Anda di halaman 1dari 30

KINERJA KELOMPOK TERNAK DALAM PENGEMBANGAN USAHA

BERBASIS HIBAH TERNAK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna


Memperoleh gelar Sarjana Peternakan
Pada Program Studi Peternakan

OLEH :

NPM :

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Peternakan urgensi pentingnya sumber daya peternak yang berkualitas


sangat dirasakan sekali. Saat ini berbagai kebutuhan terhadap protein asal hasil
ternak sebagian besar masih tergantung pada impor. Padahal dilihat dari
potensi wilayah dan tingkat kebutuhan konsumsi terhadap protein hewani yang
terus meningkat, mengharuskan untuk memiliki kemandirian.
Kemandirian pangan ini amat dipentingkan untuk terwujudnya kualitas
sumber daya manusia Indonesia yang unggul. Di sisi lain tingkat konsumsi per
kapita per tahun tingkat Indonesia untuk berbagai produk pangan, masih sangat
rendah. Tingkat konsumsi rakyat Indonesia untuk daging misalnya baru
mencapai 7,1 kilogram pertahun. Jauh lebih rendah dibandingkan dengan
tingkat konsumsi daging rakyat Malaysia dan Filipina, yaitu masing-masing
46,87 kilogram per tahun dan 24,96 kilogram per tahun.
Tingkat konsumsi protein hewani per kapita per tahun rakyat Indonesia
perlu ditingkatkan, karena sangat menentukan kualitas pertumbuhan fisik dan
kecerdasan bangsa (Amam & Rusdiana, 2022). Kondisi peternakanpun saat ini
sebagian besar masih merupakan peternakan rakyat. Ada beberapa ciri yang
menonjol dari peternakan rakyat ini, yaitu antara lain: tingkat skala
kepemilikan ternaknya yang relatif kecil atau sedikit, penggunaan input
teknologi dan inovasi yang relatif terbatas, dan mengandalkan kebutuhan
pakan, khususnya untuk ternak ruminasia pada penyediaan hijauan yang
sifatnya hanya cukup untuk sehari. Salah satu strategi yang dapat
didayagunakan di dalam meningkatkan kualitas peternak sehingga memiliki
keberdayaan adalah peningkatan Kinerja kelompok peternak. Dan pada
perjalanan waktu warga yang mendapatkan pelatihan pengembangan usaha
ternak sapi dari kelompok ternak mendapatkan hibah ternak dari pemerintah
pusat yang disalurkan ke pemerintah kabupaten.
Pemerintah Kabupaten Kediri mengadakan program bantuan ternak sapi
guna mendorong terealisasinya swasembada pangan, khususnya pada
komoditas sapi. Perkembangan populasi sapi di tanah air terus bertambah
seiring berjalannya penduduk. Hal ini berujung pada impor sapi dari luar
negeri, untuk mengurangi impor daging, pemerintah mengajak masyarakat
guna mendukung program pemerintah dalam upaya meningkatkan populasi
sapi menuju swasembada daging sapi untuk kebutuhan rakyat. Semakin
bertambahnya penduduk, pemenuhan sasaran output akan membutuhkan
perubahan radikal dalam hal distribusi, penggunaan, dan kuantitas sumber daya
yang tersedia. Oleh karena itu sangat penting dilakukan upaya dalam
pengentasan kemiskinan, terutama demi mengurangi ketergantungan pada
metode produksi.
Untuk mengurangi angka kemiskinan, pemerintah mengadakan program
pelaksanaan bantuan ternak sapi potong dengan maksud sebagai pedoman bagi
peternak dan perusahaan peternakan dalam melakukan usaha budi daya sapi
potong. Bagi pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sesuai
dengan kewenangannya. Dan bertujuan untuk meningkatkan populasi,
produksi, dan produktivitas, meningkatkan mutu dan keamanan hasil budi
daya, meningkatkan ketersediaan bahan pangan asal hewan, mewujudkan budi
daya sapi potong yang sehat dan ramah lingkungan, meningkatkan daya saing,
dan meningkatkan pendapatan peternak, perusahaan peternakan, dan
masyarakat.
Adapun ketentuan mengenai penyebaran dan pengembangan ternak
dilaksanakan dengan cara bergulir dengan mewajibkan pengkadas ternak
mengembalikan sejumlah ternak tertentu kepada pemilik ternak pokok.
Penyebaran dan pengembangan ternak dilaksanakan dalam satu kawasan sesuai
dengan tata ruang wilayah, dengan didukung sarana dan prasarana yang
memadai serta memiliki akses ketersediaan modal dan pelatihan dari kelompok
ternak dengan cara pendekatan yang baik.

