PENDAHULUAN
akan gizi sebagai dasar pembentukkan manusia Indonesia masa depan. Selain
terus meningkat. Hal tersebut sangat diharapkan sebab konsumsi protein hewani
1
2
bertambahnya jumlah penduduk dan juga tingkat kesadaran gizi manusia bagi
masyarakat. Konsumsi kebutuhan gizi tersebut tak terkecuali dalam hal ini
Usaha ternak sapi perah rakyat pada umumnya hanya dijadikan sebagai
pekerjaan sambilan selain bertani sebagai usaha yang utama. Peternak akan
cukup besar. Padahal usaha sapi perah tersebut juga dapat memberikan
kontribusi pendapatan bagi peternak. Usaha ternak sapi perah dengan produksi
dari usaha ternak sapi perah ini dapat menambah pendapatan peternak selain
pertanian telah dikembangkan oleh Pemerintah dengan tujuan social yaitu untuk
usahatani susu dan peternakan sapi perah dapat memberi dukungan terhadap
suatu wilayah.
Ternak sapi khususnya merupakan salah satu sumber penghasil susu sapi
yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan penting bagi kehidupan
salah satunya adalah susu sapi, disamping hasil ikutannya antara lain adalah
memiliki karakteristik yang cocok untuk usaha sapi perah. Salah satu
adalah sumber bahan pakan, ketersediaan air, dan iklim yang dingin cocok
Timur, dengan sector peternakan sebagai salah satu sumber mata pencaharian
BPS (Badan Pusat Statistik) tercatat pada tahun 2013 populasi ternak sapi perah
adalah sebesar 22,444. Pada tahun 2014 populasi ternak sapi perah meningkat
menjadi 23,390. Pada tahun 2015 populasi ternak sapi perah terus meningkat
menjadi 24,097. Dan pada tahun 2016 populasi ternak mengalami penurunan
menjadi 20,670.
4
Dan jumlah peternak sapi perah di Desa Pujon lor pada laporan tahunan
Koperasi Susu “SAE” Pujon tercatat pada tahun 2014 sebesar 323, pada tahun
2015 meningkat menjadi 355, pada tahun 2016 sebesar 376, pada tahun 2017
salah satu koperasi yang cukup besar di Provinsi Jawa Timur. Terletak di
anggota hingga akhir tahun 2017, perkembangan yang cukup baik yang di awal
terbentuknya pada tahun 1962 hanya memiliki 22 orang anggota saja. Koperasi
“SAE” Pujon juga menjadi sumber mata pencaharian terbesar, usaha yang
memperhitungkan modal dan juga biaya produksi yang dikeluarkan untuk biaya
peternak sapi perah. Maka, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul
B. Perumusan Masalah
1. Seberapa besar tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor
C. Pembatasan Masalah
yang ditetapkan, maka perlu pembatasan yang jelas yaitu wilayah penelitian ini
adalah peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten
Malang Provinsi Jawa Timur. Sedangkan variable yang diteliti adalah variable-
D. Tujuan Penelitian
Kabupaten Malang.
E. Kegunaan Penelitian
ternak untuk lebih mengembangkan usaha ternak sapi perah agar dapat
mempengaruhinya.
keputusan dan para pembuat kebijakan yang sesuai dengan kondisi daerah
3. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi peneliti lain.
