Anda di halaman 1dari 155

Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul

Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 1


BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 2
A. TUJUAN UMUM ................................................................................................ 2
B. TUJUAN KHUSUS ............................................................................................. 2
BAB II MENYIAPKAN BAHAN DAN ALAT ..................................................................... 3
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam menyiapkan bahan dan alat ....................... 3
B. Keterampilan yang diperlukan dalam menyiapkan bahan dan alat ..................... 92
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam menyiapkan bahan dan alat ........................ 92
BAB III MENENTUKAN METODE PEMBUATAN PAKAN ................................................ 93
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam menentukan metode pembuatan pakan .... 93
B. Keterampilan yang diperlukan dalam menentukan metode pembuatan pakan
105
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam menentukan metode pembuatan pakan ..... 105
BAB IV MERAMU PAKAN BUATAN ........................................................................... 106
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam meramu pakan buatan........................... 106
B. Keterampilan yang diperlukan dalam meramu pakan buatan .......................... 115
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam meramu pakan buatan .............................. 115
BAB V MENCETAK PAKAN BUATAN ......................................................................... 116
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam mencetak pakan buatan ........................ 116
B. Keterampilan yang diperlukan dalam mencetak pakan buatan ........................ 140
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam mencetak pakan buatan............................ 140
BAB VI MENGEMAS PAKAN BUATAN ....................................................................... 141
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam mengemas pakan buatan ....................... 141
B. Keterampilan yang diperlukan dalam mengemas pakan buatan ....................... 147
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam mengemas pakan buatan .......................... 148
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 149
A. Buku Referensi ............................................................................................ 149
B. Referensi Lainnya ........................................................................................ 149
Daftar Alat Dan Bahan............................................................................................ 153
A. Daftar Peralatan/Mesin ................................................................................. 153
B. Daftar Bahan ............................................................................................... 153
DAFTAR PENYUSUN ..............................................................................................1544

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 1 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

BAB I
PENDAHULUAN

A. TUJUAN UMUM

Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu membuat pakan buatan
dan membuat laporan hasil pembuatan pakan.

B. TUJUAN KHUSUS

Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Membuat Pakan
Buatan ini guna memfasilitasi peserta sehingga pada akhir diklat diharapkan memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Menyiapkan bahan dan alat
2. Menentukan metode pembuatan pakan buatan
3. Meramu pakan buatan
4. Mencetak pakan buatan
5. Mengemas pakan buatan

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 2 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

BAB II
MENYIAPKAN BAHAN DAN ALAT

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam menyiapkan bahan dan alat

1. Bahan Baku Pakan

Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dari berbagai macam bahan baku pakan
baik nabati maupun hewani dengan memperhatikan kandungan gizi, sifat dan
ukuran ikan. Komposisi nutrisi dalam pakan buatan yang disusun berdasarkan
kebutuhan zat gizi setiap jenis ikan disebut dengan formulasi pakan. Formulasi
yang baik berarti mengandung semua zat gizi yang diperlukan ikan dan secara
ekonomis murah serta mudah diperoleh sehingga memberikan keuntungan.
Sementara itu, untuk menyusun formulasi pakan dibutuhkan pengetahuan
tentang bahan baku pakan. Oleh karenanya, dalam modul ini akan disajikan
pengetahuan tentang bahan baku pakan terlebih dahulu sebelum membahas
penyusunan formulasi pakan.

Komposisi nutrisi bahan baku yang terkandung dalam pakan akan berbeda-beda
tergantung pada kebutuhan nutrisi pada masing – masing biota air. Oleh karena
itu, pemilihan bahan baku pakan merupakan langkah awal dalam penyusunan
formulasi pakan. Selain memilih bahan baku apa saja yang akan digunakan
sebagai bahan pembuatan pakan, kandungan atau komposisi nutrisi dari setiap
bahan baku tersebut juga harus diketahui.

Salah satu nutrisi yang harus tersedia dalam bahan baku pakan adalah protein,
karena zat ini merupakan komponen utama untuk pertumbuhan ikan. Akan tetapi
untuk menghitung kebutuhan energi yang terkandung dalam pakan, perlu juga
diketahui komponen nutrisi yang lain, seperti karbohidrat dan lemak. Oleh karena
itu, kandungan nutrisi dari setiap bahan baku harus diketahui, diantaranya adalah:
 Bahan baku sumber protein, misalnya tepung ikan, tepung kepala udang,
tepung bekicot, limbah peternakan, dll.
 Bahan baku sumber karbohidrat, misalnya tepung jagung, tepung dedak,
tepung bungkil kedelai, tepung sagu, dll.
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 3 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

 Bahan baku sumber lemak, contohnya minyak ikan, Crude Palm Oil (CPO), dll.
 Bahan baku sumber vitamin, meliputi tepung jagung, tepung ikan, dll.
 Bahan baku sumber mineral, contohnya tepung tulang, tepung kulit kerang,
dll.
 Bahan baku suplemen, misalnya vitamin mix, mineral mix, premix, dll.

Secara umum, terdapat 4 (empat) kelompok bahan baku pakan ikan,


yaitu bahan baku hewani, bahan baku nabati, bahan baku limbah
industri pertanian dan bahan tambahan. Dalam penentuan bahan baku
tersebut, perlu dipertimbangkan terpenuhinya beberapa persyaratan berikut ini:
 Mempunyai nilai gizi tinggi
 Mudah diperoleh
 Mudah diolah
 Tidak mengandung racun
 Harganya relatif murah
 Tidak merupakan makanan pokok manusia sehingga tidak merupakan
saingan.

a) Bahan baku hewani adalah bahan baku pembuatan pakan yang berasal dari
hewan darat maupun air, misalnya tepung ikan, tepung bekicot, tepung rebon,
tepung kepala udang, tepung tulang, tepung darah, dll. Bahan baku hewani ini
selain merupakan sumber protein yang mudah dicerna, juga mengandung
asam amino yang lebih lengkap dibandingkan dengan bahan baku nabati.

1) Tepung ikan
Selain sebagai salah satu bahan pakan yang mengandung protein cukup
tinggi dan sebagai sumber mineral terutama kalsium dan fosfor, tepung
ikan juga memiliki kualitas yang baik karena mengandung asam amino
esensial (methionon dan lisin) yang sangat dibutuhkan ikan.

Sumber tepung ikan dapat berasal dari lokal dan impor. Harga tepung ikan
impor lebih mahal dibandingkan dengan tepung ikan lokal. Hal ini
disebabkan karena tepung ikan impor mengandung protein lebih tinggi,
yaitu sekitar 56% dan terbuat dari ikan segar anchovy yang bermutu baik

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 4 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

dan mengandung sedikit garam. Beberapa negara penghasil tepung ikan


impor ini adalah Chili, Peru, China dan Thailand. Sedangkan tepung ikan
lokal mengandung protein yang lebih rendah, yaitu sekitar 47%. Selain itu,
mutunya juga jauh lebih rendah dibandingkan tepung ikan impor karena
ikan yang digunakan sebagai tepung berasal dari jenis yang beragam, dan
terkadang dicampur dengan limbah ikan. Bau tepung ikan lokal juga lebih
menyengat dan berasa asin karena pengawetan dengan garam.

Tabel 1 Komposisi Kimia Tepung Ikan Lokal dan Impor


Tepung Ikan
Komponen Satuan
Lokal Impor
Bahan Kering % 86,58 88,53
Protein Kasar % 47,85 55,57
Abu % 26,05 20,39
Serat kasar % 1,49 2,28
Lemak % 8,09 8,96
BETN % 3,08 4,99
Kalsium (Ca) % 4,52 4,75
Fosfor (P) % 2,19 2,45
NaCl % 5,99 1,28
Energi Bruto Kal/g 3.730,14 4.099,55
Sumber: Laboratorium Makanan Ternak, Balai Besar Industri Agro (2003),
Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB (1998)

2) Tepung Bekicot
Tepung bekicot dapat menggantikan tepung ikan karena mengandung
protein yang tinggi, yaitu 54 – 64%, lemak 4%, serat kasar 2-3%, dan
mengandung mineral (khususnya Ca, P). Selain itu, bekicot terdapat di
alam atau dibudidaya, sehingga cenderung mudah didapatkan dan
harganya murah.

3) Tepung rebon dan benawa


Rebon merupakan udang – udangan kecil, sedangkan benawa adalah anak
– anak kepiting laut. Tepung rebon dan benawa mengandung protein yang
cukup tinggi, akan tetapi sulit dicerna karena mengandung kitin.

4) Tepung tulang

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 5 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Tepung tulang berasal dari sapi, kerbau, atau kambing yang dihaluskan
sehingga menjadi tepung. Tepung tulang ini kaya akan mineral, sehingga
penggunaannya sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan hanya 5%
dalam komposisi pakan ikan komersial.

b) Bahan baku nabati merupakan bahan baku pembuatan pakan ikan yang
diperoleh dan berasal dari tumbuhan, contohnya adalah tepung kedelai,
tepung jagung, dedak, tepung terigu, dll. Pada umumnya, bahan nabati
menjadi sumber karbohidrat, protein dan vitamin.
1) Tepung Bungkil Kedelai
Kedelai merupakan sumber protein nabati yang sangat baik dipakai dalam
formulasi pakan, karena mudah dicerna dan mengandung asam amino
esensial. Sebaiknya tepung kedelai diambil dari bungkil kedelai, karena
memiliki kandungan lemak yang rendah atau bebas lemak, dibandingkan
dengan tepung kedelai yang diapatkan dari biji kedelai utuh.

Keberadaan bungkil kedelai dalam pakan dapat diganti dengan sumber


protein lain, misalnya ampas kecap (sebanyak 5%), bungkil kapuk
(sebanyak 2,5%) dan ampas tahu (sebanyak 10,2%). Namun begitu,
terdapat kelemahan dari bahan – bahan pengganti tersebut, antara lain:
 Ampas kecap, mempunyai kadar garam tinggi
 Bungkil kapuk, mengandung zat antinutrisi
 Ampas tahu, mempunyai serat kasar yang tinggi dan mudah tengik.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 6 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Tabel 2. Komposisi Kimia Bungkil Kedelai dan Bahan Baku Penggantinya


Bungkil Bungkil Ampas Ampas
Komponen Satuan
Kedelai Kapuk Kecap Tahu
Bahan Kering % 87,63 90,02 87,83 86,68
Protein Kasar % 40,41 31,37 26,79 21,25
Abu % 6,09 6,94 24,89 3,03
Serat kasar % 7,668 31,81 7,72 20,24
Lemak % 3,65 5,83 20,16 8,16
BETN % 29,66 23,42 11,40 34,13
Kalsium (Ca) % 0,32 0,40 0,37 0,63
Fosfor (P) % 0,64 0,87 0,41 0,24
NaCl % - - 20,60 -
Energi Bruto Kal/g 4.326,6 - 4.541 3.773
Sumber: Laboratorium Makanan Ternak, Balai Besar Industri Agro (2003), Laboratorium
Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB (1998)

2) Tepung jagung
Tepung jagung dapat berasal dari jenis jagung putih, jagung kuning,
maupun jagung agak merah yang digiling halus. Dari ketiga jenis jagung
tersebut, jagung kuning mengandung protein dan energi yang lebih besar
dibandingkan dengan jagung putih. Selain itu, jagung kuning banyak
mengandung karotin pro vitamin A yang tidak terdapat pada jagung putih.
Penggunaan jagung dalam komposisi pakan diperbolehkan dengan jumlah
10 – 30%, karena penggunaan jagung yang terlalu banyak akan
menyebabkan kandungan protein dalam pakan rendah, dan sebaliknya
kandungan karbohidratnya tinggi.
Tabel 3. Komposisi Kimia Jagung
Komponen Satuan Komposisi
Bahan Kering % 86,46
Protein Kasar % 10,56
Abu % 2,09
Serat kasar % 2,84
Lemak % 4,93
BETN % 66,99
Kalsium (Ca) % 0,06
Fosfor (P) % 0,36
Energi Bruto Kal/g 4.084,35
Sumber: Laboratorium Makanan Ternak, Balai Besar
Industri Agro (2003) dan Laboratorium Kimia Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan IPB (1998)

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 7 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

3) Tepung Terigu
Tepung terigu merupakan olahan dari biji gandum yang umumnya
digunakan sebagai bahan baku pakan ikan karena mengandung protein
yang cukup tinggi. Selain itu, dalam proses pengolahan pakan, tepung
terigu juga berfungsi sebagai perekat. Kandungan nutrisi yang terkandung
dalam tepung terigu adalah protein (9%); karbohidrat (77%); lemak (1 –
1,5%); dan air (12%).

c) Bahan baku limbah industri pertanian merupakan bahan baku yang


berasal dari limbah pertanian baik hewani maupun nabati, seperti tepung
darah, tepung kepala udang, bungkil kelapa, ampas tahu atau dedak halus.
1) Tepung Darah
Darah yang akan dibuat tepung dapat berasal dari limbah rumah
pemotongan ternak. Tepung darah mengandung protein sebanyak 71,45%,
lemak 0,42%, karbohidrat 13,12%, serat 7,95% dan air 5,19%. Meskipun
protein yang terkandung dalam darah cukup tinggi, akan tetapi
penggunaannya disarankan < 5%, karena proteinnya sulit dicerna.
2) Tepung cangkang udang
Cangkang udang adalah bahan yang berasal dari hasil pembuangan atau
limbah industri pengolahan, biasanya terdiri dari kepala, kulit dan sedikit
sisa daging. Tepung ini merupakan bahan baku yang potensial dan baik
untuk pembuatan pakan. Tepung cangkang udang mengandung protein
dan serat yang cukup tinggi serta kitin yang sulit dicerna oleh ikan,
sehingga pemakaiannya dalam pakan sebaiknya tidak melebihi 10%.
3) Tepung Tetalan Daging Sisa (limbah industri)
Tepung ini berasal dari sisa – sisa daging yang melekat di kepala, kaki, dan
jeroan (lambung, usus, hati dan limpa). Tepung ini dapat menggantikan
tepung ikan 100%.
4) Tepung Bulu
Jika memilih tepung bulu sebagai pengganti tepung ikan, maka jumlahnya
tidak boleh lebih dari 5% karena tepung bulu mengandung gelatin yang
sulit dicerna oleh ikan. Pada pakan udang, tepung bulu merupakan sumber
mineral yang digunakan dalam proses pergantian kulit (moulting).

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 8 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

5) Dedak
Dedak berasal dari dalam negeri, yaitu dari hasil ikutan penggilingan padi
yang banyak dipakai sebagai bahan formulasi pakan ikan. Bahan yang
terkandung dalam dedak adalah:
- Kulit padi atau gabah yang banyak mengandung serat kasar dan mineral
- Selaput putih yang mengandung protein, vitamin B1, lemak dan mineral
- Bahan karbohidrat yang mudah dicerna
Salah satu kelemahan dari dedak adalah mengandung lemak yang tinggi
dan mudah tengik, sehingga diperlukan teknologi pengolahan dan
penyimpanan yang tidak murah.

Tabel 4. Komposisi Kimia Bungkil Kedelai dan Bahan Baku Penggantinya


Bungkil Bungkil Ampas Ampas
Komponen Satuan
Kedelai Kapuk Kecap Tahu
Bahan Kering % 87,63 90,02 87,83 86,68
Protein Kasar % 40,41 31,37 26,79 21,25
Abu % 6,09 6,94 24,89 3,03
Serat kasar % 7,668 31,81 7,72 20,24
Lemak % 3,65 5,83 20,16 8,16
BETN % 29,66 23,42 11,40 34,13
Kalsium (Ca) % 0,32 0,40 0,37 0,63
Fosfor (P) % 0,64 0,87 0,41 0,24
NaCl % - - 20,60 -
Energi Bruto Kal/g 4.326,6 - 4.541 3.773
Sumber: Laboratorium Makanan Ternak, Balai Besar Industri Agro (2003) Laboratorium
Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB (1998)

6) Ampas tahu
Ampas tahu merupakan sisa hasil pembuatan tahu yang memiliki
kandungan gizi yang cukup baik. Energi yang terkandung dalam ampas
tahu sebesar 414 kilokalori. Selain itu, ampas tahu juga mengandung
protein 26,6%, karbohidrat 41,3%, lemak 18,3%, kalsium 19%, fosfor
29%, dan zat besi 4%. Dari penelitian yang dilakukan terhadap 100 gram
ampas tahu, diketahui ampas tahu juga mengandung vitamin A sebanyak 0
IU, vitamin B 12 0,2 miligram dan vitamin C 0 miligram.
Menurut Sudigdo (1983), ampas tahu dapat diawetkan dengan
mengubahnya menjadi tepung.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 9 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Berikut ini disajikan berbagai macam bahan baku hewani, nabati, limbah
pertanian dan bahan baku yang berasal dari sumber lainnya, disertai
dengan komposisi nutrisi yang terkandung dalam setiap bahan baku pakan
tersebut.
Tabel 5. Kandungan Nutrisi dalam Bahan Baku Pakan
PROTEIN KARBOHIDRA LEMAK
JENIS BAHAN BAKU
(%) T (%) (%)
Nabati
Tepung dedak padi 11,35 28,62 12,15
Tepung dedak gandum 11,99 64,78 1,48
Tepung cantel 13,00 47,85 2,05
Tepung terigu 8,90 77,30 1,30
Tepung kedelai 39,6 29,50 14,30
Tepung sagu 7,25 77,45 0,55
Tepung bungkil kelapa 17,09 23,77 9,44
Tepung biji kapok randu 27,40 18,60 5,60
Tepung biji kapas 19,40 - 19,50
Tepung biji gandum 27,8 59,6 4,3
Tepung daun turi 27,54 21,30 4,73
Tepung daun lamtoro 36,82 16,08 5,40
Tepung daun singkong 34,21 14,69 4,60
Tepung jagung 7,63 74,23 4,43
Tepung kanji 0,41 86,40 0,54
Tepung daung akasia 25,7 41,7 5,6
Tepung daun kangkung 28,5 43,6 5,4
Tepung daun pepaya 20,7 42,6 11,6
Tepung kopra 22,0 44,3 6,7
Tepung maizena 62,6 25,9 7,7
Hewani
Tepung ikan import 62,65 5,81 15,38
Tepung rebon 59,40 3,20 3,60
Tepung benawa/kepiting 23,38 0,06 25,33
Tepung ikan mujair 55,6 7,36 11,2
Tepung ikan teri 63,76 4,1 3,7
Tepung ikan petek 60,0 2,08 15,12
Tepung kepiting 53,62 13,15 3,66
Tepung cumi 62,21 - -
Tepung ikan kembung 40,63 1,26 5,25
Tepung rebon 13,37 1,67 1,52
Tepung bekicot 54,29 30,45 4,18
Tepung cacing tanah 72,00 - -
Telur ayam/itik 12,80 0,70 11,50
Tepung tongkol 55,72 6,62 4,11
Limbah Pertanian
Isi perut hewan mamalia 8,39 5,54 53,51
Tepung anak ayam 61,65 - 27,3
Bungkil kelapa sawit 18,7 64 4,5
Tepung kepala udang 53,74 0 6,65
Tepung anak ayam 61,56 - 27,30
Tepung kepompong ulat sutera 46,74 - 29,75
Bungkil kacang tanah 49,5 28,3 11,4
Tepung darah 71,45 13,32 0,42
Tepung kerang 66,56 - -
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 10 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

PROTEIN KARBOHIDRA LEMAK


JENIS BAHAN BAKU
(%) T (%) (%)
Silase ikan 18,20 - 1,20
Ampas tahu 23,55 43,45 5,54
Bekatul 10,86 45,46 11,19
Sumber Lainnya
Gelatin 94,4 5,1 0,0
Susu 35,60 52,00 1,00
Ragi 55,2 35,1 0,8

d) Bahan Tambahan
Selain ketiga bahan baku diatas, masih ada bahan lain yang digunakan dalam
pembuatan pakan, yaitu bahan tambahan. Bahan tambahan ini merupakan
bahan yang berfungsi untuk melengkapi kebutuhan nutrisi yang tidak terdapat
dalam bahan baku untuk pembuatan pakan, seperti vitamin mineral,
antioksidan, bahan perekat. Bahan tambahan juga berfungsi untuk
merangsang nafsu makan atau memberi aroma pakan, memperbaiki tekstur
pakan, membantu memperbaiki proses metabolisme ikan dan proses
pencernaan.
1) Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang esensial bagi pertumbuhan ikan
dan harus didatangkan melalui pakan, sebab ikan tidak mampu mensistesis
vitamin dalam tubuhnya. Kebutuhan ikan akan vitamin sebenarnya tidak
terlalu besar, namun tetap harus tersedia karena vitamin berperan untuk
menjaga agar proses-proses yang terjadi di dalam tubuh ikan tetap
berlangsung dengan baik. Vitamin yang ditambahkan ke dalam pakan
buatan biasanya adalah vitamin-mix (premix), yang merupakan campuran
berbagai macam vitamin yang diperlukan oleh ikan, seperti vitamin A, D, E,
K, B1, B2, B12, dan C.
Tabel 6. Sumber Vitamin dalam Bahan Baku Pakan
Jenis Vitamin Sumber
Tiamin Kedelai, kulit ari biji-bijian, ragi kering dan daging segar
Riboflavin Daging segar, biji-bijian, dan protein minyak biji-bijian
Piridoksin Biji-bijian dan limbahnya, ragi, dan daging segar
Asam pantotenat Kulit ari, ragi, jaringan daging, dan daging ikan
Niasin Ragi, kacang-kacangan, dan daging
Asam folat Ragi, daging ikan, dan jaringan glandular (hati dan ginjal)
Vitamin B-12 Daging dan limbah ternak lainnya serta tepung ikan
Asam askorbat Hati dan ginjal sapi serta ikan segar
Biotin Tepung ikan, tepung kacang, tepung kedelai, susu, dan

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 11 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

ragi
Inositol Terdapat dalam jumlah banyak dalam pakan ikan
Kolin Benih gandum, kedelai, tepung sayuran, jantung, dan hati
Vitamin A Minyak ikan dan tepung ikan
Vitamin D Minyak Ikan
Vitamin E Benih gandum, kedelai, dan jagung
Vitamin K Daun alfalafa, kedelai dan hati hewan ternak
Sumber: Modifikasi dari Watanabe, 1988
Keterangan : kolin dan inositol bukan vitamin dalam arti yang sebenarnya tetapi,
merupakan senyawa kimia yang memiliki sifat seperti vitamin.

Kekurangan vitamin atau avitaminosis pada ikan akan mengakibatkan


kelainan - kelainan pada tubuh, baik kelainan bentuk maupun fungsi faal
(fisiologi). Sebaliknya, apabila kelebihan vitamin juga dapat menimbulkan
penyakit hipervitaminosis.

Pemberian pakan ikan dengan suplemen vitamin C 300 mg/kg dapat


meningkatkan ketahanan tubuh terhadap stress akibat kandungan oksigen
terlalu rendah. Percobaan yang dilakukan Nuranto (1991) menunjukkan
bahwa pada ikan lele dengan panjang 7-8 cm membutuhkan kadar vitamin
C dalam pakan sebanyak 100 mg/kg pakan, sedangkan kadar vitamin 25
mg/kg pakan memperlihatkan gejala defisiensi. Li (2008) menyatakan
bahwa, untuk jenis-jenis ikan catfish, kebutuhan vitamin E berkisar antara
60 – 240 mg/kg ransum ikan. Kadar vitamin E 60 mg/kg pakan dapat
memberikan kelangsungan hidup ikan yang tinggi.
Tabel 7. Penggunaan Vitamin Pada Pakan Ikan Untuk Ikan Tropis
Bahan Baku Kandungan dalam Pakan
(mg/kg pakan kering)
Vitamin A 6.000 I.U
Vitamin D5 1.000 IU
Vitamin E 60
Vitamin K 12
Vitamin C 240
Vitamin B1 24
Vitamin B2 24
Vitamin B3 (Niacin) 120
Vitamin B5 (Pantothenic acid) 60
Vitamin B6 24
Vitamin B7 (Biotin) 0,24
Vitamin B Kompleks/B9 (Folid acid) 6
Kolin Klorida (Choline chloride) 540
Vitamin B12 0,24
Sumber: Chow, 1982 FI: DP/IND/75/031 FAO, Rome dalam Fish Nutrition Third Edition.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 12 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Tabel 8. Penggunaan Vitamin Pada Catfish


Bahan Baku Kandungan dalam Pakan
(mg/kg pakan kering)
Vitamin A 800 I.U
Vitamin D3 400 IU
Vitamin E 8
Vitamin K (Menadione) 4
Vitamin C 80
Vitamin B7 (Biotin) 0,4
Choline 1200
Vitamin B Kompleks/B9 (Folid acid) 2
Vitamin B3 (Niacin) 100
Vitamin B5 (Pantothenic acid) 16
Pyridoxine 4
Vitamin B2 8
Vitamin B1 4
Inositol 12
Vitamin B12 0,008
BHT 60
Ethoxyquin 40
Sumber: Halver, 1982 FI: DP/HUN/79/001 FAO, Rome dalam Fish Nutrition Third Edition.

2) Mineral
Mineral adalah bahan anorganik yang dibutuhkan oleh ikan untuk
pembentukan jaringan tubuh, proses metabolisme dan mempertahankan
keseimbangan osmosis. Zat-zat mineral dalam tubuh ikan banyak memiliki
fungsi antara lain:
 Membentuk bagian dari kerangka, gigi, kulit dan hemoglobin
 Mempertahankan sistem celloid (tekanan osmosis, vicisity, difusi)
 Sebagai sumber buffer untuk mempertahankan keasaman pada level
tertentu.

Pada umumnya, mineral-mineral tersebut didapatkan dari makanan karena


ikan tidak dapat memproduksi mineral sendiri. Oleh karena itu, beberapa
macam mineral yang penting perlu kita tambahkan pada proses pembuatan
pakan. Menurut Lovell, beberapa mineral yang dibutuhkan oleh ikan
adalah:
 Ca (Kalsium) dan P (Phospor), digunakan untuk pertumbuhan tulang
dan menjaga agar jaringan tubuh dapat bekerja secara normal.
 NaCL (Natrium Klorida), digunakan untuk pertumbuhan.
 Fe (Ferum), digunakan untuk pembentukan sel darah merah.
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 13 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

 Cu (Cuprum) membantu penggunaan Fe dalam tubuh.


 I (Iodium), untuk pembentukan tiroxin (hormon tiroid).
 Mn (Mangan), membantu proses ovulasi dan reproduksi.

Ikan membutuhkan mineral dalam jumlah yang sedikit. Oleh karena itu,
kebutuhan optimal mineral yang terkandung dalam pakan hanya sekitar 1 –
2 %.
Tabel 9. Penggunaan Mineral Pada Pakan Ikan Untuk Ikan Tropis
Kandungan dalam Pakan
Bahan Baku
(mg/kg pakan kering)
Fe 50
Cu 3
Mn 20
Zn 30
I 0,1
Co 0,01
Se 0,1
Sumber: Chow, 1982 FI: DP/IND/75/031 FAO, Rome dalam Fish Nutrition Third
Edition.

3) Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa atau zat antitengik yang dapat menghambat,
menunda, memperlambat atau mencegah reaksi oksidasi pakan/bahan
pakan meskipun dalam konsentrasi yang kecil, sehingga tidak mudah
tengik. Oleh karena itu, senyawa antioksidan memiliki peran penting dalam
mempertahankan mutu produk pangan dan menghambat berbagai jenis
kerusakan seperti perubahan warna dan aroma, ketengikan, perubahan
tekstur dan bahan perubahan nilai gizi. Sumber antioksidan dapat diperoleh
secara alami dan sintetis.

Antioksidan alami merupakan antioksidan yang diperoleh secara alami


dari dalam bahan pakan itu sendiri, baik yang terbentuk selama dari reaksi-
reaksi selama proses pengolahan maupun yang diisolasi dari sumber alami
yang tidak dapat dimakan dan digunakan sebagai bahan tambahan
makanan. Bahan pangan nabati merupakan bahan pangan yang paling
banyak mengandung antioksidan. Penambahan vitamin dalam bahan
pangan juga menjadi sumber antioksidan. Salah satu contohnya adalah
vitamin E. Sebagai antioksidan, vitamin E dapat melindungi lemak atau

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 14 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

asam lemak yang terdapat dalam membran sel agar tidak teroksidasi.
Contoh lain dari antioksidan alami adalah vitamin A, E, C, polyphenol,
glutation, asam ellagic, dll.

Selain antioksidan alami, terdapat pula antioksidan sintetis, yaitu


antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia dan diproduksi
untuk tujuan komersial, misalnya BHT (butylated hydroxytoluena), BHA
(butylated hydroxyanisole), propil galat, TBHQ (tert-butil hidroksi quinon),
tokorefol, dll.

Dosis penggunaan dari kebanyakan antioksidan berkisar antara 200 - 300


g/ton untuk bahan baku mengandung lebih dari 10 % lemak. Misalnya
penggunaan dalam pakan untuk etoksikuin adalah 150 ppm, BHT 200 ppm,
BHA 200 ppm. Pakan mengandung antioksidan dapat disimpan selama 3 - 6
minggu, bahkan jika disimpan pada suhu tinggi (50o C dan kelembaban
nisbi 80 - 90 %).

4) Bahan Perekat (binder)


Penggunaan bahan perekat (binder) dalam pakan berhubungan dengan
kualitas pakan, terutama sifat fisik pakan. Adanya bahan perekat (binder)
di dalam pakan mampu meningkatkan daya apung pakan maupun stabilitas
pakan dalam air. Oleh karena itu, bahan perekat (binder) merupakan bahan
tambahan yang sengaja ditambahkan ke dalam formula pakan untuk
menyatukan semua bahan baku yang digunakan dalam membuat pakan.

Dikenal 2 (dua) jenis bahan perekat, yaitu alami dan sintetis. Contoh bahan
perekat alami yang sering digunakan adalah tepung tapioca, tepung gaplek,
tepung terigu, tepung jagung, tepung beras, onggol, molasses, bungkil inti
sawit, dan rumput laut. Sedangkan bahan perekat sintetis yang biasa
digunakan adalah CMC (Carboksil Metil Cellulosa). Akan tetapi, CMC kurang
ekonomis dan efektif apabila digunakan sebagai bahan perekat karena
harganya cukup mahal. Oleh karena itu, dalam pembuatan pakan skala
tradisional atau kecil, banyak menggunakan bahan perekat alami dari
bahan baku nabati atau hewani. Selain sebagai bahan perekat, penggunaan
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 15 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

bahan baku nabati dan hewani ini juga akan meningkatkan kandungan
protein dalam pakan.

Nasution (2006), dalam penelitiannya menggunakan tepung tapioka


sebagai bahan perekat pada pakan ikan sebanyak 5% dan hasilnya pakan
ikan memiliki daya apung di atas permukaan air selama ±10 menit.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mulia dan Maryanto (2014)
tentang uji fisik dan kimiawi pakan ikan yang menggunakan bahan perekat
alami, diketahui bahwa penggunaan tepung tapioka dan tepung terigu
sebanyak masing-masing 10% dari bobot ramuan pakan mampu
meningkatkan daya apung yaitu sebesar 294 – 303,45 menit. Konsentrasi
ini diduga paling efektif karena menyamai daya apung pakan
komersil, yaitu 283 menit. Hasil ini berbanding lurus dengan tingkat
kekerasan pakan, tepung tapioka dan tepung terigu selain sebagai sumber
energi, juga berperan sebagai bahan perekat yang baik, sehingga pakan
yang dihasilkan memiliki tingkat kekerasan yang baik (Mudjiman, 2004).

5) Atraktan
Atraktan adalah bahan yang dicampurkan dalam pakan dengan jumlah
sedikit untuk meningkatkan asupan pakan (feed intake). Adanya atraktan
dalam pakan akan memungkinkan ikan mengenali pakan tersebut sebagai
sumber makanannya. Penambahan atraktan pada pakan dapat
mempercepat waktu produksi dan penambahan atraktan yang sesuai dapat
mengurangi sisa pakan, sehingga kualitas media pemeliharaan dan
lingkungan menjadi lebih baik.

Pakan dengan protein rendah biasanya banyak mengandung bahan baku


nabati. Pakan jenis ini tidak berbau amis, karena kandungan unsur
hewaninya rendah. Oleh karena itu, perlu penambahan atraktan dalam
pakan pada saat penyusunan formulasi. Pada umumnya, terdapat dua
sumber senyawa atraktan yang digunakan dalam pakan, yaitu atraktan
alami dan kimiawi. Jika mempertimbangkan aspek keamanan pangan ( food
safety), maka penggunaan bahan alami akan lebih memiliki prospek
dibandingkan bahan tambahan kimiawi. Hal ini disebabkan karena efek
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 16 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

kumulatif bahan tambahan kimiawi biasanya terjadi pada makanan yang


mengandung bahan kimiawi, sehingga penggunaan dalam jangka panjang
dapat berdampak pada kesehatan manusia.

