Anda di halaman 1dari 28

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Informasi Manajemen terdiri dari 3 kata yaitu "Sistem”, ”Informasi” &
"Manajemen” yang memiliki arti sebagai berikut : Sistem menurut Jerry FithGerald
sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan,
berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu
sasaran tertentu.
Informasi menurut Davis informasi adalah data yang telah diolah menjadi
sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan
keputusan saat ini atau saat mendatang.
Manajemen menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau
kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-
orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Dari defenisi diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa sistem informasi
manajemen, adalah sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu (intregeted) untuk
menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi. Sistem ini menggunakan perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software) komputer, prosedur pedoman, model
manajemen dan keputusan, dan sebuah "data base”.
Berdasarkan beberapa defenisi dari Sistem Informasi Manajemen di atas,
maka Kegiatan Kunjungan Industri (Field Trip) ini merupakan salah satu kegiatan
yang biasa dilakukan oleh mahasiswa. Kegiatan ini biasa dilaksanakan setiap mata
kuliah sebagai perbandingan materi yang didapatkan didalam proses belajar mengajar
di dalam ruangan perkuliahan dengan penerapannya langsung di lapangan (di dalam
dunia industri).

Kunjungan Industri ini diikuti oleh dua kelas, yaitu kelas A dan kelas B
dengan pembimbing 1 orang dosen pada kunjungan industri, yaitu PT Bantimurung
Indah Maros dan PG Arasoe Bone.

1
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun tujuan utama kunjungan industri
yang dilakukan selama dua hari pada dua lokasi industri adalah sebagai pembanding
antara materi yang didapatkan didalam proses belajar mengajar di dalam ruangan
kuliah dengan keadaan sebenarnya atau fakta yang ada di lapangan. Serta untuk
mengetahui sejauh mana sistem informasi manajemen diterapkan dalam suatu
industri.
Selain itu, tujuan kunjungan industri ini guna lebih mempererat lagi hubungan
kekeluargaan yang harus terjalin antara kelas A dan kelas B. Sehingga tidak ada lagi
jurang pemisah yang menjadikan ketidak kompakan antara Kelas A dan Kelas B.

C. Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas, adapun manfaat yang kami dapatkan pada saat
kunjungan industri ketiga lokasi ini, ialah kami mendapatkan pelajaran langsung yang
mungkin terlewatkan pada saat proses belajar mengajar pada saat perkuliahan
terutama pada mata kuliah Sistem Informasi Manajemen.
Selain itu pengalaman yang kami dapatkan pada ketiga lokasi tersebut
sangatlah berharga, baik dari segi materi, penerapannya langsung dalam dunia
industri serta pengalaman akan tempat baru yang kami kunjungi.

2
BAB II. METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu


Berikut merupakan uraian mengenai tempat kunjungan industri serta waktu
pelaksanaan kunjungan industri, yaitu sebagai berikut.

1. Tempat
Adapun tempat pelaksanaan kunjungan industri dilakukan didua lokasi industri,
yaitu PT Bantimurung Indah Maros dan PG Arasoe Bone.

2. Waktu
Waktu pelaksanaan selama 2 hari, yaitu pada hari Jumat 28 Maret 2014 dan Sabtu
29 Maret 2014. Waktu digunakan semaksimal mungkin, yaitu pada hari Jumat 28
Maret 2014 dilakukan kunjungan industri pada satu lokasi, yakni PT Bantimurung
Indah Maros sekitar jam 10.00 – 11.30 WITA. Rute perjalanan dilanjutkan ke areal
PG Arasoe Bone sekitar jam 12.00 – 20.30 WITA.
Pada hari Sabtu 29 Maret 2014 kunjungan dilanjutkan ke PG Arosoe Bone sekitar
jam 08.00 – 13.00 WITA. Sekitar jam 15.00 – 19.25 WITA waktu perjalanan Bone –
Makassar.

B. Alat Transportasi
Pelaksanaan kegiatan ini ditunjang dengan 4 (empat) buah alat transportasi (Bus
Universitas Negeri Makassar) yang membawa kami kedua lokasi kunjungan industri.

C. Biaya
Besarnya biaya yang dikeluarkan permahasiswa dalam kunjungan kedua lokasi
industri, yaitu sebesar Rp 130.000,- / mahasiswa.

