PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha budidaya ikan.
Kebutuhan pakan ikan meliputi jenis, jumlah dan kualitas bahan pakan yang diberikan
kepada ikan secara langsung akan dapat mempengaruhi produksi dan produktifitas ikan yang
dipelihara.
Penyediaan pakan yang murah, dari bajan-bahan lokal yang tersedia secara terus
menerus di sekitar tempat usaha budidaya serta dapat memenuhi kebutuhan gizi ikan, perlu
diupayakan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dalam menunjang keberhasilan.
Pakan buatan dapat diramu dari beberapa macam bahab baku pakan dan diolah menjadi
bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan. Bahan pakan yang digunakan sebaiknya
disesuaikan dengan sumber daya alam yang terdapat di sekitar fasilitas budidaya sehingga
biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin. Dengan demikian, komposisi bahan baku
pakan buatan dapat berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya.
Kebutuhan nutrient setiap jenis ikan pada fase pertumbuhan yang berbeda akan berbeda
jug. Ini berarti bahwa pakan dengan komposisi asam amino, asam lemak esensial dan
makronutrien yang memenuhi persyaratan tertentu harus dibuat dari bahan baku yang
ketersediaannya selalu berubah karena tergantung pada beberapa faktor ekonomi, biologi dan
ketersediaan limbah di daerah setempat. Adakala bahan baku alami yang semula sesuai untuk
bahan pakan menjadi tidak layak setelah dijumpai cara pengolahan yang lebih
menguntungkan
Pakan buatan dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu pakan lengkap (complete
feed) dan pakan suplemen (supplemental feed). Pakan lengkap adalah pakan yang
diformulasikan sedemikian rupa sehingga menjadi memiliki semua vitamin esensial dalam
jumlah yang dibutuhkan oleh ikan. Pakan ini lebih ditujukan untuk memberikan pertumbuhan
normal bagi ikan yang tidak mendapatkan suplai vitamindari pakan alami atau ikan yang
dibudidaya secara intensif. Pakan suplemen adalah pakan yang diformulasi sedemikian rupa
sehingga mengandung protein dan energi memadai, tetapi mungkin kekurangan mikronutrien
tertentu. Pakan ini mengandung beberapa vitamin dan mineral tertentu untuk melengkapi
nutrien yang diperoleh ikan dari pakan alami. Pakan suplemen biasanya digunakan pada
pemeliharaan ikan yang masih mengandalkan pakan alami, seperti alga, zooplankton,
serangga dan lain-lain.
Pemberian pakan buatan dilakukan sejak cadangan makanan dalam kantung kuning
telur ikan habis. Larva ikan membutuhkan pakan berbentuk suspensi karena ukuran mulutnya
relatif kecil dan organ pencernaannya belum berkembang secaa sempurna. Dengan
bertambahnya umur ikan, bentuk dan ukuran pakan harus disesuaikan.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan pakan buatan adalah
sebagai berikut :
1. Produksi ikan di kolam dapat ditingkatkan melalui padat penebaran tinggi dan waktu
pemeliharaan yang relatif singkat.
2. bahan baku pakan dapat berupa limbah industri pertanian, perikanan dan makanan
yang bernilai ekonomis rendah tetapi masih mengandung nilai gizi tinggi.
3. pakan buatan dapat disimpan dalam waktu relatif lama tanpa terjadi perubahan
kualitas yang mengganggu. Dengan demikian kebutuhan pakan dapat terpenuhi setiap
saat.
4. pemberian pakan buatan dapat mengubah warna dan rasa daging ikan disesuaikan
dengan selera konsumen. Penambahan lemak dalam jumlah tertentu menjadikan
daging ikan bertambah gurih. Pemberian kepompong ulat sutra dapat memperbaiki
aroma daging ikan \
Dengan demikian, hal penting perlu diperhatikan dalam memproduksi pakan bukannya
pada aspek ekonomis, dimana yang dihasilkan dapat terjangkau oleh kekampuan petani ikan.
Tujuan / Saran
Ruang Lingkup
o Alat dan mesin pengolahan pakan dalah peralatan myang digunakan dalam
proses pengolahan pakan
o Analisis proksimat adalah pengujian laboratorium terdapat bahan pakan yang
parameter kadar air, protein, lemak, serat kasar, abu, kalsium (Ca) dan fosfor
(P)
o Formulasi adalah suatu tahap kegiatan dalam proses produksi pakan untuk
membangun pakan dengan nutrisi yang ditentukan
o Pabrik pakan (Feed PlanT) diartikan sebagai unit industri pengolahan pakan.
o Pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan sebagai sumber energi dan
zat kecuali air. Dapat dalam bentuk pelet, mash ataupun crumble.
o Pakan bentuk pelet adalah pakan yang berasal dari formulasi berbagai bahan
pakan yang telah ditentukan dan diolah dengan mesin pelet sehingga menjadi
padatan dengan bentuk tabung, dengan ukuran diameter dan panjang yang
disesuaikan kebutuhan
o Pengujian mutu pakan adalah kegiatan dan atat cara menguji sampel pakan
untuk mengetahui mutunya, baik secara fisika, kimia maupun biologi.
PABRIK PAKAN SEKALA KECIL
Lokasi
3. Memudahkan pengontrolan
Bangunan pabrik tidak perlu terlalu ideal ataupun mewah, namun harus memenuhi
beberapa persyaratan sebagai berikut.
1. Bangunan bersifat melindungi, baik terhadap bahan, peralatan maupun produk yang
dihasilkan
2. Bangunan melindungi dari sinar matahari
Gudang produk
Sanitasi
Ruang administrasi
Alat pengemas
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya karena pertimbangan ekonomi bahan baku
yang digunakan pembuatan pakan ikan umumnya mempunyai kualitas lebih rendah
dibandingkan dengan bahan baku untuk produk pangan. Bahan baku pakan sebaiknya lebih
banyak mengandalkan protein yang tersedia di sekitar lokasi budi daya.
Bahan baku yang digunkan sangat menentukan kualitas pakan buatan yang dihasilkan.
