Anda di halaman 1dari 27

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

PEMELIHARAAN DOMBA

BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Telepon : (021) 3818043 Fax : (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id
DAFTAR ISI

1. Pendahuluan ................................ ................................ ............... 2


a. Prospek Pemeliharaan Domba ................................ ........................ 2
b. Permasalahan ................................ ................................ .............. 3

2. Kemitraan Terpadu ................................ ................................ ..... 5


a. Organisasi ................................ ................................ ................... 5
b. Pola Kerjasama ................................ ................................ ............ 7
c. Penyiapan Proyek ................................ ................................ ......... 8
d. Mekanisme Proyek................................ ................................ ........ 9
e. Perjanjian Kerjasama ................................ ................................ .. 10

3. Aspek Pemasaran................................ ................................ ....... 12


a. Karakteristik Produk ................................ ................................ ... 12
b. Cara Pemasaran ................................ ................................ ......... 12
c. Penawaran ................................ ................................ ................ 13
d. Permintaan Daging ................................ ................................ ..... 14
e. Rantai Tata Niaga ................................ ................................ ....... 15

4. Aspek Produksi ................................ ................................ .......... 17


a. Populasi Lomba ................................ ................................ .......... 17
b. Pemilihan Domba ................................ ................................ ....... 17
c. Pakan ................................ ................................ ....................... 18
d. Kandang dan Alat ................................ ................................ ....... 20
e. Cara Pemeliharaan ................................ ................................ ..... 20

5. Aspek Keuangan ................................ ................................ ........ 23


a. Data dan Asumsi Dasar Perhitungan ................................ .............. 23
b. Kesimpulan dari Analisa Keuangan ................................ ................ 24

LAMPIRAN ................................ ................................ ..................... 26

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 1


1. Pendahuluan

a. Prospek Pemeliharaan Domba

Sejak Pelita I, Pemerintah telah menyebarkan ternak kepada Petani kecil


yang sampai pada tahun 1996 terdiri dari 469.700 ekor sapi, 36.327 ekor
kerbau, 281.883 ekor kambing dan 52.629 ekor domba. Bantuan ternak
dibiayai dengan dana APBN, APBD maupun bantuan dana luar negeri,
misalnya bantuan dana size="2" face="verdana">Kebutuhan daging domba
sebagai salah satu produk pertanian (subsektor peternakan), diduga masih
perlu ditingkatkan terutama untuk mensubsitusi impor daging domba
maupun daging sapi. Sejak semester kedua tahun 1997 impor sapi maupun
daging sapi maupun daging sapi, dikurangi karena krisis ekonomi. Meskipun
begitu, permintaan daging masih relatif tinggi dan mantap dengan harga
yang menguntungkan para peternak lokal.

Departemen Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan setelah tahun


1995 mengembangkan proyek domba yang disebut Sentra Pengembangan
Agribisnis Komoditas Unggulan Domba (SPAKU ternak Domba) di Sumatera
Utara (Kab. Langkat) dan Jawa Barat (Kab. Garut). Proyek SPAKU ternak
Domba diarahkan untuk mengembangkan sentra-sentra produksi yang
berorientasi agrobisnis modern. Pola penyebaran domba kepada kelompok
peternak tradisional dilaksanakan oleh Dinas Peternakan melalui dua bentuk
yaitu :

1. Gerbang rukan (Gerakan Pengembangan Rumah Kandang) dimana


rumah dan kandang milik peternakan peserta kelompok berada dalam
lahannya. Pola gerbang rukan adalah kelanjutan dari pola pemeliharaan
domba secara tradisional. Tujuan dengan pola ini untuk meningkatkan
jumlah ekor domba milik masing-masing peserta kelompok, supaya usaha
domba menjadi usaha sampingan bersifat semikomersial.

2. Gerbang Anak Desa (Gerakan Pengembangan Areal Peternakan


Pedesaan) adalah satu sistem pemeliharaan ternak domba dalam kandang
milik peternak anggota kelompok yang letaknya terpisah dari
pemukiman/perumahan peserta kelompok. Oleh karena itu diperlukan lahan
khusus untuk pemeliharaan domba. Biasanya dipergunakan tanah/fasilitas
umum atau tanah milik desa yang dibangun untuk usaha peternakan domba
secara bersama-sama. Tujuan dengan pola gerbang anak desa adalah
pendekatan agribisnis, yaitu mengembangkan usaha ternak domba modern
yang memanfaatkan tenaga kerja maupun sarana produksi serta teknologi
pemeliharaan domba adaan induk dan pejantan domba maupun sarana
produksi lainnya, seperti bahan bangunan kandang, konsentrat, obat-obatan,
memasarkan hasil produksi domba oleh mitra usahanya serta
mengadministrasi kredit untuk mengembangkan usaha domba milik anggota
kelompok peserta proyek kemitraan terpadu. Dalam hal ini koperasi akan

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 2


bekerjasama dengan instansi lainnya, misalnya para pedagang domba, Dinas
Peternakan, rumah potong hewan (RPH).

Proyek ini akan melibatkan ketiga pelaku yaitu koperasi primer, para
peternak domba anggota koperasi dan bank pemberi kredit KKPA dalam satu
sistem manajemen proyek pemeliharaan domba yang terpadu dimana
masing-masing pihak diberikan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang
dituangkan dalam Nota Kesepakatan terlampir sebagai Lampiran III.

b. Permasalahan

Sebagian besar penduduk pedesaan bermata pencaharian sebagai petani,


baik petani pemilik tanah, penggarap tanah maupun sebagai buruh tani.
Berdasarkan tipologi wilayah usaha tani, lahan tani dapat dibagi dua jenis
pokok, yaitu lahan yang beririgasi dan lahan kering. Usaha tani yang memliki
lahan irigasi menerima pendapatan relatif tinggi dan pasti dibandingkan
dengan usaha tani yang memanfaatkan lahan kering.