3
BAB III. PEMBAHASAN

A. PT Bantimurung Indah Maros


1. Latar Belakang
Permasaran ekspor rumput laut sampai saat ini, masih dominan dalam bentuk
kering utuh, baik untuk rumput laut penghasil carrageenan, agar maupun alginat. Hal
ini dikarenakan permintaan pasar dimana importir cenderung lebih menyukai rumput
laut kering. Pemasaran jenis Euchema banyak dilakukan dalam bentuk makanan
seperti manisan, cendol, sirup dan lain-lain namun masih terbatas. Sedangkan rumput
laut penghasil agar seperti Gracilaria dan Gilidium banyak dibutuhkan untuk
memenuhi industri agar-agar dalam negeri baik untuk bentuk tepung, batang maupun
kertas. Dan untuk agar-agar penghasil alginat (Turbinaria, Sargasum dll)
pemasarannya masih terbatas pada bentuk bahan baku kering.
Indonesia kehilangan banyak potensi ekonomi produk olahan rumput laut
berupa carrageenan karena lemahnya sektor industri pengolahan hasil laut. Sebagian
besar kebutuhan tepung carrageenan di Indonesia, masih dimpor dari negara lain.
Industri pengolahan bahan baku rumput laut menjadi bahan setengah jadi apalagi
bahan jadi belum banyak dilakukan di Indonesia. Sebagian besar produksi rumput laut
diekspor sebagai bahan mentah, yaitu rumput laut yang telah dikeringkan. Padahal
bila bahan baku rumput laut diolah dapat memberi nilai tambah beberapa kali lipat.
Pengolahan rumput laut yaitu E. cottonii menjadi carrageenan misalnya, dicapai 20
hingga 30 kali lipat peningkatan nilai tambahnya. Bila dijual dalam bentuk bahan
baku harganya 0,3 dollar AS perkilogram. Namun, dalam bentuk SRC (semi refined
carrageenan) berharga 6 dollar AS/kg dan menjadi 10 dollar AS/kg dalam bentuk jadi
sebagai bubuk carrageenan. (Ma’ruf, F,  2002)
Eucheuma spp merupakan bagian terpenting dan terbesar dalam volume ekspor
rumput laut di Indonesia, dan sebagai salah satu komoditas unggulan perikanan secara
terus menerus Sulawesi Selatan yang cenderung mengalami peningkatan produksi
dari tahun ke tahun, dengan rata-rata peningkatannya sebesar 10.980,64 ton/tahun.

4
Volume produksi pada tahun 2003 mencapai 21.581 ton kering (20 % dari produksi
nasional).
Pertumbuhan volume ekspor komoditas rumput laut (E. cottonii) tidak hanya
dipengaruhi oleh jumlah produksi yang tersedia, terbukti dengan masih terjadinya
penurunan volume ekspor di Sulawesi Selatan pada tahun 1996 dan 1997. Meskipun
pada tahun 1998 mengalami pertumbuhan volume 13.13 % namun pertumbuhan nilai
menurun sampai -4.39 %, berarti harga rumput laut menurun pada saat itu, tetapi pada
tahun 1999 mengalami peningkatan pertumbuhan volume   hingga 100,57%, namun
pada tahun 2000 mengalami penurunan sampai 17.54% dan meningkat kembali pada
tahun 2001 hingga 2004 mencapai 11.88%, sementara volume produksi mengalami
peningkatan secara terus menerus.
Perkembangan volume ekspor rumput laut yang mengalami penurunan pada
tahun 1999 dan 2000 disamping disebabkan oleh rendahnya kualitas rumput laut
akibat kegiatan produksi dan pascapanen yang kurang baik, adanya perubahan pola
perdagangan dimana rumput laut yang biasa diekspor dalam bentuk kering kemudian
diolah dan diekspor dalam bentuk tepung carrageenan yang cenderung semakin
meningkat karena semakin meluasnya kegunaan dan permintaan rumput laut, juga
akibat terjadinya perubahan kondisi perekonomian seperti terjadinya krisis moneter
sejak tahun 1997.
Sulawesi Selatan sebagai salah satu sentra pengembangan rumput laut
khususnya jenis Eucheuma spp berpeluang besar untuk menjadi produsen utama
rumput laut di Indonesia bahkan di dunia, karena potensi sumberdaya yang dimiliki
begitu besar dengan panjang pantai 2500 km, pulau-pulau kecil sebanyak 250 buah,
dan jumlah penduduk pesisir yang relatif banyak. Pengembangan rumput laut sebagai
produk unggulan daerah telah diupayakan pemerintah untuk memenuhi permintaan
dunia yang semakin besar khususnya jenis E. cottonii  penghasil carrageenan ±
14.000 ton/tahun pada tahun 2000, terbukti dengan adanya peningkatan volume
produksi secara terus menerus setiap tahunnya, Namun perlu pula diperhatikan
perkembangan pasar ekspor yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan
perekonomian dunia.

5
2. Sejarah Produksi
PT Bantimurung Indah sebagai salah satu eksportir rumput laut (E. cottonii),
sejak tahun1995 sampai 2004 menguasai pangsa pasar ekspor rumput laut Sulawesi
Selatan rata-rata 5,58 % per tahun. PT.Bantimurung Indah  mempunyai peranan besar
dalam pengembangan ekspor rumput laut di Sulawesi Selatan, karena memberikan
kontribusi yang cukup besar sampai 7,22 % dari total ekspor Sulawesi Selatan atau
sebesar 1,240 ton . sebesar 260 ton dan bahan baku rumput laut sebesar 980 ton,
sementara yang diproduksi dalam bentuk semi carrageenan sebesar 280 ton dan
bahan baku sebesar  985, yang berasal dari bahan baku sebesar 2,157 ton. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa terjadi ketidakseimbangan penawaran dan
permintaan ekspor rumput laut. Oleh karena itu, sangat menarik untuk menganalisis
situasi ketidakseimbangan penawaran dan permintaan ekspor rumput laut (E. cottonii)
di PT.Bantimurung Indah.
PT.Bantimurung Indah sejak tahun 1995 belum mampu memenuhi quota
permintaan ekspor yaitu 1500 ton per tahun. Pada tahun 2004, PT.Bantimurung Indah
hanya mampu mengekspor E. cottonii dalam bentuk semi carrageenan

