Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pada hakekatnya adalah usaha untuk memajukan

kehidupan masyarakat di segala bidang baik material maupun spiritual. Hampir

seluruh Negara berkembang melaksanakan pembangunan, hal ini dilakukan

oleh Indonesia sebagai Negara berkembang. Indonesia berupaya terus untuk

melaksanakan pembangunan nasional agar apa yang menjadi cita-cita dan

tujuan bangsa dapat tercapai.

Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan nasional

yang penting. Adapun salah satu tujuan pembangunan peternakan adalah

meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara berkelanjutan, yang

dilakukan melalui perbaikan gizi untuk mewujudkan keluarga mandiri sadar

akan gizi sebagai dasar pembentukkan manusia Indonesia masa depan. Selain

itu, pembangunan peternakan juga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan peternak, ketahanan pangan, dan pelestarian lingkungan

hidup, serta untuk devisa Negara.

Kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun

terus meningkat. Hal tersebut sangat diharapkan sebab konsumsi protein hewani

per-kapita per-hari masuk dalam daftar indicator kunci pembangunan Sosial-

Ekonomi (Kuncoro, 1997 – 24). Peningkatan konsumsi protein dengan

1
2

bertambahnya jumlah penduduk dan juga tingkat kesadaran gizi manusia bagi

masyarakat. Konsumsi kebutuhan gizi tersebut tak terkecuali dalam hal ini

adalah kebutuhan akan komoditas susu. Pembangunan sub-sektor peternakan,

khususnya pengembangan usaha sapi perah, merupakan salah satu alternative

upaya peningkatan penyediaan sumber kebutuhan protein hewani.

Usaha ternak sapi perah rakyat pada umumnya hanya dijadikan sebagai

pekerjaan sambilan selain bertani sebagai usaha yang utama. Peternak akan

menjual ternak tersebut jika mereka sewaktu-waktu membutuhkan biaya yang

cukup besar. Padahal usaha sapi perah tersebut juga dapat memberikan

kontribusi pendapatan bagi peternak. Usaha ternak sapi perah dengan produksi

utamanya adalah susu dapat memberikan pendapatan bagi peternak. Pendapatan

dari usaha ternak sapi perah ini dapat menambah pendapatan peternak selain

bertani di sawah maupun di pekarangan. Pendapatan usaha peternak sapi perah

dapat diketahui dengan cara melakukan analisis pendapatan.

Usaha peternakan sapi perah yang merupakan bagian dari sector

pertanian telah dikembangkan oleh Pemerintah dengan tujuan social yaitu untuk

menyediakan lapangan kerja dipedesaaan yang selanjutnya dapat menambah

pendapatan melalui peningkatan produksi susu sapi perah. Peningkatan

produksi sebagai refleksi dari meningkatnya permintaan masyarakat diharapkan

dapat mendorong terciptanya investasi baru, sehingga memungkinkan

penigkatan kapasitas usahatani ternaknya, sehingga adanya re-investasi dalam


3

usahatani susu dan peternakan sapi perah dapat memberi dukungan terhadap

suatu wilayah.

Ternak sapi khususnya merupakan salah satu sumber penghasil susu sapi

yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan penting bagi kehidupan

masyarakat. Ternak sapi perah dapat menghasilkan berbagai macam kebutuhan

salah satunya adalah susu sapi, disamping hasil ikutannya antara lain adalah

pupuk kandang, kompos, dan biogas.

Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang

memiliki karakteristik yang cocok untuk usaha sapi perah. Salah satu

karakteristik yang menjadi dukungan pengembangan usaha ternak sapi perah

adalah sumber bahan pakan, ketersediaan air, dan iklim yang dingin cocok

untuk sapi perah dalam berproduksi.

Kabupaten Malang terutama di Desa Pujon lor merupakan salah satu

daerah yang cocok untuk mengembangkan peternakan sapi perah di Jawa

Timur, dengan sector peternakan sebagai salah satu sumber mata pencaharian

penduduk. Populasi ternak di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang menurut

BPS (Badan Pusat Statistik) tercatat pada tahun 2013 populasi ternak sapi perah

adalah sebesar 22,444. Pada tahun 2014 populasi ternak sapi perah meningkat

menjadi 23,390. Pada tahun 2015 populasi ternak sapi perah terus meningkat

menjadi 24,097. Dan pada tahun 2016 populasi ternak mengalami penurunan

menjadi 20,670.
4

Dan jumlah peternak sapi perah di Desa Pujon lor pada laporan tahunan

Koperasi Susu “SAE” Pujon tercatat pada tahun 2014 sebesar 323, pada tahun

2015 meningkat menjadi 355, pada tahun 2016 sebesar 376, pada tahun 2017

sebesar 391 dan pada tahun 2018 sebesar 438.

Koperasi peternakan dan pemerahan susu sapi “SAE” Pujon adalah

salah satu koperasi yang cukup besar di Provinsi Jawa Timur. Terletak di

Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Koperasi ini sudah memiliki 8.763

anggota hingga akhir tahun 2017, perkembangan yang cukup baik yang di awal

terbentuknya pada tahun 1962 hanya memiliki 22 orang anggota saja. Koperasi

“SAE” Pujon juga menjadi sumber mata pencaharian terbesar, usaha yang

menguasai 63% penduduk sebagai anggota yang aktif menjalankan usaha

peternakan sapi perah ini.

Peternakan sapi perah masyarakat di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon

Kabupaten Malang masih memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam

menjalankan usahanya. Antara lain adalah dalam jumlah ternak, pengalaman

berternak, dan juga kepemilikan luas lahan hijau. Keterbatasan-keterbatasan ini

menjadikan peternak sapi perah dalam menjalankan usahanya tanpa

memperhitungkan modal dan juga biaya produksi yang dikeluarkan untuk biaya

operasional serta pendapatan yang diperoleh oleh peternak sapi perah.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui seberapa besar pendapatan peternak sapi perah dan

mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pendapatan


5

peternak sapi perah. Maka, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan

Peternak Sapi Perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten

Malang Jawa Timur”.

B. Perumusan Masalah

1. Seberapa besar tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor

Kecamatan Pujon Kabupaten Malang?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pendapatan peternak sapi

perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang?

C. Pembatasan Masalah

Dalam melaksanakan penelitian ini, agar tidak menyimpang dari tujuan

yang ditetapkan, maka perlu pembatasan yang jelas yaitu wilayah penelitian ini

adalah peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten

Malang Provinsi Jawa Timur. Sedangkan variable yang diteliti adalah variable-

variabel yang secara teoritis mempunyai pengaruh kuat terhadap pendapatan

peternak sapi perah, yaitu :

a. Variabel Jumlah Ternak

b. Variabel Pengalaman Berternak

c. Variabel Pakan Konsetrat

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk menghitung tingkat pendapatan yang diperoleh peternak sapi perah di

Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.


6

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap

pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon

Kabupaten Malang.

E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peternak dapat menjadi acuam dalam menentukan jumlah kepemilikan

ternak untuk lebih mengembangkan usaha ternak sapi perah agar dapat

meningkatakn pendapatan dengan menganalisis factor-faktor yang

mempengaruhinya.

2. Bagi Instansi yang terkait khususnya, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi di masa mendatang, terutam bagi para pengambil

keputusan dan para pembuat kebijakan yang sesuai dengan kondisi daerah

yang bersangkutan dan dapat menjadi acuan dalam rangka pembangunan

usaha ternak sapi perah di daerah tersebut atau di daerah lainnya.

3. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi peneliti lain.
7

BAB II

TEORI DAN TINJAUAN HIPOTESIS

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Menurut Wahyudi (2014) dengan judul penelitian Analisis Faktor-faktor

yang Mempengerauhi Pendapatan Anggota Koperasi Peternakan Sapi Perah.

Yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan anggota koperasi “SAE” Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pendapatan yang diterima oleh

anggota Koperasi “SAE” Pujon. Sementara umur, jumlah tenaga kerja,

kepemilikan lahan hijau, kategori usaha, kepemilikan laktasi dan pengalaman

kerja merupakan variable independen. Populasi berupa anggota Koperasi

“SAE” Pujon pada tiga area produksi potensial yaitu Sebaluh, Ngabab, dan

Jurangrejo. Sampel yang dipilih adalah anggota dengan pendapatan menengah

keatas. Hasil analisis regresi OLS menunjukkan bahwa pada derajat keyakinan

95 persen, kepemilikan lahan hijauan, kategori usaha, kepemilikan sapi laktasi,

dan pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang sifnifikan terhadap

pendapatan anggota koperasi “SAE” Pujon. Sedangkan usia dan jumlah tenaga

kerja tidak berpengaruh terhadap pendapatan.

Menurut Santoso (2015), dengan Judul Penelitian Analisis Pendapatan

Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat Berdasarkan Skala Usaha di Desa Boto

Putih Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek. Tujuan dari penelitian ini


8

adalah untuk mengetahui pendapatan, R/C ratio dan faktor-faktor ang

mempengaruhi pendapatan. Metode yang digunakan adalah Multistage

Sampling Method dengan total responden 41. Responden dibagi menjadi 3

skala. Skala I (memiliki 2 – 3,33 ST), Skala II (5,34 – 10,66 ST) dan Skala III

(>10,66 ST). Data Primer diperoleh dengan menggunakan metode survey dan

kuisioner terstruktur. Data sekunder diperoleh dari lembaga terkait dan

narasumber. Analisi data yang digunakan adalah deskriptif dan analisis regresi

berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Skala 3 lebih menguntungkan

dibandingkan skala 1 dan 2 dilihat dari biaya produksi sebesar Rp 617.886;

penerimaan Rp 1.593.471; pendapatan Rp 975.585; R/C ratio 2,30. Faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan adalah (1) Umur berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan dengan nilai koefisien 0,313. (2) Pendidikan

berpengaruh signifikan terhadap pendapat dengan nilai koefisien -0,158. (3)

jumlah anggota keluarga berpengaruh signifikan terhadap pendapatan dengan

nilai koefisien 0,215. (4) Jumlah ternak berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan dengan nilai koefisien 0,751. (5) Luas lahan berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan dengan nilai koefisien 0,171. (6) Pengalaman berternak

berpengaruh signifikan terhadapat pendapatan dengan nilai koefisien 0,225.

Menurut Sasongko (2017), dengan judul penelitian Analisis Faktor-

faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Ternak Peternakan Sapi Perah di

Kabupaten Ponorogo. Bertujuan untuk mengetahui seberapa besar Jumlah Sapi,

Biaya produksi, Produktivitas Susu, dan Pengalaman Kerja mempengaruhi


9

pendapatan peternak sapi perah di Kabupaten Ponorogo. Metode pengambilan

sampel yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan area sampel. Fungsi

produksi menggunakan teori fungsi Cobbs Douglas dan kemudian dilanjutkan

menggunakan alat analisis regresi berganda, dan Uji Asumsi Klasik. Hasil yang

diperoleh dari uji F, biaya produksi (X2), total produksi susu (X3), dan

pengalam berternak (X4) secara bersama-sama mempengaruhi pendapatan

usaha ternak sapi perah artinya usaha ternak sapi perah di Lokasi penelitian bisa

dipertahankan sebagai sumber pendapatan peternak. Sedangkan Jumlah Ternak

Sapi (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan peternak.

Menurut Riyanto (2013), dengan judul penelitian Analisis Keuntungan

dan Skala Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kota Semarang. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh biaya pakan hijau,

pakan konsetrat, biaya tenaga kerja, biaya pengobatan, modal, pelatihan, dan

pengalaman berternak. Metode yang digunakan adalah Analisis linier Berganda

dengan menggunakan SPSS 17.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable

biaya pakan konsetrat, biaya pengobatan, biaya modal, dan biaya tenaga kerja

berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Sedangkan biaya pakan hijau,

pelatihan, dan pengalaman ternak tidak berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan.
10

B. Landasan Teori

1. Usaha Peternak Sapi

Peternakan sapi perah merupakan salah satu bagian dunia usaha untuk

meningkatkan taraf hidup khususnya masyarakat pedesaan. Usaha

peternakan sapi perah di Indonesia mempunyai peranan dan kedudukan

yang sangat penting. Usaha peternakan ini selain merupakan sumber

penghasilan masyarakat dan juga merupakan sumber kesempatan kerja bagi

sebagian besar masyarakat desa. Melihat beberapa alas an tersebut maka

usaha peternakan perlu untuk didorong dan dikembangkan.

