Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

PENGANTAR ILMU PETERNAKAN

OLEH:

KELOMPOK I (SATU)

EMA LEMBANG BULAWAN : 4522035004

FEBRYAN SOMALINGGI : 4522035005

INDRA DARMAWANSYAH : 4522035006

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PETANIAN

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : LAPORAN PRAKTEK PENGANTAR ILMU

PENGANTAR PETERNAKAN

Waktu :

Lokasi :

Nama : EMA LEMBANG BULAWAN : 4522035004

FEBRYAN SOMALINGGI : 4522035005

INDRA DARMAWANSYAH : 4522035006

Jurusan : Pernakan Fakultas Pertanian Universitas Bosowa

Laporan ini sebagai syarat untuk mengikuti ujian final mata

kuliah Pengantar Ilmu Peternakan

Makassar, 13 Desember 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa Menyusun laporan praktek

Pengantar Ilmu Peternakan ini.

Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapang ini dapat diselesaikan bukan

semata-mata atas usaha sendiri melainkan juga berkat bantuan dari

berbagai pihak baik secara moril maupun material. Penulis ucapan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Ir Syarifuddin, S. Pt, MP, selaku dosen pengampuh mata

kuliah Pengantar Ilmu Peternakan

2. Dzulyadain, S.Pt,selaku responden sumber dalam penyusunan

laporan ini

3. Surya Darma Madjid S.Pt, Mp

4. Teman-teman di kelompok 3 dan semua peserta mata kuliah ini.

5. Kepada orang tua yang tak pernah putus mendoakan agar kuliah

dan pelajaran berjalan dengan baik.

Penyusun laporan ini menyadari bahwah masih terdapat kekurangan dari

laporan ini. Kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan.


Makassar, 13 Desember 2022

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Praktek Lapanng

METODE PRAKTEK LAPANG

KEADAAN LOKASI PRAKTEK

A. Letak Geografis Lokasi Praktek Lapang

B. Keadaan Penduduk
C. Keadaan Peternakan

D. Social Budaya Masyarakat

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Responden

1 Umur Responden

2 Status Responden

3 Jumlah Tanggungan

4 Pendidikan Responden

B. Analisa Usaha Ternak Responden

1. Ternak Besar

2. Ternak Kecil

3. Ternak Unggas

C. Analisa Syarat Mutlak Pembangunan Peternakan

1. Pemasaran dan Saluran Pemasaran

2. Teknologi yang DigunakaKetersediaan SARPONAK

3. Panen dan Penanganan Pasca Panen

D. Analisa Faktor Pelancar Pembangunan Peternakan

1. Analisis Pendidikan Pembangunan Peternakan

2. Analisis Kredit Produksi

3. Analisis Kelompok Tani Ternak

4. Analisis Peningkatan Produsu

KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

Teks

1. Perjalanan ke lokasi

2. Penyambutan mahasiswa peternakan universitas bosowa kepada

kepala desa lebang

3. Penyerahan cendramata kepada kepala desa lebang

4. Struktur organisasi pemerintahan desa lebang

5. Proses pembuatan dangke

6. Penyerahan cendramata kepada responden

7. Foto bersama dengan ketua kelompok tani sipatuo


BAB

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem pemeliharaan ternak sapi potong secara umum

masih bersifat tradisional, merupakan usaha sambilan

disamping usaha perkebunan dan tanaman pangan.

Tingkat pendidikan dan ketrampilan petani yang rendah

berpengaruh terhadap tatalaksana pemeliharaan dan

produksi peternakan.

Sapi Bali sebagai sapi asli Indonesia telah tersebar di

seluruh wilayah Indonesia dan disukai oleh peternak rakyat

yang umumnya berskala usaha kecil. Sapi ini mudah

beradaptasi dengan baik pada berbagai lingkungan yang

ada dengan menampilkan performan produksi yang cukup

bervariasi dan performan reproduksi yang tetap tinggi.

Sapi potong merupakan salah satu ternak rumunansia yang

mempunyai kontribusi terbesar sebagai penghasil

daging,serta untuk pemenuhan kebutuhan pangan


khususnya protein hewani.Berdasarkan rencana strategis

Ditjen peternakan dan kesehatan Hewan tahun 2010-2014

(Ditjen PKH 2011),daging sapi merupakan 1 dari 5

komoditas bahan pangan yang di tetapkan dalam RPJMN

2010-2014 sebagai komoditas strategis. Salah satu sektor

pertanian yang memiliki potensi besar untuk dapat dikembangkan

adalah peternakan sapi potong yang merupakan bagian dari sub sektor

peternakan. kebutuhan akan daging sapi di Indonesia menunjukkan

trend yang meningkat setiap tahunnya, demikian pula importasi terus

bertambah dengan laju yang semakin tinggi, baik impor daging maupun

impor sapi bakalan. Kondisi yang demikian menuntut para pemangku

kepentingan (stakeholder) untuk segera menerapkan suatu strategi

pengembangan peternakan sapi potong nasional untuk mengurangi

ketergantungan pada impor, dan secara bertahap serta berkelanjutan

mampu berswasembada dalam menyediakan kebutuhan daging sapi

secara nasional (Priyanto, 2011).