7
BAB II
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pendapatan yang diterima oleh
“SAE” Pujon pada tiga area produksi potensial yaitu Sebaluh, Ngabab, dan
keatas. Hasil analisis regresi OLS menunjukkan bahwa pada derajat keyakinan
pendapatan anggota koperasi “SAE” Pujon. Sedangkan usia dan jumlah tenaga
Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat Berdasarkan Skala Usaha di Desa Boto
skala. Skala I (memiliki 2 – 3,33 ST), Skala II (5,34 – 10,66 ST) dan Skala III
(>10,66 ST). Data Primer diperoleh dengan menggunakan metode survey dan
narasumber. Analisi data yang digunakan adalah deskriptif dan analisis regresi
pendapatan dengan nilai koefisien 0,751. (5) Luas lahan berpengaruh signifikan
sampel yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan area sampel. Fungsi
menggunakan alat analisis regresi berganda, dan Uji Asumsi Klasik. Hasil yang
diperoleh dari uji F, biaya produksi (X2), total produksi susu (X3), dan
usaha ternak sapi perah artinya usaha ternak sapi perah di Lokasi penelitian bisa
dan Skala Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kota Semarang. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh biaya pakan hijau,
pakan konsetrat, biaya tenaga kerja, biaya pengobatan, modal, pelatihan, dan
biaya pakan konsetrat, biaya pengobatan, biaya modal, dan biaya tenaga kerja
pendapatan.
10
B. Landasan Teori
Peternakan sapi perah merupakan salah satu bagian dunia usaha untuk
ternak sapi perah melalui operasional penerapan teknik tertentu yang secara
karakteristik peternakan rakyat ini adalah skala usahanya kecil (1-3 ekor),
perah merupakan suatu kegiatan dan lapangan hidup bagi seseorang untuk
bertujuan untuk :
“Ternak yang dipelihara oleh petani kecil, baik yang memiliki tanah
dilakukan hanya bila membutuhkan uang tunai, jadi tidak didasarkan atas
perah harus terus dibina agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi usaha
tidak hanya dengan bantuan material dan biaya dari pemerintah, tetapi juga
Sapi perah mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1890-an. Impor sapi
signifikan pada peternakan sapi perah di Indonesia. Saat itu, jenis sapi yang
diimport adalah jenis Ayrshire, Jersey, dan milking shorthorn dari Australia.
(FH) dari Belanda. Saat ini sapi FH merupakan jenis sapi perah yang
Sapi Fries Holland berasal dari Belanda. Bobot badan ideal sapi
FH betina dewasa sekitar 682 kg dan jantan dewasa bisa mencapai 1.000
kg. Bobot anak sapi FH yang baru dilahirkan mencapai 43 Kg. Ciri sapi
dan bulu ekornya berwarna putih, serta tanduk pendek dan menjurus ke
depan. Sapi FH biasanya lambat dewasa. Sifat sapi ini jinak dan tenang
dunia.
sepuluh bulan. Kadar lemak susunya relative rendah sekitar 3,5 – 3,7%.
Produksi susu sapi FH di Indonesia rata0rata 10 liter per ekor per hari
susu segar.
b. Sapi Jersey
Channel antara Prancis dan Inggris. Nenek moyang dari sapi Jersey
adalah sapi liar Bos (Taurus) typicus longifrons yang kemudian dikawin
Jersey memiliki badan paling kecil di antara bangsa sapi perah lainnya.
atau kuning dan ada yang agak merah, tetapi di bagian-bagian tertentu
ada yang berwarna putih. Sapi jantan memiliki warna lebih gelap
tetapi lebih tahan panas. Sapi Jersey merupakan sapi yang tidak begitu
jinak.
c. Sapi Ayrshine
Jenis sapi Ayrshine berasal dari Ayr yang terletak di barat daya
belang merah atau coklat dan putih. Bobot badan betina sekitar 545 kg,
sedangkan yang jantan 841 kg. Tanduk agak panjang dan menjurus ke
atas, sedikit lurus dengan kepala, dan sifatnya agak tenang. Badannya
lebih besar daripada jersey dan Guernsey, tetapi lebih kecil daripada sapi
FH. Sapi ini biasa merumput di padang rumput yang tidak terllau besar.
Jenis sapi brown swiss adalah bangsa sapi perah tertua yang
yang berasal dari lereng-lereng gunung di Swiss. Warna bulu coklat abu
muda atau tua, seperti warna tikus. Bulu ekornya warna hitam. Ukuran
badan dan tulangnya cukup besar, hampir sama dengan sapi FH.