Adapun pengertian usaha peternakan sapi perah dalam Anonimous

(1995:19) dalam salah satu usaha yang dilakuakn seseorang ditempat

tertentu dimana perkembangbiakan ternaknya dan manfaatnya diatur dan

diawasi oleh peternak tersebut. Sedangkan usaha ternak menurut

Atmadilaga (1975:32) adalah suatu kegiatan dalam meningkatkan manfaat

ternak sapi perah melalui operasional penerapan teknik tertentu yang secara

ekonomis menguntungkan. Sehingga usaha peternakan sapi perah dapat

dikatakan sebagai lapangan hidup, tempat seseorang dapat menanam modal

untuk keperluan hidup keluarganya.

Selanjutnya menurut Atmadilaga (1975:16) sebagian besar

peternakan sapi perah dalam bentuk usaha peternakan rakyat. Dimana

karakteristik peternakan rakyat ini adalah skala usahanya kecil (1-3 ekor),

merupakan rumah tangga dan dikelola sebagai usaha sampingan.Dari


11

pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa usaha peternakan sapi

perah merupakan suatu kegiatan dan lapangan hidup bagi seseorang untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya melalui ternak sapi perah.

Dalam Anonimous (1984:21) usaha peternakan pada umumnya

bertujuan untuk :

a. Mencukupi kebutuhan rakyat akan kebutuhan protein hewani dan bahan

yang bermutu tinggi.

b. Mewujudkan terbentuknya perkembangan industry serta perdagangan

yang berasal dari ternak.

c. Mempertinggi taraf hidup rakyat terutama peternak.

Sedangkan tujuan dari usaha peternakan sapi perah dalam Anonimous

(1984:22) yaitu usaha yang diharapkan dapat mendatangkan keuntungan

dengan menggunakan prinsip ekonomi. Faktor-faktor penting dalam usaha

berternak sapi perah terletak pada kemampuan peternak dalam

menggabungkan beberapa factor produksi antara lain tata laksana, besarnya

usaha, dan biaya produksi.

Selanjutnya menurut Atmadilaga (1975:15), karakteristik peternakan

sapi perah rakyat meliputi :

“Ternak yang dipelihara oleh petani kecil, baik yang memiliki tanah

atau tidak pada umumnya dilakukan sebagai usaha sambilan. Ternak

dipelihara dalam jumlah kecil dengan cara semurah-murahnya dalam

rangka pembagian kerja diantara anggota keluarga. Penjualan ternak


12

dilakukan hanya bila membutuhkan uang tunai, jadi tidak didasarkan atas

perhitungan ekonomi produksi.”

Peternakan sapi perah mempunyai sumbangan yang besar dalam

pembangunan perekonomian nasional pada umumnya dan dalam

pembangungan pertanian pada khususnya, dimana usaha peternakan sapi

perah ini dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan

measyarakat melalui hasil penjualan produksi susu sapi.

Peran subsector peternakan dalam sector pertanian akan terus

meningkat. Peningkatan ini didorong oleh tingginya tingkat permintaan

terhadap bahan pangan asal ternak, sebagai akibat akan pentingknya

penyediaan gizi melalui protein hewani. Kesempatan untuk

mengembangkan usaha peternakan sapi perah masih sangat terbuka lebar,

hal ini dikarenakan produksi susu local masih belum mampu

memenuhipermintaan susu secara nasional. Untuk itu usaha peternakan sapi

perah harus terus dibina agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi usaha

yang benar-benar dapat menyongking kehidupan masyarakat.

Dalam Anonimous (1984:48) keberhasilan usaha peternakan sapi

tidak hanya dengan bantuan material dan biaya dari pemerintah, tetapi juga

harus ditunjang oleh pengetahuan dan keterampilan serta pengertian dari

semua pihak yang terkait dengan pengembangan produksi peternakan.


13

2. Jenis Sapi Perah

Sapi perah mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1890-an. Impor sapi

perah besar-besaran pada tahun 1980-an menghasilkan perkembangan

signifikan pada peternakan sapi perah di Indonesia. Saat itu, jenis sapi yang

diimport adalah jenis Ayrshire, Jersey, dan milking shorthorn dari Australia.

Selanjutnya pada permulaan abad ke-20 diimpor sapi fries Holland

(FH) dari Belanda. Saat ini sapi FH merupakan jenis sapi perah yang

mayoritas dipelihara peternak sapi perah di Indonesia. Pasalnya, produksi

susunya tertinggi dibandingkan sapi perah jenis lain.

Konsentrasi terbesar peternakan sapi perah dalam negeri saat ini

terhadap di Pulau Jawa. Berdasarkan statistic Dirktorat Jendral Peternakan,

tidak seluruh wilayah Indonesia memiliki peternakan sapi perah. Adapun

jenis-jenis sapi perah adalah sebagai berikut :

a. Sapi Fries Holland (FH)

Sapi Fries Holland berasal dari Belanda. Bobot badan ideal sapi

FH betina dewasa sekitar 682 kg dan jantan dewasa bisa mencapai 1.000

kg. Bobot anak sapi FH yang baru dilahirkan mencapai 43 Kg. Ciri sapi

FH antara lain bulunya berwarna belang hitam putih. Di bagian dahi

umumnya terdapat warna putih berbentuk segitiga, kaki bagian bawah

dan bulu ekornya berwarna putih, serta tanduk pendek dan menjurus ke

depan. Sapi FH biasanya lambat dewasa. Sifat sapi ini jinak dan tenang

sehingga mudah untuk dikuasai, Karena mudah menyesuaikan diri


14

dengan lingkungan, jenis sapi ini mudah ditemui di seluruh penjuru

dunia.

Sapi FH merupakan sapi perah yang berbadan besar dan rata-rata

produksi susunya tergolong paling tinggi jika dibandingkan dengan

bangsa sapi perah lainnya. Di Amerika Serikat, rata-rata produksi

susunya mencapai 5.755 kg dalam satu masa laktasi. Masa laktasi

merupakan masa saat sapi perah menghasilkan susu, yakni selama

sepuluh bulan. Kadar lemak susunya relative rendah sekitar 3,5 – 3,7%.

Produksi susu sapi FH di Indonesia rata0rata 10 liter per ekor per hari

atau sekitar 30.050 kg per laktasi. Warna lemaknya kuning dengan

butiran-butiran (globuli) lemak kecil, sehingga baik untuk konsumsi

susu segar.

b. Sapi Jersey

Jenis sapi ini ditemukan di Pulau Jersey yang terletak di Selat

Channel antara Prancis dan Inggris. Nenek moyang dari sapi Jersey

adalah sapi liar Bos (Taurus) typicus longifrons yang kemudian dikawin

silangkan dengan sapi di Pasri dan Normandia (Prancis). Badan sapi

Jersey memiliki badan paling kecil di antara bangsa sapi perah lainnya.

Badannya berwarna coklat muda kadang-kadang ada yang hampir putih

atau kuning dan ada yang agak merah, tetapi di bagian-bagian tertentu

ada yang berwarna putih. Sapi jantan memiliki warna lebih gelap

dibandingkan dengan sapi betina. Kadar lemak susu tinggim sekitar


15

4,85%. Memiliki sifat gelisah dan bereaksi cepat terhadap rangsangan,

tetapi lebih tahan panas. Sapi Jersey merupakan sapi yang tidak begitu

jinak.

c. Sapi Ayrshine

Jenis sapi Ayrshine berasal dari Ayr yang terletak di barat daya

Skotlandia. Nenek moyang sapi ayrshine adalah Bos (Taurus) typicus

primigenius dan Bos (Taurus) typicus longifrons. Warnanya bervariasi

belang merah atau coklat dan putih. Bobot badan betina sekitar 545 kg,

sedangkan yang jantan 841 kg. Tanduk agak panjang dan menjurus ke

atas, sedikit lurus dengan kepala, dan sifatnya agak tenang. Badannya

lebih besar daripada jersey dan Guernsey, tetapi lebih kecil daripada sapi

FH. Sapi ini biasa merumput di padang rumput yang tidak terllau besar.

Sapi ayrshine terbiasa hidup di daerah beriklim dingin dan lembap

selama hamper sepanjang tahun. Akibatnya, sapi ini beradaptasi dengan

lingkungannya serta menjadi sapi yang tahan terhadap keterbatasan

pakan hijau dan tanah yang tidak subur.

d. Sapi Brown Swiss

Jenis sapi brown swiss adalah bangsa sapi perah tertua yang

berasal dari spesies sapi liar subspecies Bos (Taurus) typicuslongifrons

yang berasal dari lereng-lereng gunung di Swiss. Warna bulu coklat abu

muda atau tua, seperti warna tikus. Bulu ekornya warna hitam. Ukuran

badan dan tulangnya cukup besar, hampir sama dengan sapi FH.
16

Produksi susu rata-rata 5.939 per masa laktasi. Susu dari sapi brown

swiss biasanya diolah menjadi keju. Kadar lemak pada susu sapi brown

swiss relative rendah.

e. Sapi Guernsey

Sapi Guernsey berasal dari sapi liar subspecies (Taurus) typicus

longifrons di Pulau Guernsey yang terletak di sebelah barat laut Pulau

Jersey, di Selat Channel, yang terletak di antara Negara Prancis dan

Inggris. Warna bulu coklat bercak putih dan memiliki bentuk badan

agak kasar dibandingkan dengan sapi jersey. Pulau Guernsey memiliki

suhu yang lebih dingin daripada Pulau Jersey, tetapi kondisi padang

rumput dan manajemen yang dipakai kedua pulau tersebut sama. Sapi

ini memiliki daya adaptasi yang baik terhadap panas matahari dan

sifatnya agak jinak. Hasil susu sapi Guernsey biasanya diolah menjadi

mentega.

f. Milking Shorthorn

Sapi milking shorthorn termasuk bangsa sapi tertua yang berskala

dari Inggris bagian timur laut di Lembah Sungai Thames. Nenek

moyang sapi ini adalah Bos (Taurus) typicus premigenius. Bobot badan

ideal jantan 955 Kg dengan bobot lahir 34 Kg. Awal mulanya sapi ini

dikenal sebagai jenis sapi dwiguna (perah dan pedaging). Karena itu,

badan registrasi sapi di Amerika Serikat tidak membedakan antara sapi

tipe perah dan pedaging dari jenis sapi shorthorn. Namun, pada tahun
17

1969, peternak di Amerika Serikat menggunakan jenis sapi ini hanya

sebagai sapi perah. Sapi ini memiliki warna bervariasi dari hampir putih

sampai merah semua. Adapula yang berwarna campuran merah dan

putih. Produksi susu mencapai 5.126 kg per laktasi dengan kadar lemak

susu 3,65%.

g. Sapi Sahiwal

Sapi Sahiwal berasal dari India. Sapi ini memiliki tubuh yang

panjang dengan ambing besar dan kadang-kadang menggantung.

Dadanya dalam, sedikit berotot, dengan kaki yang pendek. Bulunya

sangat halus. Warna tubuh kemerahan atau coklat muda, kadang-kadang

terdapat warna putih. Bobot badan sapi betina dewasa rata-rata 550 kg,

denga produksi susu per laktasi sekitar 2.270 liter atau 7,5 liter/ekor/hari

dengan kadar lemak 4,3 – 6,5%. Dengan pemeliharaan dan pemberian

pakan yang baik, sapi betina sahiwal dapat beranak pertama kali saat

berumur 2,5 – 3 tahun.

h. Sapi Red Sindhi

Sama seperti sapi sahiwal, sapi red sindhi berasal dari India. Sapi

red shindi memiliki banyak kemiripan dengan sapi sahiwal.