Sedikitnya ada lima persyaratan yang sebaiknya dipenuhi dalam pemilihan bahan baku yaitu :
2. Mudah di cerna
Bahan baku pakan buatan hendaknya mudah dicerna oleh ikan agar nilai efesiensi
pakannya cukup tinggi. Ada beberapa bahan baku pakan yang membutuhkan perlakuan
lebih lanjut untuk meningkatkan ketercenaannya. Sebagai contoh, kacang kedelai dalam
bentuk mentah mengandung enzim tripsin inhibitor yang dapat menghambat aktivitas
enzim tripsin sehingga menukar ketercernaannya. Pemanasan dengan autoklaf pada
suhu 140 – 150o C sehingga 2.5 menit dapat menghilangkan tripsin inhibitor sehingga
derajat ketercernaannya meningkat.
Racun adalah zat yang dapat menyebabkan sakit atau kematian apabila masuk ke dalam
tubuh. Kemungkinan terdapatnya racun dalam bahan baku pakan harus dideteksi sedini
mungkin agar tidak membahayakan ikan peliharaan. Racun yang biasa mencemari
bahan baku pakan antara lain obat pemberantas ham, buangan industri, hasil aktivitas
mikroba, hasil proses oksidasi atau sisa oli dan bahan bakar pada saat pembuatan pakan
4. Mudah diperoleh
Pengeluaran terbesar dalam budidaya ikan secara intensif adalah biaya pengadaan
pakan. Apabila bahan baku pembuatan pakan sulit diperoleh, biaya pengadaan pakan
juga akan meningkat. Bahan baku pakan yang mudah diperoleh dengan harga murah
antara lain limbah pasa, limbah rumah tangga, limbah rumah makan, limbah industri
makanan (seperti pabrik pengalengan ikan, pabrik kecap) dan limbah pertanian. Dengan
menggunakan bahan yang ada disekitar kita maka biaya untuk bahan baku dapata
ditekan, namun perlu juga diperhatikan kesetimbangan nutrisinya sehingga pakan yang
dihasilkan bisa mencukupi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan ikan sebaiknya bukan merupakan
kbutuhan pokok manusia sehingga tidak terjadi persaingan. Bahan baku yang masih
dapat dimanfaatkan oleh manusia harganya relatif tinggi sehingga kurang efisien
apabila digunakan sebagai bahan baku pakan
Selain kualitas, perlupula dijaga kuantitas dan kontinuitas dari bahan yang digunakan
tersebut, sehingga pakan yang dihasilkan tidak mengalami fluktuasi kualitas yang tinggi.
Untuk menjaga kesetabilan kualitas pakan, maka dilakukan penambahan bahan yang
merupakan campuran bahan mikro dalam bentuk premix
PROSEDUR PEMBUATAN PAKAN IKAN
Apabila dirangkai dalam suatu kesatuan proses, maka pembuatan pakan ikan dengan
memanfaatkan berbagai bajan baku terpilih sesuai dengan formulasi yang di kehendaki dan
memanfaatkan seri peralatan pembuatan pakan sehingga menghasilkan produk dalam bentuk
pelet melewati tahap-tahap seperti bagan alir di bawah ini :
Mengukur Efisiensi Penggunaan Pakan
Untuk mengukur efisiensi penggunaan pakan, ada beberapa parameter yang dapat
digunakan :
Pengukuran dengan rasio konversi pakan atau Feed Conversion Ratio (FCR), yaitu
perbandingan antara berat pakan yang diberikan dibandingkan dengan jumlah berat ikan
yang dihasilkan. Dapat dihitung menggunakan rumus sbb “
FCR =
Nilai umum FCR sekitar 2-2,5 atau kurang dari itu. Semakin kecil nilai FCR berarti
semakin efisien penggunaannya
Laju pertumbuhan
Selain jumlah pakan yang dibutuhkan, untuk menunjukan efisiensi pakan dihitung pula
lama waktu yang diperlukan untuk mencapai ukuran yang diharapkan. Lama wakti ini
terkait dengan laju pertumbuhan (growth rate) ikan, dimana makin tinggi laju
pertumbuhan maka waktu yang dibutuhkan untuk budidaya juga semakin singkat, yang
menunjukan penggunaan pakan yang efisien.
Bahan baku pembuatan pakan ikan terbagi menjadi 2 yaitu bahan baku hewani dan
nabati. Perbedaan kedua bahan baku ini terletak pada kualitas dan kandungan nutrisi di
dalamnya. Bahan hewani dan hasil ikutannya mengandung protein dan asam amino yang
tinggi dan mudah dicerna olah ikan. Protein yang terkandung dalam bahan baku nabati dan
hasil ikutannya memiliki asam-asam amino yang tidak begitu lengkap dan sebagian susah
dicerna oleh ikan
Bahan-bahan baku pembuatan pakan ikan yang digunakan berfungsi untuk sumber
protein, sumber energi, sumber mineral, dan sumber vitamin. Bahan baku dapat dikatakan
sebagai sumber protein bila kadar protein kasarnya melebihi dari 19%. Sementara untuk
bahan baku yang mengandung protein kasar kurang 16% dan serat kasarnya lebih kecil dari
18% digolongkan sebagai bahan baku sumber energi. Dipilihnya berbagai bahan baku ikan
bertujuan untuk menghasilkan komposisi kyang diinginkan.
Jagung
Dedak padi
Bungkil kedelai
Tepung ikan
Minyak nabati
Minyak ikan
2 Dedak padi 87,8 11,4 12,3 11,8 10,5 0,11 1,39 1630
.4 Tepung ikan 88,5 55,7 8,1 1,5 20,3 4,75 2,45 3190
5 Bungkil kedelai 88,1 46,9 3,65 7,68 3,65 0.32 0,64 4326
Ket :
P : Protein P : Fospor
SK : Serat Kasar
Nilai nutrisi ini tidak baku, namun dapat digunakan sebagai perkiraan awal untuk
menyususun formulasi pakan. Hal ini dikarenakan adanya berbagai tingkatan kualitas dan
jenis bahan yang ada, sehingga terjadi perbedaan nilai nutrisi dari bahan. Untuk mendapatkan
formulasi sesuai kebutuhan berdasarkan bahan yang ada disekitar kita, maka perlu dilakukan
analisis terdapar bahan yang akan digunakan formulasi penyusun pakan.