16
Produksi susu rata-rata 5.939 per masa laktasi. Susu dari sapi brown
swiss biasanya diolah menjadi keju. Kadar lemak pada susu sapi brown
e. Sapi Guernsey
Inggris. Warna bulu coklat bercak putih dan memiliki bentuk badan
suhu yang lebih dingin daripada Pulau Jersey, tetapi kondisi padang
rumput dan manajemen yang dipakai kedua pulau tersebut sama. Sapi
ini memiliki daya adaptasi yang baik terhadap panas matahari dan
sifatnya agak jinak. Hasil susu sapi Guernsey biasanya diolah menjadi
mentega.
f. Milking Shorthorn
moyang sapi ini adalah Bos (Taurus) typicus premigenius. Bobot badan
ideal jantan 955 Kg dengan bobot lahir 34 Kg. Awal mulanya sapi ini
dikenal sebagai jenis sapi dwiguna (perah dan pedaging). Karena itu,
tipe perah dan pedaging dari jenis sapi shorthorn. Namun, pada tahun
17
sebagai sapi perah. Sapi ini memiliki warna bervariasi dari hampir putih
putih. Produksi susu mencapai 5.126 kg per laktasi dengan kadar lemak
susu 3,65%.
g. Sapi Sahiwal
Sapi Sahiwal berasal dari India. Sapi ini memiliki tubuh yang
terdapat warna putih. Bobot badan sapi betina dewasa rata-rata 550 kg,
denga produksi susu per laktasi sekitar 2.270 liter atau 7,5 liter/ekor/hari
pakan yang baik, sapi betina sahiwal dapat beranak pertama kali saat
Sama seperti sapi sahiwal, sapi red sindhi berasal dari India. Sapi
tubuhnya beragam, dari merah tua hingga sawo matang. Bobot sapi red
shindig betina dewasa 300 – 350 kg dan jantan dewasa 400 – 454 kg.
Sementara itu, bobot anak sapi betina yang baru lahir 18 – 20 kg dan
18
anak sapi jantan yang baru lahir 21 – 24 kg. Sapi red shindi dapat
Produksi susu rata-rata red shindig untuk satu masa laktasi 1.662 liter
shindim dan sapi jersey. Australian mikling zebu memiliki darah sapi
zebu 20 – 40% dan sapi jersey 60 – 80%. Ciri sapi Australian milking
zebu betina seperti sapi jersey dengan warna bulu dominan kuning emas
hingga cokelat kemerahan. Sapi ini tahan terhadap cuaca panas dan
penyakit caplak. Produksi susu sapi ini sekitar 7 liter per hari dengan
kisaran produksi susu 1.445 – 2.647 kg per 330,5 hari. Produksi susu
maksimum mencapai 4.858 liter per hari 330,5 hari atau 16 liter per hari.
baik.
3. Biaya Produksi
kerja dan modal. Pada keadaan waktu tertentu, kita dapat menghasilkan
Hubungan input dengan output secara teknis ini oleh ahli ekonomi disebut
input dan output, yang ditandai jumlah output maksimal yang dapat
dalam suatu proses produksi akan sangat ditentukan oleh proporsi masukan
setiap masukan atau factor produksi tersebut. Hubungan teknis antara faktor
dari proses produksi sebab biaya produksi merupakan masukan atau input
ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus
pendek dan biaya produksi jangka panjang. Biaya produksi jangka pendek
meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya berubah (variable cost).
biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap (variable) :
berikut :
21
TC = FC + VC
Keterangan :
TC : Biaya Total
FC : Biaya Tetap
sumber-sumber produksi.
a. Y = a + bX (fungsi linier)
b. Y = a + bX - c X 2 (fungsi kuadratis)
c. Y = a X 1b X 2c X 3 d (fungsi Cobb-Douglas)
22
Keterangan :
dihasilkan dari setiap tambhan satu unit input yang ditambhakna tadi mula-
mula menaik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila output tersebut terus
ditambah.
product curve).