Perbedaannya terletak pada ukuran tubuhnya yang lebih kecil. Warna

tubuhnya beragam, dari merah tua hingga sawo matang. Bobot sapi red

shindig betina dewasa 300 – 350 kg dan jantan dewasa 400 – 454 kg.

Sementara itu, bobot anak sapi betina yang baru lahir 18 – 20 kg dan
18

anak sapi jantan yang baru lahir 21 – 24 kg. Sapi red shindi dapat

beradaptasi dengan baik terhadap berbagai kondisi tanah dan iklim.

Produksi susu rata-rata red shindig untuk satu masa laktasi 1.662 liter

atau 5 – 6 ekor/ekor per hari dengan kadar lemak 4,9%.

i. Australian Milking Zebu (AMZ)

Sapi AMZ merupkan hasil persilangan antara sapi sahiwal, red

shindim dan sapi jersey. Australian mikling zebu memiliki darah sapi

zebu 20 – 40% dan sapi jersey 60 – 80%. Ciri sapi Australian milking

zebu betina seperti sapi jersey dengan warna bulu dominan kuning emas

hingga cokelat kemerahan. Sapi ini tahan terhadap cuaca panas dan

penyakit caplak. Produksi susu sapi ini sekitar 7 liter per hari dengan

kisaran produksi susu 1.445 – 2.647 kg per 330,5 hari. Produksi susu

maksimum mencapai 4.858 liter per hari 330,5 hari atau 16 liter per hari.

Australian milking zebu juga memiliki kemampuan merumput yang

baik.

3. Biaya Produksi

Menurut Halcrow (1991:76) Teori produksi secara umum dimulai

dengan pemikiran, kita memiliki sejumlah lahan (ruang), manajemen, enaga

kerja dan modal. Pada keadaan waktu tertentu, kita dapat menghasilkan

sejumlah produk maksimum dari sumberdaya-sumberdaya di atas.

Hubungan input dengan output secara teknis ini oleh ahli ekonomi disebut

fungsi produksi. Fungsi produksi adalah hubungan-hubungan teknis antara


19

input dan output, yang ditandai jumlah output maksimal yang dapat

diproduksikan dengan satu set kombinasi input tertentu.

Menurut Ida Nuraini (2013:67) penawaran datangnya dari produsen,

dengan demikian sekarang ini kita mempelajari bagaimana sikap dari

produsen dalam menawarkan barang-barang yang diproduksinya. Produsen

merupakan pihak yang mengkoordinasi transformasi berbagai input untuk

menghasilkan output. Dan tentunya seorang produsen dalam kegiatannya

untuk menghasilkan output menginginkan agar menekan ongkos atau biaya

produksi serendah-rendahnya dalam suatu jangka waktu tertentu. Efisiensi

dalam suatu proses produksi akan sangat ditentukan oleh proporsi masukan

atau input yang digunakan serta produktivitas masing-masing input untuk

setiap masukan atau factor produksi tersebut. Hubungan teknis antara faktor

produksi dengan hasil produksi tersebut dengan fungsi produksi.

Menurut Ida Nuraini (2013) biaya produksi tidak dapat dipisahkan

dari proses produksi sebab biaya produksi merupakan masukan atau input

dikalikan dengan harganya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus

ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang

ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau

jasa yang siap untuk dipakai konsumen.


20

Dalam biaya produksi kita juga mengenal biaya produksi jangka

pendek dan biaya produksi jangka panjang. Biaya produksi jangka pendek

meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya berubah (variable cost).

Menurut Boediono (1998), biaya mencakup suatu pengukuran nilai

sumber daya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas

yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan,

biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap (variable) :

a. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan

produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu

seperti kandang, listrik, air, transport, dan lahan.

b. Biaya Variabel (Variabel Cost)

Biaya variable adalah sejumlah biaya tergantung pada besar kecilnya

produksi. Biaya variable meliputi jumlah ternak, pakan konsentrat,

pakan hijau, obat-obatan, perawatan kandang, penyusutan perlatan, dan

biaya tenaga kerja.

c. Biaya Total (Total Cost)

Biaya Total (Total Cost/TC) adalah biaya yang meliputi keseluruhan

biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendanai

aktivitas produksi. Adapaun rumus Biaya Total (TC) adalah sebagai

berikut :
21

TC = FC + VC

Keterangan :

TC : Biaya Total

FC : Biaya Tetap

VC : Biaya Variabel (Biaya Tidak Tetap)

Kegiatan produksi merupakan proses transformasi masukan menjadi

suatu keluaran. Proses produksi dalam agribisnis menjadi suatu kegiatan

yang sangat menentukan keberhasilan usaha dan merupakan penyedot biaya

paling besar. Pada usaha produksi primer, seperti usahatani, perkebunan,

peternakan, perikanan, dan kehutanan, kegiatan pengorganisasian input-

input dan fasilitas menjadi penentu dalam pencapaian optimalisasi alokasi

sumber-sumber produksi.

Menurut Hariyati (2007), fungsi diatas hanya menyebutkan bahwa

produk yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi, tapi

belumlah memberikan hubungan kuantitatif antara produk dan faktor-faktor

produksi itu. Untuk dapat memberikan hubungan kuantitatif fungsi produksi

haruslah dinyatakan dalam bentuknya yang khas, seperti misalnya :

a. Y = a + bX (fungsi linier)

b. Y = a + bX - c X 2 (fungsi kuadratis)

c. Y = a X 1b X 2c X 3 d (fungsi Cobb-Douglas)
22

Keterangan :

Y : Produk yang dihasilkan

X, X1, X2, X3 : Faktor Produksi

a, b, c : Variabel faktor-faktor produksi

Apabila suatu faktor produksi variable masih sedikit sekali jumlah

yang dipergunakan jika dibandingkan dengan faktor-faktor produksi tetap,

terdapatlah kecenderungan terjadi kenaikan hasil bertambah. Sebaliknya

faktor variable itu sudah banyak jumlah yang dipergunakan jika

dibandingkan dengan faktor-faktor tetap, maka tipe penambahan faktor

produksi dengan satu-satuan akan mempunyai kecenderungan untuk

mengakibatkan hasil berkurang.

Menurut Boediono (2002), bila satu macam input ditambah

penggunaannya sedang input-input lain tetap maka tambahan output yang

dihasilkan dari setiap tambhan satu unit input yang ditambhakna tadi mula-

mula menaik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila output tersebut terus

ditambah.

Kurva yang menunjukkan hubungan antara faktor produksi yang

dipergunakan dan produk total yang dihasilkan dinamakan kurva produk

total. Jika kurva menunjukkan hubungan antara faktor produksi yang

dipergunakan dan produk rata-rata pada bermacam tingkat pemakaian faktor

produksi, maka kurva itu dinamakan kurva produk rata-rata (Average

product curve).
23

Menurut Boediono (2002), kurva total physical product (TPP) adalah

kurva yang menunjukkan tingkat produksi total (Q) pada berbagai tingkat

penggunaan input variable (input-input lain dianggap tetap). TPP = f(X)

atau Q + f (X). Kurva marginal physical product (MPP) adalah kurva yang

menunjukkan tambahan atau kenaikan dari TPP, yaitu ∆TPP atau ∆Q, yang

disebabkan oleh penggunaan tambahan 1 (satu) unit input variable.

∆ TPP ∆ Q df ( X )
MPP x = = =
∆X ∆X dX

Keterangan :

MPP x : Marginal physical product

∆TPP : Perubahan total physical product

∆X : Perubahan input

∆Q : Perubahan produksi

Kurva Average physical product (APP) adalah kurva yang mewujudkan

hasil rata-rata per unit input variable pada berbagai tingkat penggunaan

input tersebut.

Secara grafik hubungan antara kurva TPP, MPP, dan APP adalah

sebagai berikut :
24

Gambar 2.1
Kurva TPP, MPP, dan APP

Hubungan antara ketiga kurva tersebut ditandai oleh :

a. Penggunaan input X sampai pada tingkat dimana TPP cekung ke atas (O

sampai A), maka MPP menaik demikian pula APP.

b. Pada tingkat penggunaan X yang menghasilkan TPP yang menaikan dan

cembung ke atas (yaitu antara A dan C) MPP menurun.

c. Pada tingkat penggunaan X yang menghasilkan TPP yang menurun,

maka MPP negative.

d. Pada tingkat penggunaan X di mana garis singgung pada TPP persis

melalui titik origin B, maka MPP = APP maksimum


25

4. Teori Pendapatan

Analisa pendapatan merupakan indikator penting yang berfungsi

sebagai tolak ukur apakah kegiatan ekonomi dapat terwujud secara

semestinya dalam mencapai keberhasilan tujuan kegiatan ekonomi itu

sendiri.

Pendapatan atau dapat juga disebut keuntungan, adalah merupakan

selisih antara penerimaan total dengan biaya tidak tetap (Soekartawi,

2002:29). Menurut Boediono (1992) dalam penelitian Anggun (2006:12),

pendapatan atau income dari seseorang warga masyarakat adalah hasil

penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada faktor produksi.

Dan sektor produski ini membeli faktor-faktor produksitersebuut untuk

digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku di pasar

faktor produksi. Harga sektor produksi di pasar faktor produksi 9seperti

halnya juga untuk barang-barang duinpasar barang) ditentukan oleh tarik

menarik antara penawaran dan permintaan.

Pandangan yang hampir sama menurut Soekartawi, dkk (1986)

Penerimaan peternak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan bersih

peternak dan penerimaan kotor peternak (gross income). Penerimaan bersih

peternak adalah seslisih antara penerimaan kotor dengan pengeluaran total

peternak. Pengeluaran totak peternak adalah nilai semua masukan yang

habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga kerja dalam

keluarga peternak. Sedangkan penerimaan kotor peternak kadalah nilai total


26

produksi peternak dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun

tidak dijual. Perhitungan penerimaan kotor secara matematis dapat ditulis

sebagai berikut :

TR = P × Q

Keterangan :

TR : Penerimaan Total

P : Harga

Q : Jumlah produk yang dihasilkan

Penerimaan dalam proses produksi pertanian dipengaruhi oleh

variable jumlah produksi (Q) yang dihasilkan serta tingkat harga komoditi

(P) yang berlaku. Total penerimaan (TR) meningkat seiring dengan

meningkatnya hasil produksi secara bersama diikuti dengan peningkatan

harga komoditas tersebut (Boediono, 1991).

Pandangan lain di sampaikan Sukirno (2002 dalam jurnal ilmiah

Pukuh Ariga (2013:21) Pendapatan total peternak (pendapatan bersih)

adalah selisih penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan dalam

proses produksi, dimana semua input miliki keluarga diperhitungkan

sebagai biaya produksi.

Pendapatan peternak ketika menarik fakta dilapangan tidak akan

lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya Menurut Suratiyah (2006)

dalam jurnal ilmiah Pukuh Ariga (2013:20) pendapatan dan biaya peternak

ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari
27

umur peternak, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, jumlah

tenaga kerja, luas lahan dan modal. Faktor eksternal berupa harga. Faktor

eksternal berupa harga dan ketersediaan sarana produksi. Ketersediaan

sarana produksi dan harga tidak dapat dikuasai oleh peternak sebagai

individu meskipun dana tersedia. Bila salah satu sarana produksi tidak

tersedia maka peternak akan mengurangi penggunaan faktor produksi

tersebut.

Pendapatan bersih (keuntungan) adalah selisih antara total

penerimaan (TR) dan total biaya (TC). Keuntungan juga merupakan insentif

bagi perusahaan untuk melakukan proses produksi. Keuntungan inilah yang

mengarahkan perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya ke proses

prouksi tertentu. Perusahaan bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan

dengan kendala yang dihadapi (Sunaryo, 2001).

