Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI PERAH

ATINDO KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN LUMAJANG

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh:
Maulana Zulfi Hisbullah
NIM 1954201710

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LUMAJANG
2023
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sub-Sektor Peternakan memiliki peran yang strategis dalam pembangunan
sektor pertanian, yaitu dalam upaya pemantapan ketahanan pangan untuk
memenuhi kebutuhan protein hewani, pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan
dapat memacu pengembangan wilayah. Pengembangan sub-sektor peternakan
sebagai bagian integral dari sektor pertanian perlu mendapat perhatian khusus
dengan tetap memperhatikan kelestarian sumber daya dan lingkungan yang ada.
Hal ini karena kegiatan pada sub-sektor peternakan memiliki peran penting dalam
peningkatan pendapatan petani, pemerataan perekonomian dan kesempatan kerja,
serta perbaikan terhadap gizi masyarakat (Daryanto, 2011).
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan
hewan ternak untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut. Pengertian
peternakan tidak terbatas pada pemeliharaan saja, memelihara dan pertenakan
perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah
mencari keuntungan dengan penerapan prinsip – prinsip manajemen pada faktor –
faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal (Zuhri, 2011).
Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu
peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua
yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci dan hewan ternak lainnya.
Suatu usaha agribisnis seperti peternakan harus mempunyai tujuan yang berguna
sebagai evaluasi kegiatan yang dilakukan dilakukan selama berternak salah atau
benar. Contoh tujuan peternakan yaitu tujuan komersial sebagai cara memperoleh
keuntungan (Zuhri, 2011).
Sapi perah merupakan salah satu komiditi utama subsektor peternakan.
Adanya komoditi di subsektor peternakan dapat memenuhi kebutuhan protein
hewani masyarakat Indonesia setiap harinya. Dukungan faktor (pakan, tata
laksana, dan pencegahan penyakit) yang berkualitas, untuk memperoleh kualitas
dan kuantitas susu yang optimum, juga didukung oleh kualitas genetik sapi perah
yang dibudidayakan (Wahyudi dkk, 2013).
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh
peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya
tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh minimnya modal, serta
pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian
pakan, pengelolaan hasil pascapanen, pemerahan, sanitasi lingkungan dan
pencegahan penyakit. Selain itu, pengetahuan peternak mengenai aspek tata niaga
harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan
pemeliharaannya (Surani, 2011).
Tabel 1.1.1
Populasi Sapi Perah (Ekor) menurut Provinsi 2020-2022
Provinsi Tahun
2020 2021 2022
Jawa Timur 293.556 305.708 314.385
Jawa Tengah 141.395 142.513 143.465
Jawa Barat 118.434 119.939 120.794
Sumatera Utara 4.953 5.164 5.303
Yogyakarta 3.520 3.500 3.516
Indonesia 568.000 582.169 592.897
Sumber: Badan Pusat Statistik Tahun 2023, data diolah
Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang menjadi pusat
pengembangan ternak sapi perah terbesar di Indonesia, diikuti oleh provinsi Jawa
Tengah dan Jawa Barat. Berdasarkan tabel 1.1.1 menunjukkan bahwa populasi
sapi perah di Jawa Timur tahun 2020 sampai tahun 2022 selalu mengalami
peningkatan. Tahun 2020 berjumlah 293.556 ekor meningkat sampai 2022
mencapai 314.385 ekor.
Tabel 1.1.2
Populasi Sapi Perah (Ekor) menurut Kabupaten/Kota 2017-2018
No. Kabupaten/Kota Populasi (Ekor)
2017 2018
1. Pasuruan 90.817 92.931
2. Malang 83.660 85.206
3. Tulungagung 25.335 24.785
4. Blitar 15.680 15.780
5. Batu 11.950 12.684
6. Kediri 10.167 10.380