Sumber atraktan alami yang biasa ditambahkan dalam pakan adalah


tepung cumi, terasi udang, kerang darah, minyak ikan, atau minyak cumi.
Oleh karena bau amis tidak selalu berhubungan langsung dengan nafsu
makan dan adakalanya ikan lebih tertarik pada bau pakan tertentu
meskipun tidak berbau amis, maka minyak ikan dan minyak cumi meskipun
tidak berbau amis, namun merupakan atraktan yang baik. Penelitian yang
dilakukan oleh EL-Dakkar pada tahun 2008 menunjukkan bahwa
penggunaan ekstrak daun bawang putih dan marjoram (dried basil leaves,
DBL) sebagai bahan atraktan dalam pakan ikan nila dapat meningkatkan
kecernaan protein dan energi serta menurunkan level pencernaan terhadap
lemak dan karbohidrat. Penambahan DBL 2% secara signifikan juga
memberikan pertumbuhan lebih baik dan dapat mengurangi limbah. Dua
keuntungan yang diperoleh dari penambahan DBL adalah biaya pembuatan
pakan yang rendah dan indeks keuntungan yang tinggi karena nilai FCR
lebih kecil.

Untuk sumber atraktan kimiawi, beberapa senyawa seperti L-asam amino,


nukleotida, dan betaine merupakan stimulus pada mekanisme tanggap ikan
terhadap pakan.

2. Metode Penyusunan Formulasi Pakan

Komposisi nutrisi dalam pakan buatan disusun berdasarkan kebutuhan zat gizi
setiap jenis ikan. Untuk dapat menentukan jumlah dan kandungan nutrisi pakan
yang akan dibuat berdasarkan kebutuhan zat gizi setiap jenis ikan, diperlukan
pengetahuan tentang formulasi pakan. Formulasi yang baik berarti mengandung
semua nutrisi yang diperlukan ikan, secara ekonomis murah dan mudah diperoleh
sehingga memberikan keuntungan.
Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun formulasi
pakan, yaitu:

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 17 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

1. Kebutuhan nutrisi ikan;


2. Kebiasaan makan dan makanan ikan;
3. Ketersediaan bahan lokal, harga dan komposisi bahan;
4. Kemampuan organisme memanfaatkan bahan tersebut;
5. Bahan tambahan yang diperlukan;
6. Tipe pakan yang diinginkan sesuai dengan umur ikan yang dibudidayakan
(larva, post larva, induk).

Untuk pakan produksi, disamping memperhatikan nutrisinya juga harus


mempertimbangkan faktor ekonomi, penyimpanan dan pengiriman. Tabel yang
disajikan di bawah adalah contoh kebutuhan nutrisi pakan untuk ikan lele, ikan
gurami dan ikan mas.
Tabel 10. Kebutuhan Nutrisi Untuk Ikan Lele (SNI 01-4087-2006)
Satuan Persyaratan
No Jenis Uji (dalam Pembesaran
Benih Induk
pakan) (benih/konsumsi)
1 Kadar air, maks % 12 12 / 12 12
2 Kadar abu, maks % 13 13 / 13 13
3 Kadar protein, min % 30 28 / 25 30
4 Kadar lemak, min % 5 5/5 5
5 Kadar serat kasar, maks % 6 8/8 8
6 Non protein nitrogen, maks % 0,20 0,20 0,20
7 Kandungan mikroba/toksin Ppb
< 50 – neg < 50 – neg < 50 – neg
(Afiatoksin dan Salmonella) kol/g
8 Kandungan antibiotik terlarang
- Nitrofuran
- Ronidozol
- Dapson
- Kloramfenikol
- Kolikisin µg/kg 0 0 0
- Klorpromazon
- Triklorfon
- Dimetidazol
- Metronidazol
- Aristolochia spp
9 Diameter pellet mm <2 2–3/3–4 >4
10 Floating rate, min % 80 80 80

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 18 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Tabel 11. Kebutuhan Nutrisi Untuk Ikan Mas (SNI 01-4266-2006)


Satuan Persyaratan
No Jenis Uji (dalam
Benih Pembesaran Induk
pakan)
1 Kadar air, maks % 12 12 12
2 Kadar abu, maks % 13 13 13
3 Kadar protein, min % 30 25 30
4 Kadar lemak, min % 5 5 5
5 Kadar serat kasar, maks % 6 8 8
6 Non protein nitrogen, maks % 0,20 0,20 0,20
7 Kandungan mikroba/toksin Ppb
< 50 – neg < 50 – neg < 50 – neg
(Afiatoksin dan Salmonella) kol/g
8 Kandungan antibiotik terlarang
- Nitrofuran
- Ronidozol
- Dapson
- Kloramfenikol
- Kolikisin µg/kg 0 0 0
- Klorpromazon
- Triklorfon
- Dimetidazol
- Metronidazol
- Aristolochia spp
9 Diameter pellet mm <2 2–3 4 – 10
10 Floating rate, min % 80 80 80
11 Kestabilan dalam air, min Jam 1 1 1

Tabel 12. Kebutuhan Nutrisi Untuk Ikan Gurami (SNI 7473:2009)


Satuan Persyaratan Ukuran Ikan
No Jenis Uji (dalam 3–5
5 – 15 (cm) > 15 (cm)
pakan) (cm)
1 Kadar air, maks % 12 12 12
2 Kadar abu, maks % 12 12 13
3 Kadar protein, min % 38 32 28
4 Kadar lemak, min % 7 6 5
5 Kadar serat kasar, maks % 5 6 8
6 Non protein nitrogen, maks % 0,20 0,20 0,20
7 Kandungan mikroba/toksin
- Afiatoksin, maks Ppb 50 50 50
- Kapang, maks kol/g 50 50 50
- Salmonella kol/g neg Neg neg
8 Kandungan antibiotik ppb 0 0 0
9 Diameter pakan mm 1–2 2–3 3–6
Catatan: nilai pada tabel ini berdasarkan pada kondisi pakan apa adanya ( as feed)

Salah satu nutrisi yang harus tersedia dalam pakan adalah protein, karena zat ini
merupakan komponen utama untuk pertumbuhan ikan. Oleh karena itu, dalam

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 19 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

penyusunan formulasi, kebutuhan bahan baku dihitung berdasarkan nilai protein,


standar energi atau berdasarkan imbangan protein dan energi. Namun,
penghitungan berdasarkan standar protein lebih banyak digunakan dalam
menyusun formulasi pakan. Setelah diketahui kandungan protein dari pakan yang
akan dibuat, maka langkah selanjutnya adalah perhitungan komponen zat- zat gizi
yang lain, seperti karbohidrat dan lemak.

Terdapat beberapa cara/metoda untuk menyusun formulasi pakan, diantaranya


adalah metode trial and error, metode segi empat pearson, metode persamaan
aljabar, dan metode lembaran kerja (Worksheet). Mari kita bahas metode tersebut
satu per satu.
a. Metode Trial and Error
Metode trial and error merupakan metode paling sederhana yang biasanya
digunakan oleh pembuat pakan ikan skala kecil. Sesuai dengan namanya,
untuk memperoleh kombinasi bahan baku pakan yang tepat dan memenuhi
nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan, diperlukan beberapa percobaan sampai
mendapatkan kandungan protein sesuai dengan kebutuhan. Apabila hasilnya
baik akan digunakan seterusnya. Namun yang menarik, metode ini dapat
dikerjakan secara komputerisasi menggunakan program excell. Oleh karena
itu, metode ini juga sering disebut dengan model worksheet. Untuk
mempelajari metode ini, akan diberikan contoh penyusunan formulasi pakan
menggunakan metode trial and error secara penghitungan manual.

Perhatikan contoh soal berikut ini:


Berapakah jumlah masing – masing bahan baku yang dibutuhkan untuk
membuat 5 kg pakan ikan lele berprotein 35%, jika digunakan bahan
sebagai berikut:

Jenis bahan baku Kadar nutrisi bahan baku (%)


Protein Karbohidrat Lemak
Dedak padi 11,35 28,62 12,15
Tepung kedelai 39,6 29,50 14,30
Tepung ikan 62,65 5,81 15,38
Ampas tahu 23,55 43,45 5,54
Tepung bekicot 54,29 30,45 4,18

Soal tersebut dapat diselesaikan menggunakan beberapa langkah berikut ini:

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 20 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Langkah 1  Masukkan jumlah bahan baku yang akan digunakan


kemudian jumlahkan, sehingga diperoleh total jumlah bahan
baku sebanyak 100%

Jumlah bahan baku ditentukan dengan mempertimbangkan kadar protein


bahan baku, jenis ikan yang akan mengkonsumsi, macam-macam bahan
baku, harga dan kebutuhan optimal bahan baku untuk setiap jenis ikan.

Jenis bahan Kadar Protein Jumlah bahan Kadar Protein


baku (%) baku (%) bahan baku (%)
Dedak padi 11,35 20 ?
Tepung kedelai 39,6 20 ?
Tepung ikan 62,65 25 ?
Ampas tahu 23,55 20 ?
Tepung bekicot 54,29 15 ?
TOTAL 100 ?

Langkah 1

Langkah 2  Hitung kadar protein pada setiap bahan baku dengan cara
mengalikan jumlah bahan baku yang akan digunakan
dengan kadar protein bahan baku.

Kadar protein bahan baku dihitung dengan cara mengalikan jumlah bahan
baku yang akan digunakan dengan kadar protein bahan baku, misalnya pada
dedak padi diperoleh nilai = (11,35 x 20)/100 = 2,27. Lakukan perhitungan
tersebut untuk semua jenis bahan baku, sehingga akan diperoleh hasil seperti
berikut.

Jenis bahan Kadar Protein Jumlah bahan Kadar Protein


baku (%) baku (%) bahan baku (%)
Dedak padi 11,35 20 2,27
Tepung kedelai 39,6 20 7,92
Tepung ikan 62,65 25 15,66
Ampas tahu 23,55 20 4,71
Tepung bekicot 54,29 15 8,14
TOTAL 100 ?

Langkah 2

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 21 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Langkah 3  Lakukan penjumlahan hasil pengkalian pada Langkah 2 dan


dicek apakah jumlah total kadar protein bahan baku telah
mencapai 35%

Jenis bahan Kadar Protein Jumlah bahan Kadar Protein


baku (%) baku (%) bahan baku (%)
Dedak padi 11,35 20 2,27
Tepung kedelai 39,6 20 7,92
Tepung ikan 62,65 25 15,66
Ampas tahu 23,55 20 4,71
Tepung bekicot 54,29 15 8,14
TOTAL 100 38,70

Langkah 3

Dari hasil tersebut diperoleh kadar protein semua bahan baku adalah 38,70%.
Sementara itu, kadar protein yang diinginkan adalah 35%, sehingga terdapat
kelebihan sebanyak 3,70%.

Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengurangan jumlah bahan baku berprotein
tinggi dan penambahan jumlah bahan baku berprotein rendah hingga benar –
benar diperoleh nilai kadar protein dalam pakan 35%.
Maka, komposisi pakan yang telah diperbaiki menjadi seperti berikut:
Kadar Jumlah Kadar Protein
Jenis bahan
Protein bahan baku bahan baku Keterangan
baku
(%) (%) (%)
Dedak padi 11,35 23 2,61 Penambahan
Tepung kedelai 39,6 22 8,71 Penambahan
Tepung ikan 62,65 20 12,53 Pengurangan
Ampas tahu 23,55 25 5,89 Penambahan
Tepung bekicot 54,29 10 5,43 Pengurangan
TOTAL 100 35,17

Sehingga, untuk membuat pakan ikan lele sebanyak 5 kg berprotein 35%,


diperlukan bahan baku dengan kebutuhan masing – masing sebagai berikut :
Dedak padi : 23 % x 5 kg = 1,15 kg
Tepung kedelai : 22 % x 5 kg = 1,10 kg
Tepung ikan : 20 % x 5 kg = 1,00 kg
Ampas tahu : 25 % x 5 kg = 1,25 kg
Tepung bekicot : 10 % x 5 kg = 0,50 kg
TOTAL = 5,00 kg

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 22 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

b. Metode Lembaran Kerja (Worksheet)


Tujuan penyusunan formulasi model worksheet ini adalah untuk
mempermudah dalam menghitung kebutuhan bahan baku, sehingga diperoleh
formulasi pakan yang lengkap dan akurat beserta kandungan energi, termasuk
biaya yang dikeluarkan untuk membuat pakan. Oleh karena itu, metode ini
banyak digunakan oleh pembuat pakan.

Metode ini menggunakan alat bantu komputer untuk menghitung jumlah


bahan baku yang digunakan dengan membuat lembar kerja (worksheet) pada
program microsoft excell, sehingga membutuhkan pengetahuan tentang
penggunaan program excell.

Langkah – langkah yang dilakukan dalam membuat formulasi pakan


menggunakan model worksheet secara sederhana akan dibahas dalam modul
ini. Anda dapat mengembangkannya lagi, sehingga memudahkan dalam
penghitungan formulasi pakan dan hal – hal lain yang berhubungan dengan
komposisi pakan.

Perhatikan contoh soal berikut ini:


Akan dibuat pakan untuk ikan mas dengan kandungan protein yang
terkandung dalam pakan sebesar 30%, menggunakan bahan baku berupa
tepung jagung, dedak halus, tepung terigu, tepung ikan, tepung kedelai,
tepung kanji, vitamin premix, mineral dan silase ikan.
Hitung jumlah bahan baku yang diperlukan sesuai dengan komposisinya!

Untuk menyelesaikan contoh soal yang diberikan, terlebih dahulu Anda harus
membuka program excell. Pada layar program excell akan muncul kolom –
kolom dan setiap kolom akan terlihat deretan abjad mulai dari A, B, C, dan
seterusnya. Sementara pada barisannya akan terdapat angka 1, 2, 3, dan
seterusnya, seperti tampak pada gambar di bawah ini:

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 23 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Gambar 1
Printscreen contoh Program Excell

Setelah Anda mengetahui perbedaan kolom dan baris pada program excel
tersebut, selanjutnya contoh soal di atas dapat diselesaikan dengan mengikuti
beberapa langkah berikut ini.

Langkah 1
Masukkan data pada kolom A, B, C dan seterusnya serta pada baris 1, 2,
3 dan seterusnya.

Data – data yang akan dimasukkan dan dihitung meliputi jenis dan jumlah
bahan baku, harga bahan baku, serta kandungan nutrisi yang terkandung
dalam pakan dan bahan baku yang digunakan. Namun begitu, Anda dapat
memasukkan data – data lainnya yang berhubungan dengan penghitungan
formulasi sesuai dengan kebutuhan. Misalnya saja, Anda dapat melengkapi
dengan menambahkan informasi terkait kandungan nutrisi lainnya yang
terkandung dalam bahan baku pakan, seperti kadar air, kadar abu atau BETN.

Data lain yang perlu dicatat pada kolom excell adalah kandungan protein
pakan yang akan dibuat, sesuai dengan kebutuhan nutrisi makanan yang
dibutuhkan oleh ikan. Jangan lupa, sajikan pula batas minimal dan maksimal

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 24 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

kandungan nutrisi pakan, karena ada kemungkinan kandungan nutrisi pakan


yang dihasilkan tidak sepenuhnya sama dengan standar nutrisi yang harus
terkandung dalam pakan.
Gambar 2
Contoh hasil Langkah 1

Langkah 2
Masukkan informasi terkait harga bahan (Rp) dan kandungan nutrisi
dalam bahan (%).

Informasi mengenai kandungan gizi/nutrisi dapat Anda peroleh melalui


referensi atau hasil analisa proksimat. Misalnya, berdasarkan referensi hasil
analisis proksimat, diketahui bahwa tepung jagung mengandung protein
sebesar 7,63%, lemak 4,43%, dan karbohidrat 74,23%. Maka, Anda dapat
memasukkan kandungan protein tepung jagung pada kolom “BAHAN” di
kandungan protein, kandungan lemak pada kolom “BAHAN” di kandungan
lemak, dan kandungan karbohidrat pada kolom “BAHAN” di kandungan
karbohidrat. Lakukan hal yang sama untuk jenis bahan baku lainnya.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 25 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Gambar 3
Contoh Hasil Langkah 2

Kandungan protein pakan yang diinginkan adalah 30%, sehingga batasan minimal
dan maksimal ditentukan masih dalam batas antara 30%.

Harga bahan baku ditentukan melalui survei harga pasar pada setiap bahan
baku. Pengetahuan tentang harga bahan ini berguna untuk mengetahui biaya
bahan yang dikeluarkan dalam pembuatan pakan, sehingga dapat membantu
dalam menentukan harga jual pakan yang telah dibuat.
Batasan minimum dan maksimum setiap nutrisi ditentukan berdasarkan
kebutuhan nutrisi yang harus terkandung dalam pakan. Misalnya, pakan untuk
ikan lele yang akan dibuat harus mengandung nutrisi, seperti protein sebesar
30%, karbohidrat sekitar 32% dan lemak 6%. Sehingga, batasan minimum
protein yang terkandung dalam pakan adalah 29,5% dan batasan
maksimumnya 30,4%. Lemak dengan batasan minimum sebesar 5% dan
batasan maksimum sebesar 10%, sedangkan karbohidrat dengan batasan
minimum dan maksimum masing – masing sebesar 30% dan 35%. Batasan –
batasan tersebut mengandung makna bahwa nilai nutrisi yang diperoleh dari
jumlah bahan baku yang ditentukan tidak boleh melebihi atau kurang dari nilai
nutrisi yang diinginkan terkandung di dalam pakan.

Langkah 3
Tentukan jumlah yang diinginkan untuk setiap bahan baku (%).

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 26 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Untuk melengkapi data jumlah bahan baku di dalam tabel excel, maka
dilakukan perkiraan jumlah bahan seperti yang telah dipelajari dalam metode
trial and error. Jumlah seluruh bahan baku tersebut haruslah 100%.

Catatan: Pada kolom jumlah bahan baku, Anda harus merubah bentuk sel menjadi
format PERCENTAGE (%).
Caranya :
 Letakkan kursor pada cell JUMLAH BAHAN BAKU (C1 sampai C15)
 Pada tab Beranda (Home), klik tanda “%” yang terdapat pada kolom dialog “Number”

Gambar 4
Hasil Tampilan Penghitungan Jumlah Bahan Baku

Jumlah seluruh bahan baku adalah 100%. Pada kolom


ini, ketik rumus =SUM(C5:C13). Yang berarti apabila
dijumlahkan, maka hasilnya adalah 100%.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 27 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Langkah 4
Menghitung kesesuaian kadar nutrisi yang diinginkan dengan jumlah
bahan yang digunakan.

Langkah ke-4 dapat diselesaikan dengan menghitung kandungan nutrisi pada


protein terlebih dahulu. Kandungan protein dalam pakan dihitung dengan
menggunakan rumus:

Protein dalam
setiap bahan baku = Jumlah bahan baku (%) x Kadar protein bahan baku
(%)

Kandungan
Hasil dari penjumlahan kandungan protein dalam
protein pakan =
setiap bahan baku (%)
(%)

Gambar 5
Hasil Penyelesaian Langkah 4
Perhatikan hasil penyelesaian berikut ini.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 28 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Sekarang coba Anda lihat angka-angka yang terdapat di dalam kotak berwarna
merah. Angka-angka tersebut adalah hasil perhitungan dari kandungan protein
dalam setiap bahan baku sesuai dengan rumus yang telah dijelaskan di atas.
Jika menggunakan program excel, angka-angka tersebut diperoleh dengan
rumus (=F5*C5), seperti gambar di bawah.
Gambar 6
Contoh rumus tepung ikan dan kedelai

Tanda bintang (*) adalah simbol untuk perkalian yang


digunakan dalam proram excel.

Dari Gambar 6, diketahui bahwa kandungan protein bahan baku tepung ikan
berada pada kolom F dan baris 5, sehingga dituliskan menjadi F5. Sedangkan
jumlah bahan baku (%) tepung ikan, berada pada kolom C dan baris 5,
sehingga dituliskan menjadi C5. Sesuai dengan rumus yang telah dijelaskan di
atas, maka untuk mendapatkan kandungan protein tepung ikan adalah
kandungan protein bahan baku dikalikan dengan jumlah bahan baku, maka
dengan menggunakan aplikasi excel, rumus tersebut menjadi F5*C5.

Bagaimana dengan hasil untuk tepung kedelai? Maka lakukan hal yang sama
seperti pada tepung ikan. Perhatikan jumlah bahan tepung kedelai tersebut
berada pada kolom dan baris yang mana, dan begitu juga dengan kandungan
protein tepung kedelai berada pada baris dan kolom berapa, sehingga
diperoleh hasil F6*C6.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 29 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Dengan meggunakan cara yang sama, kini Anda dapat memperoleh hasilnya
untuk setiap bahan baku dengan mudah.

Anda perlu memperhatikan baris dan kolom kandungan nutrisi dan jumlah bahan
baku. Misalnya untuk mencari kandungan lemak tepung ikan, maka I5*C5 atau
kandungan karbohidrat pada K5*C5

Sekarang perhatikan angka 26,74 yang terdapat dalam kotak warna biru pada
Gambar 5. Angka tersebut adalah “Nutrien Pakan”, yang diperoleh dari jumlah
total protein yang terkandung dalam masing-masing bahan baku pakan, yaitu
1253% + 990% + 76% + 89% + 4% + 170% + 91% +0% + 0% = 26,74.
Dalam program excel, angka tersebut diperoleh dengan rumus =
SUM(G5:G13).

Lakukan Langkah 4 ini untuk mendapatkan semua nilai nutrisi yang


terkandung dalam pakan, termasuk untuk mengetahui biaya operasional
bahan baku yang harus dikeluarkan, sehingga diperoleh hasil seperti pada
gambar di bawah ini.
Gambar 7
Hasil Printscreen Perhitungan Kandungan Protein, Lemak, Karbohidrat dan
Harga Pakan

Dari hasil perhitungan tersebut, terlihat bahwa nilai protein yang terkandung
dalam pakan hanya sekitar 26,74% dari nilai 30% yang diinginkan. Sementara
nilai yang terdapat pada kandungan lemak masih berada pada batasan
minimum – maksimum, yaitu sekitar 9,16%. Dan nilai karbohidrat dalam
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 30 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

pakan yang diperoleh melebihi batas maksimum, yaitu sebesar 36,62%. Oleh
karena nilai protein dan karbohidrat belum sesuai dengan nilai nutrisi yang
diinginkan pada awalnya, sehingga harus dilakukan perhitungan ulang sampai
diperoleh nilai yang sesuai dengan rencana. Oleh karena itu harus dibuat
kembali worksheet selanjutnya seperti gambar berikut.
Gambar 8
Hasil Perhitungan Ulang Kandungan Nutrisi pada Pakan

Perhatikan nutrisi pakan yang terdapat dalam tabel pada Gambar 8 di atas.
Diketahui bahwa nilai kadar protein, lemak dan karbohidrat telah sesuai
dengan yang diinginkan, dimana nilainya berada antara batas minimum –
maksimum. Dan dengan komposisi tersebut, diperoleh bahwa biaya bahan
baku yang dikeluarkan untuk membuat 1 kg pakan ikan sebesar Rp.
16.220,00.

c. Metode Segi Empat Pearson


Penghitungan jumlah setiap bahan baku pada metode ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan kotak segi empat. Oleh karena itu, metode ini sering
disebut dengan metode segi empat. Sedangkan Pearson diambil dari nama
Karl Pearson, yaitu seorang pelopor penggunaan metode statistik dalam
berbagai penelitian bidang biologi maupun pemecahan berbagai permasalahan
yang bersifat sosio ekonomis. Metode ini biasanya digunakan untuk
menggambarkan kadar nutrisi protein, lemak, karbohidrat atau nutrisi lain
yang diperlukan oleh ikan, seperti vitamin dan mineral. Dasar dalam
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 31 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

penyusunan formulasi pakan menggunakan metode ini adalah adanya


pembagian tingkatan protein bahan pakan. Tingkatan tersebut dibagi menjadi
2, yaitu protein basal dan protein suplemen.

Protein Basal adalah semua bahan baku pakan, baik nabati, hewani dan
limbah industri, yang memiliki kandungan protein kurang dari 20%.
Sedangkan protein suplemen adalah semua bahan baku pakan, baik nabati,
hewani dan limbah industri, yang memiliki kandungan protein lebih dari
20%.
Tabel 13
Berbagai Macam Bahan Baku dan Tingkatan Proteinnya
TINGKATAN
PROTEIN KARBH LEMAK
JENIS BAHAN BAKU PROTEIN
(%) (%) (%)
BASAL SUPLEMEN
Tepung terigu 8,90 77,30 1,30 √
Tepung kedelai 39,6 29,50 14,30 √
Tepung daun turi 27,54 21,30 4,73 √
Tepung jagung 7,63 74,23 4,43 √
Tepung ikan import 62,65 5,81 15,38 √
Tepung rebon 59,40 3,20 3,60 √
Dedak padi 11,35 28,62 12,15 √
Tepung bekicot 54,29 30,45 4,18 √
Bungkil kelapa sawit 18,7 64 4,5 √
Tepung kepala udang 53,74 0 6,65 √
Tepung darah 71,45 13,32 0,42 √
Silase ikan 18,20 - 1,20 √
Ampas tahu 23,55 43,45 5,54 √

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode ini
adalah :
 Nilai protein yang diletakkan di tengah kotak harus memiliki nilai di antara
rata – rata protein basal dan suplemen yang diletakkan di sisi kiri kotak.

Tepung ikan 60%

30 %

Tepung jagung 11%

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 32 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Kandungan protein yang diinginkan, yaitu sebesar 30% (berada di tengah


kotak). Nilai ini berada diantara 11% (tepung jagung) dan 60% (tepung
ikan). Apabila tepung ikan digantikan dengan bahan baku lain seperti silase
ikan yang memiliki kandungan protein sebesar 18%, maka metode
perhitungan tidak akan bisa dilakukan, karena nilai 30% berada diluar nilai
11% dan 18%.
 Jika hasil yang diperoleh dari pengurangan antara protein yang diinginkan
dengan protein yang terkandung dalam bahan (terletak di sebelah kanan
kotak) adalah negatif, maka unsur negatif pada nilai ini diabaikan.
Misalnya, hasil pengurangannya adalah -25, maka nilai ini menjadi 25.

Metode ini digunakan untuk menyusun formulasi pakan menggunakan 2 bahan


baku pakan, menggunakan lebih dari 2 bahan baku, menggunakan lebih dari 2
bahan baku dengan penentuan jumlah/bagian bahan yang digunakan, atau
menggunakan kombinasi beberapa bahan baku yang sudah ditetapkan
persentasenya. Berikut ini adalah contoh penyusunan formulasi dengan
menggunakan metode Pearson’s square.

1) Formulasi pakan menggunakan 2 (dua) jenis bahan baku

Perhatikan contoh soal berikut ini:


Akan dibuat pakan yang mengandung protein 35% dengan menggunakan
bahan baku tepung ikan (65% protein) dan dedak (12% protein),
sebanyak 50 kg.
Hitung jumlah bahan baku yang diperlukan sesuai dengan komposisinya!

Berikut ini adalah langkah – langkah yang dilakukan untuk menyusun


formulasinya:
i. Buat kotak segi empat

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 33 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

ii. Cantumkan jumlah protein yang diinginkan di tengah – tengah kotak segi
empat yang telah dibuat

35 %

iii. Letakkan nilai protein pada masing – masing bahan baku yang telah
ditentukan di sudut kiri atas dan bawah kotak segi empat

Tepung ikan 65%

35 %

Dedak 12%

iv. Kurangkan jumlah protein yang terdapat dalam bahan baku dengan protein
yang diinginkan dalam kotak dan letakkan hasilnya secara diagonal di sudut
kanan kotak (tanda positif maupun negatif tidak perlu dicantumkan).

Tepung ikan 65% 23 %

35%

Dedak 12% 30 %

Nilai 30 % pada sudut kanan bawah kotak segi empat diperoleh dari 65% -
35% = 30%; sedangkan nilai 23% pada sudut kanan atas kotak segi
empat diperoleh dari 12% - 35% = - 23% (abaikan tanda negatifnya),
sehingga menjadi 23%.

Untuk mempermudah penghitungan dan sebagai pengingat, maka


letakkan hasil pengurangan secara diagonal.

v. Jumlahkan kedua hasil pengurangan tersebut.


Tepung ikan 65% 23 %

35%

Dedak 12% 30 %
+
53 %
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 34 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

vi. Kebutuhan setiap bahan baku diperoleh dengan membagi hasil


pengurangan (poin iv) dengan jumlah hasil pengurangan (poin v) dikalikan
dengan 100%.
Hasilnya adalah:
23%
Tepung ikan = x 100% = 43,40%
53%

30%
Dedak = x 100% = 56,60%
53%

Jadi, untuk membuat 50 kg pakan yang mengandung 50% protein,


membutuhkan:
- Tepung ikan, sebanyak 43,40% x 50 kg = 21,17 kg
- Dedak, sebanyak 56,60% x 50 kg = 28,30 kg
Untuk membuktikan bahwa komposisi bahan baku yang dipergunakan
untuk membuat pakan ikan mengandung kadar protein 35% adalah
dengan mengalikan kandungan protein pada bahan baku dengan
kandungan protein yang digunakan, sebagai berikut:
Kandungan protein Jumlah bahan Hasil kali
Nama
dalam bahan baku yang dibutuhkan
bahan
a b axb
Tepung ikan 65 % 43,40% 28,21
Dedak 12% 56,60% 6,80
Jumlah protein dalam pakan(%) 35,01

2) Formulasi pakan menggunakan lebih dari 2 (dua) jenis bahan


baku
Pakan ikan yang dibuat menggunakan lebih dari 2 bahan baku sangat
memungkinkan untuk diselesaikan menggunakan metode Pearson’s square.
Satu hal yang perlu diperhatikan jika menggunakan lebih dari 2 bahan baku
adalah pengelompokkan setiap bahan baku tersebut ke dalam protein basal
dan suplemen.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 35 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Contoh Soal 1:
Akan dibuat pakan ikan lele sebanyak 50 kg dengan kandungan protein
40%, menggunakan bahan baku sebagai berikut:

Nama bahan baku Kandungan protein


dalam bahan
Bahan Utama :
Tepung ikan 62,65 (%)
Tepung kedelai 39,60 (%)
Dedak halus 11,35 (%)
Tepung terigu 8,90 (%)
Tepung jagung 7,63 (%)

Hitunglah jumlah bahan baku yang diperlukan sesuai dengan


komposisinya!

Berikut ini adalah langkah – langkah yang dilakukan untuk menyusun


formulasinya:
i. Kelompokkan bahan baku yang tergolong ke dalam protein basal dan
suplemen. Hasilnya adalah:
Protein suplemen : Protein basal :
 Tepung ikan 62,65 %  Dedak halus 11,35 %
 Tepung kedelai 39,60 %  Tepung terigu 8,90 %
 Tepung jagung 7,63 %

ii. Jumlah dan rata – ratakan kelompok protein suplemen dan basal :
Protein suplemen : Protein basal :
 Tepung ikan 62,65 %  Dedak halus 11,35 %
 Tepung kedelai 39,60 %  Tepung terigu 8,90 %
 Tepung jagung 7,63 %
Jumlah 102,25 % Jumlah 27,88 %
Rata – rata 51,13 % Rata – rata 9,29 %

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa rata – rata protein basal sebesar
9,29% (diperoleh dari 27,88% : 3) dan rata – rata protein suplemen
sebesar 51,13% (diperoleh dari 102,25% : 2).

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 36 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

iii. Buat kotak segi empat dan cantumkan jumlah protein yang diinginkan di
tengah – tengah kotak segi empat yang telah dibuat.

40%

iv. Letakkan rata – rata protein hewani dan nabati pada sudut kiri atas dan
bawah kotak segi empat.

Protein suplemen 51,13%

40 %

Protein basal 9,29%%

v. Kurangkan jumlah protein yang terdapat dalam bahan baku dengan protein
yang diinginkan dalam kotak dan letakkan hasilnya secara diagonal di sudut
kanan kotak (tanda positif maupun negatif tidak perlu dicantumkan).