Keuntungan adalah kompensasi antara resiko yang ditanggung

perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh maka semakin besar pula

resiko yang diterima perusahaan. Perusahaan dikatakan memperoleh laba

jika  positif ( > 0) dimana TR > TC. Laba maksimum tercapai bila nilai 

mencapai maksimum (Raharja dan Manurung, 1999). Secara matematis

keuntungan dapat ditulis sebagai berikut :


28

π = TR – TC

Keterangan :

π : Tingkat Keuntungan Usaha (Rp)

TR : Total revenue (Rp)

TC : Total Cost (Rp)

C. Hubungan Antar Variabel

1. Pengaruh Jumlah Ternak terhadap Pendapatan

Sapi perah adalah sapi yang dikembangbiakan secara khusus karena

kemampuannya dalam menghasilkan susu dalam jumlah yang besar.

Dengan demikian susu yang dihasilkan dapatkan memberikan manfaat.

Terutama pada peternak semakin banyak jumlah ternak yang dimiliki maka

semakin menigkat pula jumlah produksi susu yang dihasilkan oleh peternak

sapi perah.

2. Pengaruh Pengalaman Berternak terhadap Pendapatan

Pengalaman menunjukkan berapa lama si peternak berusaha ternak sapi

perah sehingga akan tercipta kemampuan yang cukup baik untuk mengelola

usahanya. Pengalaman ini diukur dalam satuan waktu tahun dimana usaha

yang dijalankan akan menunjukkan peternak mengelola dan memahami

usahanya secara periodik.


29

3. Pengaruh Pakan Konsetrat terhadap Pendapatan

Dengan penambahan pakan konsetrat, peternak berharap untuk bisa

menambah produksi susu agar meningkatkan tingkat pendapatan peternak

sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.

D. Kerangka Pemikiran

Permasalahan dan kondisi di sector peternakan menyebabkan terjadinya

peningkatan pendapatan dalam upaya untuk mencukupi semua kebutuhan

keluarga. Penelitian ini untuk meneliti apakah factor jumlah ternak, pengalaman

berternak, dan kepemilikan luas lahan hijau mempengaruhi pendapatan.

Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi jumlah ternak, pengalaman

berternak, dan pakan konsetrat, variabel terikatnya yaitu pendapatan peternak

sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Berdasarkan

penjelasan pada latar belakang dan landasan teori, maka dapat dibuat bagan

kerangka pemikiran sebagai berikut :

Bagan 1. Kerangka Pikir Penelitian

Jumlah Ternak
(X1)

Pengalaman
Usaha Ternak
Sapi Perah
Berternak Pendapatan
(X2)

Pakan Konsetrat
(X3)
30

E. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian empiris yang telah dilakukan

sebelumnya, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah diduga bahwa

jumlah ternak, pengalaman berternak, dan pakan konsetrat berpengaruh

terhadap pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon

Kabupaten Malang.
31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif, dimana peneliti ini data yang diperoleh dalam bentuk angka

dianalisis kemudian dipaparkan, digambarkan yang disesuaikan dengan

kenyataan dilapangan, untuk selanjutnya dapat dijadikan dasar dalam menarik

kesimpulan.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan fakta-fakta

tentang masalah yang diteliti sebagaimana adanya, juga memberikan gambaran

situasi kejadian atau memberikan hubungan antara fenomera, pengujian

hipotesis-hipotesis, membuat prediksi dan implikasi suatu masalah yang ingin

dipecahkan.

B. Lokasi Penelitian

Daerah penelitian ditentukan berdasarkan metode secara sengaja

(purposovie method). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pujonlor Kecamatan

Pujon Kabupaten Malang. Dasar pertimbangan ditentukannya lokasi tersebut

sebagai lokasi penelitian karena Kecamatan Pujon Kabupaten Malang

merupakan daerah yang sesuai dengan komoditas susu sapi. Selain itu Desa

Pujonlor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang merupakan daerah yang

memiliki potensi untuk berternak sapi perah di Desa Pujonlor Kecamatan Pujon

Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur.


32

C. Jenis dan Sumber Data

Sumber data diperlukan untuk mendapatkan data atau informal yang

berhubungan dengan focus penelitian. Dalam penelitian ini data yang digunakan

adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari obyek yang

diteliti. Data primer diperoleh melalui serangkaian wawancara dan memberi

kuesioner kepada responden. Sumber data ini diperoleh dari penelitian

lapang dengan menggunakan kuesioner kepada para peternak anggota

Koperasi Susu SAE Pujon di Desa Pujon lor, Kecamatan Pujon Kabupaten

Malang.

2. Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya

oleh peneliti. Data sekunder diperoleh dari dokumen yang ada pada instansi

yang bersangkutan dengan penelitian, disamping dari buku, internet serta

dari media publikasi lainnya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

data sekunder yang berasal dari Koperasi Susu SAE Pujon.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini, adalah sebagai berikut :


33

1. Wawancara

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan Tanya-jawab kepada

Peternak Sapi Perah yang ada di Desa Pujonlor, Kecamatan Pujon

Kabupaten Malang. Wawancara ini ditujukan untuk lebih mendapat

informasi yang lebih akurat dan mendalam.

2. Kuesioner

Pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan yang

disusun untuk diisi oleh responden.

3. Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mencata dan

mengumpulkan dokumen berupa arsip-arsip dan catatan lain baik dari buku

literature, jurnal dan internet yang berhubungan dengan data yang

diperlukan dalam penelitian.

E. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyanto (2004:14) populasi adalah keseluruhan dari objek

penelitian, dan berupa karakteristik nilai-nilai, jumlah, maupun jenisnya.

Sedangkan menurut Sugiyono (2006:89) yang dimaksud dengan populasi

adalah generalisasi yang terdiri dari objek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasinya adalah


34

438 peternak sapi perah di Desa Pujonlor Kecamatan Pujon Kabupaten

Malang.

2. Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

simple random sampling yakni responden yang digunakan memilih secara

acak (random) dari semua peternak sapi perah. Dan diambil sampel 10%

dari jumlah populasi yaitu sebanyak 44 peternak sapi perah yang berasal

dari Desa Pujon Lor. Jumlah tersebut diharap telah mencukupi, mengingat

populasinya yang homogen.

F. Teknik Analisis Data

1. Rumus Pendapatan Bersih

Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden dilapangan

diolah dan ditabulasi. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan

metode analisis pendapatan dan diolah dengan model pendekatan regresi

linier berganda dan dijelaskan secara metode deskriptif.

Adapun untuk menghitung pendapatan dari kegiatan beternak sapi

perah, dapat dihitung dengan rumus :

Pd = TR – TC
Keterangan :
Pd : adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh
peternak sapi perah (rupiah).
TR : adalah total revenue atau penerimaan yang diperoleh peternak
sapi perah (rupiah).
35

TC : adalah biaya yang dikeluarkan sapi perah (rupiah).

Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan

menghitung pendapatan peternak pada usaha beternak sapi perah terhadap

pendapatan keluarga di daerah penelitian.

2. Regresi Linier Berganda

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-

faktor yang mempengaruhi pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan

Model pendekatan teknik ekonometri dengan menggunakan analisis regresi

linear berganda dengan model penduga sebagai berikut :

Log(Ý) = a + log ( X 1) + log ( X 2 ) + log ( X 3) + e

Keterangan :
Ý = Pendapatan Peternak (rupiah)
a = Koefisien Intercept (konstanta)
X1 = Jumlah Ternak Sapi Perah
X2 = Pengalaman Berternak
X3 = Pakan Konsetrat
e = Variabel lain yang tidak diteliti

3. Uji Signifikasn Simultan (Uji – F)

Uji-F ii digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang

ada di dalam model regresi berganda mempunyai pengaruh secara

bersamaan terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini

mempunyai kriteria dalam pengambilan keputusannya yaitu


36

membandingkan nilai F hasil perhitungan ( F hitung) dengan F menurut table (

F tabel) , apabila F hitung lebih besar dari F tabel maka H 0 ditolak dan H 1

diterima.

4. Uji Signifikan Parsial (Uji – t)

Uji-t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependen. Untuk menguji

hipotesis ini mempunyai kriteria dalam pengambilan keputusannya yaitu

membandingkan nilai statistic t dengan statistic kritik menurut tabel.

Apabila nilai statistic t hasil perhitungan (t hitung) lebih tinggi nilai t menurut

table (t tabel), kita menerima hipotesis alternative (Ha) yang menyatakan

bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel

dependen.

5. Uji Koefisien Determinasi (( R2)

Koefisien determinasi ( R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghazali,

2011). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai dengan satu.

R2 : 0 (nol) berarti tidak ada pengaruh antara variabel independen

terhadap variabel dependen.

R2 : mendekati 0 (nol) lemahnya pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen.


37

R2 : mendekati 1 (satu) berarti kuatnya pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen.

G. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda, maka diperlukan adanya

batasan variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini variabel yang

ditentukan adalah sebagai berikut :

1. Pendapatan Peternak (Y)

Variabel pendapatan yang dimaksud adalah besarnya pendapatan bersih

yang berasal dari banyaknya produksi susu sapi kemudian dikurangi biaya

produksi sapi perah.

2. Jumlah Ternak (X1)

Adalah banyaknya jumlah ternak yang dipelihara oleh peternak. (satuan

ternak).

3. Pengalaman Berternak (X2)

Adalah lamanya periode atau jenjang waktu yang ditempuh peternak selama

memelihara sapi perah yang dinyatakan dalam satuan tahun.

4. Pakan Konsetrat (X3)

Adalah jumlah pakan konsetrat yang dikeluarkan peternak sapi perah.


38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Berdasarkan letak geografis Desa Pujonlor terletak pada posisi 7°21’ -

7°31’ Lintang Selatan dan 110°10’ - 111°40’ Bujur Timur. Topografi

ketinggian desa ini adalah berupa perbukitan atau pegunungan yaitu sekitar

1.000 m di atas permukaan air laut. Berdasarkan data BPS Kabupaten Malang

curah hujan di Desa Pujon lor rata-rata mencapai 1.000 mm. Curah hujan

terbanyak terjadi pada bulan Desember hingga 405,04 mmyang merupakan

jumlah hujan yang tertinggi.

Secara administratif, Desa Pujon lor terletak di wilayah Kecamatan

Pujon Kabupaten Malang dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa

tetangga. Adapun batas-batas wilayah desanya adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Desa Wiyurejo

b. Sebelah Barat : Desa Ngroto

c. Sebalah Selatan : Desa Pujonkidul

d. Sebelah Timur : Desa Pandesari

Jarak tempuh Desa Pujonlor ke Kecamatan adalah 1 km, yang dapat

ditempuh dengan waktu sekitar 5 menit. Sedangkan jarak tempuh Desa


39

Pujonlor ke Kabupaten Malang adalah 45 km, yang dapat ditempuh dengan

waktu sekitar 2 jam. Desa Pujon lor merupakan wilayah yang secara geografis

merupakan dataran tinggi, memiliki pegunungan dan lahan persawahan yang

juga luas. Berada di pusat perkotaan Kecamatan Pujon sehingga sebagian

besar penduduk juga berakses pada fasilitas-fasilitas yang dimiliki kecamatan.

Luas wilayah Desa Pujonlor keseluruhan adalah : 330,18 Ha. Dimana seluas

52,5 Ha adalah permukiman penduduk dan sisanya adalah lahan kering dan

areal persawahan.

2. Karakteristik Responden

Berbagai macam kebutuhan yang muncul mendorong manusia untuk

memenuhinya, salah satu cara untuk memenuhinya adalah dengan bekerja.

Hal ini pula dilakukan oleh sebagian penduduk Desa Pujonlor, mereka bekerja

menjadi peternak sapi perah untuk memperoleh imbalan atau upah.