Dewasa ini, dengan didoronya pemanfaatan bahan baku lokal berbagai jenis limbah
tanaman pertanian dan perkebunan sedang diteliti potensinya sebagai bahan baku pakan ikan.
Bahan-bahan baku yang akan digunakan sebagai campuran untuk membuat pakan ikan harus
disiapkan dalam jumlah yang sesuai dengan formulasi yang dirancang. Bahan baku juga
dalam kondisi yang baik dengan cara dilakukan pengamatan kualitas dalam masa
penyimpanan serta menerapkan prinsip FIFO (Firs in First Out) sehingga bahan yang lebih
dulu datang maka diolah dahulu, hal ini untuk memisahkan bahan yang telah terjadi
penurunan kualitas karena proses penyimpana.
Formulasi Pakan
Formulasi pada dasarnya adalah pekerjaan menata –kelola komposisi nutrisi di dalam
beberapa jenis bahan baku yang telah diketahui kandungan nutrisinya. Yang terbaik adalah
dengan menggunakan perkiraan-tidak hanya kadar protein yang dipertimbangkan –akan
tetapi jumlah dan konfigurasi asam amino.
Akurasi dalam penyususnan formulasi menentukan rasio konversi pakan yang diberikan
dan efisien biaya pengelolaan. Ketidak seimbangan nutrisi dalam tahap formulasi
berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Mengakibatkan pemborosan penggunaan pakan,
definisi nutrisi dan menimbulkan efek penurunan daya tahan terhadap penyakit.
Sumber protein, merupakan nutrisi untuk pertumbuhan sel baru dan penggantian
kerusakan jaringa, misal tepung ikan, bungkil kedelai.
Sumber karbohidrat, merupakan penyumbang energi dalam pakan misal jagung,
dedak dan pollard
Sumber lemak, merupakan bahan yang mengatur laju pertumbuhan energi dan pelarut
beberapa jenis vitamin misal, minyak ikan, dan minyak nabati.
Secara umum jumlah kandungan protein pakan ditentukan oleh peruntuknya, misal :
pakan yang mengandung protein sebesar 30% dan berdiameter 2 cm diperuntukan bagi ikan-
ikan kecil yang berumur 10-20 hari sesudah menetes, kandungan protein sebesar 26-28%
adalah untuk ikan yang berumur 30-100 hari, sedangkan pakan dengan kandungan protein
sebesar 24-26% adalah untuk ikan umuran “konsumsi” atau 100 gram lebih.
Pekerjaan menyusun formula pkan, kini sangat dimudahkan dengan adanya pemograman
yang menghitung formulasi berdasarkan data base komposisi nutrisi bahan dan kebutuhan
nutrisi yang diharapkan. Kerumitan teratasi dengan baik melalui pembuatan model yang
dapat menjawab dengan cepat kebutuhan bahan baku guna mendapatkan pakan yang
memiliki kandungan nutrisi tertentu.
Peralatan dan proses menjadi kbagaian yang penting karena menyangkut hasil yang
akan diperoleh, dengan pengawasan yang ketat terhadap proses yang dijalankan maka
diharapkan konsistensi produk menjadi lebih terjaga. Adapun pengawasan mutu dilakukan
pada tiap titik yang dianggap penting dan banyak berpengaruh untuk hasil akhir.
Proses yang berlangsung dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan pakan meliputi.
Peralatan yang
No Proses Parameter pengawasan
digunakan
Selain itu dengan pengecilan ukuran maka luas permukaan pakan menjadi
bertambah sehingga kontak dengan enzim pencernaan dan daerah penyerapan (dinding
usus) akan bertambahn besar pula. Dengan demikian energi pakan yang dapat diserap
oleh tubuh ikan juga semakin meningkat
Selain proses oksidasi, kerugian lain dari penghalusan bahan baku pakan adalah
terjadinya susut bobot karena tercecernya atau terbangnya bahan pakan yang berukuran
sangat halus. Pemilihan alat penghalus bahan baku pakan yang sesuai dapat mengurangi
kerugian ini.
Bahan kering yang dihaluskan dengan menggunakan Hammer Mill dan Dist Mill.
Apabila bahan baku pakan mempunyai karakteristik liat dan berkadar air tinggi,
sebaiknya dilakukan pencacahan terlebih dahulu. Sementara bahan baku yang keras
(biji-bijian) sebaiknya dihancurkan terlebih dahulu dengan menggunakan Roller mill
atau cutter
Penghalusan bahan baku pakan buatan dalam jumlah kecil dapat dilakukan
dengan menggunakan blender , alat pengilingan daging, atau alat penghalus kopi.
Setelah halus, bahan baku pakan diayak terlebih dahulu untuk mendapatkan butiran
bahan yang berukuran seraga. Selanjutnya sesuai dengan formulasi maka masing-
masing bahan baku pakan ditimbang berdasarkan bobot yang telah dihitung
sebelumnya. Jenis timbangan yang digunakan ditentukan berdasarkan bobot masing-
masing bahan baku tersebut. Untuk bahan baku yang memiliki bobot sangat rendah
(misalnya : vitamin dan mineral), sebaiknya digunakan timbangan analitik (dengan
tingkat ketelitian yang lebih tinggi)
Pencampuran bahan baku dilakukan secara bertahap, mulai dari bahan yang
volumenya kecil sehingga yang terbesar. Komponen yang berwarna sebaiknya
dicampur terlebih dahulu karena dapat digunakan sebagai indikator homogenitas. Bahan
baku yang berbentuk cairan dan banyak mengandung lemak sebaiknya dicampurkan
setelah bahan baku yang berbentuk kering sudah tercampur rata. Partikel bahan yang
berbentuk cairan dan bahan yang banyak mengandung lemak mempunyai
kecenderungan menarik partikel lain untuk membentuk partikel baru yang berukuran
relatif besar.
Proses pencampuran bahan baku pakan dapat dilakukan dengan tangan bila dalam
jumlah yang sedikit. Akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang lebih rata sebaiknya
digunakan mesin pencampur atau mixer, baik berupa mixer horizontal ataupun vertikal.