Rata-rata petani lahan kering memperoleh pendapatan di bawah satu juta


rupiah per tahun. Lahan kering cocok untuk usaha ternak baik sapi maupun
domba pada umumnya merupakan daerah perbukitan yang terletak di atas
600 meter di atas permukaan laut. Di daerah ini tanah biasanya subur,
beriklim sedang (15 s.d. 28oC) dengan curah hujan di atas 2.000 mm per
tahun. Namun demikian karena padatnya penduduk, kondisi tanah tersebut
sering mengalami erosi karena penggunaan lahan semakin intensif dan
kurang memperhatikan kaidah-kaidah usaha tani konservasi.

Ternak domba dan sapi mempunyai kontribusi yang sangat berarti dalam
sistem usaha tani di lahan kering, karena ternak mempunyai fungsi ganda,
yaitu memberikan nilai tambah dalam pendapatan petani dan dapat
meningkatkan produktivitas tanah melalui penggunaan pupuk kandang. Di
beberapa daerah lahan kering, usaha peternak domba agak lebih mudah
dilaksanakan dengan jumlah biaya lebih rendah, dibandingkan dengan usaha
peternakan sapi. Meskipun demikian usaha peternakan domba dilakukan oleh
para petani sebagai usaha sampingan dengan teknik pemeliharaan yang
bersifat tradisional, lebih banyak diarahkan untuk menghasilkan domba
tangkas (aduan) yang konsumennya relatif sedikit. Di ln pihak permintaan
daging domba terus meningkat, sehingga dikhawatirkan populasi domba
unggulan di Indonesia terkuras apabila tidak ada usaha untuk
melestarikannya.

Berdasarkan pertimbangan di atas maka pola pengelolaan usaha domba


perlu dikembangkan dari pola tradisional ke pola agribisnis dimana satu
kelompok petani bersama koperasinya melaksanakan usaha pemeliharaan
domba skala menengah di mana populasi domba per peternak naik rata-rata
3-5 ekor induk sampai 24 ekor domba betina per unit usaha. Kandang dapat
dibangun di satu kawasan untuk para peternak yang akan melaksanakan
usaha pemeliharaan domba induk dan tersebar untuk para peternak yang

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 3


akan melaksanakan penggemukan domba dengan dua siklus penggemukan
setahun.

Karena populasi domba masih relatif rendah salah satu kegiatan proyek yang
diusulkan dalam Model KPKT ini diutamakan untuk memperbesar populasi
domba, supaya sasaran jumlah ekor domba per peternak dapat dipenuhi.

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 4


2. Kemitraan Terpadu

a. Organisasi

Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) adalah suatu program kemitraan terpadu


yang melibatkan usaha besar (inti), usaha kecil (plasma) dengan melibatkan
bank sebagai pemberi kredit dalam suatu ikatan kerja sama yang dituangkan
dalam nota kesepakatan. Tujuan PKT antara lain adalah untuk meningkatkan
kelayakan plasma, meningkatkan keterkaitan dan kerjasama yang saling
menguntungkan antara inti dan plasma, serta membantu bank dalam
meningkatkan kredit usaha kecil secara lebih aman dan efisien.

Dalam melakukan kemitraan hubunga kemitraan, perusahaan inti (Industri


Pengolahan atau Eksportir) dan petani plasma/usaha kecil mempunyai
kedudukan hukum yang setara. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai
pembinaan oleh perusahaan inti, dimulai dari penyediaan sarana produksi,
bimbingan teknis dan pemasaran hasil produksi.

Proyek Kemitraan Terpadu ini merupakan kerjasama kemitraan dalam bidang


usaha melibatkan tiga unsur, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani atau usaha
kecil, (2) Pengusaha Besar atau eksportir, dan (3) Bank pemberi KKPA.

Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai dengan


bidang usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/usaha kecil
dengan Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam PKT, dibuat seperti
halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti
Rakyat (PIR). Petani/usaha kecil merupakan plasma dan Perusahaan
Pengelolaan/Eksportir sebagai Inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian
menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuan
pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Proyek ini kemudian dikenal
sebagai PKT yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya saling
berkepentingan diantara semua pihak yang bermitra.

1. Petani Plasma

Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas
(a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk
penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil
yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan
dalam untuk itu memerlukan bantuan modal.

Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan
penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan
dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas
masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek
usaha.

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 5


Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yang
dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok
tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap
Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan
koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para
petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi
dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua
kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang
waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok.

2. Koperasi

Parapetani/usaha kecil plasma sebagai peserta suatu PKT, sebaiknya menjadi


anggota suata koperasi primer di tempatnya. Koperasi bisa melakukan
kegiatan-kegiatan untuk membantu plasma di dalam pembangunan
kebun/usaha sesuai keperluannya. Fasilitas KKPA hanya bisa diperoleh
melalui keanggotaan koperasi. Koperasi yang mengusahakan KKPA harus
sudah berbadan hukum dan memiliki kemampuan serta fasilitas yang cukup
baik untuk keperluan pengelolaan administrasi pinjaman KKPA para
anggotanya. Jika menggunakan skim Kredit Usaha Kecil (KUK), kehadiran
koperasi primer tidak merupakan keharusan

3. Perusahaan Besar dan Pengelola/Eksportir

Suatu Perusahaan dan Pengelola/Eksportir yang bersedia menjalin kerjasama


sebagai inti dalam Proyek Kemitraan terpadu ini, harus memiliki kemampuan
dan fasilitas pengolahan untuk bisa menlakukan ekspor, serta bersedia
membeli seluruh produksi dari plasma untuk selanjutnya diolah di pabrik dan
atau diekspor. Disamping ini, perusahaan inti perlu memberikan bimbingan
teknis usaha dan membantu dalam pengadaan sarana produksi untuk
keperluan petani plasma/usaha kecil.

