Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG

DI KECEMATAN RHEE KABUPATEN SUMBAWA

SKRIPSI

HENDRI
NIM: 20.54231.1.051

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SAMAWA (UNSA)
SUMBAWA BESAR
2022
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Daging merupakan salah satu sumber protein hewani yang bersumber dari hewan ternak.

Daging dapat dihasilkan dari berbagai komoditas peternakan seperti ternak besar, ternak kecil

dan ternak unggas. Ternak besar seperti sapi merupakan salah satu jenis ternak yang memilki

peranan penting sebagai penghasil daging dengan kualitas dan kuantitas cukup baik. Jenis atau

bangsa sapi yang terdapat di Indonesia sebagai penghasil daging adalah sapi potong seperti

bangsa sapi Bali, sapi Madura, sapi Peranakan Ongole (PO), dan sapi Brahman Cross (Rianto

dan Purbowati, 2009).

Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan

makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam

kehidupan masyarakat. Sebab seekor sapi atau kelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai

macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging (Riano& Purbowati,2009).

Prospek beternak sapi potong di Indonesia masih tetap terbuka lebar dalam waktu yang

lama. Hal ini disebabkan kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus menunjukkan

peningkatan. Peningkatan ini memang sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi dan kesadaran

akan gizi dari masyarakat. Selain itu, dengan semakin bertambahnya penduduk berarti akan

semakin bertambah pula konsumsi daging sapi. Namun peningkatan permintaan daging sapi ini

tidak diikuti oleh jumlah populasi ternak sapi potong (Yusuf & Nulik, 2008).

Perkembangan usaha sapi potong didorong oleh permintaan daging yang terus menerus

meningkat dari tahun ke tahun dan timbulnya keinginan sebagian besar peternak sapi untuk

menjual sapi-sapinya dengan harga yang lebih pantas. Perkembangan usaha sapi potong juga
tidak lepas dari upaya pemerintah yang telah mendukung. Kondisi ini dapat menjadi motivasi

dari para peternak untuk lebih mengembangkan usaha peternakan sapi potong sebagai upaya

pemenuhan permintaan dan peningkatan pendapatan masyarakat (Siregar, 2008).

Usaha peternakan sapi potong bagi masyarakat di Kabupaten Sumbawa khususnya petani

peternak bukanlah suatu hal yang baru. Di setiap nagari, banyak warga masyarakat

mengembangkan usaha memelihara ternak. Namun demikian dilihat dari pola usaha yang

berkembang, ternyata masih bersifat tradisional dan berskala usaha rumah tangga dengan rata-

rata usahanya sekitar 1-3 ekor per rumah tangga.

Pengembangan usaha diarahkan untuk memfasilitasi kegiatan yang beriorentasi agribisnis

dan memperluas kegiatan ekonomi produktif petani, serta meningkatkan efesiensi dan daya

saing. Upaya peningkatan daya saing usaha ternak sapi potong rakyat secara teknis dapat

dilakukan dengan meningkatkan produktivitas sehingga produknya dapat dijual pada tingkat

harga yang cukup murah tanpa mengurangi keuntungan peternak. Dalam pengembangan sapi

potong, pemerintah menempuh dua kebijakan, yaitu ekstensifikasi menitikberatkan pada

peningkatan populasi ternak yang didukung oleh pengadaan dan peningkatan mutu bibit,

penanggulangan penyakit, perbaikan reproduksi dilakukan dengan IB dengan penyapihan dini

bebet, penyuluhan dapatpembinahan usaha, bantuan perkreditan, pengadaan dan peningkatan

mutu pakan genetik (intensifikasi), dan pemasaran, dan mutu genetik (Suryana dalam

Kuswaryan, dkk, 2003).

Kebutuhan sapi potong untuk Kabupaten Sumbawa hingga saat ini masih dipenuhi

dengan mendatangkan ternak dari luar daerah. Program pengembangan sapi potong saat ini

belum dapat menjadikan daerah ini sebagai daerah swasembada. Beberapa faktor yang menjadi
penyebabnya antara lain : laju pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan

perkembangan populasi ternak sapi; terjadinya pengurasan sapi bakalan dari beberapa sentra

pengembangan yang ada ke luar daerah; sulitnya merubah tradisi pemeliharaan ekstensif menjadi

intensif; dan rendahnya tingkat adopsi teknologi.

Potensi sumberdaya pakan yang ada terutama berupa limbah pertanian tanaman pangan

dan berintegrasi dengan tanaman perkebunan lainnya belum termanfaatkan. Potensi

pengembangan sapi potong yang cukup besar di Kabupaten Sumbawa memerlukan dukungan

kebijakan yang tepat dari pemerintah. Selain program pemberdayaan pakan inkonvensional yang

melimpah, juga pembinaan yang intensif pada daerah-daerah sentra hendaknya menjadi prioritas.

Introduksi teknologi yang sesuai dengan potensi daerah serta pewilayahan sentra pengembangan

yang memperhatikan alur pemasaran yang ada merupakan langkah penting di Desa Rhee

Kecamatan Rhee Kabupaten Sumbawa menuju daerah swasembada daging sapi potong.

Masalah yang sering dihadapi peternak antara lain adalah tingkat pengetahuan dan

keterampilan petani peternak yang masih rendah, perkembangan harga yang tidak stabil,

ketersediaan bibit yang tidak bermutu, permodalan yang masih kecil, dan kelembagaan peternak

sapi potong belum berjalan dengan baik.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pengembangan peternakan sapi potong agar

berkesinambungan dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat petani peternak sapi

potong adalah perlunya suatu strategi dalam pengembangan peternakan sapi potong ini lebih

lanjut. Hal inilah yang melatar belakangi penelitian mengenai “Analisis Potensi Pengembangan

usaha Sapi Potong di Desa Rhee Kecamatan Rhee Kabupaten Sumbawa”.


1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yakni bagaimana potensi pengembangan usaha

sapi potong di Desa Rhee Kecamatan Rhee Kabupaten Sumbawa ?

1.3 TUJUAN

Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui analisis potensi pengembangan usaha sapi

potong di Desa Rhee Kecematan Rhee Kabupaten Sumbawa

Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai informasi bagi instansi setempat dalam pengembangan sapi potong di Kecamatan

Rhee Kabupaten Sumbawa.

2. Sebagai bahan informasi bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan usaha sapi

potong.

Anda mungkin juga menyukai