PEMELIHARAAN DOMBA
BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Telepon : (021) 3818043 Fax : (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id
DAFTAR ISI
1. Pendahuluan....................................................................................2
a. Prospek Pemeliharaan Domba............................................................2
b. Permasalahan..................................................................................3
2. Kemitraan Terpadu..........................................................................5
a. Organisasi.......................................................................................5
b. Pola Kerjasama................................................................................7
c. Penyiapan Proyek.............................................................................8
d. Mekanisme Proyek...........................................................................9
e. Perjanjian Kerjasama......................................................................10
3. Aspek Pemasaran..........................................................................12
a. Karakteristik Produk.......................................................................12
b. Cara Pemasaran.............................................................................12
c. Penawaran.....................................................................................13
d. Permintaan Daging.........................................................................14
e. Rantai Tata Niaga...........................................................................15
4. Aspek Produksi..............................................................................17
a. Populasi Lomba..............................................................................17
b. Pemilihan Domba...........................................................................17
c. Pakan............................................................................................18
d. Kandang dan Alat...........................................................................20
e. Cara Pemeliharaan.........................................................................20
5. Aspek Keuangan............................................................................23
a. Data dan Asumsi Dasar Perhitungan.................................................23
b. Kesimpulan dari Analisa Keuangan....................................................24
LAMPIRAN......................................................................................... 26
Proyek ini akan melibatkan ketiga pelaku yaitu koperasi primer, para
peternak domba anggota koperasi dan bank pemberi kredit KKPA dalam satu
sistem manajemen proyek pemeliharaan domba yang terpadu dimana masing-
masing pihak diberikan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang
dituangkan dalam Nota Kesepakatan terlampir sebagai Lampiran III.
b. Permasalahan
Ternak domba dan sapi mempunyai kontribusi yang sangat berarti dalam
sistem usaha tani di lahan kering, karena ternak mempunyai fungsi ganda,
yaitu memberikan nilai tambah dalam pendapatan petani dan dapat
meningkatkan produktivitas tanah melalui penggunaan pupuk kandang. Di
beberapa daerah lahan kering, usaha peternak domba agak lebih mudah
dilaksanakan dengan jumlah biaya lebih rendah, dibandingkan dengan usaha
peternakan sapi. Meskipun demikian usaha peternakan domba dilakukan oleh
para petani sebagai usaha sampingan dengan teknik pemeliharaan yang
bersifat tradisional, lebih banyak diarahkan untuk menghasilkan domba
tangkas (aduan) yang konsumennya relatif sedikit. Di ln pihak permintaan
daging domba terus meningkat, sehingga dikhawatirkan populasi domba
unggulan di Indonesia terkuras apabila tidak ada usaha untuk
melestarikannya.
Karena populasi domba masih relatif rendah salah satu kegiatan proyek yang
diusulkan dalam Model KPKT ini diutamakan untuk memperbesar populasi
domba, supaya sasaran jumlah ekor domba per peternak dapat dipenuhi.
2. Kemitraan Terpadu
a. Organisasi
1. Petani Plasma
Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas
(a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk
penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil
yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan
dalam untuk itu memerlukan bantuan modal.
Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan
penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan
dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas
masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek
usaha.
Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yang
dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok
tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap
Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan
koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para
petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi
dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua
kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang
waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok.
2. Koperasi
Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan
pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan
bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan
oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat
dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan.
Koperasi juga bisa memperkerjakan langsung tenaga-tenaga teknis yang
memiliki keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk membimbing
petani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga ini
bisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepada
petani, dari hasil penjualan secara proposional menurut besarnya produksi.
Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil, akan semakin
besar pula honor yang diterimanya.
4. Bank
Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan
mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional
lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian
pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian
kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak
petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil
penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama
untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan
dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit
dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan
memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang
disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya
potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada
waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.
b. Pola Kerjasama
Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma
dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah
pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat
dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab
koperasi.
c. Penyiapan Proyek
Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam
proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal
dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan
mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai
dari :
d. Mekanisme Proyek
Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :
Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip
bank teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota
kesepakatan (Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hak
dan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasi
dan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas kuasa koperasi atau
plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari rekening koperasi/plasma ke
rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma dalam bentuk sarana
produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian plasma tidak
akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah
sarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau
koperasi. Petani plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman
plasma dijual ke inti dengan harga yang telah disepakati dalam MoU.