Dalam analisa ini akan disajikan dalam bentuk table dan juga dalam %

(prosentase) yaitu untuk melihat karakteristik responden. Sebelum melakukan

interpretasi data, terlebih dahulu akan disajikan deskripsi responden yang

telah diteliti. Data responden yang diambil melalui kuesioner dan wawancara

mengacu pada pedoman pertanyaan yang telah disajikan kepada responden

berjumlah 44 orang peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kabupaten Malang.
40

a. Usia Responden

Kelompok umur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berapa

usia para responden yaitu peternak sapi perah. Usia merupakan lama hidup

responden sejak lahir hingga penelitian ini dilakukan. Untuk lebih

jelasnnya usia responden peternak sapi perah di Desa Pujon lor

Kecamatan Pujon Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel 4.1 :

Tabel 4.1
Usia Responden

Kelompok Usia Jumlah Responden Persentase (%)


≤ 39 14 31,82
40 - 49 17 38,64
50 - 59 7 15,91
≥ 60 6 13,64
Jumlah 44 100

Sumber : Data Primer Diolah 2018

Dari tabel 4.1 diatas dapat terlihat bahwa usia responden dibawah

39 tahun berjumlah 14 responden dengan persentase sebesar 31,82%. Pada

kelompok usia 40 sampai dengan 49 berjumlah 17 responden dengan

persentase sebesar 38,64%. Sedangkan pada kelompok usia 50 sampai

dengan 59 tahun berjumlah 7 responden dengan persentase sebesar

15,91%. Dan kelompok usia diatas 60 tahun berjumlah 6 responden

dengan persentase sebesar 13,64%. Persentase distribusi usia terbanyak

responden yaitu pada usia 40 sampai dengan 49 tahun atau sebesar


41

38,64%. Usia tersebut menunjukkan usia produktif dalam bekerja sebagai

peternak sapi perah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

b. Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin responden adalah banyaknya jumlah petani pisan di

Desa Pujonlor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang yang didasarkan

menurut jenis kelamin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2

berikut :

Tabel 4.2
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%)

Laki-laki 40 90,91

Perempuan 4 9,09

Jumlah 44 100

Sumber : Data Primer Diolah 2018

Pada tabel 4.2 diatas dapat terlihat bahwa jenis kelamin dari 44

responden peternak sapi perah di Desa Pujonlor Kecamatan Pujon

Kabupaten Malang seluruhnya adalah sebagian besar laki-laki dengan

persentase sebesar 90,91% dan sebagian kecil perempuan dengan

persentase sebesar 9,09%. Hal ini dikarenakan bahwa usaha peternak

merupakan usaha keluarga dimana kepala keluarga (laki-laki) adalah

seseorang yang bertanggung jawab atas keluarganya.


42

c. Pendidikan Responden

Pendidikan responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh para responden peternak sapi

perah di Desa Pujonlor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Berikut

tabel 4.3 menunjukkan pendidikan para responden :

Tabel 4.3
Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Prosentase (%)
SD 21 47,73
SMP 15 34,09
SMA 8 18,18
Jumlah 44 100

Sumber : Data Primer Diolah 2018

Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa pendidikan responden

terbanyak adalah tamatan SD dengan prosentase 47,73% dan dibawahnya

disusul dengan responden tamatan SMP dengan prosentase 34,09%

kemudian responden tamatan SMA yakni sebesar 18,18%. Dapat

dikatakan bahwa rata-rata pendidikan para responden peternak sapi perah

di Desa Pujon Lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang rendah yaitu

tamatan SD. Hal ini dikarenakan menurut responden untuk menjadi

peternak sapi perah tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi tetapi

cukup dengan memerlukan keterampilan dan tenaga yang cukup kuat.


43

d. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden

Jumlah tanggungan keluarga yaitu jumlah anggota keluarga

responden yang seluruh hidupnya masih ditanggung oleh responden

peternak sapi perah di Desa Pujonlor Kecamatan Pujon Kabupaten

Malang. Tanggungan keluarga dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini :

Tabel 4.4
Jumlah Tanggungan Keluarga Responden

Jumlah Tanggungan Jumlah


Persentase (%)
Keluarga Responden

1–2 9 20,45%
3–4 28 63,64%
5–6 7 15,91%
Jumlah 44 100

Sumber : Data Primer Diolah 2018

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah anggota keluarga yang

ditanggung oleh responden peternak sapi perah rata-rata terbanyak

berjumlah 3 sampai 4 orang dengan jumlah responden 28 atau 63,64%

dari 44 responden peternak sapi perah. Jumlah tanggungan keluarga

berikutnya adalah berjumlah 1 sampai 2 orang dengan jumlah responden 9

atau 20,45% dari 44 responden peternak sapi perah. Dan kemudian jumlah

tanggungan keluarga terakhir adalah 5 sampai 6 orang dengan jumlah

responden 7 atau 15,91% dari 44 responden peternak sapi perah. Hal ini

menunjukkan bahwa pengeluaran yang harus ditanggung oleh responden


44

peternak sapi perah standart karena rata-rata terbanyak jumlah tanggungan

keluarga 3 sampai 4 orang.

e. Pekerjaan Responden

Pada dasarnya pekerjaan dibedakan menjadi 2 yaitu pekerjaan

utama dan pekerjaan sampingan. Artinya yaitu usaha peternak sapi perah

yang dilakukan oleh responden peternak di Desa Pujonlor Kecamatan

Pujon Kabupaten Malang apakah merupakan pekerjaan utama atau hanya

pekerjaan sampingan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.5
Pekerjaan Responden

Pekerjaan Responden Jumlah Responden Prosentase (%)

Pekerjaan Utama 36 81,82%

Pekerjaan Sampingan 8 18,18%

Jumlah 44 100

Sumber : Data Primer Diolah 2018

Dari tabel 4.5 diatas dapat terlihat bahwa usaha ternak sapi perah

yang dilakukan oleh responden adalah sebagai pekerjaan utama. Sebanyak

36 responden atau sebesar 81,82% dari 44 responden yang menjadikan

peternak sapi perah sebagai pekerjaan utama dan sebanyak 8 responden

atau 18,18% dari 44 responden yang menjadikan peternak sapi perah

sebagai pekerjaan sampingan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak


45

sapi adalah sebagai sumber utama pendapatan peternak sapi perah di Desa

Pujonlor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.

f. Kepemilikan Jumlah Ternak

Yang dimaksud kepemilikan ternak responden yaitu keseluruhan

jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak sapi perah di Desa Pujonlor

Kecamatan Pujon Kabupaten Malang untuk memproduksi susu sapi yang

kemudian disetorkan kepada Koperasi Susu. Jumlah ternak yang dimiliki

responden dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini :

Tabel 4.6
Crosstab Kepemilikan Jumlah Ternak
Pendapatan
000(Rp)
2.500 - 3.500 -
  < 2.499 > 5.000 Jumlah
3.499 4.999
Jumlah
Ternak
9 1 10
1-3 ternak - -
20,45% 2,27%  
2 23 3
4 - 6 ternak - 28
4,55% 52,27% 6,82%
6
7 - 9 ternak - - - 6
13,64%

Jumlah 11 24 9 - 44

Sumber : Data Primer Diolah (2018)

Dari tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah ternak

yang dimiliki responden adalah 1 sampai dengan 3 ekor sapi perah dengan

pendapatan dalam satu bulan kurang dari Rp 2.499.000,- adalah sebanyak


46

9 responden dengan presentase sebesar 20,45%. Responden yang memiliki

ternak 1 sampai dengan 3 dengan pendapatan dalam satu bulan Rp

2.500.000,- sampai dengan Rp 3.499.000,- adalah sebanyak 1 responden

dengan persentase sebesar 2,27%.

Responden yang memiliki ternak 4 sampai dengan 6 ekor sapi perah

dengan pendapatan selama satu bulan kurang dari Rp 2.499.000,- adalah

sebanyak 2 responden dengan presentase sebesar 4,55%. Responden yang

memiliki ternak 4 sampai dengan 6 dengan pendapatan dalam satu bulan

Rp 2.500.000,- sampai dengan Rp 3.499.000,- adalah sebanyak 23

responden dengan presentase sebesar 52,27%. Responden yang memiliki

ternak 4 sampai dengan 6, dengan pendapatan dalam satu bulan Rp

3.500.000,- sampai dengan Rp 4.999.000,- sebanyak 3 responden dengan

persentase sebesar 6,82%.

Responden yang memiliki ternak sapi perah antara 7 sampai dengan

9 ekor dengan pendapatan dalam satu bulan Rp 3.500.000,- sampai dengan

Rp 4.999.000,- sebanyak 6 responden dengan persentase 13,64%.

g. Pengalaman Berternak Responden

Pengalaman berternak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

sudah berapa lama telah menjadi peternak sapi perah. Pengalaman

berternak responden dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini :

Tabel 4.7
47

Crosstab Pengalaman Berternak


Pendapatan

000(Rp) 2.500 - 3.500 -


< 2.499 > 5.000 Jumlah
3.499 4.999
Pengalaman
Ternak

7 19 2
< 20 tahun - 28
15,91 43,18 4,55
3 4
21 - 24 tahun  - - 7
6,82 9,09
4 1 4
> 25 tahun - 9
9,09 2,27 9,09

Jumlah 11 23 10 - 44

Sumber : Data Primer Diolah 2018

Pada tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa pengalaman ternak

responden yang kurang dari 20 tahun dengan pendapatan kurang dari Rp

2.499.000,- sebanyak 7 responden atau sebesar 15,91%. Sedangkan

responden yang kurang dari 20 tahun dalam berternak dengan pendapatan

antara Rp 2.500.000,- sampai dengan Rp 3.499.000,- sebanyak 19

responden atau sebesar 43,18%. Dan pengalaman ternak responden yang

kurang dari 20 tahun dengan pendapatan antara Rp 3.500.000,- sampai

dengan Rp 4.999.000,- sebanyak 2 responden atau sebesar 4,55%.

Sedangkan pengalaman ternak responden kurang dari 20 tahun dengan

pendapatan di atas Rp 5.000.000,- sebanyak 0 responden atau tidak ada

peternak sapi perah.


48

Responden yang memiliki pengalaman berternak antara 21 tahun

sampai dengan 24 tahun dengan pendapatan setiap bulan Rp 2.499.000,-

sampai dengan Rp 3.499.000,- adalah sebanyak 0 responden atau tidak

ada. Sedangkan responden yang memiliki pengalaman berternak antara 21

tahun sampai dengan 24 tahun dengan pendapatan setiap bulan antara Rp

3.500.000,- sampai dengan Rp 4.999.000,- sebanyak 3 responden atau

sebesar 6,82%. Responden yang memiliki pengalaman berternak antara 21

tahun sampai dengan 24 tahun dengan pendapatan setiap bulan Rp

3.500.000,- sampai dengan Rp 4.999.000,- adalah sebanyak 4 responden

atau sebesar 9,09%. Dan responden yang memiliki pengalaman berternak

antara 21 sampai dengan 24 tahun dengan pendapatan setiap bulan diatas

Rp 5.000.000,- adalah sebanyak 0 responden atau tidak ada.

Responden yang berternak di atas 25 tahun dengan pendapatan

setiap bulan kurang dari Rp 2.499.000,- sebanyak 1 responden atau

sebesar 9,09%. Sedangkan responden yang memiliki pengalaman

berternak lebih dari 25 tahun dengan pendapatan setiap bulan antara Rp

2.500.000,- sampai dengan Rp 3.499.000,- sebanyak 1 responden atau

sebesar 2,27%. Dan responden yang memiliki pengalaman berternak lebih

dari 25 tahun dengan pendapatan antara Rp 3.500.000,- sampai dengan Rp

4.999.000,- sebanyak 4 responden atau sebesar 9,09%. Sedangkan

pengalaman berternak yang dimiliki responden lebih dari 25 tahun dengan

pendapatan satu bulan lebih dari Rp 5.000.000,- sebanyak 0 responden


49

atau tidak ada peternak sapi perah yang jumlah pendapatannya diatas Rp

5.000.000,-

h. Pakan Konsetrat

Pemberian konsetrat pada sapi perah laktasi diharapkan dapat

meningkatkan produksi susu. Agar pendapatan peternak sapi perah di

Desa Pujon Lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang dapat meningkat.