3. Sistem Pemasaran
Sistem pemasaran di PT.Bantimurung Indah adalah sistem kontrak dengan
metode pembayaran LC (Letter of Credit) yang telah disesuaikan dengan ketentuan
ekspor dimana persyaratan pembayaran disesuaikan dengan kontrak yang telah
ditentukan pada kontrak penawaran (offer sheet) atau disebut faktur perdagangan.
Faktur perdagangan atau Commercial invoice adalah alat bukti perhitungan atas suatu
transaksi yang dilakukan antara eksportir dan importir, atau merupakan suatu nota
perhitungan yang dibuat oleh eksportir untuk importir yang berisi  Jumlah barang
(Quantity), Harga satuan (unit-price), Harga total (total price) dan Perhitungan
pembayaran (payment breakdown)
Setelah mengadakan negoisasi harga, kualitas produk, kuantitas, waktu
pengiriman, dan kelengkapan dokumen lainnya, maka dilanjutkan dengan
penandatanganan kontrak. Kadang-kadang dilakukan kontrak pada awal tahun, cara

6
ini sangat menguntungkan manajemen bisnis perusahaan karena dengan demikian
dapat memprediksi volume pengadaan bahan baku dan volume produksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan ekspor rumput
laut di PT.Bantimurung Indah dapat dilihat berdasarkan jumlah, jenis, mutu, waktu
dan harga. Kelima aspek ini dijadikan dasar pengamatan dalam penelitian ini, karena
di PT.Bantimurung Indah selalu memprioritaskan kelima aspek tersebut dalam
menjalankan proses pemasaran produknya. Dalam proses jual beli diterbitkan Offer
Sheet atau surat penawaran yang menjelaskan tentang jenis, jumlah, mutu, waktu
pengiriman dan harga produk yang diinginkan konsumen dan telah disepakati antara
perusahaan  eksportir dan importir.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran
ekspor rumput laut (E. cottonii) dalam bentuk dried seaweed dan SRC (Semi Refined
Carrageenan) seperti yang telah diuraikan, maka dapat dikatakan bahwa
keseimbangan penawaran dan permintaan ekspor di PT.Bantimurung Indah sangat
sulit terjadi. Dalam kenyataannya, keseimbangan penawaran dan permintaan tidak
sesuai dengan yang diharapkan.

4. Strategi Sistem Informasi Perusahaan Terhadap Kebutuhan Pasar


Perusahaan yang menyelaraskan antara pengunaan teknologi informasi yang
dapat mendukung dan melaksanakan atau mengimplementasikan satu atau lebih
strategi kompetisi sebagai berikut :
a. Cost leadership strategy
Sistem informasi yang mendukung strategi ini adalah perusahaan sebagai
produsen dengan biaya terendah dengan cara; menurunkan biaya dalam proses bisnis
melalui rekayasa proses bisnis, menurunkan biaya dari pemasok, menurunkan biaya
ke pelangan. Perusahaan yang menerapkan strategi ini misalnya; perusahaaan PT
Bantimurung Indah, yang mengunakan komputer yng dihubungkan dengan pasar
komoditi rumput laut untuk memonitor harga rumput laut dan membeli pada saat
harga rumput laut rendah. Perusahaaan PT Bantimurung Indah (memiliki pasokan
rumput laut), bisa membandingkan harga-harga yang ditawarkan oleh pemasok dan

7
membeli yang terendah, demgan memanfaatkan komputer. 7-eleven (prusahaan ritel
di amerika) berinvestasi sampai $200 juta untuk menemukan keinginan pelangan, dan
menentukan produk yang harus disediakan di toko, perusahaan menerapkan
pemajangan produk secara bergantian tiap jam, untuk menghemat tempat yang
sewanya yang mahal di Jepang, sehingga menghemat biaya dan menghasilkan laba
yang sangat besar. Caterpilar Company (perusahaan alat-alat berat), pernah kalah
bersaing dengan perusahaan Jepang Komatsu yang dengan harga lebih murah 40%,
namun dengan biaya $2 milyard, membangun serat optik untuk mengunakan satelit,
untuk menerapkan sistem informasi eksekutif yang dapat menganalisa data, trend dan
evalausi kinerja dialer dan pemasok-pemasok, teleconference , CIM (robot, CAD,
CAM) dibeberapa pabrik, MRP II dan sistem pembelian dan logistik. Penerapan ini
mampu menghemat biaya sediaan dalam proses sampai 60% (sampai jutaan dollar),
waktu pemesanan turun dari 40 hari menjadi 10 hari, pengiriman tepat waktu
meningkat sampai 70%, sehingga perusahaan dapat memenangkan pangsa pasar
sampai 30%.
b. Diferentaiation strategy
Sistem informasi mendukung strategi ini mampu menyediakan produk/ jasa yang
berbeda atau unik dengan nilai yang lebih besar kepada pelangan dibandingkan
dengan pesaing-pesaingnya dengan cara; mengunakan teknologi informasi untuk
membuat produk/ jasa berbeda, mengunakan teknologi informasi untuk mengurangi
keuntungan diferensiasi pesaing. Perusahaan yang mengunakan strategi ini misalnya
Digital Equipment Corporation (DEC) dengan mengunakan sistem pakar mengunakan
X-Con untuk mengkomfigurasi sistem komputer berdasarkan pesanan pembeli yang
memiliki selera yang berbeda.
c. Focus strategy
Sistem Informasi yang mendukung strategi ini dapat membantu perusahaan
memfokuskan produk/ jasa disuatu niche market khusus. Misalnya pada perusahaan
Domino’s Pizza yang memfokuskan kepada penjualan Pizza dikirim tepat waktu;
kurang dari 15 menit jika lebih akan gratis, dengan bekerja sama dengan AT&T yang
mengurus telepon yang masuk dengan menidentifikasi otomatis telepon yang masuk,
alamat yang diteuskan ke toko Domino’s Pizza yang paling dekat dengan penelpon,