Perusahaan inti akan memotong sebagian hasil penjualan plasma untuk
diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanya
dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih.
e. Perjanjian Kerjasama
Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu
surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak
yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian
kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban
dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu.
Perjanjian tersebut memuat ketentuan yang menyangkut kewajiban pihak
Mitra Perusahaan (Inti) dan petani/usaha kecil (plasma) antara lain sebagai
berikut :
a. Karakteristik Produk
Jenis domba yang cukup terkenal di Indonesia dan di luar negeri adalah
sebagai berikut :
b. Cara Pemasaran
Ternak domba mencapai berat badan optimal pada umur 18 bulan, yaitu
usaha penggemukan domba yang dapat memelihara seekor domba sampai
umur 18 bulan. Domba muda berumur di bawah 6 bulan biasanya jarang
dijual karena harganya rendah. Penjualan domba hidup oleh para peternak
pada umumnya dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Menjual langsung kepada pembeli berupa peternak maupun pedagang
domba dari kandang.
Menjual di pasar ternak
Menjual melalui pedagang perantara.
Tabel 1.
Harga Domba Menurut Umurnya
c. Penawaran
Populasi domba di Indonesia sebesar 7.962.882 ekor pada akhir tahun 1997
dengan kenaikan rata-rata 5,5% per tahun pada periode 1993 - 1997.
Berdasarkan perhitungan atas data dalam Tabel 2. Peningkatan populasi
domba sebesar 8% pada tahun 1996 dan sekitar 3% pada tahun 1997.
Tabel 2.
Perkembangan total populasi domba dan total produksi daging domba di
Indonesia pada Periode 1993 - 1997
40% dari total populasi terdiri dari domba induk yang setiap tahun
melahirkan 1,75 anak domba rata-rata
10% dari populasi domba terdiri dari domba jantan berumur 1 tahun
atau lebih
20% dari jumlah ekor domba induk dan jantan tersebut, atau sekitar
11% dari jumlah populasi domba dewasa dipotong setiap tahun.
Untuk memenuhi sasaran 6% peningkatan populasi domba per tahun
dengan tingkat kematian anak domba 5% maka sekitar 28% dari
jumlah populasi anak domba menjadi domba potong umur 8 s.d. 12
bulan.
31% dari jumlah populasi domba dapat dipotong setiap tahun.
Tabel 3.
Proyeksi jumlah Populasi domba, jumlah ekor domba potong serta produksi
daging domba
d. Permintaan Daging
Menurut Widaya Karya Pangan dan Gizi Konsumsi daging per kapita di
Indonesia sebesar 3,156 kg atau sebesar 651.717 ribu ton pada tahun 1997.
Sebagian dari konsumen daging dipenuhi dengan daging impor atau sapi
impor terutama dari Australia. Karena impor ternak hidup sementara
dihentikan, jumlah populasi ternak yang berada di Indonesia tidak bisa
memenuhi kebutuhan daging dari masyarakat.
Untuk tahun 1997 penawaran daging produksi dalam negeri dihitung sebesar
41.252 ton atau sebesar 6,3% dari total konsumsi daging di Indonesia pada
tahun 1997. Produksi daging domba dapat ditingkatkan melalui
pengembangan jenis domba unggulan, yaitu jenis domba yang lebih berat
dan besar dibandingkan dengan domba kampung yang merupakan jenis
domba utama di Indonesia sekarang. Bilamana berat karkas domba yang
dapat ditingkatkan dari 16 kg saat ini menjadi 18 kg rata-rata pada periode
proyeksi total produksi daging domba akan naik sekitar 12,50% sebagai
dampak dari peningkatan kualitas domba potong.
Rantai tata niaga domba mulai dari peternakan sampai eksportir (sebelum
PKT) adalah sebagai berikut :
Rantai tata niaga dimulai dari peternakan cukup panjang, sehingga harga
domba yang diterima peternak desa relatif rendah. Pada umumnya domba
hidup dibeli pedagang pengumpul tidak tunai, yaitu baru dibayar sesudah 1
sampai 2 minggu.
Dengan adanya sistem PKT diharapkan rantai tata niaganya lebih pendek,
sehingga harga yang diterima para peternak lebih tinggi. Misalnya peserta
PKT dapat menjadi domba potong lansung kepada RPH maupun kepada
perusahaan eksportir.
4. Aspek Produksi
a. Populasi Lomba
Domba merupakan ternak yang telah lama dipelihara oleh petani peternak di
seluruh pelosok tanah air, karena domba memiliki toleransi tinggi terhadap
bermacam-macam hijauan pakan ternak serta daya adaptasi yang baik
terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga memungkinkan dapat hidup
dan berkembang biak sepanjang tahun.