Pencetakan pakan dilakukan untuk menghasilkan bentuk dan ukuran pakan yang
sesuai dengan kebutuhan ikan. Bentuk dan ukuran pakan buatan bermacam-macam,
diantaranya emulsi pasta, lempengan, remah dan pellet. Membguat pellet pakan
memerlukan alat pencetak pelet yang dapat mengolah dan membentuk campuran bahan
baku sedemikian rupa sehingga menjadi butiran-butiran berbentuk pelet. Alat pencetak
pelet sedehana tidak mampu untuk menghasilkan pelet berbentuk seragam. Akan tetapi
mesin pencetak pelet yang telah dilengkapi dengan dyes yang standar akan
menghasilkan butiran pelet dengan bentuk dan ukuran standar pula.
4. Proses pendinginan
Pelet yang dihasilkan dari pencetakan tadi masih dalam kondisi yang lembab dengan
suhu yang tinggi, sehingga perlu untuk didinginkan hingga setara dengan suhu ruang.
Pendinginan (sekaligus pengeringan) dapat dilakukan dengen cara diangin-anginkan
dibawah sinar matahari atau dengan pengunakan alat pengering khusus (cooler dan
dryer). Proses pengeringan pakan butan dengan menggunakan pengering khusus lebih
menguntungkan sebab tidak terpengaruh oleh kondisi cuaca, lebih bersih dan lebih
cepat proses pengeringannya. Alat pengering khusus dapat berupa pengering horizontal
atau pengering vertikal.
Proses pengeringan dilakukan hingga kadar air pakan tinggal 10-12%. Pakan dengan
kadar air yang terlalu tingi (Aw tinggi) kurang bagus karena mudah ditumbuhi mikroba
atau jamur dan disukai serangga. Sebaliknya apabila Aw terlalu rendah juga kurang
baik karena akan terjadi peningkatan laju proses oksidasi dan pencoklatan. Pellet yang
telah kering dapat disimpan digudang produk untuk selanjutnya digunakan pada proses
budidaya
Pengemasan
Pada prinsipnya, pengemasan pakan buatan dimaksudkan untuk melindungi pakan tersebut
dari kerusakan fisika, kimia, klimatis serta serangan mikroba dan serangga selama
pengangkutan atau penyimpanan. Selama penyimpanan pakan ikan untukmenekan dan
mengurangi kerusakan harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Kondisi kimiawi : kandungan air dan lemak, yakni kandungan air tidak lebih dari 12%
dan lemak tidak lebih dari 5%
2. Kondisi fisik : ketahanan pakan ikan yang dikemas cukup tahan terhadap kerusakan
penyimpanan.
3. Kondisi biologi : tidak mudah tercemar mikroba yang dapat merusak pakan ikan
Perkembangan teknologi pakan buatan yang demikian pesat telah mampu menghasilkan
berbagai bentuk pakan. Perbedaan bentuk pakan buatan tersebut telah disesuaikan dengan
perkembangan sistem dan kelenjar pencernaan ikan, perbedaan bentuk pakan juga
disesuaikan dengan stadium pertumbuhan ikan
Pakan yang berkualitas rendah dapat menurunkan kualitas perairan. Apabila tidak
dikonsumsi atau tidak tercerna oleh ikan, pakan buatan akan tertimbun di dasar perairan
bersama feses.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, kualitas pakan buatan sebaiknya evaluasi secara
fisik, kimia, biologis dan organoleptik. Gabungan dari keempat hasil pengujian tersebut dapat
digunakan untuk menentukan pakan buatan yang berkualitas baik
Evaluasi Fisik
Berdasarkan evaluasi fisik, pakan dianggap berkualitas baik apabila mempunyai ukuran
partikel bahan baku yang halus dan seragam serta mempunyai homogenitas yang tinggi.
Selain itu, ukuran pakan harus sesuai dengan ukuran bukaan mulut ikan. Demikian juga,
kekerasan dan ketahanan dalam air (water stability) harus sesuai dengan kebutuhan ikan
Kehalusan bahan baku pakan ikan dapat diuji dengan cara menggiling pakan tersebut,
hasil proses penggilingan dipisah-pisahkan atau dikelompokan menjadi komponen yang
sangat halus, halus aga kasar dan kasar. Semakin besar persentase komponen yang halus
berarti pakan buatan tersebut memiliki kekompakan yang semakin baik.
Daya apung pakan buatan di air merupakan parameter lain yang dapat digunakan untuk
menentukan kualitas pakan. Pakan terapung cocok untuk ikan yang mempunyai kebiasaan
mencari makan dipermukaan perairan, sedangkan pakan tenggelam cocok untuk ikan yang
biasa hidup di dasar perairan. Daya apung pakan buatan dapat diukur dengan menjatuhkan
atau menebarkan pakan tersebut ke dalam bejana kaca yang telah diisi air hingga kedalaman
15-25 cm, waktu yang dipelukan oleh pakan sejak ditebarkan hingga tenggelam di dasar
bejana merupakan gambaran mengenai daya apung pakan buatan.
Kekerasan pakan buatan dapat diuji dengan memberikan beban dengan bobot tertentu
hingga pakan tersebut hancur. Semakin berat bobot beban yang dapat ditahan oleh pakan,
berarti pakan buatan tersebut semakin keras.
Evaluasi Kimia
Pada umumnya, tujuan pengujian pakan buatan secara kimiawi adalah untuk
mengetahui kandungan zat-zat yang terdapat di dalam pakan. Pengujian pakan secara
kimiawi umumnya dilakukan di laboratorium kimia. Ada beberapa pengujian kimia yang
dapat dilakukan, yaitu analisis proksimat, analis nutrient, uji kimia untuk menentukan
kualitas pakan skor kimia dan Indispensable Amino Acid Index(IA AI)
Evaluasi Biologis
Evaluasi pakan secara biologis ditunjukan untuk mengetahui sejauh mana kandungan
gizi yang terdapat di dalam pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Evaluasi dapat
dilakukan dengan melaksanakan pengamatan terhadap (1) retensi nutrient, yakni jumlah
nutrient yang menjadi daging (2) susut nutrient yakni jumlah nutrient yang terbuang melalui
urin, feses dan insang (3) performance pakan, yakni pengukuran pertumbuhan pada ikan yang
akan digunakan sebagai informasi untuk mengevaluasi dan membandingkan performance
pakan buatan.