Usaha ternak sapi potong merupakan sub-sektor peternakan yang

sangat potensial. Hal ini dapat dilihat dari tingginya permintaan daging

sapi, namun sejauh ini Indonesia khususnya Jawa Timur belum mampu

menyuplai kebutuhan akan konsumsi daging sapi tersebut. Hal ini

ditunjukkan dengan potensi permintaan akan daging di Indonesia yang

sangat besar. Dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini lebih dari 220

juta dengan tingkat pertumbuhan sekitar 1,5% per tahun dan elastisitas

permintaan daging yang tinggi maka peningkatan pendapatan dan


pertambahan penduduk akan meningkatkan jumlah permintaan akan

daging setiap tahunnya (Anonim, 2008).

Laju peningkatan populasi sapi potong relatif lamban. Kondisi tersebut

menyebabkan sumbangan sapi potong terhadap produksi daging

nasional rendah sehingga terjadi kesenjangan yang makin lebar antara

permintaan dan penawaran (Anonim, 2008). Untuk tahun 2015,

disampaikan dalam seminar nasional bisnis peternakan ASOHI di Jakarta

bahwa konsumsi daging sapi perkapita 2,56 kg/tahun, atau sebanyak

653.980 ton dimana dipasok dari lokal sebanyak 416.090 ton (64%)

setara dengan sapi hidup 2.447.000 ekor, sedang untuk impor 237,890

ton (36%) setara dengan sapi hidup 1.400.000 ekor.

Sesuai hasil sensus pertanian pada tahun 2013 menunjukkan bahwa

perkembangan ternak sapi Indonesia mengalami penurunan 15,30%.

Pada 2014 program pemerintah ini telah banyak menyalurkan bantuan

ternak kepada masyarakat melalui kelompok tani. Ditinjau dari segi

ekonomi, peternak kecil atau peternak yang baru memulai usahanya

cenderung memiliki permasalahan, terutama di dalam pengembangan

modal dan usaha.

Sektor pertanian secara nasional merupakan faktor yang signifikan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena mayoritas

penduduk masih memperoleh pendapatan utamanya di sektor ini.

Peternakan merupakan salah satu sub-sektor yang terkandung

didalamnya, memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara


ini.Pengembangan peternakan sangat terkait dengan pengembangan

suatu wilayah. Sulawesi Selatan sebagai salah satu propinsi di Indonesia

memiliki potensi cukup besar dalam pengembangan peternakan.

Propinsi ini pernah dikenal sebagai lumbung ternak, dengan

kemampuan memasok ternak ke daerah lain dalam rangka pengadaan

ternak nasional. Kabupaten Bulukumba menjadi salah satu kabupaten

yang mengambil peran dalam pengembangan peternakan, dimana dari

sekian banyak kabupaten yang terdapat di Sulawesi Selatan, Bulukumba

menjadi salah satupemasok ternak sapi potong hal inilah yang

mendorong sehingga terjadi peningkatan peternakan sapi potong.

Ternak sapi potong yang terdapat di Kabupaten Bulukumba dapat

memberikan sumbangsi bagi Sulawesi Selatan untuk meningkatkan

ketersediaan ternak sapi potong. Berdasarkan uraian diatas maka hal

inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian, mengenai

analisis perkembangan populasi ternak sapi potong di Kabupaten

Bulukumba yakni di Kecamatan Bontotiro dan Kecamatan Herlang.


