Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

USAHA PENGGEMUKAN DOMBA PEKON KAGUNGAN KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR TANGGAMUS, LAMPUNG

DIAJUKAN UNTUK SELEKSI SARJANA MEMBANGUN DESA

Disusun Oleh: Ardhana Surya Saputra

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Peningkatan populasi manusia di dunia mengakibatkan peningkatan kebutuhan

pangan. Pertanian dan teknologi memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan penduduk dunia. Badan pangan dunia FAO telah menetapkan kebutuhan pangan standar yang sebaiknya dipenuhi oleh masing-masing individu di dunia. Tingkat konsumsi bahan pangan seperti protein hewani dan produk hortikultura masih perlu ditingkatkan saat ini di Indonesia. Hal ini terkait dengan masih rendahnya tingkat konsumsi kedua bahan pangan tersebut dibandingkan dengan konsumsi karbohidrat. Data perbandingan tingkat konsumsi pangan dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Tingkat Konsumsi Bahan Pangan Standar FAO dan Indonesia Nama Bahan Pangan Sayuran dan Buah-buahan Daging Karbohidrat Sumber: FAO (diolah) Tingkat Konsumsi Indonesia 35kg/kapita/tahun 5,25kg/kapita/tahun 3211 kkal/kapita/hari Standar Konsumsi FAO 75kg/kapita/tahun 10,1 kg/kapita/tahun 2200 kkal/kapita/hari

Berdasarkan tabel di atas konsumsi daging per kapita per tahun di Indonesia masih jauh dari standar FAO. Hal ini terkait juga dengan tingkat pendapatan perkapita per tahun penduduk Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI (Ditjennak) memiliki misi untuk meningkatkan populasi dan produktivitas ternak ruminansia, meningkatkan koordinasi, pembinaan dan pengembangan wilayah secara terpadu dalam bingkai integrasi usaha serta meningkatkan pembinaan kelembagaan usaha peternakan yang berdaya saing. Misi ini bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan daging dan susu nasional dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani/peternak sehingga secara multiplier effect akan meningkatkan tingkat pendapatan per kapita nasional dan menjadikan konsumsi bahan pangan terutama produk hewani meningkat. Berdasarkan misi tersebut, Ditjennak menetapkan kebijakan untuk memberdayakan kelembagaan usaha budidaya ternak ruminansia melalui: pengembangan kawasan usaha peternakan, fasilitasi permodalan dan kemitraan usaha, pembinaan kelompok, pengembangan model-model usaha peternakan spesifik lokasi. Program yang dilaksanakan untuk

menjalankan kebijakan ini adalah swasembada daging sapi, revitalisasi persusuan, dan perkembangan ternak kerbau, kambing dan domba. Salah satu program ternak yang menarik untuk dijalani adalah peternakan domba. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa domba dengan berat yang sama dengan kambing memiliki karkas (daging) yang lebih banyak dibandingkan dengan kambing. Peternakan domba yang terintegrasi dengan baik akan mendatangkan pendapatan sampingan dari penjualan wool, kulit, dan kotoran domba. Menurut data dari Ditjennak yang tersaji pada tabel 2, Propinsi Lampung termasuk 15 besar penghasil domba di Indonesia. Meskipun masih dalam jumlah yang kecil, potensi peternakan domba di Lampung jika dikembangkan dapat memenuhi kebutuhan domba dalam propinsi. Peternakan domba Kabupaten Tanggamus Lampung masih dijalankan sebagai usaha sampingan oleh para petani, hal ini dikarenaka: belum kuatnya kelembagaan yang dapat memberikan energi positif bagi para petani dan peternak domba untuk merubah mindset menjadi entrepreneur (wirausahawan). Kendala mengenai keterbatasan petani dapat diatasi dengan pembentukan kelompok tani. Kelompok tani yang sudah dibentuk perlu mendapatkan pembinaan dan pelatihan serta penanaman pola pikir mengenai pentingnya sebuah usaha dilandasi dengan kerjasama dan kemandirian. Sebagian besar kelompok tani yang tidak berhasil menjalankan usahanya