Berikut jumlah pakan konsetrat yang digunakan peternak untuk sapi perah

sebagai berikut :

Tabel 4.8
Crosstab Kepemilikan luas lahan hijau
Pendapatan
000(Rp)
  < 2.499 2.500 - 3.499 3.500 - 4.999 > 5.000 Jumlah
Pakan
Konsetrat

1 - 3 kw - - - - -

12 20 -
4 - 6 kw - 32
27,27% 45,45%  
3 9
7 - 9 kw - - 12
6,82% 20,45%

Jumlah 12 23 9 - 44

Sumber : Data Primer Diolah 2018

Dari tabel 4.8 diatas dapat dijelaskan bahwa responden memiliki

perbedaan pendapatan akibat pengeluaran pakan konsetrat yang berbeda-

beda. Adapun responden dengan pengeluaran pakan konsetrat sebanyak 1

sampai dengan 9 kwintal dengan pendapatan kurang dari Rp 2.499.000,-


50

sampai dengan lebih dari Rp 5.000.000,- adalah 0 responden atau tidak

ada.

Responden dengan pengeluaran pakan konsetrat dari 4 sampai

dengan 6 kwintal dengan pendapatan satu bulan adalah sebanyak 12 atau

sebesar 27,27%. Dan responden dengan pengeluaran pakan konsetrat 4

sampai dengan 6 kwintal dengan pendapatan dalam satu bulan Rp

2.500.000,- sampai dengan Rp 3.455.000,- adalah sebanyak 20 responden

atau sebesar 45,45%.

Responden dengan pengeluaran pakan konsetrat dari 7 sampai

dengan 9 dengan pendapatan satu bulan kurang dari Rp 2.499.000,-

sebanyak 0 responden atau tidak ada. Dan responden dengan pengeluaran

pakan konsetrat 7 sampai dengan 9 dengan pendapatan dalam satu bulan

Rp 2.500.000,- sampai dengan Rp 3.455.000,- adalah 3 responden atau

sebesar 6,82%. Dan responden dengan pengeluaran pakan konsetrat dari 7

sampai dengan 9 dengan pendapatan dalam satu bulan adalah sebanyak 9

atau sebesar 20,45%. Sedangkan responden dengan pengeluaran pakan

konsetrat 7 sampai dengan 9 dengan pendapatan lebih dari Rp 5.000.000

adalah sebanyak 0 responden atau tidak ada.

B. Analisis Data dan Uji Hipotesis

1. Hasil Pendapatan Responden

Hasil pendapatan responden peternak sapi perah adalah hasil produksi

susu yang dijual ke Koperasi Susu “SAE” Pujon, di Desa Pujon lor
51

Kecamatan Pujon Kabupaten Malang dalam pendapatan satu bulan. Hasil

pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon

Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini :

Tabel 4.9
Hasil Pendapatan Responden
Nama
No TR TC π = TR - TC
Peternak
1 Supadi Rp 5,700,000 Rp 2,690,000 Rp 3,010,000
2 Miswondo Rp 5,550,000 Rp 2,641,500 Rp 2,908,500
3 Rumpoko Rp 5,100,000 Rp 2,708,000 Rp 2,392,000
4 Nanda B. Rp 4,950,000 Rp 2,470,500 Rp 2,479,500
5 Endi C. Rp 4,500,000 Rp 2,320,500 Rp 2,179,500
6 Leo Gusti Rp 6,900,000 Rp 3,747,000 Rp 3,153,000
7 Jumani Rp 6,150,000 Rp 3,085,500 Rp 3,064,500
8 Tiami Rp 7,200,000 Rp 3,510,500 Rp 3,689,500
9 Heri Sucipto Rp 5,700,000 Rp 3,015,500 Rp 2,684,500
10 Jupri Rp 5,250,000 Rp 2,768,000 Rp 2,482,000
11 Ali Murtopo Rp 7,500,000 Rp 3,794,500 Rp 3,705,500
12 Faris Rp 7,200,000 Rp 3,788,500 Rp 3,411,500
13 Dedy Rp 6,900,000 Rp 3,424,500 Rp 3,475,500
14 Sutrisno Rp 5,400,000 Rp 2,913,000 Rp 2,487,000
15 Udin Rp 4,650,000 Rp 2,334,500 Rp 2,315,500
16 Dwi S. Rp 7,650,000 Rp 3,791,000 Rp 3,859,000
17 Yasim Rp 8,250,000 Rp 4,051,500 Rp 4,198,500
18 Riski Rp 7,950,000 Rp 4,074,000 Rp 3,876,000
19 Asnan W. Rp 4,950,000 Rp 2,392,500 Rp 2,557,500
20 Slamet F. Rp 6,900,000 Rp 3,900,000 Rp 3,000,000
21 Sutaman Rp 4,950,000 Rp 2,656,500 Rp 2,293,500
22 Imam Rp 4,800,000 Rp 2,626,000 Rp 2,174,000
23 Suratno Rp 4,650,000 Rp 2,472,000 Rp 2,178,000
24 Sukarsih Rp 4,950,000 Rp 2,608,000 Rp 2,342,000
25 Murni Rp 7,950,000 Rp 4,236,000 Rp 3,714,000
26 Widodo Rp 5,550,000 Rp 2,813,500 Rp 2,736,500
27 Arifin Rp 6,000,000 Rp 3,003,000 Rp 2,997,000
28 Gatot Susilo Rp 5,400,000 Rp 2,687,500 Rp 2,712,500
29 Hari Sameni Rp 5,850,000 Rp 2,994,500 Rp 2,855,500
30 Zaenal Rp 6,150,000 Rp 3,197,000 Rp 2,953,000
52

31 Widodo Rp 5,400,000 Rp 2,772,500 Rp 2,627,500


32 Kurniawan Rp 6,300,000 Rp 3,063,500 Rp 3,236,500
33 Sugiono Rp 7,500,000 Rp 3,590,500 Rp 3,909,500
34 Sadik Rp 6,600,000 Rp 3,401,000 Rp 3,199,000
35 Rochmad Rp 5,550,000 Rp 2,881,000 Rp 2,669,000
36 Joko Rp 8,100,000 Rp 4,051,500 Rp 4,048,500
37 Priyatno Rp 5,850,000 Rp 2,826,500 Rp 3,023,500
38 Bambang Rp 4,650,000 Rp 2,363,500 Rp 2,286,500
39 Yanto Rp 5,850,000 Rp 2,899,000 Rp 2,951,000
40 Jiwo Rp 6,300,000 Rp 3,145,000 Rp 3,155,000
41 Suwarno Rp 7,950,000 Rp 3,850,000 Rp 4,100,000
42 Siono Rp 6,150,000 Rp 2,749,500 Rp 3,400,500
43 Subagyo Rp 5,250,000 Rp 2,490,500 Rp 2,759,500
44 Subandi Rp 6,450,000 Rp 3,262,500 Rp 3,187,500
Jumlah Rp 268,500,000 Rp 136,061,500 Rp 132,438,500
Rata-rata Rp 6,102,273 Rp 3,092,307 Rp 3,009,966
Sumber : data diolah dilampiran (2018)

Dari data di atas diketahui total pendapatan kotor peternak sapi perah di

Desa Pujonlor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang adalah sebesar Rp

268.500.000,- sedangkan total biaya (total cost) Rp 136.061.500,- untuk bisa

mengetahui pendapatan bersih peternak sapi perah di Desa Pujon Lor

Kecamatan Pujon Kabupaten Malang dengan menggunakan rumus adalah

sebagai berikut :

π = TR – TC

π = Rp 268.500.000 - Rp 136.061.500

π = Rp 132.438.500,-

Dari hasil perhitungan diatas menunjukkan total pendapatan bersih

peternak sapi perah di Desa Pujonlor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang


53

adalah sebesar Rp 132.438.500. Pendapatan tertinggi peternak sapi perah

adalah sebesar Rp 4.198.000 dengan pendapatan kotor adalah sebesar Rp

8.250.000 dan biaya total produksi susu sebesar Rp 4.051.500. Sedangkan

pendapatan terendah peternak sapi perah adalah sebesar Rp 2.174.000 dengan

pendapatan kotor sebesar Rp 4.800.000 dan biaya total produksi adalah

sebesar Rp 2.626.000. Rata-rata pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon

Lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang adalah sebesar Rp 3.009.966.

Adapun presentase pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon Lor

Kecamatan Pujon Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel 4.10 :

Tabel 4.10
Prosentase Pendapatan Responden

Pendapatan (Rp) Jumlah Responden Persentase (%)

< 2.499.000 11 25,00


2.500.000 - 3.499.000 23 52,27
3.500.000 - 4.999.000 10 22,73
> 5.000.000 - -
Jumlah 44 100

Sumber : Data Primer Diolah 2018

Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa hasil pendapatan responden yang

kurang dari Rp 2.499.000,- terdapat11 responden atau sebesar 25%, hasil

pendapatan antara Rp 2.500.000,- sampai dengan Rp 3.499.000,- sebanyak 23

responden atau sebesar 4052,27%,dan hasil pendapatan antara Rp 3.500.000,-

sampai dengan Rp 4.999.000,- sebanyak 10 responden atau sebesar 22,73%.


54

2. Hasil Analisis Linier Berganda

Pada bagian ini akan dilakukan analisis data mengenai pengaruh factor

jumlah ternak, pengalaman berternak, dan pakan konsetrat mempengaruhi

tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon Kecamatan Pujon

Kabupaten Malang. Berdasarkan data dari hasil penelitian tersebut maka dapat

ditemukan hasil analisa regresi linier berganda, yang dapat dilihat pada tabel

4.11 di bawah ini :

Tabel 4.11
Hasil Analisis Linier Berganda
Dependent Variable: LOG(Y)
Method: Least Squares
Date: 04/17/18 Time: 11:49
Sample: 1 44
Included observations: 44

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 9.419176 2.061128 4.569914 0.0000


LOG(X1) 0.300205 0.138578 2.166326 0.0363
LOG(X2) 0.149166 0.061398 2.429501 0.0197
LOG(X3) 0.319810 0.158309 2.020159 0.0501

R-squared 0.878221    Mean dependent var 14.89990


Adjusted R-squared 0.869088    S.D. dependent var 0.189027
S.E. of regression 0.068393    Akaike info criterion -2.440570
Sum squared resid 0.187107    Schwarz criterion -2.278371
Log likelihood 57.69255    Hannan-Quinn criter. -2.380419
F-statistic 96.15490    Durbin-Watson stat 1.355763
Prob(F-statistic) 0.000000

Berdasarkan hasil analisa regresi linier di atas, maka dapat dirumuskan

suatu persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = 9,419 + 0,300 X 1 + 0,149 X 2 – 0,319 X 3 + e


55

Dari persamaan regresi linier berganda di atas, maka dapat diartikan

sebagai berikut :

Y = Variabel terikat yang nilainya akan diprediksi oleh variable bebas.

Dalam penelitian ini yang menjadi variable terikat adalah tingkat

pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan

Pujon Kabupaten Malang yang nilainya diprediksi oleh jumlah

ternak, pengalaman berternak, dan pakan konsetrat.

a = 9,419 merupakan nilai konstanta, yaitu estimasi dari tingkat

pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan

Pujon Kabupaten Malang, jika variabel bebas yang terdiri dari

jumlah ternak, pengalaman berternak, dan pakan konsetrat

mempunyai nilai sama dengan nol, maka tigkat pendapatan

peternak sapi perah di Desa Pujonlor Kecamatan Pujon Kabupaten

Malang sebesar 9,419.