11
Pendekatan kelompok dipandang lebih efisien dan dapat menjadi media
untuk terjadinya proses belajar dan berinteraksi dari para peternak, sehingga
diharapkan terjadi perubahan perilaku peternak ke arah yang lebih baik atau
berkualitas (Shomad & Agistiya, 2021). Dengan demikian kelompok ternak
memiliki kedudukan strategis di dalam mewujudkan peternak yang berkualitas.
Peternak yang berkualitas antara lain dicirikan oleh adanya kemandirian dan
ketangguhan dalam berusaha ternak, sehingga memiliki keberdayaan.
Keberdayaan peternak ini dipersonifikasikan sebagai pelaku usaha tani
ternak yang berkualitas. Ternak sapi mempunyai Kinerja yang cukup penting
bagi peternak sebagai penghasil pupuk kandang, tenaga pengolah lahan,
pemanfaatan limbah perternakan dan sebagai sumber pendapatan. Sapi potong
mempunyai fungsi sosial yang penting di masyarakat sehingga merupakan
komoditas yang sangat penting untuk dikembangkan (Amam et al., 2019).
Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan konsumsi
daging indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Peluang usaha berternak
sapi potong sangat menjanjikan karena dengan melihat peningkatannya
permintaan bahan makanan yang berasal dari hewan sebagai sumber protein
hewani khususnya daging.
Ternak sapi biasanya menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama
sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti
pupuk kandang, kompos, biogas, kulit, tulang dan lain sebagainnya (Amam &
Harsita, 2019a). Untuk membuat proyeksi permintaan daging sapi nasional
berdasarkan kategori penduduk golongan menengah, menengah atas, dan atas.
Maka diambil kelompok penduduk dengan pengeluaran per kapita
Rp.750.000,- s.d. lebih dari Rp.1.500.000. Dengan tingkat pertumbuhan
konsumsi daging sapi rata-rata 7% dan tingkat pertumbuhan penduduk 1,23%
(Sri Rahayu dkk, 2019). Secara keseluruhan maka total permintaan daging sapi
rumah tangga Indonesia mencapai angka + 679.888 ton.
Meskipun demikian perlu diperhatikan bahwa konsumsi daging sapi
tersebut bisa jadi adalah daging sapi dalam bentuk daging segar, maupun
produk olahan daging yang dikonsumsi melalui sentra produksi seperti

12
HoReKa, serta Industri RT dan Industri Besar. Demikian juga berdasarkan asal
produk lokal maupun impornya, karena jika di kategorikan berdasarkan
kategori potongan daging yang dikonsumsi maka proporsi konsumsi
berdasarkan urutan terbesar sampai terkecil adalah; Daging sapi olahan
(kornet/sosis/bakso/lainnya) sebesar 31,49%; potongan primer (26,30%);
jeroan (14%); potongan sekunder (11,18%); daging variasi (9,53%); dan kulit
(7,5%) (Amam et al., 2019) Program Swasembada daging sapi tahun 2022
merupakan salah satu program prioritas pemerintah dalam lima tahun kedepan
untuk mewujudkan ketahanan pangan atas ternak berbasis sumberdaya lokal.
Pencapaian Swasembada daging sapi merupakan tantangan. Pada tahun
2021 impor daging mencapai 70 ribu ton dan sapi bakalan setara dengan 250,8
ribu ton daging (Amam & Harsita, 2019b). Pengembangan ternak sapi tentunya
tidak terlepas dari Kinerjaan kelompok tani ternak dalam mengupayakan
ternaknya agar mendapat nilai tambah serta efisien dalam pengelolaannya.
Upaya yang perlu dikembangkan dalam membina dan memantapkan
kelompok peternak adalah kelembagaan kelompok peternak. Besar kecilnya
keuntungan yang diperoleh peternak sapi ditentukan oleh besarnya biaya
produksi terutama banyaknya biaya untuk membeli pakan ternak (hijauan,
konsentrat,dll) (Solikin et al., 2022). Dalam usaha ternak sapi potong biaya
penyediaan pakan mencapai 60-80 persen dari total biaya eseluruhan.
Ketersediaan pakan hijauan yang terbatas pada musim tertentu harus dicarikan
solusi, sehingga kebutuhan serat masih tercukupi (Solikin et al., 2022). Untuk
itu diperlukan pendekatan yang efektif agar peternak dapat memanfaatkan
program pembangunan yang ada serta berkelanjutan melalui penumbuhan rasa
memiliki, partipisipasi dan pengembangan kreatifitas, disertai dukungan
masyarakat lainnya sehingga dapat berkembang dan dikembangkan oleh
masyarakat tani disekitarnya. Upaya ini diarahkan untuk terbentuknya
kelompok-kelompok peternak, kerjasama antar kelompok sehingga terbentuk
kelompok yang produktif yang terintegrasi dalam satu koperasi dibidang
peternakan (Suparyanto dan Rosad (2015, 2020).

13
Kelembagaan merupakan suatu aturan didalam kelompok masyarakat yang
mengatur anggotanya untuk dapat saling bekerja sama dalam pencapaian
tujuan. menyatakan bahwa kelembagaan adalah aturan-aturan (constraints)
yang diciptakan oleh manusia untuk mengatur dan membentuk interaksi
politik, sosial dan ekonomi. Aturan-aturan tersebut terdiri dari aturan-aturan
formal (misalnya: peraturan-peraturan, undang-undang, konstitusi) dan aturan-
aturan informal (misalnya: norma sosial, konvensi, adat istiadat, sistem nilai)
serta proses penegakan aturan tersebut (enforcement).
Aturan-aturan tersebut diciptakan manusia untuk membuat tatanan (order)
yang baik dan mengurangi ketidakpastian (uncertainty) di dalam proses
pertukaran (Liu, 2018) Suatu kelembagaan kelompok peternak dapat terlaksana
secara baik, jika semua aspek kelembagaan (resources/sumber daya alam,
sumber daya manusia dan finansial (R), organisasi (O) dan norma (N))
terlaksana secara baik guna pencapaian tujuan bersama dalam kelompok.
Di Kabupaten Kediri khusunya di Kecamatan Semen, merupakan salah
satu sentra pengembangan sapi potong di Kabupaten Kediri. Wilayah
Kecamatan Semen terdapat banyak ternak sapi potong dan merupakan pusat
pengembangan sapi IB (inseminasi buatan) oleh Dinas Peternakan Kabupaten
Kediri. Peternak sapi didesa Semen membentuk kelompok yang diberi nama
kelompok ternak Sikatutui. Kelompok ini melakukan berbagai kegiatan untuk
mengembangkan usaha ternak sapi anggotanya, akan tetapi sejauh mana
Kinerja kelompok tersebut dalam mengembangkan ternak sapi belum
maksimal untuk itu peneliti ingin meneliti menyangkut Kinerja kelompok
ternak tersebut dalam mengembangkan ternak anggotanya.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan,

maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah kendala yang dihadapi Kelompok Ternak dalam mengembangkan

usaha ternak sapi di Desa Semen Kecamatan Semen Kabupaten Kediri?