Protein suplemen 51,13% 30,71%

40 %

Protein basal 9,29% 11,13%

Nilai 30,71 % pada sisi kanan atas kotak segi empat diperoleh dari : 9,29
% - 40 % = 30,71% (tanda negatif diabaikan); dan nilai 11,13 % pada
sisi kanan bawah kotak segi empat diperoleh dari : 51,1,3 % - 40 % =
11,13 %.
vi. Jumlahkan kedua hasil pengurangan tersebut.

Protein suplemen 51,13% 30,71%

40 %

Protein basal 9,29% 11,13%


+
41,84%

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 37 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

vii. Kebutuhan setiap bahan baku diperoleh dengan membagi hasil


pengurangan (poin v) dengan jumlah hasil pengurangan (poin vi) dikalikan
dengan 100 %.
30,71%
Protein suplemen = X 100% = 73,40%
41,84%

11,13%
Protein basal = X 100% = 26,60%
41,84%

Jadi, untuk membuat pakan yang mengandung protein 40%,


membutuhkan protein basal sebanyak 26,60% dan protein suplemen
sebesar 73,40%.
viii. Oleh karena bahan baku yang termasuk dalam protein basal ada tiga, yaitu
dedak halus, tepung terigu dan tepung jagung, maka komposisi maing –
masing bahan baku adalah :
 Dedak halus = 26,60 % : 3 = 8,87%
 Tepung jagung = 26,60 % : 3 = 8,87%
 Tepung terigu = 26,60 % : 3 = 8,87%
Sedangkan bahan baku yang termasuk dalam protein suplemen ada dua,
yaitu tepung ikan dan tepung kedelai, maka komposisi masing – masing
bahan baku adalah:
 Tepung ikan = 73,40% : 2 = 36,70%
 Tepung kedelai = 73,40% : 2 = 36,70%
ix. Hasil yang telah diperoleh pada poin viii dibuktikan dengan cara
mengalikan kandungan protein pada bahan baku dengan kandungan
protein yang digunakan.
Kandungan
Jumlah bahan
protein dalam Hasil kali
Nama bahan yang dibutuhkan
bahan baku
A B AxB
Tepung ikan 62,65 % 36,70 % 22,99 %
Tepung kedelai 39,60 % 36,70 % 14,53 %
Dedak halus 11,35 % 8,87 % 1,01 %
Tepung terigu 8,90 % 8,87 % 0,79 %
Tepung jagung 7,63 % 8,87 % 0,68 %
Jumlah 40, 00 %

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 38 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

x. Jadi, untuk membuat pakan berprotein 40% sebanyak 10 kg (10.000 gram)


diperlukan bahan baku dengan komposisi sebagai berikut :
 Tepung ikan = 36,70% X 10.000 gram = 3.670 gram
 Tepung kedelai = 36,70% X 10.000 gram = 3.670 gram
 Dedak halus = 8,87% X 10.000 gram = 887 gram
 Tepung jagung = 8,87% X 10.000 gram = 887 gram
 Tepung terigu = 8,87% X 10.000 gram = 887 gram
Total = 10.001 gram
= 10 kg

Contoh Soal 2:
Akan dibuat pakan ikan lele sebanyak 50 kg dengan kandungan protein
40%, menggunakan bahan baku sebagai berikut:

Nama bahan baku Kandungan protein


dalam bahan
Bahan Utama :
Tepung ikan 62,65 (%)
Tepung kedelai 39,60 (%)
Dedak halus 11,35 (%)
Tepung terigu 8,90 (%)
Tepung jagung 7,63 (%)
Bahan Tambahan :
Tepung kanji, sebanyak 10 %
Vitamin, sebanyak 5 %
Mineral, sebanyak 5 %

Hitunglah jumlah bahan baku yang diperlukan sesuai dengan


komposisinya!

Berikut ini adalah langkah – langkah yang dilakukan untuk menyusun


formulasinya:
i. Kelompokkan bahan baku yang tergolong ke dalam protein basal dan
suplemen. Hasilnya seperti yang telah dijelaskan pada Contoh Soal
1: Langkah i

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 39 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

ii. Jumlah dan rata – ratakan kelompok protein suplemen dan basal.
Hasilnya seperti yang telah dijelaskan pada Contoh Soal 1:
Langkah ii
iii. Jumlahkan total bahan tambahan yang digunakan untuk membuat pakan.
Bahan Tambahan Kebutuhan
 Tepung kanji 10 %
 Vitamin 5%
 Mineral 5%
Jumlah 20 %

iv. Karena menggunakan bahan tambahan sebanyak 20%, maka jumlah


bahan utama berkurang menjadi:
100% - 20% = 80 %.
Nilai protein dalam pakan dihitung dengan menggunakan rumus:

Jumlah total bahan


Protein yang diinginkan X
Jumlah bahan tambahan

Sehingga nilai protein dalam pakan berubah menjadi:


100%
40% 𝑥 = 50%
80%
v. Buat kotak segi empat dan cantumkan jumlah protein di tengah – tengah
kotak segi empat yang telah dibuat.

50%

vi. Letakkan rata – rata protein hewani dan nabati pada sudut kiri atas dan
bawah kotak segi empat.

Protein suplemen 51,13%

50 %

Protein basal 9,29%%

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 40 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

vii. Kurangkan jumlah protein yang terdapat dalam bahan baku dengan protein
yang diinginkan dalam kotak dan letakkan hasilnya secara diagonal di sudut
kanan kotak (tanda positif maupun negatif tidak perlu dicantumkan).

Protein suplemen 51,13% 40,71%

50 %

Protein basal 9,29% 1,13%

Nilai 40,71 % pada sisi kanan atas kotak segi empat diperoleh dari : 9,29
% - 50 % = 40,71% (tanda negatif diabaikan); dan nilai 1,13 % pada
sisi kanan bawah kotak segi empat diperoleh dari : 51,1,3 % - 50 % =
1,13 %.
viii. Jumlahkan kedua hasil pengurangan tersebut.

Protein suplemen 51,13% 40,71%

50 %

Protein basal 9,29% 1,13%


+
41,84%

ix. Kebutuhan setiap bahan baku diperoleh dengan membagi hasil


pengurangan (poin vii) dengan jumlah hasil pengurangan (poin viii)
dikalikan dengan jumlah bahan baku utama, yaitu 80 %.
40,71%
Protein suplemen = X 80% = 77,84%
41,84%

1,13%
Protein basal = X 80% = 2,16%
41,84%

Jadi, untuk membuat pakan yang mengandung protein 40%,


membutuhkan protein basal sebanyak 2,16% dan protein suplemen
sebesar 77,84%.
xi. Oleh karena bahan baku yang termasuk dalam protein basal ada tiga, yaitu
dedak halus, tepung terigu dan tepung jagung, maka komposisi maing –
masing bahan baku adalah :

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 41 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

 Dedak halus = 2,16 % : 3 = 0,72%


 Tepung jagung = 2,16 % : 3 = 0,72%
 Tepung terigu = 2,16 % : 3 = 0,72%
Sedangkan bahan baku yang termasuk dalam protein suplemen ada dua,
yaitu tepung ikan dan tepung kedelai, maka komposisi masing – masing
bahan baku adalah:
 Tepung ikan = 77,84% : 2 = 38,92%
 Tepung kedelai = 77,84% : 2 = 38,92%
xii. Hasil yang telah diperoleh pada poin viii dibuktikan dengan cara
mengalikan kandungan protein pada bahan baku dengan kandungan
protein yang digunakan.
Kandungan
Jumlah bahan
protein dalam Hasil kali
Nama bahan yang dibutuhkan
bahan baku
A B AxB
Tepung ikan 62,65 % 38,92 % 24,38 %
Tepung kedelai 39,60 % 38,92 % 15,41 %
Dedak halus 11,35 % 0,72 % 0,08 %
Tepung terigu 8,90 % 0,72 % 0,06 %
Tepung jagung 7,63 % 0,72 % 0,05 %
Jumlah 40,00 %

xiii. Jadi, untuk membuat pakan berprotein 40% sebanyak 10 kg (10.000 gram)
diperlukan bahan baku dengan komposisi sebagai berikut :
 Tepung ikan = 38,92% X 10.000 gram = 3.892 gram
 Tepung kedelai = 38,92% X 10.000 gram = 3.892 gram
 Dedak halus = 0,72% X 10.000 gram = 72 gram
 Tepung jagung = 0,72% X 10.000 gram = 72 gram
 Tepung terigu = 0,72% X 10.000 gram = 72 gram
 Tepung kanji = 10% X 10.000 gram = 1000 gram
 Vitamin = 5% X 10.000 gram = 500 gram
 Mineral = 5% X 10.000 gram = 500 gram
Total = 10.000 gram
= 10 kg

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 42 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

d. Metode Persamaan Aljabar


Metode aljabar adalah metode yang menggunakan persamaan matematika
untuk menentukan formulasi pakan. Seperti halnya pada metode Pearson’s
square, metode ini dapat digunakan untuk membuat pakan dengan
menggunakan dua bahan baku pakan atau lebih dari dua bahan baku. Bahan
bakunya diumpamakan menjadi variabel X dan Y. Misalnya adalah variabel X
merupakan berat bahan baku dari kelompok sumber protein suplemen
sedangkan Y merupakan berat kelompok sumber protein basal. Atau bisa juga
dibuat sebaliknya, dimana variabel X merupakan berat kelompok sumber
protein basal sedangkan variabel Y merupakan berat bahan baku dari
kelompok sumber protein suplemen.

Untuk menyelesaikan perhitungan kebutuhan pakan dilakukan menggunakan 2


(dua) cara/metode yang biasanya digunakan dalam penghitungan aljabar,
yaitu substitusi dan eliminasi. Metode substitusi adalah suatu metode mencari
nilai X dan Y dengan cara mengganti dengan persamaan yang lain, sedangkan
metode eliminasi adalah suatu metode untuk mencari nilai X dan Y dengan
cara menghilangkan salah satu komponen dalam persamaan tersebut.

1) Formulasi pakan menggunakan dua macam bahan baku

Contoh soal:
Akan dibuat pakan yang mengandung protein 35% dengan menggunakan
bahan baku tepung ikan (65% protein) dan dedak (12% protein),
sebanyak 5 kg. Hitunglah kebutuhan bahannya!

Berikut ini adalah langkah – langkah yang dilakukan untuk menyusun


formulasinya:

1 Menetapkan komponen X dan Y

Umpamakan kandungan protein tepung ikan dengan X, dan dedak dengan Y,


sehingga diperoleh:
X = protein tepung ikan (protein suplemen)
Y = protein dedak (protein basal)

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 43 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Membuat persamaan berdasarkan kebutuhan bahan baku


2
(persamaan 1); dan kebutuhan protein (persamaan 2)

Jumlah bahan baku pada protein suplemen dan bahan baku pada protein
basal adalah 100, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
X+Y = 100.................. (persamaan 1)
Sedangkan jumlah protein yang diinginkan adalah 35%, terdiri dari 65%
(65/100 = 0,65) tepung ikan (protein suplemen) dan 12% (12/100 = 0,12)
dedak (protein basal). Sehingga didapatkan persamaan 2, sebagai berikut :
0,65X + 0,12Y = 35................... (persamaan 2)

Menghitung nilai X dan Y dengan menggunakan cara substitusi atau


3
eliminasi.

 Secara Substitusi
Pada langkah ini kita akan menyatakan variabel X pada persamaan 1 ke
dalam variabel Y. Atau bisa saja menyatakan variabel Y pada persamaan 1
ke dalam variabel X, yang selanjutnya disebut dengan persamaan 3,
sebagai berikut :
X+Y = 100
Y = 100 – X ……………………………… (persamaan 3)

Langkah selanjutnya adalah substitusikan persamaan 3 ke dalam


persamaan 2 untuk mendapatkan nilai dari Y.
0,65 X + 0,12 Y = 35
⇔ 0,65 X + 0,12 (100 – X) = 35
⇔ 0,65 X + 12 – 0,12 X = 35
⇔ 0,65 X - 0,12 X = 35 – 12
⇔ 0,53 X = 23
23
⇔ X =
0,53
= 43,40
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 44 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Lanjutkan dengan menghitung nilai pada variabel Y dengan menstubtitusi


nilai X yang diperoleh ke persamaan 3, sehingga diperoleh nilai sebagai
berikut :
Y = 100 – X
⇔ Y = 100 – 43,40
= 56,60

Dari perhitungan tersebut, diperoleh kebutuhan tepung ikan (X) sebesar


43,40 % dan dedak sebesar 56,60 %.

 Secara Eliminasi
Berbeda dengan substitusi, maka cara eliminasi dilakukan dengan
mengeliminasi/menghilangkan salah satu variabel melalui penjumlahan
ataupun pengurangan.
Misalnya akan mengeliminasi variabel X, maka harus disamakan koefisien
X dari kedua persamaan tersebut. Koefisien X pada persamaan 1 dan 2
secara berturut-turut adalah 1 dan 0,65. Sehingga kita harus menyamakan
koefisien X dari kedua persamaan tersebut dengan mengalikan persamaan
1 dengan 0,65 dan persamaan 2 dengan 1. Maka akan diperoleh
perhitungan seperti berikut ini :
X + Y = 100 X 0,65 0,65 X + 0,65 Y = 65
0,65 X + 0,12 Y = 35 X1 0,65 X + 0,12 Y = 35
0,53 Y = 30
30
Y=
0,53
= 56,60
Selanjutnya hitung nilai pada variabel X dengan menstubtitusi nilai Y yang
diperoleh ke persamaan 3, sehingga diperoleh nilai sebagai berikut :
X = 100 – Y
⇔ X = 100 – 56,60
= 43,40

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 45 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Dari perhitungan tersebut, diperoleh nilai yang sama dengan metode


substitusi, yaitu kebutuhan tepung ikan (X) sebesar 43,40% dan dedak
sebesar 56,60%.

4 Pembuktian

Untuk membuktikan bahwa kadar protein pakan dari hasil perhitungan ini
adalah 35%, maka dilakukan pengecekan sebagai berikut.
Kandungan protein Jumlah bahan
Nama bahan dalam bahan baku yang dibutuhkan Hasil kali
(a) (b) (axb)
Tepung ikan 65% 43,40% 28,21%
Dedak 12% 56,60% 6,79%
Jumlah 35,00%

4 Menghitung berat kering bahan baku

Untuk membuat pakan ikan sebanyak 5 kg, maka dibutuhkan bahan:


 Tepung ikan = 43,40 % X 5000 g = 2.170 gram
 Dedak = 56,60 % X 5000 g = 2.830 gram

2) Formulasi pakan menggunakan lebih dari dua bahan baku

Contoh soal 1:
Akan dibuat pakan yang mengandung protein 30% sebanyak 5 kg,
dengan menggunakan bahan baku sebagai berikut:
 Tepung ikan (60% protein)
 Tepung kepiting (40% protein)
 Tepung jagung (9% protein)
 Dedak halus (15% protein)
Proporsi tepung ikan : tepung kepiting adalah 3:1, sedangkan tepung
jagung : dedak halus adalah 2:1.
Hitunglah kebutuhan bobot kering masing-masing bahan baku!

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 46 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Berikut ini adalah langkah – langkah yang dilakukan untuk menyusun


formulasinya:

1 Mengelompokkan bahan baku sesuai kandungan proteinnya

Kelompokkan bahan – bahan baku sesuai dengan kandungan proteinnya dan


hitunglah rata – ratanya. Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
Protein suplemen
Tepung ikan = 3 bagian x 60% = 180%
Tepung kepiting = 1 bagian x 40% = 40%
+
Jumlah = 4 bagian = 220%
Rata – rata protein suplemen = 220% : 4 = 55% = 0,55

Protein basal
Tepung jagung = 2 bagian x 9% = 18%
Dedak halus = 1 bagian x 15% = 15%
+
Jumlah = 3 bagian = 33%
Rata – rata protein basal = 33% : 3 = 11% = 0,11

2 Menetapkan komponen X dan Y

Umpamakan kandungan protein tepung ikan dengan X, dan dedak dengan Y,


sehingga diperoleh:
X = protein suplemen
Y = protein basal

Membuat persamaan berdasarkan kebutuhan bahan baku


3
(persamaan 1); dan kebutuhan protein (persamaan 2)

Jumlah bahan baku pada protein suplemen dan bahan baku pada protein
basal adalah 100, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
X+Y = 100.................. (persamaan 1)
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 47 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Sedangkan jumlah protein yang diinginkan adalah 30%, terdiri dari 0,55
protein suplemen dan 0,11 protein basal. Sehingga didapatkan persamaan 2,
sebagai berikut :
0,55X + 0,11Y = 30................... (persamaan 2)

Menghitung nilai X dan Y dengan menggunakan cara substitusi atau


4
eliminasi.

 Secara Substitusi
Pada langkah ini kita akan menyatakan variabel X pada persamaan 1 ke
dalam variabel Y. Atau bisa saja menyatakan variabel Y pada persamaan 1
ke dalam variabel X, yang selanjutnya disebut dengan persamaan 3,
sebagai berikut :
X+Y = 100
Y = 100 – X ……………………………… (persamaan 3)

Langkah selanjutnya adalah substitusikan persamaan 3 ke dalam


persamaan 2 untuk mendapatkan nilai dari Y.
0,55 X + 0,11 Y = 30
⇔ 0,55 X + 0,11 (100 – X) = 30
⇔ 0,55 X + 11 – 0,11 X = 30
⇔ 0,55 X - 0,11 X = 30 – 11
⇔ 0,44 X = 19
19
⇔ X =
0,44
= 43,18

Lanjutkan dengan menghitung nilai pada variabel Y dengan menstubtitusi


nilai X yang diperoleh ke persamaan 3, sehingga diperoleh nilai sebagai
berikut :
Y = 100 – X
⇔ Y = 100 – 43,18
= 56,82

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 48 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Dari perhitungan tersebut, diperoleh kebutuhan protein suplemen (X)


sebesar 43,18% dan protein basal (Y) sebesar 56,82%.

 Secara Eliminasi
Berbeda dengan substitusi, maka cara eliminasi dilakukan dengan
mengeliminasi/menghilangkan salah satu variabel melalui penjumlahan
ataupun pengurangan.

Misalnya akan mengeliminasi variabel X, maka harus disamakan koefisien


X dari kedua persamaan tersebut. Koefisien X pada persamaan 1 dan 2
secara berturut-turut adalah 1 dan 0,55. Sehingga kita harus menyamakan
koefisien X dari kedua persamaan tersebut dengan mengalikan persamaan
1 dengan 0,55 dan persamaan 2 dengan 1. Maka akan diperoleh
perhitungan seperti berikut ini :
X + Y = 100 X 0,55 0,55 X + 0,55 Y = 55
0,55 X + 0,11 Y = 30 X1 0,55 X + 0,11 Y = 30
0,44 Y = 25
25
Y=
0,44
= 56,82
Selanjutnya hitung nilai pada variabel X dengan menstubtitusi nilai Y yang
diperoleh ke persamaan 3, sehingga diperoleh nilai sebagai berikut :
X = 100 – Y
⇔ X = 100 – 56,82
= 43,18
Dari perhitungan tersebut, diperoleh nilai yang sama dengan metode
substitusi, yaitu kebutuhan protein suplemen (X) sebesar 43,18% dan
protein basal (Y) sebesar 56,82%.

4 Menghitung bobot bahan baku

Jadi, jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat pakan yang
mengandung protein 30% adalah:

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 49 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

 Tepung ikan = 3/4 x 43,18% = 32,39%


 Tepung kepiting = 1/4 x 43,18% = 10,80%
 Tepung jagung = 2/3 x 56,82% = 37,88%
 Dedak halus = 1/3 x 56,82% = 18,94%

5 Pembuktian

Untuk membuktikan bahwa kadar protein pakan dari hasil perhitungan ini
adalah 30%, maka dilakukan pengecekan dengan menggunakan rumus
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada metode segi empat Pearson.
Kandungan protein Jumlah bahan
Hasil kali
Nama bahan dalam bahan baku yang dibutuhkan
(axb)
(a) (b)
Tepung ikan 60% 32,39% 19,43%
Tepung kepiting 40% 10,80% 4,32%
Tepung jagung 9% 37,88% 3,41%
Dedak 15% 18,94% 2,84%
Jumlah 30,00%

6 Menghitung berat kering bahan baku

Sehingga, jumlah bahan baku kering yang dibutuhkan untuk membuat pakan
ikan sebanyak 5 kg adalah:
 Tepung ikan = 32,39% X 5000 g = 1.620 gram
 Tepung kepiting = 10,80% X 5000 g = 540 gram
 Tepung jagung = 37,88% X 5000 g = 1.894 gram
 Dedak = 18,94% X 5000 g = 947 gram

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 50 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Contoh soal 2:
Akan dibuat pakan yang mengandung protein 30% sebanyak 5 kg,
dengan menggunakan bahan baku sebagai berikut:
 Tepung ikan (60% protein)
 Tepung kepiting (40% protein)
 Tepung jagung (9% protein)
 Dedak halus (15% protein)
 Vitamin, sebanyak 5%
 Mineral, sebanyak 5%
 CMC, sebanyak 10%
Proporsi tepung ikan : tepung kepiting adalah 3:1, sedangkan tepung
jagung
Berikut ini : dedak
adalah halus adalah
langkah – 2:1.
langkah yang dilakukan untuk menyusun
Hitunglah kebutuhan bobot kering masing-masing bahan baku!
formulasinya:

1 Mengelompokkan bahan baku sesuai kandungan proteinnya

Kelompokkan bahan – bahan baku sesuai dengan kandungan proteinnya dan


hitunglah rata – ratanya. Perlu diingat bahwa bahan baku yang disebutkan
pada contoh soal 2 diatas terdiri dari bahan baku utama dan tambahan.
Bahan baku yang akan dihitung rata-ratanya hanyalah bahan baku utama.
Sehingga, diperoleh hasil sebagai berikut:

Protein suplemen : Protein basal :


 Tepung ikan 60 %  Tepung jagung 9%
 Tepung kepiting 40 %  Dedak halus 15 %
Jumlah 100 % Jumlah 24 %
Rata – rata 50 % Rata – rata 12 %

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa rata – rata protein suplemen sebesar
50% (diperoleh dari 100% : 2) dan rata – rata protein basal sebesar 12%
(diperoleh dari 24% : 2).

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 51 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

2 Mencari nilai protein setelah diberikan bahan tambahan

Jumlahkan total bahan baku tambahan yang dibutuhkan, yaitu:


Bahan Tambahan Kebutuhan
 CMC 10 %
 Vitamin 5%
 Mineral 5%
Jumlah 20 %

Karena menggunakan bahan tambahan sebanyak 20%, maka jumlah bahan


utama berkurang menjadi :
100% - 20% = 80%
Sehingga, nilai protein dalam pakan berubah menjadi:
30% x (100% : 80%) = 37,50%

3 Menetapkan komponen X dan Y

Umpamakan kandungan protein tepung ikan dengan X, dan dedak dengan Y,


sehingga diperoleh:
X = protein suplemen
Y = protein basal

Membuat persamaan berdasarkan kebutuhan bahan baku


4
(persamaan 1); dan kebutuhan protein (persamaan 2)

Jumlah bahan baku pada protein suplemen dan bahan baku pada protein
basal adalah 80, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
X+Y = 80.................. (persamaan 1)
Sedangkan jumlah protein setelah diberikan bahan tambahan adalah 37,50%,
terdiri dari 0,50 (50%) protein suplemen dan 0,12 (12%) protein basal.
Sehingga didapatkan persamaan 2, sebagai berikut :
0,50X + 0,12Y = 37,50................... (persamaan 2)

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 52 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Menghitung nilai X dan Y dengan menggunakan cara substitusi atau


5
eliminasi.

 Secara Substitusi
Pada langkah ini kita akan menyatakan variabel X pada persamaan 1 ke
dalam variabel Y. Atau bisa saja menyatakan variabel Y pada persamaan 1
ke dalam variabel X, yang selanjutnya disebut dengan persamaan 3,
sebagai berikut :
X+Y = 80
Y = 80 – X ……………………………… (persamaan 3)

Langkah selanjutnya adalah substitusikan persamaan 3 ke dalam


persamaan 2 untuk mendapatkan nilai dari Y.
0,50 X + 0,12 Y = 37,50
⇔ 0,50 X + 0,12 (80 – X) = 37,50
⇔ 0,50 X + 9,6 – 0,12 X = 37,50
⇔ 0,50 X - 0,12 X = 37,50 – 9,6
⇔ 0,38 X = 27,9
27,9
⇔ X =
0,38
= 73,42

Lanjutkan dengan menghitung nilai pada variabel Y dengan menstubtitusi


nilai X yang diperoleh ke persamaan 3, sehingga diperoleh nilai sebagai
berikut :
Y = 80 – X
⇔ Y = 80 – 73,42
= 6,58

Dari perhitungan tersebut, diperoleh kebutuhan protein suplemen (X)


sebesar 73,42% dan protein basal (Y) sebesar 6,58%.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 53 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

 Secara Eliminasi
Berbeda dengan substitusi, maka cara eliminasi dilakukan dengan
mengeliminasi/menghilangkan salah satu variabel melalui penjumlahan
ataupun pengurangan.

Misalnya akan mengeliminasi variabel X, maka harus disamakan koefisien


X dari kedua persamaan tersebut. Koefisien X pada persamaan 1 dan 2
secara berturut-turut adalah 1 dan 0,50. Sehingga kita harus menyamakan
koefisien X dari kedua persamaan tersebut dengan mengalikan persamaan
1 dengan 0,50 dan persamaan 2 dengan 1. Maka akan diperoleh
perhitungan seperti berikut ini :
X + Y = 80 X 0,50 0,50 X + 0,50 Y = 40
0,50 X + 0,12 Y = 37,50 X1 0,50 X + 0,12 Y = 37,50
0,38 Y = 2,5
2,5
Y=
0,38
= 6,58
Selanjutnya hitung nilai pada variabel X dengan menstubtitusi nilai Y yang
diperoleh ke persamaan 3, sehingga diperoleh nilai sebagai berikut :
X = 80 – Y
⇔ X = 80 – 6,58
= 73,42

Dari perhitungan tersebut, diperoleh nilai yang sama dengan metode


substitusi, yaitu kebutuhan protein suplemen (X) sebesar 73,42% dan
protein basal (Y) sebesar 6,58%.

6 Menghitung bobot bahan baku

Jadi, jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat pakan yang
mengandung protein 30% adalah:
 Tepung ikan = 73,42% : 2 = 36,71%
 Tepung kepiting = 73,42% : 2 = 36,71%

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 54 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

 Tepung jagung = 6,58% : 2 = 3,29%


 Dedak halus = 6,58% : 2 = 3,29%

5 Pembuktian

Untuk membuktikan bahwa kadar protein pakan dari hasil perhitungan ini
adalah 30%, maka dilakukan pengecekan dengan menggunakan rumus
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada metode segi empat
Pearson.
Kandungan protein Jumlah bahan
Hasil kali
Nama bahan dalam bahan baku yang dibutuhkan
(axb)
(a) (b)
Tepung ikan 60% 36,71% 22,03%
Tepung kepiting 40% 36,71% 14,68%
Tepung jagung 9% 3,29% 0,30%
Dedak 15% 3,29% 0,50%
Jumlah 37,50%

6 Menghitung berat kering bahan baku

Sehingga, jumlah bahan baku kering yang dibutuhkan untuk membuat


pakan ikan sebanyak 5 kg adalah:
 Tepung ikan = 36,71% X 5000 g = 1.836 gram
 Tepung kepiting = 36,71% X 5000 g = 1.836 gram
 Tepung jagung = 3,29% X 5000 g = 165 gram
 Dedak = 3,29% X 5000 g = 165 gram
 Vitamin = 5% X 5000 g = 250 gram
 Mineral = 5% X 5000 g = 250 gram
 CMC = 10% X 5000 g = 500 gram

3. Peralatan pembuatan pakan

Untuk membuat pakan, maka diperlukan pengetahuan mengenai peralatan


pembuatan pakan dan fungsinya. Pengetahuan tentang peralatan pembuatan
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 55 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

pakan ini tidak terbatas hanya pada jenis peralatannya saja, akan tetapi juga
bagaimana peralatan tersebut digunakan. Secara umum, peralatan pembuatan
pakan terbagi menjadi peralatan skala rumah tangga dan skala industri.

a. Peralatan Skala Rumah Tangga


1) Alat Penggiling
Alat ini berfungsi untuk menggiling atau menghancurkan bahan baku pakan
menjadi tepung. Alat penggiling yang digunakan dapat berupa penggiling
jagung (untuk menggiling bahan baku yang kasar menjadi tepung halus),
alat penggiling kopi (untuk menghancurkan pelet menjadi remah atau
tepung) dan alat penggiling daging (untuk mencetak pelet).
Gambar 9
Alat Penggiling Sederhana

(sumber: dokumen pribadi)

2) Alat Pengayak
Berfungsi untuk memisahkan bahan yang kasar dengan yang halus, yang
berupa tepung. Untuk mendapatkan berbagai ukuran butir tepung yang
berbeda – beda digunakan ayakan dengan ukuran mata ayakan yang
berbeda – beda. Ayakan yang biasa dipakai dalam pembuatan kue juga
dapat digunakan dalam pembuatan pakan.
Gambar 10
Ayakan

(sumber: dokumen pribadi)

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 56 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

3) Timbangan
Timbangan digunakan untuk mengetahui jumlah tiap – tiap bagian dalam
suatu komposisi pakan. Apabila bahan baku pakan yang akan ditimbang
jumlahnya agak banyak, dapat digunakan timbangan kue. Namun apabila
akan menggunakan timbangan yang lebih teliti lagi, dapat menggunakan
neraca analitis. Untuk menakar bahan – bahan yang berbentuk cair, maka
dapat digunakan alat seperti jarum suntik, pipet atau gelas ukur.
Gambar 11
Berbagai jenis timbangan

(sumber: dokumen pribadi)

4) Alat pengaduk dan pencampur


Alat ini berfungsi untuk mengaduk dan mencampur adonan hingga benar –
benar merata, misalnya mixer atau blender. Apabila tidak tersedia kedua
peralatan tersebut, maka dapat digunakan pengocok telur tradisional untuk
mengaduk adonan encer. Sedangkan untuk bahan kering yang jumlahnya
banyak dapat dilakukan secara manual menggunakan skop atau diputar
dengan tangan.
Gambar 12
Mixer skala kecil dan pengaduk kayu

(sumber: dokumen pribadi)

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 57 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Gambar 13
Pengadukan menggunakan tangan

(sumber: dokumen pribadi)

5) Alat Pencetak Pelet


Gilingan daging dapat digunakan untuk mencetak adonan menjadi pelet
dengan ukuran diameter yang disesuaikan. Sedangkan untuk sortasi pelet,
dapat digunakan alat yang dibuat sendiri.
Gambar 14
Alat pencetak

(sumber: dokumen pribadi)


6) Alat Pengering
Alat pengering berfungsi untuk mengeringkan pakan yang sudah jadi.
Misalnya alat pengering seperti oven yang sumber panasnya berasal dari
api maupun listrik.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 58 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Gambar 15.
Alat Pengering

(sumber: dokumen pribadi)

b. Peralatan Skala Industri


Mesin dan alat pembuatan pakan skala industri masih sebagian besar
didatangkan dari luar negeri (impor) dengan kapasitas produksi yang cukup
besar. Sementara untuk skala kecil, jumlahnya masih sangat sedikit. Peralatan
yang dibuat secara lokal biasanya memiliki kapasitas produksi sekitar 200 –
300 kg pelet/jam. Mesin dan peralatan ini sebagian besar dibuat dengan
bahan konstruksi lokal namun sudah cukup memadai untuk pengolahan pakan
bagi pembudidaya ikan yang akan memproduksi pakan sendiri.
Sampai sejauh ini, peralatan/mesin impor hanya diproduksi oleh beberapa
negara saja, seperti Inggris, Amerika, Jerman, Swiss, Belanda, China, dan
Taiwan. Kapasitas produksi mesin impor relatif jauh lebih besar karena
biasanya digunakan dalam pabrik pakan (feed mill) dengan kapasitas lebih dari
10.000 ton/bulan. Harga mesin impor relatif lebih mahal, selain karena
kapasitasnya yang cukup besar, juga karena kualitas mesinnya lebih baik
dibandingkan dengan mesin lokal.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 59 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Tabel 14
Alat produksi pakan lokal dan impor beserta kapasitasnya
Kapasitas Tenaga
No Nama Alat
Lokal Impor Lokal Impor
2.000-20.000
1 Silo - - Disesuaikan
ton/jam
2 Disk mill 200–300 kg/jam 500 kg/jam 5,5 hp 15 hp
3–70 18,5-350
3 Hammer mill 400–500 kg/jam 6,5 hp
ton/jam kw
4 Shifter/ ayakan 300–500 kg/jam - 1 hp -
500 kg/10 100-4.000 kg
5 Mixer horizontal 1 hp 2,2-4,5 kw
menit batch
6 Mixer vertikal 2 ton/jam > 2 ton/jam 10 hp >10 hp
7 Mesin pelet 200-250 kg/jam 1-20 ton/jam 15 hp 22-160 kw
0,75-5,55
8 Pendingin 500 kg input 5-10 ton/jam 1 hp
kw
9 Mesin crumble 400-500 kg/jam 3-30 ton/jam 1 hp 1,1-30 kw
10 Steam 100 liter - 2 hp -
11 Dryer - 1-3 ton/jam - 1-5,7 kw
0,75-5,55
12 Conditioner - 5-10 ton/jam -
kw
13 Sortasi - 2 ton/jam - 0,5 hp
14 Vibrator screener - 300 kg/jam - 0,5 hp

Berikut ini adalah beberapa peralatan skala industri yang digunakan untuk
membuat pakan, beserta dengan prinsip kerja penggunaan peralatannya.