Apabila Perusahaan Mitra tidak memiliki kemampuan cukup untuk


mengadakan pembinaan teknis usaha, PKT tetap akan bisa dikembangkan
dengan sekurang-kurangnya pihak Inti memiliki fasilitas pengolahan untuk
diekspor, hal ini penting untuk memastikan adanya pemasaran bagi produksi
petani atau plasma. Meskipun demikian petani plasma/usaha kecil
dimungkinkan untuk mengolah hasil panennya, yang kemudian harus dijual
kepada Perusahaan Inti.

Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan
pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan
bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan
oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat
dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan.

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 6


Koperasi juga bisa memperkerjakan langsung tenaga-tenaga teknis yang
memiliki keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk membimbing
petani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga ini
bisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepada
petani, dari hasil penjualan secara proposional menurut besarnya produksi.
Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil, akan semakin
besar pula honor yang diterimanya.

4. Bank

Bank berdasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan antara pihak


Petani Plasma dengan Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan/Eksportir
sebagai inti, dapat kemudian melibatkan diri untuk biaya investasi dan modal
kerja pembangunan atau perbaikan kebun.

Disamping mengadakan pengamatan terhadap kelayakan aspek-aspek


budidaya/produksi yang diperlukan, termasuk kelayakan keuangan. Pihak
bank di dalam mengadakan evaluasi, juga harus memastikan bagaimana
pengelolaan kredit dan persyaratan lainnya yang diperlukan sehingga dapat
menunjang keberhasilan proyek. Skim kredit yang akan digunakan untuk
pembiayaan ini, bisa dipilih berdasarkan besarnya tingkat bunga yang sesuai
dengan bentuk usaha tani ini, sehingga mengarah pada perolehannya
pendapatan bersih petani yang paling besar.

Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan
mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional
lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian
pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian
kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak
petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil
penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama
untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan
dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit
dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan
memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang
disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya
potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada
waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.

b. Pola Kerjasama

Kemitraan antara petani/kelompok tani/koperasi dengan perusahaan mitra,


dapat dibuat menurut dua pola yaitu :

a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani mengadakan


perjanjian kerjasama langsung kepada Perusahaan Perkebunan /Pengolahan
Eksportir.

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 7


Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang berupa KKPA
kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan Koperasi sebagai
Channeling Agent, dan pengelolaannya langsung ditangani oleh Kelompok
tani. Sedangkan masalah pembinaan harus bisa diberikan oleh Perusahaan
Mitra.

b. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, melalui


koperasinya mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi (mewakili
anggotanya) dengan perusahaan perkebunan/ pengolahan/eksportir.

Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma
dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah
pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat
dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab
koperasi.

c. Penyiapan Proyek

Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam
proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal
dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan
mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai
dari :

a. Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota koperasi


dan lahan pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat usaha atau
lahan kebun/usahanya sudah ada tetapi akan ditingkatkan
produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus menghimpun diri
dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok usaha.
Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 8


pertemuan anggota kelompok, mereka bersedia atau berkeinginan
untuk bekerja sama dengan perusahaan perkebunan/
pengolahan/eksportir dan bersedia mengajukan permohonan kredit
(KKPA) untuk keperluan peningkatan usaha;
b. Adanya perusahaan perkebunan/pengolahan dan eksportir, yang
bersedia menjadi mitra petani/usaha kecil, dan dapat membantu
memberikan pembinaan teknik budidaya/produksi serta proses
pemasarannya;
c. Dipertemukannya kelompok tani/usaha kecil dan pengusaha
perkebunan/pengolahan dan eksportir tersebut, untuk memperoleh
kesepakatan di antara keduanya untuk bermitra. Prakarsa bisa dimulai
dari salah satu pihak untuk mengadakan pendekatan, atau ada pihak
yang akan membantu sebagai mediator, peran konsultan bisa
dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi dan menghubungkan
pihak kelompok tani/usaha kecil yang potensial dengan perusahaan
yang dipilih memiliki kemampuan tinggi memberikan fasilitas yang
diperlukan oleh pihak petani/usaha kecil;
d. Diperoleh dukungan untuk kemitraan yang melibatkan para
anggotanya oleh pihak koperasi. Koperasi harus memiliki kemampuan
di dalam mengorganisasikan dan mengelola administrasi yang
berkaitan dengan PKT ini. Apabila keterampilan koperasi kurang, untuk
peningkatannya dapat diharapkan nantinya mendapat pembinaan dari
perusahaan mitra. Koperasi kemudian mengadakan langkah-langkah
yang berkaitan dengan formalitas PKT sesuai fungsinya. Dalam
kaitannya dengan penggunaan KKPA, Koperasi harus mendapatkan
persetujuan dari para anggotanya, apakah akan beritndak sebagai
badan pelaksana (executing agent) atau badan penyalur (channeling
agent);
e. Diperolehnya rekomendasi tentang pengembangan PKT ini oleh pihak
instansi pemerintah setempat yang berkaitan (Dinas Perkebunan,
Dinas Koperasi, Kantor Badan Pertanahan, dan Pemda);
f. Lahan yang akan digunakan untuk perkebunan/usaha dalam PKT ini,
harus jelas statusnya kepemilikannya bahwa sudah/atau akan bisa
diberikan sertifikat dan buka merupakan lahan yang masih belum jelas
statusnya yang benar ditanami/tempat usaha. Untuk itu perlu adanya
kejelasan dari pihak Kantor Badan Pertanahan dan pihak Departemen
Kehutanan dan Perkebunan.

d. Mekanisme Proyek

Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 9


Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip
bank teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota
kesepakatan (Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hak
dan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasi
dan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas kuasa koperasi atau
plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari rekening koperasi/plasma ke
rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma dalam bentuk sarana
produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian plasma tidak
akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah
sarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau
koperasi. Petani plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman
plasma dijual ke inti dengan harga yang telah disepakati dalam MoU.
Perusahaan inti akan memotong sebagian hasil penjualan plasma untuk
diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanya
dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih.

e. Perjanjian Kerjasama

Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu
surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak
yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian
kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban
dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu.