7. Probolinggo 6.653 6.752
8. Lumajang 5.005 6.390
9 Jombang 4.630 5.689
10. Trenggalek 4.921 5.118
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Timur Tahun 2019, data diolah
Kabupaten Lumajang merupakan kabupaten yang memiliki populasi
ternak sapi perah terbanyak nomor 8 di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan tabel
1.1.2, usaha ternak sapi perah selama 2 tahun yaitu 2017 dan 2018 mengalami
peningkatan. Populasi ternak sapi perah di Lumajang tahun 2018 sebesar 6.390
ekor mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2017 yang sebesar 5.005
ekor.
Desa Bondoyudo merupakan salah satu desa di Kabupaten Lumajang yang
sebagian besar usaha ternak sapi perahnya masih berupa peternakan rakyat yang
dikelola dalam skala kecil. Melalui observasi awal peneliti, skala kepemilikan di
Desa Bondoyudo rata-rata setiap keluarga peternak memiliki 3 ekor sapi perah,
sedangkan untuk skala besar masih terbatas. Sebagian besar usaha ternak sapi
perah yang diusahakan di Desa Bondoyudo masih sebagai usaha sampingan dalam
usaha pokok pertanian. Usaha ternaknya belum dikelola dengan baik akibatnya
kualitas dan produktivitas susu segar yang dihasilkan cukup rendah dibandingkan
dengan desa yang lain terutama Desa Senduro, hal ini akan berpengaruh pada
pendapatan peternak.
Peternakan ATINDO merupakan salah satu usaha yang bergerak di bidang
peternakan sapi perah yang beralamat di RT 04/RW 05, Dusun Alasmalang, Desa
Bondoyudo, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang. Produk yang dihasilkan
dari Peternakan ATINDO adalah susu segar dari sapi perah.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan usaha ternak sapi perah
di ATINDO terbagi dalam sektor hulu, tengah dan hilir. Permasalahan di sektor
hulu antara lain mutu sumberdaya manusia masih rendah dan belum mampu
memanfaatkan perkambangan teknologi. Permasalahan di sektor tengah meliputi
ketersediaan lahan untuk produksi pakan, konversi lahan pertanian ke non
pertanian dan modal usaha perbankan masih rendah. Permasalahan di sektor hilir
antara lain harga susu segar dan konsumen masih belum stabil.
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan melakukan pengembangan
budidaya sapi perah. Menurut Yuliana (2009) pengembangan budidaya sapi perah
merupakan suatu kegiatan membangun, memelihara, merawat dan penyiapan
sarana prasarana maupun fasilitas lainnya yang dilakukan dengan memanfaatkan
hewan ternak berupa sapi perah. Pada hakekatnya, pengembangan budidaya sapi
perah di ATINDO adalah upaya meningkatkan untuk meningkatkan pendapatan
serta kesempatan kerja untuk masyarakat sekitar melalui peningkatan
pengembangan budidaya sapi perah dan hasil produksi susu sapi perah.
Peningkatan produksi sebagai refleksi dari meningkatnya permintaan masyarakat
diharapkan dapat mendorong terciptanya investasi baru, sehingga memungkinkan
peningkatan kapasitas sapi ternak ATINDO, lebih jauh adanya reinvestasi dalam
usaha tani susu dan peternakan sapi perah dapat memberi dukungan terhadap
pertumbuhan suatu wilayah. Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka
penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “ANALISIS STRATEGI
PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI PERAH (STUDI KASUS DI
ATINDO, KECAMATAN SUKODONO, KABUPATEN LUMAJANG)”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka identifikasi masalah yang akan dibahas
adalah:
1. Alternatif strategi apakah yang dapat diterapkan dalam pengembangan
usaha ternak sapi perah di ATINDO?
2. Prioritas strategi apakah yang dapat diterapkan dalam pengembangan
usaha ternak sapi perah di ATINDO?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam
pengembangan usaha ternak sapi perah di ATINDO
2. Untuk mengetahui prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam
pengembangan usaha ternak sapi perah di ATINDO