adalah kelompok tani yang dibentuk hanya untuk menerima bantuan. Oleh karena itu, pendampingan dan penguatan kelembagaan sebagai proses menuju kemandirian kelompok tani perlu dilaksanakan. Penguatan kelembagaan kelompok tani yang berwawasan agribisnis, merupakan tanggungjawab bersama baik pemerintah sebagai regulator, lembaga ekonomi, perguruan tinggi dan kelompok ternak itu sendiri sebagai objek sekaligus subjek pengembangan. Tugas perguruan tinggi khususnya yang membidangi peternakan dan juga terkait dengan tri dharma perguruan tinggi, yaitu memberikan inovasi teknologi dan pendampingan kelompok ternak. Para sarjana peternakan diharapkan dapat mengaplikasikan dan mendistribusikan teknologi tepat guna ke berbagai wilayah pedesaan untuk mendukung pengembangan kelompok peternak domba potong melalui konsep SARJANA MEMBANGUN DESA yang telah dicanangkan oleh pemerintah khususnya Departemen Pertanian RI sejak tahun 2007.

Tabel 2. Propinsi Penghasil Daging Domba Tahun : 2005 s/d 2008 (dalam ton)
TAHUN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Propinsi 2005 Jawa Barat Jawa Timur Jawa Tengah DI Yogyakarta Banten Sumatera Utara Nanggro Aceh Darussalam DKI Jakarta Sumatera Selatan Nusa Tenggara Timur Lampung 2006 2007 2008 27.425 47.375 34.605 24.212 8.913 5.593 1.791 1.585 740 195 381 88 215 132 9.047 6.163 5.281 2.847 1.077 782 555 914 326 265 9.229 4.187 1.453 2.998 1.501 1184 521 258 298 183 9.36 6.067 1.482 2.567 1.318 101 434 391 369 231

Sumber: Ditjennak 2008 (diolah)

1.2. Sarjana Membangun Desa (SMD) Banyaknya sarjana pertanian atau peternakan yang tidak bekerja di bidangnya ataupun yang memilih menetap di kota besar tidak menyurutkan Kementerian Pertanian untuk sosok idealis yang mau membangun desanya sendiri dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Program Sarjana Membangun Desa yang mulai digulirkan tahu 2007 adalah salah satu cara yang ditempuh agar sarjana peternakan dan kedokteran hewan dapat berkarya membantu peternak di daerahnya. Karakteristik peternak di daerah antara lain masih terkendala modal, usaha yang dijalankan adalah usaha sampingan, menggunakan tekonologi sederhana, peternak pada umumnya berusia lanjut dan tidak menguasai pasar. Hal ini menjadikan para sarjana yang menjadi SMD diharapkan dapat memberikan pendampingan dan penguatan kelembagaan bagi kelompok tani yang sudah ada sehingga pada saatnya nanti kelompok tani yang dibina dapat mandiri dan menularkan pengalaman serta cara-cara yang dilakukan agar dapat menjalankan usaha. Peternak domba di Kabupaten Tanggamus yang mengajukan diri untuk menjadi SMD berasal dari Kelompok Tani Suka Makmur II. Dengan adanya SMD diharapkan beberapa hal teknis yang belum diketahui oleh peternak dapat diajarkan oleh SMD, selain itu SMD juga memiliki tugas untuk memfasilitasi

kelompok tani dalam melakukan audiensi atau negosiasi dengan pemerintah ataupun pasar, sehingga nantinya saat program SMD berakhir, peternak yang tergabung dalam kelompok tani dapat melakukan tugas-tugas tersebut sendiri. Tugas dari SMD terpilih adalah mengembangkan usaha kelompok tani secara ekonomis dan efisien. Selain itu tugas utama adalah meningkatkan kapabilitas (skill) untuk anggota kelompok tani, keluarga, dan masyarakat sekitar. SMD akan menjalankan beberapa program pelatihan terkait dengan usaha penggemukan domba antara lain: manajemen pemeliharaan ternak, manajemen panen ternak, manajemen keuangan usaha ternak domba (pencatatan sederhana), manajemen pemanfaatan limbah, manajemen pemasaran dan penyelesaian masalah, serta evaluasi dan monitoring. Program-program ini akan dilakukan secara bertahap. Gambaran pelaksanaan program dapat dilihat pada tabel 3. Dari kemitraan dengan kelompok ternak, SMD akan mendapat bagi hasil setiap transaksi penjualan domba dan hasil pengolahan limbah sesuai dengan kesepakatan bersama. Dari alokasi anggaran yang disediakan, kelompok ternak yang berjumlah 10 orang akan memelihara 150 ekor domba bakalan untuk digemukkan.