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 10


Perjanjian tersebut memuat ketentuan yang menyangkut kewajiban pihak
Mitra Perusahaan (Inti) dan petani/usaha kecil (plasma) antara lain sebagai
berikut :

1. Kewajiban Perusahaan Perkebunan/Pengolahan/Eksportir sebagai mitra


(inti)

a. Memberikan bantuan pembinaan budidaya/produksi dan penaganan


hasil;
b. Membantu petani di dalam menyiapkan kebun, pengadaan sarana
produksi (bibit, pupuk dan obat-obatan), penanaman serta
pemeliharaan kebun/usaha;
c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca
panen untuk mencapai mutu yang tinggi;
d. Melakukan pembelian produksi petani plasma; dan
e. Membantu petani plasma dan bank di dalam masalah pelunasan kredit
bank (KKPA) dan bunganya, serta bertindak sebagai avalis dalam
rangka pemberian kredit bank untuk petani plasma.

2. Kewajiban petani peserta sebagai plasma

a. Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya;;


b. Menghimpun diri secara berkelompok dengan petani tetangganya yang
lahan usahanya berdekatan dan sama-sama ditanami;
c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca-
panen untuk mencapai mutu hasil yang diharapkan;
d. Menggunakan sarana produksi dengan sepenuhnya seperti yang
disediakan dalam rencana pada waktu mengajukan permintaan kredit;
e. Menyediakan sarana produksi lainnya, sesuai rekomendasi budidaya
oleh pihak Dinas Perkebunan/instansi terkait setempat yang tidak
termasuk di dalam rencana waktu mengajukan permintaan kredit;
f. Melaksanakan pemungutan hasil (panen) dan mengadakan perawatan
sesuai petunjuk Perusahaan Mitra untuk kemudian seluruh hasil panen
dijual kepada Perusahaan Mitra ; dan
g. Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran harga
produk sesuai kesepakatan dalam perjanjian dengan terlebih dahulu
dipotong sejumlah kewajiban petani melunasi angsuran kredit bank
dan pembayaran bunganya.

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 11


3. Aspek Pemasaran

a. Karakteristik Produk

Proyek Kemitraan Terpadu ini dimaksudkan untuk mendapatkan domba


potong serta domba induk dengan kualitas daging dan kulit tinggi dengan
pertumbuhan berat badan yang tinggi. Proyek SPAKU ternak domba
mengembangkan jenis domba lokal (domba Garut) untuk daerah Jawa dan
jenis domba ex. Barbados yang telah disilang (crossing) dengan domba lokal
untuk daerah Sumatera. Jenis-jenis domba tersebut menurut Dirjen
Peternakan telah menunjukkan perkembangan baik dari segi budidaya
maupun dari segi hasil pendapatan untuk para peternak.

Jenis domba yang cukup terkenal di Indonesia dan di luar negeri adalah
sebagai berikut :

1. Domba Kampung yang memiliki tubuh kecil, lambat dewasa, warna


bulunya maupun karakteristiknya tidak seragam dan hasil dagingnya
relatif lebih sedikit.
2. Domba Periangan adalah domba yang banyak terdapat di Jawa Barat
adalah hasil persilangan domba merino yang disebut domba Tanjung
(Afrika Selatan) dengan domba kampung. Karakteristik jenis domba
Periangan, badan kecil, warna bulunya bermacam-macam, daya tahan
tubuh baik.
3. Domba Ekor Gemuk berasal dari Indonesia bagian Timur dengan
karakteristik tubuh besar, panjang, lebar menampung lemak dengan
jumlah banyak, warna bulu biasanya putih.
4. Domba Garut adalah domba persilangan ketiga jenis domba yang
disebut diatas. Berat badan jantan sekitar 60 - 80 kg, sedangkan
betina berkisar 30 - 40 kg, bulu halus, leher kuat sehingga digunakan
sebagai domba aduan, tidak mengenal musim beranak dan menurut
hasil penelitian mudah beradaptasi dengan lingkungan yang keras,
warna bulu putih dan hitam.
5. Jenis-jenis domba yang cukup terkenal di luar negeri antara lain,
domba merino, domba Hamspire, domba Southdown, domba Dosert
semua domba Inggeris, domba Rambuillet dari Perancis dan domba
Karakul dari daerah Turkestan/Afganistan.

b. Cara Pemasaran

Ternak domba mencapai berat badan optimal pada umur 18 bulan, yaitu
usaha penggemukan domba yang dapat memelihara seekor domba sampai
umur 18 bulan. Domba muda berumur di bawah 6 bulan biasanya jarang
dijual karena harganya rendah. Penjualan domba hidup oleh para peternak
pada umumnya dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 12


 Menjual langsung kepada pembeli berupa peternak maupun pedagang
domba dari kandang.
 Menjual di pasar ternak
 Menjual melalui pedagang perantara.

Pedagang perantara biasanya mengambil keuntungan dari nilai kulit, kepala,


jeroan dan kaki bawah. Harga satu buah kulit di RPH bervariasi antara Rp.
10.000 s.d. Rp. 30.000 tergantung pada berat badan seekor domba. Harga
domba hidup cukup bervariasi dan berfluktuasi, tergantung umur, berat
badan (kurus/gemuk) dan musim. Pada musim paceklik dan tahun ajaran
baru anak-anak sekolah, karena pada musim paceklik dan tahun ajaran baru,
banyak petani domba yang menjual ternaknya untuk tambahan biaya
hidupnya dan biaya anak-anak sekolah. Harga jual domba hidup rata-rata
pada bulan Agustus tahun 1998 berdasarkan umur domba dan berat
badannya adalah sebagai berikut :

Tabel 1.
Harga Domba Menurut Umurnya

Uraian Umur (bulan) Harga (Rp)


1. Anak domba cempe kecil l 3 - 4 bulan (10 -15 kg) 75.000 - 100.000
2. Domba muda 5 -7 bulan (20 -25 kg) 160.000 - 200.000
3. Dara/pejantan 10 - 12 bulan (35 - 45 kg) 280.000 - 360.000
4. Dewasa 16 - 18 bulan (50 - 80 kg) 400.000 - 640.000

c. Penawaran

Populasi domba di Indonesia sebesar 7.962.882 ekor pada akhir tahun 1997
dengan kenaikan rata-rata 5,5% per tahun pada periode 1993 - 1997.
Berdasarkan perhitungan atas data dalam Tabel 2. Peningkatan populasi
domba sebesar 8% pada tahun 1996 dan sekitar 3% pada tahun 1997.