23
kurva yang menunjukkan tingkat produksi total (Q) pada berbagai tingkat
atau Q + f (X). Kurva marginal physical product (MPP) adalah kurva yang
menunjukkan tambahan atau kenaikan dari TPP, yaitu ∆TPP atau ∆Q, yang
∆ TPP ∆ Q df ( X )
MPP x = = =
∆X ∆X dX
Keterangan :
∆X : Perubahan input
∆Q : Perubahan produksi
hasil rata-rata per unit input variable pada berbagai tingkat penggunaan
input tersebut.
Secara grafik hubungan antara kurva TPP, MPP, dan APP adalah
sebagai berikut :
24
Gambar 2.1
Kurva TPP, MPP, dan APP
4. Teori Pendapatan
sendiri.
digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku di pasar
habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga kerja dalam
produksi peternak dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun
sebagai berikut :
TR = P × Q
Keterangan :
TR : Penerimaan Total
P : Harga
variable jumlah produksi (Q) yang dihasilkan serta tingkat harga komoditi
adalah selisih penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan dalam
dalam jurnal ilmiah Pukuh Ariga (2013:20) pendapatan dan biaya peternak
ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari
27
tenaga kerja, luas lahan dan modal. Faktor eksternal berupa harga. Faktor
sarana produksi dan harga tidak dapat dikuasai oleh peternak sebagai
individu meskipun dana tersedia. Bila salah satu sarana produksi tidak
tersebut.
penerimaan (TR) dan total biaya (TC). Keuntungan juga merupakan insentif
perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh maka semakin besar pula
jika positif ( > 0) dimana TR > TC. Laba maksimum tercapai bila nilai
π = TR – TC
Keterangan :
Terutama pada peternak semakin banyak jumlah ternak yang dimiliki maka
semakin menigkat pula jumlah produksi susu yang dihasilkan oleh peternak
sapi perah.
perah sehingga akan tercipta kemampuan yang cukup baik untuk mengelola
usahanya. Pengalaman ini diukur dalam satuan waktu tahun dimana usaha
D. Kerangka Pemikiran
keluarga. Penelitian ini untuk meneliti apakah factor jumlah ternak, pengalaman
sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Berdasarkan
penjelasan pada latar belakang dan landasan teori, maka dapat dibuat bagan
Jumlah Ternak
(X1)
Pengalaman
Usaha Ternak
Sapi Perah
Berternak Pendapatan
(X2)
Pakan Konsetrat
(X3)
30
E. Hipotesis
sebelumnya, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah diduga bahwa
terhadap pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
kuantitatif, dimana peneliti ini data yang diperoleh dalam bentuk angka
kesimpulan.
dipecahkan.
B. Lokasi Penelitian
merupakan daerah yang sesuai dengan komoditas susu sapi. Selain itu Desa
memiliki potensi untuk berternak sapi perah di Desa Pujonlor Kecamatan Pujon
berhubungan dengan focus penelitian. Dalam penelitian ini data yang digunakan
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari obyek yang
Koperasi Susu SAE Pujon di Desa Pujon lor, Kecamatan Pujon Kabupaten
Malang.
2. Data Sekunder
oleh peneliti. Data sekunder diperoleh dari dokumen yang ada pada instansi
1. Wawancara
2. Kuesioner
3. Dokumentasi
mengumpulkan dokumen berupa arsip-arsip dan catatan lain baik dari buku
1. Populasi
adalah generalisasi yang terdiri dari objek yang mempunyai kuantitas dan
Malang.
2. Sampel
acak (random) dari semua peternak sapi perah. Dan diambil sampel 10%
dari jumlah populasi yaitu sebanyak 44 peternak sapi perah yang berasal
dari Desa Pujon Lor. Jumlah tersebut diharap telah mencukupi, mengingat
Pd = TR – TC
Keterangan :
Pd : adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh
peternak sapi perah (rupiah).
TR : adalah total revenue atau penerimaan yang diperoleh peternak
sapi perah (rupiah).
35
Keterangan :
Ý = Pendapatan Peternak (rupiah)
a = Koefisien Intercept (konstanta)
X1 = Jumlah Ternak Sapi Perah
X2 = Pengalaman Berternak
X3 = Pakan Konsetrat
e = Variabel lain yang tidak diteliti
F tabel) , apabila F hitung lebih besar dari F tabel maka H 0 ditolak dan H 1
diterima.