1) Silo
Silo adalah struktur yang digunakan untuk menyimpan bahan baku pakan
berbentuk curah. Pada umumnya, silo digunakan di bidang pertanian
sebagai penyimpan biji – bijian hasil pertanian dan pakan ternak. Istilah
silo merupakan turunan dari bahasa Yunani, yaitu siros, yang berarti
"lubang penyimpan biji-bijian”. Oleh karena itu, silo berfungsi untuk
menyimpan bahan baku pakan agar tidak mudah rusak dan mutunya tetap
terjaga.

Berdasarkan jenis strukturnya, silo terdiri dari silo menara, silo bunker, silo
karung, dan silo kotak. Sedangkan berdasarkan bahan yang disimpan, silo
terdiri dari silo biji-bijian, silo semen, dan silo penyimpan garam dan pasir.
Biasanya silo digunakan untuk produksi pakan dengan kapasitas yang
besar atau > 10.000 ton/bulan. Oleh karena itu, dalam memuat bahan

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 60 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

curah ke dalam silo, diperlukan mekanisme elevator biji-bijian seperti


konveyor (konveyor sabuk, konveyor udara, konveyor ember), auger, dan
hopper yang tergantung pada jenis bahan curah yang disimpan. Pengisian
juga dilakukan dari tingkat paling atas, sehingga bahan curah yang masuk
lebih dulu akan berada di bawah. Sedangkan pengambilan bahan curah
dilakukan dari bawah. Hal ini sesuai dengan prinsip first in first out (FIFO),
sehingga kualitas bahan pakan tetap terjamin karena bahan yang pertama
kali masuk, tidak terlalu lama disimpan.

Selain itu, untuk tetap menjaga kualitas bahan curah, maka perlu
dilakukan pengendalian lingkungan/ruangan di dalam silo. Pengendalian
lingkungan ini tergantung pada bahan yang dimuat, sehingga
pengendalian lingkungan di dalam silo bervariasi. Misalnya, untuk
mempertahankan waktu penyimpanan dalam jangka panjang, maka
diperlukan pengendalian kadar air di udara dan disesuaikan dengan kadar
air kesetimbangan bahan. Jika bahan mudah bereaksi dengan gas tertentu
seperti oksigen, maka pengendalian jenis dan kadar gas di dalam silo
diperlukan. Pengendalian kadar gas juga diperlukan jika silo digunakan
untuk proses fermentasi, aerob maupun anaerob.
Gambar 16
Silo

Sumber: http://www.desainmesin.com/silo

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 61 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Sistem kerja mesin silo adalah mengambil bahan dengan cara bahan
dihisap oleh blower dari mesin penepung untuk dimasukkan kedalam silo
(tempat penampungan sementara) dan diproses ke selanjutnya.

2) Saringan kasar (screen)


Saringan kasar digunakan untuk menyaring bahan agar mempunyai
ukuran relatif seragam sebelum dilakukan pengecilan ukuran. Saringan
kasar juga digunakan untuk membersihkan bahan pakan dari benda asing.
Namun apabila bahan yang tersedia berkualitas baik, bermutu dan tidak
mengandung kotoran, maka tidak perlu dilakukan penyaringan.
Gambar 17
Saringan

3) Grinder
Keberadaan mesin grinder mutlak diperlukan bagi pabrik pakan, baik skala
kecil, menengah atau tinggi. Grinder atau alat penepung ini merupakan
alat yang digunakan sebagai penggiling sekaligus penghancur bahan
pakan. Dilihat dari keadaan bahan selama penepungan, terdapat 2 jenis
alat penepung, yaitu penepung tipe batch dan penepung tipe terusan
(continue). Disebut penepung tipe batch apabila selama proses
penepungan bahan tetap berada dalam bak dan dikeluarkan bila
penepungan telah selesai. Namun apabila selama proses penepungan
melewati penepungan selama sekali lintasan, maka penepungan seperti ini
disebut dengan tipe terusan (continue). Bahan yang ditepung
menggunakan penepungan tipe ini mempunyai ukuran yang tidak merata,
karena itu alat harus diatur sedemikian rupa sehingga ukuran bahan

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 62 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

sesuai yang diinginkan. Terdapat beberapa tipe alat penepung ( grinder),


yaitu penepung tipe palu (hammer mill), penepung tipe bergerigi,
penepung tipe silinder, dan penepung tipe pisau (cutter mill).
a) Hammer mill (penepung tipe palu)
Hammer mill adalah mesin yang bertujuan untuk menghancurkan
bahan material besar menjadi potongan kecil. Hammer mill merupakan
penggiling yang serbaguna, dapat digunakan untuk bahan kristal
padat, bahan berserat dan bahan yang agak lengket. Pada prinsipnya,
alat ini berfungsi untuk mengecilkan ukuran bahan pakan pada tahap
awal. Sesuai dengan namanya (hammer = palu), maka mesin ini
merupakan aplikasi dari gaya pukul atau impak gigi penggiling ( impact
force). Tipe hammer mill dibedakan berdasarkan sifat dari gigi
penggiling yaitu gigi penggiling dapat berayun bebas pada porosnya
dan gigi penggiling tidak dapat berayun bebas pada porosnya (statis).
Kedua tipe hammer mill tersebut dalam operasinya tidak mempunyai
banyak perbedaan, yang penting diperhatikan adalah jumlah ketebalan
dari gigi-gigi penggiling.

Penggunaan hammer mill mempunyai beberapa keuntungan dan


kekurangan. Beberapa keuntungan dari penggunaan hammer mill
adalah :
o konstruksinya sederhana dan dapat digunakan untuk menghasilkan
hasil gilingan yang bermacam-macam ukuran
o tidak mudah rusak dengan adanya benda asing dalam ruang
penepungan
o biaya operasi dan pemeliharaan lebih murah
Sedangkan beberapa kerugian menggunakan hammer mill antara lain
adalah :
o biasanya tidak dapat menghasilkan gilingan yang seragam
o untuk gilingan permulaan atau gilingan kasar dibutuhkan tenaga
yang relatif besar sampai batas-batas tertentu.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 63 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Bagian utama dari hammer mill adalah corong pemasukan, pemukul,


corong pengeluaran, motor penggerak, alat transmisi daya, rangka
penunjang dan ayakan.

Gambar 18
Bagian – bagian hammer mill

(sumber: domas09.blogspot.com)

Berikut ini adalah fungsi dari masing – masing bagian tersebut :


Bagian utama Fungsi
Corong pemasukan Corong pemasukan terbuat dari plat esher 1.5
(delivery device) mm, bagian atas dari corong pemasukan
berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 350
mm x 350 mm dan bagian bawahnya
menyempit sampai 90 mm x 50 mm dengan
kemiringan dinding corong 40o.
Pemukul (Hammer) Pemukul terbuat dari stainless steel. Pada
bagian ini terdapat lima pasang pemukul yang
juga terbuat dari bahan stainless steel. Ukuran
pemukul adalah antara 100 mm x 25 mm x 5
mm dan pada kedua sisi pemukul dibuat
tajam, hal ini bertujuan agar sisi pemukul yang
satu dapat menggantikan sisi pemukul yang
sudah tumpul dengan cara membalik posisi.
Pemukul dipasang dengan posisi horizontal

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 64 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Bagian utama Fungsi


dengan jumlah lima pasang yang disatukan
oleh empat buah poros yang terbuat dari
stainless steel dengan berdiameter 10 mm
dipasang vertikal.
Saringan (screen) Saringan biasanya terbuat dari plat baja yang
berfungsi untuk menentukan besar kecilnya
ukuran butir biji-bijian. Saringan yang dipasang
pada hameer mill dapat diganti-ganti
tergantung dari besar kecilnya ukuran butir
hasil gilingan yang dikehendaki.
Corong pengeluaran Corong pengeluaran terbuat dari plat esher 1.5
mm yang berbentuk kerucut terpancung pada
posisi terbalik. Diameter corong adalah 550
mm dan diameter bawahnya adalah 120 mm

Penepung palu digunakan untuk penepungan sedang dan halus,


sehingga hasil gilingan dari hammer mill ini biasanya masih kasar. Oleh
karena itu, bahan harus digiling lebih lanjut menggunakan disk mill.
Gambar 19
Hammer mill

(sumber: www.directindustry.com)

Prinsip kerja hammer mill adalah memukul bahan secara terus menerus
dengan kecepatan tinggi menggunakan palu yang tersusun dan
berputar pada porosnya, sehingga secara bolak – balik palu bergerak
memberikan pukulan pada bahan. Akibatnya akan terjadi pemecahan

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 65 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

bahan. Proses ini berlangsung terus hingga didapatkan bahan yang


dapat lolos dari saringan di bagian bawah alat. Jadi selain gaya pukul
dapat juga terjadi sedikit gaya sobek.
Gambar 20
Prinsip kerja hammer mill

(sumber: www.teritek.in)

Tekstur tepung yang dihasilkan dipengaruhi oleh kecepatan putar


penepung dan bentuk dari pemukul. Untuk mendapatkan hasil yang
baik, maka kecepatan putar dari pemukul penepung palu sebaiknya
antara 1500 sampai 4000 rpm. Secara umum dibutuhkan tenaga
sebesar satu kilowatt (kw) untuk menggiling satu kilogram bahan
permenit pada penepungan sedang.

b) Penepung tipe bergerigi

Penepungan tipe bergerigi biasanya disebut dengan attrition mill, plate


mill atau disc mill. Penepung ini bekerja berdasarkan gaya tekanan
gesekan antara dua piringan, dimana satu piringan bergerak sedang
piringan lain diam atau bergerak berlawanan.

Disk mill merupakan alat penggiling, penghalus dan penepung. Alat ini
lebih banyak digunakan untuk menepungkan bahan yang sedikit
mengandung serat atau menggiling bahan serelia menjadi bahan pakan
sehalus mungkin (tepung) sehingga mudah dicerna dengan baik oleh

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 66 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

biota air. Namun begitu, alat ini lebih banyak digunakan untuk
menepungkan bahan yang sedikit mengandung serat dan memperkecil
bahan dengan tekanan dan gesekan antara dua piringan dimana yang
satu berputar dan yang lainnya tetap.

Disk mill tersebut ada yang menggunakan motor diesel dan motor
listrik dengan berbagai kapasitas. Alat ini bekerja dengan prinsip
memukul bahan yang akan ditepung.
Gambar 21
Disk mill

(sumber: www.teritek.in)

Mesin disk mill memiliki dua piringan yang dipasangkan pada sebuah
shaft. Kedua piringan tersebut akan berputar secara bersamaan
dengan arah berlawanan sehingga dapat menghancurkan bahan yang
digiling. Pada bagian piringan ini terdapat tonjolan-tonjolan yang
berfungsi untuk menjepit bahan. Mesin ini merupakan mesin yang
memiliki tipe gaya dengan penekanan. Selama proses, bahan akan
mengalami gesekan diantara kedua piringan sehingga ukurannya
menjadi lebih kecil dan halus sampai dapat keluar melalui mesh atau
saringan.

Bagian-bagian mesin disc mill meliputi corong pemasukkan, dinding


penutup dan cakram, corong pengeluaran, ruang sirkulasi udara,
dinding penutup dan cakram, serta poros penggerak.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 67 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Bagian utama Fungsi


Corong pemasukan Tempat masuknya bahan yang akan digiling. Pada
bagian ini dilengkapi dengan katup pemasukkan
untuk mengatur banyaknya bahan yang akan
digiling, sehingga pergerakan cakram lancar dan
proses penggilingan juga dapat berjalan lancar.
Dinding penutup dan Berfungsi sebagai pengupas dan penghancur biji
cakram karena adanaya gerak putar dari cakram terhadap
diniding penutup yang diam. Biji yang terkupas dan
hancur itu merupakan akibat dari efek atrisi dan
kompresi dari cakram.

Corong pengeluaran Berfungsi untuk mempermudah dalam mewadahi


bahan keluaran. Hal ini dikarenakan bahan yang
keluar merupakan bahan dengan ukuran yang
kecil.
Ruang sirkulasi udara Berfungsi untuk mempermudah pemasukkan bahan
dan pengeluran bahan dari cakram penggiling.
Poros penggerak Poros penggerak berfungsi untuk menggerakan
atau memutar cakram pada disc mill dan untuk
memutar silinder pengupas yang digerakkan oleh
motor listrik dengan menggunakan puli dan belt
sebagai penyalur daya. Pada poros penggerak
terdapat pengunci untuk mengatur jarak antar
cakram. Semakin kecil jarak antar cakram maka
ukuran hasil pengolahan akan semakin halus.

Hasil gilingan dipengaruhi oleh kecepatan putar, kadar air bahan baku,
jenis bahan baku yang digiling, laju pemasukan bahan serta kondisi dan
jenis piringan penggiling. Laju pemasukan yang berlebihan akan
memperkecil keefektifan dari alat dan akan menyebabkan panas yang
berlebihan. Sedangkan tenaga yang diperlukan untuk menggiling akan
berkurang bila kecepatan penepungan bertambah. Untuk memperoleh
hasil yang baik, umumnya kecepatan putar penepung bergerigi di bawah
1200 rpm.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 68 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Terdapat beberapa keuntungan bila menggunakan penepungan tipe ini,


yaitu:
o biaya pemasangan awal rendah
o hasil gilingan relatif seragam
o tenaga yang dibutuhkan lebih rendah bila dibandingkan dengan
penggiling palu
o lebih dapat menyesuaikan diri dengan gerusan kasar dibandingkan
dengan penggiling palu.

Sedangkan beberapa kerugian dalam menggunakan penggiling bergerigi


adalah:
o adanya benda – benda asing di dalam bahan yang digiling dapat
menyebabkan kerusakan pada alat
o bila piringan beroperasi tanpa bahan yang digiling maka akan
mempercepat kerusakan piringan

c) Penepung tipe silinder

Mesin tipe ini sudah banyak digunakan oleh industri tepung. Biasanya
alat yang dipakai terdiri dari satu silinder yang memiliki kecepatan putar
sebanyak dua atau tiga kali dari silinder lain. Ukuran penepung silinder
didasarkan pada ukuran diameter dan panjang silinder.

Alat ini bekerja dengan prinsip penggilasan bahan diantara celah – celah
silinder. Sebelum bahan yang akan digiling dimasukkan, silinder harus
dalam keadaan berputar dengan kecepatan tertentu, bila tidak maka
akan terjadi slip pada belt atau motor menjadi mati. Celah antara silinder
dapat diatur jaraknya untuk memperoleh derajat kehalusan yang
diinginkan. Bila jarak antara silinder terlalu dekat maka tenaga yang
diperlukan akan menjadi lebih besar, kapasitas penepungan berkurang
serta debu banyak terjadi. Pada satu silinder berputar lebih cepat
dibandingkan dengan yang lain untuk mendapatkan aksi gilingan yang
lebih ringan ketika bahan melalui celah silinder bergerigi sejajar dengan
as silinder.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 69 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Kebutuhan tenaga penggiling silinder tergantung kepada bentuk dan


kuantitas bahan yang digiling, derajat kehalusan yang diinginkan, kadar
air bahan, laju pengumpanan, kecepatan operasi, tenaga yang tersedia
serta kondisi dari silinder. Tahap akhir pembuatan tepung dipergunakan
silinder halus dengan kecepatan silinder 25% lebih cepat dari silinder
yang lainnya.

d) Penepung tipe pisau

Bentuk umum dari alat penggiling ini adalah rotor dengan pisau
pemotong yang berputar pada ruang pemotongan dan memotong
bahan. Bahan yang digiling akan keluar melalui saringan dengan ukuran
tergantung pada ukuran saringan yang digunakan. Utamanya, penepung
tipe pisau digunakan untuk bahan yang liat atau berserat. Proses
pengguntingan akan lebih efektif dibandingkan dengan tekanan maupun
pukulan/impak. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka laju
pemasukan bahan pada ruang pemotong hendaknya tidak melebihi
panjang dari pisau pemotong dengan ketebalan bahan pengumpan tidak
lebih dari satu inchi.

4) Alat sortasi magnetic


Alat ini ditempatkan terlebih dahulu sebelum hammer mill dan disk mill.
Fungsinya adalah untuk mencegah masuknya benda asing ke dalam mesin
penggilng, seperti logam, batu, kerikil, dan pasir.
Gambar 22
Contoh Mesin Sortasi

Sumber: https://www.indotrading.com/product/mesin-sortasi-p240493.aspx

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 70 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

5) Ayakan (sifter)
Alat ini berfungsi untuk menyaring bahan yang digiling pada alat disk mill
sehingga ukuran bahan menjadi seragam dan akan memudahkan dalam
pengolahan selanjutnya. Alangkah baiknya apabila mesin ini menggunakan
ukuran saringan dengan mash yang kecil, dan bila perlu dilakukan dua
tahap penyaringan dengan dua ukuran saringan, misalnya 90 dan 100.
Dengan demikian, bahan yang tidak tersaring pada saringan pertama akan
digiling kembali pada disk mill.

6) Timbangan
Timbangan yang digunakan adalah timbangan analitik dan kasar.
Timbangan analitik digunakan untuk menimbang bahan dalam jumlah
mikro (kecil), sedangkan timbangan kasar digunakan untuk menimbang
bahan dalam jumlah besar (makro). Untuk skala produksi kecil, timbangan
kasar yang digunakan cukup berskala 100 kg dan untuk timbangan analitis
berskala 1 kg.

7) Mixer
Mixer berfungsi dalam proses pencampuran bahan baku saat pembuatan
pakan berupa pellet. Mekanisme kerja mesin mixer adalah menggerakkan
pengaduk untuk menghancurkan material padat hingga memiliki ukuran
yang sesuai kemudian dicampur dengan bahan pendukung produksi. Kerja
mesin berdasarkan putaran motor yang ditransmisikan ke belt yang
kemudian menggerakan pengaduk. Hasil rekayasa teknologi tepat guna
mesin pengaduk pada pakan ternak dengan daya motor listrik 0,5 hp,
mampu mengaduk bekatul secara merata dengan volume kurang dari
0,068 m3 dalam waktu 1 menit 16 detik (Arrizqi, 2011).

Alat ini dibagi menjadi mixer horizontal, mixer vertical dan mixer tabung.
 Mixer vertical
Digunakan untuk menggiling bahan pakan yang kasar. Mixer tipe ini
mencampur bahan pakan dengan arah kebawah dan keatas.
 Mixer horizontal
Digunakan untuk menggiling bahan pakan yang cair dan halus. Mixer
tipe ini mencampur bahan pakan dengan arah samping.
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 71 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

 Mixer tabung
Digunakan untuk menggiling campuran bahan pakan kasar, halus dan
cair. Mixer ini mencampur bahan dengan arah rotasi

Percampuran bahan dengan menggunakan mixer tipe horizontal biasanya


dilakukan secara batch, sedangkan tipe vertikal secara kontinu. Untuk
mixer horizontal, pengadukan antara 5 – 10 menit, sudah cukup
memberikan hasil campuran yang homogen.
Gambar 23
Vertikal mixer

(sumber: ty-machine.com)

Gambar 24
Horizontal mixer

(sumber: ty-machine.com)

8) Mesin Expander (Alat Pembangkit Uap/steam)


Alat pembangkit uap (steam) pada mesin pakan biasa disebut dengan
expander. Alat ini mutlak diperlukan apabila produksi pakan yang

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 72 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

dihasilkan berbentuk pelet atau crumble. Tujuan pemberian steam adalah


untuk memunculkan aroma tepung ikan yang terkandung dalam pakan
sehingga dapat meningkatkan nafsu makan biota air. Alat ini biasanya
digunakan bersamaan dengan proses pelleting pakan, karena proses
pelleting tidak akan sempurna tanpa menambahkan panas dan air ke
dalam mesin. Penambahan panas dan air harus dilakukan secara merata
ke semua bahan, sehingga kualitas pakan yang dihasilkan bisa homogen.
Oleh karena itu, dilakukanlah penambahan steam sebelum bahan
memasuki mesin pellet.

Beberapa keunggulan penggunaan steam dalam pembuatan pelet ikan


dibandingkan dengan sumber panas lainnya adalah: ketersediaan air yang
berlimpah, lebih aman, butuh temperatur yang rendah, air dapat
menyerap energi yang lebih besar, steam akan terkondensasi pada suhu
yang konstan, serta hubungan antara tekanan dan temperatur steam
mudah dipahami melalui steam table. Keuntungan lain penggunaan steam
dalam pembuatan pelet akuakultur adalah meningkatkan produktivitas
antara lain melalui penghematan energi listrik, mempercepat terjadinya
gelatinisasi, menghindari kehilangan berat akibat penyusutan, mengurangi
biaya produksi, meningkatkan daya rekat antar bahan, mengurangi bakteri
patogen, pakan jadi lebih awet dan meningkatkan kualitas. Menurut Nef
(2002), penambahan steam dalam proses pembuatan pelet lebih
menguntungkan dibandingkan penambahan air dingin dan air hangat.
Gambar 25
Proses Conditioning dengan Steaming

(sumber: id.fdsp-cn.com)

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 73 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

9) Mesin pelet
Digunakan untuk mencetak adonan bahan pakan. Mesin ini terdiri dari 2
tipe, yaitu horizontal dan vertikal. Jenis pelet yang dihasilkan dari mesin
horizontal adalah jenis pelet tenggelam. Kedua mesin ini mempunyai kerja
yang sama, yaitu bahan pakan mengalami proses pengepresan,
pemanasan dan pengeringan, akibat tekanan yang ditimbulkan oleh roll
yang berputar dan berinteraksi dengan die tempat bahan pakan
dimampatkan.

Die adalah alat yang terdapat dalam mesin pellet dan berfungsi untuk
membentuk makanan menjadi butiran pellet dengan bantuan dari roller.
Tiap mesin pellet memakai die dengan tipe dan spesifikasi berbeda-beda,
baik dari ketebalan lubang dies, diameter dies dan jumlah lubang dies
yang berkisar antara 14.000 sampai 17.000 lubang. Die diputar oleh poros
motor penggerak dengan daya yang besar, sedangkan roller berputar
menekan makanan masuk die karena permukaan luarnya berhimpitan
dengan makanan masuk kedalam lubang die.
Gambar 26
Mesin Pellet

http://www.greenbusinesscentre.com/energyawards/enepresent/General_897_Raymond_
UCO_Denim_0.pdf)

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 74 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Gambar 27
Die pada mesin pellet

(sumber: http://ticiz.com/p871608-amandus-kahl-pelet.html)

Gambar 28
Alat Pemotong

(sumber: https://energy-xprt.com/products/kahl-wood-pelleting-plants-108183)

Gambar 29
Bagian – bagian mesin pelet

(sumber: http://www.fao.org/3/x5738e/x5738e0j.htm)

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 75 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

10) Extruder
Extruder merupakan alat yang digunakan untuk melakukan proses
extruksi, yaitu proses dimana bahan dipaksa mengalir di bawah
pengaruh satu atau lebih kondisi operasi seperti pencampuran (mixing),
pemanasan dan pemotongan (shear), melalui suatu cekatan (die) yang
dirancang untuk membentuk hasil ekstrusi yang bergelembung kering
(puff-dry). Fungsi pengekstrusi ini adalah untuk gelatinisasi
(pemasakan), pemotongan molekuler, pencampuran, sterilisasi,
pembentukan, penggelembungan atau pengeringan (puff-dry).
Dalam industri pakan, alat ini digunakan untuk membuat pakan ikan
menjadi terapung (pelet apung). Salah satu keuntungan melakukan
proses ekstrusi pada pembuatan pelet apung adalah mengurangi adanya
kerusakan nutrisi, daya cerna tinggi, gelatinisasi & denaturasi, serta
rusaknya antinutrisi yang terdapat dalam bahan pakan.
Gambar 30
Extruder

(sumber: https://www.indiamart.com/rakesh-engineeringworks/plastic-machine.html)

Berdasarkan cara kerjanya, extruder dibedakan menjadi Cold Extruder dan


Extruder cookers. Sedangkan berdasarkan konstruksinya, extruder
dibedakan atas Single screw extruders (extruder ulir tunggal) dan Twin
screw extruder (extruder ulir ganda). Ekstruder ulir tunggal dan ulir ganda
dikelompokkan lagi berdasarkan seberapa banyak energi mekanis yang
dapat dihasilkan. Perbedaan di antara kedua tipe tersebut adalah sebagai
berikut :

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 76 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Parameter Single Screw Extruder Twin Screw Extruder


pembeda
Mekanisme Friksi antara logam dan Pergerakan bahan ke arah
pergerakan bahan bahan makanan positif (die)
Penyedia energi Panas gerakan ulir Panas yang dipindahkan
utama pada
barrel
Kapasitas (throughput Tergantung kandungan Tidak tergantung apapun
kg/hour) air, lemak, dan tekanan
Perkiraan energi yang 900 – 1500 kJ kg-1 400 – 600 kJ kg-1
digunakan/kg produk
Distribusi panas Perbedaan temperaturnya Perbedaan temperatur
besar kecil

Biaya investasi rendah tinggi


Kandungan air 10,00% 8,00%
minimum
Kandungan air 35,00% 95,00%
maksimum
Sumber : (Jowitt, 1984)

a) Single screw extruder (extruder ulir tunggal)


Alat ini merupakan bentuk operasi sederhana dimana tidak disertai
injektor uap/air, kecepatan ulir (rpm) tinggi dan suhu ekstrusi relatif
tetap. Pada ekstruder ulir tunggal, gaya untuk menggerakkan bahan
berasal dari pengaruh gesekan yang diperoleh dari ulir dan bahan, serta
gesekan antara dinding barrel ekstruder dan bahan. Dinding selubung
ekstruder pada ekstruder ulir tunggal memainkan peran penting dalam
menentukan rancangan ekstruder karena untuk menghasilkan
kemampuan menggerakkan bahan yang baik, ekstruder ulir tunggal
membutuhkan konfigurasi dinding barrel ekstruder tertentu. Jika bahan
yang diolah menempel pada permukaan ulir dan tergelincir dari
permukaan barrel maka tidak akan ada produk yang mengalir dalam
ekstruder karena bahan ikut berputar bersama ulir tanpa terdorong ke
depan.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 77 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Gambar 31
Single screw extruder

(www.plastic.com)

Gambar 32
Single screw extruder

(sumber: http://www.uea.ac.uk/~h007/extruder/)

Pada ekstruder berulir tunggal, desain gerak maju ulir/kerapatan ulir dan
ketinggian sayap dapat berubah sepanjang masuk hingga keluarnya bahan.
Pada umumya, keduanya mengalami penurunan dari ujung masuk hingga
ujung keluarnya bahan lewat die. Berikut ini adalah berbagai variasi screw
dan barrel :

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 78 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Diameter poros bertambah, kerapatan ulir


tetap

Diameter poros tetap, kerapatan ulir


bertambah

Diameter poros tetap, kerapatan ulir tetap,


barrel menyempit

Diameter poros tetap, kerapatan ulir tetap,


barrel tetap, penambahan halangan

Diameter poros tetap, kerapatan ulir


bertambah, barrel menyempit

Pada bagian pangkal (feeder) ulir, sudut ulir terhadap poros dibuat relatif
miring ke kanan untuk memudahkan perpindahan ekstrudat yang
densitasnya masih rendah. Sejalan dengan meningkatnya densitas, sudut
muka ulir dibuat mendatar untuk meningkatkan pencampuran dan
menurunkan kecepatan perpindahan ekstrudat. Sudut muka ulir yang relatif
pipih juga berfungsi untuk meremas bahan ekstrudat.

b) Twin screw extruder (extruder ulir ganda)


Twin screw extruder memiliki laras yang dilengkapi jaket pemanas dan atau
pendingin yang dapat diganti – ganti, dilengkapi dengan pengukur suhu,
lubang injeksi air/uap, ruang kondisioning dilengkapi injektor bahan cair,
ulirnya bekerja saling membersihkan, dan ruang ulir sinambung dengan
arah berputar.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 79 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Gambar 33
Ulir pada twin screw extruder

(sumber : www.hb-fein)

Dua ulir tersebut secara pararel ditempatkan dalam barrel dengan jarak ulir
yang diatur rapat, sehingga mengakibatkan bahan bergerak di antara ulir
dan barrel. Hal ini menyebabkan bahan digerakkan pada arah positif yaitu
menuju die tempat bahan keluar, dan terhindar dari aliran balik (negatif) ke
arah bahan masuk tanpa harus dilengkapi dengan mekanisme
antirotasional di dinding barrel, seperti pada ekstruder ulir tunggal.
Gambar 34
Beberapa Tipe Ulir Ganda

(a) Counter rotating Non – intermeshing

(b) Counter rotating intermeshing

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 80 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

(c) Co rotating intermeshing

(d) Co rotating non intermeshing


(sumber: https://www.plasticmachine.com.tw/Non-intermeshing_Counter-
rotating_Twin_Screw_for_Banbury_Mixer.html)

Pada ekstruder tipe ini, bentuk geometris ulir sangatlah penting untuk
diperhatikan karena bentuk ulir ini dapat menyebabkan peningkatan
tekanan pada ruang ekstruder yang akan menyebabkan aliran bahan dari
satu ruang ke ruang yang lain, baik ke arah negatif maupun ke positif.
Gambar 35
Ulir ganda pada ekstruder

(Sumber : www.exapro.com)
Ekstruder memiliki empat bagian utama, yaitu: ulir (screw), abung/laras
(stator/barrel), lubang berukuran relatif kecil (die), dan pisau (knife). Rasio
antara panjang dan diamater dari tabung (L/D) adalah sekitar 2 – 4.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 81 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Extruder bekerja dengan prinsip membawa bahan mentah yang


dimasukkan ke dalam laras (barrel) ulir (screw) disepanjang laras. Di ujung
laras, pengaliran yang lebih kecil membatasi volume dan meningkatkan
daya tahan bahan untuk bergerak, sehingga bahan akan memenuhi barrel.
Hal ini menyebabkan ruangan diantara barrel dan screw akan terkompresi.
Ketika bahan melewati laras, ulir akan mengadoni bahan sehingga menjadi
massa yang semi padat dan plastis. Jika bahan dipanaskan > 100 oC maka
prosesnya disebut Extrussion Cooking (Hot Extrussion). Pemanasan ini
akan menyebabkan terjadinya kenaikan suhu, dan dengan cepat bahan
pangan dilewatkan ke bagian barrel yang mempunyai pengaliran lebih kecil
sehingga tekanan meningkat Pada ujung barel terdapat die. Ketika bahan
keluar dari die dengan pengaruh tekanan maka terjadi pengembangan
ukuran dan pendinginan karena airnya telah keluar dalam bentuk uap air.
Bagian bagian mesin ekstruder pelet ikan terapung adalah:
 Mixer
Bagian ini mempunyai fungsi mengaduk bahan agar lebih homogen dan
membawa bahan menuju skrew ekstruder. Mixer ini digerakan oleh
motor listrik daya 1Hp/Motor bensin 5,5 Hp dan diatur frekuensi
putarnya oleh Puly/Speed Reducer.
 Skrew dan tabung
Skrew dan tabung mempunyai jenis begitu banyak variasinya. fungsi dari
skrew adalah untuk membawa, mengaduk dan memotong bahan
menuju lubang dies. Skrew digerakan di gerakan dengan motor listrik
berkekuatan besar dengan daya 10Hp. Tekanan dari skrew ini sangat
besar sehingga bahan yang mengandung protein ditekan dengan
tekanan besar hingga mengeluarkan minyak dan protein itu sendiri dan
memungkinkan lebih mudahnya tercerna ketika peletnya dimakan oleh
ikan. Sedangkan tabung berfungsi sebagai pemberi gesekan dan
pemotong bahan hingga menjadi lebih rata dan homogen sebelum
bahan sampai ke dies.
 Dies atau cetakan
Dies atau cetakan befungsi membentuk bahan yang di bawa oleh skrew
dan melewati lubang dies sesuai ukuran yang ada.
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 82 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

 Pisau potong
Pisau potong berfungsi untuk memotong bahan yang telah dibentuk oleh
dies panjang atau pendek ukuran potongan ini bisa diatur..Pelet yang
telah dipotong ini langsung kering hanya perlu diangin anginkan saja.
Gambar 36
Prinsip kerja extruder

(sumber: http://pemulatempatuntukbelajar-widiyanto.blogspot.com/2011/04/prinsip-
prinsip-extrusion.html)

11) Dies tool dan pisau pemotong (knife)


Dies tool merupakan alat yang digunakan untuk mencetak pellet menjadi
bentuk yang diinginkan melalui prinsip pengepresan bahan. Bentuk dan
diameter lubang pada cetakan (die) berpengaruh nyata terhadap
tekanan yang dihasilkan pada die dan karakteristik produk, dimana
diameter yang semakin kecil akan menghasilkan tekanan yang semakin
besar. Barrel pada ekstruder bisa memiliki die yang terdiri dari satu atau
lebih bukaan. Bukaan ini membentuk produk akhir dan menimbulkan
gaya yang berlawanan arah dengan gaya tekan dari ulir. Penggunaan
die dapat lebih dari satu hingga tiga untuk mendapatkan tekstur dan
mouthfeel yang diinginkan. Sedangkan kecepatan pisau menentukan
panjang dari produk yang dihasilkan oleh ekstruder. Semakin tinggi
kecepatan pisau maka panjang produk semakin kecil, demikian
sebaliknya.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 83 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Gambar 37
Dies dan pisau pemotong

(sumber: https://bit.ly/2WTtbGk)

12) Pemecah Pelet (Crumble)


Mesin pemecah pelet (crumble) terutama digunakan untuk pakan ayam
pedaging (periode grower dan finisher). Mesin ini berfungsi untuk
memecah pelet menjadi dua atau tiga bagian. Tenaga motor yang
digunakan 1 HP dengan kapasitas pengolahan 400-500 kg/jam (skala
kecil ).
13) Pendingin (cooler)
Fungsinya adalah untuk mendinginkan atau menguapkan uap air yang
masih menempel pada permukaan pelet yang dihasilkan dalam proses
pemeletan sebelumnya, sehingga pelet akan menjadi kering. Lama
pendinginan dalam cooler ini tidak terlalu lama, sekitar 10 – 15 menit.
Gambar 38
Cooler

(sumber: http://www.namdhariindustrialworks.com/pellet-cooler.html)

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 84 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Dengan mesin pengemas dan mesin jahit, bahan pakan dalam kemasan
akan tertutup dan terlindung dengan baik.
14) Peralatan Pendukung Lainnya
Peralatan lain yang mendukung proses pembuatan pakan adalah:
 Gerobak / Troley, digunakan untuk memudahkan dan mempercepat
membawa bahan pakan.
 Kaitan (gaco), digunakan terutama pada saat menaikkan atau
menurunkan karung bahan pakan atau mengangkut pelet yang sudah
dikemas dalam karung.
 Wadah atau bak penampung dan skop, diperlukan untuk menampung
bahan pakan yang akan ditimbang dan hasil pengolahan, terutama
untuk pengolahan pakan kapasitas kecil.
 Peralatan bengkel, terdiri dari kunci, palu, obeng, tang, gergaji dan
digunakan apabila terdapat masalah pada peralatan.