14
2. Bagaimana Kinerja Kelompok Ternak dalam mengembangkan usaha

ternak sapi di desa Semen Kecamatan Semen Utara Kabupaten Kediri?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui kendala yang di hadapi kelompok Ternak dalam

mengembangkan usaha ternak sapi di Desa Semen Kecamatan Semen

Kabupaten Kediri.

2. Mengetahui Kinerja Kelompok Ternak dalam mengembangkan usaha

ternak sapi di Desa Semen Kecamatan Semen Kabupaten Kediri.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

1. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi peternak sapi

untuk pengembangan bisnis yang dijalankan.

b. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi bagi peternak sapi

dan kelompok ternak untuk menjalankan bisnis yang sesuai dengan hasil

dari penelitian.

2. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai ulasan serta bahan evaluasi terkait

sejauh mana pengembangan usaha ternak sapi.

15
b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan menambah

wawasan pengetahuan.

c. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai ulasan serta evaluasi kelompok

ternak dapat mengembangkan usaha ternak.

BAB 2

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kinerja

Kinerja merujuk pada hasil atau prestasi yang dicapai oleh individu,

kelompok, atau organisasi dalam melaksanakan tugas-tugas atau kegiatan

tertentu. Secara umum, kinerja menggambarkan sejauh mana seseorang

atau suatu entitas dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam

konteks individu, kinerja biasanya diukur berdasarkan pencapaian target

kinerja, produktivitas, efisiensi, dan kualitas kerja yang ditampilkan oleh

individu tersebut (Maswar et al., 2020).

Evaluasi kinerja sering dilakukan oleh atasan atau manajer dengan

menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kinerja kelompok merujuk pada pencapaian hasil atau tujuan oleh

sekelompok individu yang bekerja bersama. Evaluasi kinerja kelompok

16
melibatkan penilaian terhadap kontribusi individu dalam mencapai tujuan

kelompok, kerja tim, efektivitas komunikasi, dan pencapaian hasil secara

kolektif. Sedangkan kinerja organisasi mengacu pada pencapaian tujuan

organisasi dalam mencapai visi, misi, dan sasaran yang telah ditetapkan.

Evaluasi kinerja organisasi dapat mencakup berbagai aspek, seperti

keuangan, pertumbuhan pendapatan, pangsa pasar, kepuasan pelanggan,

inovasi, dan reputasi perusahaan (Hindarto, 2022).

Penting untuk mencatat bahwa definisi dan pengukuran kinerja dapat

bervariasi tergantung pada konteks dan tujuan yang diinginkan. Tujuan

yang jelas dan indikator kinerja yang tepat perlu ditetapkan untuk

mengevaluasi dan meningkatkan kinerja individu, kelompok, atau

organisasi.

B. Pengertian Kelompok Peternak

Kelompok peternak mengacu pada sekelompok individu atau peternak

yang bekerja atau berkolaborasi bersama dalam kegiatan peternakan.

Kelompok ini biasanya terdiri dari peternak yang memiliki kepentingan

dan tujuan yang serupa dalam membangun dan mengembangkan usaha

peternakan.

Menurut (Suparyanto dan Rosad (2015, 2020) menyatakan bahwa

kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan

yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama. Dan ia

menambahkan bahwa kelompok pada dasarnya adalah gabungan dua

orang atau lebih yang berinteraksi untuk mecapai tujuan bersama, dimana

17
interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap dan mempunyai struktur

tertentu. Ada beberapa hal yang harus menjadi ciri kelompok yaitu setiap

anggota kelompok harus sadar sebagai bagian dari kelompok ada

hubungan timbal balik antara sesama anggota dan terdapat suatu faktor

yang dimiliki bersama oleh para anggota sehingga hubungan diantara

mereka semakin kuat.

Menurut (Suhaimi et al., 2022) menambahkan bahwa yang menjadi ciri-

ciri suatu kelompok adalah adanya interaksi antar anggota yang

berlangsung secara anggota secara kontinu untuk waktu yang relatif lama,

setiap anggota menyadari bahwa ia merupakan bagian dari kelompok, dan

sebaliknya kelompok pun mengakuinya sebagai anggota, adanya

kesepakatan bersama antar anggota mengenai norma-norma yang berlaku,

serta nilai-nilai yang dianut dan tujuan atau kepentingan yang akan

dicapai, adanya struktur dalam kelompok, dalam arti para anggota

mengetahui adanya hubungan-hubungan antar peranan, norma tugas, hak

dan kewajiban yang semuanya tumbuh didalam kelompok tersebut.