Evaluasi biologi juga dapat dilakukan terhadap tingkat kesukaan ikan terhadap pakan
buatan, pertumbuhan, rasio konversi pakan, koefisien pencernaan dan carcass deposition.
Pertumbuhan merupkan metode biologis yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas
pakan buatan. Dengan jumlah pakan buatan yang sama, demikian besar pertumbuhan ikan
yang dihasilkan, maka semakin baik kualitas pakanny. Pertumbuhan dapat ditentukan
berdasarkan pertumbuhan mutlak, pertumbuhan relative dan laju pertumbuhan harian.
Evaluasi Organoleptik
Evaluasi organoleptik merupakan pengujian pakan buatan yang dapat dilakukan secara
cepat dan murah. Keandalan evaluasi organoleptik sama seperti evaluasi lainnya. Dalam hal
ini diperlukan panelis yang benar-benar mampu dan peka terhadap karakteristik pakan,
mengingat teknik evaluasi ini sepenuhnya mengandalkan kemampuan panca indra. Parameter
organoleptik yang biasanya diuji adalah kenampakan, tektur, aroma dan warna. Pengujian
organoleptik akan memberikan hasil lebih dari hasil pengujian sebelumnya. Berdasarkan
lembar penilaian tersebut dapat ditentukan dengan mudah kualitas pakan yang dihasilkan.
PENUTUP
Pada dasarnya pembuatan pakan merupakan suatu proses yang terdiri dari beberapa seri
kegiatan yang melibatkan bahan-bahan baku sebagai “input” untuk diolah. Seperti telah
dikemukakan di paragraf terdahulu bahan-bahan baku yang digunakan penting untuk dapat
melalui sebuah proses yang “ramah” terhadap kandungan nutrisinya. Proses pembuatan
pakan tidak semata mencampur beragam bahan baku, akan tetapi juga dengan
memperhitungkan terjadinya interaksi fisik dan kimia antara bahan agar nutrisi yang
dikandungnya tetap ada dalam jumlah sesuai dengan rancangan awal. Oleh karena itu,
metode proses pembuatan pakan melibatkan juga pengetahuan mengenal sifat-sifat bahan
yang menjadi dasar penetapan perlakuan-perlakuan tertentu sehingga produk yang dihasilkan
memenuhi harapan.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, R, 2005 Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan secara Modern, Penebar Swadaya.
Jakarta
Assauri, S, 2008 Manajemen Produksi dan Operasi Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Jakarta
Hassard, Q.D.S Draft Technical Duidelelines for Good Aquaculture Feed Manufacturing
Practice. Montana
Mesin itu dikembangkan Laboratorium Proses Material Fakultas Teknologi Industri ITB
bekerjasama dengan Balai Besar Logam dan Mesin Kementrian Perindustrian. Rampung
dikembangkan awal 2011, mesin ini sudah dipesan 150 unit oleh berbagai pihak. Mesin
ditawarkan Rp. 120 juta per unit.
Limbah Pertanian
Salah satu bahan baku pakan yang dapat digunakan adalah limbah pertanian. “Artinya
takhanya peternak ikan yang diuntungkan, petani sekitar juga mendapat manfaat,” kata
Bambang.
Kepala Biro Perikanan Budidaya Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Muhamad
Husen mengungkapkan, salah satu kendala dalam produksi pakan secara mandiri adalah
faktor membuatnya tetap mengapung di air. Ini penting, karena pakan yang tenggelam bakal
membusuk dan tidak dikonsumsi ikan. Selain boros, bisa menimbukan racun.
Ia mengatakan, meskipun pakan ikan bisa diproduksi sendiri, peternak harus tetap memahami
komposisi yang dibutuhkan ikan, seperti protein. Pasalnya kebutuhan protein untuk ikan yang
dibesarkan ataupun pengeemukan, jumlahnya berbeda. (ELD)
Mesin itu dikembangkan Laboratorium Proses Material Fakultas Teknologi Industri ITB
bekerjasama dengan Balai Besar Logam dan Mesin Kementrian Perindustrian. Rampung
dikembangkan awal 2011, mesin ini sudah dipesan 150 unit oleh berbagai pihak. Mesin
ditawarkan Rp. 120 juta per unit.
Penemuan mesin ini diharapkan jadi kunci kemandirian pembudidaya ikan dari pakan
pabrikan. Selama ini, upaya menghasilkan pellet secara mandiri terkendala teknologi dan
pengetahuan membuatnya mengapung.
Limbah Pertanian
Salah satu bahan baku pakan yang dapat digunakan adalah limbah pertanian. “Artinya
takhanya peternak ikan yang diuntungkan, petani sekitar juga mendapat manfaat,” kata
Bambang.
Kepala Biro Perikanan Budidaya Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Muhamad
Husen mengungkapkan, salah satu kendala dalam produksi pakan secara mandiri adalah
faktor membuatnya tetap mengapung di air. Ini penting, karena pakan yang tenggelam bakal
membusuk dan tidak dikonsumsi ikan. Selain boros, bisa menimbukan racun.
Ia mengatakan, meskipun pakan ikan bisa diproduksi sendiri, peternak harus tetap memahami
komposisi yang dibutuhkan ikan, seperti protein. Pasalnya kebutuhan protein untuk ikan yang
dibesarkan ataupun pengeemukan, jumlahnya berbeda. (ELD)
Dalam membuat pakan buatan untuk ikan, hal pertama yang harus dipertimbangkan,
adalah persyaratan bahan baku untuk pakan, yaitu :
1. Bahan baku pakan tidak boleh bersaing dengan bahan makanan manusia. Bila
manusia banyak membutuhkannya, bahan baku ini tidak boleh diberikan kepada
ikan.
2. Bahan baku ini harus tersedia dalam waktu lama, atau ketersediaannya harus
kontinyu. Bahan baku yang pada suatu saat ada dan kemudian lenyap, harus
dihindari. Padi yang diproduksi secara massal dan nasional, tentu menyebabkan
ketersediaan dedak dan bekatul untuk ternak juga melimpah ruah. Sebaliknya untuk
bahan baku yang diproduksi secara terbatas, juga akan menghasilkan bahan secara
terbatas pula.