Tabel 2.
Perkembangan total populasi domba dan total produksi daging domba di
Indonesia pada Periode 1993 - 1997

Uraian 1993 1994 1995 1996 1997


Jumlah Ekor
6.240.000 6.741.000 7.168.000 7.724.000 7.963.000
domba
Daging domba
40.050 42.622 38.389 39.026 41.252
(ton)

Sumber : Buku Statistik Peternakan 1997. Direktorat Bina Program


Peternakan

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 13


Asumsi-asumsi untuk menyusun proyeksi kenaikan populasi domba serta
penawaran jumlah ekor domba potong per tahun :

 40% dari total populasi terdiri dari domba induk yang setiap tahun
melahirkan 1,75 anak domba rata-rata
 10% dari populasi domba terdiri dari domba jantan berumur 1 tahun
atau lebih
 20% dari jumlah ekor domba induk dan jantan tersebut, atau sekitar
11% dari jumlah populasi domba dewasa dipotong setiap tahun.
Untuk memenuhi sasaran 6% peningkatan populasi domba per tahun
dengan tingkat kematian anak domba 5% maka sekitar 28% dari
jumlah populasi anak domba menjadi domba potong umur 8 s.d. 12
bulan.
 31% dari jumlah populasi domba dapat dipotong setiap tahun.

Berat badan seekor domba potong rata-rata 35 kg dan 45% atau 16


kg dari domba hidup menjadi daging domba yang dijual kepada
konsumen.

Sesuai dengan asumsi tersebut di atas perhitungan proyeksi peningkatan


populasi domba serta jumlah domba potong per tahun proyeksi dapat dilihat
dalam Tabel 3.

Tabel 3.
Proyeksi jumlah Populasi domba, jumlah ekor domba potong serta produksi
daging domba

Uraian 1998 1999 2000 2001 20002 2003


Jumlah
(ekor)
8.441.000 8.947.000 9.484.000 10.053.000 10.656.000 12.960.000
popul,
domba
Jumlah
(ekor)
2.617.000 2.774.000 2.940.000 3.116.000 3.303.000 3.502.000
domba
potong
Proyeksi
(ton)
41.867 44.377 47.041 49.863 2.853 56.028
daging
domba

d. Permintaan Daging

Menurut Widaya Karya Pangan dan Gizi Konsumsi daging per kapita di
Indonesia sebesar 3,156 kg atau sebesar 651.717 ribu ton pada tahun 1997.

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 14


Sebagian dari konsumen daging dipenuhi dengan daging impor atau sapi
impor terutama dari Australia. Karena impor ternak hidup sementara
dihentikan, jumlah populasi ternak yang berada di Indonesia tidak bisa
memenuhi kebutuhan daging dari masyarakat.

Untuk tahun 1997 penawaran daging produksi dalam negeri dihitung sebesar
41.252 ton atau sebesar 6,3% dari total konsumsi daging di Indonesia pada
tahun 1997. Produksi daging domba dapat ditingkatkan melalui
pengembangan jenis domba unggulan, yaitu jenis domba yang lebih berat
dan besar dibandingkan dengan domba kampung yang merupakan jenis
domba utama di Indonesia sekarang. Bilamana berat karkas domba yang
dapat ditingkatkan dari 16 kg saat ini menjadi 18 kg rata-rata pada periode
proyeksi total produksi daging domba akan naik sekitar 12,50% sebagai
dampak dari peningkatan kualitas domba potong.

Selain produksi daging domba dalam negeri persediaan daging domba


dipengaruhi oleh impor dan ekspor domba. Menurut data statistik pada tahun
1997 Indonesia mengimpor 242.000 ekor domba dan mengekspor 179.815
ekor domba. Total ekspor menurun sebesar 43.683 ekor domba
dibandingkan dengan ekspor domba tahun 1996. Permintaan dari negara lain
(ekspor) sebanyak 15.000 s.d. 18.000 ekor per bulan. Dengan demikian
peluang pasar domba potong selain untuk kebutuhan dalam negeri juga
untuk ekspor yang diharapkan tiap tahunnya akan makin meningkat,
sehingga terdapat peluang untuk meningkatkan populasi domba serta
produksi daging domba.

e. Rantai Tata Niaga

Rantai tata niaga domba mulai dari peternakan sampai eksportir (sebelum
PKT) adalah sebagai berikut :

Rantai tata niaga dimulai dari peternakan cukup panjang, sehingga harga
domba yang diterima peternak desa relatif rendah. Pada umumnya domba

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 15


hidup dibeli pedagang pengumpul tidak tunai, yaitu baru dibayar sesudah 1
sampai 2 minggu.

Dengan adanya sistem PKT diharapkan rantai tata niaganya lebih pendek,
sehingga harga yang diterima para peternak lebih tinggi. Misalnya peserta
PKT dapat menjadi domba potong lansung kepada RPH maupun kepada
perusahaan eksportir.

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 16


4. Aspek Produksi
a. Populasi Lomba

Domba merupakan ternak yang telah lama dipelihara oleh petani peternak di
seluruh pelosok tanah air, karena domba memiliki toleransi tinggi terhadap
bermacam-macam hijauan pakan ternak serta daya adaptasi yang baik
terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga memungkinkan dapat hidup
dan berkembang biak sepanjang tahun.