Kelompok peternak merupakan perkumpulan yang dibuat oleh para

peternak disuatu daerah dengan tujuan mensejahterakan anggota

kelompoknya maupun masyarakat sekitar. Kelompok ternak merupakan

organisasi yang keberadaannya diakui pemerintah melalui dinas

peternakan. Kelompok ternak memiliki anggaran dasar (AD) dan anggaran

rumah tangga (ART) sebagai dasar menjalankan organisasinya (Fajrianto

& Dzikri, 2020). Peternak merupakan sumber daya manusia yang

18
memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu

kegiatan usaha ternak. Hal ini karena peternak merupakan pekerja dan

manajer dalam usaha ternaknya itu sendiri (Setiawan et al., 2020)

Kelompok peternak dapat memiliki berbagai bentuk dan struktur

organisasi, seperti asosiasi peternak, koperasi peternak, atau kelompok

peternak mandiri. Mereka biasanya berkumpul untuk berbagi pengetahuan,

pengalaman, sumber daya, dan teknologi terkait peternakan.

Tujuan dari kelompok peternak meliputi:

1. Pertukaran Informasi: Kelompok peternak berfungsi sebagai forum

untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan tentang praktik

terbaik dalam peternakan, manajemen ternak, kesehatan hewan,

pakan, dan teknologi terbaru. Dengan berbagi pengalaman dan

pengetahuan, peternak dalam kelompok dapat meningkatkan

kemampuan mereka secara kolektif.

2. Peningkatan Akses ke Sumber Daya: Dalam kelompok peternak,

anggota dapat bekerja sama untuk meningkatkan akses terhadap

sumber daya yang diperlukan untuk usaha peternakan, seperti

permodalan, peralatan, pakan, obat-obatan, dan infrastruktur. Dengan

berbagi sumber daya, anggota kelompok dapat mengurangi biaya

produksi dan meningkatkan efisiensi operasional.

3. Pemasaran Bersama: Kelompok peternak dapat bekerja sama dalam

pemasaran hasil peternakan mereka. Dengan menggabungkan produk

mereka, mereka dapat mencapai skala ekonomi yang lebih baik,

19
memperoleh akses ke pasar yang lebih luas, dan memperoleh

negosiasi harga yang lebih baik.

4. Advokasi dan Pembelaan: Kelompok peternak dapat berperan sebagai

wadah untuk mengadvokasi kepentingan dan hak-hak peternak di

tingkat lokal, regional, atau nasional. Mereka dapat bekerja sama

untuk memperjuangkan kebijakan yang mendukung pertanian dan

peternakan, serta melindungi kepentingan dan kesejahteraan

peternak(Mokoagow et al., 2021).

Melalui kolaborasi dalam kelompok peternak, anggota dapat saling

mendukung dan memperkuat usaha peternakan mereka. Mereka juga dapat

memanfaatkan kekuatan kolektif mereka untuk mengatasi tantangan yang

dihadapi dalam industri peternakan dan meningkatkan kesejahteraan

peternak secara keseluruhan.

C. Kinerja Kelompok Peternak

Kinerja kelompok peternak mengacu pada pencapaian hasil atau

prestasi kelompok dalam melaksanakan kegiatan peternakan. Hal ini

melibatkan evaluasi terhadap kontribusi anggota kelompok dalam

mencapai tujuan bersama, efektivitas kerja tim, penggunaan sumber daya

yang efisien, dan pencapaian hasil yang diinginkan(Uskuluan et al., 2022).

Pengertian kinerja kelompok peternak dapat mencakup beberapa

aspek, antara lain:

1. Pencapaian Tujuan: Kinerja kelompok peternak dievaluasi

berdasarkan sejauh mana mereka mencapai tujuan yang telah

20
ditetapkan. Tujuan tersebut dapat berkaitan dengan produksi

hewan, kesehatan dan kesejahteraan hewan, keuntungan finansial,

pengembangan usaha peternakan, atau pencapaian target pasar.

2. Efektivitas Kerja Tim: Kinerja kelompok peternak juga dilihat dari

sejauh mana anggota kelompok dapat bekerja secara efektif

sebagai tim. Ini mencakup kolaborasi yang baik, komunikasi yang

efektif, pemecahan masalah bersama, dan keberhasilan dalam

mencapai tujuan secara kolektif.

3. Manajemen Sumber Daya: Evaluasi kinerja kelompok peternak

juga melibatkan penilaian terhadap penggunaan sumber daya yang

tersedia, seperti lahan, pakan, air, dan infrastruktur. Kelompok

peternak yang efisien dan terampil dalam mengelola sumber daya

ini akan cenderung mencapai hasil yang lebih baik.

4. Kualitas dan Keberlanjutan Usaha: Kinerja kelompok peternak

juga mencakup aspek-aspek kualitas dan keberlanjutan usaha

peternakan. Ini meliputi kepatuhan terhadap standar kualitas

produk, pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, kesehatan dan

kesejahteraan hewan yang baik, serta keberlanjutan ekonomi dan

sosial dari usaha peternakan tersebut.

5. Evaluasi kinerja kelompok peternak dapat dilakukan melalui

pengukuran dan pemantauan berbagai indikator, seperti tingkat

produksi, efisiensi penggunaan pakan dan sumber daya, tingkat

21
kesehatan dan kualitas ternak, kepuasan pelanggan, dan keuangan

usaha peternakan(Nugraha et al., 2021).

Peningkatan kinerja kelompok peternak dapat dicapai melalui pelatihan

dan pendidikan yang tepat, berbagi pengetahuan dan pengalaman

antaranggota kelompok, penggunaan teknologi yang canggih, dan

kolaborasi yang erat dengan pihak terkait, seperti lembaga pertanian,

peneliti, dan pemasok input peternakan.