3. Harga bahan baku; walaupun bisa digunakan, tapi bila harganya mahal maka
penggunaan bahan atau peran bahan baku itu sebagai bahan baku sudah
tersisihkan. Sebenarnya murah atau mahalnya bahan baku itu harus dinilai dari
manfaat bahan itu, yang merupakan cermin dari kualitas bahan tersebut. Tepung
ikan, misalnya harganya memang mahal, tetapi bila dibandingkan dengan
kandungan proteinnya yang tinggi dan kelengkapan asam aminonya, maka
penggunaan tepung ikan menjadi murah.
4. Kualitas gizi bahan baku, menjadi persyaratan penting lainnya. Walaupun harganya
murah, banyak terdapat di Indonesia, dan ketersediaannya kontinyu, tetapi bila
kandungan gizinya buruk, tentu bahan baku ini tidak dapat digunakan.
Khusus untuk ikan, pakan buatan yang diberikan dapat dikatagorikan menjadi :
1. Pakan alami, merupakan kelompok pakan yang berasal dari hewan yang berukuran
renik sampai ukuran beberapa centimeter yang di kultur atau dikumpulkan dari alam;
contohnya adalah Artemia, Daphnis dan Cacing Sutra. Pakan alami ini dapat juga
berasal dari tumbuhan, misalnya fitoplankton dan daun talas.
2. Pakan lembek, merupakan cincangan ikan-ikan rucah dan cumi-cumi yang langsung
diberikan kepada ikan. Daya tahan pakan lembek ini 2 – 3 hari dalam lemari
pendingin.
3. Pakan kering lengkap, merupakan pakan berbentuk pelet, “flake” dan “crumble”
dengan kadar air rendah sehingga daya tahannya bisa 3 – 4 bulan dan kandungan
gizinya cukup lengkap karena dibuat sesuai dengan kebutuhan. Jenis pakan inilah
yang akan dikupas lebih mendalam.
Jagung kuning merupakan bahan baku ternah dan ikan yang popular digunakan di Indonesia
dan di beberapa negara. Jagung kuning digunakan sebagai bahan baku penghasil energi,
tetapi bukan sebagai bahan sumber protein, karena kadar protein yang rendah (8,9%), seperti
yang terlihat pada tabel 1, bahkan defisien terhadap asam amino penting, terutama lysin dan
triptofan.
Dedak halus merupakan limbah proses pengolahan gabah, dan tidak dikonsumsi manusia,
sehingga tidak bersaing dalam penggunaannya. Dedak mengandung bagian luar beras yang
tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan bagian penutup beras itu. Hal ini mempengaruhi
tinggi-rendahnya kandungan serat kasar dedak. Kandungan serat kasar dedak 13,6%, atau 6
kali lebih besar dari pada jagung kuning, merupakan pembatas, sehingga dedak tidak dapat
digunakan berlebihan. Kandungan asam amino dedak, walaupun lengkap tapi kuantitasnya
tidak mencukupi kebutuhan ikan, demikian pula dengan vitamin dan mineralnya.
Minyak Nabati. Penggunaan minyak diperlukan pada pembuatan pakan ikan yang
membutuhkan pasokan energi tinggi, yang hanya dapat diperoleh dari minyak. Minyak nabati
yang digunakan hendaknya minyak nabati yang baik, tidak mudah tengik dan tidak mudah
rusak. Penggunaan minyak nabati yang biasanya berasal dari kelapa atau sawit pada
umumnya berkisar antara 2 – 6 %
Hijauan Sebagai bahan campuran pakan, kini hijauan mulai dilirik kembali, karena ternyata
sampai batasan tertentu hijauan dengan protein tinggi dapat mensubstitusi tepung ikan.
Hijauan yang dimaksud antara lain azola, turi dan daun talas, yang bila akan digunakan harus
diolah terlebih dahulu, yakni pengeringan (oven atau panas matahari) tapi tidak boleh
merusak warna, lalu penggilingan dan pengayakan.
Tepung Ikan Berasal dari ikan sisa atau buangan yang tidak dikonsumsi oleh manusia, atau
sisa pengolahan industri makanan ikan, sehingga kandungan nutrisinya beragam, tapi pada
umumnya berkisar antara 60 – 70%. Tepung ikan merupakan pemasok lysin dan metionin
yang baik, dimana hal ini tidak terdapat pada kebanyakan bahan baku nabati. Mineral
kalsium dan fosfornya pun sangat tinggi, dan karena berbagai keunggulan inilah maka harga
tepung ikan menjadi mahal.
Tepung Darah Merupakan limbah dari rumah potong hewan, yang banyak digunakan oleh
pabrik pakan, karena protein kasarnya tinggi. Walaupun demikian ada pembatas “religius”
dan “dampak kesehatan”. Baik buruknya tepung darah yang digunakan sebagai bahan baku
dari segi kesehatan, tergantung pada bagaimana bahan itu diperoleh dari rumah potong
hewan. Bila berasal dari penampungan yang bercampur kotoran, tentu bahan ini tidak layak
digunakan, tapi bila berasal dari penampungan yang bersih, maka tepung ini memenuhi syarat
sebagai bahan baku pakan
Sisa Potongan Rumah Jagal/Tepung Tulang Berasal dari tulang-tulang dengan sedikit
daging yang melekat, kemudian dikeringkan dan digiling, di pasaran biasa disebut tepung
tulang. Bahan ini dapat digunakan antara 2,5 – 10% dalam formula pakan dan lebih bersifat
sebagai pendamping tepung ikan. Bila digunakan berlebihan, tentu tidak menguntungkan,
karena kalsium akan terlalu banyak sehingga menurunkan selera makan.
Tepung Bulu Terolah diperoleh dengan merebus bulu unggas dalam wadah tertutup dengan
tekanan 3,2 atmosfer selama 45 menit dan dikembalikan lagi pada tekanan normal, setelah itu
dikeringkan pada temperatur 60oC dan digiling hingga halus. Tepung bulu mempunyai energi
metabolis 2354 kal/kg dan asam amino tersedia sebesar 65% dan penggunaannya maksimal
10%.