Sebagian besar dari peternak domba berada di pulau Jawa. Pembagian


domba antar wilayah pada akhir tahun 1997 sebagai berikut :

Tabel 4.
Populasi Domba di Pulau Jawa Tahun 1997

Jumlah
Wilayah Domba Persentase
(ekor)
Jabar 3.809.858 47,7%
Jateng/DI Yogya 1.896.126 23,8%
Jatim 1.496.276 18,9%
Sumatera 509.178 6,4%
NTT/NTB 187.161 2,4%
Timtim 33.191 0,4%
Propinsi Lainnya 31.092 0,4%
Jumlah 7.962.882 100,0%

Daerah yang baik untuk pemeliharaan domba secara intensif adalah :

1. Umumnya di dataran tinggi, yaitu 800 m - 1.800 m diatas permukaan


laut.
2. Curah hujannya cukup tinggi ( 2,000 mm atau lebih) dengan musim
kemaraunya pendek, sehingga rumput dapat tersedia sepanjang
tahun.

b. Pemilihan Domba

Jenis domba yang dapat dikembangkan secara intensif oleh peternak peserta
PKT adalah domba Garut serta jenis domba lainnya berupa persilangan
antara domba lokal, misalnya domba Periangan, domba Ekor Garut dengan
jenis domba dari luar negeri, antara lain domba Barbados, domba Merino dll
sesuai dengan bimbingan dari Dinas Peternakan.

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 17


Produktivitas usaha peternak domba sangat ditentukan oleh kelahiran anak
domba. Induk muda yang mampu melahirkan anak kembar pada kelahiran
pertama ada kecendrungan bahwa tiap melahirkan selanjutnya juga akan
kembar. Induk-induk seperti inilah yang dikehendaki dalam memilih bibit,
karena bakatnya akan menurun kepada anaknya.

Beberapa kriteria dalam pemelihan dara domba antara lain umur 8 -10
bulan, berat badan 30 - 40 kg, berasal dari keturunan yang baik, mampu
melahirkan 2-3 anak setiap kelahiran, mampu melahirkan tiga kali dalam
waktu dua tahun, daya pertumbuhan cepat, tidak bertanduk dan tidak cacat
tubuh.

Dalam memilih pejantan muda sebagai pemacak harus diperhatikan hal-hali


sebagai berikut : dada lebar dan dalam, badan panjang dan punggung rata,
otot kuat dan padat, keempat kaki kuat dan tidak bengkok dapat mempunyai
tanduk.

c. Pakan

a). Pakan Hijau

Bahan makanan yang dapat diberikan kepada domba adalah pakan hijauan
dan konsentrat. Pakan hijau merupakan makanan kasar yang berupa rumput
lapangan, limbah hasil pertanian dan rumput unggul dan berbagai jenis
leguminosa. Hijauan pakan merupakan makanan utama bagi domba yang
tidak hanya berfungsi sebagai pengisi perut, tetapi juga sebagai sumber gizi
protein, vitamin dan mineral. Jenis rumput yang diberikan kepada termasuk
domba adalah rumput raja, rumput gajah yang ditanam diatas lahan dengan
curah hujan tinggi dan rumput benggala serta rumput setaria dan lahan
kering. Jenis leguminosa antara lain lamtoro, jayanti, kaliandra dan turi.

Sistem penanaman tanaman rumput dan leguminosa tersebut adalah antara


lain tumpang sari dengan tanaman keras (pohon perkebunan), sistem lorong,
sistem kebun pakan, sistem kebun pekarangan, sistem pagar dan sistem tiga
strata. Bimbingan untuk menanam rumput dan leguminosa sesuai dengan
sistem tersebut diberikan kepada peternak peserta PKT oleh Dinas
Peternakan sesuai dengan petunjuk teknis yang diterbitkan oleh Direktorat
Bina Produksi, Departemen Pertanian.

b). Pakan Konsentrat

Konsentrat merupakan makanan ternak penguat yang kaya karbohidrat dan


protein seperti jagung, bekatul dan bungkil-bungkilan. Pakan konsentrat bisa
dibeli dalam bentuk jadi maupun dapat dibeli dalam bentuk bahan makanan
misalnya dedak, bekatul, jagung dll. Konsentrat digunakan terutama pada
saat pertumbuhan, pada masa kebuntingan maupun saat menyusui bagi
induknya. Konsentrat untuk ternak domba memiliki kandungan serat kurang

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 18


dari 18% dan mudah dicerna. Para peternak memberikan pakan hijauan
bersama dengan pakan konsentrat supaya semua zat-zat makan yang
diperlukan untuk pertumbuhan produksi dan reproduksi dapat terpenuhi.

Tabel 5.
Komposisi Makan Konsentrat

Bahan Baku Pemeliharaan Pemeliharaan


Konsentrat Semi-intensif Intensif
Bekatul 60% 60%
Bungkil kelapa 33% 18%
Bungkil kedelai - 5%
Jagung kuning giling - 10%
Tepung tulang 5% 5%
Garam 2% 2%
Jumlah 100% 100%

Tabel 6.
Jumlah Pemberian Pakan untuk Domba Pemeliharaan Intensif

Makanan Hijau Konsentrat


Klasifikasi domba
(kg) (kg)
Domba pasca sapih (3 - 6 bln) 3 0,20
Domba muda (6-12 bln) 4 0,25
Domba Induk dewasa 6 0,25
Domba pejantan dewasa 8 0,50
Domba induk bunting 7 0,40
Domba induk laktasi (menyusui) 7 0,45

Disamping makanan kasar (rumput, daun) dan konsentrat domba juga


diberikan zat-zat mineral (antara lain Ca, Mg, Na dan K). Pupuk urea dapat
dicampurkan dalam makanan sebab urea berfungsi sebagai makanan
tambahan untuk domba. Penggunaan antibiotika dalam usaha domba untuk
pengobatan penyakit diberikan juga sebagai tambahan untuk memperbaiki
efisiensi penggunaan makanan, meskipun antibiotikan adalah obat bukan
makanan.