Apabila nilai statistic t hasil perhitungan (t hitung) lebih tinggi nilai t menurut
dependen.
2011). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai dengan satu.
batasan variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini variabel yang
yang berasal dari banyaknya produksi susu sapi kemudian dikurangi biaya
ternak).
Adalah lamanya periode atau jenjang waktu yang ditempuh peternak selama
BAB IV
A. Hasil Penelitian
ketinggian desa ini adalah berupa perbukitan atau pegunungan yaitu sekitar
1.000 m di atas permukaan air laut. Berdasarkan data BPS Kabupaten Malang
curah hujan di Desa Pujon lor rata-rata mencapai 1.000 mm. Curah hujan
waktu sekitar 2 jam. Desa Pujon lor merupakan wilayah yang secara geografis
Luas wilayah Desa Pujonlor keseluruhan adalah : 330,18 Ha. Dimana seluas
52,5 Ha adalah permukiman penduduk dan sisanya adalah lahan kering dan
areal persawahan.
2. Karakteristik Responden
Hal ini pula dilakukan oleh sebagian penduduk Desa Pujonlor, mereka bekerja
Dalam analisa ini akan disajikan dalam bentuk table dan juga dalam %
telah diteliti. Data responden yang diambil melalui kuesioner dan wawancara
berjumlah 44 orang peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kabupaten Malang.
40
a. Usia Responden
usia para responden yaitu peternak sapi perah. Usia merupakan lama hidup
Tabel 4.1
Usia Responden
Dari tabel 4.1 diatas dapat terlihat bahwa usia responden dibawah
menurut jenis kelamin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut :
Tabel 4.2
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%)
Laki-laki 40 90,91
Perempuan 4 9,09
Jumlah 44 100
Pada tabel 4.2 diatas dapat terlihat bahwa jenis kelamin dari 44
c. Pendidikan Responden
Tabel 4.3
Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Prosentase (%)
SD 21 47,73
SMP 15 34,09
SMA 8 18,18
Jumlah 44 100
Malang. Tanggungan keluarga dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.4
Jumlah Tanggungan Keluarga Responden
1–2 9 20,45%
3–4 28 63,64%
5–6 7 15,91%
Jumlah 44 100
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah anggota keluarga yang
atau 20,45% dari 44 responden peternak sapi perah. Dan kemudian jumlah
responden 7 atau 15,91% dari 44 responden peternak sapi perah. Hal ini
e. Pekerjaan Responden
utama dan pekerjaan sampingan. Artinya yaitu usaha peternak sapi perah
pekerjaan sampingan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.5
Pekerjaan Responden
Jumlah 44 100
Dari tabel 4.5 diatas dapat terlihat bahwa usaha ternak sapi perah
sapi adalah sebagai sumber utama pendapatan peternak sapi perah di Desa
jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak sapi perah di Desa Pujonlor
Tabel 4.6
Crosstab Kepemilikan Jumlah Ternak
Pendapatan
000(Rp)
2.500 - 3.500 -
< 2.499 > 5.000 Jumlah
3.499 4.999
Jumlah
Ternak
9 1 10
1-3 ternak - -
20,45% 2,27%
2 23 3
4 - 6 ternak - 28
4,55% 52,27% 6,82%
6
7 - 9 ternak - - - 6
13,64%
Jumlah 11 24 9 - 44
Dari tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah ternak
yang dimiliki responden adalah 1 sampai dengan 3 ekor sapi perah dengan
Tabel 4.7
47
7 19 2
< 20 tahun - 28
15,91 43,18 4,55
3 4
21 - 24 tahun - - 7
6,82 9,09
4 1 4
> 25 tahun - 9
9,09 2,27 9,09
Jumlah 11 23 10 - 44
atau tidak ada peternak sapi perah yang jumlah pendapatannya diatas Rp
5.000.000,-
h. Pakan Konsetrat
Berikut jumlah pakan konsetrat yang digunakan peternak untuk sapi perah
sebagai berikut :
Tabel 4.8
Crosstab Kepemilikan luas lahan hijau
Pendapatan
000(Rp)
< 2.499 2.500 - 3.499 3.500 - 4.999 > 5.000 Jumlah
Pakan
Konsetrat
1 - 3 kw - - - - -
12 20 -
4 - 6 kw - 32
27,27% 45,45%
3 9
7 - 9 kw - - 12
6,82% 20,45%
Jumlah 12 23 9 - 44
ada.