A. Protein
Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan, baik untuk pertumbuhan maupun untuk
menghasilkan tenaga. Protein nabati (asal tumbuhtumbuhan), lebih sulit dicernakan daripada
protein hewani (asal hewan), hal ini disebabkan karena protein nabati terbungkus dalam
dinding selulosa yang memang sukar dicerna. Pada umumnya, ikan membutuhkan protein
lebih banyak daripada hewan-hewan ternak di darat (unggas dan mamalia). Selain itu, jenis
dan umur ikan juga berpengaruh pada kebutuhan protein. Ikan karnivora membutuhkan
protein yang lebih banyak daripada ikan herbivora, sedangkan ikan omnivora berada diantara
keduanya. Pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20 – 60%, dan optimum 30 –
36%. Protein nabati biasanya miskin metionin, dan itu dapat disuplau oleh tepung ikan yang
kaya metionin.
B. Lemak
Nilai gizi lemak dipengaruhi oleh kandungan asam lemak esensialnya yaitu asam-asam lemak
tak jenuh atau PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) antara lain asam oleat, asam linoleat dan
asam linolenat. Asam lemak esensial ini banyak terdapat di tepung kepala udang, cumi-cumi
dll. Kandungan lemak sangat dipengaruhi oleh faktor ukuran ikan, kondisi lingkungan dan
adanya sumber tenaga lain. Kebutuhan ikan akan lemak bervariasi antara 4 – 18%.
C. Karbohidrat
Karbohidrat atau hidrat arang atau zat pati, berasal dari bahan baku nabati. Kadar
karbohidrat dalam pakan ikan, dapat berkisar antara 10 – 50%. Kemampuan ikan untuk
memanfaatkan karbohidrat ini tergantung pada kemampuannya untuk menghasilkan enzim
pemecah karbohidrat (amilase). Ikan karnivora biasanya membutuhkan karbohidrat sekitar
12%, sedangkan untuk omnivora kadar karbohidratnya dapat mencapai 50%.
D. Vitamin
Apabila ikan kekurangan vitamin, maka gejalanya adalah nafsu makan hilang,
kecepatan tumbuh berkurang, warna abnormal, keseimbangan hilang, gelisah, hati berlemah,
mudah terserang bakteri, pertumbuhan sirip kurang sempurna, pembentukan lendir terganggu
dll. Agar ikan tetap sehat, suplai vitamin harus kontinyu, tapi kebutuhan akan vitamin
dipengaruhi oleh ukuran ikan, umur, kondisi lingkungan dan suhu air.
E. Mineral
Mineral adalah bahan an-organik yang dibutuhkan oleh ikan untuk pembentukan
jaringan tubuh, proses metabolisma dan mempertahankan keseimbangan osmotis. Mineral
yang penting untuk pembentukan tulang, gigi dan sisik adalah kalsium, fosfor, fluorine,
magnesium, besi, tembaga, kobalt, natrium, kalium, klor, boron, alumunium, seng, arsen, dll.
Makanan alami biasanya telah cukup mengandung mineral, bahkan beberapa dapat diserap
langsung dari dalam air. Namun pada umumnya, mineral-mineral itu didapatkan dari
makanan. Oleh karena itu, beberapa macam mineral yang penting perlu kita tambahkan pada
proses pembuatan pakan.
Selain kandungan gizi, ada beberapa bahan tambahan dalam meramu pakan buatan.
Bahan-bahan ini cukup sedikit saja, diantaranya : antioksidan, perekat dan pelezat. Sebagai
antioksidan atau zat anti tengik dapat ditambahkan fenol, vitamin E, vitamin C, etoksikuin,
BHT, BHA dan lain-lain dengan penggunaan 150 – 200 ppm. Beberapa bahan dapat
berfungsi sebagai perekat seperti agar-agar gelatin, tepung kanji, tepung terigu dan sagu,
dengan pemakaian maksimal 10%. Bahan perekat ini menjadi penting pada pembuatan pakan
udang, sebab pakan udang harus mempunyai ketahanan yang tinggi, agar tidak cepat hancur
dalam air. Sebagai pelezat, pada umumnya dipakai garam dapur sebanyak 2%.
Sebelum mulai menghitung, harap diingat bahwa suatu bahan baku disebut bahan sumber
protein apabila kadar proteinnya > 20%. Karena harga protein paling mahal, maka yang
pertama dihitung adalah protein, sedangkan yang lainnya menyesuaikan, misalnya dengan
menambahkan sumber energi. Yang paling mudah adalah menggunakan metoda “Bujung
Sangkar”. Sebagai contoh, akan disiapkan pakan ikan mas dengan 27% protein, dari bahan
dedak dan bungkil kedelai. Untuk membuat pakan ikan mas 27% protein sebanyak 100 kg,
kita harus mencampur dedak : 17/35,8 = 47,5% x 100 = 47,5 kg. bungkil kedelai
: 18,8/35,8 = 52,5% x 100 = 52,5 kg
proses pembuatan mesin pencetak pakan ikan
Estu Karya
Fungsi
Dimensi :
900x400x1000 mm
Kapasitas:
60kg/jam
Penggerak :
Diesel 8HP
Sampah merupakan persoalan pelik di kota besar yang sangat sulit diatasi
pemerintah, termasuk Depok. Namun, masalah itu, tidak dijadikan persoalan bagi Ius Munif
(50). Ditangan lelaki ini, sampah justru bisa diolah menjadi barang ekonomis yang membawa
keuntungan besar. Betapa tidak, dengan kreatifitasnya, sisa dari sampah rumah tangga bisa
disulap menjadi pellet ikan.
Sampah menjadi kompos, bukanlah hal yang baru bagi Ius Munif. Akan tetapi, Pada
pertengahan Januari 2011, warga RT 05/05, Jalan Pulo Mangga, Kelurahan Grogol, Limo itu
mendapat sebuah tantangan dari rekannya. Pria paruh baya tersebut ditantang Dosen Jurusan
Biologi, Universitas Indonesia (UI) mengubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai jual
tinggi.
Tantangan dari sahabatnya itupun diterima. Ius mulai memutar otaknya dan menjawab
tantangan. Seminggu, lelaki berkulit sawo matang ini terus berfikir, namun belum juga
mendapatkan jawaban yang dicari. Namun, diluar dugaan, jawaban dari tantangan yang
sahabatnya itu berhasil terjawab saat memandangi ikan koi peliharaannya di kolam
rumahnya. “Kala itu, saya langsung berpikir jika sampah bisa dijadikan pellet ikan,”katanya.