4. Prosedur/cara kerja alat pembuatan pakan

a. Silo
Menurut Dwi (2001), bagian utama dari silo yaitu atap, barel, dan hopper,
dimana:
 Bagian atap silo merupakan tempat masuknya biji-bijinan ke dalam silo.
 Barel adalah tempat yang berukuran besar untuk penampungan biji-bijian.
 Hopper adalah tempat penampungan sementara atau jalan keluarnya biji-
bijian.
Dalam memuat bahan curah ke dalam silo, diperlukan mekanisme elevator
tergantung pada jenis bahan curah yang dimuat.
Pengisian dilakukan dari tingkat paling atas yaitu dari atap sehingga yang
masuk lebih dulu akan berada di bawah. Sedangkan pengambilan bahan curah
dilakukan dari bawah atau melalui hopper dengan prinsip gravitasi (Anonim,
2012).
Prinsip pengujian kerja tower silo pada biji-bijian misalnya jagung yaitu
mulanya hopper disambungkan pada analog digital converter. Setelah alat
yang terpasang pada hopper telah siap, bijian jagung dimasukan pada tempat

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 85 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

penampungan pada hopper bagian atas dan tempat penampung tersebut di isi
sampai penuh. Setelah penuh dan alat yang terpasang telah konstan maka
lakukan penutupan tempat penampungan, sedangkan bagian bawah
penampung dibuka sambil ditambah dengan biji jagung. Penambahan ini
diusahakan dilakukan secara konstan, namun sedikit lebih cepat. Hal itu
dilakukan secara terus menerus sampai kapasitas hopper maksimum. Setelah
itu, penambahan bijian dihentikan. Kemudian pada tutup hopper bagian
bawah dibuka utuk mendapatkan data mengenai tekanan normal lateral dan
saat tutup bagian bawah dibuka, alat yang terhubung dengan hopper juga
mulai dijalankan. Hal yang perlu diperhatikan adalah diusahakan terjadi sedikit
goncangan sebab alat yang terpasang pada hopper sangat sensitif
terhadap goncangan (Anonim 1, 2014).
Gambar 39
Cara Kerja Silo

(sumber: sitibarrirotunn.wordpress.com)

b. Penepung (hammer mill dan disk mill)


Terdapat 5 (lima) struktur pada mesin hammer mill, yaitu :
1) Foundation
Foundation merupakan bagian paling dasar mesin yang berguna untuk
menghubungkan dan menopang seluruh bagian mesin serta bertindak
sebagai tempat hasil produksi keluar.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 86 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

2) Rotor
Bagian ini berfungsi sebagai penggerak utama kinerja mesin. Terdiri dari
poros utama, piringan bingkai, piringan penghancur, dan landasan. Bagian
ini juga bekerja dengan kecepatan yang sangat tinggi. Oleh karena itu,
diperlukan pemeriksaan keseimbangan setiap bagian sebelum mesin
dijalankan.
3) Operating door
Bagian ini berfungsi sebagai pintu untuk melihat dan memeriksa
komponen-komponen yang berada di dalam mesin. Hal ini memungkinkan
kita untuk membersihkan saringan dan mengganti pisau penghancur
dengan lebih mudah.
4) Casing bagian atas
Bagian ini berfungsi sebagai penghubung antara bagian atas mesin dengan
bagian bawahnya. Selain itu, casing ini juga berfungsi sebagai pengapit
saringan dan memberikan ruangan produksi yang cukup bersama-sama
dengan rotor.
5) Feeding guide structure
Bagian ini berfungsi sebagai pintu masuk bahan baku produksi.

Hammer mill bekerja dengan prinsip sebagai berikut:


 Bahan baku yang dimasukkan ke dalam mesin akan dibawa oleh sebuah
pelat ke bagian penghancuran.
 Setelah bahan baku dihancurkan, bahan akan dipotong dengan kecepatan
yang sangat tinggi sehingga menjadi tepung. Proses ini juga menimbulkan
tekanan udara di dalam akan mengalir keluar.
 Bahan baku yang berupa tepung akan terbang keluar melewati saringan.
 Bahan yang masih berukuran besar akan diproses kembali hingga
berbentuk tepung halus.

Sedangkan cara kerja mesin hammer mill dan disk mill adalah sebagai berikut:
 Cara kerja mesin hammer mill sebenarnya tidak terlalu rumit. Secara
umum, mesin ini berbentuk sebuah tabung besi yang memiliki poros di
bagian vertikal atau horizontal. Rotor berputar di bagian dalam mesin akan

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 87 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

menggerakkan mesin penepung. Bahan baku yang telah diproses oleh


mesin akan keluar sesuai besar ukuran yang telah dipilih melalui saringan
 Cara kerja mesin diskmill dilakukan dengan: 1). Menghidupkan
penggerak atau diesel mesin; 2). Memasukkan bahan baku yang akan
ditepung ke dalam corong input mesin; 3). Bahan baku akan digiling oleh
mesin; 4). Tepung hasil gilingan akan keluar pada corong pengeluaran
mesin; 5). Selanjutnya sediakan tempat penampungan hasil pada corong
output mesin sehingga tepung mudah diambil.
Gambar 40
Mesin Penepung

 Hopper: penampung produk


yang akan digiling
 Disk impact: tempat
kedudukan gigi pemukul
(thooth impact)
 Thooth impact: pemukul
produk menjadi tepung
 Screener (ayakan): menyaring
tepung sebelum keluar melalui
outlet
 Cassing (rumah mesin):
tempat kedudukan mesin

Mekanisme bekerja mesin pada gambar 40 adalah motor listrik dihidupkan


 produk (bahan) yang ditepung dimasukkan dalam hopper masuk ke
dalam ruang penepung, produk (bahan) dipukul oleh gigi thooth impact 
ukuran kecil masuk dalam screener  ukurang yang sangat halus akan
keluar menuju outlet  ukuran yang masih kasar akan terpukul ulang
sehingga ukurannya lembut.

c. Mixer
Cara kerja mixer, baik horizontal mixer maupun vertical mixer pada prinsipnya
adalah sama, yaitu sebagai berikut:
1) Hidupkan mesin mixer
2) Masukkan bahan yang akan dicampur ke dalam input mesin mixer

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 88 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

3) Mesin mixer akan otomatis mencampur pakan


4) Setelah bahan tercampur homogen, selanjutnya bahan baku dituang pada
wadah output mesin yang disediakan
5) Matikan mesin jika sudah selesai
Gambar 41
Bagian rotary mixer

(sumber: https://medium.com/@mixmachinery/what-is-horizontal-dry-ingredient-feed-mixer-
design-e807aea4a6ea)

(sumber: http://maskarizakariah.blogspot.com/2013_04_11_archive.html)

5. Tindakan Pencegahan Kecelakaan Kerja dan Lingkungan

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan


pada suatu tempat kerja dan ini berarti disebabkan oleh pekerjaannya atau pada
saat korban melakukan pekerjaan tersebut. Kesehatan lingkungan berarti upaya
untuk menjaga lingkungan, khususnya lingkungan kerja tetap sehat, terhindar
dari kerusakan dan pencemaran akibat dampak dari sistem kerja. 


Dalam rangka menjaga keamanan kerja dan kesehatan lingkungan di pabrik


pakan, perlu dilakukan antisipasi sejak awal untuk menghindari resiko kecelakaan

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 89 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

kerja. Beberapa tindakan yang perlu diperhatikan untuk mencegah kecelakaan


kerja pada saat proses pengolahan pakan menggunakan peralatan dan mesin di
tempat kerja adalah:
 Pintu masuk dan keluar harus dibuat dan dipelihara dengan baik.
 Lampu dan penerangan bila tidak memadai harus diadakan diseluruh tempat
kerja, harus aman dan cukup terang. Harus dijaga oleh petugas bila perlu bila
ada gangguan.
 Ventilasi, harus ada ditempat tertutup termasuk pembuangan udara kotor.
 Jika tidak bisa mernghilangkan debu dan udara kotor, harus disediakan alat
pelindung diri.
 Kebersihan, bahan yang tidak terpakai harus dibuang, paku yang tidak
terpakai harus dibuang atau dibengkokkan, benda-benda yang bisa
menyebabkan orang tergelincir serta sisa barang dan alat harus dibuang,
tempat kerja yang licin karena oli harus dibersihkan atau disiram pasir. Alat-
alat yang mudah dipindahkan harus dikembalikan ke tempat penyimpanan. 

 Harus tersedia alat pemadam kebakaran dan saluran air dengan tekanan yang
cukup, sejumlah pengawas dan tenaga terlatih harus disediakan dan selalu
siap selama jam kerja. Alat-alat nya harus diperiksa secara periodik oleh yang
berwenang, dan ditempatkan ditempat yang mudah dicapai. Alat pemadam
dan jalan menuju ke tempat pemadaman harus terpelihara.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pencegahan dan penanggulangan


kecelakaan di tempat kerja adalah:
 Pemasangan poster/himbauan tentang K3
 Penggunaan alat keselamatan kerja yang memadai (helm, sarung tangan,
sepatu, masker, dll)
 Pemberian rambu-rambu petunjuk dan larangan
 Pemasangan pagar pengaman di antara lantai dan tangga
 Briffing setiap pagi kepada mandor dan sub yang terlibat
 Menjaga kondisi jalan kerja agar tetap layak pakai
 Penempatan material/bahan yang sensitive/berbahaya dengan benar
 Menjaga kondisi jalan kerja agar tetap layak pakai
 Perlu mendapat perhatian terhadap alat yang menimbulkan suara 
bising,

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 90 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

asap dan residu lainnya


 Penyediaaan alat pemadam kebakaran
 Penempatan Satpam
 Kerjasama dengan klinik atau rumah sakit terdekat

Terkait dengan kesehatan lingkungan di tempat kerja, maka lingkungan kerja


yang diharapkan terpenuhi menurut UU No 1 tahun 1970 adalah:
 Teratur
 Bersih dan tidak licin
 Nyaman suhunya
 Ada keseimbangan antara waktu kerja dan waktu istirahat
 Harmonis tata warna dan tata letaknya
 Kondisi mesin dan alat-alat produksi lainnya disesuaikan dengan

manusianya
 Ada pengaturan intensitas dan penyebaran cahaya
 Bahan-bahan beracun terkendali
 Netralisir limbah
 Ada suasana kekeluargaan

Persyaratan instalasi yang perlu dilengkapi adalah:


1) Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air limbah, air hujan
harus dapat menjamin keamanan sesuai dengan ketentuan teknis yang
berlaku.
2) Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari
bangunan lain disekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir.
3) Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode
warna dan label.
4) Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan
distribusi air limbah dengan air bersih sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5) Jaringan Instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat estetika.
6) Jaringan Instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 91 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

B. Keterampilan yang diperlukan dalam menyiapkan bahan dan alat

1. Menyusun formulasi pakan


2. Menentukan berbagai macam peralatan pembuatan pakan
3. Mengelompokkan berbagai jenis bahan baku pakan
4. Menyiapkan peralatan pembuatan pakan
5. Menyiapkan bahan baku pakan
6. Melaksanakan tindakan pencegahan kecelakaan kerja dan lingkungan sesuai
peraturan K3L atau SOP yang terkait.

C. Sikap kerja yang diperlukan dalam menyiapkan bahan dan alat

Harus bersikap secara:


1. Tepat dan benar dalam menyusun formulasi pakan, mengidentifikasi bahan dan
alat pembuatan pakan, menyiapkan bahan dan alat, dan melakukan tindakan
pencegahan kecelakaan kerja;
2. Tepat, benar dan taat azas dalam menyiapkan bahan dan alat dan melakukan
tindakan pencegahan kecelakaan kerja dan lingkungan.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 92 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

BAB III

MENENTUKAN METODE PEMBUATAN PAKAN

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam menentukan metode pembuatan


pakan

1. Metode Pembuatan Pakan


Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan
pertimbangan kebutuhannya. Pakan buatan bagi ikan juga dapat diartikan
sebagai pakan yang dibuat dalam skala industri atau rumah tangga dengan
komposisi nutrisi dan gizi sesuai dengan kebutuhan ikan dan diberikan untuk
menyuplai makanan pada kolam pemeliharaan apabila tingkat ketersediaan pakan
alaminya telah menipis/habis sama sekali.
Sebelum membahas tentang metode pembuatan pakan, Anda perlu mempelajari
terlebih dahulu tentang berbagai macam jenis dan bentuk pakan. Hal ini
disebabkan karena metode/teknik pembuatan pakan akan berbeda untuk setiap
jenis dan bentuk pakan yang dihasilkan. Misalnya untuk membuat pakan
berbentuk crumble, menggunakan metode yang berbeda dengan pakan
berbentuk pellet. Begitu juga metode pembuatan pakan terapung akan berbeda
dengan pakan tenggelam, dimana untuk membuat pakan dengan sifat terapung
memerlukan tahapan khusus tersendiri yang tidak dilakukan saat mengolah pakan
tenggelam.
Dari pengetahuan tentang berbagai macam jenis dan bentuk pakan tersebut,
maka metode dalam pembuatan pakan sebenarnya dibedakan menjadi metode
pembuatan pakan secara manual dan metode pembuatan pakan menggunakan
mesin pakan. Perbedaan dari kedua metode tersebut adalah:
1) Metode pembuatan pakan secara manual
Metode ini biasanya dilakukan oleh petani ikan untuk memproduksi pakan
skala rumah tangga dengan menggunakan alat-alat yang sederhana. Jumlah
pakan yang dihasilkan tidak sebanyak jumlah pakan hasil skala industri. Oleh
karena menggunakan peralatan yang sederhana, maka pakan yang dihasilkan
memiliki sifat tenggelam (pakan tenggelam). Hal ini terjadi karena adanya
beberapa prosedur pembuatan pakan yang tidak terpenuhi disebabkan

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 93 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

keterbatasan peralatan yang digunakan, misalnya tidak melalui proses


pemanasan dan hanya pemadatan dengan pengukusan saja.
2) Metode pembuatan pakan dengan menggunakan mesin pakan biasanya
disebut dengan pembuatan pakan skala industri. Produksi pakan skala kecil
adalah suatu industri pengolah pakan dengan kapasitas kurang dari 5 ton/hari.
Sedangkan produksi pakan skala besar menghasilkan pakan dengan kapasitas
lebih dari 5 ton/hari.
Pakan yang dihasilkan menggunakan mesin adalah pakan terapung (pakan
apung), dengan berbagai macam bentuk pakan seperti pakan bentuk mash,
pellet atau crumble.
Gambar 42
Berbagai macam bentuk pakan

(mash) (crumble) (pelet)

2. Prosedur Pembuatan Pakan

Proses pengolahan dalam produksi pakan merupakan salah satu faktor yang
sangat berpengaruh terhadap mutu pakan, disamping faktor lain, seperti bahan
pakan, bahan tambahan, peralatan pengolahan, serta perhitungan formulasi.
Secara umum, proses pembuatan pakan dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan utama,
yaitu:
1) Proses persiapan bahan baku
Proses persiapan bahan baku meliputi penerimanaan bahan baku,
pembersihan bahan baku, penimbangan bahan baku, sampai bahan baku
tersebut siap untuk dicetak menjadi pellet.
2) Pembuatan pellet
Pembuatan pellet terdiri dari pencetakan, pendinginan dan pengeringan.
Proses penting dalam pembuatan pelet adalah pencampuran ( mixing),

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 94 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

pengaliran uap (conditioning) pencetakan (extruding) dan pendinginan


(cooling).
3) Pengemasan dan penyimpanan pakan.
Perlakuan akhir dari proses pengolahan pakan ikan adalah sortasi, pengepakan
dan penyimpanan/penggudangan pakan.
Gambar 43
Tahapan Proses Pembuatan Pakan

Pembuatan Pengemasan
Persiapan bahan baku
pelet pakan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pembuatan pakan skala


industri dilakukan dengan menggunakan mesin pakan dan melalui beberapa
proses pengolahan yang secara umum digambarkan seperti pada gambar di
bawah ini.
Gambar 44
Gambaran umum proses pengolahan pakan skala industri

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 95 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Proses pengolahan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh


terhadap mutu pakan, disamping faktor lain, seperti bahan pakan, bahan
tambahan, peralatan pengolahan, serta perhitungan formulasi. Secara lebih
spesifik, proses pengolahan pakan jadi mengikuti suatu mekanisme seperti
yang tersaji pada gambar 45.
Gambar 45
Mekanisme Proses Pengolahan Pakan

Pemberian uap Pembentukan


Penerimaan
panas pelet
bahan pakan
(steaming) (pelletizing)

Pengadukan/
Pembentukan
Sortasi pencampuran
crumble
(mixing)

Pembersihan/ Pendinginan/
Penimbangan Penyimpanan
penyaringan penganginan
(weighing) (storage)
(screening) (cooling)

Pengecilan
ukuran Penjahitan
Pengemasan
(grading) & Formulasi kemasan
(packaging)
pengayakan (sewing)
(sieving)

Mekanisme tersebut secara singkat dijelaskan sebagai berikut.


1) Penerimaan bahan pakan
Pembuatan pakan untuk skala industri diawali dengan penerimaan bahan
baku. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan evaluasi terhadap bahan
baku, meliputi sifat fisik, kimia dan biologis serta konsistensi mutu bahan. Oleh
karena itu, tahap ini merupakan tahap awal yang akan mempengaruhi tahap
berikutnya dan merupakan tahap kritis karena berhubungan dengan mutu
bahan pakan yang akan diolah.
2) Sortasi
Bahan yang telah diterima selanjutnya disortasi untuk menyeleksi dan
memisahkan bahan mana yang perlu diolah atau yang tidak layak proses.
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 96 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Prinsipnya adalah pengolahan bahan dilakukan pada bahan yang datang


terlebih dahulu untuk menghindari penyimpanan bahan yang terlalu lama di
gudang sehingga menyebabkan mutu bahan pakan menurun dan kualitasnya
tidak baik.
3) Pembersihan/penyaringan (screening)
Pembersihan bahan pakan terdiri dari pembersihan secara fisik dan dilakukan
dengan cara pengayakan menggunakan ayakan. Tujuan dari
pembersihan/penyaringan adalah agar bahan yang akan diproses tidak
tercampur dengan bahan – bahan lain yang akan merusak mutu pakan,
misalnya logam, kerikil atau pasir. Dalam proses pengayakan ini, ukuran mash
yang digunakan disesuaikan dengan bahan baku. Pembersihan juga dapat
dilakukan dengan bantuan saringan magnetis.
4) Pengecilan ukuran (grinding) dan pengayakan (sieving)
Pengecilan ukuran bertujuan untuk menghancurkan, menggiling atau
menghaluskan bahan baku pakan, sehingga menghasilkan gilingan bahan
yang sehalus mungkin. Sedangkan pengayakan bertujuan untuk menghasilkan
hasil gilingan yang seragam.
5) Formulasi
Proses yang dilakukan untuk menentukan kebutuhan bahan baku kering
menggunakan perhitungan tertentu disesuaikan dengan nilai nutrisi yang
diinginkan terkandung dalam pakan.
6) Penimbangan (weighing)
Penimbangan bahan baku pakan dilakukan setelah jumlah bahan baku yang
diinginkan ditentukan menggunakan penghitungan formulasi pakan.
Untuk bahan baku pakan makro seperti tepung jagung, tepung bungkil kedele,
bekatul padi digunakan timbangan kasar (skala ratusan kilogram), sedangkan
untuk bahan pakan mikro/additives, seperti methionin, minyak ikan, vitamin,
mineral mix, premix, antioksidan, anti jamur digunakan timbangan analitis
atau elektronik.
7) Pencampuran/pengadukan (mixing)
Proses pencampuran atau pengadukan yang bertujuan agar bahan tercampur
secara merata (homogen) dan seluruh komponen bahan pakan yang di
formulasi dapat tersebar secara seimbang. Pencampuran bahan pakan diawali
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 97 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

dengan bahan yang jumlahnya besar diikuti dengan bahan yang jumlahnya
kecil dan terkecil.
8) Pemberian uap panas (steaming)
Pemberian uap panas bertujuan untuk menimbulkan aroma pada pakan jadi
dan juga bertujuan mensterilkan bahan. Pemberian uap panas ini berlangsung
selama beberapa menit (2 – 3 menit) sebelum pakan memasuki mesin pelet.
Pada beberapa mesin pelet modern, biasanya unit pemberi uap tersebut
bersatu dengan mesin pelet.
9) Pembentukan pelet (pelletizing)
Bertujuan untuk membentuk suatu kesatuan pakan, atau pemadatan sehingga
pakan tidak mudah tercecer. Disamping itu, pakan dalam bentuk pelet akan
mengurangi susut nutrisi karena seluruh bahan akan terwakili dalam pelet.
10)Pembentukan Crumble (crumbling)
Tujuan crumbling adalah untuk memotong atau memecah pelet hasil
pengolahan pelletizer menjadi beberapa bagian.
11)Pendinginan atau Penganginan (cooling)
Dilakukan untuk menghilangkan uap air yang terdapat pada permukaan luar
pelet hasil pelletizing. Pendinginan dapat dilakukan dengan cara pengaliran
udara sekeliling dengan blower tanpa pemanasan. Proses ini membutuhkan
waktu sekitar 5 – 15 menit.
12)Pengemasan (Packaging)
Agar pengangkutan hasil produk lebih mudah dan untuk menjaga agar pakan
tidak cepat mengalami penurunan mutu, maka dilakukan pengemasan.
13)Penjahitan kemasan (sewing)
Penjahitan kemasan dilakukan agar produk pakan terlindungi dan untuk
mencegah kontaminasi atau tercampurnya bahan dengan benda asing.
14)Penyimpanan (storage)
Pakan sebaiknya ditempatkan pada tempat yang tidak terlalu gelap. Hal ini
bertujuan untuk mencegah timbulnya proses enzimatis pada pakan yang
berakibat pada penurunan mutu produk.
a) Prosedur Pembuatan Pakan Menggunakan Mesin (Skala Industri)
Mesin yang digunakan dan proses dalam pembentukan pakan berbentuk pelet
adalah:
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 98 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

1) Proses persiapan dan penimbangan bahan baku


Bahan baku yang telah disimpan didalam bin (tempat penyimpanan bahan
baku sementara) kemudian ditimbang oleh bagian mixer menggunakan
timbangan digital dan dialirkan kedalam mixer melalui pipa-pipa yang
menghubungkan tong bahan baku dengan mixer. Sedangkan untuk bahan
baku cair disimpan dalam tangki khusus dan kemudian ditimbang pula
secara otomatis sesuai formula. Bahan baku serta bahan cair dalam jumlah
sedikit, seperti vitamin, mineral, dan premix, secara khusus ditimbang
secara manual dan dimasukkan kedalam mixer oleh bagian hand add.
2) Proses pencampuran
Bahan baku yang telah disiapkan kemudian dimasukkan kedalam mixer.
Proses pencampuran dilakukan pada bahan-bahan yang bersifat kering
seperti jagung, fullfat (kacang kedelai yang telah dimasak), dan bahan-
bahan yang bersifat basah. Proses ini akan dijelaskan secara lebih rinci di
bab pencampuran pakan.
3) Proses expanding
Mesin expander digunakan dalam proses expanding. Proses expanding
merupakan proses gelatinasi pati untuk meningkatkan kecernaan nutrisi
pakan dan memperbaiki higienitas pakan, serta untuk mensterilkan pakan
dari bakteri dan kuman dengan menggunakan suhu dan tekanan tinggi
(uap air panas).
Proses expanding dimulai dari bahan yang telah mengalami proses
pencampuran dimasukkan ke dalam mixer conditioner. Dalam mixer
conditioner terjadi pemasakan awal dengan penambahan air dan
penambahan panas dengan waktu pemasakan awal kurang lebih 0,5 – 2
menit. Setelah mengalami pemasakan awal di mixer conditioner, bahan
baku akan masuk ke mesin expander melalui cerobong pemasukkan.
Selama melewati mesin expander bahan baku akan diberikan penambahan
uap panas (steam), sehingga bahan baku akan mengalami perubahan
bentuk dari tepung menjadi bentuk adonan. Materi ini dijelaskan kembali
secara rinci di bagian pembuatan adonan.
4) Proses pelleting
Proses pelleting membutuhkan mesin dan prosedur sebagai berikut:
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 99 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

 Mesin pellet (Pelletizer)


Mesin pellet adalah mesin/alat pembentukan bahan pakan menjadi
berbentuk pellet dengan cara diberi tekanan/kompresi dan dilewatkan
melalui lubang-lubang yang terdapat pada silinder die. Mesin pellet
terdiri dari hooper, screw feeder, conditioner, dies, roller, gear box,
stam nozzle, fat sprayer, motor penggerak.
 Hooper
Hooper berfungsi untuk menampung makanan sementara dari tong
pellet, bahan akan dimasukkan dalam conditioner melalui screw feeder
dengan laju kecepatan yang telah diatur (ton/jam).
 Screw feeder
Screw feeder berfungsi untuk membawa campuran pakan dari hooper
masuk kedalam conditioner atas dan conditioner bawah.
Screw feeder berbentuk screw yang dapat membawa campuran pakan
ke bagian conditioner. Mesin pellet sendiri dioperasikan oleh seorang
operator mesin.
 Conditioner atas dan conditioner bawah
Conditioner merupakan bagian dari mesin pellet yang berfungsi
memberikan perlakuan kondisi uap panas pada campuran pakan yang
masuk. Dalam conditioner atas ini, bahan makanan mengalami proses
pengkondisian berupa penambahan uap panas untuk meningkatkan
kelembaban dan suhu agar terjadi proses gelatinisasi. Setelah dari
conditioner atas, campuran pakan masuk kedalam conditioner bawah.
Di dalam conditioner bawah, pakan tidak mengalami penambahan
steam lagi tetapi langsung dibawa dan diaduk dengan pedal-pedal yang
serupa dengan pedal di conditioner atas. Pakan kemudian masuk
kedalam dies dan dipres masuk kedalam lubang-lubang dies dengan
menggunakan roller. Saat masuk ke dalam dies, makanan yang telah
mengalami penambahan steam dipress membentuk tabung-tabung
kecil dengan diameter 3,5-4 mm dan panjang 0,5 atau 0,6 cm.
 Roller
Roller adalah alat yang berfungsi untuk mengolah bahan baku dengan
cara menggiling pada bagian dalam die agar bahan baku tersebut mask
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 100 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

ke dalam die untuk proses pembentukan pellet. Permukaan luarnya


berbentuk seperti roda gigi yang berfungsi menekan makanan masuk
kedalam lubang die. Dari conditioner, makanan masuk kedalam dies
dan ditekan masuk kedalam lubang-lubang dies dan ditekan masuk
kedalam lubang-lubang dies dengan tekanan dari roller.
 Die
Die adalah alat yang terdapat dalam mesin pellet dan berfungsi untuk
membentuk makanan menjadi butiran pellet dengan bantuan dari
roller. Die diputar oleh poros motor penggerak dengan daya yang
besar, sedangkan roller berputar menekan makanan masuk die karena
permukaan luarnya berhimpitan dengan makanan masuk kedalam
lubang die.
 Fat sprayer
Pada saat keluar dari lubang die, pellet yang terbentuk disemprot
dengan bahan cair menggunakan fat sprayer yang telah diatur jumlah
pemakaian dan kecepatan penyemprotannya. Pemakaian fat spray
biasanya dilakukan dua kali, yaitu di mixer dan di fat spray. Hal ini
didasarkan perhitungan bahwa jika dilakukan di mixer semuanya, maka
akan membuat makanan menjadi licin pada saat melewati lubang die
dan dapat menurunkan durabilitas pakan jadi.
 Pisau pellet
Pisau pellet adalah alat untuk memotong pellet yang keluar dari
lubang-lubang die. Pada saat pellet keluar dari lubang die dan telah di
fat spray / tidak, pellet akan dipotong oleh pisau potong dengan
ukuran yang telah diatur panjang pemotongannya. Pellet yang telah
dibentuk kemudian keluar dari mesin pellet dan dialirkan turun kedalam
mesin pendingin (cooler) melalui pipa-pipa penghubung mesin pellet
dengan mesin cooler.
5) Proses pendinginan
Setelah pellet keluar kemudian pellet menuju mesin pendingin ( cooler)
untuk mengalami pendinginan. Didalam mesin cooler, pellet mengalami
perlakukan penambahan udara yang lebih dingin, agar makanan menjadi
dingin, cepat kering tetapi tidak pecah-pecah. Jenis mesin cooler yang
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 101 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

digunakan adalah tipe counterflow dimana pellet dengan suhu yang masih
panas akan bertemu dengan aliran udara dengan suhu yang lebih hangat,
sehingga penurunan suhu pellet berlangsung secara gradual untuk
menghindari pellet menjadi retak-retak dan gampang hancur. Penurunan
suhu dilakukan dengan menggunakan blower untuk menarik dan
mengalirkan aliran udara didalam mesin cooler, udara panas yang disedot
lalu dilepaskan keudara luar diatas tower feedmill. Pada saat penarikan dari
mesin cooler, makanan yang berbentuk serbuk atau mash (tepung) akan
ditarik kembali dan dilewatkan melalui cyclone dan djatuhkan kembali ke
mesin pellet melalui corong. Hal tersebut untuk membantu menurunkan
kehilangan atau lost bahan baku selama proses pelleting.
Gambar 46
Proses pembuatan pakan skala industri secara kontinyu

b) Prosedur Pembuatan Pakan Secara Manual (Skala Rumah Tangga)


Pembuatan pakan secara manual (skala rumah tangga) perlu memperhatikan
beberapa faktor yang menjadi pertimbangan, antara lain adalah ketersediaan
bahan pakan yang digunakan mudah diperoleh serta tersedia dalam jumlah
yang cukup dan kontinyu, bahan pakan yang digunakan sebaiknya tersedia
dalam jumlah cukup di daerah tersebut, bahan pakan yang beraneka ragam
biasanya tersedia di beberapa tempat sehingga untuk pengadaannya harus
mempertimbangkan efisiensi pengangkutan, untuk memproduksi pakan harus
mengoptimalkan semua peralatan, agar biaya produksi pengolahaan pakan
dapat tertutupi.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 102 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Prosedur yang dilakukan dalam pembuatan pakan skala rumah tangga secara
manual adalah:
1. Penggilingan bahan baku pakan menjadi tepung
Agar bahan baku dapat tercampur dalam pakan secara merata, maka harus
dihancurkan terlebih dahulu sehingga menjadi halus. Penggilingan dapat
menggunakan alat penggilingan yang memakai saringan untuk pengayakan
ataupun dilakukan secara tradisional seperti ditumbuk. Apabila dilakukan
secara tradisional, masih dilanjutkan lagi dengan pengayakan supaya
partikel bahan pakan menjadi ukuran yang sangat kecil atau halus. Apabila
bahan pakan tersebut kurang halus, dikhawatirkan bahan pakan tidak
tercampur merata dan komposisi zat-zat makanannya tidak dapat tersusun
secara baik.
2. Penimbangan bahan baku
Bahan baku yang sudah tersedia dalam bentuk tepung kemudian diayak
untuk dipisahkan butiran kasar dan halus. Selanjutnya dilakukan
penimbangan sesuai dengan komposisi/formulasi yang sudah dibuat.
3. Pencampuran bahan baku pakan menjadi adonan
Pencampuran dilakukan dengan mengaduk bahan – bahan yang jumlahnya
sedikit terlebih dahulu untuk mendapatkan volume atau jumlah campuran
yang lebih berat dan agar pencampuran bahan dapat terjadi secara
homogen. Pencampuran bahan dilakukan hingga semua bahan
teraduk/tercampur dengan sempurna dan merata. Apabila bahan pakan
yang dicampur terlalu banyak, sebaiknya menggunakan mixer agar dapat
tercampur secara merata. Sementara apabila bahan–bahan pakan yang
dicampur hanya sedikit dapat dilakukan secara manual dibantu dengan
peralatan sekop dan atau cangkul. Apabila terdapat bahan baku berupa
minyak atau cairan, maka pencampuran dilakukan setelah semua bahan
padat tercampur. Bahan baku kering yang telah tercampur selanjutnya
diberikan air sedikit demi sedikit dan hindari penambahan air yang terlalu
banyak.
4. Pencetakan Adonan
Proses paling akhir dalam pembuatan pakan adalah pencetakan adonan.
Proses pencentakan dapat dilakukan menurut tujuan pembuatan pakan.
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 103 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Pencetakan dapat berbentuk emulsi, tepung, crumble, dan/ataupun pellet.