8
yang membutuhkan waktu 7-11 detik. Pihak toko mengetahui nomor telepon tersebut
berdasarkan caller’s ID dan mengetahuim alamat pemesan dari basis data di
komputer, sehingga dapat mengirimkan pizza secepat mungkin.
d. Inovation strategy
Sistem informasi yang mendukung strategi ini mampu mendukung perusahaan
untuk menemukan produk/ jasa terbaru dibandingkan pesaingnya dengan cara;
membuat market baru dengan mengunakan teknologi informasi, misalnya kerjasama
Merill Lynch bekerjasama dengan Bank One untuk menghasilkan produk inovasi
berupa Cash Manajement account (CMA) dengan program ini nasabah pasar modal
dan pasar uang dapat mengetahui laporan keuangan mereka sendiri, membuat cara
baru menjual produk dan jasa yang melibatkan teknologi informasi, misalnya
McKesson Drug Company mengunakan sistem order elektronik (disebut Economost),
yang memungkinkan apotik atau toko obat memesan lewat fax, telepon maupun
online, sehingga peneremiaan order berlangsung cepat dan dapat diandalkan, dan
mengurangi tenaga kerja bagian pemesanan, serta meningkatkan loyalitas pelangan
karena hemat waktu, baiaya akurasi, biaya kenyamanan dan baiaya pulsa yang lebih
murah.
e. Aliancy strategy
Sistem informasi strategi ini mampu membuat hubungan kerjasama yang
menguntungkn dengan pemasok, perusahaan lain dan bahkan dengan pesaing-
pesaingnya dengan cara; mengunakan sistem informasi anatar organisasi untuk
menghubungkan dengan sistem-sistem informasi perusahaan lain. Misalnya
perusahaan 7-eleven Jepang bekerjasama dengan pemasok-pemasok dan lainnya.
f. Growth Stretegy
Sistem informasi ini dapat mendukung perusahaan membantu dan
mengembangkan divesifikasi pasar, misalnya Citicorp yang mengunakan ATM
pertama kali di kota New York untuk mendapatkan nasabah baru.
g. Quality Strategy
Sistem informasi yang mendukung strategi ini dapat meningkatkan kualitas dari
produk/ jasa dengan cara; mengunakan robot, CAM atau CIM untuk meningkatkan
kaulitas produk, mengunakan teknologi informasi untuk peningkatan berkelanjutan

9
dari produk. Perusahaan yang menerapkan cara ini misalnya Caterpilar Company
(CAT). Dengan demikian pemanfatan SI dapat meningkatkan daya saing atau kinerja
perusahaan (tercapainya tujuan sebuah organisasi dengan efektif dan efisien) dengan
memanfaatkan sumberdaya informasi untuk mencapai keungulan kompetitif, karena
pemanfaatan sumber daya teknologi selain dapat meningkatkan; kecepatan
(pengolahan data data pelayanan), keakuratan, efisiensi, dapat juga untuk
meningkatkan produktifitas perusahaan, diferensiasi produk atau layanan, dapat
melayani pasar khusus konsumen tertentu, dapat melakukan inovasi, memungkinkan
kerjasama antar perusahaan, menumbuhkan pasar baru dan meningkatkan kualitas
produk atau jasa. sehingga baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
meningkatkan profitabilitas perusahaan, baik berupa peningkatan pendapatan,
pengurangan biaya-biaya dan loyalitas konsumen.

5. Pendekatan Sistem Informasi Manajemen PT Bantimurung Indah Maros


Salah satu metode yang menggunakan pendekatan sistem untuk
mengembangkan sistem informasi, yang paling umum dalam analisis dan desain
sistem organisasi, disebut sebagai multistep, proses berulang-ulang yang disebut
sebagai System Development Life Cycle (SDLC). Pengembangan sistem informasi
yang dilakukan secara teratur, berurut serta memiliki tahapan pengembangan yang
cukup dalam untuk mendapatkan hasil yang baik. Tahapan pengembangan terdiri dari
a) Merencanakan pengembangan pusat informasi
Mendefinisikan masalah, mengidentifikasi kendala-kendala sistem,
melakukan studi kelayakan baik secara teknis dan ekonomis.
b) Menganalisa sistem apabila proyek layak diteruskan
Mengorganisasikan kelompok/tim pengembangan, mengumpulkan
kebutuhan informasi dan menyiapkan usulan rancangan sistem.
c) Perancangan sistem. Menyiapkan rancangan sistem, prosedur, dan program.
d) Implementasi

10
Merencanakan implementasi, mencari hardware dan software yang baik,
menyiapkan fasilitas fisik, melakukan training dan menyiapkan konversi atau
imigrasi.
e) Pemeliharaan sistem. Mengaudit ulang, menjaga kestabilan sistem dan
meningkatkan performance.

