Abstrak
Abstract
This research aims to produce roll cake with pumpkin flour substitution and to
know the chemical characteristic of flour from substitution pumpkin flour and wheat
flour produce the best roll cake. And to know the organoleptik quality of roll cake
product. This research was done with proksimat analysis the all treatment of substitution
from pumpkin flour and wheat flour continued with organoleptik testing on roll cake.
The result of research showed that the best roll cake from panelist is product
substitution pumpkin flour 25% and wheat flour 75%.
Keywords : Substitution, Pumpkin Flour, Roll Cake.
Page
1
PENDAHULUAN dapat ditempuh dengan mengolahnya
Labu kuning memiliki potensi besar menjadi tepung dan bermanfaat sebagai
untuk dibudidayakan di Indonesia dan bahan substitusi tepung terigu yang dapat
produksinya meningkat dari tahun ke tahun. diolah menjadi beberapa produk pangan. Hal
Data produksi labu kuning tahun 2010 ini dapat meminimalisir ketergantungan
menunjukkan produksi labu kuning di masyarakat Indonesia terhadap tepung terigu
Indonesia 369.846 ton. Labu kuning yang sangat tinggi. Dimana tepung terigu
(Cucurbita moschata) memiliki potensi yang berbahan dasar biji gandum ini jarang
sebagai sumber provitamin A nabati berupa dijumpai sebab sulit tumbuh pada daerah
β-karoten. Kandungan provitamin A dalam tropis seperti Indonesia.
labu kuning sebesar 767 μg/g bahan. Selain Salah satu langkah untuk
itu, labu kuning juga mengandung vitamin meminimalisir ketergantungan tersebut yaitu
C, serat dan karbohidrat yang cukup tinggi dengan pemanfaatan pangan lokal labu
(Gardjito, 2005). kuning dengan cara substitusi tepung labu
Kandungan β-karoten labu kuning kuning dengan tepung terigu. Tepung labu
cukup tinggi yaitu 180 μg atau sekitar 1000- kuning dibuat dengan langkah pembersihan
1300 IU/ 100 g bahan (Hendrasty, 2003). dan pengupasan, pensawutan ataupun
Beta karoten sangat diperlukan oleh tubuh pengirisan, pengeringan, penepungan dan
untuk mencegah kekurangan vitamin A pengayakan hingga diperoleh produk dalam
(KVA). Studi penelitian menunjukkan bentuk tepung halus.
bahwa makanan alami kaya vitamin A Tepung labu kuning yang berbahan
membantu tubuh melindungi terhadap paru- dasar labu kuning banyak mengandung
paru dan kanker rongga mulut. Kandungan sumber betakaroten, karotenoid, serat dan
dari labu adalah sumber yang baik dari zat besi. Secara umum labu kuning kaya
kelompok B-kompleks vitamin seperti folat, akan kandungan vitamin A, vitamin C,
niacin, vitamin B-6 (pyridoxine), thiamin, mineral dan karbohidrat serta anti oksidan
dan asam pantotenat. Selain itu mengandung yang bermanfaat sebagai anti kanker
mineral seperti tembaga, kalsium, kalium (Kamsiati, 2010).
dan fosfor. Labu kuning juga mengandung
Labu kuning merupakan buah yang sumber karotenoid yang dapat mencegah
sangat potensial hampir seluruh bagiannya, penyakit katarak. Selain itu kandungan serat
mulai dari daun, buah hingga bijinya dapat labu kuning juga cukup tinggi, sehingga
dimanfaatkan. Buah yang kaya akan β sangat berguna untuk memperlancar
Caroten ini juga berkhasiat mencegah pencernaan, menurunkan resiko kanker, dan
kanker dan penyakit jantung. Di Indonesia penyakit jantung koroner (Anonim, 2009).
labu kuning disebut juga labu parang atau Sehingga baik digunakan untuk
waluh. Tanaman dengan nama latin menghasilkan aneka produk pangan yang
(Cucubita moschata Duc h ex Poiret) ini di mempunyai nilai gizi, seperti bolu gulung.