1.4 Kegunaan Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian
2. Bagi pemerintah sebagai bahan masukan kepada pemerintah dalam
membuat kebijakan
3. Bagi masyarakat sebagai tambahan wawasan dan informasi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pengertian Sapi Perah
Sapi perah adalah hewan ternak berupa sapi yang dibudidayakan secara
khusus dengan produksi utamanya adalah susu segar, susu segar yang dapat
memenuhi kebutuhan protein hewani manusia.

2.1.2 Sejarah Singkat Sapi Perah


Dapat dipastikan bahwa sapi perah asli Indonesia tidak ada. Adanya sapi
perah di Indonesia diawali sejak zaman penjajahan Belanda, bermula untuk
kepentingan orang-orang Eropa, Arab dan India, terutama pegawai pemerintahan
Hindia Belanda. Pemerintahan Hindia Belanda di negerinya mempunyai sapi asli
yang terkenal yaitu Friesian Holstein (FH) (Soetarno, 2016).
Permulaan abad ke-17, orang Belanda membawa sapi perah ke Indonesia
yang diusahakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Orang-orang India dan
Pakistan telah lama pula berdagang susu yang diperolehnya dari sapi Zebu yang
didatangkan dari negerinya. Cara-cara lama orang-orang India menjual susu
sampai akhir Perang Dunia Kedua masih dijumpai di Medan, di mana sapi-sapi
perahan itu dituntun ke tempat-tempat langganannya dari satu ke lainnya dan
diperah di muka pembeli (Soetarno, 2016).
Pemuliaan sapi perah di Indonesia telah dimulai sejak Kontrolir Van
Andel yang bertugas di Kawedanan Tengger, Pasuruan (1891 – 1892). Atas
anjuran Dokter Hewan Bosma didatangkan sapi pejantan FH (Friesian Holstein)
dari negeri Belanda. Di samping itu juga diimpor sapi-sapi pejantan Shorthorn,
Ayrshire dan Jersey dari Australia. Sapi-sapi pejantan impor tersebut
dikawinkan/disilangkan dengan sapi-sapi lokal (Jawa, Madura) dan ini merupakan
landasan dari sapi Grati. Sedangkan Kontrolir Schipper yang didampingi Dokter
Hewan Penning mengadakan grading-up sapi-sapi lokal dengan menggunakan
sapi-sapi jantan FH sebanyak 7 ekor yang didatangkan dari negeri Belanda, dan
bersamaan waktu itu dilakukan pengebirian sapisapi jantan Jawa di daerah
Salatiga, Boyolali dan sekitarnya (Soetarno, 2016).
2.1.3 Taksonomi Sapi Perah
Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai
klasifikasi taksonomi sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Sub class : Theria
Infra class : Eutheria
Ordo : Artiodactyla
Sub ordo : Ruminatia
Infra ordo : Pecora
Famili : Bovidae
Genus : Bos (cattle)
Group : Taurinae
Spesies : Bos taurus (Sapi Eropa)
Bos indicus (Sapi India/Sapi Zebu)

2.1.4 Morfologi Sapi Perah


Menurut Leondro (2009), Sapi FH (Fries Holland) adalah bangsa sapi
perah tertua dan menduduki populasi terbesar hampir di seluruh dunia, baik di
negara sub tropis maupun negara tropis. Bangsa sapi ini mudah beradaptasi di
tempat yang baru. Produksi susu sapi FH adalah paling tinggi diantara bangsa
sapi perah lainnya. Ciri-ciri fisik sapi FH antara lain:
a. Mempunyai warna yang cukup terkenal yaitu belang hitam putih
b. Pada bagian dahi umumnya terdapat warna putih berbentuk segitiga
c. Kaki bagian bawah, perut dan ekor berwarna putih
d. Tanduknya pendek dan menjurus ke depan
e. Berat badan sapi Dewasa: Jantan 900 – 1.000 kg, Betina 625 kg. Berat badan
anak sapi (pedet) berkisar 40 kg. Sapi FH termasuk bangsa sapi perah yang
terbesar badanya diantara bangsa sapi perah lainnya.
f. Produksi susu sapi FH di Indonesia rata-rata 10 liter/ ekor per hari atau lebih
kurang 4.500 – 5.500 liter per laktasi dengan rata-rata kadar lemak 3,45 %.
Produksi susu di daerah asalnya bisa mencapai 7.245 kg per laktasi dengan kadar
lemak susu 3,5 – 3,7 %. Produksi susu FH tertinggi diantara bangsa sapi perah
lainnya namun kadar lemaknya relatif rendah. Warna lemaknya kuning dengan
butiran-butiran (globula) lemaknya kecil sehingga baik untuk konsumsi susu segar