Bentuk-bentuk tersebut dapat disesuaikan dengan ukuran dan besarnya
ikan yang dipelihara. Pakan ikan kecil sebaiknya berbentuk emulsi atau
tepung dan semakin besar ikan, bentuk makanannya sebaiknya semakin
besar pula seperti dalam bentuk pellet.

Bentuk emulsi adalah bentuk yang paling tidak dapat disimpan lama,
karena pakan tersebut harus dicampur dengan air, dipanaskan dan diaduk
sampai terjadi emulsi atau cairan kental. Sebaiknya pakan emulsi ini tidak
terlalu lama disimpan karena mudah membusuk. Setelah membuat pakan
sebaiknya langsung diberikan pada ikan. Pakan berbentuk tepung sangat
mudah membuatnya. Campuran bahan pakan yang ada diaduk sampai
merata dan kemudian dimasukkan kedalam tempat pakan. Pakan ini dapat
disimpan relatif lebih lama dibanding dengan emulsi.

Pakan berbentuk pellet dapat dibuat dengan memberi air ataupun bahan
perekat pada campuran bahan pakan tersebut. Setelah diaduk secara
merata, campuran tersebut kemudian dimasukkan pada alat cetak pellet
sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Setelah berbentuk pellet, pakan
dapat dipanaskan dan dikeringkan sinar matahari atau alat pengering
lainnya. Bagian pellet yang sudah kering dan pecah merupakan bentuk
crumble.

5. Pengeringan
Pelet yang berhasil diproduksi harus segera dikeringkan melalui
penjemuran langsung dengan sinar matahari atau menggunakan oven.
Penjemuran ini harus segera dilakukan agar pakan tidak mudah berjamur.
Pengeringan dilakukan sampai kelembaban pelet tidak lebih dari 12 %.

6. Sortasi
Pelet yang sudah kering kemudian disortasi dengan menggunakan ayakan.
Pelet yang besar akan tertinggal diayakan, sedangkan pelet yang kecil akan
lolos ke bawah ayakan. Pelet yang dihasilkan harus memiliki bentuk yang
utuh dengan ukuran yang seragam, yaitu sekitar 2- 3 cm. Pelet yang lolos
dari ayakan dengan ukuran < 2 cm adalah pelet yang remah dan hancur
berupa tepung atau crumble.
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 104 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Gambar 47
Alur Proses Pembuatan Pakan secara Rumah Tangga

B. Keterampilan yang diperlukan dalam menentukan metode pembuatan


pakan

1. Menentukan metode pembuatan pakan sesuai prosedur

C. Sikap kerja yang diperlukan dalam menentukan metode pembuatan pakan

Harus bersikap secara:


1. Tepat dan benar dalam mengidentifikasi metode pembuatan pakan sesuai
formulasi pakan yang ditentukan dan menentukan metode pembuatan pakan.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 105 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

BAB IV

MERAMU PAKAN BUATAN

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam meramu pakan buatan

1. Penepungan Bahan Baku Pakan


Penepungan merupakan proses pengecilan ukuran (size reduction) suatu bahan
padat secara mekanis tanpa diikuti dengan perubahan sifat kimia dari bahan yang
digiling. Penepungan juga bisa diartikan sebagai proses penghancuran bahan
yang berada dalam ruang tertutup dimana terdapat bagian pemukul yang
berputar pada porosnya, sehingga proses penghancuran berlangsung bersama
perputaran bagian pemukul tersebut di dalam ruang penggiling.

Proses penepungan selain dilakukan dengan cara penggilingan, juga dapat


dilakukan dengan penghancuran, pemecahan, atau dengan pemotongan. Proses
reduksi ukuran bahan pakan tergantung dari sifat fisik bahan pakan itu sendiri.
Penepungan menggunakan alat penggiling biasanya dipasangi dengan saringan
untuk pengayakan. Apabila dilakukan secara tradisional seperti ditumbuk, maka
masih dilanjutkan lagi dengan pengayakan supaya partikel bahan pakan menjadi
ukuran yang sangat kecil atau halus.
Secara umum, penepungan bertujuan untuk memperkecil dan menghaluskan
bahan baku yang semula masih berbentuk gumpalan atau bongkahan sehingga
permukaannya menjadi lebih luas dan bahan baku pakan menjadi halus, sehingga
mempermudah pencampuran bahan secara lebih merata dan komposisi zat-zat
makanannya tidak dapat tersusun secara baik.
Tujuan lain dari proses pengecilan ukuran pada proses penepungan adalah:
o Mencegah timbulnya kerusakan bahan yang bersifat fisik maupun chemise,
sehingga nilai kandungan nutrisi persatuan berat pakan yang dimakan oleh
ikan menjadi lebih tinggi.
o Mempermudah ekstraksi unsur tertentu dari struktur komposit, contoh tepung
dari gandum dan cairan gula dari tebu.
o Penyesuaian dengan kebutuhan spesifikasi produk, contoh penyajian rempah –
rempah.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 106 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

o Memungkinkan pemisahan komponen yang tak dikehendaki dengan cara


mekanik.
o Memperkecil bahan-bahan berserat agar mudah penaganannya.
o Mempertinggi kemampuan penyerapan.
o Mempercepat transportasi.
o Mempermudah proses lanjut.

Penepungan sendiri sebenarnya dapat menyebabkan bahan menjadi bersifat


higroskopis, yaitu bahan halus mudah sekali menjadi lembab karena sangat
mudah menyerap uap air. Namun keuntungan dari penepungan yang paling
tampak adalah aroma dan cita rasa bahan yang ditepungkan menjadi sangat
mencolok. Dari situlah pengaruh positif yang ditimbulkan oleh penepungan
tersebut.
Proses penepungan dengan pengecilan ukuran terjadi karena adanya:
o Pemotongan
Pemotongan merupakan cara pengecilan ukuran dengan menghantamkan
ujung suatu benda tajam pada bahan yang dipotong. Struktur permukaan
yang terbentuk oleh proses pemotongan relatif tidak menjadi rusak.
o Penggerusan
Penggerusan menggunakan daya yang relatif besar sehingga bahan terpecah
dengan bentuk yang tidak teratur.
o Pengguntingan
Pengguntingan merupakan gabungan dari mekanisme pemotongan dan
penggerusan.

Melakukan penghalusan bahan tidaklah mudah. Untuk mendapatkan bahan sesuai


dengan fraksi ukuran tertentu, proses penepungan biasanya dilakukan sampai
beberapa kali. Namun begitu, ukuran partikel bahan hasil giling biasanya masih
tersebar dalam banyak fraksi. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam
pemilihan prosedur.
Pemilihan prosedur yang digunakan dalam pengecilan ukuran bahan banyak
dipengaruhi oleh karakteristik bahan yang hendak digiling dan didasarkan pada
mekanisme yang sesuai untuk pengecilan bahan yang mempunyai sifat tertentu.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 107 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Misalnya saja, pemotongan lebih cocok diterapkan pada sayuran dan buah–
buahan, penggerusan sesuai untuk bahan butiran seperti biji–bijian, sedangkan
pengguntingan cocok untuk bahan yang berserat.
Penepungan yang dilakukan dalam proses mempersiapkan bahan baku pakan
dapat dilakukan pada bahan – bahan hewani dan nabati. Bahan dasar yang
memiliki sifat fisik lunak, seperti ikan, darah, singkong, dedak, dll dapat dengan
mudah dihaluskan menggunakan penggiling. Sementara itu, untuk bahan – bahan
yang memiliki sifat fisik keras, misalnya saja kepiting, tulang atau hasil pertanian
(biji – bijian), perlu dilakukan perlakuan khusus sebelum ditepung. Perlakuan
tersebut bisa melalui perebusan atau pengukusan, yang dilakukan dengan tujuan
untuk melunakkan bahan.
Secara umum, penepungan dapat dilakukan menggunakan 2 cara, yaitu cara
basah dan cara kering. Prinsip kedua cara tersebut adalah berusaha memisahkan
lembaga dari bagian tepungnya. Tepung yang dihasilkan pun dapat dikategorikan
menjadi dua yaitu tepung yang mengandung lemak dan tidak mengandung
lemak, tergantung dari jenis bahan dasarnya. Penepungan cara kering (dry
prosess) biasanya hanya melibatkan perlakuan fisik dan mekanik untuk
membebaskan komponen – komponennya dari sifat aslinya. Sedangkan
penepungan cara basah (wet prosess) melibatkan perlakuan fisiko–kimia dan
mekanik untuk memisahkan fraksi–fraksi yang diinginkan.

Alur proses penepungan cara kering :

PEMBERSIHAN BAHAN
Bahan dibersihkan dari benda asing yang masih menempel seperti batu kecil,
kotoran, kulit gabah yang belum terkelupas, dan lain-lain

PENGERINGAN I
Pengeringan dilakukan untuk mendapatkan kadar air sekitar 14%, bisa
dilakukan dengan menggunakan mesin pengering (oven), atau melakukan
penjemuran bahan

PENEPUNGAN KASAR

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 108 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Setelah mencapai kadar air yang diinginkan, bahan digiling menggunakan mesin
penepung. Penepungan bisa dilakukan lebih dari 2 kali hingga diperoleh bahan
baku dengan kehalusan yang merata dan sesuai dengan yang diinginkan. Bahan
sebaiknya dikeringkan kembali sebelum dilakukan penepungan ulang.

PENGAYAKAN
Bahan baku yang telah digiling kemudian diayak untuk mendapatkan partikel
yang sesuai dengan kebutuhan ikan, dengan cara memisahkan butiran halus
dengan butiran kasar yang tercampur di dalam bahan. Semakin kecil stadia ikan
maka partikel pakan harus semakin halus. Pengayakan dilakukan menggunakan
pengayakan bertingkat

PENGERINGAN II
Pengeringan dapat dilakukan dijemur dibawah sinar matahari atau di oven pada
suhu 500 C. Tanda bentuk bahan telah kering yaitu antara butir tepung atau
bubuk halus satu dengan yang lainnya tidak saling lengkap (menempel), tetapi
saling lepas. Tepung yang masih basah biasanya butiran halusnya saling
berlekatan sehingga membentuk agregat (gumpalan) yang lebih besar dan
mengelompok.

Alur proses penepungan cara basah adalah sebagai berikut :

PEMBERSIHAN BAHAN

Bahan dibersihkan dari benda asing yang masih menempel seperti batu kecil,
kotoran, kulit gabah yang belum terkelupas, dan lain-lain

PERENDAMAN
Perendaman dapat dilakukan dalam waktu 12 – 24 jam

PENEPUNGAN KASAR
Setelah mencapai kadar air yang diinginkan, bahan digiling menggunakan mesin
penepung. Penepungan bisa dilakukan lebih dari 2 kali hingga diperoleh bahan

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 109 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

baku dengan kehalusan yang merata dan sesuai dengan yang diinginkan. Bahan
sebaiknya dikeringkan kembali sebelum dilakukan penepungan ulang.

PENGAYAKAN
Pengayakan dilakukan untuk memisahkan butiran halus dengan butriran kasar
yang tercampur di dalam bahan. Pengayakan dilakukan menggunakan
pengayakan bertingkat.

PENGERINGAN
Pengeringan dapat dilakukan dijemur dibawah sinar matahari atau di oven pada
suhu 500 C. Tanda bentuk bahan telah kering yaitu antara butir tepung atau
bubuk halus satu dengan yang lainnya tidak saling lengkap (menempel), tetapi
saling lepas. Tepung yang masih basah biasanya butiran halusnya saling
berlekatan sehingga membentuk agregat (gumpalan) yang lebih besar dan
mengelompok.

Penepungan secara kering relatif lebih baik dibandingkan dengan cara basah
karena hasilnya dapat langsung disimpan tanpa harus mengalami proses
pengeringan terlebih dahulu. Dalam penepungan secara kering harus diperhatikan
kemungkinan kerusakan produk karena panas yang terlalu tinggi serta kerusakan
karena oksidasi. Pada saat berlangsung proses penepungan, sering kali laju
oksidasi bahan baku meningkat karena permukaan partikel semakin luas,
sehingga memudahkan kontak dengan oksigen di udara. Oleh karena itu, zat
antioksidan sering kali ditambahkan pada saat proses ini berlangsung.
Penambahan zat antioksidan pada proses ini dapat memberikan keuntungan,
yaitu :
 Meningkatkan stabilitas bahan terhadap oksidasi udara sehingga
mengurangi tingkat oskidasi selama proses berlangsung
 Memperbesar tingkat pencampuran zat antioksidan yang jumlahnya tidak
terlalu besar secara merata sehingga stabilitas produk akhir dari ancaman
proses oksidasi menjadi lebih terjamin

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 110 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Gambar 48
Penepungan secara tradisional

(sumber : www.integratedfarming.blogspot.com)

Gambar 49
Penepungan menggunakan diskmill

(sumber: www.ibagro.blogspot.com)

2. Pencampuran Bahan Baku

Pencampuran merupakan suatu proses menghimpun dan membaurkan bahan-


bahan. Dalam hal ini diperlukan gaya mekanik untuk menggerakkan alat
pencampur supaya pencampuran dapat berlangsung dengan baik. Proses
pencampuran yang baik akan menghasilkan pakan yang seragam. Faktor-faktor
yang menentukan keseragaman hasil campuran adalah besar dan bentuk partikel

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 111 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

bahan, densitas dan muatan statis bahan, urutan pemasukan bahan, jumlah
bahan yang dicampur, desain mesin, dan waktu pencampuran.
Bahan baku yang telah ditimbang sesuai dengan jumlah bahan baku yang akan
digunakan kemudian dicampur sampai homogen, agar seluruh bagian pakan yang
dihasilkan mempunyai komposisi zat gizi yang merata dan sesuai dengan
formulasi. Pencampuran bahan baku secara manual dalam jumlah kecil dapat
dilakukan pada wadah dan pengadukannya dilakukan dengan tangan atau alat
seperti centong nasi. Sedangkan pencampuran bahan baku dalam jumlah besar
dapat menggunakan alat bantu, misalnya serok sebagai pengganti mesin
pencampur (mixer) atau menggunakan mesin mixer.
Terdapat dua jenis pencampuran (mixing), yaitu:
1. Dry mix, yaitu pencampuran bahan-bahan yang bersifat kering seperti
jagung, fullfat (kacang kedelai yang telah dimasak), dll
2. Wet mix, yaitu pencampuran bahan-bahan yang bersifat basah berupa
CPO, dll

Yang perlu diperhatikan dalam tahap mixing adalah untuk bahan-bahan yang
penggunaannya dalam jumlah yang kecil harus dilakukan pre-mixing atau
pencampuran awal terlebih dahulu. Pencampuran bahan baku dilakukan secara
bertahap dengan mengaduk bahan – bahan yang jumlahnya sedikit terlebih
dahulu untuk mendapatkan volume atau jumlah campuran yang lebih berat
hingga bahan dengan volume yang besar. Namun begitu, untuk mendapatkan
hasil yang sempurna dan homogen dan apabila biaya tersedia, dianjurkan
menggunakan mesin pencampur (mixer). Pencampuran bahan dilakukan hingga
semua bahan teraduk/tercampur dengan sempurna dan merata. Apabila terdapat
bahan baku berupa minyak atau cairan, maka pencampuran dilakukan setelah
semua bahan padat tercampur.

3. Pembuatan Adonan

Setelah seluruh bahan tercampur secara merata dan sebelum dilakukan


pencetakan, terdapat satu tahapan yang sangat penting dan mempengaruhi
keberhasilan dalam pengolahan pakan, yaitu pembuatan adonan. Pembuatan
adonan yang dimaksud disini adalah suatu proses dimana campuran bahan pakan

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 112 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

dipanaskan dengan air (penguapan) secara merata ke semua bahan, sehingga


terjadi pematangan bahan yang berakibat terjadinya gelatinisasi (bahan menjadi
lengket dan kuat).
Gelatinasi adalah sesuatu keadaan dimana granula pati membengkak secara luar
biasa sampai granula pecah dan tidak dapat kembali pada kondisi semula akibat
pemanasan melebihi batas pengembangan granula. Tujuan gelatinisasi yaitu agar
terjadi pencetakan antar partikel bahan penyusun sehingga penampakan pellet
kompak, durasinya mantap, tekstur dan kekerasannya bagus. Oleh karena itu,
formulasi dengan bahan berlemak tinggi akan mempercepat proses pembuatan
pelet, tetapi kualitas peletnya menurun. Sebaliknya bahan-bahan yang
mengandung pati tinggi seperti terigu, akan meningkatkan kualitas pelet.
Pada pembuatan pakan secara manual, proses gelatinisasi diperoleh dari
penambahan air panas (hangat kuku) ke dalam campuran bahan kering sedikit
demi sedikit secara merata. Namun hasil yang diperoleh tidak akan maksimal
karena gelatinisasi akan terbentuk pada suhu lebih dari 105oC dengan tekanan 20
bar dalam waktu yang singkat.
Untuk menghilangkan zat anti nutrisi dalam pakan yang mengandung racun,
maka dapat dilakukan pemanasan atau pemasakan campuran pakan. Pemanasan
atau pemasakan dilakukan dengan memberikan air hangat pada saat proses
pembuatan adonan, atau dengan cara mengukus campuran bahan pakan tersebut
selama kurang lebih 10 – 20 menit. Pengukusan dilakukan terhadap campuran
bahan – bahan nabati, sedangkan jika menggunakan tepung ikan, maka tepung
ikan tidak diikutkan dalam kukusan tersebut. Tepung ikan dicampurkan dalam
pakan setelah selesai pengukusan.
Sedangkan pada pembuatan pakan menggunakan mesin skala industri, proses
pengkondisian pakan pada suhu dan kadar air tertentu, terjadi di dalam alat yang
disebut kondisioner, sedangkan prosesnya dinamakan dengan conditioning.
Conditioning dilakukan menggunakan suhu dan tekanan tinggi yaitu minimal 105O
C dan maksimal 800o C dengan tekanan 20 bar dalam waktu yang singkat. Apabila
suhu terlalu tinggi akan merusak kandungan vitamin dan protein pakan, namun
jika suhu terlalu rendah, proses gelatinisasi tidak sempurna sehingga kualitas fisik
pelet akan mudah pecah. Sedangkan jika kadar air bahan terlalu tinggi pelet yang

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 113 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

dihasilkan tidak stabil, tetapi jika kadar air terlalu rendah proses produksi akan
berjalan sangat lambat.
Untuk menghindari kegagalan proses conditioning, maka diperlukan penambahan
steam ke dalam kondisioner untuk menghasilkan uap air panas. Penguapan
dalam proses pembuatan pakan berbentuk pellet bertujuan untuk:
 Mensterilkan pakan dari bakteri dan kuman
 menjadikan pati dari bahan baku yang ada sebagai perekat
 meningkatkan kecernaan nutrisi pakan karena pakan menjadi lunak
sehingga menghasilkan efisiensi pakan yang baik
 memunculkan aroma pakan untuk merangsang nafsu makan ikan
 memperbaiki higienitas pakan

Penguapan dilakukan dengan mengarahkan uap panas ke dalam campuran pakan


sambil mengaduk campuran pakan tersebut. Mekanisme pemberian uap panas
menggunakan mesin expander adalah sebagai berikut:
1. membuka hopper pada bin expander (tempat penyimpanan bahan yang
telah mengalami proses pencampuran dan siap untuk dilakukan proses
expanding) secara manual.
2. campuran pakan masuk ke mixer conditioner dengan kecepatan aliran
bahan baku akan diatur oleh feeder agar tidak terjadi kemacetan pada
mixer conditioner.
3. dalam mixer conditioner terjadi pemasakan awal dengan penambahan air
0.5 – 1 %, penambahan steam 1,85 – 2,5 bar, suhu 80 – 90o C dan waktu
pemasakan awal kurang lebih 0,5 – 2 menit.
4. setelah mengalami pemasakan awal di mixer conditioner, bahan baku akan
masuk ke mesin expander melalui cerobong pemasukkan.
5. selama melewati mesin expander, bahan baku akan diberikan penambahan
uap panas (steam) sebesar 20 – 25 bar dengan suhu 100 – 105O C
sehingga bahan baku akan mengalami perubahan bentuk dari tepung
menjadi bentuk adonan.

Selama proses kondisioning akan terjadi penurunan kandungan bahan kering


sampai 20% akibat peningkatan kadar air bahan dan menguapnya sebagian

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 114 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

bahan organik. Oleh karena itu, proses kondisioning akan optimal bila kadar air
bahan berkisar 15 – 18%.
Pada beberapa mesin cetak pellet berkapasitas sedang dan besar mempunyai
fasilitas penguapan sendiri, sehingga penguapan atau steaming tidak dilakukan
pada saat pencampuran, namun pada saat pencetakan.

B. Keterampilan yang diperlukan dalam meramu pakan buatan

1. Menghaluskan bahan baku pakan


2. Mencampur bahan baku pakan
3. Membuat adonan

C. Sikap kerja yang diperlukan dalam meramu pakan buatan

Harus bersikap secara tepat, benar dan taat azas dalam:


1. Menghaluskan bahan baku pakan
2. Mencampur bahan baku pakan
3. Membuat adonan

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 115 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

BAB V

MENCETAK PAKAN BUATAN

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam mencetak pakan buatan

1. Pencetakan pakan

Proses paling akhir dalam pembuatan pakan adalah pencetakan adonan


(pembuatan pelet). Pembuatan pelet merupakan proses untuk mengkompresikan
pakan berbentuk tepung dengan bantuan uap panas (steam). Proses pencetakan
dapat dilakukan menurut tujuan pembuatan pakan, seperti pakan berbentuk
tepung, crumble, pellet dan/ataupun flake, tergantung pada ukuran dan besarnya
ikan yang dipelihara.

Pencetakan pakan dapat dilakukan dengan mesin sederhana hingga mesin yang
biasa digunakan pada industri pakan. Perbedaan mendasar antara mesin
pencetak pellet sederhana dan mesin pencetak pellet yang digunakan di industri
pakan terletak pada sistem kerja mesin tersebut. Sistem kerja mesin cetak
sederhana adalah dengan mendorong bahan pakan campuran didalam sebuah
tabung besi atau baja dengan menggunakan ulir (screw) menuju cetakan (die)
berupa pelat berbentuk lingkaran dengan lubang-lubang berdiameter 2-3 mm,
sehingga pakan akan keluar dari cetakan tersebut dalam bentuk pellet. Mesin
pencetak pakan sederhana bisa dihasilkan dari modifikasi gillingan daging yang
diberi penggerak berupa motor listrik atau motor bakar.
Kelemahan sistem ini adalah diperlukan tambahan air sebanyak 10-20% kedalam
campuran pakan, sehingga diperlukan pengeringan setelah pencetakan tersebut.
Penambahan air dimaksudkan untuk membuat campuran atau adonan pakan
menjadi lunak, sehingga bisa keluar melalui cetakan. Jika dipaksakan tanpa
menambahkan air ke dalam campuran, mesin akan macet. Disamping itu, pellet
yang keluar dari mesin pencetak biasanya kurang padat.

Berbeda dengan mesin sederhana, sistem kerja mesin yang biasa digunakan di
industri pakan adalah dengan cara menekan atau menggiling bahan baku pakan
dengan menggunakan roda baja (roller) pada cetakan (die). Pakan akan ditekan

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 116 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

oleh roller masuk ke dalam cetakan (die) dan kemudian masuk masuk kedalam
lubang die (cetakan). Pada saat pellet keluar dari lubang die, pellet akan dipotong
oleh pisau potong dengan ukuran yang telah diatur panjang pemotongannya
sesuai standar ukuran pellet dengan panjang 0,5 – 0,6 cm.

Pellet yang keluar dari mesin pellet memiliki panas > 80 O C. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa suhu yang diperlukan untuk dapat terjadinya
gelatinisasi adalah antara 80O C sampai 90O C, sehingga dapat kita perkiraan
bahwa pellet yang terbentuk telah mengalami gelatinisasi dan pellet yang keluar
dari cetakan tersebut memiliki kepadatan yang sangat baik dan bersifat
mengapung.

Selain dalam bentuk pelet, terdapat pakan bentuk tepung dan crumble. Mesin
untuk mengubah pakan berbentuk pelet menjadi bentuk tepung disebut mesin
mikro pulverizer, sedangkan alat untuk mengubah menjadi remah disebut mesin
crumble.

2. Pengeringan Pakan
Bahan baku yang telah tercetak menjadi pelet kemudian dikeringkan.
Pengeringan pada intinya adalah mengeluarkan kandungan air di dalam pakan.
Tujuan dari pengeringan sendiri adalah untuk menurunkan kadar air yang
terkandung di dalam pakan atau pelet sehingga menjadi minimal dan stabil
(sekitar 12%). Pengeringan juga dilakukan agar pakan yang telah tercetak tidak
mudah ditumbuhi jamur atau mikroba.

Proses pengeringan perlu dilakukan apabila pencetakan dilakukan secara manual


atau dengan mesin sederhana. Pengeringan dapat dilakukan secara alami dengan
bantuan sinar matahari dan secara mekanik dengan bantuan alat (oven)
pengering. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Pengeringan secara
alami, misalnya, tidak memerlukan biaya investasi dan operasional alat, tetapi
sangat bergantung kepada terik sinar matahari dan diperlukan lahan untuk
penjemuran. Sebaliknya, jika digunakan alat pengeringan, maka diperlukan biaya
investasi dan operasional alat, tetapi pengeringan dapat dikerjakan di setiap
waktu tanpa terikat musim, luas lahan yang dibutuhkan untuk pengeringan dapat
ditekan, suhu lebih mudah diatur sesuai keinginan.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 117 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Pengering menggunakan mesin oven dilakukan dengan menyimpan pellet basah


dalam baki dan oven dipanaskan dengan bantuan kompor minyak tanah atau
menggunakan oven listrik. Penyimpanan pellet tidak boleh terlalu tebal agar
pengeringan terjadi secara merata. Yang perlu diperhatikan apabila menggunakan
alat pengering adalah suhu pemanasan tidak boleh lebih dari 80 O C. Pemanasan
dengan suhu yang terlalu tinggi akan merusak kandungan nutrisi pakan, serta
membuat pakan menjadi terlalu keras.

Jika pencetakan dilakukan dengan mesin pellet sistem kering, maka pellet akan
melewati mesin pendingin (cooler) yang berfungsi sebagai pendingin dengan
menggunakan aliran udara sehingga pellet menjadi kering, kuat dan tidak mudah
pecah. Mesin pendingin (cooler) adalah mesin yang berfungsi mengekstraksi
panas dan kelebihan kadar air yang terjadi pada proses pelleting.
Didalam mesin cooler, pellet mengalami perlakukan penambahan udara yang
lebih dingin, hal ini dilakukan agar makanan menjadi dingin, cepat kering tetapi
tidak pecah-pecah.

Pada saat pellet keluar dari mesin cooler, suhunya diharapkan tidak lebih dari 4-
5O C dari suhu kamar/ruangan atau berkisar 29-30O C. Dengan menggunakan
mesin cooler maka pellet dengan suhu yang masih panas akan bertemu dengan
aliran udara dengan suhu yang lebih hangat, sehingga akan terjadi penurunan
suhu pellet secara gradual. Hal ini disebabkan karena penurunan suhu secara
mendadak dapat menyebabkan pellet menjadi retak-retak dan gampang hancur.
Penurunan suhu dilakukan dengan menggunakan blower untuk menarik dan
mengalirkan aliran udara didalam mesin cooler. Udara panas yang disedot lalu
dilepaskan keudara luar diatas tower feedmill. Pada saat penarikan dari mesin
cooler, makanan yang berbentuk serbuk atau mash akan ditarik kembali dan
dilewatkan melalui cyclone dan djatuhkan kembali ke mesin pellet melalui corong.
Pengeringan dan pendinginan yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk
menghindarkan pellet dari serangan jamur selama penyimpanan.

3. Pengujian pakan

Pakan yang akan diberikan pada ikan harus diuji dulu dengan beberapa uji pakan,
yaitu uji fisik, kimiawi, biologi dan ekonomis. Uji-uji tersebut bertujuan untuk

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 118 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

mengetahui apakah pantas, berguna, berkualitas, ekonomis suatu pakan


diberikan pada ikan. Semua uji saling berkaitan, sebagai contoh secara kimiawi
pakan ikan memenuhi syarat nutrisi yang diperlukan ikan tetapi melalui uji
ekonomi didapatkan bahwa pengeluaran untuk pembuatan pakan sangat tinggi.
Dapat disimpulkan pakan tersebut akan tidak feasibel diberikan pada ikan.

1) Uji Fisik Pakan


Pengujian fisik meliputi kehalusan bahan baku, kekerasan, daya tahan di
dalam air, dan daya apung. Kualitas pakan ikan dilihat dari kehalusan pakan.
Pada pengujian kehalusan bahan baku dapat dilakukan dengan menggiling
pelet tersebut kembali dan kemudian dilakukan pengamatan terhadap hasil
gilingan. Berdasarkan ukuran butiran, maka hasil gilingan tersebut dibedakan
menjadi sangat halus, halus, agak kasar dan sangat kasar. Setelah ditentukan
tingkat kehalusannya, langkah selanjutnya adalah dilakukan penghitungan
persentase dari masing – masing tipe. Apabila persentase bagian yang halus
semakin banyak, maka mutu pelet semakin baik. Hal ini disebabkan karena
semakin halus bahan pakan menyebabkan semakin memudahkan untuk
pembuatan pellet yang berkualitas.