11
B. PG Arasoe Bone
1. Data Produksi
Kebun tebu dikelola dengan menggunakan manajemen perusahaan
perkebunan(estate) dimana PG sekaligus memiliki lahan HGU (HakGunaUsaha).
Sebagian besar tanaman tebu dikelola oleh rakyat. Umumnya melakukan hubungan
kemitraan dengan petani tebu.

Data giling PG Arasoe Bone

LuasGiling(Ha) 4.914
TebuGiling(Ton) 128.477
Tebu(Ha) 25,14
Rendemen(%) 5,43
ProduksiGula(Ton) 6.997
ProduksiTetes(Ton) 5.969
AwalGiling 14 Juli2011
AkhirGiling 14 Okt2011

2. SELAYANG PANDANG PG BONE


1. Nama perusahaan : PTP. NUSANTARA XIV ( PERSERO )
PABRIK GULA BONE - ARASOE
2. Jenis badan usaha : Badan Usaha Milik Negara ( BUMN )
3. Alamat perusahaan : Arasoe, Kec. Cina - Kab. Bone, Sulawesi Selatan
4. No. telp : ( 0481 ) 2000253
5. No. fax : ( 0481 ) 2000269
6. Email : pabrik_gula_bone@yahoo.co.id
7. Status permodalan : Pemerintah
8. Bidang usaha/kegiatan : Industri Gula Putih
9. Dokumen Andal : SEL ( Study Evaluasi Lingkungan )
Revisi Dokumen Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan
10. Penanggung jawab : Ir. H. Luckman Hadi MM.
11. Ijin yang terkait Amdal - Andal: Revisi Dokumen RKL-RPL ( belum selesai )

12
- Izin Pembuangan Air Limbah : No. 182/VIII-BLHD/2010
- Limbah B3 : No. 08 tahun 2012 ( dalam proses persetujuan )

3. LOKASI USAHA
1. Lokasi : Arasoe, Kec. Cina - Kab. Bone, Sulawesi Selatan
2. Alamat : Arasoe, Kec. Cina - Kab. Bone, Sulawesi Selatan
3. Telp. : ( 0481 ) 2000253
4. Luas lahan : 10.253,29 Ha
5. Luas HGU= 7.777,13 Ha; Luas Kebun= 2.476,16 Ha

4. DISKRIPSI KEGIATAN
1. Gambaran Umum
PT. Perkebunan Nusantara XIV ( Persero ) merupakan Badan Usaha Milik
Negara ( BUMN ), yang terletak di bidang subsektor Perkebunan dan Pengolahan
hasil perkebunan yang salah satu unit usahanya adalah Perkebunan Tebu dan Pabrik
Gula Bone-Arasoe. Kegiatan usaha ini diharapkan turut berpartisipasi dalam
penyediaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan petani / tenaga kerja, peningkatan
pemasukan pajak dan penghematan devisa negara.
2. Uraian Singkat Kegiatan
Kegiatan perkebunan tebu PG. Bone-Arasoe yang telah, sedang dan akan
dilaksanakan antara lain:
2.1. Tahap Penelitian dan Persiapan
a. Kegiatan penelitian
b. Pembangunan pabrik dan Kebun
c. Pembebasan lahan
2.2. Pembangunan Kebun
a. Penyiapan bibit dan pengolahan tanah
b. Penanaman ( pengadaan bibit, pembuatan kasuran )

13
c. Pemeliharaan ( pengairan, pemupukan, pembubunan, pengendalian hama dan
penyiangan )
2.3. Tahapan produksi sampai pemasaran
a. Analisa pendahuluan
b. Penebangan dan pengangkutan
c. Proses pengolahan gula
d. Pengolahan cemaran dan limbah
Dalam kegiatan penanaman, pengangkutan dan sebagainya dilakukan oleh pihak
swasta, demikian pula pengairan ( jika dimungkinkan ), pemeliharaan ( penyiangan
dan pemupukan ) serta pemanenan. Pengangkutan tebu ( bibit maupun hasil panen )
serta pupuk dan sebagainya, dilakukan oleh pabrik, swasta maupun masyarakat pada
umumnya menggunakan traktor, garu dan truck.
Keterbatasan pabrik gula disini, terutama untuk menghindari ketidakmampuan /
keterbatasan pihak swasta dalam melakukan pekerjaan, maupun untuk menekan
keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
Hasil panen yang sudah diangkut ke pabrik, kemudian ditimbang dan selanjutnya
dimasukkan ke pabrik penggilingan untuk diolah menjadi gula.