2.1.5 Kondisi Lingkungan Sapi Perah


Kondisi lingkungan dan iklim sangat mempengaruhi produksi susu dan
produktifitas sapi perah kususnya sapi bangsa FH. Suhu udara dan kelembapan
harian di indonesia umumnya tinggi yaitu berkisar antara 24-34°C dan
kelembapan 60-90°C. Hal tersebut akan mempengaruhi tingkat produktifitas sapi
FH. Secara garis besar membagi lingkungan menjadi dua yakni (1) lingkungan
internal (fisiologis) yang memberikan pengaruh pada setiap individu ternak dan
(2) lingkungan eksternal yang memberikan pengaruh keseluruhan ternak dalam
suatu kelompok atau populasi ternak (Anggraini,2003).

2.1.6 Susu Sapi


Susu sapi segar merupakan cairan berwarna putih yang digunakan sebagai
bahan pangan yang sehat dengan tidak mengurangi komponen komponennya atau
ditambah bahan-bahan lain yang diperoleh dari pemerahan sapi yang sedang
menyusui. Susu segar yang dihasilkan oleh hasil pemerahan sapi ini banyak
mengandung protein yang sangat baik untuk kesehatan. Kriteria yang dikatakan
temasuk susu sapi segar yang memiliki kualitas dan kuantitas tinggi adalah jumlah
bakteri cukup, bebas dari spora dan mikroorganisme penyakit, mempunyai cita
rasa yang baik, bersih dan bebas dari kotoran dan tidak dipalsukan dengan
penambahan air atau cara pemalsuan lain (Sulistyowati, 2009).

2.1.7 Pengembangan
Pengembangan merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan
kebutuhan masing-masing setiap orang. Pengembangan (developing) merupakan
salah satu perilaku manajerial yang meliputi pelatihan (couching) yang digunakan
sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan seseorang dan memudahkan
penyesuaian terhadap pekerjaannya serta kemajuan kariernya. Proses
pengembangan ini didasarkan atas usaha untuk mengembangkan sebuah
kesadaran, kemauan, keahlian, serta keterampilan (Fatimah, 2015).

2.1.8 Pengembangan Usaha


Pengembangan suatu usaha adalah tanggung jawab dari setiap pengusaha
atau wirausaha yang membutuhkan pandangan kedepan, motivasi dan kreativitas
(Anoraga, 2007:66). Pengembangan usaha adalah suatu kegiatan membangun,
memelihara, sarana dan prasarana maupun fasilitas lainnya untuk memperbaiki
dan meningkatkan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan (Wibowo,
2020).

2.1.9 Strategi Pengembangan Usaha


Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan usahanya dalam kaitannya
dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi
sumber daya (Rangkuti, 2009:4). Adapun strategi pengembangan usaha:
1. Peningkatan Skala Ekonomis
Cara ini dapat dilakukan dengan menambah skala produksi, tenaga kerja,
teknologi, sistem distribusi, dan tempat usaha (Suryana, 2006:156).
2. Perluasan Cakupan Usaha
Cara ini bisa dilakukan dengan menambah jenis usaha baru, produk, dan
jasa baru yang berbeda dari yang sekarang diproduksi (diversifikasi), serta
dengan teknologi yang berbeda. Misalnya, usaha jasa angkutan kota
diperluas dengan usaha jasa bus pariwisata, usaha jasa pendidikan
diperluas dengan usaha jasa pelatihan dan kursus-kursus (Suryana,
2006:156).