Tabel 4.
Populasi Domba di Pulau Jawa Tahun 1997
Jumlah
Wilayah Domba Persentase
(ekor)
Jabar 3.809.858 47,7%
Jateng/DI Yogya 1.896.126 23,8%
Jatim 1.496.276 18,9%
Sumatera 509.178 6,4%
NTT/NTB 187.161 2,4%
Timtim 33.191 0,4%
Propinsi Lainnya 31.092 0,4%
Jumlah 7.962.882 100,0%
b. Pemilihan Domba
Jenis domba yang dapat dikembangkan secara intensif oleh peternak peserta
PKT adalah domba Garut serta jenis domba lainnya berupa persilangan
antara domba lokal, misalnya domba Periangan, domba Ekor Garut dengan
jenis domba dari luar negeri, antara lain domba Barbados, domba Merino dll
sesuai dengan bimbingan dari Dinas Peternakan.
Produktivitas usaha peternak domba sangat ditentukan oleh kelahiran anak
domba. Induk muda yang mampu melahirkan anak kembar pada kelahiran
pertama ada kecendrungan bahwa tiap melahirkan selanjutnya juga akan
kembar. Induk-induk seperti inilah yang dikehendaki dalam memilih bibit,
karena bakatnya akan menurun kepada anaknya.
Beberapa kriteria dalam pemelihan dara domba antara lain umur 8 -10
bulan, berat badan 30 - 40 kg, berasal dari keturunan yang baik, mampu
melahirkan 2-3 anak setiap kelahiran, mampu melahirkan tiga kali dalam
waktu dua tahun, daya pertumbuhan cepat, tidak bertanduk dan tidak cacat
tubuh.
c. Pakan
Bahan makanan yang dapat diberikan kepada domba adalah pakan hijauan
dan konsentrat. Pakan hijau merupakan makanan kasar yang berupa rumput
lapangan, limbah hasil pertanian dan rumput unggul dan berbagai jenis
leguminosa. Hijauan pakan merupakan makanan utama bagi domba yang
tidak hanya berfungsi sebagai pengisi perut, tetapi juga sebagai sumber gizi
protein, vitamin dan mineral. Jenis rumput yang diberikan kepada termasuk
domba adalah rumput raja, rumput gajah yang ditanam diatas lahan dengan
curah hujan tinggi dan rumput benggala serta rumput setaria dan lahan
kering. Jenis leguminosa antara lain lamtoro, jayanti, kaliandra dan turi.
Tabel 5.
Komposisi Makan Konsentrat
Tabel 6.
Jumlah Pemberian Pakan untuk Domba Pemeliharaan Intensif
Kandang domba terdiri dari dua type yaitu kandang panggung dan kandang
lemprak. Kandang panggung lebih mahal dan lantainya dibuat sistem
panggung untuk lebih mudah menghindari penyakit oleh parasit, serta lebih
bersih dibandingkan dengan kandang lemprak yang tidak dilengkapi dengan
alas kayu. Kandang panggung memiliki kolong yang bermanfaat sebagai
penampung kotoran dan tipe kandang ini adalah kandang ganda atau
kandang tunggal. Kandang domba terbuat dari bahan yang tersedia di
daerah setempat PKT dengan harga perolehan relatif murah. Lokasi kandang
dipilih di atas tanah tidak lembab dengan sirkulasi udara baik.
Luas kandang harus disesuaikan dengan jumlah ekor domba yang dipelihara.
Sebagai patokan kebutuhan luas kandang domba per ekor sbb :
e. Cara Pemeliharaan
a. Siklus hidup
b. Cara perawatan
d. Hasil Panen
Hasil panen domba oleh para peternak peserta PKT adalah domba hidup
yang siap dijual. Ada dua macam jenis hasil panen domba :
Domba bibit tersebut memenuhi persyaratan bibit dan dijual pada umur 4
bulan sebagai domba anak pasca sapih atau sebagai domba dara bunting
pada umur sekitar 9 -11 bulan.
5. Aspek Keuangan
Data dan asumsi dasar perhitungan aspek keuangan yang dipakai dalam
Laporan KPKT ini, didasarkan atas perkembangan harga-harga pada triwulan
ketiga tahun 1998. Dengan mengingat karakteristik usaha domba serta
kebiasaan yang dilakukan oleh para peternak domba, peserta proyek SPAKU,
maka laporan ini, menyajikan dua model pemeliharaan domba yakni :
c. Asumsi lain