Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dan tak lupa pula kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya.
Kami sangat berharap Makalah Manajemen Industri Rumput Laut dengan
judul “Lembaga-Lembaga yang Terkait Pengelolaan Industri Rumput Laut” dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita khususnya
bagi pembaca. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah ini telah disusun dan dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................... i
PRAKATA........................................................................................ ii
DAFTAR ISI..................................................................................... iii
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................... 1
1.2. Tujuan Pembuatan Makalah................................................... 2
1.3. Manfaat Pembuatan Makalah................................................. 2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumput Laut.......................................................................... 3
2.2. Kelembagaan........................................................................ 4
III PEMBAHASAN
3.1. Kelembagaan Industri Rumput Laut...................................... 5
IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan........................................................................... 8
4.2. Saran..................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Secara nasional produksi rumput laut pada tahun 2011 hanya 4,3 juta ton
dimanfaatkan, produksi rumput laut yang dapat dihasilkan bisa mencapai sekitar
17,774 juta ton per tahun. Apabila dihitung dengan tingkat harga rata-rata Rp
adalah usaha budidaya rumput laut umumnya berskala kecil dengan lokasi yang
lainnya karena: (a) budidaya rumput laut tidak membutuhkan biaya investasi
ataupun biaya operasional yang besar; (b) usaha budidaya rumput laut
budidaya rumput laut cukup cepat karena masa panen yang singkat (45 hari);
1
dan (d) tingkat permintaan pasar sangat tinggi dan menunjukkan kecenderungan
digunakan sebagai bahan baku mentah (raw seaweeds) sehingga belum ada
upaya menciptakan nilai tambah bagi komoditi rumput laut. Penerapan lembaga-
lembaga industri rumput laut yang baik tentunya diperlukan dalam upaya
meningkatkan nilai tambah dari komoditi rumput laut dalam proses pemasaran.
anggotanya.
kepentingan anggotanya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sebagai komoditas ekspor dalam bentuk raw material saat ini sudah mulai
bergeser menjadi produk yang memiliki nilai tambah tinggi, yaitu dalam bentuk
alkali treated cottonii (ATC). ATC merupakan suatu produk semi jadi yang
berasal dari proses pengolahan rumput laut Eucheuma sp. yang pada umumnya
adalah tidak terdapatnya jaminan pasokan bahan baku yang tepat jumlah,
mempunyai akar, batang maupun daun sejati. Akan tetapi hanya menyerupai
batang yang disebut thallus. Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan
dirinya pada karang, lumpur, pasir, batu, dan benda keras lainnya. Selain benda
mati, rumput laut pun dapat melekat pada tumbuhan lain secara epifitik.
3
2.2. Kelembagaan
etik, sikap dan tingkah laku seseorang, organisasi atau suatu sistem. Inilah yang
menata siklus aquabisnis rumput laut. Hal ini karena tidak dapat dipungkiri
kegiatan hulu (on farm) maupun di hilir (off farm). Jika diibaratkan kegiatan usaha
merupakan sebuah rantai, maka kondisi saat ini menunjukkan performa mata
rantai yang kurang baik, sehingga antar subsistem belum mampu berjalan dan
Indonesia masih dikendalikan oleh buyer dari luar. Karenanya langkah yang
rumput laut nasional dari hulu ke hilir. Membuat “cetak biru ” pengembangan
kementerian terkait dari pihak pemerintah dan pelaku usaha di pihak lain seperti
4
umumnya tidak berlanjut kepada industri pengolahan. Hal ini menyebabkan nilai
tambah rumput laut hanya sampai kepada produk rumput laut kering (BI, 2008).
BAB III
PEMBAHASAN
Modal yang diberikan berupa uang tunai, tali, bibit, mesin, dan perahu.
pengumpul sebagai sumber modal untuk berusaha tani rumput laut karena
prosesnya cepat dan pemasaran hasil produksi rumput laut terjamin karena
5
Kelembagaan yang berkaitan dengan penyedia informasi, petani rumput
berupa harga jual rumput laut, penanganan hama dan penyakit, serta
pembibitan. Penyuluh ikut terlibat dalam pemberian informasi kepada para petani
rumput laut.
konsumen jauh berbeda. Hal ini disebabkan adanya fungsi-fungsi oleh lembaga
tersebut yaitu fungsi pertukaran (exchange), fungsi penyediaan fisik dan logistik,
hasil dari rumput laut harus dijual sama pedagang pengumpul, penyuluh terlibat
d. Lembaga tataniaga
terjadi antara titik produksi hingga titik konsumsi dan fungsi-fungsi tata-niaga
saluran tataniaga.
6
Fungsi tataniaga digunakan untuk mengetahui kegiatan tataniaga yang
sampai ke konsumen. Fungsi terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi
fasilitas (Limbong dan Sitorus 1985; Kohls dan Uhl 2002; Asmarantaka 2009).
e. Lembaga penelitian
dan informasi tambahan kepada pemerintah dan para pelaku usaha rumput laut
aktor utama lainnya yaitu Government Actor dan Private Actor yang juga bisa ikut
yang bisa memberikan bantuan baik kepada pemerintah atau para pelaku usaha
7
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
terdiri dari lembaga penyedia modal, lembaga penyedia informasi, dan lembaga
4.2. Saran
melalui lembaga.
8
DAFTAR PUSTAKA
Kohls RL, Uhl JN. 2002. Marketing of Agricultural Products Ninth Edition. USA :
Prentice – Hall Inc.
9
10