2.1.10 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Pengembangan


A. Faktor Internal
Kekuatan dan kelemahan dari faktor internal adalah segala kegiatan dalam
kendali organisasi yang bisa dilakukan dengan sangat baik atau buruk. Kekuatan
dan kelemahan tersebut ada dalam kegiatan manajemen, pemasaran,
keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem
informasi manajemen di setiap perusahaan. Setiap organisasi berusaha
menerapkan strategi yang menonjol kekuatan faktor internal dan berusaha
menghapus kelemahan faktor internal (David, 2004).
Analisis internal adalah proses pemeriksaan terhadap kekuatan dan
kelemahan internal organisasi. Tujuan adalah mengidentifikasi kelemahan yang
harus dihindari serta mengembangkan kekuatan menurut yang dikehendaki
perusahaan. Adapun obyek dalam analisis internal, antara lain: aspek pemasaran,
aspek produksi dan operasi, aspek SDM, aspek keuangan (David, 2004)
B. Faktor Eksternal
Peluang dan ancaman faktor eksternal merujuk pada peristiwa dan tren
ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintah,
teknologi, dan persaingan yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu
organisasi secara berarti di masa depan. Peluang dan ancaman tersebut sebagian
besar di luar kendali suatu organisasi. Perusahaan harus merumuskan strategi
untuk memanfaatkan peluang-peluang dari faktor eksternal dan untuk
menghindari dampak ancaman dari faktor eksternal (David, 2004).
Tinjauan terhadap kinerja perusahaan tidak akan terlepas pada informasi
tentang kekuatan-kekuatan luar (outside forses) yang memungkinkan
bersinggungan dengan tujuan perusahaan. Kekuatankekuatan tersebut dapat
merupakan peluang sekaligus ancaman terhadap perusahaan. Kekuatan-kekuatan
dapat dibagi menjadi 5 kategori : 1) kekuatan ekonomi; (2) kekuatan sosial,
budaya, demografi, dan lingkungan; (3) kekuatan politik, pemerintah dan hukum;
4) kekuatan teknologi; 5) kekuatan persaingan (Rangkuti, 2000).

2.1.11 Matriks SWOT


Matriks SWOT adalah alat yang dipakai untuk menyusun strategis
perusahaan. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat diselesaikan dengan kekuatan
dan kelemahan internal. Matriks SWOT ini dapat menghasilkan 4 sel
kemungkinan alternatif strategi. Strategi SO menuntut perusahaan mampu
memanfaatkan peluang melalui kekuatan internalnya. Strategi WO menuntut
perusahaan meminimalkan kelemahan dan memanfaatkan peluang. Strategi ST
merupakan pengoptimalkan kekuatan dalam memanfaatkan ancaman dan strategi
WT menitikberatkan pada upaya meminimalkan kelemahan daripada menghindari
ancaman (Rangkuti, 2000).

2.1.12 Matriks QSP


QSPM adalah alat yang direkomendasikan oleh para ahli strategi untuk
melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara obyektif. Berdasarkan key
success factors internal-eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Jadi secara
konseptual, tujuan QSPM adalah untuk menetapkan keterkaitan relatif (relatif
attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk
menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan.
Seperti alat analisis untuk memformulasikan strategi lainnya, QSPM juga
membutuhkan intuitive judgement yang baik (Umar, 2002).
QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang
didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis eksternal dan
internal kunci dimanfaatkan/ditingkatkan. Daya tarik relatif dari masing-masing
strategi dihitung dengan menentukan dampak komulatif dari masing-masing
faktor keberhasilan kritis internal dan eksternal (David, 2004).