Indonesia dapat dijumpai diberbagai daerah Bolu gulung merupakan produk
kepulauan nusantara, penyebarannya yang olahan yang telah lama dikenal oleh
merata dikarenakan cara penanaman dan masyarakat karena memiliki kandungan gizi
pemeliharaannya mudah. Produktifitas labu yang cukup tinggi dan mudah dalam proses
kuning dapat mencapai 20-40 ton buah per pengolahannya. Bahan baku pembuatan bolu
hektar. Namun minat masyarakat untuk gulung adalah tepung terigu yang terbuat
mengkonsumsi pangan asal labu kuning dari gandum, namun dapat disubstitusi
masih rendah. Hal tersebut disebabkan dengan tepung labu kuning. Bolu gulung
pengolahan labu kuning di Indonesia masih dengan bahan baku tepung labu kuning
terbatas dan sederhana, seperti direbus atau membutuhkan protein dalam bentuk gluten
dikukus, dijadikan sayur dan kolak. yang dimiliki tepung terigu. Kemampuan
Produk olahan labu kuning dapat gluten pada tepung terigu menghasilkan
dihasilkan, baik sebagai bahan makanan, tekstur bolu gulung menjadi empuk,
pakan ternak maupun bahan baku industri. meningkatkan cita rasa, sebagai sumber
Untuk lebih memanfaatkan labu kuning protein, dan sumber karbohidrat.
Page
2
TUJUAN PENELITIAN penggilingan atau penepungan
Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan blender, pengayakan hingga
mengetahui pengaruh persentase substitusi lolos ayakan 60 mesh (Hendrasty, 2003).
tepung labu kuning terhadap uji kandungan Setelah itu dilakukan analisis proksimat
protein, lemak, abu, air, dan karbohidrat dengan melakukan pengujian terhadap kadar
dalam menghasilkan bolu gulung terbaik, protein, kadar lemak, kadar air, kadar abu,
berapa persentase substitusi tepung labu dan karbohidrat tiap perlakuan substitusi
kuning terbaik dalam pembuatan bolu tepung. Data analisis proksimat tiap
gulung berdasarkan hasil uji organoleptik. perlakuan substitusi tepung diperoleh dari
pengujian yang dilakukan di Politeknik
Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan.
METODE PENELITIAN Tahap kedua yaitu alur proses
Jenis penelitian ini adalah penelitian pembuatan substitusi tepung labu kuning
eksperimen kuantitatif, rancangan percobaan menjadi bolu gulung yaitu dimasukkan gula
yang digunakan dalam penelitian ini adalah halus, telur, TBM, vanili, tepung labu
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 kuning dan tepung terigu dalam wadah,
perlakuan dan 1 kontrol yang diulang dikocok semua bahan hingga rata dan
sebanyak 3 kali ulangan. Adapun perlakuan mengembang, dimasukkan margarin cair ke
dalam percobaan ini yaitu perlakuan K dalam adonan yang telah rata dan
tepung terigu 100% sebagai kontrol, mengembang sambil diaduk perlahan
perlakuan A tepung labu kuning 100%, menggunakan spatula, disiapkan loyang
perlakuan B tepung labu kuning 75% dan yang sudah diolesi dengan mentega serta
tepung terigu 25%, perlakuan C tepung labu ditaburi tepung terigu, dimasukkan adonan
kuning 50% dan tepung terigu 50%, yang sudah mengembang dan tercampur rata
perlakuan D tepung labu kuning 25% dan ke dalam loyang dengan ketebalan 1 cm,
tepung terigu 75%. dimasukkan dalam oven dengan suhu 150 ͦ C
Peralatan yang digunakan dalam selama 15 menit, dikeluarkan dari oven
penelitian ini yaitu; pisau, alat perajang, kemudian dikeluarkan dari loyang, digulung
water bag, cabinet dryer, blender, wadah, menggunakan plastik gulung dan diiris.