Tabel 3. Rencana Pelaksanaan Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Suka Makmur II


No 1 Nama Program Manajemen pemeliharaan ternak Pelaksanaan Bulan ke 4 Output Kumpulan materi, peningkatan kapabilitas peternak 2 Panen dan Pasca Panen Bulan ke 6 Kumpulan materi, peningkatan kapabilitas peternak 3 Manajemen Keuangan Bulan ke 8 Kumpulan materi, peningkatan kapabilitas peternak 4 Manajemen pemanfaatan limbah Bulan ke 9 Kumpulan materi, peningkatan kapabilitas peternak 5 Pasar dan Prospek pasar domba Bulan ke 10 Kumpulan materi, peningkatan kapabilitas peternak 6 Penyelesaian masalah/strategi peternakan 7 Monitoring dan evaluasi Setiap bulan Bulan ke 12 Kumpulan materi, peningkatan kapabilitas peternak Laporan dan input untuk bulan berikutnya

1.3. Tujuan dan Manfaat Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari program SMD adalah :
1.

Meningkatkan populasi dan produktivitas ternak lokal untuk membantu pemerintah mewujudkan program swasembada daging secara nasional.

2.

Meningkatkan kualitas kesehatan peternak dan lingkungan dengan cara melalui penanganan limbah secara zero waste dan manajemen kandang kelompok yang jauh dari rumah tempat tinggal.

3.

Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, keterampilan dan manajemen beternak, kemampuan kewirausahaan, pemgembangan usaha tani-ternak dan pemantapan kelompok ternak.

4.

Meningkatkan kesadaran, keinginan, rasa kebersamaan, dan percaya diri anggota untuk mengembangkan kelompok yang berwawasan agribisnis.

5.

Menciptakan dan mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat yang ideal berbasis potensi dan kearifan lokal (indigenous knowledge) dan dapat diterapkan dalam pembangunan nasional.

BAB II USAHA PENGGEMUKAN DOMBA

2.1. Potensi Peternakan Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tanggamus terletak berdekatan dengan Kabupaten Pringsewu, daerah ini memiliki ketinggian 50-200 meter di atas permukaan laut. Kegiatan pertanian yang dijalankan oleh sebagian penduduknya adalah berkebun, usaha perikanan, dan beternak. Perkebunan yang banyak ditemui adalah kakao, kopi, dan kelapa. Perikanan yang

dikembangkan adalah perikanan air tawar dan karamba apung. Peternakan Tanggamus sebagian besar adalah kambing, sapi, itik, ayam, dan domba. Peternakan domba masih belum banyak dilaksanakan, akan tetapi Kelompok Tani Suka Makmur II pernah mencoba untuk mengembangkan usaha penggemukan domba, namun karena beberapa keterbatasan, usaha yang dijalankan belum memperoleh hasil yang baik. Kecamatan Kota Agung Timur merupakan salah satu kecamatan yang memiliki potensi peternakan. Pakan dan Lokasi. Target wilayah untuk SMD peternakan domba adalah Pekon Kagungan. Wilayah ini memiliki jumlah pakan yang memadai untuk peternakan. Jumlah lahan yang ditumbuhi rumput sangat memungkinkan untuk melakukan usaha penggemukan domba. Beberapa anggota kelompok tani Suka Makmur II memiliki lahan yang cukup ditumbuhi rumput pakan domba. Sarana air bersih juga tersedia dan rata-rata kandang yang digunakan oleh penduduk jauh dari sumber air bersih. Selain itu, wilayah ini juga jauh dari kebisingan yang dapat meningkatkan stress pada hewan ternak. Potensi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat. Dari segi sosial ekonomi dan budaya, masyarakat telah terbiasa melakukan pemeliharaan kambing/domba yang sifatnya sebagai usaha sampingan. Budaya masyarakat untuk berkelompok masih sangat kuat diantaranya, kelompok tani, kelompok arisan RT, kelompok yasinan dan beberapa kelompok seni dan budaya. Kekuatan budaya ini menjadi modal yang sangat penting sebagai modal dasar pengembangan kelompok agribisnis yang kuat.

Potensi Pasar. Pemasaran untuk produk domba di Kabupaten Tanggamus masih diarahkan ke ibukot propinsi, Bandar Lampung melalui pasar hewan di Pringsewu dan juga ke propinsi terdekat Lampung. Berdasarkan data Badan Perwakilan Daerah Propinsi Lampung, peternakan Domba masih sangat prospektif untuk dikembangkan.