susu yang dijual ke Koperasi Susu “SAE” Pujon, di Desa Pujon lor
51
Tabel 4.9
Hasil Pendapatan Responden
Nama
No TR TC π = TR - TC
Peternak
1 Supadi Rp 5,700,000 Rp 2,690,000 Rp 3,010,000
2 Miswondo Rp 5,550,000 Rp 2,641,500 Rp 2,908,500
3 Rumpoko Rp 5,100,000 Rp 2,708,000 Rp 2,392,000
4 Nanda B. Rp 4,950,000 Rp 2,470,500 Rp 2,479,500
5 Endi C. Rp 4,500,000 Rp 2,320,500 Rp 2,179,500
6 Leo Gusti Rp 6,900,000 Rp 3,747,000 Rp 3,153,000
7 Jumani Rp 6,150,000 Rp 3,085,500 Rp 3,064,500
8 Tiami Rp 7,200,000 Rp 3,510,500 Rp 3,689,500
9 Heri Sucipto Rp 5,700,000 Rp 3,015,500 Rp 2,684,500
10 Jupri Rp 5,250,000 Rp 2,768,000 Rp 2,482,000
11 Ali Murtopo Rp 7,500,000 Rp 3,794,500 Rp 3,705,500
12 Faris Rp 7,200,000 Rp 3,788,500 Rp 3,411,500
13 Dedy Rp 6,900,000 Rp 3,424,500 Rp 3,475,500
14 Sutrisno Rp 5,400,000 Rp 2,913,000 Rp 2,487,000
15 Udin Rp 4,650,000 Rp 2,334,500 Rp 2,315,500
16 Dwi S. Rp 7,650,000 Rp 3,791,000 Rp 3,859,000
17 Yasim Rp 8,250,000 Rp 4,051,500 Rp 4,198,500
18 Riski Rp 7,950,000 Rp 4,074,000 Rp 3,876,000
19 Asnan W. Rp 4,950,000 Rp 2,392,500 Rp 2,557,500
20 Slamet F. Rp 6,900,000 Rp 3,900,000 Rp 3,000,000
21 Sutaman Rp 4,950,000 Rp 2,656,500 Rp 2,293,500
22 Imam Rp 4,800,000 Rp 2,626,000 Rp 2,174,000
23 Suratno Rp 4,650,000 Rp 2,472,000 Rp 2,178,000
24 Sukarsih Rp 4,950,000 Rp 2,608,000 Rp 2,342,000
25 Murni Rp 7,950,000 Rp 4,236,000 Rp 3,714,000
26 Widodo Rp 5,550,000 Rp 2,813,500 Rp 2,736,500
27 Arifin Rp 6,000,000 Rp 3,003,000 Rp 2,997,000
28 Gatot Susilo Rp 5,400,000 Rp 2,687,500 Rp 2,712,500
29 Hari Sameni Rp 5,850,000 Rp 2,994,500 Rp 2,855,500
30 Zaenal Rp 6,150,000 Rp 3,197,000 Rp 2,953,000
52
Dari data di atas diketahui total pendapatan kotor peternak sapi perah di
sebagai berikut :
π = TR – TC
π = Rp 268.500.000 - Rp 136.061.500
π = Rp 132.438.500,-
Tabel 4.10
Prosentase Pendapatan Responden
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa hasil pendapatan responden yang
Pada bagian ini akan dilakukan analisis data mengenai pengaruh factor
Kabupaten Malang. Berdasarkan data dari hasil penelitian tersebut maka dapat
ditemukan hasil analisa regresi linier berganda, yang dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.11
Hasil Analisis Linier Berganda
Dependent Variable: LOG(Y)
Method: Least Squares
Date: 04/17/18 Time: 11:49
Sample: 1 44
Included observations: 44
sebagai berikut :
sebesar 0,319.