2.2 Kerangka Pemikiran


Usaha ATINDO yang bergerak di bidang peternakan sapi perah akan
berusaha untuk memperoleh keuntungan atau laba sebagai tujuan utamanya.
Dalam melakukan kegiatan usahanya, usaha ternak sapi perah ATINDO
dipengaruhi oleh lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan
internal antara lain modal, sapi perah, pakan, tenaga kerja, harga produk,
sedangkan lingkungan eksternalnya antara lain permintaan produk, pesaing dan
pengolahan hasil.
Alternatif strategi pengembangan dapat diidentifikasi dengan
menggunakan matriks SWOT, dimana matriks SWOT ini menggambarkan
bagaimana peluang dan ancaman eksternal dapat dipadukan dengan kekuatan dan
kelemahan agrobisnis ternak sapi perah di ATINDO sehingga menghasilkan
rumusan pengembangan yaitu perumusan penyesuaian kekuatan dan peluang,
kelemahan dan peluang, kekuatan dan ancaman serta penyesuaian kelemahan dan
ancaman. Hasil dari alternatif strategi (matriks SWOT) tersebut kemudian akan
dipilih strategi yang terbaik yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha
ternak sapi perah dengan analisis yang lebih obyektif dan intuisi yang baik dalam
matriks QSP. Hasil dari matriks QSP akan memperlihatkan skor. Skor yang
tertinggi menunjukkan bahwa alternatif strategi tersebut penting sebagai prioritas
utama untuk ditetapkan, sehingga menghasilkan umpan balik (feedback) yang
akan dipertimbangkan dalam usaha ternak tersebut.

USAHA TERNAK ATINDO

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


STRATEGI PENGEMBANGAN

FAKTOR
INTERNAL: FAKTOR
EKSTERNAL:
1. MODAL
2. SAPI PERAH 1. PERMINTAAN
3. PAKAN PRODUK
4. TENAGA 2. PESAING
KERJA 3. PENGOLAHAN
5. HARGA HASIL
PRODUK

MATRIKS SWOT

MATRIKS QSP
2.3 Hipotesis
1. Diduga alternatif strategi yang diterapkan dalam pengembangan usaha
ternak sapi perah di ATINDO berhasil memetakan kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang dihadapi oleh ATINDO.
2. Diduga prioritas strategi yang diterapkan dalam usaha pengembangan
usaha ternak sapi perah di ATINDO berhasil dalam memilih prioritas
terbaik dalam pengembangan usaha.
BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada usaha ternak sapi perah di peternakan
ATINDO yang beralamat di RT 04/RW 05, Dusun Alasmalang, Desa Bondoyudo,
Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini
secara di sengaja dengan pertimbangan, bahwa usaha ini merupakan peternakan
sapi perah terbesar di Desa Bondoyudo. Penelitian ini dilaksanakan selama 1
bulan yaitu 1 Juli sampai dengan 31 Juli 2023.

3.2 Metode Penelitian


Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian
deskriptif kuantitatif adalah mendeskripsikan, meneliti, dan menjelaskan sesuatu
yang dipelajari apa adanya, dan menarik kesimpulan dari fenomena yang dapat
diamati dengan menggunakan angka-angka (Listiani, 2017). Penelitian deskriptif
kuantitatif adalah penelitian yang hanya menggambarkan isi suatu variabel dalam
penelitian, tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu (Marliana, 2020).

3.3 Metode Pengambilan Contoh dan Pengumpulan Data


3.3.1 Metode Pengambilan Contoh
Medote Pengambilan Contoh yang digunakan adalah Purposive Sampling,
Menurut Sugiyono (2013) Purposive Sampling adalah teknik pengambilan data
dengan pertimbangan tertentu. Kelebihan menggunakan purposive sampling
adalah; (1) Sampel terpilih adalah sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian;
(2) Teknik ini merupakan cara yang mudah untuk dilaksanakan; dan (3) Sampel
terpilih biasanya adalah individu atau personal yang mudah ditemui atau didekati
oleh peneliti. Dan kekurangan menggunakan teknik purposive sampling adalah;
(1) Tidak ada jaminan bahwa jumlah sampel yang digunakan representatif dalam
segi jumlah; (2) Setiap samping tidak memberikan kesempatan yang sama untuk
dipilih kepada semua anggota populasi; dan (3) Tidak dapat digunakan sebagai
generalisasi untuk mengambil kesimpulan statistik.
3.3.2 Metode Pengumpulan Data
Menurut Surani (2011), metode pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Observasi yaitu cara pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan
langsung pada obyek penelitian.
2. Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan wawancara
langsung dengan responden berdasarkan daftar pertanyaan (kuisoner) yang telah
dipersiapkan.
3. Pencatatan yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan pencatatan data
yang telah ada pada instansi dan sumber lain yang terkait dalam penelitian ini.

