepung millet kuning 10,27% dan tepung ubi
cookies terbaik. Hal ini dapat dijelaskan pada jalar kuning 5,12% sedangkan protein pada
cookies kontrol yang terdiri dari 100% tepung terigu adalah 8,9%.
tepung terigu, tepung terigu memiliki kadar 4. Kadar Lemak
abu 0,70%. Sedangkan pada cookies terbaik Rendahnya kadar lemak dari cookies
subtitusi tepung millet kuning dan tepung ubi terbaik disebabkan oleh adanya subtitusi
jalar kuning bahan utamanya tepung millet tepung millet kuning dan tepung ubi jalar
kuning memiliki kadar abu 1,66% dan tepung kuning. Tepung millet kuning dan tepung ubi
ubi jalar kuning 2,13%. Sehingga dari bahan jalar kuning keduanya merupakan sumber
baku utama kadar abu cookies terbaik jauh karbohidrat sehingga memperkecil nilai
lebih tinggi dari bahan baku utama cookies lemak jika dibandingkan dengan cookies
kontrol. kontrol yang hanya menggunakan tepung
Apabila kadar abu melebihi dari terigu.
standar mutu yang ada maka akan Penambahan shortening (margarine)
berpengaruh terhadap cookies yang dalam jumlah yang cukup banyak
dihasilkan yaitu terhadap warna cookies. menyebabkan peningkatan kadar lemak pada
Semakin tinggi kadar abu maka warna cookies. Didalam adonan, lemak
cookies akan semakin gelap,tekstur yang memberikan fungsi shortening dan fungsi
tidak bagus dan tidak renyah. Hal tersebut tekstur sehingga cookies menjadi lebih
sesuai dengan pendapat Wiryadi (2007) yang lembut. Selain itu, lemak juga berfungsi
menyatakan bahwa jika kadar abu terlalu sebagai pemberi flavor (Faridah, 2008).
Sehingga semakin besar shortening yang
72
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4 Oktober 2013

ditambahkan semakin lembut dan renyah Sedangkan menurut Maccarone et al (1985)


cookies yang dihasilkan. penurunan warna antosianin disebabkan oleh
5. Kadar Karbohidrat berbagai bahan kimia dan sistem enzimatik.
Berdasarkan Tabel 1.3 kadar Antosianin sangat sensitif terhadap
karbohidrat cookies kontrol hasil penelitian penurunan intensitas warnanya oleh berbagai
sebesar 68,600% sedangkan untuk cookies agen, karena defisiensi elektron. Selain itu
terbaik kadar karbohidratnya sebesar menurut DeMann (1989) pigmen antosianin
75,580%. Berdasarkan hasil analisa statistik juga mudah rusak jika bahan pangan tersebut
dengan uji T-berpasangan (T-test) pada diproses dengan suhu tinggi dan jumlah
tingkat signifikansi 95%, nilai kadar kandungan gulanyatinggi.
karbohidrat cookies menunjukkan berbeda 7. Tekstur
nyata (p value < 0,05) antara cookies kontrol Berdasarkan Tabel 4.12 tekstur
dan cookies terbaik. dalam cookies terbaik memiliki nilai
Menurut Sugito dan Ari Hayati kekerasan lebih besar yaitu sebesar 31,317
(2006), kadar karbohidrat yang dihitung N. Hal ini disebabkan adanya subtitusi
secara by difference dipengaruhi oleh tepung millet kuning dan tepung ubi jalar
komponen nutrisi lain, semakin rendah kuning sehingga kandungan gluten dalam
komponen nutrisi lain maka kadar adonan lebih sedikit, menyebabkan adonan
karbohidrat akan semakin tinggi. Begitu juga kurang mampu menahan gas, akibatnya
sebaliknya semakin tinggi komponen nutrisi adonan kurang mengembang dan tekstur
lain maka kadar karbohidrat akan semakin cookies menjadi keras. Hal ini sesuai dengan
rendah. Komponen nutrisi yang pendapat Handayani (1987), yang
mempengaruhi besarnya kandungan menyatakan bahwa komponen utama yang
karbohidrat diantaranya adalah kandungan terdapat dalam tepung yang berpengaruh
protein, lemak, air, dan abu. Selain hal terhadap tekstur adalah protein. Protein yang
tersebut besarnya kadar karbohidrat terdapat dalam terigu akan dapat membentuk
dipengaruhi oleh bahan penyusunnya. Pada gluten bila ditambah air, dengan adanya
cookies kontrol 100 tepung terigu, tepung gluten dapat menyebabkan adonan bersifat
terigu memilik kadar karbohidrat 77,3% , elastis dan mampu menahan gas. Apabila
sedangkan pada cookies terbaik kadar jumlah gluten dalam adonan sedikit
karbohidrat millet kuning 73,99% dan tepung menyebabkan adonan kurang mampu
ubi jalar kuning 85,26%. menahan gas. Apabila jumlah gluten dalam
6. Kadar Antosianin adonan sedikit menyebabkan adonan kurang
Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa mampu menahan gas, sehingga pori-pori
kadar antosianin cookies terbaik 3,421% dan yang terbentuk dalam adonan juga kecil-
cookies kontrol 1,93%. Berdasarkan hasil kecil. Akibatnya adonan tidak mengembang
analisa statistik dengan uji T-berpasangan (T- dengan baik, maka setelah pembakaran
test) pada tingkat signifikansi 95%, nilai selesai akan menghasilkan produk yang
kadar antosianin cookies menunjukkan beda keras.
nyata (p value < 0,05) antara cookies kontrol
dan cookies terbaik. KESIMPULAN
Peningkatan kandungan antosianin Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
pada cookies terbaik dipengaruhi oleh adanya maka dapat disimpulkan bahwa dilihat dari tingkat
subtitusi tepung millet kuning dan tepung ubi kesukaan panelis pada uji scoring cookies, cookies
jalar kuning. Menurut C.K. Iversen (1999) terbaik adalah cookies F1 (70% tepung terigu, 20%
berkurangnya kadar antosianin disebabkan tepung millet kuning dan 10% tepung ubi jalar
adanya dua hal yaitu proses pemanggangan kuning). Cookies subtitusi terbaik memiliki
dan kerusakan antosianin karena enzimatis. kandungan karbohidrat, abu dan senyawa fungsional
Degradasi antosianin selama proses akibat antosianin yang lebih tinggi dibandingkan cookies
enzim sangat terbatas dan tetensinya kontrol.
tergantung pada proses dan bahan bakunya.
73
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 4 Oktober 2013