D. Kendala Yang di Hadapi Kelompok Peternak

Kelompok peternak dapat menghadapi berbagai kendala dalam

menjalankan usaha peternakan mereka. Beberapa kendala umum yang

sering dihadapi oleh kelompok peternak meliputi:

1. Keterbatasan Sumber Daya: Kelompok peternak sering kali

menghadapi keterbatasan sumber daya seperti modal, lahan, air,

pakan, dan infrastruktur. Keterbatasan ini dapat mempengaruhi

produktivitas dan pertumbuhan usaha peternakan, serta

menyulitkan akses terhadap teknologi dan praktik peternakan yang

lebih baik.

2. Masalah Kesehatan Hewan: Penyakit hewan dapat menjadi kendala

serius bagi kelompok peternak. Infeksi penyakit dapat menyebar

dengan cepat di antara ternak dalam kelompok, mengakibatkan

kematian, penurunan produksi, dan kerugian finansial yang

signifikan. Kurangnya akses terhadap layanan kesehatan hewan

dan vaksinasi yang tepat juga dapat menjadi kendala.

22
3. Perubahan Iklim dan Bencana Alam: Perubahan iklim dan bencana

alam seperti kekeringan, banjir, atau kejadian ekstrem lainnya

dapat menyebabkan kerugian besar bagi kelompok peternak.

Gangguan pada pasokan air, pakan, dan lingkungan peternakan

dapat mengganggu produksi dan kesejahteraan ternak.

4. Akses ke Pasar dan Nilai Tambah: Kelompok peternak mungkin

menghadapi kendala dalam mengakses pasar yang menguntungkan

untuk produk peternakan mereka. Kurangnya pengetahuan dan

keterbatasan akses ke saluran distribusi, harga yang rendah, dan

persaingan yang ketat dapat menghambat kemampuan kelompok

peternak untuk mendapatkan nilai tambah yang optimal.

5. Kurangnya Pendidikan dan Pelatihan: Kurangnya akses terhadap

pendidikan, pelatihan, dan pengetahuan teknis dapat menjadi

kendala bagi kelompok peternak. Pengetahuan tentang praktik

peternakan yang baik, manajemen ternak, dan teknologi modern

sangat penting untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi

usaha peternakan.

6. Regulasi dan Kebijakan: Ketidakjelasan dalam regulasi peternakan,

birokrasi yang berbelit, dan kebijakan yang tidak memadai dapat

menghambat kelompok peternak dalam mengembangkan usaha

mereka. Kebijakan yang tidak kondusif atau kurang mendukung

pertanian dan peternakan dapat menghambat pertumbuhan dan

inovasi dalam industri peternakan(Pateda, 2022).

23
Untuk mengatasi kendala-kendala ini, kelompok peternak dapat

mencari solusi melalui kolaborasi yang lebih erat antaranggota, mencari

pendanaan yang tepat, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

melalui pelatihan, memperkuat akses ke layanan kesehatan hewan dan

pasar, serta melakukan advokasi untuk perbaikan kebijakan dan regulasi

yang mendukung peternakan.

E. Hibah Ternak

Hibah ternak merujuk pada program atau inisiatif yang menyediakan

bantuan atau pemberian hewan ternak kepada individu atau kelompok

sebagai suatu bentuk dukungan dalam pengembangan usaha peternakan

dan pemerintah memberikan bibit ternak sebagai sarana budidaya yang

dilakukan kelompok atau individu peternak. Pembibitan adalah kegiatan

budidaya menghasilkan bibit ternak untuk keperluan sendiri atau untuk

diperjualbelikan dan Bibit ternak adalah semua hasil pemuliaan ternak

yang memenuhi persyaratan tertentu untuk

dikembangbiakkan(Andaruisworo, 2021). Bibit ternak yang berasal dari

plasma nutfah lokal merupakan salah satu sarana dalam mengembangkan

industri peternakan dan mempunyai peranan yang menentukan dalam

upaya peningkatan produksi dan produktivitas ternak(Andaruisworo,

2021).

peningkatan produksi dan produktivitas ternak. Program hibah ternak

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak, mengurangi

24
kemiskinan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah

pedesaan(Haadii et al., 2018).

Dalam program hibah ternak, pihak yang menyelenggarakan program

biasanya memberikan hewan ternak kepada penerima hibah secara gratis

atau dengan persyaratan tertentu. Hewan ternak yang diberikan dapat

berupa sapi, kambing, domba, ayam, atau jenis hewan ternak lainnya yang

sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah tersebut(Azhari, 2016).

Manfaat dari program hibah ternak antara lain:

1. Peningkatan Pendapatan: Menerima hibah ternak dapat

memberikan peluang bagi peternak untuk meningkatkan

pendapatan mereka melalui produksi dan penjualan hasil ternak.

Dengan memiliki hewan ternak, peternak dapat menghasilkan

produk seperti susu, daging, telur, atau produk turunan lainnya

yang dapat dijual untuk mendapatkan pendapatan.

2. Keamanan Pangan: Hibah ternak dapat membantu meningkatkan

ketersediaan pangan dalam komunitas lokal. Dengan memiliki

hewan ternak, peternak dapat memproduksi bahan pangan seperti

daging, susu, atau telur sendiri, sehingga mengurangi

ketergantungan pada pasokan pangan dari luar.

3. Peningkatan Aset: Menerima hibah ternak juga dapat menjadi

investasi jangka panjang bagi peternak. Hewan ternak dapat

berkembang biak dan menghasilkan keturunan, sehingga jumlah

hewan ternak yang dimiliki dapat bertambah dari waktu ke waktu.