3.3.3 Sumber Data Penelitian


Menurut Arikunto (2006), sumber data penelitian terdiri dari:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat atau dikumpulkan oleh peneliti
dengan cara langsung dari sumbernya. Data primer biasanya disebut dengan data
asli atau data baru yang mempunyai sifat up to date. Untuk memperoleh data
primer, peneliti wajib mengumpulkannya secara langsung.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapat atau dikumpulkan peneliti
dari semua sumber yang sudah ada, dalam artian peneliti sebagai tangan kedua.
Data sekunder bisa didapat dari beberapa sumber misalnya biro pusatstatistik yang
biasa disingkat dengan BPS, jurnal buku, laporan, dan lain sebagainya.
3.4 Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis
3.4.1 Matriks SWOT
Strenght (S) Weakness (W)
Menentukan 1-10 Faktor- Menetukan 1-10 faktor-
faktor kekuatan internal faktor kelemahan
internal
Opportunities (O) Strategi S-O Strategi W-O
Menentukan 1-10 Menciptakan startegi yang Menciptakan startegi
faktor-faktor menggunakan kekuatan yang meminimalkan
eksternal untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang
Threats (T) Startegi S-T Startegi W-T
Menentukan 1-10 Menciptakan startegi yang Menciptakan startegi
Faktor-faktor menggunakan kekuatan yang meminimalkan
kekuatan ekternal untuk menjadi ancaman kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Sumber: (Rangkuti, 2000).

3.4.2 Matriks QSP


A. Matriks QSP Faktor Internal (Andika, 2020).
Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan
1.
2.
Dst.
Kelamahan
1.
2.
Dst.
Total 1,00
B. Matriks QSP Faktor Eksternal (Andika, 2020).
Faktor-Faktor Strategi Bobot Rating Skor
Eksternal
Peluang
1.
2.
Dst.
Ancaman
1.
2.
Dst.
Total 1,00

3.5 Definisi Operasional


1. Pengembangan adalah suatu proses pembangunan yang terencana dan tekstur
menjurus ke sasaran yang diinginkan.
2. Strategi pengembangan adalah strategi yang disusun secara komprehensif,
untuk mencapai tujuan bisnis, dengan mengoptimalkan kekuatan, mengurangi
kelemahan, memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.
3. Usaha ternak sapi perah adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan untuk
mengelola sapi perah dalam pemeliharaan maupun produksi, sampai dengan
memasarkan hasil produksi sapi perah tersebut.
4. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat di dalam usaha ternak secara
keseluruhan dan pada umumnya dapat dikendalikan meliputi modal, tenaga, sapi
perah, pakan, harga produk.
5. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar usaha ternak sapi
perah yang mempengaruhi kinerja usahatani secara keseluruhan dan pada
umumnya belum dapat dikendalikan sepenuhnya meliputi permintaan produk,
pesaing, pengolahan hasil.
6. Matriks SWOT adalah matriks yang akan digunakan untuk menyusun berbagai
alternatif strategi pengembangan usaha ternak sapi perah
7. Matrik QSP adalah alat yang digunakan untuk melakukan evaluasi pilihan
strategis alternatif untuk menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan
dalam pengembangan usaha ternak sapi perah.
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, A. 2011. Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan Peternakan.


Bandung: Trobos Edisi Januari 2011.

Zuhri, Habib. 2011. Kemitraan Ayam Pedaging Antara Perusahaan PT Patriot


dengan Peternak di Desa Besowo Kec. Kepung Kab. Kediri Di Tinjau
Dari Hukum Islam. Kediri: STAIN Kediri.

Wahyudi, L., Susilawati, T., & Wahyujingsih, S. 2013. Tampilan Reproduksi Sapi
Perah pada Berbagai Paritas di Desa Kemiri Kecamatan Jabung
Kabupaten Malang. Ternak Tropika. Journal of Tropical Animal
Production. 14(2). 13-22. Malang: Universitas Brawijaya.