2.2. Usaha Penggemukan Domba Usaha peternakan domba merupakan salah satu usaha berbasis potensi lokal yang menguntungkan. Faktor pendukungnya adalah permintaan pasar yang tinggi, ketersediaan pasokan domba yang baik dan kondisi alam yang mendukung. Permintaan domba meningkat saat waktu Idul Qurban tiba.Usaha peternakan domba biasanya dilakukan oleh orang desa secara perorangan atau berkelompok. Permodalan peternak pada umumnya sangat terbatas, dilakukan secara tradisional. Pendampingan tenaga ahli peternakan ditujukan untuk memaksimalkan hasil peternakan. Akan tetapi pendampingan yang baik saat ini belum terlihat hasilnya. Hal ini menyebabkan tingginya permintaan daging domba belum bisa terpenuhi dengan baik. Pada bulan biasa, harga jual domba adalah Rp 25.000 per kg berat hidup. Pada bulan kurban, selisih antara harga beli dan harga jual ini meningkat pesat dari Rp 25.000 per kg berat hidup menjadi Rp 44.000 per kg berat hidup. Selisih antara harga jual dan harga beli ini merupakan keuntungan bagi peternak. Keuntungan lainnya diperoleh dari penambahan berat badan domba selama digemukkan selama 4 bulan. Sepuluh hari pertama sejak domba

didatangkan adalah masa-masa penyesuaian domba dari perjalanan dan perpindahan tempat sehingga pada masa 10 hari pertama ini penambahan berat badan domba tidak efektif. Dengan demikian, penggemukan 4 bulan mempunyai waktu efektif selama 110 hari.

2.2.1 Teknis Penggemukan Domba 1. Bakalan Bakalan yang digunakan dalam usaha penggemukan domba ini adalah domba jantan dengan berat awal 25 kg dengan harga Rp 25.000/kg hidup. Bakalan didatangkan Pasar Pringsewu yang berjarak sekitar 90 km dari Kota Agung Timur atau mendatangkan dari Jawa Barat. 2. Pakan Kelompok tani yang mengusahakan penggemukan domba di Kecamatan Kota Agung Timur memiliki lahan dengan rumput yang cukup untuk pakan ternak domba. Ransum yang diberikan untuk domba sebesar 5% dari berat hidup dengan perbandingan 75:25 untuk hijauan dan konsentrat. Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan

air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut: a. Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam. b. Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan siratro. c. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon, daun ketela rambat dan daun beringin. d. Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas. Konsentrat yang dipilih sebagai ransum adalah ampas tahu. Hal ini berdasarkan penelitian Gunawan (2005) bahwa ampas tahu memberikan hasil pertambahan bobot badan lebih banyak dibandingkan konsentrat yang lain rata-rata sebesar 80 gram/ekor/hari.

Gambar 1. Pakan Ternak Domba

3.

Penyiapan Sarana dan Kandang Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah

domba, Fungsi kandang adalah a) Melindungi domba dari hujan dan panas matahari. b) Mempermudah perawatan dan pemantauan c) Menjaga keamanan dan kesehatan domba dalam usaha kelompok, d) Memudahkan pengambilan kotoran hewan sebagai hasil sampingan. Peternak tidak menggunakan satu kandang dalam pengelolaannya, akan tetapi kandang dibangun dalam lokasi yang berdekatan. Ukuran kandang ideal bagi domba adalah luas 1x1 m2 untuk satu ekor domba. Kandang juga sebaiknya tidak terlalu menyerap panas misalnya beratap rumbia, lebih

tinggi dari tanah sebagai bentuk preventif banjir, memiliki ventilasi yang cukup untuk sinar matahari. Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba saat kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.

4.

Kesehatan Ternak Pengalaman anggota kelompok dalam beternak merupakan modal penting yang

dapat dimanfaatkan untuk menunjang kesuksesan usaha peternakan ini, ditambah dengan akses yang mudah dengan petugas / tenaga medis peternakan akan sangat membantu dalam penanganan ternak sakit dengan cepat. Menurut Deputi Menegristek (1993), penyakit yang banyak menyerang domba adalah mencret, radang pusar, titani, Penyakit Mulut dan Kuku, kudis, dan dermatitis. Penyakit ini dapat dihindari dengan menjaga kebersihan kandang dan tindakan preventif.

5.