sendok, ayakan, mixer, loyang, plastik Untuk mengetahui tingkat kesukaan
gulung, spatula, timbangan digital, responden, jenis uji organoleptik yang
timbangan buah, oven. digunakan yaitu metode uji kesukaan
Bahan yang digunakan yaitu; tepung (hedonik) berdasarkan tingkat kesukaannya
labu kuning, tepung terigu, TBM 10 g, putih terhadap produk meliputi warna, aroma,
telur 3 butir yaitu sekitar 85 g, kuning telur tekstur dan rasa dengan skala penilaian 1-9
5 butir yaitu sekitar 100 g, vanili 5 g, yaitu (1) amat sangat tidak suka, (2) sangat
margarin cair 100 g, gula halus 100 g. tidak suka, (3) tidak suka, (4) agak tidak
Tahap pertama yaitu alur proses suka, (5) netral, (6) agak suka, (7) suka, (8)
pembuatan labu kuning menjadi tepung labu sangat suka, (9) amat sangat suka, sebagai
kuning yaitu sortasi dan pemebersihan labu parameter penentuan suatu kesan dari suatu
kuning yang bertujuan untuk menghilangkan rangsangan yang ditimbulkan oleh produk.
kotoran yang melekat pada kulit labu Data dikumpulkan dengan menggunakan
kuning, pencucian dengan air bersih, angket (hedonic scale scoring).
pembelahan menjadi beberapa bagian (8 Penelitian ini dilaksanakan di
bagian), pengupasan kulit labu kuning serta Laboratorium Pendidikan Teknologi
membersihkan bagian biji, perajangan Pertanian Fakultas Teknik Universitas
menggunakan alat perajang dengan Negeri Makassar.
ketebalan 3mm, penimbangan berat bersih Data pada penelitian ini diperoleh dari
labu kuning yang telah dirajang, hasil pengujian karakteristik organoleptik
pemblansiran menggunakan water bag dengan menggunakan metode uji hedonik
dengan suhu 60°C selama 5 menit (Rahmah, (kesukaan) yang dilakukan dengan menguji
2012), pengeringan dengan cabinet dryer seberapa jauh tingkat kesukaan panelis
dengan suhu 60°C selama 6 jam, terhadap karakteristik bolu gulung yang
Page
3
meliputi tekstur, cita rasa, warna dan aroma. tingkat perbedaan. Dimana kadar air
Panelis yang dilibatkan dalam pengujian ini perlakuan K yaitu tepung terigu memiliki
yaitu panelis semi terlatih (semi-trained kadar air yang paling rendah yaitu 10,45%
panel) yang terdiri dari 20 orang dari dan kadar air yang paling tinggi terdapat
kalangan mahasiswa dan 5 orang panelis pada perlakuan A dengan kadar air 11,00%.
terlatih (trained panel) yang terdiri dari Berdasarkan hasil analisis kadar air
pastry toko kue Holland Bakery, Roti Boy, penelitian yang dilakukan pada substitusi
Adi Jaya, Wahana bakery dan Roti Daeng. tepung labu kuning diperoleh nilai rata-rata
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan kadar air tepung pada perlakuan K 100%
analisis statistik sidik ragam ANOVA yang tepung terigu dengan kadar air 10,45%,
dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT. perlakuan A 100% tepung labu kuning
dengan kadar air 11,00%, perlakuan B 75%
HASIL DAN PEMBAHASAN tepung labu kuning dan 25% tepung terigu
dengan kadar air 10,71%, perlakuan C 50%
Kadar Air tepung labu kuning dan 50% tepung terigu
Air merupakan salah satu komponen dengan kadar air 10,70% dan perlakuan D
bahan pangan yang harus diperhatikan 25% tepung labu kuning dan 75% tepung
dalam pengolahan karena memberikan terigu dengan kadar air 10,51%. Pada
pengaruh terhadap daya tahan bahan pangan analisis ini, nilai terendah pada perlakuan K
dalam proses penyimpanan (Tobri, 2014). 100% tepung terigu dengan nilai kadar air
11.20 10,45% dan nilai tertinggi pada perlakuan A
11.00
11.00 100% tepung labu kuning dengan nilai kadar
10.80 10.71 10.70 air 11,00%. Hal ini disebabkan karena
10.60 10.45 10.51 granula pati tepung labu kuning yang lebih
10.40 besar yaitu mulai dengan ukuran panjang
10.20 25,55-78,61 µm dan lebar 37,47-70.94 µm
10.00 dibanding tepung terigu yang berukuran 20-
K A B C D 22 µm (Beynum et al, 1985 dalam Anonim2
2009). Semakin kecil granula pati maka
semakin cepat reaksi berlangsung karena
ukuran pati yang kecil akan meningkatkan
luas permukaan dan kelarutan dalam air
Kadar air (%)
Page
4
terkandung dalam bahan tersebut Berdasarkan hasil analisis kadar abu
(Aprilianto, 1988). Bahan pangan terdiri dari pada penelitian ini, diperoleh kadar abu
96% bahan anorganik dan air, sedangkan terendah pada perlakuan K 100% tepung
sisanya merupakan unsur-unsur mineral. terigu dengan nilai kadar abu 0,20%.
Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau Perlakuan A 100% tepung labu kuning
kadar abu. Kadar abu tersebut dapat dengan nilai kadar abu 3,49%, perlakuan B
menunjukkan total mineral dalam suatu 75% tepung labu kuning dan 25% tepung
bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam terigu dengan kadar abu 3,16%, perlakuan C
proses pembakaran akan terbakar tetapi 50% tepung labu kuning dan 50% tepung
komponen anorganiknya tidak, karena itulah terigu dengan kadar abu 2,73% dan
disebut sebagai kadar abu. perlakuan D 25% tepung labu kuning dan
75% tepung terigu dengan kadar abu 1,54%.
4.00 3.49 Hasil ini dapat dikatakan baik karena
3.16 dibandingkan dengan standar kadar abu
3.00 2.73
tepung yang ditetapkan oleh SNI (1-5%).
2.00 1.54 Hal ini sesuai pendapat Suprapti (2003),
tingginya kadar abu pada bahan
1.00 menunjukkan tingginya kandungan mineral
0.20
- namun dapat juga disebabkan oleh adanya
K A B C D reaksi enzimatis (browning enzymatic).
Semakin rendah kadar abu pada produk
tepung akan semakin baik, karena kadar abu
selain mempengaruhi warna akhir produk
juga akan mempengaruhi tingkat kestabilan
Kadar abu (%)
Kadar Lemak
Lemak merupakan salah satu
komponen yang dibutuhkan dalam
memenuhi kebutuhan tubuh. Analisis kadar
lemak dilakukan untuk mengetahui
kandungan lemak yang terdapat dalam
Perlakuan
bahan pangan. Lemak adalah zat organik
hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam
Gambar 2 air sehingga dapat digunakan sebagai
Tingkat Kadar Abu Substitusi Tepung Labu cadangan makanan.
Kuning
Ket :
K : 100% tepung terigu 1.45 1.40
A : 100% tepung labu kuning 1.40
1.34
B : 75% tepung labu kuning dan 25% tepung terigu 1.35 1.31
C : 50% tepung labu kuning dan 50% tepung terigu 1.30
D : 25% tepung labu kuning dan 75% tepung terigu 1.25 1.23 1.25
1.20
Berdasarkan Gambar 2, tingkat 1.15
kadar abu tepung terigu dan dengan 1.10
konsentrasi tepung labu kuning memiliki K A B C D
tingkat perbedaan yang berbeda-beda.
Dimana tepung pada perlakuan A memiliki
kadar abu yang paling tinggi yaitu 3.49%
dari semua perlakuan sedangkan kadar abu
Kadar lemak (%)
Page
5
12.00 10.55 10.74
9.37
Page
6
melampaui batas maksimal kadar air tepung
terigu yang diizinkan SNI 3751:2009 yaitu
Tekstur
Sifat mutu produk pangan yang
penting untuk diperhatikan yaitu tekstur.