Pengujian fisik yang selanjutnya adalah tingkat kekerasan pellet. Uji kekerasan
pellet dilakukan untuk memperoleh pellet yang dapat bertahan lama di dalam
air. Semakin keras pellet, akan semakin lama pellet tersebut bertahan di dalam
air. Pengujian ini dapat dilakukan dengan memberikan beban pada pelet
sebanyak 5 kali berat pelet yang akan diuji. Pelet yang baik harus memiliki
kekerasan yang tinggi, ditandai dengan lamanya waktu pelet tersebut menjadi
hancur. Semakin tahan dalam menahan beban maka pellet tersebut semakin
baik. Pelet yang baik biasanya memiliki bahan baku yang cukup halus,
sehingga tidak mudah hancur.

Pengujian daya tahan di dalam air dilakukan dengan jalan merendam pelet di
dalam air yang sebelumnya telah diberi aerasi kuat. Waktu yang diperlukan
sampai saat pelet yang bersangkutan itu hancur merupakan ukuran daya
tahannya. Semakin lama pellet tersebut hancur, semakin baik dan berkualitas
pellet tersebut. Pelet ikan yang baik harus memiliki daya tahan sekitar 1 jam.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 119 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Lama pengeringan akan menentukan keras tidaknya pellet. Semakin lama


dilakukan pengeringan akan semakin keras pellet tersebut, namun akan
mengurangi kandungan nutrisi pellet. Demikian juga pengeringan dengan
suhu yang semakin tinggi akan menyebabkan pellet cepat menjadi keras.
Akan tetapi, lamanya pengeringan dapat menyebabkan turunnya kandungan
nutrisi dan didapatkan kekerasan pada pellet yang tidak merata, dimana
bagian luar pellet keras tetapi bagian dalam pellet belum terlalu keras.

Pengujian yang terakhir adalah pengujian terhadap daya apung pellet (water
stability). Pengujian ini dilakukan dengan menjatuhkan pelet ke dalam air di
dalam akuarium atau wadah lain yang berisi air dengan kedalaman sekitar 20
cm. Waktu yang diperlukan mulai saat pelet menyentuh permukaan air sampai
tenggelam di dasar adalah ukuran daya apungnya. Pelet yang baik memiliki
daya apung > 5 menit. Semakin lama jatuh dalam dasar perairan, semakin
baik pellet tersebut karena ikan akan mempunyai kesempatan untuk
mengkonsumsi pakan saat pakan sedang melayang dalam air.
Berikut adalah prosedur yang dilakukan untuk melakukan uji fisik pakan:
A. Alat dan Bahan:
1. Toples
2. Aerasi dan batu aerasi
3. Stop watch
4. Timbangan
5. Batu/pemberat
6. Pelet buatan pabrik
7. Pelet buatan sendiri

B. Langkah Kerja:
1. Uji fisik warna dan bau pakan:
 Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
 Ambil pakan yang telah dibuat dan bandingkan warna pakan
dengan pakan buatan pabrik
 Ambil segenggam pakan buatan sendiri lalu ciumlah bau pakan
tersebut dan bandingkan dengan bau pakan buatan pabrik

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 120 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

 Catatlah data yang diperoleh dan bandingkan hasilnya dengan


hasil yang diperoleh oleh kelompok lain
2. Uji water stability
 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
 Isilah wadah uji (toples) dengan air dengan ketinggian air ± 30
cm
 Masukkan selang aerasi ke dalam wadah uji
 Pasanglah aerator dengan kuat sehingga air di dalam wadah uji
bergerak dan menimbulkan gelombang
 Masukkan pakan buatan ke dalam wadah uji dan catat waktu
pertama pakan buatan dimasukkan ke dalam wadah uji
 Perhatikan kekompakan pakan buatan didalam wadah uji dan
catat waktu pakan tersebut mulai mengembang serta catat pula
waktu pakan tersebut mulai hancur
3. Uji kekerasan
 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum
melakukan uji fisik pakan
 Timbang pakan buatan yang akan diuji kekerasan (yang telah
dikemas) dan catat hasilnya
 Timbang batu/pemberat hingga menghasilkan berat sebesar 5
kali lipat berat pakan yang telah ditimbang
 Letakkan batu/pemberat tersebut dalam nampan
 Letakkan pakan yang akan diuji diatas lantai datar dan halus dan
taruh pemberat diatas pakan. Biarkan selama 20 menit
 Amati kekompakan pakan (hancur/tidaknya pakan)
4. Pengukuran floating rate (FR):
 Ambil beaker glass ukuran 1000 ml dan isi air 500 ml
 Timbang pakan sebanyak 10 gram dengan kadar air 0 %,
kemudian dimasukan ke dalam backer glass dan amati selama 1
jam
 Pakan yang masih mengapung kemudian diambil dengan cara
diserok menggunakan scope net halus

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 121 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

 Kemudian dijemur dan dikeringkan dalam oven sehingga kadar


air 0 %, selanjutnya pakan ditimbang
 Hitung floting rate (FR) dengan rumus, sebagai berikut:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑝𝑢𝑛𝑔
R= X 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ

2) Uji Pakan Secara Kimiawi


Pengujian kimiawi bertujuan untuk mengetahui kandungan gizi dari pakan
yang telah dibuat. Kandungan gizi yang sebaiknya diketahui meliputi protein,
lemak, karbohidrat, abu, serat dan air. Pelet yang baik memiliki kadar air
maksimal 12%, kandungan serat kasar maksimal 10%, sedangkan kandungan
protein, lemak, dan karbohidrat tergantung kepada kebutuhan nutrisi biota air
yang dibudidayakan. Misalnya, untuk pelet pakan ikan sebaiknya mengandung
protein lebih dari 25%, lemak maksimal 8% dan karbohidrat antara 30 - 40%.
Sedangkan udang, membutuhkan protein minimal 30%, lemak maksimal 10%
dan karbohidrat sekitar 30%.

Pengujian pelet secara kimiawi dilakukan di laboratorium dengan mengirimkan


contoh pelet ke laboratorium terdekat. Umumnya kandungan nutrisi yang diuji
meliputi energi, protein dan asam amino, lemak, serat kasar, abu dan mineral
terutama kalsium dan fosfor, dan air.

a) Uji kadar air


Untuk pakan kering seperti pelet, maka salah satu pengujian yang penting
untuk dilakukan adalah kadar air. Uji kadar air perlu dilakukan karena
pakan tidak langsung dikonsumsi oleh biota air setelah diproduksi, tetapi
disimpan beberapa saat, sehingga apabila kadar airnya masih terlalau
tinggi, maka pelet akan cepat rusak dan mudah terkena jamur. Prinsip
pengujian kadar air adalah dengan memanaskan pelet pada suhu 105 –
110o C, sehingga air akan menguap.

Uji kadar air dilakukan dengan menggunakan metode SNI 01-2891-1992


butir 5.1/Oven, sebagai berikut :
 Alat dan bahan :
1. Botol timbang bertutup/cawan
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 122 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

2. Dessiccator/Eksikator
3. Oven
4. Neraca analitik
5. Pelet
 Langkah Kerja :
1. Timbang dengan seksama 1 – 2 g cuplikan pada sebuah botol
timbang bertutup yang sudah diketahui bobotnya. Untuk contoh
berupa cairan, botol timbang dilengkapi dengan pengaduk dan pasir
kwarsa/kertas saring berlipat
2. Keringkan pada oven suhu 105o C selama 3 jam
3. Dinginkan dalam eksikator
4. Timbang, ulangi pekerjaan ini hingga diperoleh bobot tetap

Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus:

W1
Kadar air = x 100%
W

Keterangan : W = Bobot cuplikan sebelum dikeringkan, dalam gram


W1= Kehilangan bobot setelah dikeringkan (gram)

b) Uji kadar protein kasar


Prinsip pengujian kadar protein di laboratorium adalah dengan
menggunakan cara Kjeldahl yaitu menentukan kadar protein secara tidak
langsung. Cara ini adalah dengan menentukan kadar N-nya kemudian
mengalikan dengan protein 6,25. Cara lain yang digunakan untuk menguji
kadar protein dalam pakan menggunakan metode Kjeldhal adalah melalui
tahapan – tahapan oksidasi, destruksi, dan titrasi.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 123 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Gambar 50
Alat Uji Protein

a b c
(a). Pendidihan (destruksi) bahan dalam labu Kjeldahl;
(b). Alat destilasi; (c). Alat destilasi mikro Kjeldahl

Prinsip pengujian kadar protein kasar di laboratorium dengan


menggunakan cara Semimikro Kjeldhal (Metode SNI 01-2891-1992 butir
7.1), yaitu:
 Alat dan Bahan :
1. Labu kjeldhal
2. Alat penyulingan dan kelengkapannya
3. Pemanas listrik/pembakar
4. Neraca analitik
5. Pelet
 Langkah Kerja :
1. Timbang dengan seksama 0,51 g cuplikan, masukkan ke dalam labu
Kjeldhal 100 ml
2. Tambahkan 2 g campuran selen dan 25 ml H 2SO4 pekat
3. Panaskan di atas pemanas listrik atau api pembakar sampai mendidih
dan larutan menjadi jernih kehijau-hijauan (sekitar 2 jam)
4. Biarkan dingin, kemudian encerkan dan masukkan ke dalam labu ukur
100 ml, tepatkan sampai tanda garis
5. Pipet 5 ml larutan dan masukkan ke dalam alat penyuling, tambahkan
5 ml NaOH 30% dan beberapa tetes indikator PP
6. Sulingkan selama lebih kurang 10 menit, sebagai penampung
gunakan 10 ml larutan asam borat 2% yang telah dicampur indikator
7. Bilasi ujung pendingin dengan air suling

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 124 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

8. Titrasi dengan larutan HCl 0,01 N


9. Kerjakan penetapan blanko

Kadar protein bahan dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

(V1 – V2) x N x 0,014 x f.k x fp


Kadar protein = x 100%
W

Keterangan :
W = Bobot cuplikan
V1 = Volume HCl 0,01 N yang digunakan penitaran contoh
V2 = Volume HCL yang dipergunakan penitaran blanko
N = Normalitas HCl
f.k = Faktor konversi untuk protein dari makanan, secara umum:
6,25 susu dan hasil olahnya: 6,38 mentega kacang: 5,46
fp = Faktor pengenceran

Cara lain yang digunakan untuk menguji kadar protein dalam pakan
menggunakan metode Kjeldhal adalah melalui tahapan – tahapan
oksidasi, destruksi, dan titrasi.

Tahap Oksidasi
1. Masukkan 0,5 – 1 gram bahan/contoh (a), 3 gram katalis ( K2SO4 +
CuSO4) dan 10 ml H2SO4 kedalam tabung Kjeldahl.
2. Tabung dipanaskan hingga larutan di dalam tabung berubah warna
menjadi hijau bening, kemudian di dinginkan.
3. Encerkan dengan akuades sampai larutan menjadi 100 ml.

Tahap Destruksi
1. Masukkan 5 ml larutan hasil oksidasi ke dalam cawan labu kjeldahl.
2. Tambahkan NaOH 0,05 N sebanyak 10 ml.
3. Siapkan Erlenmeyer, masukkan H2SO4 0,05 N sebanyak 10 ml dan
tambahkan 2 – 3 tetes larutan indikator (metyl red/methylen blue),
kemudian didestruksi selama 10 menit.
Tahap Titrasi
1. Hasil destruksi dititrasi dengan NaOH 0,05 N
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 125 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

2. Volume titran yang digunakan dicatat.


3. Lakukan prosedur yang sama pada blanko.
Kadar protein (%) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

0,0007 X 6,25 X 20 X (titran blanko-titran sampel)


X 100%
a

c) Uji kadar lemak


Kadar lemak dalam pakan sebaiknya kurang dari 10%. Hal ini dikarenakan
jika kadar lemak terlalu tinggi akan mempercepat proses ketengikan pakan
ikan. Prinsip pengujian kadar lemak adalah bahan makanan akan larut di
dalam petrelium eter disebut lemak kasar. Uji ini menggunakan alat yang
disebut Soxhlet.
Gambar 51
Soxhlet

(sumber: www.chemistryland)

Uji kadar lemak dapat dilakukan menggunakan metode Soxhlet dan Metode
Weibull sesuai SNI 01-2891-1992 butir 8.2 adalah:
Uji kadar Lemak metode Soxhlet
 Alat dan bahan :
1. Kertas saring
2. Labu lemak
3. Alat soxhlet
4. Pemanas listrik

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 126 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

5. Oven
6. Neraca analitik
7. Kapas bebas lemak
8. Pereaksi : hexane atau pelarut lemak lainnya
9. Pellet
 Langkah Kerja :
1. Panaskan cawan labu dalam oven pada suhu 105–110o C selama satu
jam, dinginkan dalam eksikator selama 10 menit dan timbang (X1).
2. Timbang bahan/contoh sebanyak 2 – 5 gram (bahan sebaiknya dalam
bentuk halus dan kering), dan dibungkus dengan kertas saring/kertas
filter dalam bentuk silinder (a).
3. Masukkan selongsong kertas filter kedalam tabung ekstraksi dan
diberi pemberat serta dihubungkan dengan kondensor/pendingin .
4. Pasanglah tabung ekstraksi pada alat destilasi Soxhlet dengan pelarut
petroleum ether/ petroleum benzena/hexana sebanyak 150 ml yang
dimasukkan kedalam soxhlet sampai kertas saring tersebut terendam
dan sisa larutan dimasukkan kedalam labu.
5. Panaskan cawan labu yang dihubungkan dengan soxhlet di atas water
bath sampai cairan dalam soxhlet terlihat bening. Pemanasan ini
berlangsung selama 2 – 4 jam, apabila setelah 4 jam ekstraksi belum
sempurna pemanasan dapat dilanjutkan selama 2 jam lagi.
6. Lepaskan labu dari soxhlet dan tetap dipanaskan di atas water bath
untuk menguapkan semua petroleum ether dari cawan labu.
7. Cawan labu dipanaskan dalam oven pada suhu 105–110oC selama
15–60 menit, kemudian didinginkan dalam eksikator selama 10 menit
dan ditimbang. Ulangi prosedur ini sampai diperoleh berat yang stabil
(X2).
Persentase kadar lemak bahan/contoh dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :

X2 – X1
Kadar lemak (%) = x 100%
a

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 127 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Uji kadar lemak metode Weibull/SNI 01-2891-1992 butir 8.2


 Alat dan bahan :
1. Kertas saring
2. Kertas saring pembungkus (Thimle)
3. Labu lemak
4. Alat Soxhlet
5. Neraca Analitik
6. Pereaksi : larutan HCl 25%, kertas lakmus, n-Heksana atau pelarut
lemak lainnya
7. Pelet
 Langkah Kerja :
1. Timbang dengan seksama 1 – 2 g cuplikan ke dalam gelas piala
2. Tambahkan 30 ml HCl 25 % dan 20 ml air serta beberapa batu didih
3. Tutup gelas piala dengan kaca arloji dan didihkan selama 15 menit
4. Saring dalam keadaan panas dan cuci dengan air panas hingga tidak
bereaksi asam lagi
5. Keringkan kertas saring berikut isinya pada suhu 100 – 105o C
6. Masukkan ke dalam selongsong kertas yang dialasi dengan kapas
7. Sumbat selongsong kertas saring pembungkus (paper thimble) dan
ekstrak dengan hexana atau pelarut lemak lainnya 2 – 3 jam pada
suhu lebih kurang 80oC
8. Sulingkan larutan heksana atau pelarut lemak lainnya dan keringkan
ekstrak lemak pada suhu 100 – 105o C
9. Dinginkan dan timbang
10. Ulangi proses pengeringan ini hingga tercapai bobot tetap
Kadar lemak dihitung dengan menggunakan rumus:

W1 – W2
Kadar lemak = x 100%
W

Keterangan :
W = Bobot contoh, dalam gram
W1= Bobot labu lemak sesudah ekstraksi, dalam gram
W2= Bobot labu lemak sebelum ekstraksi, dalam gram
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 128 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

d) Uji Kadar Serat kasar


Kadar serat kasar dalam pakan sebaiknya kurang dari 7%. Kandungan
serat kasar yang terlalu tinggi pada pakan akan mempengaruhi data cerna
dan penyerapan didalam alat pencernaan. Prinsip pengujian kadar serat
kasar adalah menentukan zat organik yang tidak larut dalam asam kuat
dan basa kuat dan disertai pemanasan. Pengujian kadar serat kasar dalam
pakan dilakukan menggunakan Metode SNI 01-2891-1992 butir 11:
 Alat dan bahan :
1. Neraca analitik
2. Pendingin
3. Corong Buchner
4. Pompa vakum
5. Pelet
 Pereaksi :
1. Asam sulfat H2SO4 1,25%
2. Natrium Hidroksida, NaOH 3,25%
3. Etanol 96%
4. Kertas saring Whatman 54, 541 atau 41
 Langkah Kerja :
1. Timbang dengan seksama 2 – 4 g cuplikan. Bebaskan lemaknya
dengan cara ekstraksi dengan cara soxlet atau dengan cara
mengaduk, mengenap tuangkan contoh dalam pelarut organik
sebanyak 3 kali. Keringkan contoh dan masukkan ke dalam
erlenmeyer 500 ml
2. Tambahkan 50 ml larutan H2SO4 1,25%, kemudian didihkan selama
30 menit dengan menggunakan pendingin tegak
3. Tambahkan 50 ml NaOH 3,25% dan didihkan lagi selama 30 menit
4. Dalam keadaan panas saring dengan corong Buchner yang berisi
kertas saring tak berabu Whatman 54,41 atau 541 yang telah
dikeringkan dan diketahui bobotnya
5. Cuci endapan yang terdapat pada kertas saring berturut – turut
dengan H2SO4 1,25% panas, air panas, dan etanol 96%

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 129 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

6. Angkat kertas saring beserta isinya, masukkan ke dalam kotak


timbang yang telah diketahui bobotnya, keringkan pada suhu 105o C
dinginkan dan timbang sampai bobot tetap
7. Bila ternyata kadar serat kasar lebih besar 1%, abukan kertas saring
beserta isinya, timbang sampai bobot tetap
Kadar serat kasar dihitung dengan menggunakan rumus:

W – W1
; jika serat kasar > 1%
% Serat kasar = x 100%
W2

W
% Serat kasar = x 100% ; jika serat kasar < 1%
W1

Keterangan : W = Bobot cuplikan dalam gram


W1 = Bobot abu dalam gram
W2 = Bobot endapan pada kerta saring (gram)
e) Uji Kadar abu
Kadar abu dalam pakan ikan sebaiknya kurang dari 12%. Jika kadar abu
tinggi dalam pakan ikan berarti pakan ikan tersebut tidak akan memberikan
pertumbuhan yang baik untuk ikan. Prinsip pengujian kadar abu ini adalah
bahan makanan dilakukan pemanasan di dalam tanur listrik yang bersuhu
600oC. Pada suhu tersebut semua bahan organik akan menguap dan yang
tertinggal hanya bahan anorganik yaitu abu. Pengujian ini dilakukan
menggunakan Metode SNI 01-2891-1992 butir 6.1:
 Alat dan Bahan :
1. Cawan porselen
2. Tanur listrik
3. Neraca analitik
4. Dessicator/eksikator
5. Pelet
 Langkah Kerja :
1. Timbang dengan seksama 2 – 3 g contoh ke dalam sebuah cawan
porselen (atau platina) yang telah diketahui bobotnya, untuk contoh
berupa cairan uapkan di atas penangas air sampai kering
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 130 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

2. Arangkan di atas nyala api pembakar, lalu abukan dalam tanur listrik
pada suhu maksimum 550o C sampai pengabuan sempurna (sekali –
kali pintu tanur dibuka sedikit, agar oksigen bisa masuk)
3. Dinginkan dalam eksikator, lalu timbang sampai bobot tetap
Kadar abu dihitung dengan menggunakan rumus:

W1 – W2
Kadar abu = x 100%
W

Keterangan : W = Bobot contoh sebelum dikeringkan (gram)


W1= Bobot contoh + cawan sesudah diabukan(gram)
W2= Bobot cawan kosong (gram)

f) Uji kandungan asam amino


Prosedur hidrolisis protein
a. Ditimbang lebih kurang 1 mg protein sampel masuk tabung hidrolisa.
b. Ditambahkan 1 ml HCl 6 N kedalam tabung tersebut dan divakum lebih
kurang 1 menit.
c. Tabung ditutup dan dioven selama 22 jam dengan suhu 110 oC.
d. Hasil hidrolisa diuapkan sampai kering dengan gas hidrogen.
Prosedur analisis asam amino
a. Hasil hidrolisa (hidrolisat protein) dianalisa dengan instrumen analizer
asam amino, dengan cara residu protein dilarutkan dalam 0,5 ml
NaOH 0,01 N dan 1,5 ml HCl 0,02 N.
b. Campuran diultrasonik lebih kurang 2 menit kemudian disaring dengan
penyaring Whatman pp 25 berdiameter 0,2 m dan filtrat siap
dianalisa.
Prosedur untuk analisa triptofan
a. Untuk hidrolisis asam amino triptofan, larutan HCl 6 N diganti dengan
asam methasolfonat 4 N 1 ml, selanjutnya dikerjakan seperti pada
prosedur hidrolisis protein
b. Bila mau dianalisa residu dibuat pH = 4 dengan NaOH 4 N, kemudian
ditambah 0,02 N HCl sampai volume 2 ml, prosedur selanjutnya sama
seperti diatas.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 131 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Prosedur hidrolisis untuk penentuan sistein dan metionin


a. Sampel ditimbang sebanyak 2 mg.
b. Ditambahkan 2 ml asam performat dan dibiarkan 4 sampai dengan 24
jam pada 0oC.
c. Ditambahkan 0,3 ml 48% HBr.
d. Diuapkan dengan nitrogen
e. Residu ditambah 1 ml HCl 6 N dan selanjutnya seperti pada prosedur
hidrolisis protein.
Perhitungan kadar sampel
Kadar sampel = Luas area sampel x konsentrasi standart x B.M x 40 x 100%
Luas area standart x berat sampel

g) Uji kandungan mineral


Cara penentuan kalsium
1. Sampel abu dilarutkan dalam HCl (1:4) dan semua abu yang terlarut
dipindahkan ke dalam gelas piala.
2. Air yang terkandung diuapkan sampai pekat. Kemudian dipanaskan
dalam penangas selama satu jam.
3. Residu yang telah kering dibasahi dengan 5 - 10 ml HCl pekat dan 50
ml aquades dan dipanaskan lagi dalam penangas air selama beberapa
menit, kemudian disaring dengan kertas saring Whatman nomor 52.
4. Filtrat ditampung dengan labu ukur 200 ml. Endapan yang tertinggal
dicuci dengan aquades. Air cucian dicampur dengan filtrat yang
tertampung lewat kertas saring yang sama.
5. Filtrat dan hasil cucian tersebut diencerkan dengan aquades sampai
tanda.
6. Filtrat dan hasil cucian diuapkan sehingga volumenya menjadi lebih
kurang 50 ml, kemudian larutan dibuat sedikit alkalis dengan NH 4OH
(1:4) dan sambil dipanaskan ditambahkan tetes demi tetes larutan
amonium-oksalat jenuh sampai terbentuk endapan Ca dan Mg-oksalat.
Penambahan amonium-oksalat dibuat sedikit berlebihan.
7. Endapan tersebut dipanaskan sampai mendidih, didiamkan sehingga
semua endapan mengendap. Dilakukan dekantasi bagian larutan yang
jernih melalui kertas saring, dan dituangkan 15 - 20 ml aquades panas
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 132 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

ke dalam endapan dalam gelas piala dan dilakukan dekantasi lagi.


Endapan dalam gelas piala dilarutkan dengan beberapa tetes HCl pekat
dan ditambahkan air.
8. Diulangi lagi pengendapan dengan membuat larutan sedikit alkalis
dengan NH4OH (1:9) dan ditambah 0,5 ml larutan amonium-oksalat
jenuh. Disaring dengan kertas saring yang tadi, endapan dicuci
dengan aquades panas sampai bebas klorida, dikeringkan endapan dan
kertas saring dalam krus yang telah diketahui beratnya, dipijarkan dan
ditimbang residu tersebut sebaga kalsium.

Cara penentuan fosfor


1. Contoh ditimbang dengan seksama sebanyak 1 - 2 gram dan
dipindahkan de dalam gelas piala (pyrex), ditambahkan 7,5 ml larutan
Mg-nitrat dan diaduk baik-baik.
2. Dipanaskan diatas pemanas listrik pada suhu sekitar 180oC, sampai
pekat dan tak terjadi perubahan-perubahan lagi.
3. Dipindahkan ke dalam muffle pada suhu 300 - 400oC sampai residu
tidak berwarna hitam lagi. Didinginkan, lalu ditambahkan 15 - 30 ml
HCl pekat dan diencerkan dengan aquades, kemudian dipindahkan ke
dalam labu takar 250 ml dan diencerkan lagi sampai tanda.
4. Diambil 100 ml larutan contoh yang diperoleh dan dipindahkan ke
dalam gelas piala 250 ml.
5. Ditambahkan NH4OH pekat sedikit berlebihan. Endapan yang terjadi
dilarutkan kembali dengan menambah HNO3 pekat sedikit demi sedikit
sambil diaduk, sampai larutan menjadi jernih.
6. Ditambahkan 15 g amonium nitrat, dipanaskan diatas penangas air
sampai suhu 65oC dan ditambahkan 70 ml larutan molibdat. Didiamkan
pada suhu tersebut selama satu jam.
7. Diperiksa apakah pengendapan tersebut sudah selesai atau belum.
Caranya : diambil 5 ml supernatan dan ditambahkan 5 ml larutan
molibdat dan dikocok. Bila masih terbentuk endapan berarti masih
perlu ditambah larutan molibdat lagi sampai pengendapan selesai.
8. Kalau pengendapan sudah selesai, disaring dan dicuci dengan aquades.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 133 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

9. Endapan dilarutkan kembali dalam kertas saring tersebut dengan


menambah sedikit demi sedikit larutan NH 4OH (1:1) dan air panas
sampai kertas saring menjadi bersih. Volume filtrat dan hasil
pencucian yang terakhir ini tidak boleh lebih dari 100 ml.
10. Filtrat dan hasil cucian dinetralkan dengan HCl pekat, didiamkan lalu
ditambahkan 15 ml magnesia mixture dari dalam buret dengan
kecepatan 1 tetes tiap detik sambil dikocok. Didiamkan selama 15
menit.
11. Ditambah 12 ml NH4OH pekat dan dibiarkan selama 2 jam.
12. Supernatan mula-mula dituang melalui kertas saring bebas abu,
endapan dicuci dalam gelas piala dengan amonia encer sampai bebas
klorida.
13. Endapan dan kertas saring dikeringkan dalam krus yang telah
dipijarkan dan diketahui beratnya, kemudian dipijarkan mula-mula
pada suhu rendah, akhirnya dipijarkan pada suhu yang lebih tinggi,
sampai diperoleh residu yang berwarna putih atau abu-abu keputih-
putihan. Didinginkan dalam eksikator dan berat residu ditimbang
sebagai Mg2P2O7.
14. Berat P (g dalam 100 ml larutan) = 0,6377 x berat Mg 2P2O7 (g)

h) Uji kandungan energi


Kandungan energi dapat diperoleh dengan menggunakan bom kalorimeter.
Kebutuhan energi yang digunakan untuk penyusunan pakan ikan adalah
berbasiskan pada Energi Tercerna (Digestible Energy). Digestibel energy
diperoleh setelah mengurangkan kandungan energi bruto pakan dengan
energi feses ikan. Cara pengamatan kandungan energi adalah sebagai
berikut:
 Alat dan Bahan :
Pakan dan feses hasil dari pengamatan di lapangan, aquades, oksigen,
larutan NaOH 0,1 N, indikator methylred, kain pembersih dan kertas
tissue, bom kalorimeter, alat pembuat pellet, timbangan analitis
Sartorius, pinset, gunting, beaker glass 80 ml, crucible, buret 1 ml,

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 134 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

kawat penghubung, stirrer yang dihubungkan dengan stabilisator, unit


pembakar, dan timer.
 Langkah kerja :
1. Sampel ditimbang dengan berat kurang lebih 1 gram dan dibuat
pellet.
2. Kawat ditimbang (dengan panjang berkisar 7 sampai 10 cm)
3. Pembuatan pellet dilakukan dengan kawat terselip di dalam kapsul
(cricible).
4. Ujung-ujung kawat dipasang berhubungan dengan bom, dengan
catatan pemasangan kawat tidak boleh menyentuh dinding kapsul.
5. Air ditimbang sebanyak 2.000 gram dan dimasukkan ke dalam
tabung.
6. Bom diisi dengan 1 ml aquades.
7. Bom yang sudah berisi contoh kemudian ditutup rapat.
8. Mula-mula bom diisi dengan 5 atm O2, kemudian dikeluarkan lagi
dengan perlahan. Bom yang bersih dari gas-gas selain O2
selanjutnya diisi kembali dengan 25 sampai dengan 30 atm O2.
9. Bom dimasukkan ke dalam tabung (bucket) yang telah berisi air
2.000 gram.
10. Aliran listrik dihubungkan ke dalam bom.
11. Tabung (bucket) dimasukkan ke dalam jacket dan ditutup.
12. Stirrer dipasang dan dihidupkan dengan aliran listrik.
13. Suhu dicatat selama 5 menit, diperiksa tiap-tiap menit sampai suhu
pada termometer menjadi konstan.
14. Suhu awal dicatat setelah 5 menit dan tombol pembakar ditekan.
15. Suhu akhir dicatat setelah 10 menit, dan diperiksa tiap-tiap menit.
16. Aliran listrik dimatikan.
17. Tutup jacket dibuka dan bom kalorimeter dibuka.
18. Oksigen dikeluarkan dari bom secara perlahan selama kira-kira 1
menit.
19. Sisa kawat yang melekat dilepas dan ditimbang dengan teliti.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 135 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

20. Bagian dalam bom dan kapsul dicuci dengan aquades dan air cucian
ditampung dalam beaker glass kapasitas 100 ml. Jumlah larutan
cucian lebih kurang 60 ml.
21. Ditambahkan indikator methyl red 3 tetes.
22. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N.
23. Jumlah ml NaOH 0,1 N yang diperlukan dicatat sampai terjadi
perubahan warna.
 Perhitungan :
Energi bruto = (oF) (W) - 13,8 (ml NaOH) (N) - Kawat (1400)
Berat sampel (gram)
= kal/gram
Keterangan :
t = kenaikan suhu (oF)
W = Nilai kesetaraan panas air bom
N = Normalitas NaOH
Kawat = Berat sisa kawat yang digunakan
1400 = Nilai energi kawat (kal/gram)

Dalam perhitungannya, kandungan energi pakan yang diperoleh


dikurangkan dengan kandungan energi feses. Hasil ini belum
menunjukkan kandungan energi tercerna yang sebenarnya atau ini
hanya kandungan energi tercerna semu karena masih belum
memperhitungkan kandungan energi endogenous yaitu energi yang
berasal dari mukosa usus, enzim, dan lain-lain dari dalam tubuh. Untuk
memperoleh kandungan energi tercerna sejati harus dilakukan penelitian
dengan memperhitungkan energi endogenous.
Penggunaan energi diukur dalam kilokalori (kkal) atau kalori (kal). Satu
kilokalori atau satu kalori adalah banyaknya panas yang diperlukan
untuk menaikkan suhu satu liter air dari 14,5oC menjadi 15,5oC. Ukuran
lainnya adalah kilojoule (kJ) yang didefinisikan sebagai energi yang
dibutuhkan untuk mengangkat benda satu kilogram setinggi satu meter.
Satu kilokalori sama dengan 4,2 kJ.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 136 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

3) Uji Biologis
Uji biologis dilakukan untuk mengetahui pengaruh pakan tersebut langsung
pada ikan. Ada kemungkinan pakan yang mempunyai kandungan nutrisi tinggi
kurang memberikan efek bagi pertumbuhan ikan. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan penelitian langsung di laboratorium untuk menguji suatu pakan.
Ikan yang dicobakan diperlakukan dengan pemberian pakan selama periode
waktu tertentu, umumnya berkisar antara 1, 5 – 2 bulan. Pada selang waktu
tertentu dilakukan pengukuran pertumbuhan pada ikan. Pada pengamatan uji
biologis tersebut akan didapatkan beberapa variabel pengukuran seperti
pertambahan bobot badan, kesintasan (survival rate), laju pertumbuhan, dan
konversi pakan.
Beberapa parameter biologis yang diukur adalah laju pertumbuhan, efisiensi
makanan dan nilai konversi pakan.

a) Pertambahan bobot badan


Pertambahan bobot badan diukur dengan menimbang ikan tersebut pada
selang waktu tertentu. Dari hasil penimbangan tersebut akan didapatkan
pertambahan bobot badan per satuan waktu. Pertambahan bobot ikan
dihitung berdasarkan rumus (Zonneveld et al., 1991):

G = Wt - Wo

Keterangan: G = Pertambahan bobot (g)


Wt = Bobot akhir (g)
Wo = Bobot awal (g)
Untuk menghitung bobot biomasa (BM) ikan, digunakan rumus
penghitungan sebagai berikut :

BM = Nt X Wt

Keterangan : BM = bobot biomasa (kg)


Nt = populasi (ekor)
Wt = bobot rata-rata

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 137 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Menentukan populasi (Nt) ikan dengan cara menghitung ikan yang mati,
yaitu:

Nt = No - D

Keterangan : Nt = populasi (ekor)


No = jumlah ikan yang ditebar (ekor)
D = jumlah ikan yang mati (ekor)

b) Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate)


Tingkat kelangsungan hidup dapat dinyatakan sebagai persentase jumlah
ikan yang hidup dibagi dengan jumlah ikan yang ditebar selama jangka
waktu pemeliharaan, yang dinyatakan dengan rumus:

𝑁𝑡
S= X 100%
𝑁𝑜
Keterangan :
S = kesintasan/tingkat kelangsungan hidup (%)
No = jumlah ikan awal (ekor)
Nt = jumlah ikan akhir (ekor)

c) Laju Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran baik panjang, bobot atau volume
tubuh ikan dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan terjadi apabila ada
kelebihan energi bebas setelah energi yang tersedia dipakai untuk
metabolisme standar, energi untuk proses pencernaan dan energi untuk
aktivitas. Metode yang dipakai untuk menghitung pertumbuhan adalah
dengan pengukuran laju pertumbuhan harian. Rumus yang digunakan
untuk mengukur laju pertumbuhan adalah :
 Laju pertumbuhan (Growth Rate/GR)
Penghitungan laju pertumbuhan harian menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Hariati (1989), sebagai berikut:

𝑊𝑡−𝑊𝑜
GR = X 100%
𝑡

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 138 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Keterangan :
GR = Laju pertumbuhan harian (%)
Wt = Bobot rata-rata ikan di akhir pemeliharaan (ekor)
Wo = Bobot rata-rata ikan di awal pemeliharaan (ekor)
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)

 Laju pertumbuhan spesifik (Specific Growth Rate/SGR):


Laju pertumbuhan spesifik merupakan persentase pertumbuhan bobot
yang dicapai pada akhir pemeliharaan, dan dihitung menggunakan
rumus (Husmain, 1987):

𝑙𝑛 𝑊𝑡−𝑙𝑛 𝑊𝑜
SGR = X 100%
𝑡

Keterangan :
SGR= Laju pertumbuhan spesifik (%)
Wt = Bobot rata-rata ikan di akhir pemeliharaan (ekor)
Wo = Bobot rata-rata ikan di awal pemeliharaan (ekor)
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)

d) Efisiensi Penggunaan Makanan


Cara yang digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan
pakan oleh ikan yang mengkonsumsinya dapat diukur dengan perhitungan
efisiensi penggunaan makanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumsi pakan antara lain kandungan nutrisi, palatabilitas, kualitan air,
umur ikan, bobot ikan dan kapasitas lambung. Palatabilitas adalah derajat
kesukaan pada makanan tertentu yang terpilih dan dimakan. Pengertian
palatabilitas berbeda dengan konsumsi. Palatabilitas melibatkan indera
penciuman, perabaan dan perasa. Semakin tinggi palatabilitas pakan maka
akan semakin banyak juga pakan yang dikonsumsi, dan semakin tinggi
kesempatan untuk meningkatkan produksinya. Palatabilitas merupakan
faktor yang sangat penting untuk menentukan tingkat konsumsi pakan,
dimana palatabilitas pakan ditentukan oleh rasa, bau dan warna yang
merupakan pengaruh faktor fisik dan kimia pakan (Parakkasi,1986).