Sanitasi dan Tindakan Preventif. Pada pemeliharaan secara intensif domba dikandangkan sehingga peternak

mudah mengawasinya, sekali dalam seminggu ternak di lepaskan untuk beberapa jam. Pembersihan kandang dilakukan seminggu sekali, tempat makan dan minum juga dibersihkan dan dikeringkan setiap hari. Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal satu minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah,membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandanguntuk disinfektan. Jika ada domba yang sakit segera diberi obat atau vaksinasi agar yang lain tidak tertular. Domba dimandikan setidaknya seminggu sekali setelah itu dijemur di bawah sinar matahari.

6.

Pemasaran Pasar merupakan hal yang sangat penting dekatnya lokasi pemeliharaan dengan

pasar ternak Kota Agung (7 km) dan Pasar Pringsewu (+ 90 Km). Kondisi ini akan semakin mempermudah akses pemasaran ternak, dan dapat mendukung terhadap usaha ternak yang akan dikembangkan oleh kelompok.

2.2.2 Aspek Keuangan

Aspek keuangan adalah hal yang penting dalam perencanaan usaha. Hal ini terkait dengan inventaris kebutuhan pada awal usaha ternak domba. Dengan jumlah kelompok tani 10 orang yang akan dibina dalam program sarjana membangun desa ini, jumlah domba yang diusulkan untuk dialokasikan adalah 15 ekor/petani. Selain itu kebutuhan pakan, kandang, dan biaya-biaya lainnya serta penguatan kelembagaan dipenuhi dari dana yang digulirkan melalui program SMD. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang (biaya investasi), seperti: bakalan domba, bangunan, instalasi pengolahan pupuk. 2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya pembinaan. 3. Biaya lainnya, seperti: bunga dan pinjaman.

2.2.3 Aspek Manajemen Bentuk manajemen yang akan diterapkan pada program usulan usaha ini adalah manajemen teknologi, manajemen sumber daya manusia, manajemen operasional, manajemen risiko dan manajemen strategi. Manajemen Teknologi. Teknologi yang digunakan pada usaha ini adalah teknologi proporsi ransum yang didasarkan atas hasil penelitian terdahulu. Selain itu, pengolahan limbah ternak juga akan menggunakan teknologi berbasis zero waste (tanpa sampah) yang akan mengolah limbah ternak menjadi pupuk yang dapat dijual kembali. Manajemen Sumberdaya Manusia. Pelaku usaha pada program ini adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani Suka Makmur II yang dibina oleh calon SMD. Peningkatan kapabilitas yang dilakukan sesuai dengan jadwal dan rencana yang sudah disusun. Monitoring dan pengawasan juga dilakukan untuk menilai kinerja masing-masing individu di dalam kelompok. Penilaian kinerja didasarkan pada: Perkembangan pengelolaan sistem usaha, Penyerapan dana yaitu perbandingan antara jumlah pengeluaran dan alokasi dana dalam pemnberdayaan permodalan, Perkembangan kelompok ternak, Hambatan dan permasalahan yang timbul serta cara penangananya, sejak tahap persiapan perencanaan sampai pelaksanaan program. Untuk mempermudah jalannya usaha dibentuk hirarki pengawasan dan pembinaan serta komunikasi pada kelompok tani Suka Makmur II.

Ardhana Surya Saputra, SPt Koordinator Program

Suyatno Koordinator Lapang

PETERNAK

PETERNAK

PETERNAK

Gambar 2. Hirarki Pembinaan Kelompok Tani Suka Makmur II Manajemen Operasional. Dalam menjalankan usahanya kelompok Tani Suka Makmur II memiliki visi untuk dapat menjadi kelompok tani mandiri yang memanfaatkan potensi dan sumberdaya lokal menuju kesejahteraan petani/peternak anggota. Misi yang dijalankan adalah dengan mengikuti rencana kegiatan dan pelatihan yang disusun oleh calon SMD. Manajemen Risiko. Setiap usaha pasti memiliki risiko tertentu. Sikap pengusaha dalam hal ini SMD dan kelompok tani binaan dalam menghadapi risiko usaha menjadi sangat diperlukan. Risiko tidak harus dihindari tidak juga harus ditantang. Manajemen yang baik untuk mempersiapkan kondisi untuk menghadapi risiko harus dimiliki dalam usaha ini. Risiko yang mungkin terjadi pada usaha penggemukan domba adalah risiko penyakit, kematian, dan pasar. Untuk mengendalikan risiko tersebut beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah penceghan penyakit, mempersiapkan analisis usaha yang menyertakan kematian sebagai parameter penjualan hasil ternak. Risiko pasar adalah tidak adanya pasar yang menampung hasil ternak, untuk itu strategi yang dipilih adalah melakukan exit strategy horisontal dengan menjalin kemitraan dalam rangka penganekaragaman produk. Dalam hal ini dengan distributor pupuk misalnya. Selain itu kemitraan vertikal juga dapat dijalin untuk pemenuhan kebutuhan produksi. Manajemen Strategi. Pengembangan usaha peternakan memerlukan strategi untuk mencapai tujuan. Strategi yang digunakan dalam program ini disusun berdasarkan analisis SWOT sehingga mencerminkan kondisi internal dan eksternal peternak domba.