25
Hal ini dapat meningkatkan kekayaan peternak dan memberikan

sumber daya yang berkelanjutan untuk kehidupan mereka.

4. Diversifikasi Sumber Pendapatan: Memiliki hewan ternak dapat

membantu peternak dalam diversifikasi sumber pendapatan

mereka. Selain dari penjualan produk ternak, peternak juga dapat

memanfaatkan sumber daya lain yang dihasilkan oleh hewan

ternak, seperti pupuk organik atau jasa pemotongan

hewan(Nafiqoh, 2022).

Program hibah ternak biasanya dilakukan oleh pemerintah, organisasi

non-pemerintah (LSM), yayasan, atau lembaga donor yang memiliki fokus

pada pengembangan pertanian dan peternakan. Penerima hibah ternak

dipilih berdasarkan kriteria tertentu, seperti tingkat kemiskinan,

kebutuhan, atau potensi untuk mengembangkan usaha peternakan.

Penerima hibah ternak juga sering kali diberikan pendampingan atau

pelatihan dalam manajemen ternak, perawatan hewan, pemasaran, dan

keterampilan manajerial untuk membantu mereka dalam mengelola usaha

peternakan dengan baik.

F. Pengembangan Usaha

Pengembangan usaha ternak melibatkan upaya untuk meningkatkan

dan memperluas usaha peternakan dengan cara yang berkelanjutan dan

menguntungkan. Ini melibatkan strategi dan tindakan yang bertujuan

untuk meningkatkan produktivitas,(Pateda, 2022) efisiensi, kualitas, dan

26
keberlanjutan usaha ternak. Berikut adalah beberapa langkah umum dalam

pengembangan usaha ternak:

1. Perencanaan Bisnis: Penting untuk memiliki rencana bisnis yang

jelas dan komprehensif untuk usaha ternak. Rencana bisnis harus

mencakup tujuan, sasaran, strategi pemasaran, analisis keuangan,

dan penjadwalan kegiatan. Perencanaan bisnis membantu

mengidentifikasi peluang dan tantangan yang ada, serta memandu

langkah-langkah pengembangan selanjutnya.

2. Pemilihan dan Peningkatan Bibit: Pilih bibit ternak yang unggul

dan berkualitas. Pemilihan yang baik dapat meningkatkan

produktivitas dan kualitas ternak yang dihasilkan. Jika

memungkinkan, lakukan pemuliaan ternak atau penggunaan

teknologi reproduksi seperti inseminasi buatan untuk

meningkatkan genetika ternak.

3. Peningkatan Pemeliharaan dan Nutrisi: Pastikan pemeliharaan

ternak yang baik, termasuk penyediaan kandang yang aman,

sanitasi yang tepat, dan pengelolaan pakan yang baik. Berikan

nutrisi yang seimbang dan cukup agar ternak sehat dan produktif.

Konsultasikan dengan ahli nutrisi hewan untuk merencanakan

ransum yang tepat sesuai dengan jenis ternak dan tujuan produksi.

4. Manajemen Kesehatan Hewan: Pelihara kesehatan ternak yang

baik dengan melakukan vaksinasi yang tepat, pemberian obat-

obatan yang diperlukan, serta pemantauan penyakit. Jika

27
ditemukan penyakit atau masalah kesehatan, segera ambil tindakan

yang diperlukan untuk mencegah penyebaran dan menyelamatkan

ternak.

5. Peningkatan Keahlian dan Pengetahuan: Tingkatkan pengetahuan

dan keterampilan dalam manajemen ternak dengan mengikuti

pelatihan atau mengambil bagian dalam program pendidikan

pertanian. Manfaatkan sumber daya seperti pemerintah, lembaga

penelitian, dan LSM yang menyediakan dukungan dan informasi

terkait peternakan.

6. Diversifikasi Usaha: Pertimbangkan untuk diversifikasi usaha

peternakan dengan menggabungkan beberapa jenis ternak atau

mengembangkan produk turunan dari ternak yang dihasilkan.

Misalnya, menjual produk susu, daging, telur, kulit, atau produk

lainnya yang dapat memberikan sumber pendapatan tambahan.

7. Pemasaran dan Jaringan: Bangun jaringan dan kemitraan dengan

pihak terkait seperti pengepul, pedagang, atau produsen pakan.

Lakukan riset pasar untuk mengidentifikasi permintaan dan

peluang pasar yang ada. Gunakan media sosial dan platform online

untuk mempromosikan produk dan menjalin hubungan dengan

pelanggan potensial(Fajrianto & Dzikri, 2020).

28
BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti megambil lokasi di Desa Semen

Kecematan Semen Kabupaten Kediri karena memang lokasi tersebut

tempat dimana peneliti melakuakan penelitian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal

B. Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua kelompok tani yang ada di

Desa Semen Kecematan Semen Kabupaten Kediri. Penilaian sampel

secara sengaja (purposive sampling) dimana yang akan dijadikan sampel 5

kelompok tani yang berjumlah 20 orang. Peneliti mengambil sampel

dengan secara sengaja.

29
C. Jenis Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh.

Sumber data utama dari penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,

selebihnya adalah kata tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber

data berupa kata-kata dan tindakan biasa disebut sumber data primer.

Sedangkan sumber data berupa kata tambahan disebut dengan sumber data

sekunder(Fadli, 2021).