5. PROSES PEMBUATAN GULA


Diskripsi Proses.
a. Bahan Baku Tebu
Bahan baku tebu disuplay dari wilayah kerja Pabrik Gula Bone – Arasoe sendiri
dan direncanakan sesuai RKAP 2012 dengan jumlah tebu = 162.573 Ton dg
rendemen= 6,30% Tebu dari kebun tebu diangkut ke cane yard pabrik gula dengan
menggunakan truck.

a. Tahapan Proses
Ada beberapa tahapan proses pembuatan gula sebagai berikut :
1. Tahap Pemerahan nira tebu
2. Tahap Pemurnian nira

14
3. Tahap Penguapan air
4. Tahap Pengkristalan
5. Tahap Pemisahan kristal / penyelesaian.

b. Tahap Pemerahan Nira


1. Tebu yang berasal dari kebun dibawa ke PG. Bone-Arasoe, kemudian ditimbang
untuk diketahui bobotnya. Setelah itu dibawa ke cane yard untuk menunggu giliran
digiling yg dilakukan secara FIFO ( First In First Out ), tebu yang datang di awal
maka akan digiling lebih dahulu.
2. Kemudian tebu dari cane yard dimasukkan ke stasiun gilingan. Di stasiun gilingan
ini batang tebu dipotong-potong dan dicacah pada unit cane cutter I / II dan
hummer schredder, kemudian cacahan tebu tersebut diperah pada unit gilingan
sehingga dihasilkan nira tebu dan ampas.
Pada unit gilingan terdapat 5 ( lima ) unit gilingan, tebu akan mengalami
pemerahan 2 ( dua ) kali tiap unit gilingan sehingga pada unit gilingan tebu akan
diperah sebanyak 10 kali. Untuk mengoptimalkan pemerahan nira maka air
imbibisi diberikan pada ampas tebu keluar dari gilingan 3 dan 4 dengan harapan
gula yang terikut ampas sekecil mungkin.
3. Penggerak yang digunakan untuk pemerahan tebu pada tiap-tiap peralatan
gilingan adalah elektro motor.
4. Nira hasil pemerahan tebu dari stasiun gilingan disebut dengan nira mentah.
Selanjutnya dipompakan ke stasiun pemurnian, sedangkan ampas tebu digunakan
sebagai bahan bakar pembuatan steam (uap baru ) di stasiun pembangkit tenaga
uap ( boiler / ketel ).
5. Sebelum nira mentah dipompakan maka pada nira tersebut diberi larutan asam
phospat cair secara tetesan.
6. Perlakuan lain untuk membantu kinerja gilingan adalah dengan melakukan
sanitasi gilingan dengan menggunakan steam blazer, disinfektan.

15
7. Potensi pencemaran limbah dari stasiun gilingan yaitu limbah minyak pelumas
mesin, air pendingin mesin yang terkontaminasi rembesan minyak atau tumpahan
nira.
Untuk mengatasi sumber pencemaran ( limbah cair ) disini dilakukan In House
keeping ( melokalisir cemaran ).

c. Tahap Pemurnian Nira


1. Tujuan pemurnian nira adalah untuk memisahkan kotoran-kotoran ( organik
dan anorganik ) yang terdapat dalam nira tebu dengan suatu proses khemis, fisis dan
fisis khemis dengan menggunakan bahan pembantu proses kapur, belerang, asam
phospat dan floculant.
2. Nira mentah hasil pemerahan tebu di stasiun gilingan dipompakan ke timbangan
nira mentah ( boulogne scale ), nira tersebut ditimbang untuk mengetahui berat nira
mentah yang dihasilkan dari pemerahan sejumlah tebu yang digiling.
3. Nira mentah yang telah di timbang kemudian dipompakan ke alat pemanas
pendahuluan pertama ( primary juice heater / PP–I ), dipanaskan dengan uap bekas /
uap nira sampai suhu nira ± 75 °C dengan maksud untuk mematikan
mikroorganisme, menghilangkan protein , mempercepat reaksi kimia antara
komponen-komponen yang terdapat dalam nira dengan bahan pembantu proses yang
digunakan.
4. Nira mentah setelah dipanasi kemudian dimasukkan ke dalam bejana defecator I
dan II, didalam bejana ini ditambahkan larutan susu kapur dengan kekentalan 3 - 4 °
Baume, sehingga mencapai pH 8.6 – 9.0.
Untuk mempercepat reaksi kimia dilakukan pengadukan dengan stirrer.
5. Kemudian nira mentah terkapur ini dialirkan masuk ke dalam bejana sulfitasi nira
mentah. Kelebihan kapur akan di netralisir dengan pemberian gas belerang ( gas SO 2
), sampai pH nira mentah tersulfitir mencapai pH 7,2.
6. Reaksi yang terjadi pada kedua proses tersebut diatas sbb.
3Ca2+ + PO43- Ca3(PO4 )2
Ca2+ + SO2 CaSO4

16
7. Nira mentah tersulfitir kemudian dipompakan kedalam pemanas pendahuluan II (
secondary juice heater / PP- II ), untuk dipanaskan dengan uap bekas / uap nira
sampai suhu mencapai ± 110 °C . Dimaksudkan untuk mempercepat reaksi /
menyempurnakan reaksi, membunuh microorganisme dan untuk memudahkan
pengeluaran udara yang terkandung dalam nira mentah tersebut.
8. Setelah nira dipanaskan kemudian dialirkan ke dalam flash tank agar udara yang
terkandung dalam nira mentah tersulfitir keluar.
9. Nira dari flash tank mengalir masuk ke dalam snow balling yang sebelumnya
diberi larutan floculant kemudian mengalir ke bejana pengendap ( dorr clarifier ).
Pada alat ini akan terpisahkan antara nira jernih dan nira kotor berupa endapan ( slury
).
10. Nira jernih dimasukkan ke dalam tangki penampung nira jernih (clear juice tank ).
Dari clear juice tank di panaskan kembali ke PP.III ( pre evaporator ) untuk
kemudian dipompakan ke evaporator. Sedangkan nira kotor dipompa ke alat penapis
( rotary vacuum filter ).
11. Nira kotor diproses dalam rotary vacuum filter, dipisahkan antara nira dan
kotorannya.
12. Nira hasil pemisahan dari rotary vacuum filter disebut sebagai nira tapis,
dipompakan ke tangki nira mentah setelah tertimbang untuk diolah kembali bersama-
sama dengan nira mentah.
13. Sedangkan kotorannya disebut blotong ( filter cake ) dimasukkan ke dalam bak
truck dan dibuang ke lokasi pembuangan blotong / lahan tebu.
14. Blotong ini dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik
biokompos.
15. Potensi pencemaran limbah di Stasiun Pemurnian ini adalah :
a) Limbah cair bekas sekrapan pemanas nira.
b) Limbah udara / gas SO2, sisa / kelebihan dari proses pembakaran belerang ataupun
bocoran–bocoran pipa gas SO2.
c) Ceceran dari blotong ( limbah padat )