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 19


d. Kandang dan Alat

Kandang domba terdiri dari dua type yaitu kandang panggung dan kandang
lemprak. Kandang panggung lebih mahal dan lantainya dibuat sistem
panggung untuk lebih mudah menghindari penyakit oleh parasit, serta lebih
bersih dibandingkan dengan kandang lemprak yang tidak dilengkapi dengan
alas kayu. Kandang panggung memiliki kolong yang bermanfaat sebagai
penampung kotoran dan tipe kandang ini adalah kandang ganda atau
kandang tunggal. Kandang domba terbuat dari bahan yang tersedia di
daerah setempat PKT dengan harga perolehan relatif murah. Lokasi kandang
dipilih di atas tanah tidak lembab dengan sirkulasi udara baik.

Luas kandang harus disesuaikan dengan jumlah ekor domba yang dipelihara.
Sebagai patokan kebutuhan luas kandang domba per ekor sbb :

 Anak domba : 1 x 1,2 m2 / 2 ekor anak 3 - 6 bulan


 Pejantan/betina dewasa : 1 x 1,0 m 2 / 1 ekor
 Pejantan pemacak : 2 x 1,5 m 2 / 1 ekor
 Induk dan anak : 1 x 2,25 m 2 / 1 induk+ 2 anak 0 - 3 bln.

a. Satu unit usaha pemeliharaan domba induk dengan 24 ekor induk 44


ekor anak domba serta 3 ekor pejantan pemancak rata-rata
membutuhkan kandang sbb :

 1 kandang kapasitas 12 ekor betina (12 m2)


 1 kandang kapasitas 12 betina serta 22 anak domba (27 m2)
 1 kandang kapasitas 32 anak domba umur 3 - 10 bulan (38 m2)
 1 kandang 3 ekor pejantan pemancak (9 m2)

b. Usaha penggemukan 30 ekor domba memerlukan 1 kandang (30 m2)


Selain kandang, peternak domba juga memerlukan peralatan,
misalnya sekop, sabit, keranjang rumput dan lain-lain.

e. Cara Pemeliharaan

a. Siklus hidup

Pengelolaan usaha peternakan domba merupakan serangkaian proses


kegiatan yang berlangsung terus menerus secara berkesinambungan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan domba adalah :

 Masa birahi pertama kali datang pada domba berumur 8 - 10 bulan


dengan siklus setiap 1-21 hari.
 Perkawinan domba betina dilaksanakan pada hari kedua masa birahi
 Masa kebuntingan domba antara 144 s.d. 156 hari.
 Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat domba betina sesudah
masa bunting 2 bulan.

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 20


 Induk domba serta pejantan domba diafkir pada umur 6 bulan.

b. Cara perawatan

Perawatan terhadap induk bunting yang sedang bunting tua perlu


diperhatikan dengan pemberian makanan cukup dan bermutu termasuk 0,5
kg konsentrat per hari sampai beberapa hari menjelang kelahiran. Induk
yang baru melahirkan dibiarkan beristirahat bersama anaknya di kandang,
khusus yang kering dan bersih. Anak-anak domba harus mendapatkan air
susu jolong (kolostrum dari induknya) sampai umur 2 -3 bulan. Pada umur 2
- 3 bulan anak domba dipisahkan dari induknya dan kemudian ditempatkan
ke kandang anak. Untuk menjaga kondisi domba pejantan pemancak harus
dikandangkan terpisah dari betina. Makanan serta air minum untuk pejantan
selalu harus tersedia dengan jumlah dan mutu cukup. Perkawinan dapat
dilakukan 4 - 5 kali sehari dan diberi istirahat beberapa hari serta ransumnya
ditambah. Domba jantan yang akan digemukkan sebaiknya dilakukan kastari
lebih dahulu (umur sekitar 3 bulan) supaya domba lebih cepat tumbuh gerak
badan (olah raga) untuk mempelacar peredaran darah serta menjaga bentuk
dan postur agak tetap baik.

Usaha pemeliharaan domba dapat dilakukan dengan dua cara :

1. Domba dibiarkan merumput di lapangan pengembalaan pada hari


pukul 09.00 s.d pukul 17.00 dan diberikan konsentrat di
halaman/kandang pagi-pagi dan sore (pola semi-intensif)
2. Cara kedua memelihara domba di kandang terus menerus, diberikan
hijauan dan konsentrat sesuai dengan pola pemeliharaan intensif.

c. Peremajaan Kelompok Domba Produktif

Ternak domba mempunyai kemampuan menghasilkan anak yang baik dan


terbanyak pada umur 3 - 6 tahun. Sebelum dan sesudah umur tersebut
kemampuannya rendah. Karena itu perlu meremajakan kelompok induk dan
pejantan secara teratur supaya hasil produksi dapat ditingkatkan dan tahan
dari tahun ke tahun dengan jumlah induk yang sama jumlahnya. Peremajaan
yang optimal adalah 20% dari jumlah induk pertahun. Berarti tiap tahun
jumlah induk diganti sebanyak 4 - 5 ekor dari total populasi induk 24 per unit
usaha pemeliharaan terpusat. Selain proses peremajaan terencana domba
yang tidak produktif karena cacat tubuh, mandul sering sakit dll, perlu
dikeluarkan secara berangsur-angsur disertai peremajaan kembali.

d. Hasil Panen

Hasil panen domba oleh para peternak peserta PKT adalah domba hidup
yang siap dijual. Ada dua macam jenis hasil panen domba :

1. Domba potong dan afkir domba tidak produktif

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 21


2. Domba bibit yang dijual kepada peternak domba lainnya untuk
menjadi induk.

Domba bibit tersebut memenuhi persyaratan bibit dan dijual pada umur 4
bulan sebagai domba anak pasca sapih atau sebagai domba dara bunting
pada umur sekitar 9 -11 bulan.