2.2.4 Penguatan Kelembagaan

Sebuah usaha akan dapat berjalan dengan lancar jika subsistem pendukungnya tersedia dan mendukung dengan baik. Dalam konsep kelembagaan, salah satu bentuk lembaga yang dapat menolong petani adalah dirinya sendiri melalui kelompok tani atau Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Peningkatan produksi ternak domba yang menjadi indikator keberhasilan usaha memiliki beberapa strategi di mana penguatan kelembagaan menjadi bagian penting dalam strategi. Kelembagaan yang baik adalah kelembagaan yang terintegrasi baik petani, liaison (penghubung), dan pemerintah. Peran penghubung adalah menjadi fasilitator antara petani dan pemerintah sehingga komunikasi dapat terjalin dengan baik. Petani diharapkan dapat melakukan audiensi ataupun diskusi dengan pemerintah. Dalam program pendampingan Kelompok Tani Suka Makmur II, penguatan kelembagaan yang dilakukan adalah dengan membuat mapping dan positioning antara pemerintah, peternak domba, dan SMD sehingga program pelatihan yang direncanakan SMD dapat selaras dengan kebijakan Ditjennak RI. Kelembagan pertanian yang dibina secara sinergis dan terintegrasi dapat mendatangkan hasil yang lebih baik. Sebagai contoh, dalam penggemukan domba, hasil sampingan adalah kotoran kambing.

BAB III ANALISIS FINANSIAL

Untuk melakukan analisis usaha penggemukan domba, perlu ditetapkan beberapa asumsi dan faktor teknis yang akan menentukan untung ruginya usaha tersebut. Sedangkan analisis kelayakan finansial usaha dilakukan dengan menggunakan beberapa alat, diantaranya analisis cashflow, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return, dan B/C rasio (Gittinger, 1986). Dalam melakukan analisis finansial ditetapkan asumsi-asumsi terkait dengan usaha penggemukan domba. Teknis usaha penggemukan menggunakan bakalan domba garut dengan umur kirakiran 1 tahun. Dengan perkiraan bobot rata-rata 25kg/ekor dan harga beli dipasaran diasumsikan Rp.25.000/kg bobot hidup, maka harga satu ekor bakalan domba siap digemukkan sekitar Rp. 625.000/ekor. Kebutuhan pakan diasumsikan 5% dari berat hidup sekitar 1,5kg/ST/hari. Pakan hijauan berkualitas diperoleh dari kebun HMT milik anggota kelompok dan diasumsikan dengan biaya Rp.150,-/kg. Sedangkan biaya konsentrat berupa ampas tahu sekitar Rp.800,-/kg. Keuntungan lain yang didapat adalah saat Idul Adha dimana harga daging meningkat menjadi sekitar Rp. 44.000- Rp. 45.000/kg dan mengalami kenaikan 15-20% per tahun. Untuk lebih lengkapnya, faktor teknis usaha penggemukan sapi dapat dilihat
pada Lampiran 1.