1. Data Primer

Data Primer merupakan sumber data utama. Sumber data ini

dicatat melalui catatan tertulis, rekaman atau pengambilan foto atau

film. Data utama diperoleh melalui wawancara dan pengamatan serta

hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan

bertanya. Sumber data berupa kata-kata dan tindakan yang terkait

dengan fokus penelitian(Fadli, 2021).

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang

sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diperoleh oleh pihak lain,

biasanya sudah dalam bentuk publikasi. Data sekunder yaitu data

yang diperoleh dari kantor kecamatan dan kantor desa serta instansi

terkait maupun aparat pemerintahan yang mempunyai aktivitas

dalam kegiatan kelompok tani.

D. Prosedur Pengumpulan Data

1. Metode Observasi

30
Observasi adalah kegiatan pengamatan secara langsung dengan

panca indera di lokasi penelitian sehingga peneliti bisa mendapatkan

data berdasarkan fakta yang ada di lapangan. Yang Disini peneliti akan

mengobservasi tempat penelitian(Ningtyas, 2018).

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau dengan pihak

tertentu. Karakteristik utama wawancara adalah kontak langsung antara

pencari informasi dan sumber informasi. Tujuan wawancara adalah

untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang

lain. Dalam wawancara berbagai pertanyaan telah disiapkan tetapi

pertanyaan lain muncul ketika peneliti sedang melakukan penelitian.

Setelah melakukan observasi, wawancara dilakukan untuk menggali

dan mendapatkan informasi yang sedalam-dalamnya dari subyek

peneliti(Sugiyono, 2018).

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang di dapat dalam penelitian ini yaitu berupa foto

dan catatan yang berkaitan.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat

deskriptif yaitu metode untuk mengetahui dan memberikan gambaran

mengenai data primer dan data sekunder yang telah di kumpulkan, setelah

data-data dapat dikumpulkan dan diolah secara sistematis, maka langkah

berikutnya sebagai tahap yang sangat penting adalah bagaimana data-data

31
di analisis sehingga dapat mewujudkan suatu jawaban yang dikehendaki

dalam penelitian tersebut. Untuk mengetahui Kinerja Kelompok Ternak

Dalam Pengembangan Usaha Berbasis Hibah Ternak Di Desa Semen

Kecematan Semen Kabupaten Kediri maka di gunakan rumus lebar

interval sebagai berikut: (Sugiyono, 2010).

Skor tertinggi−skor terendah


Interval Kelas =
K

Dimana :

Range : Selisih Nilai Tertinggi Dan Nilai Terendah

K : Jumlah Kelas

Cara pengukuran indikator dilakukan dengan cara memberi nilai pada

tanggapan atau jawaban petani atas pernyataan yang dibuat peneliti.

Skoring yang digunakan dalam penilitian ini adalah 3,2, dan 1.

Selanjutnya kriteria dalam menentukan kinerja kelompok tani terhadap

pengembangan tanaman padi adalah skor.

Rendah : 1,00-1,66

Sedang : 1,67-2,33

Tinggi : 2,34-3,00

F. Defenisi Operasional

Defenisi operasional dalam penelitian ini didefenisikan sebagai berikut:

1. Kinerja

Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari

seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum

keterampilan.

32
2. Kelompok Ternak

Kelompok peternak merupakan perkumpulan yang dibuat oleh para

peternak disuatu daerah dengan tujuan mensejahterakan anggota

kelompoknya maupun masyarakat sekitar

3. Pengembangan Usaha

Pengembangan usaha ternak melibatkan upaya untuk

meningkatkan dan memperluas usaha peternakan dengan cara yang

berkelanjutan dan menguntungkan.

4. Hibah Ternak

Hibah ternak merujuk pada program atau inisiatif yang

menyediakan bantuan atau pemberian hewan ternak kepada individu

atau kelompok sebagai suatu bentuk dukungan dalam pengembangan

usaha peternakan dan pemerintah memberikan bibit ternak sebagai

sarana budidaya yang dilakukan kelompok atau individu peternak.

33
DAFTAR PUSTAKA

Amam, A., & Harsita, P. A. (2019a). Aspek Kerentanan Usaha Ternak Sapi Perah

di Kabupaten Malang. AGRIMOR, 4(2). https://doi.org/10.32938/ag.v4i2.663

Amam, A., & Harsita, P. A. (2019b). Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah :

Evaluasi Konteks Kerentanan Dan Dinamika Kelompok. Jurnal Ilmiah Ilmu-

Ilmu Peternakan, 22(1). https://doi.org/10.22437/jiiip.v22i1.7831

Amam, A., Pradiptya, D., Harsita, A., Program, ), Peternakan, S., Agribisnis, S.,

Pertanian, F., Jember, U., Kalimantan, J., 37 Jember, N., & Timur, J. (2019).

Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah : Evaluasi Konteks Kerentanan Dan

Dinamika Kelompok Business Development of Fairy Cattle : Evaluation of

Vulnerability Context and Group Dynamics. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu

Peternakan, 22(1).

Amam, A., & Rusdiana, S. (2022). Peranan Kelembagaan Peternakan, Sebuah

Eksistensi Bukan Hanya Mimpi: Ulasan dengan Metode Systematic

Literature Review (SLR). Jurnal Peternakan, 19(1).

https://doi.org/10.24014/jupet.v19i1.14244

Andaruisworo, S. (2021). KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM UPAYA

PENGEMBANGAN SAPI LOKAL (SAPI BALI) DALAM MENUNJANG

34
PEMENUHAN KEBUTUHAN PROTEIN HEWANI …. Sinkesjar.

Azhari, F. A. (2016). Dinamika Kelompok Giri Karya dalam Pengembangan

Ternak Hibah Sapi Pasundan (Studi kasus di Desa Dukuhbadag, Kecamatan

Cibingbin, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat) Group. Students E-Journal,

5(4).