Tekstur merupakan sifat mutu yang
berkaitan erat dengan keempukan ataupun
kekenyalan yang berperan penting dalam
penentuan kualitas bolu gulung (Tobri,
Perlakuan 2006).
Page
7
sebagainya. Panelis cenderung menyukai
7.60 7.52 tekstur yang lembut, empuk dan tidak keras.
7.50 7.41
7.40 7.36
Rasa
7.30 7.20
7.20 Daya terima terhadap bahan pangan
7.10 7.05 juga dipengaruhi oleh rasa. Rasa merupakan
7.00 factor yang berpengaruh dalam penerimaan
6.90 konsumen terhadap produk olahan pangan.
6.80 Selain faktor tekstur, aroma dan warna,
K A B C D
seringkali rasa lebih dominan
dipertimbangkan oleh kosumen
dibandingkan sifat mutu lainnya (Tobri,
Gambar 6
2006).
Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Tekstur Bolu
7.20 7.12
Gulung Substitusi Tepung Labu Kuning 6.92 6.87
7.00
Ket : 6.80
K : 100% tepung terigu 6.60 6.44
A : 100% tepung labu kuning 6.40 6.23
B : 75% tepung labu kuning dan 25% tepung terigu 6.20
C : 50% tepung labu kuning dan 50% tepung terigu 6.00
D : 25% tepung labu kuning dan 75% tepung terigu 5.80
5.60
Pada Gambar 6, hasil kesukaan K A B C D
panelis tertinggi terletak pada perlakuan D
dengan rata-rata 7,52 dan terendah terletak
pada perlakuan K dengan rata-rata 7,05. Gambar 7
Berdasarkan uji organoleptik tekstur Tingkat Kesukaan Penelis terhadap Rasa Bolu
yang disukai panelis terdapat pada perlakuan Gulung Substitusi Tepung Labu Kuning
D dengan konsentrasi tepung labu kuning
25% dan tepung terigu 75% memiliki tekstur Ket :
yang paling disukai dengan nilai rata-rata K : 100% tepung terigu
A : 100% tepung labu kuning
7,52 dibandingkan dengan bolu gulung B : 75% tepung labu kuning dan 25% tepung terigu
lainnya seperti pada Gambar 6, perlakuan K C : 50% tepung labu kuning dan 50% tepung terigu
100% tepung terigu memiliki nilai 7,05, D : 25% tepung labu kuning dan 75% tepung terigu
perlakuan A 100% tepung labu kuning
memiliki nilai 7,20, perlakuan B 75% Pada Gamba 7, hasil kesukaan
tepung labu kuning dan 25% tepung terigu panelis tertinggi terletak pada perlakuan D
memiliki nilai 7,36, perlakuan C 50% dengan rata-rata tingkat kesukaan 7,12 dan
tepung labu kuning dan 50% tepung terigu terendah terletak pada perlakuan K dengan
memiliki nilai 7,41. Perbedaan kandungan rata-rata tingkat kesukaan 6,23.
tepung pada tiap perlakuan menentukan Berdasarkan uji hedonik pada
perolehan kadar airnya, sehingga Gambar 7 menunjukkan rata-rata kesukaan
mempengaruhi tekstur yang dihasilkan panelis terhadap rasa bolu gulung substitusi
sebab kadar air berpengaruh terhadap tepung labu kuning dengan nila tertinggi
kenampakan, tekstur dan cita rasa dari suatu terdapat pada perlakuan D dengan
makanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan konsentrasi tepung labu kuning 25% dan
Winarno (2002), bahwa air merupakan tepung terigu 75% dengan nilai yaitu 7,12
komponen terpenting dalam bahan makanan, (suka) sedangkan nilai terendah terdapat
karena air mempengaruhi kenampakan, pada perlakuan K dengan konsentrasi tepung
tekstur, serta cita rasa makanan. Tekstur terigu 100% dengan nilai 6,23 (agak suka).