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 22


5. Aspek Keuangan

a. Data dan Asumsi Dasar Perhitungan

Data dan asumsi dasar perhitungan aspek keuangan yang dipakai dalam
Laporan KPKT ini, didasarkan atas perkembangan harga-harga pada triwulan
ketiga tahun 1998. Dengan mengingat karakteristik usaha domba serta
kebiasaan yang dilakukan oleh para peternak domba, peserta proyek SPAKU,
maka laporan ini, menyajikan dua model pemeliharaan domba yakni :

1. Unit usaha pemeliharaan domba potong umur 6- 8 bulan sampai 12-


24 bulan.
2. Unit usaha pemeliharaan domba induk terdiri dari 24 ekor domba
betina dan tiga ekor domba pejantan serta sejumlah anak domba rata-
rata 44 ekor.
3. Siklus kelahiran anak domba 10 bulan, berarti 24 induk akan
melahirkan sekitar 50 ekor domba per tahun.
4. Anak domba dipelihara sekitar 10-12 bulan oleh usaha pemeliharaan
domba induk.

Asumsi-asumsi dasar yang dipakai dalam perhitungan aspek keuangan sbb :

a. Asumsi tentang cara pemeliharaan domba

1. Pemeliharaan domba dilakukan oleh peternak bersama keluarganya,


yaitu istri dan anak maupun saudaranya.
2. Pakan hijau, yaitu rumput, leguminosa dan dll, diambil oleh peternak
beserta anggotanya keluarganya sendiri. Kapasitas memotong/
mengumpulkan pakan hijau oleh seorang laki-laki dewasa sekitar 100
kg per hari.
3. Konsentrat, obat dan mineral dibeli para peternak peserta PKT dari
koperasi primer.
4. Kebutuhan pakan hijau 10% dan kebutuhan konsentrat 1% sehari dari
berat badan seekor domba umur 3 bulan ke atas.
5. Peternak peserta PKT memiliki tanah kandang, biaya tanah tidak
dihitung sebagai unsur biaya investasi maupun biaya operasional.
6. Domba jantan dan domba dara dijual secara kontinu setiap bulan
sesudah tahun pertama dengan jumlah yang sama dengan jumlah
ekor yang dilahirkan, yaitu sesuai prinsip FIFO (First in first Out ) dari
usaha pemeliharaan domba induk.
7. Peternakan yang memelihara unit usaha penggemukan domba
membeli domba muda dari pasar ternak atau langsung dari peternak
domba. Domba muda tersebut digemukkan sekitar enam bulan
sebelum dijual bekerjasama dengan koperasi kepada RPH atau kepada
perusahaan eksportir domba.

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 23


b. Asumsi tentang penjualan domba

1. Para peternak peserta PKT menjual dombanya kepada para pembeli


bekerjasama dengan koperasi. Dari setiap pendapatan penjualan
koperasi akan memotong sejumlah uang untuk menutupi hutang
kepada koperasi, angsuran bunga dan pokok serta tabungan peternak.
2. Koperasi akan membantu para peserta memasarkan domba kepada
end-user berupa RPH, usaha eksportir domba maupun pembeli besar
lainnya, supaya harga jual dapat ditingkatkan sebanyak mungkin.
3. Kelebihan antara harga jual yang diperoleh para peternak dan
bekerjasama dengan koperasi dengan harga jual di pasar ternak lokal
dibagi antara para peternak dan koperasi sesuai dengan persetujuan
antara kedua belah pihak.

c. Asumsi lain

1. Para peternak peserta PKT adalah petani yang telah mempunyai


ternak domba dengan jumlah 2 sampai 5 ekor domba.
2. Tujuan dari proyek adalah untuk mengembangkan usaha domba para
peserta dan usaha sampingan menjadi usaha pokok (usaha mandiri)
3. Populasi domba serta tanah berikut kandang adalah agunan pokok
untuk bank pemberi kredit. Para peternak akan menjamin pembayaran
tunggakan pinjaman seorang peserta dengan pola tanggung renteng,
yaitu tunggakan disetor ke bank dari tabungan beku yang berada di
rekening anggota kelompok penerimai kredit. Agunan tambahan dapat
berikan bilamana diminta bank pemberi KKPA dari koperasi atau
perusahaan pemberi hasil produksi domba.
4. Kredit yang dberikan kepada kelompok peternak peserta proyek
adalah KKPA.

b. Kesimpulan dari Analisa Keuangan

Berdasarkan asumsi yang dikemukakan diatas, maka perhitungan analisa


keuangan untuk kedua model usaha pemeliharaan domba dapat dilihat
dalam Lampiran I (Tabel 1.1 s.d. 1.7) dan Lampiran II (Tabel 2.1. s.d. 2.7).
Kesimpulan analisa aspek keuangan dapat dilihat dalam Tabel 7 dibawah
sbb :

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 24


Tabel 7.
Ringkasan Perhitungan Analisa Keuangan

Model Usaha Model Usaha


Uraian Penggemukan Pemeliharaan
Domba domba Induk
Biaya Investasi + IDC Rp 2.870.000 Rp 16.302.000
Modal Kerja Permanen Rp 8.208.000 Rp 6.897.271
Total biaya proyek Rp 11.078.000 Rp 22.638.782
Pinjaman KI Rp 2.800.259 Rp 13.920.000
Jangka waktu 5 tahun 6 tahun
Pinjaman MK Rp 7.469.280 Rp 6.897.271
Jangka waktu 5 tahun 5 tahun
Modal sendiri Rp 808.461 Rp 1.821.511
Jumlah domba induk .. 24 ekor
Jumlah domba pejantan .. 3 ekor
Jumlah Domba muda 30 ekor 44 ekor
Pendapatan Penjualan Rata-rata Rp 24.180.000 Rp 20.375.000
pertahun
Jumlah ekor domba dijual rata-rata 60 ekor 50 ekor
pertahun
Internal Rate of Return (IRR) 57,97% 34,71%
Net Present Value (NPV) Rp 12.268.862 Rp 11.872.891
Payback Period (PBP) 1 tahun 7 bulan 2 tahun 5 bulan

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 25


LAMPIRAN

Bank Indonesia – Pemeliharaan Domba 26

Anda mungkin juga menyukai