17
d. Tahap Proses Penguapan
Tujuan penguapan adalah untuk menghilangkan kandungan air yagn ada dalam
nira jernih sampai dengan kekentalan tertentu
Nira jernih hasil proses pemurnian nira masih banyak mengandung air ( ± 80 % )
maka untuk menghilangkannya dilakukan penguapan nira dalam evaporator. Terdapat 4
( empat ) unit evaporator yang bekerja secara quadruple effect. dioperasikan secara seri
dan satu unit tidak dioperasikan untuk dilakukan pembersihan / sekrap.
Dari proses pemanasan nira dihasilkan kondensat dan air yg menguap dari nira. Uap
nira ini suhunya cukup tinggi ( ± 110 °C ) digunakan sebagai bahan pemanas pada
badan ke II, selanjutnya uap nira badan II dipergunakan sebagai pemanas badan III dan
uap nira badan III dipergunakan sabagai pemanas badan IV, uap nira dari badan IV
( terakhir ), masuk ke dalam kondensor .
Nira dari BP I mengalir ke BP II, III dan selanjutnya ke BP IV dan dihasilkan nira
kental serta kondensat. Kondensat yang tidak mengandung gula digunakan sebagai air
pengisi ketel untuk pembuatan steam di stasiun ketel / boiler sedangkan yang
mengandung gula dipergunakan untuk air proses (air imbibisi, air siraman puteran , air
siraman rotary vacuum filter, pelarut kapur dsb ).
Nira kental BP akhir masuk / dipompakan ke dalam bejana sulfitasi nira kental,
kemudian dihembuskan gas SO2. Nira kental yang berwarna coklat tua di bleaching /
dipucatkan dengan gas SO2 menjadi berwarna coklat muda, dengan pengaturan pH
sampai dengan 5,4 – 5,6.
Nira kental tersulfitir ini kemudian digunakan sebagai bahan baku proses
kristalisasi di stasiun masakan / kristalisasi.

e. Tahap Pengkristalan
Proses kristalisasi adalah proses penguapan air yang dimulai tepat sebelum kondisi
dimana kristal mulai terbentuk dalam larutan dan dilanjutkan sampai konsentrasi
maksimum sehingga larutan yang ada hanya menempati sisa-sisa ruang diantara kristal.
Campuran kristal dan larutan induk semacam ini disebut Massecuite.

18
Bahan dasar dari proses kristalisasi adalah nira kental dari Evaporator yang memiliki %
brix 60 – 65.
Mengingat peralatan yang ada, proses kristalisasi dilakukan dalam beberapa tahap
sehingga diperoleh tetes dengan kadar gula serendah mungkin. Tahap / tingkat masak
tergantung dari kemurnian bahan yang diolah
Skema masak di Pabrik Gula Bone-ArasoE adalah : A - C – D.
Tahapan–tahapan dalam proses kristalisasi adalah menarik hampa, menarik larutan,
membuat bibit, membesarkan kristal, memasak tua dan menurunkan masakan.
Utk menghindari terjadi karamel, proses kristalisasi dilakukan pada kondisi vacuum ± 64
cmHg. Unit pembuat vacuum terdiri dari : kondensor, pompa vacuum dan air injeksi.
Sebagai bahan pemanas digunakan uap nira / bekas
Potensi pencemaran limbah cair di stasiun kristalisasi ini adalah :
d) Air kondensor yang tercemari nira.
e) Air bekas masak soda pada akhir giling.

f. Tahap Pemisahan Kristal dan Penyelesaian


1. Stasiun Puteran
Bertujuan untuk memisahkan kristal dengan larutan / stroop. Proses pemisahan
kristal dari stroop dilakukan dengan menggunakan alat puteran yang bekerja berdasarkan
gaya sentrifugal.
Ada dua jenis puteran yaitu : High Grade Fugal ( HGF ) dan Low Grade Fugal
( LGF )
Puteran HGF bekerja secara diskontinu / kontinyu dan digunakan untuk memutar
masakan dengan kemurnian ( HK ) tinggi, yaitu: gula SHS dan masakan A
Puteran LGF bekerja secara kontinu dan digunakan untuk memutar masakan dengan
kemurnian ( HK ) rendah, yaitu: masakan C, masakan D dan gula DI.