Darmalaksana, W. (2020). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan Studi

Lapangan. Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Fadli, M. R. (2021). Memahami desain metode penelitian kualitatif. HUMANIKA,

21(1). https://doi.org/10.21831/hum.v21i1.38075

Fajrianto, & Dzikri, I. (2020). Strategi Pengembangan Bisnis Sapi Pedaging.

Forum Agribisnis, 10(1).

Haadii, A., Aka, R., & Ba’a, L. O. (2018). EVALUASI KINERJA PROGRAM

PENGEMBANGAN SAPI POTONG BANTUAN DINAS PERTANIAN

DAN KEHUTANAN KOTA KENDARI. Jurnal Ilmu Dan Teknologi

Peternakan Tropis, 5(2). https://doi.org/10.33772/jitro.v5i2.4509

Hindarto, D. (2022). Perbandingan Kinerja Akurasi Klasifikasi K-NN, NB dan

DT pada APK Android. JATISI (Jurnal Teknik Informatika Dan Sistem

Informasi), 9(1). https://doi.org/10.35957/jatisi.v9i1.1542

Liu, F. N. (2018). Strategi Pengembangan Usaha Penggemukan Ternak Sapi

Potong di Kelompok Tani Nekmese di Desa Usapinonot Kecamatan Insana

Barat. AGRIMOR, 3(4). https://doi.org/10.32938/ag.v3i4.326

Maswar, Zikriati Mahyani, & Muhammad Jufri. (2020). PENGARUH

MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA

35
KARYAWAN. Al-Idarah : Jurnal Manajemen Dan Bisnis Islam, 1(1).

https://doi.org/10.35316/idarah.2020.v1i1.16-29

Mokoagow, A. S., Lombogia, S. O. B., & Lainawa, J. (2021). Peran penyuluh

terhadap adopsi inovasi usaha ternak sapi potong di Kelurahan Karondoran

Kecamatan Ranowulu Kota Bitung. ZOOTEC, 41(2).

https://doi.org/10.35792/zot.41.2.2021.34783

Nafiqoh. (2022). Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Studi

Pada Kelompok Tani Ternak Sumber Rejeki Desa Tawangrejo Kecamatan

Turi Kabupaten Lamongan). In Jurnal Administrasi Publik.

Ningtyas, M. (2018). Bab III - Metode Penelitian Metode Penelitian. Metode

Penelitian.

Ninik Supriyati. (2015). Metode Penelitian Gabungan (Mixed Methods). Metode

Penelitian Gabungan (Mixed Methods), 1.

Nugraha, A., Armayani, Razak, M. R. R., & Rifa’i. (2021). Tingkat Motivasi

Peternak dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup Keluarga (Studi Kasus

Kelompok Ternak Jaya Bersama Kelurahan Massepe Kecamatan Tellu

Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang). Jurnal AGRIOVET, 3(2).

Pateda, S. Y. dan U. . R. (2022). PROFIL PETANI-TENAK SAPI POTONG

PADA KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI. Gorontalo Journal of

Equatorial Animals, 1(2).

Setiawan, B. D., Arfa’i, A., & Nur, Y. S. (2020). MOTIVASI,

PERMASALAHAN DAN ALTERNATIF SOLUSI PROGRAM SISKA

(SISTEM INTEGRASI SAPI DAN KELAPA SAWIT) DI KABUPATEN

36
PASAMAN BARAT. BULETIN ILMIAH NAGARI MEMBANGUN, 3(2).

https://doi.org/10.25077/bina.v3i2.205

Shomad, M. A., & Agistiya, R. (2021). PKM ALAT MESIN PENCACAH

RUMPUT UNTUK PENGEMBANGATERNAK MASYARAKAT

MANDIRI DAN EKONOMIS. Prosiding Seminar Nasional Program

Pengabdian Masyarakat. https://doi.org/10.18196/ppm.32.210

Solikin, N., Andaruisworo, S., & Hasim, A. N. (2022). Pemahaman Peternak Sapi

Tentang Kandungan Nutrisi Limbah Pertanian dalam Efisiensi Pakan. Jurnal

ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara, 6(1).

https://doi.org/10.29407/ja.v6i1.16902

Sugiyono. (2018). Bab III - Metode Penelitian Metode Penelitian. Metode

Penelitian.

Suhaimi, A., Saihani, A., Royensyah, R. Van, & Mahdiannoor, M. (2022).

PENGEMBANGAN USAHA KERBAU RAWA DENGAN MODEL DESA

SENTRA PEMBIBITAN (VILLAGE BREEDING CENTRE) DI

KALIMANTAN SELATAN (Pelaksanaan Program Pengembangan Desa

Mitra Tahun II). Jurnal Pengabdian Al-Ikhlas, 7(3).

https://doi.org/10.31602/jpaiuniska.v7i3.6910

Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). partisipasi anggota kelompok ternak dalam

pengembangan sumberdaya dan usaha peternak sapi potong. Suparyanto

Dan Rosad (2015, 5(3).

Uskuluan, A., Sio, S., & Kia, K. W. (2022). Pengaruh Karakteristik Peternak ddan

Dukungan Penyuluh terhadap Produktivitas Sapi Potong di Desa Kaenbaun

37
Kecamatan Miomaffo Timur. Journal of Animal Science, 7(2502).

38

Anda mungkin juga menyukai