Selain asumsi dan faktor teknis, untuk melakukan analisis usaha penggemukan domba juga diperlukan perkiraan struktur populasi ternak dalam jangka waktu tertentu. Struktur populasi ini akan menentukan besarnya pendapatan yang diperoleh dari penjualan baik produk utama berupa/bakalan atau bibit, maupun produk sampingan berupa pupuk kandang. Perkiraan struktur populasi selama 3 tahun adalah tingkat kematian 5% setiap tahunnya. Asumsi untuk penjualan pupuk didasarkan atas jumlah kotoran/ST/hari rata 1,5kg (Balitnak, 2003). Pupuk yang dijual untuk tahun pertama sebanyak 500 kg. Biaya modal awal untuk penggemukan domba dapat dilihat di Lampiran 2. Total investasi awal disesuaikan dengan alokasi anggaran yang ada yaitu sebesar Rp. 158.450.000,-. Biaya operasional dan modal kerja untuk usaha penggemukan, meliputi, biaya pakan hijauan, tenaga kerja dan sewa lahan kandang akan diperhitungkan dan dibayarkan setelah ada penjualan output. Sedangkan untuk biaya konsentrat pada usaha pembibitan akan dibiayai dari sebagian keuntungan usaha penggemukan yang persentasenya akan ditetapkan kemudian.

Berdasarkan analisis arus kas yang dilakukan dapat diketahui bahwa NPV bernilai positif (Rp. 78.317.500,-) menunjukkan bahwa apabila investasi dijalankan maka usaha akan memberikan kentungan. Semakin besar NPV maka usaha akan semakin untung. Nilai IRR yaitu 19,99% lebih besar dari asumsi tingkat bunga bank (15%). Hal ini menunjukkan bahwa investasi pada usaha ini akan jauh menguntungkan daripada sejumlah modal tersebut diinvestasikan pada bank. B/C rasio rata-rata pertahun sebesar 1,66 hal ini berarti setiap pengeluaran tambahan biaya produksi sebesar Rp. 100,- akan menghasilkan Rp. 166,-. Dengan kata lain, keuntungan akan semakin meningkat seiring dengan penambahan input produksi (jumlah ternak) yang diinvestasikan. Keterangan lengkap tentang penghitungan keuangan dapat dilihat pada Lampiran 3. Dengan adanya kelayakan pada aspek teknis, kelompok tani, dan layak secara finansial, maka usaha penggemukan domba ini dapat dijalankan.

BAB IV PENUTUP

Berdasarkan tujuan dan ouput yang diharapkan dari program usaha penggemukan domba ini, maka sudah semestinya program ini ditindaklanjuti dengan implementasi

program dilapangan. Aspek kelayakan lokasi kelompok ternak, dan kelayakan finansial serta SDM yang berkualitas, menunjukkan bahwa program Sarjana Membangun Desa Tahun 2011 layak dilakukan di Pekon Kagungan Kecamatan Kota Agung Timur Lampung untuk dapat memperkuat kelembagaan petani domba menuju kemandirian dan kesejahteraan anggota pada khususnya serta masyarakat sekitar pada umumnya. Harapan kedepan, target pemerintah untuk memperkuat posisi tawar dan mensukseskan program swasembada daging terpenuhi serta pemberdayaan peternak dapat tercapai. Hal terpenting dalam program ini adalah transfer ilmu, pengalaman, teknologi serta manajemen budidaya dan organisasi melalui SMD yang berkualitas, sehingga dapat mencapai kemandirian kelompok tani ternak dan kesejahteraan anggotanya.

DAFTAR PUSTAKA

[Balitnak] 2003. Kotoran Kambing-Domba pun Bisa Bernilai Ekonomis.. Bogor : Balai Penelitian Ternak Gittinger, JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi Kedua. Jakarta: Universitas Indonesia Gunawan, Arfah Alam. 2005. Kecukupan Energi Metabolis Pakan Domba Garut Jantan pada Fase Pertumbuhan di Peternakan Lesan Putra Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor [Menegristek] 1993. Budidaya Ternak Domba. Jakarta: Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek Menegristek Republik Indonesia.

Lampiran 1 Aspek Teknis Penggemukan Domba No Keterangan Satuan 1 Periode Penggemukan Bulan Hari Tahun 2 Pengadaan domba bakalan a. Pengadaan domba b. Bobot awal rata-rata c. Harga domba d. Harga domba bakalan e. Transportasi Pakan dan Tenaga Kerja a. Konsumsi Hijauan b. Konsumsi konsentrat c. Harga konsentrat d. Harga hijauan e. Obat dan vitamin f. Tenaga Kerja Jumlah 4 120 3

ekor/periode kg/ekor Rp/kg Rp/ekor Rp/ekor

150 25 25000 625000 20000

kg/ekor/hari kg/ekor/hari Rp/kg Rp/kg Rp/ekor/bulan Rp/ekor/hari

5 0.5 800 150 5000 1000

Aspek Penggemukan a. Target PBB harian b. Target pertambahan bobot c. Bobot akhir d. Harga jual domba Penjualan Hasil Sampingan a. Produksi Kotoran b. Harga pupuk kandang basah