19
2. Stasiun Penyelesaian
Secara umum proses ini terdiri-dari : pengeringan,pendinginan , penyaringan dan
pengemasan gula produk. Pengeringan dilakukan dalam ruang terbuka yang
dihembuskan udara kering panas bersuhu 80 ° - 90 ° C. Pendinginan dilakukan dengan
menghembuskan udara kering kepada kristal, sehingga kristal menjadi dingin dengan
suhu 30 - 35 °C. Mutu gula produk ditentukan oleh besar kristal. Maka sebelum
ditimbang, gula terlebih dahulu disaring pada talang. Gula yang ukuran kristalnya
memenuhi spesifikasi ditampung dalam sugar bin, kemudian ditimbang dan dikemas
dalam zak sebera

( Blok diagram dapat dilihat pada gambar 1.1 )

20
BAGAN
PROSES PRODUKSI GULA
DI PABRIK GULA BONE - ARASOE

TEBU

Imbibisi ST. GILINGAN Ampas


Surf actan
Nira Mentah Nira Tapis
Ca(OH) 2
Gas SO2 ST. PEMURNIAN Nira Kotor
P2O5 Cair
Floculant Nira Jernih Blotong

ST. PENGUAPAN Condens


Uap Nira
Nira Kental

Fondan ST. KRISTALISASI Condens

Massecuite

ST. PUTERAN Stroop

Gula Tetes
Gula
Halus dan ST. PENYELESAIAN
Krikilan

PRODUKSI
GULA KRISTAL PUTIH

BABGULA
GUDANG IV

21
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas adapun kesimpulan yang dapat kami ambil yaitu
pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen yang terdapat dimasing-masing PT
tidaklah jauh berbeda dengan mata kuliah Sistem Informasi Manajemen yang
didapatkan di rana perkuliahan.
Berikut merupakan uraian mengenai kesimpulan yang dapat kami paparkan
berdasarkan pembahasan di atas, yaitu:
1. Sistem Informasi Manajemen yang diterapkan oleh PT Bantimurung Indah Maros,
yaitu System Development Life Cycle (SDLC). Pengembangan sistem informasi yang
dilakukan secara teratur, berurut serta memiliki tahapan pengembangan yang cukup
dalam untuk mendapatkan hasil yang baik.
2. Sistem Informasi yang diterapkan oleh PG Arasoe Bone, sistem informasi
berdasarkan hasil pengelolaan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas adapun saran yang dapat kami berikan, yaitu
sebagai berikut.
1. Untuk PT Bantimurung Indah Maros, semoga dapat memperbaiki kinerja dalam
hal sistem informasi manajemen yang ada.
2. Untuk PT Bantimurung Indah Maros, agar dapat menerima pengunjung
berikutnya dengan keadaan terbuka.
3. Untuk PT Bantimurung Indah Maros, semoga dalam proses produksi yang
dilakukan dapat terus berkembang dan dapat menerapkan teknologi yang telah ada
sebaik mungkin.
4. Untuk PT Bantimurung Indah Maros, semoga produksinya dapat bangkit kembali
seperti halnya pada awal berdirinya Industri ini.
5. Untuk PT Bantimurung Indah Maros, agar kiranya mampu mempertahankan
sistem-sistem yang telah dibangun bahkan lebih meningkatkannya lagi.

22
6. Untuk PG Arasoe Bone, terimakasih atas sambutan hangat yang diberikan kepada
kami, semoga hal tersebut dapat tetap dipertahankan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin. Pengantar Sistem Informasi Manajemen.

Hidarwati, Ririn. dkk. 2011. Perancangan Sistem Informasi Penjaminan Mutu Tenaga
Penyuluh di Perkebunan Inti Rakyat Tebu “Agri Makmur. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.

Kasman. 2010. Laporan selama praktek. http://kasmanlaporan.blogspot.com/, diakses


tanggal 30 Maret 2013.

Prasetyo, Andi Tri. 2010. Laporan Kunjungan Pabrik. Surakarta: Universitas


Muhammadiyah Surakarta.

Pusinfo. 2013. Sejarah Pendirian Perusahaan. http://www.lpp.ac.id/ptpn.php?


id=251, diakses tanggal 30 Maret 2013.

Putra, Endro Dwi. 2010. Definisi, Fungsi, dan gambaran umum sistem informasi
manajemen. http://endrodp.blogspot.com/2012/01/definisi-fungsi-dan-gambaran-
umum.html. Diakses tanggal 3 April 2013.

Qicil. 2012. Penerapan ERP Pada PT Indofood. Qicil blog. Diakses tanggal 29 Maret
2013.

Roslindah. 2011. Analisis Ketidakseimbangan Penawaran dan Permintaan Eksport


Rumput Laut (Eucheuma cottonii) di Sulawesi Selatan. Sulawesi Tenggara:
Unhalu.

Rusajun, Alim. 2011. Hasil Praktek Budidaya Tebu Di PG. Camming Kab. Bone.
http://alimrusajun.blogspot.com/2011/08/hasil-praktek-budidaya-tebu-di-pg.html.
Di akses 1 April 2013.

24
LAMPIRAN

Foto Kegiatan Kunjungan Industri (Field Trip)

1. PT BANTIMURUNG INDAH

25
2. PG ARASOE BONE

26
27
28

Anda mungkin juga menyukai