memiliki pengaruh penting terhadap produk Panelis lebih menyukai rasa bolu gulung
bolu gulung misalnya dari tingkat dengan penambahan konsentrasi tepung labu
kelembutan, keempukan, kekerasan dan kuning 25%. Hal ini disebabkan karena
Page
8
Tingkat kesukaan (Warna)
adanya pengaruh penambahan tepung labu Tingkat Kesukaan Penelis terhadap Warna Bolu
kuning yang memberikan citarasa khas labu Gulung Substitusi Tepung Labu Kuning
kuning terhadap rasa bolu gulung yang
Ket :
dihasilkan. Rasa bolu gulung pada perlakuan K : 100% tepung terigu
ini paling diminati karena rasanya yang A : 100% tepung labu kuning
tidak terlalu manis. Sedangkan pada B : 75% tepung labu kuning dan 25% tepung terigu
perlakuan dengan substitusi tepung labu C : 50% tepung labu kuningPerlakuan
dan 50% tepung terigu
D : 25% tepung labu kuning dan 75% tepung terigu
kuning diatas 25% memiliki rasa yang
sangat manis sehingga kurang diminati. Hal Pada Gambar 8, Hasil kesukaan
ini sesuai dengan pernyataan dari Winarno panelis tertinggi terletak pada perlakuan D
(2004), bahwa konsistensi bahan akan dengan rata-rata tingkat kesukaan 7,63 dan
mempengaruhi citarasa yang ditimbulkan terendah terletak pada perlakuan K dengan
oleh bahan tersebut. rata-rata tingkat kesukaan 7,19.
Rasa merupakan persepsi dari sel 7.40
7.16
pengecap meliputi rasa asin, manis, asam, 7.20
Tingkat kesukaan (Rasa)
Page
9
bergabung dengan gula/pati dalam suasana Hasil uji hedonik terhadap aroma
panas akan menyebabkan warna menjadi bolu gulung substitusi tepung labu kuning
gelap. Hal ini sesuai pendapat Anonim menunjukkan bolu gulung yang paling
(2010d) bahwa kandungan karoten pada labu disukai panelis adalah perlakuan D dengan
kuning sangat tinggi, seperti lutein, konsentrasi tepung labu kuning 25% dan
zeaxanthin, dan karoten, yang memberi tepung terigu 75% dengan nilai 7,16 (suka)
warna kuning pada labu kuning yang seperti pada Gambar 4.9. Tingkat kesukaan
membantu melindungi tubuh dengan panelis terhadap aroma bolu gulung yang
menetralkan molekul oksigen jahat yang paling disukai dipengaruhi oleh adanya
disebut juga radikal bebas. Hal ini didukung penambahan konsentrasi tepung labu kuning
pendapat Winarno (2004), ini disebabkan yang memberikan aroma khas labu kuning
oleh adanya reaksi maillard, yaitu suatu pada bolu gulung tersebut namun tetap tidak
reaksi antara gula/pati yang menyebabkan menghilangkan aroma khas bolu pada
warna menjadi gelap. umumnya karena adanya substitusi tepung
yang pas antara tepung labu kuning dan
Aroma tepung terigu. Hal ini sesuai dengan
Aroma merupakan sifat mutu yang pendapat Hendrasty (2003) Tepung labu
sangat cepat memberikan kesan bagi kuning mempunyai sifat spesifik dengan
konsumen, karena aroma merupakan faktor aroma khas.
yang sangat berpengaruh pada daya terima
konsumen terhadap suatu produk (Tobri, KESIMPULAN
2006). Aroma makanan banyak menentukan Simpulan yang dapat diperoleh dari
kelezatan makanan tersebut, oleh karena itu hasil penelitian adalah sebagai berikut:
aroma merupakan salah satu faktor dalam 1. Berdasarkan uji proksimat, persentase
penentuan mutu (Winarno, 2004). Pada substitusi tepung labu kuning
umumnya bau yang diterima oleh hidung memberikan pengaruh terhadap kadar
dan otak lebih banyak merupakan berbagai air, kadar abu, kadar lemak, kadar
ramuan atau campuran empat bau utama protein dan kadar karbohidrat dalam
yaitu harum, asam, tengik dan hangus. menghasilkan bolu gulung terbaik.