Surani, Sri. 2011. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah (Studi Kasus
di Desa Sukorejo, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali). Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.

Yuliana, Ria. 2019. Pengembangan Digital Tour Destination Sebagai Upaya


Meningkatkan Kunjungan Wisata Studi Tentang Optimalisasi Program
Lampung Go Digital di Pasar Tahura, Kabupaten Pesawaran. Halaman
38. Lampung: Universitas Lampung.

Badan Pusat Statistik. 2023. “Pupulasi Sapi Perah menurut Provinsi (Ekor), 2020-
2022”, https://www.bps.go.id/indicator/24/470/1/populasi-sapi-perah-
menurut-provinsi.html, diakses pada 5 Juni 2023 pukul 12.55.

Badan Pusat Statistik Jawa Timur. 2019. “Populasi Ternak Menurut


Kabupaten/Kota dan Jenis Ternak di Provinsi Jawa Timur, 2017-2018,
https://jatim.bps.go.id/statictable/2019/10/08/1601/populasi-ternak-
menurut-kabupaten-kota-dan-jenis-ternak-di-provinsi-jawa-timur-2017-
2018.html, diakses pada 5 Juni 2023 pukul 13.32.
Soetarno Timan. 2016. Budidaya Ternak Perah. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.

Blakely, J. dan D. H. Bade. 1992. Pengantar Ilmu Peternakan. Penerjemah: B.


Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak di Lapangan.
Jakarta: Gramedia.

Leondro, Henny. 2009. Dasar Ternak Perah. Malang: Fakultas Peternakan


Universitas Kanjuruhan.

Anggraini, W. 2003. Ananlisis Usaha Peternakan Sapi Potong Rakyat


Berdasarkan Biaya Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternakan
Menurut Skala Usaha. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor.

Sulistyowati, Y. 2009. Pemeriksaan Mikrobiologik Susu Sapi Murni dari


Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Surakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah.

Fatimah, Siti. 2015. Strategi Pengembangan Objek Daya Tarik Wisata Religi
Studi Kasus di Makam Mbah Mudzakir Sayung Demak. Semarang:
Universitas Islam Negeri Walisongo.

Anoraga, P. 2007. Pengantar Bisnis: Pengelolaan Bisnis dalam Era Globalisasi.


Halaman 66. Jakarta: Rieneka Cipta.

Wibowo, Januar Adi. 2020. Pengembangan Budidaya Sapi Perah Dalam


Meningkatkan Perekonomian Keluarga di Metro Utara Kota Metro.
Lampung: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.

Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif & Analisis Kasus –
Integral Marketing Communication. Halaman 4. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis Kiat dan Proses Menuju Sukses.
Edisi Ketiga. Halaman 156. Jakarta: Salemba.

David, F.R. 2004. Manajemen Strategis: Konsep. Edisi Ketujuh. Jakarta:


PT Prenhallindo.

Rangkuti, Freddy. 2000. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.

Umar, Husein. 2003. Strategic Management in Action: Konsep, Teor, dan Teknik
Menganalisis manajemen Strategis: stratetgic business unit berdasarkan
konsep Michael R. Porter, Fred R.David, dan Wheelen-Hunger. Cetakan
ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Listiani, N. M. (2017). Pengaruh Kreativitas Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar


Mata Pelajaran Produktif Pemasaran Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 2
Tuban. Jurnal Ekonomi Pendidikan Dan Kewirausahaan, 2(2), 263.

Marlina, E. (2020). Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning


Berbantuan Aplikasi Sevima Edlink. Jurnal Padegogik, 3(2), 104–110.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Rangkuti, Freddy. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Andika, Muhammad. 2020. Penerapan Analisis Swot Sebagai Strategi
Pengembangan Pt Al Mucthar Tour Dan Travel Dalam Perspektif
Ekonomi Islam. Banda Aceh: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Anda mungkin juga menyukai