X1 = 0,300 merupakan besarnya kontribusi variable jumlah ternak yang

mempengaruhi tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa

Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Koefesien regresi

(X ) sebesar 0,300 dengan tanda positif. Jika variable jumlah ternak

berubah atau mengalami kenaikan maka tingkat pendapatan

peternak sapi perah di Desa Pujonlor Kecamatan Pujon Kabupaten

Malang akan naik sebesar 0,300.


56

X2 = 0,149 merupakan besarnya kontribusi variable pengalaman

berternak yang mempengaruhi tingkat pendapatan peternak sapi

perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.

Koefesien regresi ( X 2 ) sebesar 0,149 dengan tanda positif. Jika

variable pengalaman berternak berubah atau mengalami kenaikan

maka tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor

Kecamatan Pujon Kabupaten Malang akan naik sebesar 0,149.

X3 = 0,319 merupakan besarnya kontribusi variable kepemilikan luas

lahan hijau yang mempengaruhi tingkat pendapatan peternak sapi

perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.

Koefesien regresi ( X 3 ) sebesar 0,319 dengan tanda npositif. Jika

variable kepemilikan luas lahan hijau berubah atau mengalami

kenaikan maka tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa

Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang akan meningkat

sebesar 0,319.

e = merupakan nilai residu atau kemungkinan kesalahan dari model

persamaan regresi, yang disebabkan karena adanya kemungkinan

variable lainnya yang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan

peternak sapi perah di Desa Pujonlor Kecamatan Pujon Kabupaten

Malang tetapi tidak dimasukkan kedalam model persamaan.

3. Hasil Uji t
57

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variable independent,

yaitu variable jumlah ternak, pengalaman berternak, dan pakan konsetrat

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pendapatan peternak

sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang maka

digunakan uji t (t – test) dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan t tabel.

Dengan confindent interval sebesar 95% (α = 5%) diperoleh t tabel sebesar

2,020. Kriteria pengujian :

a. Jika t tabel < t hitung atau t hitung < t tabel, maka H o diterima dan H a

ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variable

bebas terhadap variable terikat.

b. Jika t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel, maka H o ditolak dan H a

diterima, yang berarti ada pengaruh antara variabel bebas terhadap

variable terikat.

Pada tabel 4.12 di bawah akan disajikan hasil perbandingan antara nilai

t hitung dengan t tabel :

Tabel 4.12
Perbandingan Antara Nilai t hitung dengan t tabel
Variabel t hitung t tabel Keterangan
X1 2,166 2,020 Signifikan
X2 2,429 2,020 Signifikan
X3 2,020 2,020 Signifikan

Dari uraian hasil t hitung dan t tabel di atas menunjukkan bahwa variabel

bebas yang meliputi jumlah ternak, pengalaman berternak dan pakan konsetrat

pada penelitian ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat


58

pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon

Kabupaten Malang. Secara statistic analisis regresi parsial dapat dijelaskan

sebagai berikut :

a. Variabel Jumlah Ternak

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t hitung pada variable

jumlah ternak ( X 1 ) sebesar 2,166 dengan t tabel sebesar 2,020. Sedangkan

nilai probabilitas sebesar 0,036. Sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat

menunjukkan bahwa variable jumlah ternak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor.

Apabila digambarkan dalam variable normal adalah sebagai berikut:

Gambar 4.13

Kurva Variabel Jumlah Ternak

Daerah Daerah
Penolakan H o Penolakan H o
Daerah
Penerimaan H a

-2,020 2,052 2,166


Sumber : data diolah (Lampiran)

Dari hasil uji t tentang pengaruh variable jumlah ternak terhadap

pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor diperoleh t hitung sebesar

2,166 Karena t hitung lebih besar dari t tabelyaitu 2,020 maka nilai t hitung
59

berada pada daerah H a diterima atau H o ditolak, yang berarti bahwa

variable jumlah ternak berpengaruh positif atau signifikan terhadap

pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujonlor Kecamatan Pujon

Kabupaten Malang.

b. Variabel Pengalaman Berternak

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t hitung pada variable

pengalaman berternak ( X 2 ) sebesar 2,429 dengan t tabel sebesar 2,020.

Sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh positif dan signifikan variable pengalaman berternak terhadap

tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujonlor. Apabila

digambarkan dalam kurva normal adalah sebagai berikut:

Gambar 4.14
Variabel Pengalaman Berternak

Daerah Daerah
Penolakan H o Daerah Penolakan H o
Penerimaan H a

-2,020 2,020 2,429


Sumber : data diolah (Lampiran)

Dari hasil uji t tentang pengaruh variable pengalaman berternak

terhadap pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan


60

Pujon Kabupaten Malang diperoleh t hitung sebesar 2,429. Karena t hitung lebih

besar dari t tabel yaitu 2,020 maka nilai t hitung berada pada daerah daerah H a

diterima atau H o ditolak, yang berarti bahwa variable pengalaman

berternak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan peternak

sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.

c. Variabel Pakan Konsetrat

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t hitung pada variable

pakan konsetrat ( X 3 ) sebesar 2,020 sedangkan t tabel sebesar 2,020. Dan

nilai probabilitas adalah sebesar 0,050 nilai ini lebih kecil dari pada 0,05

(0,050 < 0,05). Sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel pakan konsetrat terhadap

tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan

Pujon Kabupaten Malang. Apabila digambarkan dalam kurva normal

sebagai berikut :

Gambar 4.15
Kurva variabel Kepemilikan Luas Lahan Hijau
61

Daerah Daerah
Penolakan H o Daerah Penolakan H o
Penerimaan H a

-2,020 2,020 2,020

Sumber : data diolah (Lampiran)

Dari hasil uji t tentang pengaruh variable kepemilikan luas lahan

hijau terhadap tingkat pendapatan ternak sapi perah di Desa Pujon lor

Kecamatan Pujon Kabupaten Malang diperoleh t hitung sebesar 2,020.

Karena t hitung sama dengan t tabel yaitu 2,020 maka nilai t hitung berada pada

daerah H o ditolak dan H a diterima, yang berarti bahwa variable pakan

konsetrat berpengaruh positive dan signifikan terhadap pendapatan

peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten

Malang.

4. Hasil Uji F

Untuk mengetahui apakah variable independent secara simultan

(bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap variable dependent atau tidak

berpengaruh maka digunakan uji F (F – test) yaitu dengan cara

membandingkan F hitung dengan F tabel.


62

Hasil uji simultan (Uji – F) menunjukkan nilai F – tabel didapat dari

df1 = 2 dan df2 = 41 dengan nilai alpha (α) = 0,05 artinya kita mengambil

resiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar

sebanyak-banyaknya adalah sebesar 5%.

Dengan kriteria pengujiannya adalah jika F hitung > F tabel maka H o

ditolak dan H a diterima, sedangkan apabila F hitung < F tabel maka H o diterima

dan H a ditolak. Dari hasil analisis linier berganda diperoleh F tabel sebesar

3,23. Sedangkan F hitung diperoleh sebesar 96,154 sehingga dari perhitungan di

atas dapat diketahui bahwa H o ditolak dan H a diterima. Dengan demikian

menunjukkan bahwa variable independent yaitu variable jumlah ternak,

pengalaman berternak, dan pakan konsetrat memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor

Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.

5. Hasil Koefisien Determinasi ( R2)

Dari hasil perhitungan analisis regresi linier berganda yang telah

dilakukan menunjukkan pengaruh variable independent terhadap variable

dependent adalah cukup besar. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai koefisien

determinasi ( R2) yaitu sebesar 0,87 yang sudah mendekati 1.

Tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujonlor Kecamatan

Pujon Kabupaten Malang, dapat dijelaskan sekitar 87% oleh variable jumlah

ternak, pengalaman berternak, dan pakan konsetrat, sedangkan sisanya sekitar


63

13% dijelaskan oleh variable-variabel lain yang tidak termasuk dalam model

penelitian ini.

Koefisien korelasi berganda R (multiple correlation) menggambarkan

kuatnya hubungan antara variable jumlah ternak, pengalaman berternak, dan

pakan konsetrat secara bersama-sama terhadap variable tingkat pendapatan

peternak sapi perah di Desa Pujonlor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang

yaitu sebesar 0,86. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya

perubahan peningkatan jumlah ternak, pengalaman berternak, dan pakan

konsetrat, maka jumlah tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon

lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang akan mengalami peningkatan.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pendapatan Bersih Peternak Sapi Perah di Desa Pujon lor Kecamatan

Pujon

Pendapatan total usahatani (pendapatan bersih) adalah selisih

penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan dalam proses produksi,

dimana semua input memiliki keluarga yang diperhitungkan sebagai biaya

produksi. Total Revenue (TR) adalah jumlah produksi yang dihasilkan,

dikalikan dengan harga produksi dan pendapatan merupakan selisih antara

penerimaan dan total biaya. Secara sistematis dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya

yang dikeluarkan selama proses kegiatan operasional peternak. Dari hasil


64

perhitungan pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh

dari jumlah pendapatan peternak sapi perah dalam pendapatan satu bulan

adalah sebesar Rp 268.500.000 dengan jumlah pendapatan kotor adalah

sebesar Rp 136.061.500 dan dengan jumlah Biaya total (TC) adalah sebesar

Rp 132.438.500

Dari tabel 4.13 dapat diketahui pendapatan tertinggi peternak sapi perah

di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang adalah sebesar Rp

4.198.500 dengan pendapatan kotor sebesar Rp 8.250.000 dan biaya total

produksi susu sebesar Rp 4.051.500. Sementara Pendapatan terendah sebesar

Rp 2.174.000 dengan pendapatan kotor sebesar Rp 4.800.000 dan biaya total

produksi sebesar Rp 2.626.000. Dan rata-rata pendapatan peternak sapi perah

di Desa Pujonlor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang adalah sebesar Rp

3.009.966.

2. Pengaruh Jumlah Ternak Sapi Perah terhadap Tingkat Pendapatan

Peternak Sapi Perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai t hitung adalah sebesar

2,166 dengan nilai prob sebesar 0,036. Nilai probabilitas ini lebih kecil dari

pada 0,05 (0,036 < 0,05) maka dengan demikian H o ditolak dan H a diterima

maka menunjukkan bahwa nilai t hitung yang diperoleh tersebut signifikan.

Sehingga dapat diketahui bahwa variable jumlah ternak berpengaruh

terhadap tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan
65

Pujon Kabupaten Malang, dengan asumsi yang digunakan yaitu variable lain

konstan. Adanya pengaruh yang signifikan menunjukkan bahwa dengan

semakin meningkatkan jumlah ternak maka upaya untuk memaksimalkan

aktivitas operasional peternak semakin meningkat sehingga dapat

meningkatkan jumlah atau tingkat pendapatan peternak sapi perah. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa dengan meningkatkan jumlah ternak secara

langsung akan memberikan jaminan atas peningkatan pendapatan.

Penelitian ini sama dengan Penelitian terdahulu milik Santoso (2015)

dengan judul Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat

Berdasarkan Skala Usaha di Desa Boto Putih Kecamatan Bendungan

Kabupaten Trenggalek.

3. Pengaruh Pengalaman Berternak dengan Tingkat Pendapatan Peternak

Sapi Perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai t hitung adalah sebesar

2,429 dengan nilai probabilitas sebesar 0,019. Nilai probabilitas ini lebih kecil

dari pada 0,05 (0,019 < 0,05) maka dengan demikian H o ditolak dan H a

diterima maka menunjukkan bahwa nilai t hitung yang diperoleh tersebut

signifikan.

Variabel pengalaman berternak berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon

Kabupaten Malang dengan asumsi yang digunakan yaitu variable lain


66

konstan. Adanya pengaruh signifikan menunjukkan bahwa dengan semakin

lama peternak sapi perah berternak maka pendapatan peternak sapi perah akan

mengalami peningkatan.

Penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu milik Sasongko (2017)

dengan judul penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pendapatan Usaha Ternak Peternakan Sapi di Kabupaten Ponorogo.

4. Pengaruh Pakan Konsetrat dengan Tingkat Pendapatan Peternak Sapi

Perah di Desa Pujonlor Kecamatan Pujon

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai t hitung adalah sebesar

2,020 dengan nilai probabilitas sebesar 0,050. Nilai probabilitas ini lebih kecil

dari pada 0,05 (0,050 < 0,05) maka dengan demikian H o ditolak dan H a

diterima maka menunjukkan bahwa nilai t hitung yang diperoleh tersebut

signifikan.

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa pakan konsetrat memiliki

pengaruh yang signifikan, terhadap tingkat pendapatan peternak sapi perah di

Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Maka hasil tersebut

menunjukkan bahwa jika semakin ditambah jumlah pakan konsetrat maka

pendapatan peternak sapi perah akan meningkat.

Penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu milik Riyanto (2013)

dengan judul Analisis Keuntungan dan Skala Usaha Peternakan Sapi Perah

Rakyat di Kota Semarang.


67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
68

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Pendapatan tertinggi peternak sapi perah adalah sebesar Rp 4.198.500 dengan

pendapatan kotor adalah sebesar Rp 8.250.000 dan biaya total produksi susu

sebesar Rp 4.051.000. Sedangkan pendapatan terendah peternak sapi perah

adalah sebesar Rp 2.174.000 dengan pendapatan kotor sebesar Rp 4.800.000

dan biaya total produksi adalah sebesar Rp 2.626.000. Rata-rata pendapatan

peternak sapi perah di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang

adalah sebesar Rp 3.009.966.

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan peternak sapi perah

adalah sebagai berikut :

a. Jumlah ternak berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi perah di

Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil

analisis data diperoleh nilai t hitung sebesar 2,166 dengan probabilitas

0,036. Nilai probabalitas lebih kecil dari pada 0,05 (0,036 < 0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa nilai t yang diperoleh tersebut signifikan. Variabel

X1 (jumlah ternak) berpengaruh positif terhadap pendapatan. Dengan

semakin banyaknya jumlah ternak yang dimiliki maka pendapatan yang

diperoleh akan semakin besar. Penelitian ini sama dengan penelitian

terdahulu milik Santoso (2015) dengan judul penelitian Analisis

Pendpaatan Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat Berdasarkan Skala

Usaha di Desa Boto Putih Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek.


69

b. Pengalaman berternak berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi

perah di Desa Pujonlor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Hasil t

hitung sebesar 2,429 dengan probablitias sebesar 0,019. Nilai

probababilitas lebih besar dari pada 0,05 (0,019 < 0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa nilai t yang diperoleh tersebut signifikan. Variabel

X2 (pengalaman berternak) berpengaruh positif terhadap pendapatan

peternak sapi perah karena semakin lama peternak sapi perah memiliki

pengalaman berternak maka semakin bagus dalam pemeliharaan sapi

perah sehingga hasil produksi meningkat yang akan berdampak pada

pendapatan. Penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu milik

Sasongko (2017), dengan judul Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pendapatan usaha Ternak Peternakan Sapi di Kabupaten

Ponorogo.

c. Pakan Konsetrat berpengaruh negative terhadap pendapatan peternak sapi

perah di Desa Pujonlor Kecamaran Pujon Kabupaten Malang. Berdasarkan

hasil analisis data diperoleh nilai t hitung sebesar 0,020 dengan

probabilitas 0,050. Nilai probabilitas lebih kecil dari pada 0,05 (0,050 <

0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai t yang diperoleh tersebut

signifikan. Variabel X3 (Pakan Konsetrat) berpengaruh negative terhadap

pendapatan. Dengan demikian jika bertambahnya pakan konsetrat maka

akan meningkatnya tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Pujon

lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Penelitian ini sama dengan


70

penelitian terdahulu milik Riyanto (2013) dengan judul Analisis

Keuntungan dan Skala Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kota

Semarang.

d. Dari hasil analisis regresi linier berganda yang diperoleh dengan nilai

koefisien determinan ( R2) sebesar = 0,87 yang berarti bahwa variable

bebas (jumlah ternak, pengalaman berternak, dan kepemilikan luas lahan

hijau) mampu menjelaskan variable terikat sebesar 87% sedangkan

sisanya 13% dijelaskan oleh variable lain yang tidak dianalisis dalam

model ini.

e. Sedangkan nilai F hitung sebesar 96,154 dengan taraf signifikasi α = <

0,00% dan apabila dibandingkan dengan F tabel sebesar 3,23 maka dapat

dipastikan nilai F hitung > F tabel sehingga H o ditolak artinya variable jumlah

ternak, pengalaman berternak, dan kepemilikan luas lahan hijau secara

bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

pendapatan peternak sapi perah.

B. Keterbatasan Penelitian

Di dalam penelitianiini penulis telah berusaha dan melakukannya sesuai

dengan metode ilmiah, akan tetapi adapun keterbatasan penelitian yaitu faktor-
71

faktoriyang mempengaruhi Pendapatan Peternak Sapi Perah di dalam

penelitianiini terdiri dari tiga variabel, yaitu Jumlah ternak sapi perah,

Pengalaman berternak, dan pakan konsetrat, sedangkan masih banyak faktor lain

yang mempengaruhi Pendapatan Peternak sapi perah misalnya faktor biaya modal

dan faktor biaya tenaga kerja.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, adapun saran yang dapat peneliti

berikan sesuai hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagi peternak di Desa Pujon lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang agar

lebih meningkatkan hasil produksi susu sapi, agar dapat meningkatkan

pendapatan peternak itu sendiri sehingga usaha peternak sapi ini tetap layak

untuk dikembangkan.

2. Pihak Instansi setempat agar lebih memperhatikan kebutuhan para peternak,

misalnya dari hasil ini menunjukkan bahwa jumlah ternak dan pengalaman

berternak sangat berpengaruh terhadap pendapatan peternak. Oleh karena itu

peternak harus memperhatikan penambahan jumlah ternak dan memberikan

penyuluhan—penyuluhan tentang peternak agar peternak bisa lebih

menguasai dalam berternak sapi perah.

3. Bagi peneliti selanjutnya agar untuk memperluas ruang lingkup yang sama

guna memperoleh hasil yang maksimal.


72

DAFTAR PUSTAKA

Al arif, Nur dan Euis Amalia. 2010. Teori Mikroekonomi. Jakarta: Prenada Media
Group.
73

Ariga, Pukuh. 2013. Analisis Pendapatan Petani Tebu di Kecamatan Jepon Kabupaten
Blora. Skripsi: Universitas Negeri Semarang.

Atmadilaga, D. 1975. Kedudukan Usaha Ternak Tradisional dan Permasalahan dalam


Sistem Pembangunan Peternak. Bandung: Biro Reset FTP Universitas Padjajaran.

Boediono, 1991. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajahmada.

BPS, Kabupaten Malang. 2017. Jumlah Populasi Ternak Sapi Perah. Kecamatan
Pujon.

BPS, Kabupaten Malang. 2016. Jumlah Populasi Ternak Sapi Perah. Kecamatan
Pujon.

BPS, Kabupaten Malang. 2015. Jumlah Populasi Ternak Sapi Perah. Kecamatan
Pujon.

BPS, Kabupaten Malang. 2014. Jumlah Populasi Ternak Sapi Perah. Kecamatan
Pujon.

Herianto, Bagus dan Syarif Kemal. 2011. Berternak dan Bisnis Sapi Perah. Jakarta
Selatan: PT. Agromedia Pustaka.

Kanisius, Aksi Agraris. 1995. Anonimous. Petunjuk Praktis Usaha Berternak Sapi
Perah. Yogyakarta: Kanisius.

Murtidjo, B.A. 1993. Berternak Sapi Potong. Yogyakarta: Kanisius.

Nuraini, Ida. 2013. Pengantar Ekonomi Mikro. Malang: Universitas Muhammadiyah


Malang Press.

Pane, Ismed. 1993. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Puasandy, Aprissia. 2015. Analisis Pendapatan Petani Apel (Studi Kasus di


Kayukebek di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan). Skripsi: Universitas
Muhammadiyah Malang.

_________ , 2017. Anonimous. Laporan Tahun Koperasi “SAE” Pujon.


74

Sari, N. Denik, 2016. Analisis Pendapatan Petani Padi di Desa Sanankerto Kecamatan
Turen Kabupaten Malang. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Malang.

Soekartawi, 1995. Analisis Usaha Tani. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Soekartawi, 2002. Analisis Usaha Tani. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.


75

ANGKET PENELITIAN

Dengan hormat,

Dalam rangka untuk menunjang kegiatan penelitian dan penulisan skripsi


dengan judul : “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan
Peternak Sapi Perah di Desa Pujon”, sebagai salah satu syarat untuk meraih gerlar
sarjana ekonomi pada Universitas Muhammadiyah Malang, kami selaku peneliti
memohon kesediaan Bapak/Ibu /Saudara untuk meluangkan waktu guna menjadi
responden dengan mengisi daftar pertanyaan yang tersedia pada lampiran.

Hasil penelitian ini sepenuhnya hanya diperlukan bagi penyusunan skripsi


peneliti, oleh karena itu jawaban Bapak/Ibu/Saudara tidak dipublikasikan dan dijamin
kerahasiaannya. Demikian permohonan kami, atas perhatian dan pasrtisipasinya kami
ucapkan terima kasih.

Malang, 02 February 2018

Hormat kami,

Peneliti
76

KUESIONER
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DESA PUJON LOR
KECAMATAN PUJON KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR
TAHUN 2018
Petunjuk Pengisian

1. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan bapak/ibu saudara/i untuk

menjawab seluruh pertanyaan yang disediakan.

2. Jawablah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang sesuai.

3. Apabila ada soal memilih, maka pilihlah salah satu jawaban yang paling

mendekati dengan jawaban yang sebenarnya dengan melingkari.

No. Responden : ……….

I. Identitas Responden

1. Nama Peternak : …………………………………………

2. Umur Peternak : ………………………………………… tahun

3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

4. Umur Peternak : ………………………………………… tahun

5. Status : 1. Menikah 2. Belum Menikah

6. Pengalaman Beternak : ………………………………………… tahun

7. Jumlah Ternak yg Dimiliki : ………………………………………… ekor

8. Pendidikan Terakhir : a. SD b. SMP c. SMA d. S1

9. Jumlah tanggungan keluarga : …………………………………………


77

10. Modal awal beternak : Rp ……………………………………..

11. Bagaimana saudara mendapatkan rumput?

a. Mencari b. Memiliki lahan sendiri

12. Jika memiliki lahan, berapa luas lahan? ………………………………m 2

II. Biaya Pendapatan

1. Berapa liter susu yang dihasilkan per-bulan? …………………….... liter/bulan

2. Berapa harga per-liter susu? Rp …………………………….

3. Berapa pendapatan susu per-bulan? Rp…………………...... / bulan

III.Biaya Tetap

1. Berapa biaya listrik per-bulan? Rp……………..…………..…… / bulan

2. Berapa biaya Air per-bulan? Rp…………………………........ / bulan

3. Berapa biaya tenaga kerja per-bulan? Rp……………………………… / bulan

4. Berapa biaya Transport per-bulan? Rp……………………………… / bulan

5. Berapa biaya penyusutan kandang? Rp………………….…………… / bulan

6. Berapa biaya penyusutan peralatan? Rp………….…………………… / bulan

7. Berapa biaya iuran anggota? Rp…………………………….... / bulan

IV. Biaya Variabel (biaya tidak tetap)

1. Berapa biaya pakan ternak (konsetrat)? Rp ……………………… / bulan

2. Berapa biaya pakan rumput? Rp ……………………… / bulan

3. Berapa biaya obat-obatan? Rp ……………………… / bulan

4. Biaya lain-lain? Rp ……………………… / bulan


78

Anda mungkin juga menyukai