Aroma makanan menentukan kelezatan Adapun kandungan proksimat
bahan pangan tersebut. Dalam hal ini aroma substitusi tepung dari perlakuan D yang
lebih banyak sangkut pautnya dengan alat terpilih sebagai produk bolu gulung
panca indera pencium. terbaik dari hasil penilaian panelis
memiliki kadar air substitusi tepung
10,51%, kadar abu 1,54%, kadar lemak
Gambar 9 1,31%, kadar protein 10,74% dan kadar
Tingkat Kesukaan Penelis terhadap Aroma Bolu karbohidrat 77,66%.
Gulung Substitusi Tepung Labu Kuning. 2. Berdasarkan hasil uji hedonik terhadap
tingkat kesukaan panelis, dapat
diketahui bahwa perlakuan D dengan
konsentrasi 25% tepung labu kuning dan
Ket : 75% tepung terigu adalah bolu gulung
K : 100% tepung terigu
A : 100% tepung labu kuning yang banyak disukai panelis dari
B : 75% tepung labu kuning dan 25% tepung terigu indikator tekstur, rasa, warna dan aroma.
C : 50% tepung labu kuning dan 50% tepung terigu
D : 25% tepung labu kuning dan 75% tepung terigu
DAFTAR PUSTAKA
Pada Gambar 9, Hasil kesukaan Anonim. 2009. Segudang Manfaat Labu
panelis tertinggi terletak pada perlakuan D Kuning.
dengan rata-rata tingkat kesukaan 7,16 dan (http://www.wartakota.co.id/detil/be
terendah terletak pada perlakuan K dengan rita/15592/Segudang-Manfaat-Labu-
rata-rata 6,60. Kuning, diakses 4 Maret 2016).
Page
10
Anonim. 2010. Pembuatan Selai Stroberi. Stauffer, C. E. 1990. Functional Additives
(http: For Bakery Foods. AVI Book, New
//kamiitp08.blogspot.com/2010/10/p York.
embuatan-selai stroberi.html.
Diakses 10 Maret 2016). Standar Nasional Indonesia. 2009. SNI 01-
3751-2009 Syarat Mutu Tepung
Apriyantono, Anton. 1988. Analisis Pangan. Terigu Sebagai Bahan Makanan.
PAU Pangan dan Gizi IPB : Bogor. Badan Standarisai Nasional
Indonesia. Jakarta.
Gardjito, Murdijati dan Theresia, F. K. S.
2005. Pengaruh Penambahan Asam Suprapti, L. 2003. Pembuatan Tempe.
Sitrat dalam Pembuatan Manisan Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Kering Labu Kuning (Cucurbita
maxima) terhadap Sifat-sifat Tobri, M. 2006. Kualitas Fisik dan
Produknya. Jurusan Teknologi Organoleptik Daging Ayam Broiler
Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas yang Ransumnya diberi
Teknologi Pertanian UGM. Penambahan Minyak Ikan yang
Mengandung Omega-3. Skripsi
Hendrasty, H.K. 2003. Tepung Labu Kuning tidak diterbitkan. Bogor : Program
Pembuatan dan Pemanfaatannya. Studi Teknolohi Hasil Ternak
Kanisius. Yogyakarta. Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor.
Igfar, A. 2012. Pengaruh Penambahan
Tepung Labu Kuning (Cucurbita Winarno, F. G., 2002. Pangan, Gizi,
moschata) Dan Tepung Terigu Teknologi dan Konsumen. Gramedia
Dalam Pembuatan Biskuit. Program Pustaka Utama, Jakarta
Sarjana. Universitas Hasanuddin
Makassar. Makassar. Winarno, F. G., 2004. Kimia Pangan
dan Gizi. PT. Gramedia
Indrasti, D. 2004. Pemanfaatan Tepung PustakaUtama, Jakarta.
Talas Belitung (Xanthosoma
sagittifolium) dalam Pembuatan
Cookies. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
Page
11