SARAN Matz SA, Matz TD. 1978. Cookies and Cracker


Perlu penelitian lebih lanjut mengenai variasi Technology. Wstport : Avy Publising
konsentrasi subtitusi tepung millet kuning dan Company.
tepung ubi jalar kuning dalam pembuatan cookies Prabowo, Bimo. 2010. Kajian Sifat Fisikokimia
subtitusi tepung millet kuning dan tepung ubi jalar Tepung Millet Kuning dan Tepung
kuning di bawah 20% untuk tepung millet kuning Millet Kuning. Skripsi Fakultas
dan di bawah 10% untuk tepung ubi jalar kuning. Pertanian. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Smith, W. H. 1972. Biscuit, Crackers and Cookies.
Antarlina, S.S dan J. S. Utomo. 1998. Proses Applied Science Publisher ltd.
Pembuatan dan Penggunaan Tepung London.
Ubi Jalar Untuk Produk Pangan. Balai
SNI.
Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan 1992. Mutu dan Cara Uji Biscuit. Badan
dan Umbi-Umbian. Jurnal Litbang StandarisasiNasional.
Pertanian 20 (2). Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT.
Antarlina, S.S dan J. Susilo. 1998. Subtitusi Tepung Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Ubi Jalar Pada Pembuatan Mie Basah.
Dalam Prosding Seminar Tek. Pangan.
Hal 333-343. PATPI.
AOAC. 1996. Official Method of Analysis. Inc.
Arlington. Virginia.
Apriyantono, Anton., Dedi Fardiaz., N. Luh Puspita
sari ., Sedarnawati., Slamet Bidiyanto.
1989. Petunjuk Laboratorium Analisa
Pangan. IPB Press. Bogor.
Ariani. 2009. Tips memilih Bahan Kue. Tabloid
Nova 829/XVII Edisi 18 Januari.
Badan Standarisasi Nasional. 1992. Cara Uji
Makanan dan Minuman SNI 01-2981-1992.
Jakarta.
Buckle KA. Edwards. RA, Fleet GH, Wooton M.
1985. Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta.
deMan, J.M. 1999. Principles of Food Chemistry 3rd
edition. Aspen Publication.
Gathersburg. Maryland.
Handayani, Tituk Sri Swasti. 1987. Pencarian
Metode Tekstur Cookies yang
Menggunakan Campuran Terigu dan
Maizena dengan Penetrometer.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
UGM. Jogjakarta.
Matz, S. A. 1962. Bakery Technology and
Engineering 3rd Ed. Pan-tech International
Inc., Texas.

74

Anda mungkin juga menyukai