Percobaan demi percobaan dilakukan warga kelurahan Grogol itu, tetrmasuk Browsing cara
membuat pellet ikan di dunia maya. Bahkan, beberapa buku berisi panduan tentang membuat
makan ikan dibelinya. Tanpa terasa, sudah satu, dua, sampai tiga hari, Ius mencari akal
dikediamannya yang sederhana itu,”Saya mulai mengerjakannya di rumah sendirian. Sampah
dapur yang dihasilkan sang istripun saya kumpulkan,”ucapnya. Bahan baku yang didapat ius,
satu persatu mulai diolah dengan gilingan daging milik sang istri. Kemudian sayur, tulang,
kepala ikan hingga beberapa sampah organic digiling menjadi satu. “Seminggu saya ciptakan
pelet itu. Tetapi hasilnya tidak maksimal seperti yang saya harapkan,”bebernya.
Meski demikian, ia mengaku tidak merasa putus asa dan terus melakukan eksplorasi. Dari
bahan sampah yang dibusukan, bapak tiga anak ini mencoba peruntungan kembali. Dengan
pola sederhana, dirinya menemukan sesuatu dari percobaannya. Alhasil, mantan siswa STM
Jurusan Mesin ini, menemukan sesuatu yang mengejutkan. Pelet ikanpun, selesai
dikerjakannya. “Pelet ikan itu langsung saya bawa ke teman saya. Dan teman saya langsung
memberi makan ikannya dengan pellet saya tanpa diuji lab dahulu,”tukasnya.
Pada akhirnya, lanjut dia,pellet ikan temuannya itu diuji lab sahabatnya. Namun, hasilnya
tidak begitu memuaskan, karena beberapa kekurangan dalam pelet ikannya itu.Karena
kandungan gizi didalam pakan ternak itu tidak ada. “Dengan hasil itu saya pun terus
melakukan terobosan. Karena belum ada pellet ikan dari sampah dapur di Depok,”singkatnya.
Hari demi hari dilalui Ius dengan menyempurnakan pellet ikannya. Tanpa terasa, satu bulan
sudah berlalu. Hasilnyapun sangat mencengangkan. Apa yang diinginkan Ius Munif dalam
menyempurnakan pellet ikanpun terwujud. Uji laboratorium menyatakan temuan lelaki ini
layak jual.
Sudah banyak dibahas mengenai beraneka ragam jenis usaha yang dapat dijadikan pilihan
untuk memulai suatu usaha bahkan sampai dengan masalah detail teknis pelaksanaannya.
Namun untuk memulai sebuah usaha sangatlah penting untuk melakukan studi kelayakan
usaha.
Hal ini berkaitan dengan mempelajari berbagai hal tentang usaha tersebut, menyusun
rencana, mengumpulkan data dan menganalisisnya. Setelah itu baru memutuskan untuk
merealisasikannya dengan mendirikan atau membatalkan usaha tersebut.
Adapun beberapa aspek yang perlu Anda cermati dan perhatikan dalam menyusun sebuah
studi kelayakan usaha adalah sebagai berikut:
Aspek pemasaran
Pada saat Anda berencana mendirikan usaha, faktor pemasaran merupakan hal terpenting
dalam menyusun studi kelayakan. Jika tidak ada gambaran yang jelas tentang pemasaran
akan sulit diharapkan usaha akan berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, Anda perlu
menggali informasi tentang pasar, mulai dari siapa, di mana, dan jumlah konsumennya. Lebih
baik lagi apabila kita mengetahui peta kekuatan persaingan dari usaha sejenis, baik
kelemahan maupun kekuatannya. Apabila Anda berencana mengembangkan usaha, informasi
penting lainnya adalah rencana pesaing juga perlu diketahui termasuk pula kekuatan modal
yang dimiliki pesaing. Amati pula harga dan mutu yang Anda inginkan dan sistem
distribusinya.
Aspek teknis
Hal penting selanjutnya yang perlu dicermati setelah memahami aspek pemasaran adalah,
menentukan hal teknis yang dipakai untuk menjalankan usaha. Hal ini berkaitan dengan
rencana atau program kerja jangka pendek dan jangka panjang. Sistem produksi yang dipilih
perlu mempertimbangkan efisiensi dan efektifitasnya. Ada baiknya dibuat diagram alur mulai
dari dari proses awal yaitu penyiapan bahan baku sampai menjadi produk yang siap
dipasarakan. Dalam hal ini perlu adanya pengawasan mutu untuk menjamin produk atau jasa
yang dihasilkan. Hal penting lainnya adalah menentukan lokasi usaha tersebut perlu
dipertimbangkan dari segala aspek untuk menyusun perkiraan biaya investasi awal.
Sistem manajemen
Faktor penentu lain dalam melaksanakan usaha lebih lanjut adalah dibutuhkan tenaga kerja
yang mampu menjalankannya. Oleh karena itu, diperlukan sistem manajemen yang baik agar
semua rencana berjalan lancar dan biaya yang rasional. Tahap pertama menyusun jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan, lalu menyusun tugas-tugas pokok dan membagi berdasarkan
jabatannya. Sistem dan prosedur kerja juga dibicarakan dengan rinci agar alur pekerjaan
menjadi efisien.
Aspek ekonomi
Ditinjau dari aspek ekonomi, perlu dilakukan perhitungan besarnya biaya untuk menjalankan
usaha. Termasuk pula investasi awal, modal kerja, peralatan, dan lain-lain. Anda perlu
mempelajari kemungkinan mendapat sumber biaya tersebut, dari dana sendiri atau mencari
investor. Anda hitung analisis usahanya, selama perusahaan dijalankan menghasilkan
keuntungan memadai atau tidak.
Aspek hukum
Aspek selanjutnya bukan merupakan hal yang wajib diikutsertakan dalam pembuatan studi
kelayakan. Namun demikian, ada baiknya bila aspek hukum dimasukkan dalam pembahasan
studi kelayakan agar diperoleh jaminan keamanan pelaksanaan usaha. Masalah-masalah yang
perlu dipelajari meliputi legalisasi badan usaha, izin usaha, tenaga kerja, kredit, dan
kewajiban membayar pajak. (*/dari berbagai sumber)