B. TUJUAN PRAKTEK LAPANG

Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas,tujuan dari praktek

lapang ini adalah untuk mengetahui budidaya ternak potong dan

penanganan dan pasca panen ternak potong di desa lumpangan

kecematan pa'jukukang kabupaten bulukumba.Desa


BAB II

KEADAAN LOKASI PRAKTEK

A. Letak Geografis Lokasi Praktek Lapang

Kabupaten Bulukumba adalah salah satu Daerah Tingkat II

di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten

ini terletak di Kota Bulukumba. Kabupaten ini memiliki luas

wilayah 1.154,67 km² dan berpenduduk sebanyak 395.560

jiwa dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar 153

Km. Secara geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada

koordinat antara 5°20” sampai 5°40” Lintang Selatan dan

119°50” sampai 120°28” Bujur Timur. Kabupaten ini

berbatasan dengan Kabupaten Sinjai di sebelah utara,

sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone, sebelah

selatan berbatasan dengan Laut Flores, dan di sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng. Secara

kewilayahan, Kabupaten Bulukumba terbagi dalam 10

kecamatan, 24 kelurahan, dan 123 desa. Kabupaten

Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni

dataran tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng-


Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas.

Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 s/d 25

meter di atas permukaan laut meliputi tujuh pesisir, yaitu

Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan

Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro,

Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang. Kabupaten ini

mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82 °C – 27,68

°C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian

tanaman pangan dan tanaman perkebunan, maka klasifikasi

iklim di Kabupaten Bulukumba termasuk iklim lembap atau

agak basah.

B. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Lumpangan, kecamatan Pajukukang,

Bantaeng, Sulawesi Selatan, Indonesia. Yaitu Menurut data

formulir isian IDM tahun 2019, penduduk di Desa Lumpangang

berjumlah 2.874 Jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki

sebanyak 1.495 jiwa dan jumlah penduduk perempuan

sebanyak 1.379 jiwa.


C. SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT

Daerah Desa Lumpangan, kecamatan Pajukukang, Bantaeng,

keagamaannya yang kental juga cukup mempengaruhi tatanan

kehidupan masyarakat Bulukumba. Sentuhan ajaran agama

islam yang dibawah oleh ulama besar dari Sumatera, yang

masing-masing bergelar Dato’ Tiro (Bulukumba), Dato

Ribandang (Makassar), dan Dato Patimang (Luwu), telah

menumbuhkan kesadaran religius dan menimbulkan keyakinan

untuk berlaku zuhud, suci lahir bathin, selamat dunia akhirat

dalam rangka tauhid “appaseuwang” (Meng-Esa-kan Allah

SWT). Penduduk Bulukumba secara umum menggunakan

bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar disamping bahasa

daerah. Bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat

adalah Bahasa Bugis dan Bahasa Konjo yang berdialek

Makassar, yang keduanya merupakan bahasa pengantar dalam

lingkungan keluarga dan terutama di daerah pedesaan.


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. IDENTIFIKASI RESPON

NAMA : Dzulyadain, S.Pt

UMUR : 40 Tahun

STATUS RESPONDEN : Menikah

JUMLAH TANGGUNGAN : 3 Orang

PEKERJAAN POKOK :

PEKERJAAN SAMPINGAN :

PENDIDIKAN RESPONDEN : S1 Peternakan

NAMA : Syamsul Asfash

UMUR : 60 Tahun

STATUS RESPONDEN : Menikah

JUMLAH TANGGUNGAN : 3 Orang

PEKERJAAN POKOK : Wiraswasta

PEKERJAAN SAMPINGAN : Memelihara Sapi

PENDIDIKAN RESPONDEN : SMP


NAMA :

UMUR :

STATUS RESPONDEN :

JUMLAH TANGGUNGAN :

PEKERJAAN POKOK :

PEKERJAAN SAMPINGAN :

PENDIDIKAN RESPONDEN :

Responden A bernama Dzulyadain,S.Pt berusia 48

tahun,pendidkan terakhir S1 Peternakan dan sebagai

kepala keluarga yang memiliki 3 tanggungan.Responden

A sudah beternak sapi potong sejak tahun 2003,populasi

awalnya sapi 20 ekor tapi di jual untuk membuat

kandang dan populasi awal 8 ekor sapi dan sekarang

ada 10 lebih ekor sapi yang dipelihara dan d untuk setiap

tahunnya ada sapi yang masuk dan juga keluar atau di

jual.Umur sapi 3 tahun mencapai berat 1 ton

lebih.Responden A memiliki 9 ekor sapi betina dan 8

ekor sapi jantan jenis sapi yang dimiliki responden A

adalah sapi Bali dan sapi Simental.Responden A pernah

mengikuti penyuluhan lepas responden A juga memiliki

kambing 4 ekor kuda 4 ekor ayam 50 ekor.

Responden B bernama Syamsul Asfash berusia 60


Tahun,pendidikan terakhir SMP dan sebagai kepala

keluarga yang memiliki 3 tanggungan.Responden B

sudah beternak sapi potong sejak tahun

Responden C bernama
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jisep/article/view/

19557/22100

Anda mungkin juga menyukai