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 139 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Efisiensi pakan sendiri dapat dihitung menggunakan rumus:

(𝐵+𝐵𝑡)−𝐵𝑜
Em = X 100%
𝑇𝑚

Keterangan:
Em = Efisiensi makanan ikan
B = Bobot tubuh akhir (gr)
Bt = Bobot ikan mati (gr)
Bo = Bobot tubuh awal (gr)
Tm = Total makanan yang habis selama

e) Nilai Koversi Pakan (Feed Convertion Ratio/FCR)


Nilai konversi pakan dan efisiensi pakan dapat diketahui dengan melakukan
pemberian pakan selama periode waktu tertentu sehingga bisa dihitung
nilainya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 (𝑘𝑔)


FCR =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑖𝑘𝑎𝑛 (𝑘𝑔)

Nilai FCR yang semakin kecil menunjukkan pakan yang dikonsumsi oleh
ikan lebih efisien digunakan untuk pertumbuhan, sebaliknya nilai FCR yang
semakin besar menunjukkan pakan yang dikonsumsi kurang efisien
(pemanfaatan pertumbuhan rendah).

B. Keterampilan yang diperlukan dalam mencetak pakan buatan

1. Mencetak adonan
2. Mengeringkan pakan
3. Menguji Pakan

C. Sikap kerja yang diperlukan dalam mencetak pakan buatan

Harus bersikap secara tepat, benar dan taat azas dalam:


1. Mencetak adonan
2. Mengeringkan pakan
3. Menguji Pakan

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 140 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

BAB VI

MENGEMAS PAKAN BUATAN

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam mengemas pakan buatan

Pengemasan dan penyimpanan pakan merupakan tahap akhir dari proses pembuatan
pakan. Pengemasan yang baik akan meningkatkan daya simpan pakan buatan
semakin lama dan tetap mempertahankan kualitas pakan. Oleh karena itu, agar
pakan yang sudah kering tetap terjaga kadar airnya di dalam kemasan, sehingga
dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dengan kualitas tetap terjaga, maka
pakan ikan harus dikemas dengan rapi dan terisolasi dengan udara bebas, sehingga
tidak mudah terkontaminasi.

1. Jenis-jenis kemasan pakan

Kemasan adalah wadah atau media yang digunakan untuk membungkus bahan
atau komoditi sebelum disimpan untuk memudahkan pengaturan, pengangkutan,
penempatan pada tempat penyimpanan, serta memberikan perlindungan pada
bahan atau komoditi (Imdad dan Nawangsih, 1999). Pengemasan terhadap pakan
bertujuan untuk melindungi pakan dari pengaruh oksidasi dan mencegah
terjadinya kontaminasi dengan udara luar. Hasil pengolahan dapat dikendalikan
dengan pengemasan, termasuk pengendalian cahaya, konsentrasi oksigen, kadar
air, perpindahan panas, kontaminasi dan serangan makhluk hayati (Harris dan
Karnas, 1989). Wadah untuk mengemas pakan sangat bervariasi, mulai dari
karung plastik, kertas semen, plastik tebal untuk kapasitas besar, atau alumunium
foil untuk kapasitas kecil.

a) Karung Goni
Karung merupakan alat pembungkus yang banyak digunakan untuk
menyimpan hasil-hasil pertanian, yang akan disimpan dalam jangka waktu
lama maupun sementara, akan tetapi tidak semua komoditi pertanian
memerlukan karung baru untuk pengemasannya, ada yang menggunakan
karung bekas dan ada pula yang menggunakan karung sintesis. Apabila
dibandingkan dengan karung serat sintesis, karung goni mempunyai kualitas

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 141 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

yang lebih baik, karena sifat-sifat yang dimiliki karung goni tidak sepenuhnya
dimiliki oleh karung serat sintesis (Soekartawi, 1989). Karung goni terbuat dari
yute atau rami.
Kelebihan karung goni dibandingkan dengan karung plastik ialah:
 dapat dipindah-pindahkan dengan menggunakan alat ganco,
 dapat ditumpuk sampai tinggi,
 contoh dapat dengan mudah diambil dengan cara memasukkan alat
pengambil contoh ke dalam karung,
 mudah disimpan dan jika karung goni dibuang, dapat membusuk
dengan mudah (Soekartawi, 1989).
Kelemahan karung goni yaitu mempunyai lubang-lubang yang relatif lebih
besar meskipun lubang-lubang ini berguna memudahkan penetrasi gas yang
digunakan pada saat fumigasi (Hasjmy, 1991).

b) Karung Plastik
Karung plastik telah banyak digunakan untuk mengganti karung goni,
meskipun masih banyak kekurangan yaitu daya tahannya kurang, sehingga
karung lebih mudah pecah serta mudah meluncur kebawah pada tumpukan-
tumpukan di gudang. Karung plastik diganco maka akan bocor, karena tidak
dapat tertutup kembali seperti halnya karung goni (Winarno dan Laksmi,
1974). Karung plastik umumnya terbuat dari polyolefin film yaitu polyethylene.
Keuntungan dari Polyethylene yaitu permeabilitas uap air dan air rendah,
mudah dikelim panas, fleksibel, dapat digunakan untuk penyimpanan beku (-
50O C), transparan sampai buram, dapat digunakan sebagai bahan laminasi
dengan bahan lain. Kerugian dari Polyethylene yaitu permeabilitas oksigen
agak tinggi, dan tidak tahan terhadap minyak (Syarief dan Irawati, 1988).
Karung plastik mulai pesat dipakai karena mempunyai sifat kuat, tahan air,
lembam, transparan, dapat dibentuk, diisi dan disegel dengan mesin.

c) Kemasan Kertas
Kertas adalah bahan kemasan buatan yang dibuat dari pulp (bubur kayu).
Kertas biasa digunakan untuk mengemas bahan atau produk pangan kering
atau untuk kemasan sekunder (tidak langsung kontak dengan bahan pangan

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 142 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

yang dikemas) dalam bentuk dus atau boks karton. Kelemahan kertas adalah
mudah robek dan terbakar, tidak dapat untuk mengemas cairan, dan tidak
dapat dipanaskan, akan tetapi sampah kertas dapat didegradasi secara alami
(Junaedi, 2003). Kertas dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,
yaitu kertas kultural atau kertas halus, dan kertas industri atau kertas kasar
(Junaedi, 2003). Kertas yang biasa digunakan untuk mengemas seperti kertas
kraft, kertas kraft karung, kertas manila, yang termasuk dalam kertas industri
(Junaedi, 2003).

2. Prosedur pengemasan pakan

Bahan yang digunakan untuk mengemas pakan ikan antara lain adalah karung
plastik anyaman untuk bagian luar sedangkan untuk bagian dalam dilapisi kantong
plastik tipis dan transparan. Bagian kantong plastik itulah yang membuat
pellet/pakan ikan terisolasi dari udara bebas, sedangkan karung plastik anyaman
merupakan pelindung agar kantong plastik tidak mudah bocor serta memudahkan
dalam pengangkutan. Jenis bahan kemasan yang lainnya adalah dari kertas semen
yang dibuat seperti kantong dan biasanya digunakan untuk mengemas pakan yang
mempunyai berat antara 5 – 10 kg. Kantong kertas semen ini merupakan bagian
luar dari kantong kemasan, sedangkan pada bagian dalamnya merupakan kantong
plastik tipis dan transparan.
Secara manual, pakan dikemas dengan prosedur sebagai berikut:
A. Alat dan Bahan:
1. Pakan buatan sendiri
2. Kantong plastik 2 buah
3. Lilin
4. Korek api
5. Timbangan
6. Lembar informasi pakan

B. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Timbang berat pakan yang akan dikemas

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 143 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

3. Buat lembar informasi pakan berisi catatan sebagai berikut:


 Nama kelompok
 Berat pakan
 Kandungan nutrisi pakan (%):
- Protein
- Lemak
- Karbohidrat
 Tanggal pembuatan
4. Masukkan pakan ke dalam kantong plastik dan kemas
5. Masukkan kembali pakan yang telah terkemas ke dalam kantong plastik
yang telah berisi lembar informasi dan lakukan pengemasan kembali.

Pada pengemasan skala pabrik semua alat pengemasan sudah terangkai


menjadi satu dan pada saat pakan ikan masuk ke dalam kantong kemasan,
langsung dilakukan penjahitan otomatis pada kemasan tersebut. Tetapi pada
beberapa perusahaan kecil proses pengemasan dilakukan secara manual
dengan memasukkan pakan ikan ke dalam kantong dan ditimbang beratnya
secara manual, kemudian dilakukan penjahitan kantong kemasan dengan
menggunakan mesin jahit portable untuk plastik kemasan. Pada setiap
kemasan pakan, harus tertera label/tanda menggunakan bahasa Indonesia
dengan mencantumkan informasi minimal berikut ini:
 merk dagang; 

 nama produsen; 

 klasifikasi pakan; 

 bobot netto; 

 jenis bahan yang digunakan; 

 jenis bahan yang ditambahkan; 

 kandungan nutrisi yang terdiri dari:
- air, maks;

- protein, min;

- lemak, min;

- serat kasar, maks;
- abu, maks. 


Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 144 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

 cara penyimpanan; 

 cara penggunaan; 

 bentuk (crumble, remah, pelet) dan sifat-sifat fisik (tenggelam); 

 kestabilan dalam air; 

 tanggal kadaluarsa; 

 kode produksi. 


3. Penyimpanan pakan

Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan penyimpanan yang selalu


berkaitan dengan waktu. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam
menyimpan pakan ditinjau dari segi pakan itu sendiri dan ruangan penyimpanan,
agar tidak mempengaruhi stabilitas nutrient pakan, adalah :
 Kadar air yang terkandung dalam pakan tidak lebih dari 10%, sehingga pakan
tidak mudah terserang jamur.
 Ruang penyimpanan pakan harus bersih, kering, aman dan memiliki ventilasi
yang baik, sehingga supply oksigen di dalam ruangan penyimpanan tetap
mencukupi. Oleh karena itu, sebaiknya ruang penyimpanan pakan
berhubungan langsung dengan sinar matahari.
 Ruangan penyimpanan memiliki kelembaban relatif kurang dari 65%.
 Suhu ruangan penyimpanan sekitar 20oC, agar tidak merusak dan mengurangi
kandungan nutrisi dalam pakan.
 Tumpukan kemasan pakan sebaiknya tidak lebih dari enam tumpukan, dan
jarak palet yaitu kayu tempat meletakkan pakan dalam ruang penyimpanan
sekitar 12 – 15 cm dari dasar lantai.
 Lama penyimpanan pakan buatan didalam ruang penyimpanan sebaiknya
tidak lebih dari tiga bulan. Gunakan pakan yang diproduksi terlebih dahulu
baru pakan yang diproduksi selanjutnya (First in-first out)
 Jangan berjalan di atas tumpukan pakan, hal ini dapat mengakibatkan rusak
dan hancurnya pakan buatan.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 145 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Gambar 52
Contoh Penyimpanan Pakan Yang Tepat dan Tidak Tepat

Sebaiknya pakan atau bahan pakan yang paling sering digunakan ditempatkan
pada lokasi yang mudah dijangkau oleh pembudidaya dan begitu sebaliknya.
Misalnya, jika kolam produksi sedang banyak memelihara ikan dewasa, pakan
ikan ini tentu paling banyak dibutuhkan maka pakan tersebut harus diletakkan
pada posisi yang dekat dengan pintu keluar agar mudah dijangkau. Untuk pakan
tambahan dan obat pelengkap pakan dapat disimpan dalam lemari agar tidak
rusak karena umumnya digunakan dalam jumlah yang sedikit.

4. Faktor penurunan kualitas pakan

Untuk mencegah kemunduran mutu pakan, pakan yang telah dikemas harus
disimpan dengan benar pada ruang penyimpanan yang memenuhi syarat. Apabila
ruangan tidak memenuhi syarat, maka dapat menyebabkan serangan jamur atau
serangga pada pakan, mengakibatkan proses peroksidasi lemak dan pakan akan
tengik serta berbau busuk.
Terdapat 3 (tiga) faktor yang berpengaruh terhadap kualitas pakan, yaitu
serangga, organisma mikroskopis dan perubahan iklim yang semuanya akan
menyebabkan perubahan kualitas, kerusakan fisik, bau tengik, dan berjamur,
kehilangan bobot, resiko kesehatan ikan dan ekonomis. Kontaminasi mikro
organisme seperti bakteri dan jamur tidak dapat hidup pada kelembaban di
bawah 20%. Efek kerusakan pada pakan akibat jamur antara lain:
 Produksi racun mycotoxin,
 Timbulnya panas,

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 146 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

 Naiknya kelembaban, dan


 Munculnya jamur.

5. Catatan/Rekaman Hasil Pembuatan Pakan

Keberhasilan dalam membuat pakan buatan diketahui dari hasil uji pakan yang
menunjukkan kualitas pakan itu sendiri, baik secara fisis, kimia maupun biologi.
Apabila dari hasil uji pakan ternyata pakan yang diproduksi tidak sesuai dengan
persyaratan dan perencanaan pembuatan pakan, maka perlu dilakukan evaluasi
untuk memperbaiki kualitas pakan tersebut. Oleh karena itu, untuk mengetahui
dan menelusuri faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan, hambatan dan
kendala yang mungkin saja terjadi selama proses pembuatan pakan, perlu dibuat
suatu catatan/rekaman sebagai bukti hasil kegiatan dan bahan perbaikan. Catatan
tersebut akan sangat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan,
seperti teknisi pembuat pakan dan penanam modal usaha, untuk melakukan
telusur kualitas pakan yang diproduksi. Dalam catatan tersebut, perlu dituliskan
beberapa parameter terkait pembuatan pakan, seperti:
 Jenis dan kualitas bahan baku yang digunakan
 Hasil penyusunan formulasi pakan/kandungan nutrisi pakan
 Komposisi bahan pakan
 Prosedur dalam pembuatan pakan dan hambatan serta kendala yang ditemui
selama membuat pakan
 Jumlah pakan yang diproduksi dalam 1 batch dan tanggal produksinya
 Hasil uji pakan, baik secara fisik, kimia dan biologi
 Kegiatan pengemasan dan penyimpanan
 Tanggal kadaluarsa pakan
 Operator dan penanggungjawab pembuatan pakan
Catatan/rekaman hasil pembuatan pakan dibuat dengan mengikuti format yang
ditentukan oleh perusahaan pembuat pakan.

B. Keterampilan yang diperlukan dalam mengemas pakan buatan

1. Mengemas pakan
2. Menyimpan pakan
3. Membuat catatan/rekaman hasil pembuatan pakan

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 147 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

C. Sikap kerja yang diperlukan dalam mengemas pakan buatan

Harus bersikap secara tepat, benar dan taat azas dalam:


1. Mengemas pakan
2. Menyimpan pakan
3. Membuat catatan/rekaman

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 148 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Referensi
a. Afrianto, E. & Liviawaty, E., Pakan Ikan, Kanisius, Yogyakarta, 2005.
b. Akbar, Syamsul, Meramu Pakan Ikan Kerapu: bebek, lumpur, macam, Malabar,
Penebar Swadaya, Jakarta, 2000.
c. Alamsyah, Rizal, Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan secara modern, Penebar
Swadaya, Jakarta, 2005.
d. Amri, Ir. Khairul dan Khairuman, A.Md, Membuat Pakan Ikan Konsumsi, Agro
Media Pustaka, Jakarta, 2002.
e. Brown, E. E., and J. B. Gratzek, Fish Farming Handbook: Food, Bait, Tropicals and
Goldfish, AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut, 391 pp, 1983.
f. Khairuman dan Khairul Amri, Membuat Pakan Ikan Konsumsi, AgroMedia Pustaka.
Jakarta, 2002.
g. Mujiman, Ahmad, Makanan Ikan, Penebar Swadaya, Jakarta, 2006.
h. Sary, I.R, Produksi Pakan Buatan, Buku Teks Bahan Ajar Siswa Program Keahlian
Teknologi Budidaya Perairan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Jakarta, 2013.
i. Tacon (1988) dalam Millamena et al., dalam Gusrina, Buku Budidaya Ikan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2000.

B. Referensi Lainnya
a. Adegboye, JD, Calcium Homeostatis in The Crayfish, In: Goldmann RC (editor),
Paper from the 5th International Symposium on Freshwater Crayfish, Davis,
California, U.S.A., hlm 115 – 123, 1981.
b. Agung, S., Hoxey, M., Kailis, S.G., Evans, L.H., Investigation of alternative protein
sources in practical diets for juvenile shrimp, Penaeus monodon, Aquaculture 134,
313–323, 1995.
c. Akand, A. M., Hasan, M. R., & Habib, M. A. B, Utilization of carbohydrate and lipid
as dietary energy sources by stinging catfish, H. fossilis (Bloch), In: De Silva, S.
(Ed.), Fish nutrition, Research in Asia, Proceedings of the Fourth Asian Fish
Nutrition Workshop, Asian Fish, Soc. Spec, Publ. 5. (pp. 93–100), Manila,
Phillipines, Asian Fisheries Society, 1991.
d. Akiyama, D. M & Norman L. M. C, Shrimp feed requirement. Technical Buletin,
American Soybean Association, Singapore, 1989.
e. Akiyama, D.M., Dominy, W.G., Penaeid Shrimp Nutrition for The Commercial Feed
Industry, American Soybean Association and Oceanic Institute, Waimanalo, USA,
50 pp, 1991.
f. Akiyama, D.M., Dominy, W.G., Lawrence, A.L., Penaeid Shrimp Nutrition, In:
Lester, L.J., Fast, A.W. (Eds), Marine Shrimp Principles and Practices , Elsevier,
Amsterdam, The Netherlands, pp. 535 – 568, 1992.
g. Arockiaraj, A. J., Muruganandam, M., Marimuthu, K., & Haniffa, M. A, Utilization of
carbohydrates as a dietary energy source by striped murrel Channa striatus
(Bloch) fingerlings, Acta Zoologica Taiwanica, 10 (2), 103–111, (1999).
h. Brett JR, Groves TDD, Physiological Energetics, Fish Physiology Vol. 1, New York:
Academic Press, 1979.
Judul Modul: Membuat Pakan Buatan
Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 149 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

i. Cowey, C. B., & Sargent, J. R, Nutrition. In W. S. Hoar & J. Randall (Eds.), Fish
physiology (Vol. III, pp. 1–69), New York, NY: Academic Press, 1979.
j. D’Abramo, L.R., Sheen, S.-S., Nutritional Requirements, Feed Formulations and
Feeding Practices of The Freshwater Prawn, Macrobrachium rosenbergii, Rev.
Fish. Sci. 2, 1 – 21, 1991.
k. Furuichi, M., & Yone, Y, Availability of carbohydrate in nutrition of carp and red
sea bream, Bulletin of the Japanese Society of Scientific Fisheries, 48, 945–948,
1981.
l. Halver, J. E, Fish Nutritio,. Academic Press, New York, 1972.
m. Handayani, D, Optimasi Pakan Buatan Yang Efisien dan Ekonomis Untuk Budidaya
Ikan Nila (Oreochnomis niloticus L.), Skripsi Sarjana Biologi, Institut Teknologi
Bandung, 2003.
n. Hasan, M. R., Moniruzzaman, M., & Farooque, A. M. O, Evaluation of leucaena
and water hyacinth leaf meal as dietary protein sources for the fry of Indian major
carp, Labeo rohita (Hamilton), In R. Hirano & I. Hanyu (Eds.), Second asian
fisheries forum (pp. 275–278), Manila, Phillipines: Asian Fisheries Society, (1990).
o. Jacinto, E.C., Colmenares, H.V., Cerecedo, R.C., Cordova, R.M., Effect of Dietary
Protein Level on Growth and Survival of Juvenile Freshwater Crayfish Cherax
quadricarinatus (Decapoda: Parastacidae), Aquacult, Nutr. 9, 207 – 213, 2003.
p. Kalita, Pallabi., Mukhopadhyay K, Pratap., Mukherjee K, Ashis., Evaluation of the
Nutritional Quality of Four Unexplored Aquatic weeds from Northeast India for the
Formulation of Cost-Effective Fish Feeds, Food Chemistry 103 (2007) 204 – 209,
2006.
q. Kanazawa, A., Utilization of soybean meal and other marine protein sources in
diets for penaeid prawns, In: Allan, G. (Ed.), Aquaculture Nutrition Workshop,
Programs and Abstracts, Fisheries Research and Development, Salamander Bay,
NSW, Australia, pp. 122– 124, 1991.
r. Kompiang, I.P. & Sofyan I. Nutrisi Ikan/ Udang Relevansi untuk Larva / Induk ,
Prosiding Seminar Nasional Pembenihan Ikan dan Udang , Badan Penelitian dan
Perkembangan Perikanan, Bandung, 1988.
s. Lim, C., Replacement of marine animal protein with peanut meal in diets for
juvenile white shrimp, Penaeus vannamei . J, Appl. Aquacult. 7, 67– 78, 1997.
t. Linder, M.C, Biokimia Nutrisi dan Metabolisme, UI – Press, Jakarta, 1992.
u. McGoogan, B.B., Gatlin III, D.M., Effects of replacing fish meal with soybean meal
in diets for red drum Sciaenops ocellatus and potential for palatability
enhancement, J. World Aquac. Soc. 28, 374– 385, 1997.
v. Mitra, G., & Mukhopadhyay, P. K, Dietary essentiality of ascorbic acid in rohu
larvae: quantification with ascorbic acid enriched zooplankton, Aquaculture
International, II(1–2), 81–93, 2003.
w. Muzinic, L.A., Thompson, K.R., Morris, A., Webster, C.D., Rouse,D.B., Manomaitis,
L., Partial and total replacement of fish meal with soybean meal and brewer’s
grains with yeast in Naylor, R.L., Goldburg, R., Primavera, J., Kautsky, N.,
Beveridge, M.C.M., Clay, J., Folke, C., Lubchenco, J., Mooney, H., Troell, M.,
2000, Effect of aquaculture on world fish supplies, Nature 405, 1017– 1024, 2004.
x. New, M.B., A Review of Dietary Materials into Aquaculture Systems: Emphasis on
Feeding in Semi-intensive Systems. Aquac. Eng. 5, 123 – 133, practical diets for
Australian red claw crayfish Cherax quadricarinatus, Aquaculture 230, 359 – 376,
1976

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 150 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

y. Palloheimo JE, Dickie LM, Food Growth of Fishes, Relation among Food, Body Size
and Growth Efficiencies, J. Fish. Res. Board, Canada, 1966.
z. Rifa’I, Pengaruh Berbagai Jumlah Pakan Buatan terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tokolan Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii), Skripsi Jurusan
Perikanan, Fakultas Pertanian, Unpad, 1993.
aa. Sarac, H.Z., Thaggard, H., Gravel, M., Saunders, J., Naill, A., Cowan, R.T.,
Observations on The Chemical Composition of Some Commercial Prawn Feeds
And Associated Growth Responses in Penaeus monodon, Aquaculture 115, 97 –
110, 1993.
bb. Sari, Y. P, Pemanfaatan Limbah Ikan Sebagai Pakan Ikan Nila (Oreochnomis
niloticus L.) dari Sentra Produksi Ikan Asin dan Pengepakan Ikan Kota Cirebon,
Skripsi Sarjana Biologi, Institut Teknologi Bandung, 2004.
cc. Shiemeno, S., Hosakawa, H., & Takeda, M, The importance of carbohydrate in the
diet of a carnivorous fish. In: Halver, J., Tiews, K., (Eds.), Proceedings of a World
Symposium on Fin fish Nutrition and Fish food Technology (Vol I, pp. 127–143),
Hamburg, 20–23 June 1978, Heeneman, Berlin, 1979.
dd. Sukarman, Steam Dalam Pembuatan Pakan Untuk Komoditas Akuakultur, Media
Akuakultur Volume 5 No 2, Balai Riset Budidaya Ikan Hias, Depok, 2010.
ee. Sumaryadi, H, Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Udang Galah
(Macrobrachium rosenbergii) yang Diberi Pakan yang Mengandung Silase
Tembelang, Skripsi Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Unpad, 1993.
ff. Susanti, K. I, Pengaruh Pencampuran Ampas Kelapa dalam Pakan terhadap
Konsumsi Oksigen dan Laju Tumbuh Ikan Nila (Oreochromis niloticus L.), Skripsi
Sarjana Biologi, Institut Teknologi Bandung, 2001.
gg. Teshima, S., Phospholipids and sterols. In: D’Abramo, L.R. (Ed.), Crustacean
Nutrition, Advances in World Aquaculture, vol. 6. World Aquaculture Society,
Baton Rouse, Louisiana, pp. 85– 107, 1997.
hh. Thompson, K.R., Muzinic, L.A., Christian, T.D., Webster, C.D., Manomaitis, L.,
Rouse, D.B., Lecithin Requirements of Juvenile Australian Red Claw Crafish Cherax
quadricarinatus. Aquacult. Nutr. 9, 223 – 230, 2003a.
ii. Thompson, K.R., Muzinic, L.A., Christian, T.D., Webster, C.D., Manomaitis, L.,
Rouse, D.B., Effect on Growth, Survival, and Fatty Acid Composition of Australian
Red Claw Crayfish Cherax quadricarinatus Fed Practical Diets with and without
Supplemental Lecithin and/or Cholesterol, J. World Aquacult. Soc. 34, 1 – 10,
2003b.
jj. Thompson, K.R., Muzinic, L.A., Engler, L.S., Morton, S., Webster, C.D., Effects of
Feeding Practcal Diets Containing Various Protein Levels on Growth, Survival,
Body Composition, and Processing Traits of Australian Red Claw Crayfish Cherax
quadricarinatus, and on Pond Water Quality, Aquacult. Res. 35, 659 – 668, 2004.
kk. Webster, C.D., L.S. Goodgame-Tiu, J.H Tidwell, and D.B Rouse, Evaluation of
Practical Feed Formulations with Different Protein Levels for Juvenile Red Claw
Crayfish (Cherax quadricarinatus), Transaction of the Kentucky Academy of
Science 55(3/4): 108 – 112, 1994.
ll. Webster, C.D., Tidwell, J.H., Goodgame, L.S., Yancey, D.H., Mackey, L., Use of
soybean meal and distillers grains with solubles as partial or total replacement of
fish meal in diets for channel catfish, Ictalurus punctatus , Aquaculture 106, 301–
309, 1992.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 151 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

mm. Widiastuti, R. R, Formulasi Pakan Buatan dengan Teknologi Fermentasi


pada Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus L.), Tesis Magister, Institut
Teknologi Bandung, 2006.

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 152 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

Daftar Alat Dan Bahan

A. Daftar Peralatan/Mesin

No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan


1. Laptop, infocus, laserpointer, papan tulis/flipchart, Untuk di ruang teori
kertas plano, kertas post it, spidol
2. Laptop Untuk setiap peserta
3. Printer Untuk semua peserta
4. Hammer mill/disk mill Untuk semua peserta
5. Pencetak pelet Untuk setiap kelompok
6. Oven Untuk semua peserta
7. Masker Untuk setiap peserta
8. Sarung tangan Untuk setiap peserta
9. Kompor gas/listrik Untuk semua peserta
10. Pengaduk kayu Untuk setiap kelompok
11. Ember Untuk setiap kelompok
12. Baskom Untuk setiap kelompok
13. Timbangan digital Untuk setiap kelompok
14. Timbangan analitik Untuk setiap kelompok
15. Aerator Untuk setiap kelompok
16. Sealer Untuk setiap kelompok
17. Alat uji kimia pakan Untuk setiap kelompok

B. Daftar Bahan

No. Nama Bahan Keterangan


1. Bahan baku hewani Untuk setiap kelompok
2. Bahan baku nabati Untuk setiap kelompok
3. Bahan tambahan Untuk setiap kelompok
4. Bahan pengemas pakan Untuk setiap kelompok
5. Bahan uji kimia Untuk setiap kelompok

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 153 dari 154
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Budidaya Ikan Air Tawar PRK.CF02.013.01

DAFTAR PENYUSUN

No. Nama Profesi

1. Instruktur Pelatihan Bidang Budidaya


1. Intan Rahima Sary, S.St.Pi, M.Si Perairan
2. Asesor LSP P2 PPPPTK Pertanian

Judul Modul: Membuat Pakan Buatan


Buku Informasi - Versi 2019 Halaman: 154 dari 154

Anda mungkin juga menyukai