kg/ekor/hari kg/ekor/periode kg/ekor Rp/ekor

0.08 9.6 34.6 865000

Kg/ekor/hari Rp/kg

1.5 500

Lampiran 2 Modal Awal Usaha Penggemukan Domba


Jenis Biaya A. BIAYA INVESTASI Kandang Instalasi pengolahan pupuk Peralatan Peternakan Jumla h 10 Satuan unit Modal Awal (Start Up Cost) Perkiraan Biaya per Unit Total Biaya (Rp) (Rp) 1,500,000 1,000,000 1,000,000 15,000,000 1,000,000 1,000,000 17,000,000 Umur (Tahun) 4 5 3 Penyusutan Per Tahun 3,750,000 200,000 333,333 4,283,333 Nilai Sisa 3,750,000 1,000,000 0 4,750,000

1 unit 1 Paket Total Biaya Investasi

B. MODAL KERJA 1 periode Biaya Operasional dalam 1 tahun Domba Bakalan 150 ekor Hijauan 1 paket Konsentrat 1 Paket Obat-obatan dan vitamin 1 paket Total modal kerja C. BIAYA USAHA Pendampingan 12 bulan Pelatihan 6 paket Monitoring dan pelaporan 1 Paket Penguatan lembaga 1 Paket Transportasi 150 unit Total Biaya Usaha Total start up cost (A+B+C)

625,000 13,500,000 7,200,000 500,000

93,750,000 13,500,000 7,200,000 500,000 114,950,000 18,000,000 4,500,000 1,000,000 1,500,000 1,500,000 26,500,000 158,450,000

1,500,000 750,000 1,000,000 1,500,000 10,000

36

Lampiran 3 Cash Flow Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Kelompok Tani Suka Makmur II Uraian 1 2 3 Inflow A. Penggemukan Domba 1. Penjualan domba 436,150,000 440,440,000 2. Penjualan pupuk kandang 750,000 787,500 Total Inflow 0 436,900,000 441,227,500 Outflow B. Investasi Kandang 15,000,000 Instalasi pengolahan pupuk 1,000,000 Peralatan peternakan 1,000,000 C. Operasional Penggemukan Domba Domba Bakalan 93,750,000 281,250,000 281,250,000 Hijauan (5xRp 150x150 ekor x 120 hari) 13,500,000 40,500,000 40,500,000 Konsentrat (0,5xRp. 800x150 ekor x 7,200,000 120hr) 21,600,000 21,600,000 Obat-obatan dan vitamin 500,000 1,500,000 1,500,000 Biaya Transportasi 3,000,000 9,000,000 9,000,000 D. Pendampingan Manajemen/pendampingan 18,000,000 18,000,000 Pelatihan 750,000 3,750,000 0 Monitoring dan Pelaporan 0 1,000,000 0 Peguatan kelembagaan 0 1,500,000 0 E. Biaya Operasional Lain

No I

447,590,000 900,000 448,490,000

II

281,250,000 40,500,000 21,600,000 1,500,000 9,000,000 18,000,000 0 1,000,000 0

37

Perawatan Kandang Beban administrasi Beban listrik Total Biaya Investasi Total Biaya Operasional Total Outflow III Analisis Keuangan Net Benefit (I-II) Discount Factor 15% PV/tahun PV Positif PV Negatif NPV Net B/C IRR 1. 2. 3. 4. 135,700,000
0.870

1,000,000 1,000,000 500,000 17,000,000 118,700,000 135,700,000 0 380,600,000 380,600,000

1,000,000 1,000,000 500,000 0 374,350,000 374,350,000

1,000,000 1,000,000 500,000 0 375,350,000 375,350,000

56,300,000
0.756

66,877,500
0.658

73,140,000
0.572

118,000,000 196,317,500 118,000,000 78,317,500 1.66 19.99%

42,570,888

43,973,042

41,818,032

Asumsi bunga bank yang digunakan adalah 15% per tahun NPV bernilai positif berarti kegiatan usaha layak secara ekonomis Nilai IRR 19,99% lebih tinggi dari suku bunga bank yang berarti investasi layak dilakukan Nilai B/C lebih besar dari 1 sehingga berarti usaha yang dijalankan akan mendatangkan keuntungan.

38

Anda mungkin juga menyukai