3. Hasil Uji t
57
sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang maka
digunakan uji t (t – test) dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan t tabel.
a. Jika t tabel < t hitung atau t hitung < t tabel, maka H o diterima dan H a
ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variable
b. Jika t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel, maka H o ditolak dan H a
variable terikat.
Pada tabel 4.12 di bawah akan disajikan hasil perbandingan antara nilai
Tabel 4.12
Perbandingan Antara Nilai t hitung dengan t tabel
Variabel t hitung t tabel Keterangan
X1 2,166 2,020 Signifikan
X2 2,429 2,020 Signifikan
X3 2,020 2,020 Signifikan
Dari uraian hasil t hitung dan t tabel di atas menunjukkan bahwa variabel
bebas yang meliputi jumlah ternak, pengalaman berternak dan pakan konsetrat
sebagai berikut :
Gambar 4.13
Daerah Daerah
Penolakan H o Penolakan H o
Daerah
Penerimaan H a
pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor diperoleh t hitung sebesar
2,166 Karena t hitung lebih besar dari t tabelyaitu 2,020 maka nilai t hitung
59
Kabupaten Malang.
Gambar 4.14
Variabel Pengalaman Berternak
Daerah Daerah
Penolakan H o Daerah Penolakan H o
Penerimaan H a
Pujon Kabupaten Malang diperoleh t hitung sebesar 2,429. Karena t hitung lebih
besar dari t tabel yaitu 2,020 maka nilai t hitung berada pada daerah daerah H a
nilai probabilitas adalah sebesar 0,050 nilai ini lebih kecil dari pada 0,05
sebagai berikut :
Gambar 4.15
Kurva variabel Kepemilikan Luas Lahan Hijau
61
Daerah Daerah
Penolakan H o Daerah Penolakan H o
Penerimaan H a
hijau terhadap tingkat pendapatan ternak sapi perah di Desa Pujon lor
Karena t hitung sama dengan t tabel yaitu 2,020 maka nilai t hitung berada pada
Malang.
4. Hasil Uji F
df1 = 2 dan df2 = 41 dengan nilai alpha (α) = 0,05 artinya kita mengambil
resiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar
ditolak dan H a diterima, sedangkan apabila F hitung < F tabel maka H o diterima
dan H a ditolak. Dari hasil analisis linier berganda diperoleh F tabel sebesar
signifikan terhadap tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor
dependent adalah cukup besar. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai koefisien
Pujon Kabupaten Malang, dapat dijelaskan sekitar 87% oleh variable jumlah
13% dijelaskan oleh variable-variabel lain yang tidak termasuk dalam model
penelitian ini.
konsetrat, maka jumlah tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon
Pujon
penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan dalam proses produksi,
berikut:
dari jumlah pendapatan peternak sapi perah dalam pendapatan satu bulan
sebesar Rp 136.061.500 dan dengan jumlah Biaya total (TC) adalah sebesar
Rp 132.438.500
Dari tabel 4.13 dapat diketahui pendapatan tertinggi peternak sapi perah
3.009.966.
2,166 dengan nilai prob sebesar 0,036. Nilai probabilitas ini lebih kecil dari
pada 0,05 (0,036 < 0,05) maka dengan demikian H o ditolak dan H a diterima
terhadap tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan
65
Pujon Kabupaten Malang, dengan asumsi yang digunakan yaitu variable lain
Kabupaten Trenggalek.
2,429 dengan nilai probabilitas sebesar 0,019. Nilai probabilitas ini lebih kecil
dari pada 0,05 (0,019 < 0,05) maka dengan demikian H o ditolak dan H a
signifikan.
lama peternak sapi perah berternak maka pendapatan peternak sapi perah akan
mengalami peningkatan.
2,020 dengan nilai probabilitas sebesar 0,050. Nilai probabilitas ini lebih kecil
dari pada 0,05 (0,050 < 0,05) maka dengan demikian H o ditolak dan H a
signifikan.
Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Maka hasil tersebut
dengan judul Analisis Keuntungan dan Skala Usaha Peternakan Sapi Perah
BAB V
A. Kesimpulan
68
sebagai berikut :
pendapatan kotor adalah sebesar Rp 8.250.000 dan biaya total produksi susu
peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang
0,036. Nilai probabalitas lebih kecil dari pada 0,05 (0,036 < 0,05). Hal ini
probababilitas lebih besar dari pada 0,05 (0,019 < 0,05). Hal ini
peternak sapi perah karena semakin lama peternak sapi perah memiliki
Ponorogo.
probabilitas 0,050. Nilai probabilitas lebih kecil dari pada 0,05 (0,050 <
Semarang.
d. Dari hasil analisis regresi linier berganda yang diperoleh dengan nilai
sisanya 13% dijelaskan oleh variable lain yang tidak dianalisis dalam
model ini.
0,00% dan apabila dibandingkan dengan F tabel sebesar 3,23 maka dapat
dipastikan nilai F hitung > F tabel sehingga H o ditolak artinya variable jumlah
B. Keterbatasan Penelitian
dengan metode ilmiah, akan tetapi adapun keterbatasan penelitian yaitu faktor-
71
penelitianiini terdiri dari tiga variabel, yaitu Jumlah ternak sapi perah,
Pengalaman berternak, dan pakan konsetrat, sedangkan masih banyak faktor lain
yang mempengaruhi Pendapatan Peternak sapi perah misalnya faktor biaya modal
C. Saran
1. Bagi peternak di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang agar
pendapatan peternak itu sendiri sehingga usaha peternak sapi ini tetap layak
untuk dikembangkan.
misalnya dari hasil ini menunjukkan bahwa jumlah ternak dan pengalaman
3. Bagi peneliti selanjutnya agar untuk memperluas ruang lingkup yang sama
DAFTAR PUSTAKA
Al arif, Nur dan Euis Amalia. 2010. Teori Mikroekonomi. Jakarta: Prenada Media
Group.
73
Ariga, Pukuh. 2013. Analisis Pendapatan Petani Tebu di Kecamatan Jepon Kabupaten
Blora. Skripsi: Universitas Negeri Semarang.
BPS, Kabupaten Malang. 2017. Jumlah Populasi Ternak Sapi Perah. Kecamatan
Pujon.
BPS, Kabupaten Malang. 2016. Jumlah Populasi Ternak Sapi Perah. Kecamatan
Pujon.
BPS, Kabupaten Malang. 2015. Jumlah Populasi Ternak Sapi Perah. Kecamatan
Pujon.
BPS, Kabupaten Malang. 2014. Jumlah Populasi Ternak Sapi Perah. Kecamatan
Pujon.
Herianto, Bagus dan Syarif Kemal. 2011. Berternak dan Bisnis Sapi Perah. Jakarta
Selatan: PT. Agromedia Pustaka.
Kanisius, Aksi Agraris. 1995. Anonimous. Petunjuk Praktis Usaha Berternak Sapi
Perah. Yogyakarta: Kanisius.
Pane, Ismed. 1993. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Sari, N. Denik, 2016. Analisis Pendapatan Petani Padi di Desa Sanankerto Kecamatan
Turen Kabupaten Malang. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Malang.
ANGKET PENELITIAN
Dengan hormat,
Hormat kami,
Peneliti
76
KUESIONER
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DESA PUJON LOR
KECAMATAN PUJON KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR
TAHUN 2018
Petunjuk Pengisian
3. Apabila ada soal memilih, maka pilihlah salah satu jawaban yang paling
I. Identitas Responden
III.Biaya Tetap